Anda di halaman 1dari 1

Pergantian dari Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013

Oleh: Henny Kurnia Asharie

Di sini saya akan membahas sebuah problematika yang sangat sering dibicarakan
dalam dunia kependidikan di Indonesia, yaitu adanya pergantian kebijakan kurikulum yang
di mana akan memperngaruhi ke efektivitas-an belajar siswa di sekolah. Pendidikan
merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Di mana dalam
pendidikan tersebut pasti terdapat kurikulum yang mengatur dan menjadi alat utama agar
suatu pendidikan dapat berjalan dengan selaras. Bila kurikulum yang diterapkan tersebut
dapat berjalan dengan lancar maka mutu pendidikan yang ada dalam suatu Negara tersebut
juga akan terjamin, karena kurikulum ini memegang peranan penting bagi keberhasilan
suatu pendidikan.

Di Indonesia sudah beberapa kali mengalami pergantian kurikulum, di antaranya


kurikulum 1947, 1964, 1968, 1973, 1975, 1984, 1994, 1997, 2004, 2006, dan yang terakhir
2013. Di mana dalam setiap kurikulum ini pasti mempunyai kelebihan dan kekurangannya
masing-masing saat diterapkan. Seperti yang kita tahu kurikulum 2006 (KTSP) lahir dari
semangat otonomi daerah yang merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari
kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).[1] Sedangkan
Kurikulum 2013 lahir untuk mempersiapkan generasi yang siap dalam menghadapi masa
depan, titik beratnya adalah mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam
melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan),
apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran.[2]

Dalam pelaksanaannya Kurikulum 2006 ini masih mempunyai beberapa kekurangan


yaitu salah satu contohnya masih menerapkan model pembelajaran yang bersifat hafalan
kepada siswa, sehingga menghambat kreatifitas siswa dalam memecahkan sebuah
persoalan yang diajukan oleh gurunya. Lalu lahirlah kurikulum 2013 sebagai jawaban untuk
mengatasi persoalan tersebut, di mana kemampuan berfikir kritis siswa sangat ditekankan
pada saat menjawab sebuah persoalan yang diajukan oleh guru. Guru hanya menjadi
fasilitator dalam penyampaian materi di kelas, dan tugas siswa ialah mengeksplor lebih jauh
materi yang sudah diberikan. Menurut pendapat saya, dalam pelaksanaan k13 ini juga
masih ada beberapa hal yang perlu dievaluasi lagi. Karena masih terdapat sekolah yang
belum mampu menerapkan k13 ini secara seutuhnya. Seperti misalnya terdapat sekolah
yang sudah menerapkan k13 dalam kebijakannya kurikulumnya, namun dalam pelaksanaan
aslinya di dalam kelas masih ada beberapa guru yang menerapkan model pembelajaran
yang bersifat hafalan kepada muridnya. Sehingga permasalahan seperti ini lah yang
menurut saya masih harus dievaluasi lagi lebih lanjut. Sehingga bila pelaksanaan kurikulum
2013 dapat dijalankan semaksimal mungkin, kemungkinan pendidikan di Indonesia akan
mengalami sebuah kemajuan, yang nantinya akan banyak mencetak para generasi bangsa
yang lebih berkualitas. Dan pada akhirnya juga membawa dampak yang positif bagi
kemajuan negara Indonesia itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai