Disusun Oleh :
KELOMPOK IV
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis masih diberi kesempatan untuk bekerja
bersama untuk menyelesaikan makalah ini, dimana makalah ini merupakan salah
satu dari tugas mata kuliah Studi Terkini Isu Pendidikan Fisika. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Bapak Deo Demonta Panggabean, S.Pd., M.Pd dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KREATIVITAS
Pengertian kreativitas dapat ditinjau dari empat dimensi yakni person,
process, product, dan press. Kreativitas dilihat dari dimensi person dikemukakan
oleh Sternberg (Sudarma, 2013:20), seseorang yang kreatif adalah orang yang
dapat berpikir secara sintesis, artinya dapat melihat hubungan-hubungan di mana
orang lain tidak mampu melihatnya, dan mempunyai kemampuan untuk
menganalisis ide-idenya sendiri serta mengevaluasi nilai ataupun kualitas karya
pribadinya, mampu menerjemahkan teori dan hal-hal yang abstrak ke dalam ide-ide
praktis, sehingga individu mampu meyakinkan orang lain mengenai ide-ide yang
akan dikerjakannya. Definisi kreativitas yang menenkankan dimensi proses
diuraikan oleh Munandar (Murniati, 2012:10),“Creativity is a process that
manifests it self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking.” Artinya,
kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan
(fleksibilitas) dan originalitas dalam berpikir. Pengertian kreativitas sebagai sebuah
produk dijelaskan oleh Basuki (Sudarma, 2013:19) kreativitas sebagai kemampuan
untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Definisi kreativitas dilihat dari dimensi
press atau sebuah kekuatan yang ada dalam individu diungkapkan oleh John Adlair
(Sudarma, 2013:18), “Creativity is the faculty of mind and spirit that enables us to
bring into existence, ostensibly out of nothing, something of use, order, beauty or
significance.” Pernyataan tersebut lebih kurang mengandung pengertian, kreativitas
adalah fakultas pikiran dan jiwa yang memungkinkan kita untuk membawa ke
dalam situasi, seolah-olah dari ketiadaan, sesuatu yang berguna, ketertiban,
keindahan atau sesuatu yang berarti.
Ciri-ciri Kreativitas dapat dibedakan ke dalam ciri kognitif dan non-kognitif.
Yang termasuk ke dalam ciri kognitif sama dengan ciri berpikir kreatif yaitu
orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan yang termasuk ke
dalam ciri nonkognitif adalah motivasi, sikap, dan kepribadian kreatif. Berikut akan
diuraikan mengenai ciri-ciri kreativitas atau sikap kreatif menurut Utami Munandar
(2009:71) sebagai berikut:
a. rasa ingin tahu yang luas dan mendalam;
5
b. mengajari siswa beberapa metode untuk menjadi kreatif, hal ini bisa
dilakukan dengan cara:
1) mengembangkan ide sebanyak-banyaknya,
2) mengembangkan ide berdasarkan ide-ide orang lain,
3) jangan memberi kritik pada saat mengembangkan ide,
4) mengevaluasi ide-ide yang telah ada, dan
5) menyimpulkan ide yang terbaik.
c. menerima ide-ide kreatif yang dihasilkan siswa, hal ini bisa dilakukan
dengan cara:
1) memberi catatan tentang aspek yang positif dari ide,
2) memberi catatan tentang aspek negative dari ide,dan
3) memberi catatan hal yang sangat menarik dari ide.
Dari penjelasan mengenai kreativitas di atas, yang harus menjadi catatan
penting bagi seorang guru adalah setiap peserta didik sudah dibekali daya
kreativitas sejak lahir, guru memiliki kewajiban menggali dan mengembangkan
daya kreativitas tersebut. Maka dari itu, guru harus banyak memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berkreasi.
2.2 TUJUAN DAN MANFAAT PENGEMBANGAN KREATIVITAS
Mengembangkan dan meningkatkan kreativitas pada anak usia dini sangatlah
penting. Tujuan pengembangan kreativitas pada anak usia dini sebagai basic skill,
sebagai contoh pada tahap awal perkembangan anak mampu memanipulasi gerakan
ataupun suara dan mencoba untuk meniru, berkreasi dan mengekspresikan diri
dengan gaya yang khas dan unik.
Tujuan pengembangan kreativitas adalah kebutuhan anak terhadap kegiatan-
kegiatan yang kreatif, hal ini didasari oleh rasa ingin tahu dan keinginan anak dalam
mempelajari sesuatu yang sangat tinggi (Rachmawati & Kurniati, 2012: 35-37).
