Anda di halaman 1dari 70

METODE PEMBELAJARAN

1
DAFTAR ISI
Hlmn
KATA PENGANTAR.............................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................4
B. RUMUSAN PERMASALAHAN...............................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN..............................................................................................5
D. MANFAAT.................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN PERMASALAHAN.......................................................................7
A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN..........................................................7
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI METODE PEMBELAJARAN 7
C. SYARAT-SYARAT METODE PEMBELAJARAN.................................................8
D. JENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN.............................................................9
1. Metode Ceramah...................................................................................................9
2. Metode Tanya Jawab............................................................................................11
3. Metode Diskusi.....................................................................................................13
4. Metode Resitasi....................................................................................................16
5. Metode Kerja Kelompok......................................................................................18
6. Metode Demonstrasi.............................................................................................19
7. Metode Eksperimen..............................................................................................20
8. Metode Sosiodrama (Role-playing)......................................................................22
9. Metode Problem Solving......................................................................................23
10. Metode Sistem Regu (Team Teaching)................................................................25
11. Metode Latihan (Drill).........................................................................................28
12. Metode Karya Wisata (Field-trip)........................................................................32
13. Metode Simulasi...................................................................................................33
METODE PEMBELAJARAN TERMUKTAKHIR
1. Metode Whole Brain Teaching.............................................................................35
2. Metode Design Thinking......................................................................................39
E. JENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN DARING...........................................41
1. Metode Pembelajaran Online (E-Learning).........................................................42
2. Metode Home Visit...............................................................................................44

2
F. IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA.........................................................................................................45
BAB III PENUTUP................................................................................................................51
A. KESIMPULAN..........................................................................................................51
B. SARAN......................................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................53

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perhitungan menjadi kegiatan kehidupan sehari-hari yang sering dilakukan, dari
menghitung uang, barang, dan sebagainya. Perhitungan hanya memerlukan ketelitian dan
kejelian, agar tepat perhitungannya dan tidak merugikan semua pihak. Kadang kala
perhitungan dalam jumlah yang banyak membuat seseorang malas dalam berhitung,
sehingga menggunakan alat bantu seperti kalkulator maupun alat teknologi lainnya
dalam menyelesaikan masalah perhitungan. Bidang pembelajaran yang berfokus dalam
perhitungan adalah matematika, dengan ilmu matematika dasar seperti penjumlahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian saja semua orang dapat berhitung. Dalam
pembelajaran di sekolah, matematika menjadi mata pelajaran wajib dalam 12 tahun wajib
belajar, dari SD, SMP hingga SMA/K.
Di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang diminati
oleh siswa, tetapi disisi lain matematika memegang peranan penting dalam pendidikan
baik sebagai objek langsung seperti fakta, prinsip, dan konsep maupun sebagai objek tak
langsung seperti berpikir kritis, logis, serta mampu memecahkan masalah (problem
solving). Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika dapat disebebkan oleh
beberapa faktor yaitu beberapa siswa yang kurang mampu dalam menemukan konsep
sehingga mereka kurang mampu menerapkan matematika dalam pemecahan masalah
maupun mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, pada pembelajaran konvensional, guru lebih banyak mendominasi di
kelas, sehingga menjadikan siswa kurang aktif dan kemampuan matematikanya tidak
berkembang dengan baik. Pembelajaran yang disampaikan lebih fokus pada penyelesaian
masalah dan kurangnya pemahaman guru akan metode pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Guru mengajar cenderung pada
pengetahuan prosedural pada penyelesaian masalah yang menjadikan siswa lebih sering
menghafal tanpa mengetahui makna atau konsepnya terlebih dahulu. Hal inilah yang
menyebabkan matematika mata pelajaran yang kurang diminati.
Menurut Sanjaya (dalam Indrawati, 2011:12), metode pembelajaran adalah cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran yang sudah
direncanakan, atau disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran.

4
Pengetahuan guru mengenai ragam metode pembelajaran masih minim, padahal
metode pembelajaran ini dapat menjadi penunjang guru dalam meningkatkan
kemampuan berpikir siswa. Oleh karena masih kurangnya kemampuan matematika
siswa, maka perlu adanya metode pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir
kritis untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa.
Seperti yang telah diuraikan diatas, maka pada makalah ini kami menyajikan
mengenai metode pembelajaran secara luas yang efektif dalam meningkatkan
kemampuan berpikir dan matematika siswa.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Dari latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang kami bahas dalam
makalah ini antara lain sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan metode pembelajaran?
2. Apa faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran?
3. Apa syarat penggunaan metode pembelajaran?
4. Apa saja jenis-jenis metode pembelajaran?
5. Apa metode pembelajaran yang dapat diguanak pada era new normal?
6. Bagaimana implementasi metode pembelajaran yang ada di dalam pembelajaran
matematika?

C. TUJUAN PENULISAN
Dari rumusan permasalahan di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini antara
lain sebagai berikut.
1. Untuk memahami mengenai metode pembelajaran.
2. Untuk memahami faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran.
3. Untuk memahami syarat penggunaan metode pembelajaran.
4. Untuk memahami mengenai jenis-jenis metode pembelajaran.
5. Untuk memahami metode pembelajaran yang dapat diguanak pada era new normal.
6. Untuk memahami mengenai implementasi metode pembelajaran yang ada di dalam
pembelajaran matematika.

D. MANFAAT
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut.

5
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan
sumbangan pemikiran bagi pembaca dalam memahami mengenai metode
pembelajaran
2. Manfaat praktis
Secara praktis makalah ini dapat bermanfaat sebagai berikut.
a. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan mengenai metode pembelajaran yang ada dan
implementasinya di dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran
matematika.
b. Bagi pembaca
Dapat menambah pengetahuan mengenai metode pembelajaran dan
implementasinya di dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran
matematika.

6
BAB II
PEMBAHASAN PERMASALAHAN

A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN


Metode berasal dari kata “method” yang berarti cara. Dalam upaya ilmiah, metode
menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan. Metode berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penting bagi
para guru untuk memiliki pengetahuan mengenai metode-metode mengajar karena
ketercapaian tujuan belajar dan keberhasilan belajar peserta didik sangat bergantung pada
ketepatan metode mengajar yang digunakan guru. Dengan memiliki pengetahuan
mengenai berbagai sifat metode maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan
metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi.
Menurut Yaumi (2013:205), metode merupakan upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan
strategi yang telah ditetapkan. Menurut Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini
(2012:6-7) pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha
mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan
kehendaknya sendiri atau disebut dengan proses belajar.
Menurut Daryanto dan Muljo Rhardjo (2012:148), metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang akan digunakan oleh pengajar dalam
menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode pembelajaran menurut Djamarah, SB. (2006:46) adalah “suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Dalam kegiatan belajar
mengajar, metode diperlukan oleh guru agar penggunaanya bervariasi sesuai yang ingin
dicapai setelah pengajaran berakhir.
Maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang
digunakan oleh guru atau pengajar untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran
yang telah disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI METODE PEMBELAJARAN


Metode sebagai suatu cara dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dengan memahami
sifat dari masing-masing metode, guru akan lebih mudah untuk menentukan metode yang

7
paling sesuai untuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Pemilihan dan penentuan metode
pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.
1. Anak Didik
Anak didik merupakan subjek dan objek dalam pendidikan. Guru memiliki
kewajiban untuk mendidik mereka. Perbedaan individual anak didik pada aspek
biologis intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode
pembelajaran yang sebaiknya guru gunakan untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
2. Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar-mengajar.
Tujuan dalam pendidikan ada berbagai jenis, ada tujuan instruksional, tujuan
kurikuler, tujuan institusional, dan tujuan pendidikan nasional. Metode yang dipilih
guru harus sejalan dengan taraf kemampuan anak didik dan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
3. Situasi
Situasi kegiatan belajar-mengajar yang guru ciptakan sebaiknya berbeda dari
hari ke hari. Guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi
yang diciptakan itu.
4. Fasilitas
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah.
Fasilitas yang tidak lengkap dapat menghambat penggunaan beberapa metode
belajar tertentu.
5. Guru
Latar pendidikan guru dapat mempengaruhi kompetensi seorang guru.
Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode memjadi kendala dalam
memilih dan menentukan metode.

C. SYARAT-SYARAT METODE PEMBELAJARAN


Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi,
sebagai proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Salah satu usaha yang tidak
pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami, kedudukan metode sebagai salah
satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode sebagai alat
motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

8
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar yakni
sebagai berikut.
1. Metode mengajar harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa
2. Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa
3. Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mewujudkan hasil karya
4. Metode mengajar harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih
lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan)
5. Metode mengajar harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan
cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi
6. Metode mengajar harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan
menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.
7. Metode mengajar harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan
sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.

D. JENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN


Menurut Nana Sudjana (2004), terdapat bermacam-macam metode dalam
pembelajaran, yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
resitasi, metode kerja kelompok, metode demonstrasi dan eksperimen, metode
sosiodrama (role-playing), metode problem solving, metode sistem regu (team teaching),
metode latihan (drill), metode karyawisata (field-trip), dan metode simulasi.
1. Metode Ceramah
Ceramah merupakan salah satu metode mengajar yang paling banyak
digunakan dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah ini dilakukan dengan
cara menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik secara langsung atau
dengan cara lisan. Penggunaan metode ini sifatnya sangat praktis dan efisien bagi
pemberian pengajaran yang bahannya banyak dan mempunyai banyak peserta didik.
Metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama
dijalankan dalam sejarah pendidikan, oleh karena itu metode ini boleh dikatakan
sebagai metode pengajaran tradisional karena sejak dulu metode ini digunakan
sebagai alat komunikasi guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Anggapan-
anggapan negatif tentang metode ceramah sudah seharusnya patut diluruskan, baik
dari segi pemahaman artikulasi oleh guru maupun penerapannya dalam proses

9
belajar mengajar

10
disekolah. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat
menggunakan alat-alat bantu media pembelajaran seperti gambar dan audio visual
lainnya.
Definisi lain ceramah menurut bahasa berasal dari kata lego (bahasa latin)
yang diartikan secara umum dengan “mengajar” sebagai akibat guru menyampaikan
pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan
menggunakan buku kemudian menjadi lecture method atau metode ceramah. Metode
ceramah itu sendiri pada dasarnya memiliki banyak pengertian dan jenisnya. Berikut
ini beberapa pengertian dari metode ceramah, antara lain :.
a. Metode ceramah adalah penyajian informasi secara lisan baik formal maupun
informal.
b. Metode ceramah menurut Gilstrap dan Martin 1975 : ceramah berasal dari
bahasa latin yaitu Lecturu, Legu ( Legree, lectus) yang berati membaca
kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru
menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan
pelajaran dengan penggunaan buku.
c. Metode ceramah yaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap
kelasnya, dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian
yang disampaikan kepada siswa. Metode ceramah ini sering kita jumpai pada
proses-proses pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang rendah sampai ke
tingkat perguruan tinggi, sehingga metode seperti ini sudah dianggap sebagai
metode yang terbaik bagi guru untuk melakukan interaksi belajar mengajar. Satu
hal yang tidak pernah menjadi bahan refleksi bagi guru adalah tentang
efektifitas penggunaan metode ceramah yaitu mengenai minat dan motivasi
siswa, bahkan akhirnya juga berdampak pada prestasi siswa.

Definisi metode ceramah diatas, bila langsung diserap dan diaplikasikan tanpa
melalui pemahaman terlebih dahulu oleh para guru tentu hasil yang didapat dari
penerapan metode ini akan jauh dari harapan, seperti halnya yang terjadi dalam
problematika saat ini. Hampir setiap guru sejarah menggunakan metode ceramah
yang jauh dari kaidah-kaidah metode ceramah seharusnya.
Dari bermacam-macan metode pembelajaran yang ada, setiap metode pasti
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut Wina Sanjaya (2006: 148) beberapa
kelebihan metode ceramah diantaranya:

11
a. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah, murah maksudnya
ceramah tidak memerlukan peralatan yang lengkap, sedangkan mudah karena
ceramah hanya mengandalkan suara guru dan tidak memerlukan persiapan yang
rumit;
b. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, artinya materi pelajaran
yang banyak dapat dijelaskan pokok-pokoknya saja oleh guru;
c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan, artinya
guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang perlu ditekankan sesuai
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai;
d. Melalui ceramah guru dapat mengontrol keadaan kelas, karena kelas merupakan
tanggung jawab guru yang ceramah;
e. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih
sederhana.

