Disusun Oleh :
KELOMPOK IV
DEVI SILVIANA ( 4192421015 )
MANGASI HOLONG RAJAGUKGUK (4192421013)
SISKA DEWI TITANIA SITUMORANG (4192421027)
YUNIAR LESTARI RANGKUTI (4193321030)
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis masih diberi kesempatan untuk bekerja
bersama untuk menyelesaikan makalah ini, dimana makalah ini merupakan salah
satu dari tugas mata kuliah Studi Terkini Isu Pendidikan Fisika . Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Bapak Deo Demonta Panggabean, S.Pd., M.Pd dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Implementasi Problem Based Learning dalam
Pembelajaran Fisika
1.3.2 Mengetahui Implementasi Project Based Learning dalam
Pembelajaran Fisika
1.3.3 Mengetahui Implementasi Problem Solving dalam Pembelajaran
Fisika
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KARAKTERISTIK PROBLEM BASED LEARNING
2.1.1 PENGERTIAN PROBLEM BASED LEARNING
Menurut Duch mengemukakan bahwa pengertian dari model Problem
Based Learning adalah:
Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasih masalah adalah
model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks
untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan
masalah serta memperoleh pengetahuan.
Finkle and Torp menyatakan bahwa: PBM merupakan pengembangan
kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara stimulan strategi
pemecahan masalah dan dasardasar pengetahuan dan keterampilan dengan
menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan
sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.
Dua definisi diatas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan
suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari. Model
Problem Based Learning diartikan sebagai sebuah model pembelajaran yang
didalamnya melibatkan siswa untuk berusaha memecahkan masalah dengan
melalui beberapa tahap metode ilmiah sehingga siswa diharapkan mampu
mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut dan sekaligus
siswa diharapkan akan memilki keterampilan dalam memecahkan masalah.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning menjadi sebuah pendekatan pembelajaran
yang berusaha menerapkan masalah yang terjadi dalam dunia nyata sebagai sebuah
konteks bagi para siswa dalam berlatih bagaimana cara berfikir kritis dan
mendapatkan keterampilan dalam pemecahan masalah, serta tak terlupakan untuk
mendapatkan pengetahuan sekaligus konsep yang penting dari materi ajar yang
dibicarakan.
2.1.2 CIRI-CIRI PROBLEM BASED LEARNING
Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu menjelaskan
karakteristik dari PBM, yaitu:
a. Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa
sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori
konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan
pengetahuannya sendiri.
b. Autenthic problems from the organizing focus for learning
4
peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar yang sesuai dengan topik pelajaran
yang sedang dipelajari.
Banyak ahli yang menjelaskan penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning). John Dewey dalam Wina (2010) menjelaskan 6 langkah
PBL yang kemudian ia namakan metode pemecahan masalah, yaitu:
a. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang
akan dipecahkan.
b. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara
kritis dari berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki.
d. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan
informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian
hipotesis dan rumusan kesimpulan.
David Johnson & Johnson mengemukakan 5 langkah PBL melalui kegiatan
kelompok:
a. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa-
peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas
masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan
penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya
masalah, serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat
maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini
bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat
mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis
penghambat yang diperkirakan.
c. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk
berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap
tindakan yang dapat dilakukan.
d. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan
keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
e. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi
proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan; sedangkan
6
evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang
diterapkan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa PBL
dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyadari untuk kemudian mengidentifikasikan masalah yang ada yang
sesuai dengan topik pelajaran yang sedang dipelajari.
b. Menganalisis masalah yang telah diidentifikasi untuk kemudian
merumuskan masalah.
c. Merumuskan hipotesis.
d. Mengumpulkan data.
e. Menganalisis data.
f. Menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
g. Merumuskan strategi pemecahan masalah.
h. Melaksanakan strategi pemecahan masalah yang dipilih.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran berbasis masalah, siswa dituntut
untuk berpikir secara kritis dan ilmiah dalam melaksanakan setiap langkah-langkah
pembelajaran berbasis masalah.
2.1.4 IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA
Berdasarkan hasil penelitian Hidayah,et al (2018) implementasi problem
based learning dalam pembelajaran fisika. Keterkaitan antara model PBL dengan
tingkat keaktifan siswa dalam belajar dan kemampuan pemecahan masalah siswa
telah dibuktikan oleh beberapa penelitian. PBL merupakan suatu model
pembelajaran yang dapat melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah, yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan
aktual siswa demi merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan
pemecahan masalah merupakan salah satu hasil yang penting dalam PBL. PBL
membantu siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan kemampuan
pemecahan masalah fisika siswa dengan membimbing mereka melalui suatu proses
pemecahan masalah yang mapan.
