Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul "Aplikasi Teori Perkembangan". Atas
dukungan serta bimbingan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Yaman, M.Pd
selaku tutor mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenkan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki,
oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan serta
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Baturaja, 25 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3
Kb 1. Aplikasi Teori Perkembangan Dalam
Pendidikan ................................................................... 3
A. Aplikasi Teori Kognitif Dalam Proses Belajar.............. 3
B. Melibatkan Peserta Didik Untuk lebih Aktif ................. 5
C. Teori Perkembangan Sosiokultural Vygotsky ............... 7
D. Implikasi Teori Kognitif Vygotsky Pada Proses
Pembelajaran.................................................................... 10
E. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Yang
Sesuai Dengan Perkembangan Peserta didik ................ 12
F. Asesmen dan Perkembangan Peserta Didik .................. 17
Kb 2. Aplikasi Teori Psikologi Dalam Kegiatan
Belajar .......................................................................... 19
A. Penentuan Jurusan Sesuai Dengan Teori
Perkembangan Kognitif .................................................. 20
B. Penentuan Jurusan Dengan Melakukan Assesment ....... 21
BAB III PENUTUP ............................................................................... 22
A. Kesimpulan ...................................................................... 22
B. Saran................................................................................. 23
C. Daftar Pustaka ................................................................. 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan kegiatan yang terus-menerus yang


berkelanjutan dan sangat menentukan kesejahteraan dan kemakmuran individu,
kelompok, masyarakat, serta bangsa. Kualitas pendidikan sebagai tolak ukur
yang menentukan kemajuan dan martabat bangsa sepanjang masa. Dalam dunia
pendidikan dan pengajaran yang menjadi fokus perhatian adalah peserta
didiknya. Sebagai seorang guru atau pengelola suatu pendidikan, kita perlu
memahami dengan baik tentang pertumbuhan dan perkembangan anak agar
dapat mengatasi masalah pendidikan dan pembelajaran yang terjadi di kelas
secara tepat, serta implikasi masing-masing karakteristik terhadap
penyelenggaraan pendidikan.
Perkembangan peserta didik berisi pokok bahasan yang berkaitan
dengan aspek perkembangan peserta didik, diantaranya berkaitan pertumbuhan
dan perkembangan karakteristik dan perbedaan individu yang meliputi aspek fisik,
motorik, emosi, social, kognitif, bahasa, nilai moral dan sikap, kebutuhan individu,
perbedaan pendidikan anak normal dan anak berkelainan, serta implikasi
karakteristik dan kebutuhan anak terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Selain itu, Perkembangan Peserta Didik merupakan bagian dari
pengkajian dan penerapan Psikologi Perkembangan. Dalam pengkajian mata
kuliah Perkembangan Peserta Didik difokuskan pada perkembangan individu
sebagai peserta didik pada institusi pendidikan. berdasarkan pada pendapat Paul
Baltes Life-span human development berusaha menggambarkan, menjelaskan,
meramalkan, dan mempengaruhi perubahan- perubahan yang terjadi dari
pembuahan hingga masa dewasa. Tujuan akhir dari perspektif ini adalah untuk
membantu hidup individu menjadi kehidupan yang berarti dan produktif.
Dalam perkembangan peserta didik ada dua istilah yang muncul,
pertama adalah istilah “Perkembangan” dan kedua adalah istilah “Pertumbuhan”.

1
Kedua istilah menimbulkan keambiguan bahkan ada yang mendefinisikan
perkembangan dan pertumbuhan adalah sama. Perkembangan dan pertumbuhan
sebenarnya juga memang mempunyai kesamaan yaitu yang berarti adanya
perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan-perubahan yang menuju
kepada kemajuan-kemajuan. Namun perbedaannya pertumbuhan adalah
perubahan yang terjadi secara kuantitatif pada aspek jasmani, biologis, anatomis
dan fisiologis. Sedangkan perkembangan adalah perubahan-perubahan yang
bersifat kualitatif pada aspek pematangan fungsi organ individu. Pengkajian ini
tentunya tidak bisa lepas dari tatanan Psikologi, yaitu Psikologi Perkembangan
(Hasbi dkk, 2021: 19).
Maka dari itu makalah ini ingin membahas tentang bagaimana aplikasi
teori-teori perkembangan dalam dunia Pendidikan serta bagaimana aplikasi
psikologi dikembangkan dalam kegiatan belajar

