Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD/MI

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Matematika MI

Dosen Pengampu:

NANIK ULFA, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 7

➢ RIZAL HIDAYATULLOH (20862321046)


➢ AFIF RIZAL IZZY (20862321054)
➢ AHMAD FAIZI ITTAQI (20862321060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU KEISLAMAN

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan memanjatkan syukur
karena penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan segala bentuk
kesederhanaannya.

Dalam proses penulisan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan


dan hambatan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki. Namun demikian berkat adanya bantuan tenaga dan pikiran dari berbagai
pihak maka makalah ini dapat terwujud. Makalah ini berjudul “Model dan metode
pembelajaran matematika SD/MI”. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca dan penulis.

Malang, 28 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 1

1.3. Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3

2.1. Pengertian Model dan Metode Pembelajaran ………...…………. 3

2.2. Model Pembelajaran Matematika di SD/MI .................................. 4

2.3. Metode Pembelajaran Matematika di SD/MI ................................ 18

BAB III PENUTUP .................................................................................... 14

3.1. Kesimpulan .................................................................................... 24

3.2. Saran ............................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Matematika adalah mata pelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian orang,
hal tersebut tak lepas dari bidang kajian matematika yang dominan tentang rumus
dan angka-angka sehingga bagi sebagian orang menganggap pembelajaran
metematika kelihatan rumit dan butuh teknik khusus dalam mempelajarinya.
Pembelajaran matematika memang bersifat abstrak sehingga butuh perantara atau
media khusus dalam mengajarkan matematika.

Ilmu matematika adalah ilmu dasar yang menunjang ilmu yang lain dalam
pengaplikasiannya oleh karena itu pemahaman matematika dengan benar akan
berimplikasi terhadap kemampuan dalam mengakaji beberapa ilmu yang berkaitan
dengan matematika. Sejak kapan matematika sebaiknya harus dipelajari? adalah
sebuah pertanyaan yang ditanyakan oleh sebagian orang. belajar matematika
sebaiknya dimulai dari lingkungan keluarga. namun yang paling tepat adalah
penguasaan dan pemahaman pembelajaran matematika memang sebaiknya
ditanamkan sejak anak masih duduk dibangku sekolah dasar.

Pembelajaran matematika di SD/MI (sekolah dasar) menjadi bekal awal


anak dalam mengembangkan kemampuannya tentang pelajaran matematika, selain
itu usia sekolah dasar merupakan moment bagi anak untuk belajar matematika
karena pada usia sekolah dasar kemampuan anak dalam beberapa aspek sangat
menonjol. Untuk mengajarkan mata pelajaran matematika di SD/MI tidak boleh
asal-asalan karena sifat matematika yang abstrak kadang justru membuat anak sulit
memahaminya. dibutuhkan model pembelajaran yang memang sesuai dengan mata
pelajaran matematika agar tujuan pembelajaran matematika bisa tercapai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa perbedaan model dan metode pembelajaran?
2. Apa yang dimaksud model dan metode pembelajaran?
3. Apa saja model pembelajaraan matematika di SD/MI?
4. Apa saja metode pembelajaran matematika di SD/MI?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan model dan metode pembelajaran
2. Untuk mengetahui pengertian model dan metode pembelajaran
3. Untuk mengetahui model pembelajaraan matematika di SD/MI
4. Untuk mengatahui metode pembelajaraan matematika di SD/MI

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model dan Metode Pembelajaran


1. Pengertian Model Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara kita mengajar sedangkan model
pembelajaran adalah rangkaian semua unsur mulai dari pendekatan, strategi,
metode, teknik dan taktik pembelajaran.
Menurut para ahli model pembelajaran yaitu:
a. Menurut Agus Suprijono (2010) model pembelajaran merupakan suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas
maupun tutorial.
b. Menurut Supriyoni merupakan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran dikelas.
c. Menurut Trianto (2007:1) yang mengartikan bahwa model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas.
B. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu metode yang mengacu pada cara yang
akan digunakan oleh pendidik untuk mencapai tujuan dari kegiatan belajar
mengajar,
Dan beberapa metode pembelajaran menurut para ahli:
a. Menurut Hasby Ashydiqih, metode pembelajaran adalah seperangkat cara yang
dilakukan guna mencapai tujuan tertentu dalam proses pembelajaran.
b. Menurut Ahmadi, metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang
beberapa cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur.
c. Menurut Nana Sudjana, metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
proses belajar dan mengajar.

