Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam Mata Kuliah Studi Terkini Isu Pendidikan
Fisika
Oleh : Kelompok 4
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang
Inquiry dan Discovery Dalam Pembelajaran Fisika. Di mana dalam penulisan makalah ini kita
sama mengaharapkan baik pada penulis maupun kepada pembaca agar dapat memahami dan
mengerti pembahasan yang dimuat dalam makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa
makalah yang kami selesaikan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kepada dosen pengampu, kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah kami dimasa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4
2.1 Inquiry Learning Dalam Pembelajaran Fisika ...................................................... 4
2.2 Discovery Learning dalam Pembelajaran Fisika ....................................................... 8
BAB III ............................................................................................................................... 18
PENUTUP....................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 18
3.2 Saran ................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari
fenomenafenomena alam beserta proses kejadiannya, sebagai ilmu pengetahuan alam yang di
ajarkan di sekolah. Pengajar fisika menguraikan dan menganalisis struktur dan peristiwa-
peristiwa alam, teknik dan dunia sekitarnya sehingga ditemukan hukum-hukum alam yang
dapat menerangkan gejala-gelalanya berdasarkan logika. Dalam hal ini dapat dimanfaatkan
oleh siswa dalam penguasaan konsep fisika serta dapat menggunakan pemikiran-pemikiran
ilmiah dan mampu untuk memecahkan masalah ilmiah yang dihadapi. Di samping itu ilmu
fisika juga dapat mengembangkan wawasan dan keterampilan siswa dalam kesadaran
berkarya maupun berteknologi yang sesuai dan berkaitan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran fisika membutuhkan sebuah proses yang disadari yang cenderung bersifat
permanen dan mengubah perilaku. Pada proses tersebut terjadi pengingatan informasi yang
kemudian disimpan dalam memori dan organisasi kognitif. Selanjutnya keterampilan tersebut
diwujudkan secara praktis pada keaktifan siswa dalam merespons dan bereaksi terhadap
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri siswa ataupun lingkungannya. Dalam hal ini siswa
dapat memperoleh informasi baik dari segi perilaku, kognitif serta pengamalan yang
melibatkan siswa secara langsung. Adapun demikian siswa tidak hanya mengandalkan guru
saja dalam pembelajaran melainkan adanya dukungan maupun dorongan, baik berupa media
pembelajaran dan faktor lainnya sebagai dukungan untuk memperoleh pembelajaran yang
lebih baik
Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dan
pendidik, dan antara peserta dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar yang
berlangsung secara edukatif, agar peserta didik dapat membangun sikap, pengetahuan dan
keterampilannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran
merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga penilaian. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang disusun secara sistematis
untuk mencapai tujuan belajar yang menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan
sistem pendukung. Sedangkan menurut Arends dalam Trianto, mengatakan “model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Prinsi-prinsip pembelajaran meliputi: (1) peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu,
(2) peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar, (3) proses pembelajaraan menggunakan
pendekatan ilmiah, (4) pembelajaran berbasis kompetensi, (5) pembelajaran terpadu, (6)
pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi
dimensi, (7) pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif, (8) peningkatan keseimbangan,
kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills, (9)pembelajaran yang
mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang
hayat, (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberiketeladanan (ing ngarso
sung tulodo), membangun kemauan (ingmadyomangunkarso), dan mengembangkan
kreativitas pesertadidik dalam proses pembelajaran (tut wurihandayani), (11) pembelajaran
1
yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, (12) pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, (13)
pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik, dan (14) suasana
belajar menyenangkan dan menantang.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Tujuan penggunaan model pembelajaran
sebagai strategi bagaimana pembelajaran yang dilaksanakan dapat membantu peserta didik
mengembangkan dirinya baik berupa informasi, gagasan, keterampilan nilai dan cara-cara
berpikir dalam meningkatkan kapasitas berpikir secara jernih, bijaksana dan membangun
keterampilan sosial serta komitmen. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:
Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model
pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau
pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan
sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya; Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di
dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah
pembelajaran; Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan
sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya;
Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model
pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana
belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan
pembelajaran.