B. RUMUSAN M ASALAH
1. Bagaimana aplikasi teori-teori Perkembangan dalam dunia pendidikan ?
2. Bagaimana aplikasi Psikologi dikembangkan dalam kegiatan belajar ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi teori-teori Perkembangan dalam
dunia pendidikan
2. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi Psikologi dikembangkan dalam
kegiatan belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

KB 1. APLIKASI TEORI PERKEMBANGAN DALAM PENDIDIKAN


A. APLIKASI TEORI KOGNITIF DALAM PROSES BELAJAR

Dalam proses pembelajaran, peserta didik kerap mengalami kesulitan untuk


memahami suatu konsep. Hal ini menggambarkan bahwa peserta didik sedang
melakukan proses berpikir. Setiap peserta didik berkembang dengan karakteristik
tersendiri dan tumbuh berkembang dengan tahapan yang berbeda. Perkembangan
inilah yang disebut dengan perkembangan kognitif.
Secara umum, kognitif berarti proses intelektual yang berhubungan dengan
kemampuan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Dalam ranah pendidikan, guru diharuskan memiliki kemampuan intelektual,
seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan cara mengajar, cara menilai
peserta didik, dan sebagainya.
Belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman,
yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku. Gagasan utama teori ini
adalah bagian-bagian situasi tertentu saling berhubungan dengan konteks seluruh
situasi tersebut. Belajar merupakan porses internal yang mencakup: ingatan,
retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain (Rosyid & Baroroh,
2019: 97).

1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget


Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas kehidupan di sekeliling mereka. Selain itu,
Piaget berpendapat bahwa anak-anak melakukan adaptasi dengan cara
menginterpretasikan objek yang mereka amati di sekelilingnya. Contohnya ketika
anak sedang mengamati ciri-ciri dan fungsi mainan, benda-benda yang di rumah,
dan objek di luar rumah Ini membuktikan bahwa anak tidak hanya menerima
informasi dan rangsangan.

3
Menurut Piaget, perkembangan kognitif seorang anak dibagi dalam beberapa
tahapan yang dimulai dari tahapan sederhana sampai dengan tahapan kompleks.
Tahapan ini meliputi perkembangan pemikiran, intelektual, dan penyerapan
bahasa. Hal ini dapat diketahui ketika seorang anak mulai belajar mengucapkan
satu dua kata sampai dapat menghitung soal matematika. Dalam hal ini, teori
kognitif Piaget terbagi melalui tiga proses dan fungsi yang saling berkaitan
sebagai berikut.

Gambar 6.1
Tiga Aspek Perkembangan Kognitif Piaget

Makin bertambah umur seseorang makin kompleks susunan sel syarafnya dan
makin meningkat pula kemampuannya. Perubahan struktur kognitif merupakan
fungsi dari pengalaman dan kedewasaan akan terjadi melalui tahap tahap
perkembanga ntertentu. Piaget membagi perkembangan kognitif anak dalam
empat tahap, yaitu 1) sensori motor (0-2 tahun) 2) pra operasional (2-7 tahun). 3)
konkret (7- 1 tahun). dan 4) formal (11 tahun dewasa).

Gambar 6.2
Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget
4
Perkembangan kognitif peserta didik sebagian besar bergantung pada
kemampuan peserta didik untuk berinteraksi dengan lingkungannya Penggunaan
bahasa juga sangat berperan penting dalam memberikan ide gagasan untuk
berpikir (Hudojo, 1988).

2. Implikasi Teori Kognitif Piaget pada Proses Pembelajaran


Piaget telah memberikan kontribusi besar pada pemahaman tentang
perkembangan kognitif anak-anak dan pembelajaran. Implikasi teori Piaget dalam
pembelajaran adalah saat kita sebagai pendidik memperkenalkan informasi yang
melibatkan peserta didik dalam menggunakan konsep-konsep memberikan waktu
pada peserta didik menemukan ide-ide dengan pola berpikir formal (Trianto,
2011).Dengan kata lain, kita dapat memilih topik yang tepat, mengembangkan
media dan bahan ajar, serta mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dalam
memecahkan suatu masalah.