3
2.2 Model Pembelajaran Matematika di SD/MI
1. Model Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan operasionalisasi dari
suatu pendekatan pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Belanda
dengan nama Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan
matematika realistik.
Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan
realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses
pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika
secara lebih baik dari pada yang lalu.
Yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang
dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat membayangkan, sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik
lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta
didik. Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari.
Langkah-langkah di dalam proses pembelajaran matematika dengan
pendekatan PMR, sebagai berikut.
1. Langkah pertama: memahami masalah kontekstual, yaitu guru memberikan
masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dan meminta siswa untuk
memahami masalah tersebut.
2. Langkah kedua: menjelaskan masalah kontekstual, yaitu jika dalam memahami
masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi
dari soal dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk atau permasalahan yang
belum dipahami.
3. Langkah ketiga: menyelesaikan masalah kontekstual, yaitu siswa secara
individual menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri.
Cara pemecahan dan jawaban masalah berbeda lebih diutamakan. Dengan
menggunakan lembar kerja, siswa mengerjakan soal. Guru memotivasi siswa
untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.
4. Langkah keempat: membandingkan dan mendiskusikan jawaban, yaitu guru
menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan
mendiskusikan jawaban masalah secara berkelompok. Siswa dilatih untuk

4
mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki dalam kaitannya dengan interaksi
siswa dalam proses belajar untuk mengoptimalkan pembelajaran.
5. Langkah kelima: menyimpulkan, yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk menarik kesimpulan tentang suatu konsep atau prosedur.

2. Model Pembelajaran Open-Ended


Model pembelajaran open-ended sama dengan pembelajaran berbasis
masalah yaitu suatu model pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan
memberi suatu masalah kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Shimada
(1997:1) model pembelajaran open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang
benar lebih dari satu. model pembelajaran open-ended dapat memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/ pengalaman menemukan,
mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik.
Problem Open-Ended tidak mudah dikembangkan oleh siswa dengan
beragam kemampuan. Melalui penelitian di Jepang ditemukan beberapa hal yang
menjadi acuan dalam mengkreasi problem tersebut diantaranya: 1) Sajikan
permasalahan melalui situasi fisik yang nyata 2) Soal-soal pembuktian dapat diubah
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat- sifat dari
variabel dalam persoalan itu. 3) Sajikan bentuk- bentuk atau bangun- bangun
geometri. 4) Sajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan
aturan matematika. 5) Berikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori 6)
Berikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat mengeneralisasi dari
pekerjaanya
Langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran OpenEnded Problems
adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru harus membuat Program Satuan
Pelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat pertanyaan Open-
Ended Problems.
2. Pelaksanaan, terdiri :

5
a. Pendahuluan, yaitu Siswa menyimak guru yang memberikan motivasi bahwa
yang akan dipelajari berkaitan atau bermanfaat bagi kehidupan sehari hari sehingga
siswa semangat dalam belajar. Kemudian siswa menanggapi apersepsi yang
dilakukan guru supaya guru dapat mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai
konsep konsep yang akan dipelajari.
b. Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan langkah langkah sebagai
berikut :
1. siswa membentuk kelompok yang terdiri dari lima orang tiap kelompok;
2. siswa mendapatkan pertanyaan Openended Problems mengenai perhitungan
statistik dan perhitugan matematis;
3. siswa berdiskusi bersama kelompoknya masingmasing mengenai penyelesaian
dari pertanyaan OpenEnded Problems yang telah diberikan oleh guru;
4. setiap kelompok siswa melalui perwakilannya, mengemukakan pendapat atau
solusi yang ditawarkan kelompoknya secara bergantian;
5. siswa atau kelompok kemudian menganalisis jawabanjawaban yang telah
dikemukakan, mana yang benar dan mana yang lebih efektif.
c. Kegiatan Akhir, yaitu siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari, dan
kemudian kesimpulan tersebut disempurnakan oleh guru;
3. Evaluasi
Setelah berakhirnya KBM, siswa mendapatkan tugas perorangan atau ulangan
harian yang berisi pertanyaan Open Ended Problems yang merupakan evaluasi yang
diberikan oleh guru. Dalam jurnal internasional J.Nikos, mourtos ,dkk

3. Model pembelajaran Example non example


Model Example non Example adalah strategi pembelajaran yang
menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang
bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan
permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang
disajikan.
Example non example
a. Materi: Bangun Datar (mengidentifikasi sifat bangun datar)

6
b. Alasan: Di dalam materi bangun datar, materi yang disajikan terutama adalah
gambar-gambar
dari bangun datar, sehingga cocok menggunakan model Examples Non
Examples yang langkah
langkah di dalamnya menyajikan gambar.
c. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
-Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
-Guru menempelkan gambar di papan.
-Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
-Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas
-Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
-Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai
-Kesimpulan

4. Model pembelajaran Picture n picture


Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model
Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga
sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan
ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.
Langkah–langkah Model Pembelajaran Picture and Picture
Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture ini menurut Jamal
Ma’mur Asmani terdapat tujuh langkah yaitu:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Di langkah ini guru
diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi Kompetensi Dasar mata
pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur
sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus

7
menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana
KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar Penyajian materi sebagai pengantar
sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan
pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini.
Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang
selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian
materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang
dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi. Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat aktif
dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan
oleh guru atau oleh temannya. Dengan gambar kita akan menghemat energi kita
dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam
perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau
mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Di langkah
ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung
kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah
dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang
harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk
diurutkan, dibuat, atau di modifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran dari urutan gambar tersebut.
Siswa dilatih untuk mengemukan alasan pemikiran atau pendapat tentang
urutan gambar tersebut. Dalam langkah ini peran guru sangatlah penting sebagai
fasilitator dan motivator agar siswa berani mengemukakan pendapatnya.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut, guru mulai menanamkan konsep atau
materi, sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam proses ini guru
harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ingin dicapai dengan
meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan
tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan

8
indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai
indikator yang telah ditetapkan.
7. Siswa diajak untuk menyimpulkan/merangkum materi yang baru saja
diterimanya. Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa.
Guru membantu dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman. Apabila
siswa belum mengerti hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam
pengamatan gambar tersebut guru memberikan penguatan kembali tentang
gambar tersebut.
Picture n picture
a. Materi : Operasi Hitung (Mengurutkan bilangan)
b. Alasan : Guru dapat menggunakan gambar-gambar yang berjumlah tertentu
dan tidak
berurutan agar dapat disusun oleh siswa menjadi urutan yang logis.
c. Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi
4. Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman

5. Model Pembelajaran NHT (Numbered head together)


Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih
mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan
informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas
(Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993).
Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang
menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi

9
pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling
bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut
dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti
mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk
menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan
kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)


menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di
dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau
tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga
setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah
siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test)
sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah
yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah

10
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat
umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada
siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.

Numbered head together


a. Materi : Keliling dan Luas Bangun Datar
b. Alasan : Pada dasarnya model ini memang dapat digunakan.
c. Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan

6. Model Pembelajaran Jigsaw


Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran

11
kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang
secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan
bertanggung jawab secara mandiri.
Menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008),
mengemukakan langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebagai
berikut:
>Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.
>Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
>Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
>Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang
sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab
mereka.
>Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok
asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka
kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
>Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
>Guru memberi evaluasi.
>Penutup
Jigsaw
a. Materi : Mengubah Pecahan ke Bentuk Persen dan Desimal serta Sebaliknya
b. Alasan : Model ini meningkatkan kerjasama antar siswa, melibatkan semua
siswa, dan bisa digunakan untuk soal hitungan pada matematika.
c. Langkah-langkah :
-Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
-Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, ada yang persen,
pecahan, dan decimal.
-Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
-Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab
mereka

12
-Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai
dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
-Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
-Guru memberi evaluasi
-Penutup

7. Model pembelajaran role playing


Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang
didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill
Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar
kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing
sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar
membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran
orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Model Pebelajaran Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan
imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh
hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu
orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
-Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
-Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari
sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
-Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
-Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
-Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang
sudah dipersiapkan.
-Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang
sedang diperagakan.
-Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk
membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.

13
-Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
-Guru memberikan kesimpulan secara umum.
-Evaluasi.
-Penutup.
Role Playing
a. Materi: Mata Uang / Jual Beli
b. Alasan: Praktik jual bel dapat diperagakan oleh siswa agar lebih mudah
memahami.
c. Langkah-langkah :
-Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
-Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
-Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
-Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
-Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang
sudah dipersiapkan
-Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil
memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan
-Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar
kerja untuk membahas
-Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
-Guru memberikan kesimpulan secara umum
-Evaluasi
-Penutup

8. Model pembelajaran berdasarkan masalah


Menurut Suherman (2003: 7) Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola
interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar di kelas. Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan
bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta
antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran. Gijselaers ( 1996)

14
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses
dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Berikut langkah-langkah PBM.
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa
membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong
mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan
mencari untuk penjelasan dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu
mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang
digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.

Pembelajaran Berdasarkan Masalah


a. Materi : Mengenal satuan waktu
b. Alasan : Menghitung waktu merupakan hal yang mudah. Dalam soal cerita, hal
tersebut dapat menjadi masalah yang harus dipecahkan. Makanya dapat
menggunakan model ini.
c. Langkah-langkah :
-Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang
dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih.
-Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)

15
-Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data,
hipotesis, pemecahan masalah.
-Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
-Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
d. Contoh soal yang dapat diberikan :
Bagas dan Soni berencana untuk makan di warung Pak Bimo dan pergi latihan
softball bersama. Latihan softball dimulai pukul 10.00. Bagas memerlukan waktu
¾ jam untuk menjemput Soni dan pergi ke warung Pak Bimo dekat lokasi latihan
softball. Untuk makan dan berjalan ke lokasi latihan diperlukan waktu 1 ¼ jam.
Mereka ingin tiba di lokasi latihan 15 menit sebelum di mulai. Pukul berapa Bagas
seharusnya meninggalkan rumahnya?

9. Model pembelajaran Course review horay


Model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay yaitu model
pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan
menyenangkan karena setiap kelompok yang dapat menjawab benar maka siswa
tersebut diwajibkan berteriak "HOREY" atau yel-yel lainnya yang disukai. Course
Review Horay adalah salah satu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk
ikut aktif dalam belajar. Dengan model pembelajaran Course Review Horay
diharapkan dapat melatih kerja sama dalam menyelesaikan masalah dengan
pembentukan kelompok, pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk
terjun kedalamnya, tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga
suasana tidak menegangkan serta siswa lebih semangat belajar karena suasana
pembelajaran berlangsung menyenangkan sehingga mampu membantu siswa
dalam meraih nilai yang tinggi.
Menurut Widodo (2009: 1) langkah-langkah penerapan metode Course Review
Horay dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
-Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, kompetensi ini disampaikan
agar pembelajaran lebih terarah tujuannya.

16
-Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi sesuai topik bahasan yang
sedang diajarkan.
-Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat tempat jawaban. Tempat
jawaban disini berbentuk tabel (kotak) yang berisi sembilan tempat, enam belas
kotak ataupun dua puluh lima kotak. Banyaknya kotak tempat jawaban disesuaikan
dengan kebutuhan dan tiap kotak jawaban diisi angka sesuai dengan selera masing-
masing siswa.
-Guru membaca soal secara acak sesuai dengan nomor yang telah disiapkan
sebelumnya. Siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan
guru. Soal yang telah dibacakan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda
benar (v) dan salah diisi tanda silang (x). disini dibutuhkan kejujuran dari siswa
yang telah menjawab salah ataupun benar.
-Siswa yang sudah mendapat tanda (v) secara vertikal atau horizontal, atau diagonal
harus segera berteriak horay atau yel-yel lainnya.
-Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah horay yang diperoleh.
-Penutup pembahasan. Penutup dari pembahasan ini dapat berupa penyimpulan dari
guru ataupun disimpulkan sendiri oleh siswa,
Course review horay
a. Materi : Operasi hitung penjumlahan
b. Alasan : Model ini bisa digunakan untuk soal hitungan pada matematika.
c. Langkah-langkah :
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
- Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
- Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan
kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing siswa
- Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang
nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar
(Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
- Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus
berteriak horay …atau yel-yel lainnya
- Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh

17
- Penutup
d. Contoh: Guru memberikan soal perkalian pada 9 kotak yang tertutup, diacak dari
tingkat mudah hingga ke tingkat sulit, kemudian bagi siswa yang memilih soal
nomor tertentu akan mendapat soal, bila benar diberi ceklis, bila salah diberi silag,
pabila membentuk garis maka semua bersorak horee!!

10. Model pembelajaran Take anda Give


Take and give secara bahasa mempunyai arti mengambil dan memberi, maksud
take and give dalam model pembelajaran ini adalah dimana siswa mengambil dan
memberi pelajaran pada siswa yang lainnya. “beberapa ahli percaya bahwa suatu
mata pelajaran benar-benar dikuasai banyak apabila peserta didik mampu
mengajarkan pada peserta lain. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama
saat ia menjadi narasumber bagi yang lain. Strategi berikut juga memberikan
kepada pengajar tambahan-tambahan apabila mengajar dilakukan oleh peserta
didik” (Melvin silberman, active learning 101 strategi pembelajaran aktif).
Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan
model pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami
materi pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya (siswa lain)
Langkah-langkah model pembelajaran take and give.
Dalam melakukan metode take and give ini ada beberapa yang langkah yang
harus dilakukan oleh pendidik yaitu :
-Siapkan kelas sebagaimana mestinya.
-Jelaskan materi sesuai topik menit.
-Untuk memantapkan penguasaan peserta, tiap siswa diberi masing-masing satu
kartu untuk dipelajari (dihapal) kurang lebih 5 menit.
-Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling
menginformasikan materi sesuai kartu masing-masing. Tiap siswa harus mencatat
nama pasangannya pada kartu control.
-Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima
materi masing-masing.

18
-Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan siswa pertanyaan yang sesuai dengan
kartunya (kartu orang lain).
-Strategi ini dapat dimodifikasikan sesuai keadaan.
-Kesimpulan.
Take n give
a. Materi : Operasi hitung perkalian
b. Alasan : Model ini bisa digunakan untuk soal hitungan pada matematika.
c. Langkah-langkah :
-Siapkan kelas sebagaimana mestinya
-Jelaskan materi sesuai TPK
-Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing satu
kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit
-Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling
menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh
-Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima
materi masing-masing (take and give)
-Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai
dengan kartunya (kartu orang lain)
-Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
-Kesimpulan

2.3 Metode Pembelajaran Matematika di SD/MI


1. Metode Ceramah

Untuk yang pertama guru dapat menggunakan sebuah metode yang umum
dilakukan. Metode pembelajaran matematika SD kelas rendah yaitu sebuah metode
ceramah. Hampir setiap guru pasti menggunakan metode ini saat awal
pembelajaran. Pembelajaran matematika juga bisa menggunakan metode kuno satu
ini.

Teknik ceramah yang dilakukan harus asyik dan juga tidak monoton. Guru
harus mampu menerangkan ke peserta didik SD kelas rendah dengan menggunakan
bahasa yang sederhana. Cara penyampaiannya pun harus ramah serta tidak tergesa-

19
gesa. Metode ini bisa dilakukan pada tahap awal pembelajaran saja. Tujuannya
adalah untuk mengenalkan siswa terhadap pelajaran matematika.

2. Metode Tanya dan Jawab

Guru juga bisa menggunakan metode selanjutnya ini yaitu sebuah teknik
bertanya jawab antar siswa dan guru. Setelah menggunakan metode ceramah, bisa
dilanjutkan dengan metode tanya jawab ini. Untuk SD kelas rendah, sebaiknya
ajukan pertanyaan yang sederhana terlebih dahulu. Misal, sebuah perhitungan yang
ada di sekitar lingkungan sekolah.

Sesi tanya jawab ini akan membuat siswa lebih aktif lagi. Apabila siswa
salah dalam menjawab pertanyaan, jangan langsung dimarahi. Namun, beri arahan
dan berikan jawaban yang benar serta jelaskan juga dengan nada yang lembut. Hal
itu akan membuat siswa senang dan lama-lama akan tertarik dengan matematika.

3. Metode Tugas

Mungkin untuk metode pembelajaran matematika SD kelas rendah paling


umum dilakukan oleh semua guru. Metodenya yaitu memberikan sebuah tugas
terhadap siswa atau peserta didik. Tentunya tugas yang diberikan merupakan materi
yang sudah disampaikan. Tugas bisa diberikan sewaktu di sekolah atau tugas untuk
dikerjakan di rumah.

Jika dikerjakan di sekolah, guru bisa sambil berkeliling mengawasi satu-


satu. Lalu bisa juga sembari diberi arahan jika terdapat siswa yang tidak tepat dalam
menjawabnya. Kemudian, apabila dikerjakan di rumah guru bisa menyampaikan
jika tugas tersebut bisa dikerjakan sesuai dengan bimbingan orang tua di rumah.

4. Metode Meringkas

Pada metode kali ini mungkin dianggap kurang efektif bagi sebagian guru.
Namun, sebenarnya metode ini bisa digunakan guru untuk membuat siswa lebih
paham. Metode tersebut adalah metode meringkas atau menulis ulang. Untuk
materi yang diringkas yaitu bisa berupa pertanyaan serta jawaban yang ada buku
paket.

Menulis ulang pertanyaan serta jawaban tersebut akan membuat siswa lebih
paham tentang matematika. Selain itu, dapat bermanfaat juga untuk melatih jari

20
siswa agar bisa menulis lebih baik lagi. Materi yang diringkas pun tidak usah terlalu
banyak karena bisa membuat siswa bosan dan lelah.

5. Metode Permainan

Terkadang memang pembelajaran matematika sangat membosankan,


apalagi untuk siswa SD yang baru akan mulai belajar. Untuk menghindari hal
tersebut, sebaiknya gunakan metode pembelajaran matematika SD kelas rendah
yang mengasyikkan. Metode yang dapat digunakan adalah metode permainan. Bagi
siswa Sekolah Dasar, tentunya metode ini akan sangat disukai.

Guru bisa memberikan sebuah permainan yang masih berkaitan dengan materi
pelajaran saat itu. Permainan yang bisa dilakukan adalah mencari bentuk benda,
untuk permainan ini bisa dilakukan di luar kelas. Guru menyebar beberapa bentuk
benda ke berbagai titik. Kemudian siswa harus mencari bentuk tersebut sesuai
dengan waktu yang sudah ditentukan.

6. Metode Video

Selain permainan, terdapat metode pembelajaran matematika SD kelas rendah


lainnya. Metode itu adalah metode menonton video di layar besar. Pada sebagian
guru pasti pernah menerapkan metode ini. Tujuannya adalah supaya siswa lebih
mengerti dengan materi yang disampaikan. Bahkan, akan membuat siswa tidak
bosan dan semakin tertarik dengan pembelajaran matematika.

Untuk jenis video yang ditampilkan bisa berupa sebuah animasi atau kartun.
Tentunya di dalam tontonan tersebut harus berisi sebuah edukasi mengenai
pelajaran matematika. Di sela-sela video bisa disisipi materi pada hari itu. Dengan
cara ini dijamin akan membuat siswa lebih tertarik dan akan membuatnya lebih
menyukai pelajaran matematika.

7. Metode Gambar

Untuk selanjutnya terdapat sebuah metode yang biasanya disebut


dengan example non example. Pada metode kali ini guru bisa memberikan sebuah
contoh materi, lalu siswa yang menjelaskan materi tersebut. Namun, tenang saja
karena tidak sesulit yang dibayangkan. Karena, metode ini sangat cocok diterapkan
pada siswa SD.

21
Contoh penerapan metode ini adalah misal guru memberikan sebuah gambar
tentang bangun ruang. Kemudian, guru melempar pertanyaan kepada siswa tentang
bangun ruang. Salah satu siswa bisa ditunjuk untuk menjelaskan tentang bangun
ruang. Hal ini akan melatih siswa lebih berpikir kreatif serta kritis. Selain itu, akan
membuat siswa lebih berani mengajukan pendapat.

8. Metode Demonstrasi

Pada metode yang satu ini guru akan lebih berperan aktif selama pembelajaran
berlangsung. Metode demonstrasi ini guru harus mampu memberikan contoh nyata
kepada peserta didik. Memberikan contoh secara nyata akan membuat siswa lebih
paham cara menggunakan alat pembelajaran matematika. Karena, untuk ukuran
siswa SD tentunya belum mengerti betul bagaimana cara penerapannya.

Aplikasi dari metode ini bisa berupa demonstrasi cara menggunakan sebuah
jangka. Guru mempraktekan cara penggunaan jangka yang benar di depan kelas.
Jika sudah, guru bisa memanggil satu per satu siswa untuk mencoba
menggunakannya. Metode ini akan melatih siswa menjadi siswa yang lebih berani
dan mau mencoba hal yang baru.

9. Metode Peran

Metode pembelajaran matematika SD kelas rendah yang selanjutnya adalah


dengan cara bermain peran. Mungkin metode ini jarang dipakai dalam
pembelajaran matematika. Padahal, dengan menggunakan cara ini akan membuat
siswa lebih tahu penerapan materi yang sedang diajarkan. Selain itu, akan membuat
siswa juga menjadi pribadi yang berani berbicara di depan kelas.

Untuk metode peran ini bisa diaplikasikan melalui sebuah kelompok kecil yang
dibuat oleh guru yang bersangkutan. Kemudian, dalam satu kelompok tersebut
siswa disuruh untuk memerankan suatu kondisi. Misal masuk dalam materi
perhitungan dasar, guru dapat memberikan kondisi perhitungan uang dalam
kehidupan sehari-hari.

10. Metode Bernyanyi

Pada metode atau teknik yang terakhir ini, guru bisa membuat sebuah lagu yang
berhubungan dengan materi pelajaran pada hari itu. Buatlah sebuah lagu sederhana

22
dengan nada yang mudah untuk dihafal. Kemudian liriknya bisa diganti dengan
materi matematika, lalu lagu tersebut dapat dinyanyikan bersama di depan kelas
bersama semua peserta didik.

Tentunya metode ini akan disukai oleh semua siswa, terutama untuk yang baru
kelas rendah. Selain untuk mengurangi rasa jenuh di dalam kelas juga akan
membuat siswa lebih cepat hafal. Karena, pasti lagu tersebut akan terus diingat dan
bisa jadi malah akan dinyanyikan setiap hari.

Demikian penjelasan tentang 10 metode pembelajaran matematika SD kelas


rendah yang dapat digunakan oleh guru. Semua metode di atas tentunya dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi kelas tersebut. Guru bisa memilih metode yang
paling asyik serta bisa digunakan di sekolah tersebut.

23
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dalam dunia pendidikan, guru tentu sering menemui istilah metode dan
model pembelajaran. Dua istilah tersebut terkadang sering tertukar atau bahkan
dianggap sama. Namun kenyataannya, dua istilah tersebut ternyata memiliki makna
yang berbeda.

Metode dan model pembelajaran memiliki perbedaan yang mendasar dalam


kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan bagian dari model
pembelajaran. Sedangkan model pembelajaran dapat diartikan sebagai bentuk dari
pembelajaran yang tergambar dari awal hingga akhir. Atau dapat dikatakan bahwa
model pembelajaran adalah wujud bungkusnya.

Mengajar matematika untuk anak SD/MI terlebih lagi pada kelas rendah
bukanlah hal yang mudah, pasalnya guru harus bisa menemukan model dan metode
pembelajaran yang tepat agar semua murid bisa memahami materi. Hal yang
terpenting ialah guru bisa mempraktekkan model dan metode yang dipilih dengan
bagus dan lancar.

3.2. Saran

Ketika mengajar matematika kita harus memilih metode pembelajaran


yang efektif dan sesuai dengan kondisi siswa, supaya apa yang diajarkan kepada
peserta didik bisa dipahami dan bermanfaat, sehingga tujuan pembelajaran pun
bisa tercapai secara efektif dan efisien.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://bhembook.com/metode-pembelajaran-matematika-sd/

https://www.kompasiana.com/arini10464/5f8bddfd8ede486b256413f2/berbagai-
macam-metode-pembelajaran

https://www.matematrick.com/2016/10/macam-macam-model-pembelajaran.html

https://www.blogpendidikan.net/2022/03/ini-11-metode-pembelajaran-
matematika.html

https://gurubelajar.id/ternyata-ini-perbedaan-metode-dan-model-pembelajaran/

25

Anda mungkin juga menyukai