Studi awal menunjukkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan
masalah fisika siswa kelas X MIPA 2 MAN Buleleng rendah. Penelitian ini
bertujuan untuk: (1) meningkatkan aktivitas belajar, (2) meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah fisika, dan (3) mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap
penerapan model PBL dalam pembelajaran fisika. Jenis penelitian adalah penelitian
tindakan kelas. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas X MIPA 2 (34 orang).
Objek penelitian adalah model PBL, aktivitas belajar, kemampuan pemecahan
masalah, dan tanggapan siswa. Instrumen penelitian adalah lembar observasi
7
aktivitas belajar, tes kemampuan pemecahan masalah, dan angket tanggapan siswa.
Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan: (1) skor rata-rata aktivitas belajar siswa siklus I sebesar 17,7 dengan
kategori tinggi dan siklus II sebesar 19,8 dengan kategori sangat tinggi, (2) nilai
rata-rata kemampuan pemecahan masalah fisika siswa siklus I sebesar 77,5 dengan
ketuntasan klasikal 88,2% dan siklus II sebesar 85,3 dengan ketuntasan klasikal
100%, (3) skor rata-rata tanggapan siswa terhadap penerapan model PBL dalam
pembelajaran fisika sebesar 82,1 (SD = 4,2) dengan kategori positif. Simpulan
penelitian ini adalah penerapan model PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar
dan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa kelas X MIPA 2 MAN Buleleng.
Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah
secara langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk suatu masalah
yang spesifik (Solso, 2008). Kemampuan pemecahan masalah merupakan
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menemukan solusi atau memperoleh
jawaban dari suatu permasalahan yang ingin diselesaikan melalui sederetan
prosedur yang dilengkapi berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya.
Ada empat indikator yang dapat dinilai dari kemampuan pemecahan
masalah menurut Docktor dan Heller (2009), yaitu: 1) kebergunaan deskripsi, 2)
pendekatan fisika dan penerapan khusus, 3) prosedur matematika, dan 4)
perkembangan logika.Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu pemikiran
yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk
suatu masalah yang spesifik. Ada empat indikator yang dapat dinilai dari
kemampuan pemecahan masalah digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1)
kebergunaan deskripsi, 2) pendekatan fisika dan penerapan khusus, 3) prosedur
matematika, dan 4) perkembangan logika. Model PBL mampu melatih siswa agar
dapat memecahkan masalah yang sering mereka hadapi dalam kehidupan sehari-
hari melalui sintaks PBL. Adapun sintaks model PBL yaitu starting new class,
starting new problem, problem follow up, performance presentation, dan after
conclusion of problem.
Pada tahap starting new problem atau tahap penyajian masalah, siswa
diberikan apersepsi serta LKS yang berisikan gambaran mengenai fenomena yang
sering siswa jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan materi yang
akan diajarkan. Pada tahap ini siswa diajak berpikir mengenai suatu permasalahan,
siswa diminta untuk mendeskripsikan masalah yang dituliskan sehingga dapat
menunjukkan pemahaman konsep yang jelas terhadap konsep-konsep dan prinsip-
prinsip fisika yang berkaitan dengan masalah itu. Hal tersebut nantinya akan
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Pada tahap problem follow up, siswa mendiskusikan permasalahan yang
diberikan dalam LKS dengan menggunakan berbagai sumber dan keterampilan
berpikir untuk dapat memecahkan masalah. Pada tahap ini siswa melakukan
percobaan atau membuat konstruksi, dan memecahkan masalah yang diberikan oleh
guru. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa dalam tahap ini dapat meningkatkan
8
tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi
pelajaran. Guru dalam pembelajaran berbasis masalah berperan dalam menyajikan
masalah, memberikan pertanyaan, mengadakan dialog, membantu menemukan
masalah dan memberi fasilitas penelitian. Selain itu guru juga menyiapkan
dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inquiri dan
intelektual siswa.
2.2 KARAKTERISTIK PROJECT BASED LEARNING
2.2.1 PENGERTIAN PROJECT BASED LEARNING
Model pembelajaran yang dianjurkan untuk digunakan pada kurikulum
2013 adalah model pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student
centered) yang salah satunya adalah model pembelajaran Project Based Learning.