Metode ceramah juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Wina Sanjaya


(2006: 148) kelemahan metode ceramah adalah sebagai berikut:
a. Materi yang dikuasai siswa dari hasil ceramah akan terbatas pada yang dikuasai
guru
b. Ceramah yang tidak disertai peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme
c. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering
dianggap sebagai metode yang membosankan;
d. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah
mengerti apa yang dijelaskan atau belum.

2. Metode Tanya Jawab


Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa
kepada guru. Metode tanya jawab adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam
proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah.
Metode ini dapat diklasifikasikan sebagai metode tradisional atau
konvensional. Dalam metode tanya jawab, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dan siswa menjawabnya, atau sebaliknya siswa bertanya guru menjelaskan. Dalam
proses tanya jawab, terjadilah interaksi dua arah. Guru yang demokratis tidak akan
menjawabnya sendiri, tetapi akan melemparkan pertanyaan dari siswa kepada siswa

12
atau kelompok lainnya tanpa merasa khawatir dinilai tidak dapat menjawab
pertanyaan itu.

13
Dengan metode tanya jawab tidak hanya terjadi interaksi dua arah tetapi juga banyak
arah. Ketika anak menanyakan tentang bilangan prima, sebagai misal, guru yang
demokratis tidak akan menjelaskan sampai tuntas tentang apa itu definisi bilangan
prima, dan kemudian memberikan contoh bilangan prima. Dari pertanyaan ini akan
muncul beberap orang ayang akan berinteraksi di dalam pertanyaan tersebut. Dalam
penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang senantiasa
berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup pertanyaan
pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa.
Beberapa pengertian metode Tanya Jawab menurut beberapa ahli, yaitu :
a. Menurut Drs. Roestiyah N.K, metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar
dimana guru dan siswa aktif bersama, guru bertanya siswa memberikan
jawaban, siswa mengemukakan pendapat ide baru, dan dengan ini guru
bertujuan.
b. Menurut Drs. Soetomo metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru
menggunakan/memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab, atau
sebaliknya siswa bertanya pada guru an dan guru menjawab peranyaan siswa.
c. Metode Tanya jawab menurut Syaiful B. djamarah adalah cara penyajian
pelajaran dalam bentuk peetanyaan yang harus dijawab, terutama oleh guru
kepada siswa, tapi dapat pula dari siswa kepada guru.
d. Menurut Armai Rief, metode tanya jawab adalah suatu tehnik penyampaian
pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan. Atau suatu metode di
dalam pendidikan dimana guru bertanya sedangkan siswa menjawab tentang
materi yang diperoleh.

Menurut Winarno Surakhmad kelebihan atau sisi positif dari metode tanya
jawab yaitu:
a. Metode tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih aktif bila
dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat monolog.
b. Memberi kesempatan pada siswa atau pendengar untuk mengemukakan hal-
hal, sehingga nampak mana-mana yang belum jelas atau belum dimengerti.
c. Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada, yang dapat dibawa kearah
situasi diskusi

Menurut Sudirman (1992) bahwa kelemahan metode tanya jawab dalam proses

14
pembelajaran antara lain:

15
a. Siswa sering merasa takut, apabila guru kurang dapat medorong siswa untuk
berani dengan menciptakan suasana yang tidak tegang dan akrab,
b. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa
dan mudah dipahami siswa,
c. Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan sampai dua atau tiga orang,
d. Guru masih tetap mendominasi proses belajar mengajar,
e. Apabila jumlah siswa puluhan, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan
pertanyaan kepada setiap siswa,
f. Sering jawaban diborong oleh sejumlah kecil siswa yang menguasai dan
senang berbicara, sedangkan banyak siswa lainnya tidak memikirkan
jawabannya.

3. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah suatu cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan metode diskusi dalam
pembelajaran peserta didik dapat dengan bebas mengemukakan gagasan dan
pendapat. Tujuan dari metode diskusi adalah peserta didik terdorong utnuk
berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang keras, namun tetap harus
mengikuti etika yang telah ditetapkan.
Berdasarkan kelompoknya diskusi dapat terbagi menjadi diskusi kelompok
kecil (small group discussion) dan diskusi kelompok besar (whole group discussion).
Diskusi dapat dipimpin oleh guru, namun guru juga dapat menunjuk peserta didik
yang dianggap mampu untuk memimpin jalannya diskusi. Kegiatan diskusi ini
memberikan kesempatan peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan
informasi yang telah dimilikinya namun tetap saling menghormati dalam
memberikan pendapatnya.
Menurut Soekamto (1997) metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan
pelajaran di mana pendidik memberi kesempatan kepada para peserta didik
(kelompok-kelompok) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun beberapa alternatif pemecahan suatu
masalah. Menurut Usman (2005) diskusi kelompok merupakan suatu proses yang
teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal
dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau

16
pemecahan masalah.

17
Menurut Ariends (2008) diskusi adalah situasi pendidik dan peserta didik atau
peserta didik dan peserta didik lainya bercakap-cakap dan berbagi ide dan pendapat.
Sedangkan Samani (2012) menyatakan bahwa diskusi adalah pertukaran pikiran
(sharing of opinion) antara dua orang atau lebih yang bertujuan memperoleh
kesamaan pandang tentang sesuatu masalah yang dirasakan bersama. Dengan
demikian diskusi merupakan suatu metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat
percakapan antara individu dengan indvidu lainnya yang terbentuk ke dalam wadah
atau kelompok yang dihadapkan oleh suatu permasalahan sehingga mereka dapat
bertukar pikiran untuk mendapatkan pemecahan masalah yang benar melalui
kesepakatan bersama.
Ernasari (2011), menyatakan bahwa diskusi ialah kecakapan ilmiah yang
responsive berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan
problematik pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat dilakukan
oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk
memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenaran.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi
merupakan suatu proses penyampaian materi dengan cara bertukar pendapat atau
pikiran antara guru dengan peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik.
Metode diskusi dapat menumbuhkan motivasi peserta didik untuk berpikir dan
mengeluarkan pendapatnya dengan wawasan pengetahuan yang mampu mencari
jawaban.
Proses atau tahapan pelaksanaan metode diskusi antara guru dengan peserta
didik antara lain sebagai berikut.
a. Guru menetapkan pokok permasalahan dan peserta didik akan mengemukakan
pokok permasalahan yang didiskusikan.
b. Guru menjelaskan tujuan diadakan diskusi.
c. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik dengan bertanya tentang
materi yang didiskusikan.
d. Peserta didik melakukan diskusi sesama peserta didik.
e. Peserta didik menelaah materi yang diajukan guru dan dapat dipahami seluruh
peserta diskusi.
f. Peserta didik ikut aktif memikirkan atau mencatat data dari buku-buku sumber
pengetahuan lainnya agar dapat mengemukakan jawaban yang benar. Pendapat
ini dapat disampaikan dengan pemikiran sendiri maupun pemikiran kelompok.

18
g. Mendengarkan pendapat dari kelompok lain dan menghargai kelompok yang
memberikan pendapat.
h. Mencatat pendapat dari teman-teman dari kelompok lain walaupun jawaban
tersebut belum dengan tepat dijawabnya.
i. Menyimpulkan hasil diskusi dari kelompok lain.

Menurut Subroto (2002) kelebihan dari penggunaan metode diskusi antara lain
sebagai berikut.
a. Metode diskusi melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses belajar.
b. Setiap peserta didik dapat menguji pengetahuan dan penguasaan bahan pelajaran
masing-masing.
c. Menumbuhkan dan mengembangkan berpikir dan sikap ilmiah.
d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi
diharapkan para peserta didik akan dapat memperoleh kepercayaan akan
(kemampuan) diri sendiri.
e. Menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para
peserta didik.

Sedangkan menurut Arief A. (dalam Masni 2013) kelebihan dari metode diskusi
adalah sebagai berikut.
a. Suasana kelas lebih hidup, sebab peserta didik mengarahkan perhatian atau
pikirnnya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
b. Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti sikap toleransi,
demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar, dan sebagainya.
c. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami peserta didik karena mereka
mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
d. Peserta didik dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib
layaknya dalam suatu musyawarah.
e. Membantu peserta didik untuk mengambil keputusan yang lebih baik.
f. Tidak terjebak ke dalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh
prasangka dan sempit.

Kelemahan metode diskusi menurut Subroto (2002) antara lain sebagai berikut.

19
a. Suatu diskusi tidak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaiman hasil
sebab tergantung kepada kepemimpinan peserta didik dan partisipasi anggota-
anggotanya.
b. Suatu diskusi memerlukan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang belum pernah
dipelajar sebelumnya.
c. Jalannya diskusi dapat dikuasai atau didominasi oleh beberapa peserta didik
yang menonjol.
d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi akan tetapi hanya hal-hal yang
bersifat problematik saja yang dapat didiskusikan.
e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak, peserta didik tidak
boleh dikejar-kejar waktu; perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan
dala diskusi sehingga hasilnya tidak mermanfaat.
f. Apabila suasana diskusi hangat dan peserta didik sudah berani mengemukakan
pikiran mereka maka biasanya sulit untuk membatasi pokok permasalahannya.
g. Sering terjadi dalam diskusi peserta didik kurang berani mengemukakan
pendapatnya.
h. Jumlah peserta didik di dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi
setiap peserta didik untuk mengemukakan pandangannya.

4. Metode Resitasi (Penugasan)


Menurut Roestiyah (1991) metode resitasi merupakan salah satu metode dari
beberapa metode yang ada sebagai langkah alternatif dalam rangka mengefektifkan
dan mengefisiensikan proses pembelajaran. Metode resitasi atau penugasan
merupakan metode dimana peserta didik diberi tugas khusus di luar jam pelajaran.
Dalam pelaksanaan metode ini peserta didik dapat mengerjakan tugas tidak hanya di
rumah, melainkan dapat juga dikerjakan di perpustakaan, laboratorium, ruang
praktek, dan sebagainya. Ada lagi yang menyebutkan bahwa metode resitasi adalah
suatu cara mengajar yang dicirikan dengan adanya kegiatan perencanaan antara
peserta didik dengan pendidik mengenai suatu persoalan atau problem yang harus
diselesaikan peserta didik dalam jangka waktu tertentu yang disepakati bersama
antara peserta didik dengan pendidik.
Tugas tersebut diberikan dengan harapan peserta didik melakukan suatu
pekerjaan yang baik dan berguna bagi dirinya, dalam memperdalam dan memperluas
pengetahuan atau peningkatan pemahaman terhadap suatu materi pelajaran yang

20
seringkali memerlukan pendalaman yang lebih dari sekedar penjelasan yang diberikan
oleh seorang pendidik (Djamarah dan Bahri, 2002).
Menurut Djamarah dan Bahri (2002) kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
dalam pembelajaran metode resitasi atau pemberian tugas yakni sebagai berikut.
a. Mempertimbangkan apakah tugas itu akan dikerjakan secara individu maupun
kelompok.
b. Mempertimbangkan kemampuan dan kecerdasan peserta didik.
c. Dapat dimengerti maksud dan tujuannya oleh peserta didik.
d. Selalu mengecek apakah peserta didik benar-benar mengerti apa yang sedang
atau telah dikerjakan.
e. Selalu melayani pertanyaan dari peserta didik jika belum jelas dan memperjelas
tugas yang harus diselesaikan.
f. Tidak membebani peserta didik, oleh karena itu diberikan dalam bentuk
mingguan atau bulanan.

Menurut Soekamto (1997) kegiatan peserta didik dalam pembelajaran metode


resitasi adalah sebagai berikut.
a. Memilih dan mendiskusikan tugas dengan pendidik.
b. Menerima tugas yang telah dibicarakan bersama pendidik.
c. Menyusun rencana penyelesaian tugas.
d. Mencari sumber-sumber data.
e. Mengolah data, baik yang sifatnya tugas individu maupun tugas kelompok.
f. Menyerahkan tugas yang telah selesai dikerjakan.

Metode resitasi merupakan metode mengajar dengan menugaskan peserta


didik untuk membuat resume/rangkuman suatu bahan pelajaran dengan kalimat
mereka sendiri Adapun kelebihan metode resitasi adalah sebagai berikut.
a. Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang kondusif.
b. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pelajaran, sebab dalam
metode ini peserta didik harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu, dalam
hal ini adalah tugas, yang telah dikerjakan.
c. Memberi kebiasaan peserta didik untuk giat belajar.
d. Memberikan tugas peserta didik yang bersifat praktis.