B. MELIBATKAN PESERTA DIDIK UNTUK LEBIH AKTIF


Proses pembelajaran membutuhkan konstruksi pengetahuan yang aktif
Peserta didik harus terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan kata
lain, proses belajar mengajar harus lebih mengutamakan peran peserta didik untuk
berinisiatif dan aktif. Ketika peserta didik terlibat, proses pembelajaran akan
terjadi lebih efektif dan peserta didik melihat sesuatu berdasarkan dirinya sendiri.
1. Mengetahui Kemampuan Setiap Peserta Didik
Sebelum mengajar dan memberikan materi, guru harus mengetahui bahwa
setiap muridnya memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Hal ini
bertujuan agar guru dapat dengan mudah menentukan materi pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan peserta didik. Guru dapat menerapkan metode
observasi yang bertujuan untuk mengamati kemampuan awal dan tingkah laku
peserta didik dalam situasi yang wajar. Metode ini dapat dilakukan secara
langsung ataupun menggunakan teknologi (kamera pemantau). Jika guru merasa
tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan observasi dan dapat meminta
bantuan orang lain yang mempunyai kemampuan yang relative sama.

5
2. Menstimulasi Peserta Didik dengan Ide-Ide Kreatif
Proses pembelajaran dengan cara mempromosikan pembangunan ide, konsep,
dan skema mental. Konstruksi ide atau gagasan harus berubah dari pengalaman
konkret ke gagasan yang lebih abstrak. Peran guru harus dimulai dengan
menstimulasi apa yang dilihat, dirasakan, atau dimanipulasi oleh pelajar serta
masing-masing peserta didik dapat menginterpretasikan makna.
3. Mengetahui Kebutuhan Peserta Didik
Pembentukan konsep sangat penting untuk semua peserta didik terlepas dari
subjek atau usia. Usia tidak harus menghalangi peserta didik untuk terus
meningkatkan perkembangan kognitifnya. Yang dapat dilakukan oleh guru adalah
menetapkan tugas yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di sekolah
atau perguruan tinggi yang dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan individu
dan tingkat pembelajaran Untuk mengetahui minat, bakat, potensi, tingkat
kecerdasan, dan kecenderungan kecenderungan lainnya dari peserta didik, sering
kali guru atau psikolog pendidikan melakukan tes yang bertujuan untuk
mengetahui kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajaran.

4. Kategorisasi Materi
Guru harus mampu membuat strategi mengajar. Ini dapat dimulai dengan
mengategorikan mana materi yang benar-benar baru sampai hal tersulit bagi
peserta didik. Selain itu, guru juga harus mampu merumuskan tujuan
pembelajaran secara tepat. Dalam kegiatan ini, guru dapat merancang silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada awal tahun pembelajaran Materi
yang diajarkan juga dapat dengan mudah disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif peserta didik.

5. Peran Kurikulum
Sekolah dan perguruan tinggi harus secara eksplisit memberikan pengalaman
yang sesuai dengan mendorong perkembangan kognitif dan keinginan alami
peserta didik untuk belajar daripada melihat peran kurikulum yang diajarkan
sebagai hanya organisasi pengetahuan dan keterampilan apa yang harus dipelajari.
Saatini, Pemerintah Indonesia telah menerapkan kurikulum 2013 yang terdiri atas
pengembangan kognitif dan karakter Kurikulum 2013 mengarahkan proses

6
pembelajaran yang berpusat pada pesertadidik. Dengan demikian, guru dapat
mendorong siswa agar dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran.

6. Memberikan Asesmen yang Tepat Sasaran


Banyak pendidik yang belum memberikan asesmen yang tepat untuk peserta
didiknya. Tujuan dari asesmen ini adalah membantu guru menentukan apakah
peserta didik siap untuk menerima materi yang baru. Pemberian tugas rumah juga
dikategorikan dapat meningkatkan perkembangan kognitif peserta didik. Asesmen
tidak hanya tes tertulis, guru juga dapat memberikan asesmen berupa praktik
keterampilan ataupun pembuatan proyek yang dapat melatih kreativitas dan
kemandirian peserta didik.

7. Meningkatkan Retensi Peserta Didik


Selain asesmen, pemberian latihan secara berulang-ulang juga akan
membantu meningkat kanperkembangan kognitif peserta didik.