Dalam modul implementasi kurikulum 2013 dijelaskan bahwa Project Based
Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai
inti pembelajaran. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintetis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk belajar.
Model pembelajaran Project Based Learning memiliki keunggulan yang
sangat penting dan bermanfaat bagi siswa, namun model pembelajaran Project
Based Learning sangat jarang digunakan oleh guru, karena memang dalam
prakteknya memerlukan persiapan yang cukup dan pengerjaannya lama. Mulyasa
mengatakan Project Based Learning, atau PJBL adalah model pembelajaran yang
bertujuan untuk memfokuskan pserta didik pada permasalahan kompleks yang
diperlukan dalam melakukan investigasi dan memahami pelajaran melalui
investigasi. Model ini juga bertujuan untuk membimbing peserta didik dalam
sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan serbagai subyek (materi)
kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali
konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Menurut Daryanto dan Raharjo Project Based Learning, atau PJBL adalah
model pembelajaran yang yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan menintegrasikan pengetahuan beru berdasarkan
pengalamannya dan beraktifitas secara nyata. PJBL dirancang untuk digunakan
pada permasalahan yang kompleks yang diperlukan peserta didik dalam melakukan
investigasi dan memahaminya.
Kemudian Sugihartono, DKK mengungkapkan metode proyek adalah
metode pembelajaran berupa penyajian kepada peserta didik materi pelajaran yang
bertitik tolak dari suatu masalah yang selanjutnya dibahas dari berbagai sisi yang
relevan sehingga diperolah pemecahan secara menyeluruh dan bermakna.metode
ini memberi kesempatan siswa untuk menganalis suatu masalah dari sudut pandang
peserta didik sesuai dengan minat dan bakatnya. Fathurrohman juga mengatakan
bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
menggunakan proyek/ Kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai
11
pada tingkat Cukup dengan g = 44,08% dan siswa menunjukkan berada pada taraf
berpikir Sangat Kritis Sebanyak 60%.
Dalam Pokok Bahasan Titik Berat di kelas XI SMA, siswa banyak
mengalami kesulitan untuk mengkonkretkan pemahaman konsep fisis dalam
menghitung koordinat titik berat apalagi untuk bangun geometris yang letak titik
beratnya di luar benda menjadi abstrak bagi siswa. Model Pembelajaran Berbasis
Proyek (Project Based Learning) dengan media layang-layang dipilih karena
mencakup pencapaian kompetensi kognitif, ketrampilan, dan aktivitas peserta didik
secara kreatif dalam menghasilkan produk sederhana, meneliti, menganaisis hasil
karyanya, sehingga diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pembahasan berlandaskan pada Teori perkembangan kognitif Piaget dengan Model
PBL, dan formulasi untuk menentukan koordinat Titik berat Z0 (X0 ; Y0) benda
serta menunjukkan Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kritis. Model penelitian yang
digunakan adalah Model desain Eksperimen dengan cara Kuantitatif Eksperimen
Semu ( Quasi Eksperimen ), melalui Uji Statistik Model Univariate dan Model
Analyzing Change/Gain Score untuk menentukan pemahaman siswa bidang
kognitif dan menentukan signifikansinya, dan penilaian ketrampilan berpikir kritis
menggunakan lembar Penilaian Ketrampilan yaitu Penilaian Produk dan Penilaian
Penugasan. Penilaian kognitif dilakukan oleh guru sedang Penilaian berpikir kritis
dilakukan oleh guru dan teman sebaya. Hasil dari penelitian ini pemahaman konsep
naik signifikan sebesar 44,08% pada kategori Cukup dan ketrampilan berpikir kritis
meningkat 60% pada peringkat Sangat Kritis.
2.3 KARAKTERISTIK PROBLEM SOLVING
2.3.1 PENGERTIAN PROBLEM SOLVING
Secara bahasa problem solving berasal dari dua kata yaitu problem dan
solves. Makna bahasa dari problem yaitu “a thing that is difficult to deal with or
understand” (suatu hal yang sulit untuk melakukannya atau memahaminya), dapat
jika diartikan “a question to be answered or solved” (pertanyaan yang butuh
jawaban atau jalan keluar), sedangkan solve dapat diartikan “to find an answer to
problem” (mencari jawaban suatu masalah).