21
Berbagai metode pembelajaran terdapat kelebihan dan kelemahan, adapun
kelemahan dalam metode resitasi, yaitu sebagai berikut.
a. Seringkali tugas di rumah dikerjakan orang lain, sehingga peserta didik tidak
mengetahui tentang pekerjaan itu, yang berarti tujuan pelajaran itu tidak dapat
terpenuhi.
b. Sulit untuk memberikan pekerjaan/tugas karena perbedaan individual peserta
didik dalam kemampuan dan minat belajar.
c. Seringkali peserta didik tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup hanya
menyalin pekerjaan dari temannya.
d. Apabila tugas itu terlalu banyak atau berat akan mengganggu keseimbangan
mental peserta didik tersebut.

5. Metode Kerja Kelompok


Menurut Robet dan Martin (dalam Roestiyah, 2008:15) mendefinisikan
metode kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya
berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Selain itu metode kerja
kelompok juga dapat diartikan sebagai upaya saling membantu antara dua orang atau
lebih, antara individu dengan kelompok lainnya dalam melaksanakan tugas atau
menyelesaikan problem yang dihadapi dan menggarap berbagai program yang
bersifat prospektif guna mengwujudkan kemaslahatan dan kesejateraan bersama
(Sutikno, 2009:100).
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode kerja
kelompok adalah kegiatan sekelompok peserta didik yang saling membantu dalam
melaksanakan tugas atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi guna
mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan bersama.
Jika ditinjau berdasarkan segi proses kerjanya, maka kerja kelompok dibagi
menjadi 2 macam, yaitu sebagai berikut. 1) Kerja kelompok jangka pendek,
Kelompok ini dapat dilaksanakan dalam kelas dalam waktu yang singkat kurang
lebih 20 menit; 2) Kerja kelompok jangka menengah, Dilaksanakan dalam beberapa
hari karena adanya tugas yang cukup memakan waktu yang agak panjang (Krisna,
2010:13).
Pengelompokan sebelum menerapkan metode kerja kelompok didasarkan pada;
1) adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya, 2) kemampuan belajar
peserta didik, 3) minat khusus, 4) memperbesar partisipasi peserta didik, 5)

22
pembagian tugas atau pekerjaan, dan 6) kerja sama yang efektif (Roestiyah, 2008:15
—16).

23
Faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya kerja kelompok, meliputi: 1)
guru, 2) pemimpin kelompok, 3) motivasi yang kuat antara anggota kelompok, 4)
tingkat kesukaran tugas tersebut, 5) hubungan sosial antara anggota kelompok dan 6)
motivasi, minat, keaktifan bahkan kemampuan anggota dalam meyelesaikan
masalah, dan 7) situasi yang menyenangkan.
Penggunaan metode kerja kelompok dalam penyampaian materi memberikan
keuntungan, yaitu sebagai berikut.
a. Dapat memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah.
b. Dapat memberikan kesempatan pada para peserta didik untuk lebih instensif
mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan memperhatikan peserta didik
sebagai individu serta kebutuhannya dakan belajar.
d. Para peserta didik lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka
lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.
e. Dapat memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya,
menghargai pendapat orang lain dalam mencapai tujuan bersama (Roestiyah,
2008:17).

Tetapi di samping memberikan keuntungan metode kerja kelompok juga


mempunyai kelemahan, yaitu sebagai berikut,
a. Kerja kelompok sering hanya melibatkan kepada peserta didik yang mampu
sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.
b. Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-
beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula.
c. Keberhasilan metode kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan peserta
didik memimpin kelompok atau untuk berkerja sendiri (Roestiyah, 2008:17).

6. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan
atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah , 2000).

24
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan
sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Metode demonstrasi cocok digunakan apabila:
a. Untuk memberikan latihan keterampilan tertentu kepada peserta didik.
b. Untuk memudahkan penjelasan yang diberikan agar peserta didik langsung
mengetahui.
c. Untuk membantu peserta didik dalam memahami suatu proses secara cermat.
Dalam mempersiapkan metode demonstrasi, harus memperhatikan perumusan
tujuan yang jelas, menetapkan garis besar langkah domonstrasi, mempertimbangkan
waktu yang dibutuhkan, penetapan rencana untuk menilai kemajuan peserta didik.

Kelebihan metode demonstrasi adalah sebagai berikut.


a. Membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau
kerja suatu benda karena adanya praktik secara langsung
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui
pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

Kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut.


a. Peserta didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan
dipertunjukkan.
b. Materi yang dapat di demonstrasikan tidak menyeluruh
c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa
yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
d. Metode ini hanya bisa di lakukan apabila jumlah peserta didik tidak terlalu
banyak.

7. Metode Eksperimen
Menurut Sagala, metode eksperimen dalam pembelajaran adalah cara
penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan peserta didik melakukan percobaan
untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Definisi
ini sejalan dengan pendapat Roestiyah, yang menyatakan bahwa metode

25
eksperimen

26
adalah salah satu cara mengajar, dimana peserta didik melakukan suatu percobaan
tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya,
kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Implementasi pembelajaran eksperimen selalu menuntut penggunaan alat
bantu yang sebenarnya karena, esensi pembelajaran ini adalah mencobakan sesuatu
objek. Oleh karena itu, dalam prosesnya selalu mengutamakan aktivitas peserta
didik sehingga peran guru cenderung lebih banyak sebagai pembimbing dan
fasilitator.
Penggunaan metode eksperimen dalam sains mempunyai tujuan agar peserta
didik mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-
persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri selain itu juga
melatih peserta didik untuk berfikir ilmiah (scientific thinking). Jelas bahwa dengan
metode eksperimen peserta didik lebih kreatif daripada guru, karena di sini peserta
didik melakukan pengamatan sendiri untuk mengetahui kebenaran dari teori yang
sedang dipelajarinya.
Ada tiga tahap atau prosedur dalam melaksanakan metode eksperimen, yaitu:
a. Tahap persiapan, sebelum eksperimen ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya; peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok yang
heterogen, kemudian mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipraktekkan
oleh setiap kelompok sesuai dengan judul masing-masing. Selanjutnya guru
mengemukakan tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik.
b. Tahap pelaksanaan, pada tahap pelaksanaan eksperimen guru mempersilahkan
masing-masing kelompok untuk memulai kegiatan, selama peserta didik
melakukan kegiatan suasana yang diciptakan harus ceria atau tidak
menegangkan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dalam
melakukan percobaan, guru mengontrol jalannya kegiatan dengan
memperhatikan reaksi seluruh peserta didik, ini bertujuan agar semua siswa
mengikuti jalannya eksperimen.
c. Tahap tindak lanjut, tahap ini adalah tahap untuk mengakhiri eksperimen.
Setelah proses percobaan selesai dilakukan, perlu diakhiri dengan pemberian
tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan eksperimen serta
proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini perlu untuk meyakinkan apakah
peserta didik memahami proses percobaan atau tidak. Selain memberi tugas
yang relevan, ada baiknya guru melakukan evaluasi Bersama tentang jalannya

27
proses percobaan (eksperimen) untuk perbaikan selanjutnya.

28
Keunggulan metode eksperimen adalah:
a. Membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik
b. Membangkitkan sikap ilmiah peserta didik
c. Membuat pembelajaran bersifat aktual
d. Membina kebiasaan belajar kelompok maupun individu.

Kelemahan atau kendala-kendala yang kemungkinan perlu diantisipasi oleh


guru jika menerapkan metode eksperimen, di antaranya:
a. Memerlukan alat dan biaya yang cukup banyak
b. Memerlukan waktu yang relatif lama
c. Sangat sedikit sekolah yang memiliki fasilitas eksperimen

Dari keunggulan dan kelemahan metode eksperimen di atas, maka guru


sebagai fasilitator mampu mengatasi sehingga proses belajar tidak terganggu.

8. Metode Sosiodrama (Role-playing)


Dalam buku Konsep dan Makna Pembelajaran (Syaiful Sagala,2014:213),
Sosiodrama (Role Playing) berasal dari kata sosio dan drama. Sosio berarti kegiatan
sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat pada kegiatan-kegiatan sosial.
Sedangkan drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan, atau
memperlihatkan. Sosial atau masyarakat terdiri dari manusia yang satu sama lain
terjalin hubungan yang dikatakan hubungan sosial
Sosiodrama merupakan sebuah model pembelajaran yang berasal dari dimensi
pendidikan individu maupun sosial. Metode ini membantu masing-masing peserta
didik untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial dan membantu
memecahkan masalah pribadi dengan bantuan kelompok. Dalam sosiodrama peserta
didik mengeksplorasi masalah-masalah tentang hubungan antar manusia dengan cara
memainkan peran dalam situasi permasalahan (Bruce Joyce, dkk : 2009:328).
Menurut (Bruce Joyce dkk, 2009 :329), tujuan dari metode pembelajaran ini
adalah sebagai berikut.
a. Mengeksplorasi perasaan peserta didik
b. Mentransfer dan mewujudkan pandangan mengenai perilaku nilai dan persepsi
peserta didik

29
c. Mengembangkan skill pemecahan masalah dan tingkah laku
d. Mengeksplorasi materi pelajaran dalam cara yang beda

Metode sosiodrama oleh Mansyur (dalam Syaiful Sagara, 2014:213)


mempunyai kelebihan, antara lain sebagai berikut.
a. Peserta didik akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu
memainkan peran siswa dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai
dengan waktu yang tersedia.
b. Bakat yang terpendam pada peserta didik dapat dipupuk sehingga
dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni dari sekolah
c. Kerjasama antar peserta didik akan ditemukan dan dibina dengan sebaik-baiknya
d. Peserta didik memperoleh kebiasaan untuk menerima atau/dan membagi
tanggung jawab dengan sesamanya

Dalam buku Konsep dan Makna Pembelajaran (Syaiful Sagara, 2014:213-


214), metode sosiodrama mempunyai kelemahan antara lain sebagai berikut.
a. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam pemahaman isi bahan
pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.
b. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi
kurang bebas
c. Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain.

9. Metode Problem Solving


Hanlie Murray, Alwyn Oliver, dan Piet Human menjelaskan bahwa
pembelajaran penyelesaian masalah (problem solving) merupakan salah satu dasar
teoritis dari berbagai strategi pembelajaran yang menjadikan masalah (problem)
sebagai isu utamanya, termasuk juga Problem Based Learning dan Problem Posing.
Akan tetapi dalam praktiknya problem solving lebih banyak diterapkan untuk
pelajaran Matematika (Huda, 2013: 273).
Metode pemecahan masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis
dalam usaha mencari pemecahan atau jawaban oleh siswa (Heriawan, 2012: 92).
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) merupakan suatu metode
berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya

30
yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan (Djamarah,
2013: 91).
Syaiful Bahri Djamarah (2014: 137) menguraikan langkah-langkah metode
Problem Solving sebagai berikut.
a. Guru membagi kelas kedalam kelompok-kelompok kecil.
b. Guru membagikan LKS yang berisi permasalahan-permasalahan yang harus
dipecahkan.
c. Peserta didik mencari data atau keterangan dari berbagai sumber yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah, misalnya buku, artikel, atau
diskusikelompok.
d. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.
e. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini peserta
didik harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa
jawaban tersebut betul-betul cocok, apakah sesuai dengan jawaban sementara
atau sama sekali tidak sesuai.
f. Menarik kesimpulan, peserta didik harus sampai kepada kesimpulan terakhir
tentang jawaban dari masalah tadi.
g. Mempresentasikan hasil jawaban dari persoalan yang telah dipecahkan.

Model pembelajaran Problem Solving memiliki beberapa kelebihan


sebagaimana yang dikemukakan oleh (Shoimin,2014: 137). Kelebihan model
Problem Solving antara lain sebagai berikut.
a. Dapat membuat peserta didik lebih menghyati kehidupan sehari-hari.
b. Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan
memecahkan masalah secara terampil.
c. Mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif.
d. Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.
e. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
f. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.

Selain memiliki kelebihan, model ini juga memiliki kekurangan dalam


penerapannya. Kekurangan model pembelajaran Problem Solving menurut Shoimin
(2014 :138) yakni sebagai berikut.
a. Memerlukan cukup banyak waktu.

31
b. Melibatkan lebih banyak orang.
c. Dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru.