C. TEORI PERKEMBANGAN SOSIOKULTURAL VYGOTSKY


Vygotsky mengemukakan bahwa perkembangan kognitif anak dapat juga
dipengaruhi oleh proses biologis dan psikologis. Ini berarti seorang anak
berinteraksi dengan lingkungan social budaya ketika anak itu tumbuh besar. Teori
Vygotsky dikenal dengan teori perkembangan sosiokultural yang menekankan
perkembangan kognitif dipengaruhi oleh interaksi sosial (Salkind, 2004).
Pada dasarnya, Vygotsky mendukung pernyataan Piaget bahwa teori
perkembangan kognitif yang dibagi kedalam beberapa tahap. Namun, Vygotsky
menambahkan bahwa seorang anak tidak dapat tumbuh berkembang hanya
sendirian, tapi mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan di sini
bukan hanya dari keluarga dan orang tua, melainkan juga lingkungan ketika anak
tersebut tumbuh berkembang. Vygotsky mengategorikan teori perkembangan
kognitifnya menjadi zon of proximal development (ZPD) atau zona perkembangan
proksimal.
Zone of proximal development (ZPD) atau zona perkembangan proksimal
merupakan sebuah konsep dari Vygotsky yang membagi kemampuan anak
kedalam perkembangan aktual dan potensial. Kemampuan actual merupakan
kemampuan anak untuk memecahkan masalah dan mengerjakan tugas secara

7
mandiri sesuai dengan kemampuannya. Sementara itu, kemampuan potensial
merupakan kemampuan anak dalam menyelesaikan sesuatu di bawah bimbingan
orang dewasa ataupun hasil kerjasama dengan teman sebayanya.
Oleh karena itu, jarak di antara kemampuan aktual dan potensiallah yang
disebut dengan zona perkembangan proksimal atau yang lebih dikenal dengan
zone of proximal development (ZPD).
Vygotsky juga mengemukakan konsepnya tentang zona perkembangan
proksimal (zone of proximal development) atau dapat diartikan sebagai daerah
perkembangan terdekat (DPT). Menurutnya, perkembangan kemampuan
seseorang dapat dibedakan kedalam dua tingkat, yaitu tingkat perkembangan
aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan actual tampak
dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan
berbagai masalah secara mandiri. Ini disebut sebagai kemampuan instrumental,
sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang
untuk meyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah
bimingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih
kompeten. Ini disebut sebagai kemampuan inter mental. Jarak antara keduanya,
yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut
zona perkembangan proksimal. Vygotsky menciptakan konsep Zone Proximal
Development (ZPD) sebagai cara psikolog untuk pendidik untuk memikirkan
pengembangan anak-anak dan bagaimana mereka belajar dan mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah diperlukan untuk melaksanakan bidang tugas
kaitannya dengan pengembangan. ZPD mengembangan suatu hubungan
perspektif psikologisumum pada pengembangan anak dengan suatu perspektif
bersifat pendidikan pada instruksi (Suardipa, 2020: 54).
Selain itu zona perkembangan proksimal memiliki makna sebagai fungsi atau
kemampuan awal yang belum maksimal atau menuju maksimal. Kemampuan ini
akan terasa lebih maksimal jika dipicu oleh interaksi dan kolaborasi dari orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten di bidangnya ZPD memicu
kemampuan kognitif seorang anak agar menjadi maksimal dan kualitasnya
meningkat.

8
Ibaratnya sebagai embrio, kuncup atau bunga, yang belum menjadi buah.
Tunas-tunas perkembangan ini akan menjadi matang melalui interaksinya dengan
orang dewasa atau kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Untuk
menafsirkan konsep zona perkembangan proksimal ini dengan menggunakan
scaffolding interpretation, yaitu memandang zona perkembangan proksimal
sebagai perancah, sejenis wilayah penyanggah atau batu loncatan untu kmencapai
taraf perkembangan yang semakin tinggi (Suardipa, 2020: 54).
Untuk meningkatkan dan memaksimalkan kemampuan anak, perlu adanya
interaksi social dari lingkungan sekitar. Ini berarti, anak harus sering kita ajak
berdiskusi, diberikan contoh, diberi tantangan, dan diberikan saran oleh orang di
sekelilingnya. Untuk lebih memahami ZPD, perhatikan gambar berikut.