Sedangkan secara terminologi problem solving seperti yang diartikan
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain adalah suatu cara berpikir secara ilmiah
untuk mencari pemecahan suatu masalah.Sedangkan menurut istilah Mulyasa
problem solving adalah suatu pendekatan pengajaran menghadapkan pada peserta
didik permasalahan sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara
berpikir kritis dan keterampilan permasalahan, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep esensial dari materi pembelajaran.Model problem solving
yang dimaksud adalah suatu pembelajaran yang menjadikan masalah kehidupan
nyata, dan masalah-masalah tersebut dijawab dengan Model ilmiah, rasional dan
sistematis. Mengenai bagaimana langkah-langkah dalam menjawab suatu masalah
secara ilmiah, rasional dan sistematis ini akan penulis dalam sub bab di bawah.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Implementasi Problem Based Learning dalam Pembelajaran
Fisika
Implementasi problem based learning dalam pembelajaran fisika
mendapatkan hasil yang signifikan. Problem Based Learning (PBL) merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran
3.1.2 Implementasi Project Based Learning dalam Pembelajaran
Fisika
Penggunaan model pembelajaran PjBL berbasis alat peraga sederhana
membuat peserta didik dapat memahami suatu materi pelajaran, karena peserta
didik mampu memahami konsep-konsep materi dari pembuatan alat yang mereka
buat.
3.1.3 Implementasi Problem Solving dalam Pembelajaran Fisika
Model pembelajaran problem solving dengan alternatif pemecahan masalah
real world problem sangat baik dan efektif diterapkan guru dalam pembelajaran
karena dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri
pemahaman konsep fisika berdasarkan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-
hari.
3.2 Saran
Makalah ini direkomendasikan untuk mahasiswa semester akhir sebagai
literatur sebelum terjun dalam dunia pekerjaan yaitu sekolah.
23
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, H. (2019). Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Ketuntasan Belajar Fisika Berbantuan Evaluasi Quizizz di Sekolah Bersistem
Kredit Semester. e-Jurnal Mitra Pendidikan, 3(10), 1298-1313.
Erlinawati, C. E., Bektiarso, S., & Maryani, M. (2019). Model Pembelajaran Project
Based Learning Berbasis STEM Pada Pembelajaran Fisika. Fkip E-
Proceeding, 4(1), 1-4.
Harefa, D. (2020, July). Perbedaan Hasil Belajar Fisika Melalui Model
Pembelajaran Problem Posing Dan Problem Solving Pada Siswa Kelas X-
MIA SMA Swasta Kampus Telukdalam. In SINASIS (Seminar Nasional
Sains) (Vol. 1, No. 1).
Hidayah, S. N., Pujani, N. M., & Sujanem, R. (2018). Implementasi Model Problem
Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Fisika Siswa Kelas X MIPA 2 MAN Buleleng Tahun
Pelajaran 2017/2018. Jurnal Pendidikan Fisika Undiksha, 8(1), 42-52.
Ismarjiati, N., & Ishafit, I. (2019). Implementasi Projects Based Learning Pada
Pokok Bahasan Titik Berat di Kelas XI SMA. Jurnal Materi dan
Pembelajaran Fisika, 9(2), 103-107.
Majid,A.2015.Strategi Pembelajaran.Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Maulidia, A., Lesmono, A. D., & Supriadi, B. (2019). Inovasi pembelajaran Fisika
melalui penerapan model PBL (problem based learning) dengan pendekatan
stem education untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi elastisitas
dan hukum Hooke di SMA. Fkip E-Proceeding, 4(1), 185-190.
Ramadani, E. M., & Nana, N. (2020). Penerapan Problem Based Learning
Berbantuan Virtual Lab Phet pada Pembelajaran Fisika Guna Meningkatkan
Pemahaman Konsep Siswa SMA: Literature Review. JPFT (Jurnal
Pendidikan Fisika Tadulako Online), 8(1).
Saharsa, U., Qaddafi, M., & Baharuddin, B. (2018). Efektivitas Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Video Based Laboratory
Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika. JPF (Jurnal Pendidikan
Fisika) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 6(2), 57-64.
Sakti, I. (2019, December). Implementasi Model Perangkat Pembelajaran
Berorientasi Hots (High Order Thinking Skills) Dan Pendidikan Karakter
Melalui PBL (Problem Based Learning) Pada Mata Kuliah Fisika Dasar.
In Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) (Vol. 8, pp. SNF2019-
PE).
Sambite, F. C., Mujasam, M., Widyaningsih, S. W., & Yusuf, I. (2019). Penerapan
project based learning berbasis alat peraga sederhana untuk meningkatkan
HOTS peserta didik. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 7(2), 141-147.