Memilih atau menentukan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kondisi
Kompetensi Dasar (KD), tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran, sifat dari materi yang
akan diajarkan, dantingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu, setiap model
pembelajaran mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan
guru. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebagaimana yang diterapkan
pada kurikulum 2013, sebaiknya dipadukan secara sinkron dengan langkah/tahapan kerja
(syntax) model pembelajaran.
Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya untuk meningkatkan keterampilan dan skill para pelajar, yaitu seperti
inquiry, discovery, problem solving, dan project based learning. Pengaplikasian banyak model
pembelajaran tentu akan membuat proses pembelajaran lebih menarik dan tidak monoton,
sekaligus mengasah kemampuan pelajar mengingat masing masing model memiliki
karakteristik dan manfaat yang berbeda-beda.
Inquiry learning adalah model pembelajaran yang mendorong pelajar untuk mencari
informasi dengan observasi dan eksperimen, pelajar akan mencari jawaban secara mandiri
dengan analisis, penyelidikan, menanyakan pertanyaan, meneliti, dan menerjemahkan
informasi. Metode ini mendorong pelajar menjadi lebih mandiri, kreatif, kritis, dan analitis.
Tidak jauh berbeda dengan Inkuiri, Discovery learning juga merupakan model
pembelajaran yang mendorong pelajar untuk mencari jawaban secara mandiri dengan observasi
dan analisis. Letak perbedaan antara inkuiri dan discovery adalah dalam model discovery
pengajar juga berperan aktif dalam proses pembelajaran. Manfaat dari discovery learning akan
2
membantu siswa memahami konsep lebih dalam. Langkah-langkah untuk menerapkan metode
pembelajaran ini yaitu: Memberi rangsangan atau stimulus (stimulation); Identifikasi masalah
(problem statement); Pengumpulan data (data collection); Pengolahan data (data processing);
Pembuktian (verification); dan Penarikan kesimpulan (generalization).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bentuk model Inkuiry pada pembelajaran fisika.
2. Mengetahui bentuk model Discovery Learning pada pembelajaran fisika.
3
BAB II
PEMBAHASAN
a) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengontrol agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran.
Beberapa hal yang dapat diperhatikan dalam tahapan ini, yaitu:
(1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa.
(2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan.
(3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
b) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, yaitu:
4
(1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.
(2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang
jawabannya pasti.
(3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui
terlebih dahulu oleh siswa.
c) Mangajukan hipotesis
Potensi berpikir dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau
mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan.
d) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang dilakukan.
e) Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
f) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Menurut Trianto 8 (2009:168), langkah-langkah dalam penggunaan Model
Pembelajaran Inquiry , yaitu:
(1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan Kegiatan Inquiry dimulai ketika
pertanyaan atau permasalan diajukan.
(2) Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau
solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data.
(3) Mengumpulkan data Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan
data.
(4) Analisis data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan
dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji
hipotesis adalah pemikiran “benar” atau “salah”.
(5) Membuat kesimpulan Langkah penutup dari pembelajaran Inquiry adalah
membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah dalam
penggunaan Model Pembelajaran Inquiry, yaitu:
(a) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan yang ada.
(b) Mengajukan hipotesis berdasarkan masalah atau pertanyaan yang diajukan.
5
(c) Mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
(d) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, dan karya ilmiah lainnya.
(e) Membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran.
6
2.1.4 Tingkatan Inquiry pada Pembelajaran Fisika
Pembelajaran tingkatan inquiry melibatkan siswa yang aktif secara fisik dan mental
yang memberikan kesempatan dalam mengembangkan keterampilan dalammencapai target
pembelajaran (Ertikanto, 2017). Kegiatan berinquiry memicu siswa mengaplikasikan konsep,
mengembangkan ide dan gagasan ilmiah yang mendorong membangun pemahaman konsep
melalui penalaran ilmiah dan pengalaman belajar (Muliyani, Kurniawan, & Sandra, 2017).