10. Metode Sistem Regu (Team Teaching)


Penerapan metode team teaching merupakan salah satu upaya untuk
membantu guru mengelola pembelajaran yang baik. Menurut Jang (2006) metode
team teaching melibatkan dua atau lebih guru secara bersama-sama bertanggung
jawab untuk memaksimalkan belajar mengajar atau pengajaran menjadi lebih baik
dan peningkatan hasil belajar siswa. Kolaborasi melibatkan peran dan kerja sama
guru (teaching partners).
Metode team teaching menjadi wahana aktualisasi guru dalam berkolaborasi
satu sama lain dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Definisi ini sesuai dengan
yang dijelaskan oleh Kusyari (2012) bahwa metode team teaching merupakan suatu
metode mengajar dengan jumlah guru lebih dari satu orang, dimana masing-masing
akan mempunyai tugas tertentu. Senada dengan yang dikatakan oleh Goetz (2000)
metode team teaching dapat didefinisikan sebagai kelompok dari dua atau lebih guru
bekerja sama untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan belajar
untuk kelompok peserta didik yang sama. Selain itu, Stewart (2005) juga
mendefinisikan sebagai berikut team teaching melibatkan sekelompok instruktur
untuk membantu sekelompok siswa belajar.
Berdasarkan definisi team teaching yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa metode team teaching adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan oleh
lebih dari satu orang guru dalam satu kelompok siswa yang sama dengan cara
membagi tugas dalam mengajarkan topik pelajaran, bersama-sama mengamati siswa,
mengevaluasi pengajaran dan saling mendukung untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
Tujuan dari metode team teaching ini adalah untuk dapat meningkatkan
prestasi hasil belajar siswa (Kusyairi, 2012) melalui adanya kelompok kohesif
dengan motivasi yang tinggi (Buckley, 2000). Senada dengan yang dikatakan oleh
Jang (2006) bahwa metode team teaching melibatkan dua atau lebih guru yang
secara kolektif bertanggung jawab untuk memaksimalkan belajar mengajar atau
pengajaran menjadi lebih baik dan peningkatan belajar siswa. Tujuan lain dari team
teaching yaitu untuk menghindari beban guru yang terlalu berat jikalau harus

32
mengajar seorang diri

33
dan sekaligus harus memperhatikan karakteristik masing-masing siswa (Kisworo,
2000). Senada dengan yang dikatakan oleh Wulandari (2013) melalui team teaching,
guru akan saling membantu dalam hal melengkapi kekurangan mereka.
Berdasarkan pemaparan di atas tujuan dari team teaching yaitu meningkatkan
hasil belajar siswa, menghindari beban guru yang terlalu berat dan mengajar lebih
maksimal karena kelompok yang kohesif dengan motivasi tinggi, inisiatif antar
individu dan kerja sama antar sesama guru.
Secara garis besar, team teaching terbagi dua, yaitu semi team teaching dan
full team teaching. Kusyairi (2012) menjelaskan kedua jenis team teaching sebagai
berikut:
1) Semi team teaching
Bentuk atau jenis semi team teaching ini terdiri atas tiga tipe, yakni:
a. Sejumlah guru mengajar mata pelajaran yang sama di kelas yang berbeda.
Perencanaan materi dan metode disepakati bersama.
b. Satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru secara bergantian
dengan pembagian tugas, materi dan evaluasi oleh guru masing-masing.
c. Satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru dengan mendesain siswa
secara berkelompok.
2) Full Team Teaching
Full team teaching yaitu metode pembelajaran dimana satu tim terdiri dari
dua orang guru atau lebih yang mengajar pada waktu dan kelas yang sama
dalam mata pelajaran (materi) tertentu. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
dilaksanakan secara bersama-sama. Kata kunci metode full team teaching adalah
keikhlasan berkerja sama dengan berpegang pada visi dan misi yang sama.
Adapun variasi pembelajaran metode full team teaching, yaitu:
a. Pelaksanaan bersama, seorang guru sebagai penyaji atau menyampaikan
informasi, seorang guru membimbing diskusi kelompok atau
membimbing latihan individual.
b. Anggota tim secara bergantian menyajikan topik atau materi. Diskusi atau
tanya jawab dibimbing secara bersama dan saling melengkapi jawaban
dari anggota tim.
c. Seorang guru (senior) menyajikan langkah latihan, observasi, praktik dan
informasi seperlunya. Kelas dibagi dalam kelompok, setiap kelompok
dipandu seorang guru (tutor, fasilitator, mediator). Akhir pembelajaran

34
masing-masing kelompok menyajikan laporan baik dalam bentuk lisan
ataupun dalam bentuk tertulis dan ditanggapi bersama serta disimpulkan
bersama.

Kelompok atau team terdiri atas guru-guru yang mempunyai kompetensi dan
keahlian yang mungkin saja berbeda, tapi mereka harus bergabung dalam satu team
work untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran pada jam pelajaran dan
kelas atau rombongan belajar yang sama. Untuk memfasilitasi proses ini ruang kelas
yang biasa digunakan dapat ditata sedemikian rupa sehingga menyenangkan.
Beberapa kelebihan dari team teaching:
a. Team teaching, diharapkan dapat membangun budaya kemitraan yang positif
diantara guru sehingga terjalin kerja sama (kolaborasi) dalam meningkatkan
proses pembelajaran yang lebih baik.
b. Team teaching dapat lebih mematangkan kegiatan perencanaan dan persiapan
mengajar. Dua orang guru atau lebih bisa saling berdiskusi untuk menyusun
perencanaan pembelajaran, sehingga dapat mengantisipasi berbagai kendala
dalam pelaksanaan pembelajaran.
c. Team teaching dapat menjamin pengawasan pembelajaran secara efektif.
Dengan melibatkan lebih dari satu orang guru di dalam satu kelas, maka
masing-masing siswa bisa mendapatkan perhatian yang cukup dalam memahami
pelajaran yang diberikan. Hal ini membuat guru semakin peka terhadap situasi-
situasi aktual di kelas.
d. Team teaching dapat menjalin komunikasi yang intensif antar guru. Apabila
team teaching ini terdiri guru senior dan pemula, maka guru yang
berpengalaman (senior) dapat membagi pengalamannya kepada guru pemula
dan masing-masing juga saling melengkapi kekurangannya. Sehingga team
teaching ini secara tidak langsung bisa menjadi sarana pelatihan dan bimbingan
bagi guru pemula yang baru dalam menjalankan tugasnya.
e. Team teaching dapat menjadi alternatif untuk memenuhi beban mengajar 24 jam
dalam satu minggu, sebagaimana tuntutan yang terdapat dalam PP No 74 tahun
2008 Bab IV pasal 52 ayat 2 tentang Beban Kerja guru, terutama bagi sekolah
yang memiliki ratio jumlah guru dengan siswanya yang tidak seimbang.

Kelemahan metode pembelajaran team teaching adalah sebagai berikut:

35
a. Sebagai guru reinstant terhadap metode pengajaran saja, yaitu pengajaran single
teacher teaching. Sehingga team teaching dirasakan suatu hal yang
mengungkung.
b. Sebagian guru tidak suka terhadap perilaku atau hal lain anggota timnya.
Sehingga, hal ini akan menghambat kerjasama di antara anggota tim.
c. Sebagian lainnya merasa bahwa mereka bekerja lebih banyak dan lebih keras,
namun gajinya sama dengan anggota timnya yang notabene kinerjanya lebih
buruk.
d. Adapula para guru yang tidak mau berbagi ilmu sesama anggota tim karena
mereka merasa bahwa mendapat ilmu itu sangat susah. Sehingga, mereka lebih
memilih untuk menikmati sendiri pengetahuan yang dimiliki.
e. Team teaching memerlukan energi dan pemikiran lebih banyak dibanding
dengan mengajar secara individu.

11. Metode Latihan (Drill)


Menurut Sugihartono, (2007:82) mengemukakan bahwa “metode latihan atau
drill” merupakan metode penyampaian materi melalui upaya penanaman terhadap
kebiasaan-kebiasaan tertentu”. Melalui penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan
tertentu ini diharapkan siswa dapat menyerap materi secara optimal. Roestiyah N.K.
(2001:125) mengemukakan bahwa “metode latihan ialah suatu teknik atau metode
yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan
kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang
lebih tingkat dari apa yang telah dipelajari”.
Metode drill sebagai metode mengajar merupakan cara mengajar dengan
memberikan latihan secara berulang-ulang terhadap apa yang telah diajarkan guru
sehingga diperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentu. Hal tersebut sejalan
dengan teori belajar behaviorisme yaitu pengulangan dan pelatihan digunakan
supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan (Heri Rahyubi, 2012: 16).
Selain itu, sejalan pula dengan hukum latihan (law of exercise) yang dikemukakan
oleh Thorndike (dalam Evarini Siregar dan Hartini Nara, 2011: 29) “jika respon
terhadap stimulus diulang-ulang, maka akan memperkuat hubungan antara respon
dengan stimulus, sebaliknya jika respon tidak digunakan, hubungan dengan stimulus
semakin lemah”. Metode drill cocok untuk mengajarkan keterampilan motorik
maupun keterampilan mental. Sebagai sebuah metode, drill adalah cara

36
memberlajarkan siswa

37
untuk mengembangkan kemahiran dan keterampilan serta dapat mengembangkan
sikap dan kebiasaan (Abdul Majid, 2013:214).
Drill adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali atau kontinu
untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang
dipelajari (Sriyono:1991). Lebih dari itu diharapkan agar pengetahuan atau
keterampilan yang telah dipelajari itu menjadi permanen, mantap, dan dapat
dipergunakan setiap saat oleh yang bersangkutan. Metode ini tepat untuk
memperoleh:
a. Kecakapan memoris : mengucapkan kata-kata, tanya jawab, pemakaian tata
bahasa (grammar) yang tepat dalam pengajaran bahasa asing.
b. Kecakapan mental: dalam perkalian, menjumlah, mengurang, membagi, dan
lain- lain.
Metode drill (latihan) merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara
kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk
memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan
(Syaiful:1995).
Tujuan penerapan metode drill agar siswa dapat secara langsung memahami
materi yang diajarkan guru. Guru perlu merumuskan tujuan yang jelas dan hendak
dicapai oleh siswa. Metode drill biasanya digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap.
b. Untuk memperoleh pengetahuan, setelah melaksanakan latihan akan
memperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan siswa di sekolah,
melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah.
c. Dengan melaksanakan latihan siswa aktif belajar.
d. Merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik. Memupuk
inisiatif dan berani bertanggung jawab sendiri.
e. Selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang
belajarnya.
Metode drill dipergunakan apabila suatu pokok bahasan atau aspek-aspek
tertentu yang memerlukan latihan yang lebih banyak atau memerlukan penjelasan
lebih lanjut melalui eksperimen atau sumber-sumber informasi lain yang lebih luas.
Dalam keadaan darurat, di mana guru karena sesuatu hal tidak dapat mengajar baik
untuk sebagian maupun seluruh jam pelajaran dan tidak ada guru lain maka siswa

38
dapat mengerjakan latihan mandiri.

39
Pada penerapan pembelajaran metode drill diperlukan langkah-langkah yang
efektif agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Adapun langkah-
langkah penerapan metode drill yaitu :
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, guru melakukan persiapan berdasarkan
penerapan metode drill. Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran, instrumen penelitian, daftar kehadiran siswa, dan soal latihan
siswa untuk setiap pertemuan. Pada saat membuat latihan, guru harus
mempertimbangkan: tujuan yang akan dicapai, jenis latihan yang jelas dan tepat
sehingga siswa mengerti apa yang diberikan, sesuai dengan kemampuan siswa,
ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa, dan sediakan
waktu yang cukup untuk mengerjakan latihan tersebut.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan harus berdasarkan rencana pelaksanaan
pembelajaran menggunakan penerapan metode drill. Kegiatan awal dimulai
dengan menyampaikan kompetensi dasar, standar kompetensi, indikator dan
tujuan pembelajaran. Selanjutnya kegiatan inti, dimulai dengan menyampaikan
materi pembelajaran sesuai indikator pembelajaran. Pokok bahasan yang
dijelaskan oleh guru adalah Integral. Kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan
latihan. Langkah ini meliputi: diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru,
diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja, diusahakan/dikerjakan oleh
siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain, dan dianjurkan agar siswa mencatat
hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.
c. Tahap Pelaksanaan Pengamatan (Observasi) dan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan proses observasi selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Pada akhir siklus diadakan tes tertulis untuk mengukur hasil
belajar. Langkah ini meliputi laporan siswa secara tertulis dari apa yang telah
dikerjakannya, ada tanya jawab/diskusi kelas, penilaian hasil pekerjaan siswa
baik dengan tes maupun nontes atau cara lainnya. Siswa akan mendalami dan
mengalami sendiri pengetahuan yang dicarinya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya tinggal lama dalam pikiran atau jiwanya. Jika siswa dalam
melaksanakan latihannya ditunjang dengan minat dan perhatian serta kejelasan
tujuan belajarnya, maka latihan tersebut dapat mengembangkan daya berpikir
inisiatif, kreatif dan melatih siswa bertanggung jawab.

