Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA


“Model pembelajaran inovatif dan aplikasinya dalam pembelajaran Fisika
Sekolah Menengah Atas”

Anggota Kelompok 3 :

Muthia Mufid (21033024)


Nur Azizah (21033103)
Yelli Yuliawati (21033187)

Seksi : 202220330140

DOSEN PEMBIMBING :
Dea Stivani Suherman, S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


FISIKA JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Strategi
Pembelajaran Fisika ” Model pembelajaran inovatif dan aplikasinya dalam pembelajaran
Fisika Sekolah Menengah Atas”.

Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun berkat bantuan
dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu khususnya dosen
pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran Fisika, Ibu Dea Stivani Suherman, S.Pd.,M.Pd

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Untuk
itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini untuk
kedepannya. Semoga makalah ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Padang, 16 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................................3

A. Pengertian Model Pembelajaran Inovatif........................................................................3

B. Problem Based Learning.................................................................................................4

BAB III PENUTUP................................................................................................................24

A. Kesimpulan...................................................................................................................24

B. Saran..............................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membentuk
sebuah peradaban bangsa. Pendidikan akan melahirkan perubahan dan penemuan baru dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini, faktor yang mempunyai peranan yang
sangat penting yaitu guru. Sehubungan dengan hal tersebut profesionalisme guru kini
semakin menyeruak ke ruang publik seiring dengan meningkatnya tuntutan akan mutu
pendidikan.
Guru akhirnya menjadi sorotan karena merekalah yang menjadi patokan terdepan yang
berinteraksi langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam kondisi seperti ini,
guru dituntut untuk mengembangkan keahlian, pengetahuan dan melahirkan hal-hal baru.
Guru yang mampu berinovasi berarti menandakan guru tersebut bisa mengembangkan ide-ide
kreatif yang mereka miliki.
Kemampuan utama yang harus dimiliki oleh para pendidik adalah dalam strategi
pembelajaran. Artinya seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai mata pelajaran
yang akan diajarkannya, tetapi juga harus menguasai dan mampu mengajarkan pengetahaun
tersebut pada peserta didik. Metode lebih penting dari pada materi, dan guru lebih penting
dari pada metode dan materi.
Mengingat kondisi para pendidik dan calon pendidik, maka usaha untuk mendalami serta
mengaplikasikan pembelajaran inovatif menjadi salah satu alternatif. Pembelajaran inovatif
berimplikasi dapat meningkatkan strategi mengajar bagi guru itu sendiri dan strategi belajar
bagi peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang di atas adalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Model Pembelajaran Inovatif?

2. Apa konsep model pembelajaran Problem Based Learning?

1
C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui konsep dari Model Pembelajaran Inovatif

2. Mengetahui konsep dari Problem Based Learning

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :

1. Dapat dijadikan bekal ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca khususnya untuk
tenaga pendidik kedepannya.
2. Memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Fisika.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Model Pembelajaran Inovatif

Kata “inovatif” mengandung arti pengenalan hal-hal yang baru atau penemuan.oleh
karena itu, pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang
dirancang oleh guru yang sifatnya baru tidak seperti biasanya dilakukan dan bertujuan
untuk memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka
proses perubahan prilaku kearah yang lebih baik sesuai dengan potensi yang dimiliki
oleh siswa.

Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas


oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang
dipandang baru agar mampu menfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam
proses dan hasil belajar. Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model
pembelajaran yang menyenangkan. “Learning is fun” merupakan kunci yang
diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di
pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan,
kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. Membangun
metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya
mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang.

Syah dan Kariadinata berpendapat bahwa Pembelajaran inovatif dapat


menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara mengelola
media yang berbasis teknologi dalam proses pembelajaran. Sehingga, terjadi proses
dalam membangun rasa pecaya diri pada siswa. Pembelajaran yang inovatif
diharapkan siswa mampu berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah.
Siswa yang seperti ini mampu menggunakan penalaran yang jernih dalam proses
memahami sesuatu dan mudah dalam mengambil pilihan serta membuat keputusan.
Hal itu dimungkinkan karena pemahaman yang terkait dengan persoalan yang
dihadapinya. Kemampuan dalam mengidentifikasi dan menemukan pertanyaan tepat
yang dapat mengarah kepada pemecahan masalah secara lebih baik. Informasi yang
diperolehnya akan dikembangkan dan dianalisis sehingga akan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik.
3
Ciri– ciri dalam pembelajaran inovatif

Menurut para ahli menyebutkan suatu model mengajar dianggap baik apabila memiliki
ciri – ciri sebagai berikut :

1. Memiliki prosedur yang sistematik untuk memodifikasi prilaku siswa


2. Hasil belajar yang ditetapkan secara khusus yaitu : prubahan prilakupositif siswa

3. Penetapan lingkungan belajar secara khusus dan kondusif


4. Ukuran keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran sehingga bisa
menetapkan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
5. Interaksi dengan lingkungan agar mendorong siswa lebih aktif dalamlingkungannya.

B. Problem Based Learning

Fisika terdiri dari banyak konsep dan prinsip yang ada pada umumnya sangat abstrak
sehingga menyulitkan siswa dalam menginterpretasikan konsep dan prinsip tersebut secara
tepat (Widayanto, 2009). Pembelajaran fisika yang baik seharusnya tidak hanya sekedar
menghafal, melainkan lebih menekankan pada proses terbentuknya suatu pengetahuan dan
penguasaan siswa terhadap konsep. Sehingga, siswa bisa memperoleh pengetahuan dengan
peran aktifnya sendiri. Kegiatan menghafal dalam pembelajaran fisika pada dasarnya
kurang sesuai dengan hakikat belajar fisika karena tidak meliputi proses, produk dan sikap
ilmiah. Kegiatan menghafal tersebut kemungkinan akan mempengaruhi hasil belajar dan
keterampilan proses sains siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif adalah model
membelajaran yang dapat memberikan suatu tantangan untuk berpikir lebih dalam ketika
siswa mempelajari sesuatu atau ketika diberikan suatu masalah. Proses pembelajaran
sebaiknya dapat menyajikan fenomena- fenomena yang terjadi di sekitar siswa, masalah
nyata dan bermakna yang menantang siswa untuk memecahkannya (Abas,2011). Dengan
pembelajaran yang dimulai dari masalah, siswa belajar suatu konsep dan prinsip sekaligus
memecahkan masalah. Dengan demikian, sekurang- kurangnya ada dua hasil belajar yang
dicapai, yaitu jawaban terhadap masalah (produk) dan cara memecahkan masalah
(proses). Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model
pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning diartikan sebagai Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu jenis
model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan (proyek) untuk
4
menghasilkan suatu produk. Keterlibatan siswa dimulai dari kegiatan merencanakan,
membuat rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil kegiatan berupa produk dan
laporan pelaksanaanya. Model Pembelajaran ini lebih menekankan pada proses
pembelajaran jangka panjang, siswa terlibat secara langsung dengan berbagai isu dan
persoalan kehidupan sehari-hari, belajar bagaimana memahami dan menyelesaikan
persoalan nyata, bersifat interdisipliner, dan melibatkan siswa sebagai pelaku utama dalam
merancang, melaksanakan dan melaporkan hasil kegiatan (student centered).
Keterampilan seseorang menjadi daya tarik yang perlu diasah secara berulang. Terlebih
perkembangan teknologi dan zaman mengharuskan seseorang untuk terus beradaptasi
dengan kemajuan dan dengan masalah yang disajikan. Keterampilan yang dibutuhkan pun
terus mengalami perkembangan.
Merujuk dari Future of Jobs Survey 2018 oleh World Economic Forum disebutkan
keterampilan yang dibutuhkan tahun 2022 di antaranya berpikir analitis dan inovasi;
pembelajaran aktif dan pembelajaran strategis; kreativitas, orisinalitas, juga inisiatif;
berpikir kritis (critical thinking skills) dan kemampuan analisis; serta pemecahan masalah
yang kompleks (problem-solving skills).
Keterampilan bisa terbentuk melalui pembelajaran dan pelatihan. Adapun mengembangkan
kemampuan tersebut bisa diciptakan dan dibentuk melalui model pembelajaran problem
based learning.
Model pembelajaran ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar melalui berbagai
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan pengetahuan yang
telah atau akan dipelajarinya. Permasalahan yang diajukan pada model Problem Based
Learning, bukanlah permasalahan “biasa” atau bukan sekedar “latihan”. Permasalahan
dalam PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena. Fokusnya adalah bagaimana siswa
mengidentifikasi isu pembelajaran dan selanjutnya mencarikan alternatif-alternatif
penyelesaian.