Tingkatan inquiry bisa meningkatkan keterampilan proses dalam sains terintegrasi karena
proses pembelajaran memindahkan pengalaman belajar secara sistematis dan proses ilmiah
dengan pelevelan dari level sederhana ke level kompleks (Smallhorn, et al., 2015; Yanto,
Subali & Suyanto, 2019). Tingkatan inquiry pembelajaran sains dapat diperhatikan Tabel 1.
7
Terkait tingkatan inquiry, penerapan model inquiry mampu meningkatkan
keterampilan komunikasi ilmiah (Stover & Houston, 2019). Kemampuan yang dapat dilatihkan
yaitu kemampuan bertanya, memecahkan masalah, keterampilan berpikir kritis melakukan
investigasi, menerapkan temuannya melalui beberapa prosedur (Iqbal, Latifah & Irwandani,
2019).
8
berbagai sumber belajar seperti media elektronika dan melakukan eksperimen, pembelajaran
berbasis kompetensi, pembelajaran terpadu, pembelajaran yang menekankan pada jawaban
divergen, dan pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif, peningkatan keseimbangan,
kesinambungan, dan keterkaiatan antara hard-skills dan soft-skills.
Model discovery learning memiliki kesamaan demgan model inquiry dan model
problem solving. Namun, Discovery learning lebih menekankan pada permasalahan yang telah
direkayasa oleh pendidik dan juga permasalahan tersebut belum diketahui oleh siswa. Tiga ciri
utama belajar menemukan (discovery learning) yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan
masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat
pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah
ada.
Hipotesis Eksperimen
9
Berikut ini merupakan baganpendekatan Discovery/Inquiry dalam pembelajaran (syaiful
sagala: 2010).
Guru membantu
Siswa menarik kesimpulan
siswa/mendorong melakukan
kegiatan belajar untuk mencari
informasi yang diperoleh
Secara spontan siswa
menjelajahi informasi/data
untuk menguji praduga baik
secara individu maupun
kelompok Peserta didik tidak banyak
berusaha mencari informasi
untuk membuktikan praduga
inquiry
10
Discovery diartikan sebagai penemuan. Dalam hal ini, discovery learnig merupakan model
pembelajaran yang ditujukan kepada peserta didik untuk menemukan pengetahuan secara
mandiri dari permasalahan-permasalahan yang diajukan oleh pengajar sehingga pada
klimaksnya peserta didik memiliki rasa percaya diri akan temuannya (hasil berpikirnya).
Menurut Jerome Bruner model belajar yang dikenal dengan nama belajar penemuan
(discovery learninag) yaitu, siswa berperan lebih aktif dan berusaha sendiri memecahkan
masalah dan memperoleh pengetahuan tertentu. Model pembelajaran ini mengubh teacher
oriental menjadi student oriental, sehingga peserta didik secara mandiri dalam memperoleh
pengetahuan. Namun, Guru tidak melepaskan kewajibannya sebagai ppembimbing dan
mengarah kegiatan belajar sesuai dengan tujuan.
Menurut Wilcox (Slavin, 1997) dalam pembelajaran dengan penemuan siswa didorong
untuk sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan
percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Tujuan dari discovery learning adalah peserta didik dapat merancang eksperiman
mereka sendiri dan menyimpulkan sendiri serta mereka benar-benar membangun
11
pengetahuan sendiri. Oleh karena itu, kegiatan konstruktive, diasumsikan agar mereka
memahami sesuatu lebih dari pengetahuan ysng diajarkan oleh pendidik.
Adapun fungsi dari model pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut:
1. Membangun komitmen peserta didik dalam belajar yang diwujudkan dalam keterlibatan,
kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses
pembelajaran.
2. Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka
mencapai tujuan pengajaran.
d) Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju
sesuai dengan kemampuan masing-masing.
e) Mampu mengarahkan kemampuan siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang
kuat untuk belajar lebih giat.
f) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan diri sendiri dengan
proses penemuan sendiri.
g) Strategi itu berpusat kepada siswa tidak kepada guru. Guru hanya sebagai teman belajar
saja, membantu bila diperlukan.
Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman,dkk (2001: 179)
sebagai berikut:
12
a) Siswa aktif dalam kegiatan belajar,sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan
untuk menemukan hasil akhir.
c) Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin
melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
d) Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu
mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
a) Siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus
berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
b) Bila kelas terlalu besar, penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
c) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional.
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-
contoh generalisasi).
13
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas
dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret
ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
14
4. Data Processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,
semua diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan
cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5. Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil data processing. Verification menurut Bruner, bertujuan agar
proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Mata pelajaran fisika sekolah menengah atas (SMA) sebagai bagian dari mata pelajaran
IPA di SMA merupakan kelanjutan dari pelajaran fisika di sekolah menengah pertama (SMP)
yang mempelajari sifat materi, gerak, dan fenomena lain yang ada hubungannya dengan energi
selain itu juga mempelajari keterkaitan konsep-konsep fisika dengan kehidupan nyata dan
pengembangan sikap dan kesadaran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan alam dan
teknologi beserta dampaknya. Mata pelajaran fisika di SMA berfungsi sebagai :
1. Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
dan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi,
15
3. Melatih siswa menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapinya,
4. Meningkatkan kesadaran siswa tentang keteraturan alam dan keindahannya sehingga siswa
terdorong untuk mencintai dan mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa,
6. Menunjang pelajaran IPA lain (biologi dan kimia) dan mata pelajaran lainnya serta
membantu siswa memahami gagasan atau informasi dalam teknologi.
Bahan kajian mata pelajaran fisika di SMA dikembangkan dari bahan kajian fisika di
SMP yang diperluas sampai kepada bahan kajian yang mengandung konsep-konsep yang
abstrak dan dibahas secara kuantitatif analitis. Konsep dan subkonsep fisika tersebut diperoeh
dari berbagai kegiatan yang menggunakan keterampilan proses. Mata pelajaran fisika di SMA
bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep fisika dan saling berkaitan serta
mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
16
Dengan demikian, melalui pendidikan sains/fisika siswa terlatih untuk menemukan dan
memahami apa yang terjadi di alam sekitarnya, yakni pendekatan mengajar yang disebut
pendekatan lingkungan. Dengan demikian, pada pen-dekatan lingkungan mengandalkan sarana
alam sekitarnya sebagai laboratorium.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model pembelajaran Inquiry merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Langkah-langkah model pembelajaran inquiry yaitu
orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Kemampuan yang dapat dilatihkan yaitu kemampuan
bertanya, memecahkan masalah, keterampilan berpikir kritis melakukan investigasi,
menerapkan temuannya melalui beberapa prosedur. Sisi lain, discovery learning mendekati
pendekatan saintifik. Model discovery learning memiliki kesamaan demgan model inquiry dan
model problem solving. Namun, Discovery learning lebih menekankan pada permasalahan
yang telah direkayasa oleh pendidik dan juga permasalahan tersebut belum diketahui oleh
siswa. Langkah-langkah model pembelajaran discovery learning yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan generalisasi.
3.2 Saran
Sebagai guru atau calon guru kita dapat memiih yang cocok untuk model pembelajaran dalam
fisika agar mudah di pahami oleh siswa
18
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, T. A., & Harijanto, A. (2015). Model discovery learning disertai teknik probing
prompting dalam pembelajaran fisika di MA. Jurnal Pembelajaran Fisika, 3(4).
Munandar, U. (1999). Mengembangkat Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT.
Gramedia
Rohim, F., & Susanto, H. (2012). Penerapan model discovery terbimbing pada pembelajaran
fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. UPEJ Unnes Physics
Education Journal, 1(1).
Sari, P. I., Gunawan, G., & Harjono, A. (2016). Penggunaan discovery learning berbantuan
laboratorium virtual pada penguasaan konsep fisika siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
dan Teknologi, 2(4), 176-182.
Sahara, Cucu dan Nanang Hanafiah.2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika
Aditama.
Susilawati. (2020). Tingkatan Inquiry pada Pembelajaran Fisika sebagai Salah Satu Alternatif
Merdeka Belajar melalui Pembelajaran Daring. Naskah Publikasi. UIN Walisongo
Semarang.v
19