40
d. Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi, selanjutnya
dianalisis. Dari hasil tersebut, peneliti akan merefleksi diri tentang keberhasilan
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada setiap siklus. Data yang
dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk
melaksanakan siklus selanjutnya.

Metode latihan memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan ketika diterapkan


dan digunakan dalam proses pembelajaran. Haryanto, dkk (2003:42) terdapat
kelebihan dan kekurangan metode latihan, sebagai berikut:
1) Kelebihan Metode Latihan
a. Anak mendapatkan kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan huruf,
membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Anak mendapatkan kecakapan mental seperti perkalian, penjumlahan,
pengurangan, pembagian, dan tanda-tanda atau simbol.
c. Membentuk kebiasaan sehingga dapat menambah kecepatan dan ketepatan
pelaksanaan.
d. Anak dapat memperoleh ketangkasan dan keterampilan dalam melakukan
sesuatu sesuai dengan yang akan dipelajari.
e. Menumbuhkan rasa percaya diri anak karena berhasil memperoleh
keterampilan khusus yang berguna untuk kehidupan sehari-hari.
f. Guru dapat memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta didik saat
pembelajaran berlangsung.
2) Kelemahan Metode Latihan
a. Menghambat inisiatif karena anak lebih diarahkan pada satu kebiasaan
tertentu.
b. Latihan yang dilakukan secara berulang-ulang menyebabkan anak mudah
bosan.
c. Membentuk kebiasaan yang kaku karena anak lebih banyak ditujukan untuk
memberikan respon secara otomatis.

Berdasarkan kelebihan dan kelemahan metode latihan yang disebutkan di atas


dapat disimpulkan bahwa latihan mempunyai banyak kelebihan maupun kekurangan
dalam proses belajar mengajar. Dengan melihat kelebihan metode latihan, guru atau

41
pelatih dapat menentukan bahwa metode ini dapat membuat anak menjadi lebih
tangkas dan terampil. Sedangkan dengan melihat kelemahan, maka guru harus dapat
mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada dalam metode latihan (drill) supaya anak
tidak cenderung bosan ketika pelajaran berlangsung.

12. Metode Karya Wisata (Field-trip)


Menurut Anitah (2008: 5.29), Pembelajaran outdoor hampir identik dengan
pembelajaran karya wisata artinya aktivitas belajar siswa dibawa ke luar kelas.
Pembelajaran ini harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis
dan sistemik. Sering dalam implementasi outdoor, siswa tidak memiliki panduan
belajar sehingga esensi kegiatan tersebut kurang dirasakan manfaatnya.
Pembelajaran outdoor selain untuk peningkatan kemampuan juga lebih bersifat
untuk peningkatan aspek-aspek psikologi siswa, seperti rasa senang dan rasa
kebersamaan yang selanjutnya berdampak terhadap peningkatan motivasi belajar
siswa.
Karakteristik dari pembelajaran outdoor yaitu menemukan sumber bahan
pelajaran sesuai dengan perkembangan masyarakat, dilaksanakan di luar kelas atau
sekolah, memiliki perencanaan, aktivitas siswa lebih muncul dari pada guru, aspek
pembelajaran merupakan salah satu implementasi dari pembelajaran berbasis
kontekstual (Anitah, 2008: 5.29).
Menurut Muslisch M. (2009:239), pembelajaran luar kelas adalah guru
mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan
dengan tujuan mengakrabkan siswa dengan lingkungannya. melalui pembelajaran
luar kelas peran guru adalah sebagai motivator artinya guru sebagai pemandu agar
siswa belajar secara aktif, kreatif, dan akrab dengan lingkungan.
Adapun keuntungan dari belajar di luar kelas menurut Sudjana (2007:208),
yaitu sebagai berikut.
a. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan dibandingkan siswa
duduk di kelas berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi.
b. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan
keadaan yang sebenarnya atau bersifat alamiah.
c. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga
kebenarannya lebih akurat.

42
d. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara,
membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta, dan lain- lain.
e. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa
beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan
dan lain- lain.
f. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di
lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan
kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk cinta lingkungan.

Beberapa kelemahan dan kekurangan yang sering terjadi dalam


pelaksanaannya berkisar pada teknis pengaturan waktu dan kegiatan belajar.
(Sudjana, 2007: 209) misalnya:
a. Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan pada
waktu siswa dibawa ketujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan
sehingga ada kesan main-main. Kelemahan ini bisa diatasi dengan persiapan
yang matang sebelum kegiatan itu dilaksanakan. Misalnya, menentukan tujuan
belajar yang diharapkan dimiliki siswa, menentukan cara bagaimana siswa
mempelajarinya, menentukan apa yang harus dipelajarinya, berapa lama
dipelajari, cara memperoleh informasi, mencatat hasil yang diperoleh, dan lain-
lain.
b. Ada kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan
memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga menghabiskan waktu untuk
belajar di kelas.
c. Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam kelas.
Guru lupa bahwa tugas belajar siswa dapat dilakukan di luar jam kelas atau
pelajaran baik secara individual maupun kelompok dan satu diantaranya dapat
dilakukan dengan mempelajari keadaan lingkungannya.

13. Metode Simulasi


Menurut Marsitoh, simulasi adalah suatu usaha pembelajaran untuk
memperoleh pemahaman akan hakekat suatu konsep atau prinsip, atau suatu
keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latian dalam situasi tiruan.
Melalui

43
simulasi itu peserta didik akan mampu menghadapi kenyataan yang mungkin terjadi
secara lebih efektif dan efisien.
Paul A. Twekel mendefinisikan simulasi sebagai berikut.
“Simulation is defined as obtaining the essence of something but without all aspect
of reality. Its purpose…is to provide a wide assortment of adulttype encounter,
without fear of serious reprisal from wrong actions or judgments.”
Maksud dari pernyataan di atas adalah bahwa simulasi adalah mirip dengan
latihan, tetapi tidak dalam realitas sebenarnya dan tidak meliputi semua aspek. Hal
ini bertujuan untuk memperoleh essensi dari situasi tersebut melalui prosedur
dengan tanpa adanya kecemasan dalam melakukan tindakan atau pertimbangan yang
salah.
Musser menyatakan bahwa
”A simulation is a representation of an experiment using some appropiate
objects (slips of paper, dice, coin, object in the bag, etc) or perhaps computer
program.”
yang artinya bahwa simulasi adalah gambaran dari suatu percobaan dengan
menggunakan benda yang sesuai seperti potongan kertas, dadu, mata uang logam,
benda dalam tas dan lain-lain ataupun dengan progam komputer.
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa metode simulasi merupakan
metode bermain peran dimana peserta didik menerima peran, dan sebagai pembuat
keputusan, seolah-olah mereka terlibat dalam keadaan situasi yang aktual
Metode simulasi mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya adalah:
a. Kegiatan simulasi secara alami mendorong motivasi para peserta didik agar
berpartisipasi.
b. Memungkinkan berbagai tipe eksperimen yang tidak mungkin dilaksanakan
dalam lingkungan nyata.
c. Mengurangi tingkat abstraksi karena peserta didik secara langsung terlibat
dalam kegiatan.
d. Menurut interaksi antar peserta didik yang akan menciptakan keakraban dalam
kesatuan kelas serta memungkinkan guru bekerjasama secara luas dengan para
peserta didik.
e. Kegiatan-kegiatan simulasi memajukan dan mengajari kegiatan berfikir kritis,
sebab mereka aktif menganalisis berbagai tindakan/ gerakan serta berbagai
konsekuensinya.

44
Kelemahan metode simulasi adalah sebagai berikut.
a. Strategi ini menuntut pengelompokan siswa secara luwes sehingga sering terjadi
gerakan perpindahan, baik dalam kelas maupun dalam bangunan.
b. Menghendaki banyak imajinasi dari guru maupun peserta didik.
c. Membutuhkan waktu dan biaya ekstra.
d. Membuat kelas menjadi ramai sehingga kadang-kadang sulit untuk
membedakan apakah keramaian itu memberikan suatu proses pembelajaran atau
tidak.
e. Sering mendapat kritik dari orang tua karena dianggap permainan saja
implementasi.

Dalam buku yang ditulis oleh Jumanta Hamdayama (2014) terdapat beberapa
metode pembelajaran lainnya yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
diantaranya adalah : metode student team achievement, metode eksperimen, metode
diskusi, metode snowball throwing metode ceramah, metode number head together
(kepala bernomor), metode pemberian tugas dan resitasi, metode role playing, metode
think pair and share, metode pembelajaran berbasis masalah, dan metode pembelajaran
picture and picture.
Seiring berkembangnya jaman, penelitian dalam pendidikan mengembangkan
metode-metode termuktakhir yang didesain dan dikembangkan untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan pendidikan saat ini. Metode-metode termuktakhir tersebut antara lain
sebagai berikut.
1. Metode Whole Brain Teaching
Whole brain teaching dikembangkan oleh Chris Biffle pada tahun 2007.
Metode pembelajaran whole brain teaching memfokuskan pada penguasaan serta
ketuntasan pemahaman dan kemampuan peserta didik untuk mengungkapkan
kembali konsep, penjelasan ataupun rumus yang disampaikan oleh pendidik.
Konsep dasar pembelajaran ini yakni metode pembelajaran yang mengajarkan
untuk mengenali prinsip belajar peserta didik yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu
visual, verbal dan body/kinestetik. Metode pembelajaran ini melibatkan para
peserta didik untuk melihat, mendengar, melakukan, berbicara, dan sementara
mereka banyak bersenang-senang.
Desain pembelajaran yang disusun berdasarkan whole brain teaching
memungkinkan guru dan peserta didik untuk mengintegrasikan sistem manajemen

45
kelas yang efektif dengan pendekatan belajar yang memanfaatkan otak secara

46
keseluruhan. Menurut Sumarticus, desain ini mampu meningkatkan sistem
penyimpanan informasi siswa terhadap konsep-konsep dasar materi pembelajaran
sampai dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Sedangkan menurut Chris
Biffle desain ini dapat meningkatkan peran aktif peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran, meningkatkan motivasi dan kemampuan peserta didik untuk
mengkomunikasikan matematika. Kondisi ini akan sangat berpengaruh pada proses
pembelajaran yang terjadi sehingga akan berdampak pada hasil yang diperoleh.
Metode ini mempunyai 6 langkah pembelajaran yang sederhana dan mudah
dipahami yaitu class-yes, classroom rules, teach okey, score board, hand and eyes,
dan switch. Berikut ini langkah-langkah metode pembelajaran whole brain
teaching.
a. Class “Yes”
Langkah pertama pada metode pembelajaran whole brain teaching ialah
memfokuskan perhatian peserta didik. Pada tahap ini pendidik mengarahkan
perhatian peserta didik pada kegiatan pembelajaran dengan mengucap kata
“class”dengan intonasi tertentu. Selanjutnya peserta didik menjawab ucapan
dengan kata “yes” dengan intonasi kata yang sama. Intonasi pendidik sangat
efektif digunakan untuk menarik perhatian peserta didik.. Saat peserta didik
fokus kepada pendidik inilah saat yang tepat dimanfaatkan oleh pendidik untuk
menjelaskan berbagai konsep yang diinginkan.
b. Classroom rules
Terdapat lima aturan di dalam kelas yang berfungsi sebagai
pengorganisasi kelas. Kelas akan lebih terorganisir dengan adanya aturan yang
berlaku didalam kelas. Lima aturan yang harus diberikan didalam kelas dalam
metode whole brain teaching adalah ikuti petunjuk dengan cepat, angkat
tanganmu jika ingin berbicara, angkat tangan jika ingin meninggalkan tempat
duduk, buat pilihan yang cerdas, dan jagalah agar pendidik tetap senang.
Strategi ini harus dikenalkan pada peserta didik terlebih dahulu diawal proses
pembelajaran. Pendidik dapat memberikan instruksi kepada peserta didik
untuk menghafal semua aturan tersebut. Pada proses pembelajaran pendidik
hanya tinggal mengucapkan aturan-aturan yang dilanggar atau yang diikuti
oleh peserta didik dan peserta didik diharapkan dapat memahaminya.
c. Teach “Okay”
Pada tahapan ini seluruh bagian otak difungsikan, seluruh bagian otak