1. Konsep Problem Based Learning

Problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan
peserta didik untuk selalu berpikir kritis dan selalu terampil dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Semakin aktif peserta didik memanfaatkan keterampilan berpikirnya,
semakin besar peluang masalah untuk diselesaikan. Beberapa pengertian problem based
learning menurut para ahli adalah sebagai berikut.
1. Menurut Duch, yaitu model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar
5
bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan
dunia nyata.
2. Menurut Arends, yaitu suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada
masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya
sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan
siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
3. Menurut Gd. Gunantara, yaitu suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat
konfrontasi kepada pembelajar dengan masalah-masalah praktis atau pembelajaran yang
dimulai dengan pemberian masalah dan memiliki konteks dengan dunia nyata.
4. Menurut Shoimin, yaitu menciptakan suasana belajar yang mengarah terhadap
permasalahan sehari-hari.
5. Menurut Glazer, yaitu suatu strategi pengajaran di mana siswa secara aktif dihadapkan
pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
6. Menurut Arends (2008:41), PBL merupakan pembelajaran yang menyuguhkan
berbagai masalah yang autentik dan bermakna kepada siswa. Siswa dalam model PBL
dituntut untuk aktif dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dalam proses penyelesaian
masalah tersebut guru meminta siswa untuk mengumpulkan informasi, melakukan suatu
penyelidikan, diskusi dan sebagainya sehingga secara tidak langsung dapat
meningkatkan kompetensi kinerja ilmiah atau disebut dengan keterampilan proses sains
siswa.

Inti dari pembelajaran berbasis masalah ini adalah menggunakan masalah dunia nyata
sebagai konteks bagi siswa untuk berpikir kritis dan pemecahan masalah. (Sari dan
Nasikh, 2009), dalam pembelajaran berbasis masalah siswa terlibat aktif dalam
penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan
dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran, mensintesa, dan mempresentasikan
penemuannya kepada orang lain.

2. Karakteristik Problem Based Learning

Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) dalam Aris Shoimin
(2014:130) menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu:

1. Learning is student-centered

6
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang
belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa
didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2. Autenthic problems from the organizing focus for learning

Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang autentik sehingga siswa
mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam
kehidupan profesionalnya nanti.
3. New information is acquired through self-directed learning

Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja belum mengetahui dan memahami
semua pengetahuan prasayaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri
melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
4. Learning occurs in small group

Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha mengembangkan
pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok
yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penerapan tujuan yang jelas.
5. Teachers act as facilitators

Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun begitu
guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereke
agar mencapai target yang hendak dicapai.

Karakteristik pembelajaran di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada


model Problem Based Learning memiliki tiga unsur esensial yaitu; 1) Adanya
permasalahan, 2) Pembelajaran berpusat pada siswa, dan 3) Belajar dalam
kelompok kecil berkolaborasi dengan teman lainnya.

Karakteristik Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar

2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak
terstruktur
3. Permasalahan memebutuhkan perspektif ganda

4. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimilki oleh Peserta didik, sikap dan
kompentensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang
baru dalam mengajar;
7
5. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama:

6. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi


sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;
7. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
8. Pengembangan keterampilan inquiri dan pemecahan masalah sama pentingnya
dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan;
9. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar; dan
10. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman Peserta didik dan proses belajar

Tabel 1. Sintaks model pembelajaran berbasis masalah adalah:

Tahap Tingkah laku guru

Tahap I Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan


logistic yang dibutuhkan, motivasi peserta didik
Orientasi peserta didik
terlihat pada aktivitas pemecahan masalah
kepada masalah

Tahap II Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan


Mengorganisasi kan tugas belajar yang berhubungan
Mengorientasi peserta didik
dengan masalah tersebut
untuk belajar

Tahap III Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan


Membimbing penyelidikan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
individual maupun kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah

Tahap IV Guru membantu peserta didik dalam merencanakan


Mengembangkan dan dan menyiapkan karya yang sesuai dengan
menyajikan pemecahan laporan, model dan membantu mereka untuk
masalah berbagi tugas dengan temannya

Tahap V Guru membantu peserta didik untuk melakukan


Menganalisis dan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
mengevaluasi proses dan proses-proses yang mereka gunakan
pemecahan masalah

3. Peran Guru dalam pembelajaran Problem Based Learning

8
Pembelajaran berbasis masalah membuat perubahan dalam proses
pembebelajaran khusus dalam segi peranan guru. Meskipun sangat
menghandalkan kemandirian peserta didik baik dalam berdiskusi, mencari
sumber pembelajaran,membuat laporan dan mempresentasekannya,
pembelajaran berbasis masalah tetap memerlukan dukungan pendidik
dalam hal in adalah guru. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
bagaimana guru memfasilitasi pembelajari berbasis masalah ini merupakan
salah satu faktor kritis keberhasilan model pembelajaran ini.