Sumber: Suryadi (2005)


Gambar 6.3
Model PengembanganZone of Proximal Development (ZPD)

Gambar 6.3 menunjukkan bahwa pemberian stimulasi dan intervensi hanya


dapat diberikan saat anak sudah mengalami kesulitan dan perlu bantuan dari orang
lain. Dalam menerapkan ZPD di proses pembelajaran, guru memegang peranan
penting dalam menciptakan situasi yang mendukung Ini dapat dimulai dengan
memilih bahan dan media ajar yang tepat dan relevan.
Dengan kata lain, sebagai guru, kita dapat memberikan pembelajaran yang
menarik, seperti diskusi, hints dalam permainan, pertanyaan high order thinking
skills (HOTS), dan kegiatan lain yang dapat membantu peserta didik mencapai
kemampuan potensialnya. Jika anak atau peserta didik kita telah melewati dan
memecahkan pertanyaan sulit itu, kita pun dapat meningkatkan level kesulitan

9
dengan kegiatan yang lebih menantang. Contohnya, guru dapat memberikan soal
yang membutuhkan pemecahan masalah pada awal pembelajaran.
Selain itu untuk membuat persiapan pembelajaran yang ideal seorang guru
dituntut memiliki sejumlah kemampuan sebagai berikut (Faisal, 2019, 37).
1. Seorang guru perlu menguasai materi pelajaran.
2. Seorang guru harus memiliki kemampuan untuk merumuskan tujuan
pembelajaran
3. Selain itu seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk membuat alat
evaluasi yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
4. Kemampuan memilih materi pelajaran yang relevan dengan tujuan
pembelajaran dan relevan dengan alat evaluasi.
5. Kemampuan merancang pengalaman belajar.
6. Seorang guru profresional menguasai berbagai pendekatan dan teori belajar.
7. Mengenal dan menguasai berbagai metode dan media pembelajaran.
8. Seorang guru perlu memiliki kemampuan memilih dan mengkombinasikan
antara materi pelajaran, metode, media, pengalaman belajar yang sesuai
dengan tujuan dan evaluasinya.
9. Kemampuan-kemampuan lain yang menunjang proses pembelajaran.

D. IMPLIKASI TEORI KOGNITIF VYGOTSKY PADA PROSES


PEMBELAJARAN

Vygotsky menekankan pengembangan intelektual dari pada menyusun


pembelajaran untuk mencocokkan tahap perkembangan kognitif. Teori ini
menekankan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau student-centered.
Dengan kata ain, guru seolah-olah hanya menjadi pemandu, bukan pemimpin agar
peserta didik menemukan makna mereka masing-masing.

Kegiatan yang dipilih di sekolah sangat penting untuk menantang dan


memperluasdan memperluas pembelajaran serta harus mencakup kegiatan kelas
yang bermakna dan merangsang. Secarakhusus, Vygotsky percaya bahwa dalam
proses pembelajaran, harus melibatkan teman sebaya dan ahlinya, dalam konteks
ini guru. Contohnya, pembelajaran bahasa daerah atau bahasa asing sangat sesuai

10
menerapkan ZPD dengan beragam jenis kegiatan. Peserta didik akan sangat
terpacu semangatnya untuk mengenal kosa kata baru dari suatu bahasa. Sebagai
guru, kita harus mempersiapkan stimulus yang tepat dan relevan.

1. Berikut ini adalah kegiatan yang dapat diimplikasikan dalam proses


pembelajaran. Guru dapat menggunakan bahasa lintas kurikulum dan fase
pendidikan untuk mengembangkan fungsi mental yang lebih tinggi. Guru
dan praktisi Pendidikan harusu memperhatikan perkembangan peserta
didik.
2. Peserta didik harus didorong untuk berbicara dengan keras ketik aterlibat
dalam latihan pemecahan masalah. Murid mengembangkan kapasitas
kognitif mereka dengan kecepatannya sendiri. Meskipun demikian, proses
ini membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar.
3. Guru dapat menentukan keterampilan dan memutuskan jenis dukungan apa
yang diperlukan, kapan memberikan dukungan, dan berapa banyak
dukungan yang diperlukan untuk seorang individu. Teori ini lebih dikenal
dengan istilah pembelajaran yang depersonalisasi. Hal ini sesuai dengan
kurikulum 2013 yang menempatkan guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran dan peserta didik.
4. Mengemas pembelajaran (chunking) sesuai perkembangan siswa guru
hendaknya terampil menguraikan tugas dan menyesuaikan metode
presentasi
5. Guru merancang tugas kolaboratif untuk mendorong pembelajaran
kooperatif Akan lebih baik jika pengaturan meja di kelas dapat diubah
sehingga siswa dapat berdiskusi. Kegiatan semacam ini akan efektif dalam
mendorong interaksi antar siswa. Guru melatih siswa dalam prosedur
kooperatif dan timbal balik sehingga pembelajaran lebih efektif.