47
digunakan dalam proses pembelajaran. Tahapan ini dibagi menjadi tiga bagian

48
yaitu, bagian pertama adalah memfokuskan perhatian peserta didik dengan
menggunakan Class ”Yes”. Selanjutnya bagian kedua adalah memberikan
instruksi atau apapun yang diinginkan pendidik agar peserta didik belajar,
misalnya memerintahkan peserta didik membuka buku, membaca dan
memperhatikan penjelasan konsep dari pendidik. Bagian ketiga adalah
bertepuk tangan dua kali dan mengatakan “teach” dan peserta didik menjawab
“okay”. Pada awal pembelajaran peserta didik dijelaskan bahwa saat pendidik
mengatakan “teach” maka peserta didik yang harus menjelaskan apa yang
diberikan pendidik kepada pasangan atau kelompok maksimal 3 orang dan
minimal 2 orang.
d. The scoreboard
Pada langkah ini pendidik melakukan penilaian terhadap kinerja peserta
didik selama proses pembelajaran pada papan tulis yang telah dibuat bentuk
tabel. Tabel dibuat dengan dua kolom dimana kolom pertama bagian atas
diberi ikon wajah orang tersenyum sedangkan kolom kedua di bagian atas
diberi ikon wajah orang sedih. Kolom wajah gembira diberi skor satu jika
pendidik menilai kinerja peserta didik dianggap sesuai dengan harapan
pendidik. Sedangkan kolom wajah sedih diberi skor satu jika kinerja peserta
didik dianggap kurang baik. Scoreboard ini dapat berfungsi untuk memotivasi
peserta didik dalam proses pembelajaran.
e. Hands and eyes
Tahapan ini dilakukan agar peserta didik tidak bosan hanya dengan
menggunakan class “yes” terus menerus. Saat mengatakan “hands and eyes”
peserta didik diminta untuk melihat kedepan dan mengangkat tangan ke atas.
Hal ini dilakukan untuk lebih memfokuskan perhatian peserta didik. Proses ini
dapat diterapkan jika konsep yang akan dijelaskan penting atau merupakan
kesimpulan dari konsep-konsep yang dijelaskan sebelumnya. Pada proses ini
juga dapat ditambahkan “mirror” atau cermin dimana peserta didik menirukan
gerakan tangan atau semua gerakan pendidik yang nantinya dapat digunakan
dalam menjelaskan kepada peserta didik lainnya. Hal ini dapat meningkatkan
daya ingat peserta didik karena tidak hanya dengan mendengar saja tetapi juga
mengingat dengan melalui gerakan.
f. Switch

49
Switch dilakukan agar peserta didik dapat bergantian menjelaskan
kepada peserta didik lain. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan dan daya
ingat peserta didik dalam memahami konsep pembelajaran. Pendidik dapat
berkeliling didalam kelas untuk mengecek bagaimana peserta didik
menjelaskan kepada pasangannya dan memastikan tidak terjadi miskonsepsi.
Pada tahap ini peserta didik melatih diri mereka untuk mendengarkan dan
menjelaskan (berbicara). Langkah-langkah metode pembelajaran whole brain
teaching dapat divariasikan sesuai kebutuhan didalam kelas.

Metode pembelajaran whole brain teaching memiliki beberapa kelebihan,


antara lain:
a. Kegiatan mengamati berguna bagi pemuas rasa ingin tahu peserta didik dengan
proses mengamati,
b. Peserta didikdapat memperoleh karakter jujur, cermat dan disiplin,
c. Membuat peserta didikpatuhaturan dan kerja keras dengan proses menalar,
d. Mendapatkan hasil yang konkrit dengan kegiatan mencoba yang dilakukan
peserta didik,
e. Memperoleh kemampuan berbahasa yang baik dan benar,
f. Memberi kesempatan kepada peserta didik agar berani bertanya melalui
kegiatan menanya,
g. Melalui kegiatan menyajikan atau mengkomunikasikan dapat melatih
keberanian peserta didik,
h. Melalui aktivitas teach “okay” dan mirror mampu meningkatkan daya ingat
peserta didik,
i. Meningkatkan peran serta peserta didik yangsebelumnya pembelajaran
berpusat kepada pendidik,
j. Melalui aktivitas sapaan class “yes” peserta didik menjadi perhatian dan
sangat aktif karena mendapatkan perhatian peserta didik.

Selain itu, metode ini juga memiliki beberapa kekurangan-kekurangan,


diantaranya yaitu:
a. Proses pelaksanaan metode ini yang cukup singkat,
b. Peserta didik diarahkan agar dapat menemukan konsep sendiri,

50
c. Saat melakukan aktivitas saling mengajar teach “okay” peserta didik tampak
ramai dan kurang serius.

2. Metode Design Thinking


Metode design thinking merupakan metode yang dikenal sebagai suatu
proses berpikir komprehensif yang berkonsentrasi uuntuk menciptakan soluisi yang
diawali denngan proses empati terhadapp suatu kebutuhan tertentu yang berpusat
pada manusia (human centered) menuju suatu inovasi berkelanjutan berdasarkan
kebutuhan penggunanya.
Intan (2020) menyatakan bahwa merupakan metode kolaborasi yang
mengumpulkan banyak ide dari disiplin ilmu untuk memperoleh sebuah solusi.
Design thinking tidak hanya berfokus pada apa yang dilihat dan dirasakan, namun
juga berfokus pada pengalaman pengguna (user). Design thinking digunakan untuk
mencari solusi yang paling efektif dan efesien untuk memecahkan suatu masalah
yang kompleks. Pemikiran yang diterapkan adalah pemikiran komperensif untuk
mendapatkan sebuah solusi.
Menurut Kelley & Brown (dalam lutfi, 2018) design thinking memiliki
beberapa elemen penting, yaitu :
1. People Centered : dalam tahapan ini yang perlu diperhatikan bahwa setiap
tindakan berpusat pada kebutuhan dan kepentingan pengguna.
2. Highly Creative : metode ini juga memberikan keleluasaan dan kreativitas
yang tinggi, sehingga dalam proses perencanaannya tidak baku dan kaku.
3. Hands On : proses desain juga perlu dilakukan percobaan yang nyata tidak
hanya sebuah ide atau gagasan berupa gambar dan teori yang tertuang dalam
sebuah perencanaan semata.
4. Iterative : proses desain merupakan sebuah proses dengan tahapantahapan
yang dilakukan berulangulang untuk melakukan improvisasi dan
menghasilkan sebuah produk atau aplikasi yang baik yang sesuai dengan
harapan customer.

Dalam membuat sebuah produk atau aplikasi dengan metod design thinking,
(Kelley & Brown, 2018) menjelaskan bahwa terdapat beberapa tahapan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang sesuai.

51
1. Empathize
Ketika sudah mengetahui user atau pengguna yang akan dituju, maka
seorang design thinker perlu mengetahui pengalaman, emosi, dan situasi dari si
pengguna. Mencoba menempatkan diri sebagai pengguna sehingga dapat
benar- benar memahami kebutuhan pengguna. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan wawancara, observasi kehidupan pengguna, dan cara lainnya.
2. Define
Setelah design thinker mengerti kebutuhan pengguna, maka desainer
perlu menggambarkan sebuah ide atau pandangan user yang akan menjadi
dasar dari produk atau aplikasi yang akan dibuat. Hal ini dapat dilakukan
dengan membuat list kebutuhan user dan menggunakan pengetahuan mengenai
kondisi yang sedang terjadi.
3. Ideate
Dengan kebutuhan yang ada, maka desainer perlu menggambarkan
solusi yang dibutuhkan. Hal ini dapat dilakukan melakukan evaluasi bersama
tim desain dengan menggabungkan kreativitas dari masing-masing desainer.
4. Prototype
Ide yang sudah ada sebelumnya maka perlu langsung diimplementasikan
dalam sebuah aplikasi atau produk uji coba. Perlu dihasilkan sebuah produk
nyata dan kemungkinan skenario penggunaan.
5. Test
Dari produk atau aplikasi uji coba yang sudah dibuat, maka akan
dilakukan sebuah percobaan dengan pengguna. Dari pengalaman pengguna
dalam menggunakan produk uji coba, maka akan didapatkan masukkan untuk
membuat produk yang lebih baik dan melakukan perbaikan pada produk yang
ada.

IDEO (2011) mengembangkan tahapan design thinking dalam rumusan


langkah Discovery, Interpretation, Ideation, Experiment, dan Evolution. Berikut
langkah dari design thinking.
1. Tahap Discovery
Dalam tahap ini, dilakukan proses penetapan masalah, penetapan partisipan
yang terlibat untuk diwawancarai dalam penggalian inspirasi, perencanaan
riset

52
dari mulai pembagian kerja, daftar pertanyaan, rencana tempat, peralatan serta
alokasi waktu.
2. Tahap Interpretation
Setelah inspirasi yang diperoleh selama wawancara dan observasi terkumpul,
saatnya untuk melakukan pengelompokan dan kategorisasi berdasarkan
kesamaan tema/ topik. Pengkajian yang lebih mendalam atas tema, yang ada
menjadikan hubungan antar tema menjadi lebih jelas dan menghasilkan suatu
kerangka aksi dan peluang.
3. Tahap Ideation dan Experiment
Dalam tahap ini akan menghasilkan ide berdasarkan rencana aksi dan peluang
serta akan berfokus pada kuantitas ide dan berpotensi untuk selalu
menambahkan ide yang dihasilkan sebelumnya. Prosesnya juga dapat
berbarengan sambil menghasilkan prototipe yang bisa diujicobakan.
Pemanfaatan material seadanya dan menangkap perwujudan ide melalui model
skenario, video ataupun roll play dapat mewakili prototipe juga.
4. Tahap Evolution
Dalam tahap ini, diperoleh respon dari para calon penggunanya atas uji
coba prototipe yang dilakukan. Umpan balik ini ditindaklanjuti dengan
melakukan perbaikan desain. Tim mendokumentasikan semua proses dan
prototipe karyanya dalam berbagai paket multimedia untuk siap diwujudkan
atau dikembangkan bersama investor.

E. JENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN DARING


Mengingat pandemi COVID-19 masih melanda Indonesia sampai saat ini,
pendidikan masih menjadi topik pembicaraan dan perdebatan dalam menghadapi new
normal. New normal adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keadaan dan kondisi yang tidak biasa atau belum pernah terjadi sebelumnya menjadi
biasa. Memasuki era new normal ini pemerintah memberikan himbauan kepada seluruh
masyarakat agar menaati dan menjalankan protokol kesehatan yang telah dibuat. Dalam
dunia pendidikan, pembelajaran konvensional atau tatap muka pun terpaksa dihentikan
dan diganti dengan sistem pembelajaran daring. Berikut beberapa metode pembelajaran
yang dapat diterapkan dalam era new normal.

53
1. Metode Pembelajaran Online (E-Learning)
E-Learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik.
Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan
berkembangnya jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam
bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer
yang lebih luas yakni internet. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi
lebih interaktif. Sistem e-learning iini tidak memiliki batasan akses yang
memungkinkan kegiatan pembelajaran bisa dilakukan dengan waktu yang lebih
relatif panjang.
Berikut adalah pengertian e-learning menurut beberapa ahli.
a. Menurut Michael (2013:27), e-learning adalah pembelajaran yang disusun
dengan tujuan menggunakan sistem elektronik atau juga komputer sehingga
mampu untuk mendukung suatu proses pembelajaran.
b. Menurut Chandrawati (2010), e-learning adalah suatu proses pembelajaran
jarak jauh dengan cara menggabungkan prinsip-prinsip di dalam proses suatu
pembelajaran dengan teknologi.
c. Menurut Ardiansyah (2013) dalam Setiawan (2020), e-learning adalah suatu
sistem pembelajaran yang digunakan sebagai sarana dalam proses belajar-
mengajar yang dilaksanakan tanpa harus bertatap muka secara langsung antara
pendidik dengan siswa.