Guru tidak hanya berdiri di depan kelasdan berperan sebagai pemandu


peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dngan memberikan
langkah- langkah penyelesaian yang sudah jadi melainkan guru berkeliling
kelas memfasilitasi diskusi, memberikan pertanyaan dan membantu
peserta didik untuk menjadi lehih sadar akan proses pembelajaran. Untuk
menjalankan tugas sebagai fasiliatator, guru perlu meninjau kembali
beberapa pandangan mengenai: pengetahuan dan bagaimana seharusnya
pesrta didik mendapatkannya, interaksi antara guru - peserta didik,
interaksi antar peserta didik, interaksi antara guru dan peserta didik dengan
informasi.

Menurut I. Wayan Santyasa (2008) cirri utama pembelajaran berbasis


masalah meliputi mengorientasikan peserta didik kepada masalah atau
pertanyaa yangautentik, multidisipiln, menuntut kerja sama dalam
penyelidikan dan menghasilkan karya. Dalam pembelajaran
berbasis masalah situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran
untuk memahami konsep, prinsip dan mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah. Kejadian- kejadian yang harus muncul pada waktu
pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan peserta didik untuk


berperan sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak
lain, mengadakan peserta didik pada situasi yang mendorong untuk
mampu menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil
mengajukan dugaan dan rencana penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (iquiri dan investigation) yang mencakup
kegiatan mengekspolorasi dan mendistribusikan informasi.

9
c. Performansi (performance) yaitu menyajikan temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan
melakukan refleksi terhadap proses pemeahan masalah

Meskipun karakteristik di atas dapat dijalankan dengan fleksibel oleh guru,


akan tetapi ada beberapa hal yang perlu diketahui yaitu :

a. Seperti apa profil umum peserta didik;

b. Sejauh mana karakteristik masalah yang ingin dibuat berkaitan dengan


otensitas, relevansinya dengan kurikulum, sejauh mana integrasinya
dengan disiplin ilmu yang lain;

c. Sejauh mana tingkat kontekstualnya, apakah sangat mengambang atau


tidak, apakah hal yang sangat baru atau sudah cukup popular;

d. Sumber-sumber pembelajarannya sejauh mana mendukungnya.

Pembelajaran berbasis masalah membuat peserta didik menjadi pembelajar


yang mandiri, artinya ketika peserta didik belajar, maka peserta didik dapat
memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut
untuk belajar dan mampu mengotrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk
menyelesaikan belajarnya itu (Depdiknas, 2003). Dalam pembelajaran berbasis
masalah peserta didik memahami konsep suatu materi dimulai dari belajar dan
bekerja pada situasi masalah (tidak terdefinisi dengan baik) atau open ended
yang disajikan pada awal pembelajaran, sehingga peserta didik diberi
kebebasan berpikir dalam mencari solusi dari situasi masalah yang diberikan.

Pada intinya pembelajaran berbasis masalah merupkan suatu pembelajaran yang


menggunakan asalah dunia nyata disajikan di awal pembelajaran. Kemudian
masalah tersebut diselidiki untuk diketahui solusi dari pemeahan masalah
tersebut. Menurut Chairil ( 2008), model pembelajaran yang
berorientasi pada pemecahan masalah seperti pada pembelajaran berbasis
masalah merupakan suatu pembelajaran yang efektifuntuk meningkatkan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik, salah satunya adalah kreativitas
peserta didik. Situasi masalah yang disajikan dalam pembelajaran tersebut
merupakan suatu stimulus yang dapat mendorong potensi kreativitas dari
peserta didik terutama dalam hal pemecahan masalah yang dimunculkan.
10
Ada pun kerangka pikir yang digunakan dalam aplikasi Model PBS
digunakan oleh guru pada hakekatnya adalah upaya guru dalam
mengembangkan kreativitas peserta didik sehingga pembelajaran menjadi
bermakna. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model
pembelajaran yang diaplikatif untuk diterapkan pada mata pelajaran fisika
karena memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1) Dapat menyederhanakan dan mengorganisasi materi;

2) Memudahkan peserta didik mengkontruksi pentehauannya dan melatih


keterampilan kognitif;

3 ) Dapat divariasikan. Dengan pembelajaran yang bervariasi, selain


dapat mengatasi kejenuhan siswa belajar, juga turut meningkatkan antusiasme
belajar siswa, termasuk dalam memahami topik-topik yang kompleks dalam
sajian materi belajar. Pada saat yang sama peserta didik turut didorong untuk
terus-menerus meningkatkan hasil belajar mereka dari waktu ke waktu.

4. Ciri-Ciri dari Model Problem Based Learning

Ciri dari model Problem Based learning secara umum dapat dikenali dengan adanya
enam ciri yang dimilikinya, adapun keenam ciri tersebut adalah:
1. Kegiatan belajar mengajar dengan model Problem Based Learning dimulai dengan
pemberian sebuah masalah.
2. Masalah yang disajikan berkaitan dengan kehidupan nyata para siswa

3. Mengorganisasikan pembahasan seputar disiplin ilmu.

4. Siswa diberikan tanggungjawab yang maksimal dalam membentuk maupun


menjalankan proses belajar secara langsung.
5. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil.

6. Siswa dituntut untuk mendemonstrasikan produk atau kinerja yang telah mereka
pelajari.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Problem Based
Learning dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa
ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah
ketahui dan dan apa yang perlu mereka ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa
11
dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong
untuk berperan aktif dalam belajar.

5. Tujuan model pembelajaran ini adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.

2. Melatih peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematis.

3. Membantu peserta didik dalam memahami peran orang dewasa di kehidupan nyata.

4. Mendorong peserta didik untuk menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab.

6. Sintak model pembelajarannya adalah sebagai berikut.

1. Menjelaskan orientasi permasalahan pada peserta didik

2. Mengorganisasi peserta didik dalam belajar

12
3. Memberikan bimbingan pada individu maupun kelompok

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya peserta didik

5. Melakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

7. Kelebihan problem based learning.

1. Peserta didik dilatih untuk selalu berpikir kritis dan terampil dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
2. Bisa memicu peningkatan aktivitas peserta didik di kelas.

3. Peserta didik terbiasa untuk belajar dari sumber yang relevan.

4. Kegiatan pembelajaran berjalan lebih kondusif dan efektif karena peserta didiknya dituntut
untuk aktif.

8. Kekurangan problem based learning.

1. Tidak semua materi pembelajaran bisa menerapkan model ini.

2. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan materi pembelajaran lebih lama.

3. Bagi peserta didik yang belum terbiasa menganalisis suatu permasalahan, biasanya enggan
untuk mengerjakannya.
4. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terlalu banyak, guru akan kesulitan untuk
mengondisikan penugasan.
5. Beberapa anak mengalami gangguan jaringan, sehingga tidak intens dalam mengikuti
pembelajaran

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Model pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang langsung memecahkan masalah


yang sedang dihadapi oleh kelas, berdasarkan kondisi kelas.jadi pembelajaran inovatif
adalah pembelajaran yang berorientasi pada strategi, metode atau upaya menigkatkan
semua kemampuan positif dalam proses pengembangan potensi atau kemampuan

2. Problem Based Learning adalah model pengajaran yang bercirikan adanya


permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

B. Saran

Sebagai pendidik yang tidak lepas model pembelajaran, maka sebaiknya harus benar-
benar memahami Konsep, penjelasan dan macam-macam model pembelajaran. Agar
pembelajaran fisika di kelas dapat dilaksanakan dengan baik, setiap pihak yang peduli
terhadap kualitas sekolah dan peserta didik di negeri ini harus berjuang bersama-sama untuk
yang inovatif.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alice Rodrigues and Maurícia Oliveira. (2014). The Role Of Critical Thinking In
Physics Learning. Centre for Educational Research and Department of Education School of
Sciences University of Lisbon Campo Grande, C6, Piso 1 1749-016 Lisbon Portugal.
Arinawati, Eni. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap
Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar. PGSD FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

Amir Taufiq, M. 2009, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,


Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Arikunto S, 2005, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara

Dewey. John, 1948, Democracy and Education, New York. Macmilian


Company

Dimyati dan Mudjiono, 2006 , Belajar dan pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta

Djanarah, Bahri Syaiful, 1995. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:


PT. Rineka Cipta

Balım, A., G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and
Inquiry Learning Skills. Egitim Arastirmalari- Eurasian Journal of Educational Research,
35, 1-20.
Suhartono. (2010), Penerapan Kegiatan Laboratorium Fisika Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Motivasi
Meneliti Mahasiswa Calon Guru Fisika Di STAIN Palangka Raya, Yogyakarta: SPs UAD

15

Anda mungkin juga menyukai