Tujuan utama dalam pengembangan kreativitas yaitu menjadikan anak pribadi yang
unik, memiliki banyak gagasan, memiliki kemampuan dalam mencipta, dapat
memecahkan masalah dengan cara sendiri dan juga menjadikan anak agar lebih
tertarik lagi pada kegiatan yang kreatif sehingga dapat memenuhi kebutuhan untuk
menjadi manusia yang dapat mengaktualisasikan dirinya di lingkungan sekitarnya.
2.3 FAKTOR PENDORONG DAN CIRI KREATIVITAS
7
Karakteristik Kreativitas
a. Diers (Adams : 1976) mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas yaitu:
1) Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
2) Memiliki rasa ingin tahu yang besar
3) Penuh percaya diri
4) Toleran terhadap ambiguitas
5) Bersifat sensitive, dan lain-lain
b. Utami Munandar (1992) mengemukakan crri-ciri kreativitas antara lain:
1) Senang mencari pengalaman baru
2) Memiliki inisiatif
3) Selalu ingin tahu
4) Mempunyai rasa humor
5) Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi, dan lain-lain.
c. Clark (1988) mengemukakan karakteristik kreativitas adalah sebagai
berikut:
1) Memiliki disiplin diri yang tinggi
2) Senang berpetualang
3) Memiliki wawasan yang luas
4) Mampu berpikir periodic
5) Memerlukan situasi yang mendukung
6) Sensitif terhadap lingkungan
7) Memiliki nilai estetik yang tinggi
d. Torance (1981) mengemukakan karakteristik kreativitas adalah:
1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar
2) Tekun dan tidak mudah bosan
3) Percaya diri dan mandiri
4) Berani mengambil resiko
5) Berpikir divergen
Sikap Orang Tua Terhadap Perkembangan Kreativitas Anak
Sikap orang tua sangat mempengaruhi krea tivitas anak. Orang tua, adalah
individu yang secara intens berhubungan dengan anak, akan menjadi model bagi
anak. Selain itu, sikap orang tua terhadap perkembangan kreativitas anak juga
8
memegang peranan penting. Sikap orang tua disini akan dibedakan antara sikap
orang tua yang menunjang dan yang tidak menunjang pengembangan kreatif anak.
- Sikap orang tua yang memupuk kreativitas anak
Munandar (1999) menjelaskan bahwa dari berbagai penelitian diperoleh
hasil, bahwa sikap orang tua yang memupuk kreativitas anak, ialah:
1. Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya.
2. Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal.
3. Membiarkan anak mengambil keputusan sendiri.
4. Mendorong kemelitan anak, untuk menjajaki dan mempertanyakan banyak
hal.
5. Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba
dilakukan, dan apa yang dihasilkan.
6. Menunjang dan mendorong kegiatan anak.
7. Menikmati keberadaannya bersama anak
8. Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak
9. Mendorong kemandirian anak dalam bekerja
10. Melatih hubungan kerja sama yang baik dengan anak.
- Sikap orang tua yang tidak menunjang kreativitas anak
Menurut Munandar (1999), sikap orang tua yang tidak menunjang
pengembangan kreativitas anak ialah:
1. Mengatakan kepada anak bahwa ia dihukum jika berbuat salah.
2. Tidak membolehkan anak menjadi marah terhadap orang tua.
3. Tidak membolehkan anak mempertanyakan keputusan orang tua.
4. Tidak memperbolehkan anak bermain dengan anak dari keluarga yang
mempunyai pandangan dan nilai yang berbeda dari keluarga anak.
5. Anak tidak boleh berisik.
6. Orang tua ketat mengawasi kegiatan anak.
7. Orang tua memberi saran-saran spesifik tentang penyelesaian tugas.
8. Orang tua kritis terhadap anak dan menolak gagasan anak.
9. Orang tua tidak sabar dengan anak.
10. Orang tua dan anak adu kekerasan.
11. Orang tua menekan dan memaksa anak untuk menyelesaikan tugas.
9
c) Tersedianya fasilitas
d) Penggunaan waktu luang
2.4 LANGKAH PENGEMBANGAN KREATIVITAS
Perkembangan Kreatifitas
a. Tahap sensorik – motorik (0 – 2 tahun)
Pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan
kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan-tindakan anak masih berupa
tindakan-tindakan fisik yang bersifat refleksif, pandangannya terhadap
objek masih belum permanen, belum memiliki konsep tentang ruang dan
waktu, belum memiliki konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya
masih merupakan pengulangan reflek-reflek, belum memiliki konsep
tentang diri, ruang dan belum memiliki kemampuan berbahasa.
b. Tahap Praoperasional (2 – 7 tahun)
Pada tahap ini kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai
tumbuh karena anak sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai
mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk
memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang, meskipun dalam jangka
waktu yang pendek.
c. Tahap Operasional Konkrit (7 – 11 tahun)
Faktor-faktor yang memungkinkan semakin berkembangnya kreativitas itu
adalah:
1) Anak sudah mulai mampu untuk menampilkan operasi-operasi
mental
2) Mulai mampu berpikir logis dalam bentuk yang sederhana
3) Mulai berkembang kemampuan untuk memelihara identitas-
identitas diri
4) Konsep tentang ruang sudah semakin meluas
5) Sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa
yang akan datang
6) Sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih
memerlukan bantuan objek-objek konkrit.
d. Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas)
11
Tahap-tahap Kreativitas
a) Persiapan (preparation)
Merupakan tahap awal berisi kegiatan pengenalan masalah, pengumpulan
data-informasi yang relevan, melihat hubungan antara hipotesis dengan
kaidah-kaidah yang ada. Tetapi belum sampai menemukan sesuatu, baru
menjajagi kemungkinan-kemungkinan.
b) Inkubasi (incubation)
Merupakan tahap menjelaskan, membatasi, membandingkan masalah.
Dengan proses ini diharapkan ada pemisahan, mana hal-hal yang benar-
12
benar penting dan mana yang tidak, mana yang relevan dan mana yang
tidak.
c) Iluminasi (illumination)
Merupakan tahap mencari dan menemukan kunci pemecahan, menghimpun
informasi dari luar untuk dianalisis dan disintesiskan kemudian
merumuskan beberapa keputusan.
d) Ferifikasi (verification)
Merupakan tahap mentes dan membuktikan hipotesis, apakah keputusan
yang diambil itu tepat atau tidak.
2.5 PENGEMBANGAN KREATIVITAS DENGAN PEMBELAJARAN
Dalam konteks relasi dengan anak-anak kreatif Torrance (1977) menamakan
relasi bantuan dengan istilah “Creative relationship” yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak
Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya
tanpa mengalami hambatan
Pembimbing lebih menekan pada proses daripada hasil sehingga
pembimbing dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai
bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya.
Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai
tertentu kepada anak.
Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak
dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.
Dedi Supriadi (1994) mengemukakan sejumlah bantuan yang dapat
digunakan untuk membimbing perkembangan anak-anak kreatif, yaitu sebagai
berikut:
Menciptakan rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya
Mengakui dan menhargai gagasan-gagasan anak
Menjadi pendorong bagi anak untuk mengkombinasikan dan mewujudkan
gagasan-gagasannya.
Membantu anak memahami divergensinya dalam berpikir dan bersikap dan
bukan malah menghukumnya
13
kolektif, akan timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya.
Prose inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.
b. Teori Humanistik
Humanistik lebih menekankan kreativitas sebagai hasil dari kesehatan
psikologis tingkat tinggi. Dan kreativitas dapat berkembang selama hidup
dan tidak terbatas pada usia lima tahun pertama.
- Abraham Maslow. Ia menekankan bahwa manusia mempunyai naluri-naluri
dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan itu,
diwujudkan Maslow sebagai hirarki kebutuhan manusia, dari yang terendah
hingga yang tertinggi.
- Carl Rogers. Ia menjelaskan ada 3 kondisi dari pribadi yang kreatif, adalah
keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi sesuai
dengan Patokan pribadi seseorang, kemampuan untuk bereksperiman atau
untuk ‘bermain’ dengan konsep-konsep.
c. Teori Cziksentmihalyi
Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah Predisposisi
genetis (genetic predispotition). Contoh seorang yang system sensorisnya
peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih
mudah menjadi pemusik.
- Minat pada usia dini pada ranah tertentu:
Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah
tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
- Akses terhadap suatu bidang:
Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang
yang diminati sangat membantu pengembangan bakat.
- Access to a field:
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat +
tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi
yang terakhir, mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar
dalam bidang yang diminati sangat penting untuk mendapatkan pengakuan
+ penghargaan dari orang-orang penting. Orang-orang kreatif ditandai
adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri
15
terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk
mencapai tujuannya.
2.6 PENGEMBANGAN KREATIVITAS DENGAN PEMBELAJARAN
FISIKA
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai. Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan
bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.Maka prestasi belajar
merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan
usaha-usaha belajar.Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993:77) mengemukakan
bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah
melaksanakan usahausaha belajar. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang
sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005:8-9)
mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu
mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya
menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencanauntuk mengungkap
performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah
diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk
ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk
perguruan tinggi. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam
pengusasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru (Asmara.
2009:11).
Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, khususnya
mengenai dampak dalam transformasi pesan, maka proses pembelajaran pun
mnegalami perubahan. Adanya media internet memudahkan warga belajar untuk
mengakses ke berbagai sumber informasi, temasuk halaman web. Melalui halaman
web ini, maka warga belajar dapat mentransformasikan informasinya kepada orang
lain sehingga membentuk suatu jaringan atau komunitas belajar yang dikenal
dengan virtual learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah
“e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk
16
tersebut. Pembelajaran dengan media edmodo dipilih karena keberadaan media ini
mirip dengan media facebook, sehingga siswa dapat menggunakan sebagai media
belajar.
Berdasarkan pemikiran diatas diduga bahwa media edmodo dapat lebih
meningkatkan prestasi belajar. Pengaruh antara siswa yang memiliki kreativitas
belajar tinggi kreativitas belajar sedang dan kreativitas belajar rendah terhadap
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Fisika. Perhatian dan motivasi
merupakan utama dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan
motivasi belajar yang dicapai oleh siswa tidak akan optimal. Kreativitas timbul
karena adanya motivasi dalam diri siswa. Belajar adalah proses aktif, sehingga
apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respon siswa
terhadap stimulus siswa, tidak mungkin siswa mencapai hasil belajar yang
dikehendaki. Makin tinggi kreativitas belajar siswa makin besar peluang untuk
prestasi belajar Fisika.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Pengertian Kreativitas
Kreativitas dilihat dari dimensi person dikemukakan oleh Sternberg
(Sudarma, 2013:20), seseorang yang kreatif adalah orang yang dapat
berpikir secara sintesis, artinya dapat melihat hubungan-hubungan di mana
orang lain tidak mampu melihatnya, dan mempunyai kemampuan untuk
menganalisis ide-idenya sendiri serta mengevaluasi nilai ataupun kualitas
karya pribadinya, mampu menerjemahkan teori dan hal-hal yang abstrak ke
dalam ide-ide praktis, sehingga individu mampu meyakinkan orang lain
mengenai ide-ide yang akan dikerjakannya.
3.1.2 Tujuan dan Manfaat Pengembangan Kreativitas
Tujuan utama dalam pengembangan kreativitas yaitu menjadikan
anak pribadi yang unik, memiliki banyak gagasan, memiliki kemampuan
dalam mencipta, dapat memecahkan masalah dengan cara sendiri dan juga
menjadikan anak agar lebih tertarik lagi pada kegiatan yang kreatif sehingga
dapat memenuhi kebutuhan untuk menjadi manusia yang dapat
mengaktualisasikan dirinya di lingkungan sekitarnya.
3.1.3 Faktor Pendorong Dan Ciri Kreativitas
Utami Munandar (1992) mengemukakan crri-ciri kreativitas antara
lain:
1) Senang mencari pengalaman baru
2) Memiliki inisiatif
3) Selalu ingin tahu
4) Mempunyai rasa humor
5) Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi, dan lain-lain.
3.1.4 Langkah Pengembangan Kreativitas
Tahap-tahap Kreativitas
a) Persiapan (preparation)
20
3.2 Saran
Makalah ini direkomendasikan untuk mahasiswa semester akhir sebagai
literatur sebelum terjun dalam dunia pekerjaan yaitu sekolah.
22
DAFTAR PUSTAKA
Adhy Asmara. 2009. Ilmu Mengarang, Yogyakarta: CV Nur Cahaya.
Darmawan. 2012. Inovasi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gunarso, Arif. 1993. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. BPK Jakarta:
Gunung Mulia.
Jurnal Eduhealth, vol. 3 no. 2, September 2013. Penerapan metode blended learning
berbasis ICT untukmeningkatkan Kreativitas dan prestasi belajar padamata
kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) di prodi D-III kebidanan FIK
UNIPDU Jombang.
Onno W. Purbo. 2002. E-Learning berbasis PHP danMySQL, Penerbit Elex
Jakarta, Media Komputindo.
Saifuddin Azwar. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Santrock
John W. 2008. Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Samsunuwiyata Mar’at, (2010) Upaya Peningkatan Kualitas Interaksi Pengasuh
dan Anak. Jurnal Psikologi No. 1. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Setiadarma, Monty P., Fidelis E. Waruwu (2003) Mendidik Kecerdasan, Jakarta:
PustakaPopuler Obor.
Siahaan, S. (2004) E-learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu
Alternatif Pembelajaran http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/42/
sudirman.htm (3 November 2006)
Suharsimi Arikunto. (2006) Dasar-dasar Evaluasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Slameto (2003) Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Winkel, (2007) Psikologi Pembelajaran, Yogyakarta, Media Abadi.