Jadi, dari definisi-definisi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan


bahwa e-learning merupakan suatu proses pembelajaran yang disusun dengan
menggunakan sistem elektronik atau komputer atau teknologi sehingga mampu
mendukung pelaksanaan proses pembelajaran tanpa harus bertatap muka secara
langsung antara pendidik dengan siswa.
Manfaat dari penggunaan e-learning dalam proses pembelajaran adalah
sebagai berikut.
a. Fleksibel; e-learning memberi fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat
untuk mengakses pembelajaran.
b. Belajar mandiri; e-learning memberi kesempatan bagi peserta didik atau
pembelajar untuk secara mandiri memegang kendali atas keberhasilan belajar.
c. Efisiensi biaya; e-learning memberi efisiensi biaya administrasi
penyelenggara, efisiensi penyeidaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar,

54
dan efisiensi biaya transprotasi dan akomodari bagi peserta didik atau
pembelajar.

55
Menurut Pranoto, dkk (2009:309) dalam Riadi (2014), manfaat dari e-learning
adalah sebagai berikut.
a. Penggunaan e-learning untuk menunjang pelaksanaan proses belajar dapat
meningkatkan daya serap peserta didik atas materi yang diajarkan.
b. Meningkatkan partisipasi aktif dari peserta didik.
c. Meningkatkan kemampuan belajar mandiri peserta didik.
d. Meningkatkan kualitas materi pendidik dan pelatihan.
e. Meningkatkan kemampuan menampilkan informasi dengan perangkat
teknologi informasi, dimana dengan perangkat biasa sulit dilakukan.

Penerapan e-learning memiliki kelebihan antara lain sebagai berikut.


a. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pengajar dan peserta didik dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau
kapan saja kegiatan komunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat,
dan waktu.
b. Pengajar dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar yang terstruktur dan
terjadwal melalui internet.
c. Peserta didik dapat belajar (mereview) bahan ajar setiap saat dan dimana saja
apabila diperlukan mengigat bahan ajar tersimpan di komputer.
d. Bisa peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan
bahan yang dipelajarinya, peserta didik dapat melakukan akses di internet.
e. Baik pengajar maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet
yang dapat diikuti dengan jumlah peserta didik yang banyak.
f. Berubahnya peran peserta didik dari yang pasif menjadi aktif.
g. Relatif lebih efisien, misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari sekolah
dapat mengaksesnya.

Penerapan e-learning juga tidak lepas dari kekurangan. Kekurangan tersebut


antara lain sebagai berikut.
a. Kurangnya interaksi antara pengajar dan peserta didik atau bahkan antar
peserta didik, bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar-
mengajar.
b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan

56
sebaliknya mendorong aspek bisnis atau komersial.

57
c. Proses belajar dan mengajar cenderung ke arah peltihan daripada pendidikan.
d. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik embelajaran
konvensional, kini dituntut untuk menguasai teknik pembelajaran dengan
menggunakan ICT (Information Communication Technology).
e. Peserta didik yang tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
f. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (berkaitan dengan masalah
tersedianya listrik, telepon, internet, dan komputer).

2. Metode Home Visit


Secara etimologis kata home berasal dari kata benda berarti rumah (tempat
tinggal siswa dengan orang tua atau wali siswa). Sedangkan visit berasal dari kata
benda berarti kunjungan, mengunjungi, berkunjung, datang bertamu (Echols dan
Shadily, 2010). Secara terminologis, home visit atau kunjungan rumah adalah
upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan individu
atau siswa yang menjadi tanggung jawab pembimbing atau konselor dalam
pelayanan Bimbingan dan Konseling (Tohirin, 2007).
Menurut Rahman (2006), home visit adalah kegiatan pembimbing atau
konselor mengunjungi tempat tinggal siswa yang hanya dilakukan pada siswa yang
membutuhkan layanan ini saja. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran home visit adalah layanan pendukung
bimbingan konseling yang diselenggarakan untuk memperoleh data dan informasi
yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang siswa hadapi dengan cara
melakukan kunjungan ke rumahnya.
Adapun tujuan pelaksanaan home visit menurut Sukardi (2000), adalah untuk
memperoleh berbagai keterangan (data) yang diperlukan dalam pemahaman
lingkungan dan permasalahan yang dialami siswa dan membahas dalam
pengentasan (solusi) permasalahan siswa. Winkel dan Hastuti (2006) menyatakan
bahwa kunjungan rumah bertujuan lebih mengenal lingkungan hidup siswa sehari-
hari bila informasi yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui angket atau
wawancara informasi.
Menurut Yaqien (2008), kegiatan kunjungan rumah atau home visit
mengandung berbagai manfaat untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam
sekolah antara lain :

58
1. Munculnya kesamaan visi orang tua peserta didik terhadap sekolah
2. Adanya dukungan orangtua peserta didik terhadap program sekolah
3. Adanya kerjasama antara sekolah dan orang tua dalam menyelesaikan
masalah- masalah peserta didik di sekolah
4. Munculnya partisipasi orang tua peserta didik terhadap sekolah
5. Munculnya rasa ikut memiliki dalam menyukseskan program pendidikan
6. Melancarkan program sekolah, baik sekarang maupun akan datang.

Menurut Akhmad Sudrajat (2011), secara umum tujuan dilaksanakan kegiatan


home visit adalah sebagai berikut.
1. Memperoleh data penting tentang latar belakang kehidupan siswa dan
keluarganya, baik berupa data baru atau mengecek akurasi data yang telah
diperoleh melalui teknik lain.
2. Memahami lebih dalam lingkungan kehidupan siswa sehari-hari di rumah yang
meliputi fasilitas belajar yang tersedia bagi siswa disertai sumber gangguan
belajar yang ada di rumah. Hal ini juga berkaitan dengan kebiasaan belajar
siswa yang berkaitan dengan waktu belajar, kemandirian, dan motivasi siswa
dalam belajar.
3. Mendiskusikan masalah siswa bila memerlukan kerjasama dengan orangtua/
wali. Hal ini berkaitan dengan suasana dalam keluarga, sikap orangtua
terhadap sekolah, terhadap teman-teman bergaul anak, dan harapan orangtua
terhadap sekolah terkait perkembangan anaknya.
4. Membangun hubungan antara lembaga keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sekolah bertujuan membangun kepercayaan masyarakat melalui citra yang
baik dalam mendidik anak-anak. Dalam hal ini perlu keterbukaan dalam hal
komunikasi sehingga antara sekolah, lingkungan keluarga, dan masyarakat
tetap mempunyai hubungan yang baik.

F. IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA
Metode Materi Matematika
No Karakteristik
Pembelajaran yang Relevan
1 Metode Ceramah Berpusat pada guru, materi Definisi, penurunan atau
pembelajaran disampaikan pembuktian rumus
secara lisan oleh guru

59
2 Metode Tanya Proses pembelajaran Penyampaian pengantar
Jawab berlangsung dengan cara materi
menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ada
3 Metode Diskusi Pertukaran pikiran antar Pembentukkan konsep
guru dengan peserta didik dari suatu permasalahan
dan/atau peserta didik
dengan peserta didik
mengenai suatu topik
pembahasan
4 Metode Resitasi Pemberian tugas berkaitan Pelajaran tematik
dengan topik bahasan
5 Metode Kerja Pembelajaran dilakukan Penurunan atau
Kelompok dengan cara membahas pembuktian rumus
suatu topik dalam suatu
kelompok
6 Metode Demonstrasi Pembelajaran dibantu Konsep bangun datar dan
dengan alat peraga bangun ruang, titik
koordinat/koordinat
Kartesius
7 Metode Eksperimen Peserta didik melakukan Pembuktian dan
percobaan untuk penurunan identitas
membuktikan suatu trigonometri dan
pernyataan yang dipelajari persamaan trigonometri
8 Metode Sosiodrama Melakukan suatu Aritmatika sosial
(Role-playing) pertunjukkan yang berkaitan
dengan pokok pembahasan
9 Metode Problem Pembelajaran dengan cara Aljabar
Solving membahas suatu
permasalahan yang
dianalisis dan disintesis
untuk mencari
pemecahannya oleh peserta
didik
10 Metode Sistem Regu Dua atau lebih guru Cocok digunakan untuk
(Team Teaching) membentuk 1 tim yang semua materi
berkolaborasi dalam
melaksanakan proses
pembelajaran
11 Metode Latihan Pembelajaran dilakukan Trigonometri
(Drill) dengan cara memberikan
latihan secara berulang-
ulang
12 Metode Karya Pembelajaran melalui onjek Luas, keliling, dan volume
Wisata (Field-trip) langsung/nyata bangun ruang
13 Metode Simulasi Pembelajaran dengan Peluang, permutasi,
bermain peran; peserta didik kombinasi
menerima peran dan
membuat keputusan deolah-

60
olah mereka terlibat dalam
situasi yang aktual

Dalam praktiknya, metode pembelajaran harus dikombinasikan dengan beberapa


metode lainnya agar mendapat proses dan hasil belajar yang lebih baik. Berikut beberapa
contoh kombinasi metode pembelajaran.
1. Kombinasi Metode Ceramah, Tanya Jawab, dan Pemberian Tugas
Mengingat metode ceramah memiliki banyak kekurangan sehingga harus
didukung dengan alat dan media atau metode lainnya. Oleh karena itu, dipandang
perlu untuk memberikan kesempatan kepada peserta didiknya mengadakan tanya
jawab untuk mengetahui pemahaman peserta didik, maka pada tahap selanjutnya
siswa diberi tugas, misalnya membuat kesimpulan hasil ceramah, mengerjakan
pekerjaan rumah, dan tugas lainnya.
No. Langkah Jenis Metode Pembelajaran
1. Persiapan Menciptakan kondisi belajar peserta didik.
2. Pelaksanaan a. Guru menyampaikan bahan pelajaran. (ceramah)
b. Asosiasi/komparasi artinya memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk
menghubungkan dan membandingkan materi
ceramah yang telah di terimanya melalui tanya
jawab. (tanya jawab)
c. Kesimpulan memberikan tugas kepada peserta
didik untuk membuat kesimpulan melalui hasil
ceramah. (Pemberian tugas)
3. Evaluasi Mengadakan penilaian terhadap pemahaman peserta
didik mengenai bahan yang telah diterimanya melalui
tes lisan dan tulisan atau tugas lain.

2. Kombinasi Ceramah, Diskusi, dan Pemberian Tugas


Diawali dengan pemberian bahan yang akan didiskusikan oleh peserta didik,
kemudian memberikan masalah, dan diikuti dengan tugas yang harus dikerjakan
siswa. Ceramah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan mengenai bahan.
Peserta didik diberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan saat itu juga, dengan
maksud untuk mengetahui hasil yang dicapai peserta didik, tugas ini sekaligus
merupakan umpan balik bagi guru terhadap hasil diskusi yang telah dilakukan.
No. Langkah Jenis Metode Pembelajaran
1. Persiapan a. Mempersiapkan kondisi belajar peserta didik.
b. Memberikan penjelasan tentang tugas yang
didiskusikan. (ceramah)

61
c. Mempersiapkan sarana dan prasarana diskusi.
2. Pelaksanaan Guru
a. Merangsang seluruh peserta didik berpartisipasi
aktif.
b. Memberikan kesempatan kepada seluruh peserta
didik untuk aktif.
c. Mencatat tanggapan/saran dan ide-ide yang
penting.
3. Evaluasi Memberikan tugas kepada peserta didik untuk
membuat kesimpulan, mencatat hasil diskusi,
menilai
hasil diskusi.

Selain dari 2 kombinasi di atas, masih banyak jenis kombinasi dari metode
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Kombinasi-kombinasi ini
diambil dengan mempertimbangkan berbagai aspek dalam pembelajaran.
Berikut contoh RPP yang menerapkan beberapa metode pembelajaran.

Contoh RPP materi Faktorisasi Suku Aljabar dengan menggunakan metode


ceramah, tanya jawab, diskusi, dan tugas kelompok
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Pendahuluan 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan 10 menit
salam, berdo’a, dan mengecek kehadiran peserta
didik.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Guru mengingatkan kembali materi aljabar yang
telah dipelajari di jenjang sebelumnya.
4. Guru menyampaikan motivasi kepada peserta didik
mengenai pentingnya mempelajari faktorisasi suku
aljabar.
Kegiatan Inti 1. Guru menyampaikan materi pelajaran. 60 menit
2. Guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya.
3. Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk
bertanya mengenai materi yang telah disampaikan.
4. Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa
kelompok dan membagikan LKPD yang telah
disiapkan.
5. Guru menjelaskan permasalahan yang ada pada
LKPD.
6. Peserta didik dipersilahkan untuk mengerjakan dan
mendiskusikan masalah yang ada ada LKPD dalam
kelompoknya masing-masing.
7. Guru memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk bertanya jika masih ada hal yang belum
dipahami.