Selain itu, teori kognitif Vyogotsky juga dapat diterapkan dalam kegiatan
“saling belajar anta rsiswa” (peer tutoring). Guru menjadi fasilitator di dalam
kelas. Peer tutoring akan melibatkan partisipasi peserta didik untuk saling
membantu dan dibantu. Kegiatan ini juga dapat membantu siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya. Sebagai guru, kita harus membagi tim secara
adil dan menjelaskan aturan yang jelas terkait kegiatan peer tutoring ini. Guru
11
juga harus memantau, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa
berhasil atau tidak.

Pada akhir pembelajaran, guru membantu siswa untuk mengevaluasi


pembelajaran. Hal ini sesuai dengan kurikulum 2013 yang menempatkan guru
sebagai fasilitator dalam pembelajaran dan siswa sebagai pelaku pembelajaran.
Misalnya, ketika siswa menjawab pertanyaan, guru yang juga sebagai fasilitator
dalam proses pembelajaran tidak boleh langsung menilai jawaban siswa sebagai
salah atau benar.

Guru yang menerapkan teori kognitif tidak akan meminta siswanya untuk
selalu percaya dengan apa yang mereka katakan. Guru hendaknya memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan pemecahan masalah sesuai dengan
kemampuannya. Ini dikarenakan Teori Vygotsky juga mengandaikan bahwa anak-
anak adalah makhluk aktif dan subjektif, dan membentuk pengetahuan melalui
interaksi dengan lingkungan social budaya. Menurut teori Vygotsky, lingkungan
social budaya berperan paling besar terhadap konten kognitif dan cara berpikir
anak-anak. Menurut pandangan Vygotsky, perkembangan anak-anak terdiri dari
aliran konflik dan resolusi dialektis tanpa akhir. Anak-anak membentuk
pengetahuan melalui proses pemecahan masalah dengan di internalisasi (Hyun
dkk, 2020: 2).

E. PENGEMBANGAN DAN PEMBELAJARAN KURIKULUM


MENURUT PERKEMBANGAN SISWA

Kurikulum merupakan acuan yang diajarkan di sekolah, perguruan tinggi,


dan universitas yang diselenggarakan untuk kelompok umur tertentu dan
berdasarkan mata pelajaran yang akan diajarkan. Kurikulum biasanya tidak
memuat daftar rinci tujuan pembelajaran. Banyak kurikulum sampel disusun
dalam spiral sehingga siswa akan menemukan konten mata pelajaran yang sama
dari tahun ketahun, tetapi dengan ide-ide yang lebih kompleks.

Di Indonesia, kurikulum 2013 telah diterapkan, direvisi, dan


diimplementasikan dalam proses pembelajaran di setiap jenjang sekolah.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapka npeserta didik agar memiliki

12
kemampuan sebagai warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan mampu
berkontribusi bagi kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara di mata dunia
(Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013).

Kurikulum 2013 yang telah diterapkan dalam proses pembelajaran


menggunakan indicator berdasarkan pendekatan saintifik (scientific approach) dan
penilaian autentik. Hal ini juga sesuai dengan pendidikan karakter yang meliputi
spiritualitas, sikap, dan keterampilan. Dalam perkembangannya, guru tidak hanya
sebagai pelaksana kurikulum, tetapi juga sebagai pengembang kurikulum bagi
sekolah dan bagisiswanya. Guru dituntut untuk lebih memahami bagaimana
proses pengembangan kurikulum.

Pengembangan kurikulum terdiri dari banyak faktor, mulai dari


mempertimbangkan masalah kurikulum, siapa yang terlibat, bagaimana
prosesnya, apa tujuannya, dan siapa yang akan menggunakan kurikulum.
Pengembangan kurikulum juga dapat menjadi media pengajaran bagi guru untuk
menciptakan proses pembelajaran yang menarik, meningkatkan minat siswa, dan
memenuhi tuntutan masyarakat dan dunia global.

Nasution (1987) menjelaskan proses pengembangan kurikulum dalam empat


tahap mulai dari perumusan tujuan kurikulum, pemilihan bahan ajar, proses
belajar mengajar, dan alat penilaian.