62
8. Guru memberikan kesempatan pada masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
9. Guru memberikan kesempatan pada kelompok
lainnya untuk menanggapi hasil diskusi kelompok
yang telah dipresentasikan.
10. Setelah selesai diskusi, guru meminta peserta didik
untuk menyimpulkan hasil diskusi.
Penutup 1. Guru menyimpulkan topik yang telah dipelajari. 10 menit
2. Guru meminta peserta didik untuk mempelajari
kembali materi yang telah disampaikan.
3. Guru meminta peserta didik untuk mempelajari dan
mempersiapkan materi yang akan dipelajari
selanjutnnya.
4. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan
salam.

Contoh RPP materi Pembagian Bilangan Bulat dengan menggunakan metode tanya
jawab, diskusi, dan penugasan
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Pendahuluan 1. Guru memberikan salam. 10 menit
2. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa.
3. Guru mengecek kehadiran peserta didik.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk bersungguh-sungguh belajar.
6. Guru membimbing peserta didik untuk mengingat
kembali materi perkalian pada bilangan bulat
dengan cara memberikan kuis.
7. Guru membimbing peserta didik untuk mengingan
kembali sifat-sifat operasi pembagian pada
bilangan bulat.
Kegiatan Inti 1. Guru membagikan LKPD kepada setiap peserta 60 menit
didik.
2. Guru meminta peserta didik untuk mengamati
LKPD.
3. Guru memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dipahami dari LKPD.
4. Guru membimbing peserta didik untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada pada LKPD.
5. Guru memberikan kesempatan pada 2-3 orang
peserta didik untuk mempresentasikan
pemikirannya.
6. Peserta didik lainnya diberikan kesempatan untuk
menanggapi pemikiran yang telah disampaikan.

63
7. Guru membimbing peserta didik untuk menemukan
sifat-sifat pembagian bilangan bulat.
8. Guru meminta peserta didik untuk menyimpulkan
hasil diskusi.
Penutup 1. Guru memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang 10 menit
berhubungan dengan materi yang telah
disampaikan.
2. Guru mengkonfirmasi materi yang akan dipelajari
pada pertemuan selanjutnya.
3. Guru membimbing peserta didik berdoa untuk
menutup pembelajaran.
4. Guru menutup pembelajaran dengan pengucapkan
salam.

64
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab sebelumnya maka kesimpulan dari pembahasan
makalah ini antara lain sebagai berikut.
1. Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru atau pengajar
untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yakni: anak didik,
tujuan, situasi, fasilitas, dan guru.
3. Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar
yakni sebagai berikut.
a. Metode mengajar harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar
siswa
b. Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian
siswa
c. Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mewujudkan hasil karya
d. Metode mengajar harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih
lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan)
e. Metode mengajar harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan
cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi
f. Metode mengajar harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas
dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.
g. Metode mengajar harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan
sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menurut Nana Sudjana (2004), terdapat bermacam-macam metode dalam
pembelajaran, yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
resitasi, metode kerja kelompok, metode demonstrasi dan eksperimen, metode
sosiodrama (role-playing), metode problem solving, metode sistem regu (team
teaching), metode latihan (drill), metode karyawisata (field-trip), metode survei

65
masyarakat, dan metode simulasi. Selain itu, ada juga beberapa metode yang
termuktakhir, antara lain: metode whole brain teaching dan metode design thinking.
5. Memasuki era new normal pemerintah memberikan himbauan kepada seluruh
masyarakat agar menaati dan menjalankan protokol kesehatan yang telah dibuat.
Dalam dunia pendidikan, pembelajaran konvensional atau tatap muka pun terpaksa
dihentikan dan diganti dengan sistem pembelajaran daring. Metode pembelajaran
yang dapat diterapkan dalam era new normal antara lain metode pembelajara online
(e-learning) dan metode home visit.
6. Dalam praktiknya, metode pembelajaran harus dikombinasikan dengan beberapa
metode lainnya agar mendapat proses dan hasil belajar yang lebih baik. Contohnya:
kombinasi metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas; kombinasi ceramah,
diskusi, dan pemberian tugas.

B. SARAN
1. Dalam membuat makalah alangkah lebih baik jika menggunakan sumber dari buku
cetak yang berkaitan dengan hal yang di bahas.
2. Dalam mencari implementasi metode pembelajaran dalam pembelajaran matematika
akan lebih baik jika dilakukan pengamatan langsung ke lapangan, yakni sekolah.

66
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Husna. 2016. Implementasi Home Visit dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran
PAI di SDIT Al-Azhar Kediri. Didaktika Religia. 4(1).
https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/didaktika/article/download/420/261.

Andriyatin, Ririn. 2017. Penerapan Team Teaching (Pengajaran Tim) dalam Upaya
Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMK N 1 Menggala.
http://lpmplampung.kemdikbud.go.id/po-content/uploads/PENERAPAN_TEAM_
TEACHING_(PENGAJARAN_TIM)_DALAM_UPAYA_MENINGKATKAN_DISP
OSISI_MATEMATIS_SISWA_SMK_N_1_MENGGALA.pdf

Baroh, Chasniatul. 2010. Efektivitas Metode Simulasi dalam Pembelajaran Matematika pada
Pokok Bahasan Peluang di Kelas IX-A MTs Nurul Huda Kalanganyar Sedati Sidoarjo.
Skripsi. Surabaya: Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Diakses dari
http://digilib.uinsby.ac.id/8707/.

Dwita, Konita Dian. dkk. 2018. Pengaruh Home Visit dan Motivasi Belajar terhadap Hasil
Belajar Siswa di SDIT Harapan Bunda Purwokerto. JEBA. 20(1).
http://jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/jeba/article/viewFile/1084/1233.

Ermi, Netti. 2015. Penggunaan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi
Perubahan Sosial pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 4 Pekanbaru. Diunduh dari
https://media.neliti.com/media/publications/235074-penggunaan-metode-diskusi-untuk-
meningka-6894c8a9.pdf.

Gasanti, Rosi. 2019. Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Bercerita
Fabel. Diakses melalui https://stkipyasika.ac.id/metode-demonstrasi-dalam-
meningkatkan-kemampuan-siswa-bercerita-fabel/.

Hayani, Nur. 2020. Metode Pembelajaran Daring/E-Learning yang Efektif. Diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/340478043_METODE_PEMBELAJARAN_
DARINGE-LEARNING_YANG_EFEKTIF_A_Pendahuluan_Sejarah_Elearning.

Ibid. Metode Karya Wisata pada Pembelajaran. hlm. 94-95. Diakases dari
http://hendradavinci.blogspot.com/2017/05/metode-karyawisata-pada-
pembelajaran.html.

Jauhar, Siti. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dalam Meningkatkan
Hasil Belajar IPS Siswa SD. Diunduh dari https://www.researchgate.net/publication/

67
331931708_Penerapan_Model_Pembelajaran_Problem_Solving_Dalam_Meningkatkan
_Hasil_Belajar_IPS_Siswa_SD.

Kartikasari, Dewi. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa
Inggris melalui Metode Kerja Kelompok di SMP Negeri 3 Palembang. Diakses melalui
https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/didaktika/article/download/1432/
1239.

Lazuardi, Muhammad Lutfi dan Iwan Sukoco. 2019. Design Thinking David Kelley & Tim
Brown: Otak Dibalik Penciptaan Aplikasi Gojek. Jurnal Sintifik Manajemen dan
Akuntansi. 02(01).

Mayangsari, Dewi. Nuriman, Agustiningsih. 2012. Penerapan Metode Eksperimen untuk


Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI Pokok Bahasan
Konduktor dan Isolator SDN Semboro Probolinggo Tahun Pelajaran 2012/2013.
Diakses melalui https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JEUJ/article/download/1029/826.

Nasution, S. 2010. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Diakses dari
http://hendradavinci.blogspot.com/2017/05/metode-karyawisata-pada
pembelajaran.html.

Nurdiana. Rijal. 2015. Penggunaan Metode Latihan (Drill) pada Pembelajaran


Pengembangan Diri untuk Meningkatkan Kemampuan Berpakaian Anak Cerebral
Palsy Kelas V Di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta. Diakses dari
https://eprints.uny.ac.id/21807/

Nuryatin, Sri. 2020. Adaptasi Metode Pembelajaran melalui E-Learning untuk Menghadapi
Era New Normal. Diunduh dari https://jurnal.unej.ac.id/.

Oviana,Wati. Maulidar. 2013. Penggunaan Metode Eksperimen pada Pembelajaran Materi


Sifat Bahan dan Kegunaanya Terhadap Hasil dan Respon Belajar Siswa Kelas IV MIN
TUNGKOB Aceh Besar. Diakses melalui https://media.neliti.com/media/
publications/81695-ID-penggunaan-metode-eksperimen-pada-pembel.pdf.

Parwati, Ni Nyoman, dkk. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Perseda.
Diakses dari http://repo.iain-tulungagung.ac.id/8939/5/BAB%20II.pdf.

Pendidikanmu. 2020. Materi Metode Pembelajaran. Diakses melalui


https://pendidikanmu.com/2020/04/macam-metode-pembelajaran.html.

68
Puspitasari, Rima. 2019. Pengaruh Metode Pembelajaran Whole Brain Teaching terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Ditinjau dari Multiple Intelligences
Peserta Didik. Lampung: Universitas Islam Negeri. Diakses dari
http://repository.radenintan.ac.id/7897/1/SKRIPSI%20RIMA.pdf.

Saiful Bahri dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010. Diakses
melalui http://hendradavinci.blogspot.com/2017/05/metode-karyawisata-pada-
pembelajaran.html.

Sari, Intan Permata dkk. 2020. Implementasi Metode Pendekatana Design Thinking dalam
Pembuatan Aplikasi Happy Class di Kampus UPI Cibiru. Jurnal Pendidikan
Matematika. 02(01).

Setiawan, Bara dkk. 2013. Penerapan Metode Role Playing (Bermain Peran) untuk
Mengurangi Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal pada Materi Aritmatika
Sosial Kelas VIIA SMPN 1 Sukowono Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/kadikma/article/view/1036

Siahaan, Meri Fuji dkk. 2018. Penerapan Metode Team Teaching dalam Pembelajaran
Matematika di SMA Kristen ABC Sukoharjo (The Implementation of The Team
Teaching Method In Learning Mathematic at ABC Christian High School In
Sukoharjo). Journal of Holistic Mathematics Education. Vol 1, No 2.
https://www.researchgate.net/publication/325475845_PENERAPAN_METODE_TEA
M_TEACHING_DALAM_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_DI_SMA_KRISTE
N_ABC_SUKOHARJO_THE_IMPLEMENTATION_OF_THE_TEAM_TEACHING
_METHOD_IN_LEARNING_MATHEMATICS_AT_ABC_CHRISTIAN_HIGH_SC
HOOL_IN_SUKOHAR/fulltext/5b1035de4585150a0a5e0268/PENERAPAN-
METODE-TEAM-TEACHING-DALAM-PEMBELAJARAN-MATEMATIKA-DI-
SMA-KRISTEN-ABC-SUKOHARJO-THE-IMPLEMENTATION-OF-THE-TEAM-
TEACHING-METHOD-IN-LEARNING-MATHEMATICS-AT-ABC-CHRISTIAN-
HIGH-SCHOOL-IN-SUKOHAR.pdf

Sudjana, Nana. Rival, Ahmad. 1997. Media Pengajaran; Penggunaan dan Pembuatannya.
Bandung: CV. Sinar Baru. Cet VII, hlm. 210 Diakses dari
http://hendradavinci.blogspot.com/2017/05/metode-karyawisata-pada-
pembelajaran.html.

69
Suprobo, Filipus Priyo. 2012. Penerapan Design Thinkig dalam Inovasi Pembelajaran
Desain dan Arsitektur. Universitas Widya Kartika Surabaya.

Wahyuni, Nida. 2016. Penggunaan Metode Drill dalam Pembelajaran Matematika.


https://journal.uncp.ac.id/index.php/proceding/article/view/576

Wibowo, Daniel Akbar. Hermawan, Yoni. 2014. Penerapan Metode Resitasi dan Diskusi
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Galuh. Diunduh dari https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id.

70

Anda mungkin juga menyukai