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa, pengembangan kurikulum tidak


harus disusun dalam urutan yang pasti. Ada beberapa pihak yang mengatakan

13
bahwa setelah menentukan tujuan pembelajaran, kita bias langsung menentukan
bentu kevaluasinya. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum
memiliki tujuan yang sama yaitu menyempurnakan proses pembelajaran sesuai
dengan kemampuan kognitif siswa.

Dari kurikulum yang telah dikembangkan, sangat memungkinkan bagi


guru untuk menggunakan metode pengajaran yang bervariasi. Mengajarkan anak
berolahraga, akan sangat berbeda dengan mengajarkan matematika.

Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, ada beberapa metode yang


dapat diterapkan dan digunakan dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah
metode bermain. praktek, mendengarkan dan menonton, pemecahan masalah,
diskusi, kolaborasi, penelitian dan investigasi, dan pelaporan.

Mari kita bahas kegiatan yang bias dilakukan dengan metode ini di bawah ini.

1. Bermain (Play), kegiatan ini biasanya tidak terstruktur, melibatkan benda


dan orang. Beginilah cara anak-anak mencari tahu tentang dunia sejak
usia dini. Misalnya, anak-anak memainkan peran "guru" dan "murid".
2. Praktik (Practice), merupakan kegiatan kognitif yang diperlukan untuk
membentuk pola pikir dan perilaku. Misalnya, anak-anak berlatih
membuat makan siang, berlatih membuat mainan.
3. Mendengar dan Menyaksikan (Listening While watching), Vygotsky
menyarankan bahwa penting bagi anak untuk belajar dari orang lain yang
lebih terampil atau berwawasan luas. Ini merupakan bagian penting dari
perkembangan pengalaman belajar anak. Misalnya, seorang anak
mendengarkan presentasi tentang COVID 19 dari seorang dokter sebagai
narasumber di kelasnya.
4. Pemecahanmasalah (Problem Solving), adalah kegiatan anak untuk
memecahkan masalahn yata. Anak diminta memberikan solusi melalui
beberapa langkah sesuai dengan perkembangan kognitifnya. Soal dipilih
secara cermat guna meningkatkan kemampuan ZPD anak. Misalnya,
anak-anak diberikan kasus tanaman kering mereka, dan mereka diminta
untuk mencari tahu apa penyebabnya

14
5. Diskusi (Discussion) adalah kegiatan yang membutuhkan kompetensi
kognitif tertentu eq, misalnya untuk menumbuhkan kemampuan anak
untuk berempati, memberikan tanggapan, dan mengembangkan konsep
diri yang positif. Contoh kegiatannya antara lain: anak-anak diberi
pertanyaan tentang "mengapa kita harus sering cuci tangan?" Setiap anak
diberi kesempatan untuk menjawab, kemudian anak yang lain memberikan
tanggapan.
6. Kolaborasi (Collaboration), kegiatan ini mendorong anak untuk
bekerjasama sehingga memiliki tingkat perkembangan kognitif yang
hampi rsama. Dengan kata lain, siswa dapat berkolaborasi untuk menjadi
mitra (peer) satusama lain Contoh kegiatan: Anak-anak dikelompokkan,
kemudian diberikan kegiatan menanam satu jenis tanaman selama jangka
waktu tertentu, kemudian melaporkan hasilnya kepada guru dalam bentuk
presentasi di depan kelas.
7. Penelitian dan Penyelidikan (Research and Investigation), metode ini
memiliki banyak kesamaan dengan metode bermain karena siswa
diarahkan untuk terlibat aktif, memecahkan masalah, dan yang terpenting
siswa bergerak secara fisik. Kegiatan ini mendorong siswa untuk
melakukan pengamatan yang konkrit, dan diharapkan mampu membuat
konsep tentang materi yang dipelajarinya. Contoh kegiatan: Siswa
melakukan pengamatan berulang terhadap kebiasaan temannya selama
masa “belajar dari rumah” online, misalnya tentang kemampuan
menggunakan teknologi, penyelesaian tugas, cara membuat laporan, dll.
Siswa melakukannya dengan bantuan guru untuk mendapatkan data.
8. Pelaporan (Reporting), kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling
menuntut kemampuan kognitif siswa karena dituntut untuk menganalisis,
mensintesis, dan menginterpretasikan masalah yang akan mereka laporkan.
Misalnya: siswa diminta membuat laporan hasil wawancara dengan
pembuat masker wajah selama wabah COVID 19.

Dari penjelasan metode pengajaran terkait kurikulum 2013, guru


mengembangkan bahan ajar dan proses penilaian. Proses penilaian atau
assessment akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. Memang, guru perlu

15
menyesuaikan teori dan aturan dalam kurikulum 2013 sesuai dengan
perkembangan peserta didik dan kondisi sekolah masing-masing.

Dalam menggunakan berbagai metode pengajaran, sangat penting bagi guru


untuk menggunakan teknik bertanya kepada siswa secara langsung. Tujuannya
agar anak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher
order thingking skill HOTS). Di sini Anda dapat mempelajari tiga jenis
pembelajaran berdasarkan teknik bertanya: directive exposition; nondirective
discovery; dan interactive connection building.

1. Bertanya dengan rinci (Directive Exposition)

Instruksi kapur dan bicara (sekarang dikenal sebagai presentasi


PowerPoint) sangat sering diterapkan oleh guru, khususnya pendidikan
sekolah menengah, untuk mendorong siswa menyajikan berbagai hasil
belajar. Siswa dapat mempresentasikan cara membuat disinfektan sederhana,
atau model masker yang cocok untuk balita, dll. Presentasi ini harus direkam,
dinilai oleh guru, dan diberi umpan balik positif. Yang terpenting, guru
memberikan apresiasi kepada siswa, misalnya dalam bentuk pujian, tanda
bintang, atau bentuk sederhana lainnya. Dalam bertanya, kita disarankan
untuk tidak mengajukan pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban satu
atau dua kata. Hal ini agar siswa dapat menggali pemikirannya.

2. Pertanyaan tidak mengarah (Nondirective Discovery)

Pertanyaan tidak langsung adalah pertanyaan yang mendorong


penemuan, dalam bahasa Inggris metode ini dikenal dengan Nondirective
discovery. Pembelajaran melalui bentuk pertanyaan yang tidak terstruktur
dan terfokus, mengajak siswa untuk mengeksplorasi suatu masalah sampai
mendapatkan jawabannya. Guru memberikan siswa berbagai pengalaman
tidak terstruktur, sesuai dengan kurikulum. Fungsi guru di sini adalah
bersama-sama dengan siswa untuk berunding dimana pembelajaran akan
dimulai. Hal inilah yang kemudian menjadi tujuan pembelajaran yang akan
dicapai oleh siswa. Guru juga memberikan kesempatan dan dukungan
terhadap rasa ingin tah usiswa. Contoh pertanyaanny adalah. “Apa jadinya

16
jika siswa didorong untuk menggali dan menggali sumber informasi. Mereka
juga didorong untuk menggunakan berbagai kemampuan yang dimilikinya.
Fungsi guru adalah untuk mengingatkan dan memonitor siswa agar mereka
tidak menyimpang dari norma yang ada

3. Membangun Hubungan yang Interaktif (Interactive Connection Building).


Dengan metode ini guru memberikan pengalaman belajar yang luas,
sehingga siswa belajar tentang berbagai konsep. pembelajaran dan
pembelajaran baru misalnya, kita mungkin mengajukan pertanyaan "Mengapa
tangga spiral di menara kastil sering naik berlawanan arah jarum jam?"

F. ASESMEN DAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Semua kegiatan pembelajaran dapat digunakan oleh guru untuk menilai


seberapa baik siswa melakukan prestasi belajar yang diharapka nketika merancang
dan membuat program kegiatan. Penilaian (lebih dikenal dengan asesmen) adalah
suatu cara untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan peserta didik,
kurikulum, program, dan kebijakan pendidikan. Penilaian adalah bagian penting
dari pengajaran dan pembelajaran pedagogi. Ada tiga tahapan utama penilaian,
yaituinitial assessment, formative assessment, dan summative assessment.

1. Penilaian (initial assessment)

Penilaian awal sekolah umumnya di sekolah-sekolah di Indonesia,


masih jarang dilakukan penilaian awal terhadap siswa karena terkadang
hasilnya sedikit tidak terduga. Salah satu bentuk penilaian awal adalah
penilaian diagnostik, yang biasanya dilakukan oleh psikolog pendidikan.
Hasil penilaian ini kemudian digunakan guru dalam merancang
pembelajaran, termasuk menentukan cara intervensi yang sesuai dengan
perkembangan siswa.

Sebenarnya penilaian awal bias dilakukan untuk mengetahui bakat


yang dimiliki siswa. Misalnya, memilih jurusan di sekolah menengah atau
perguruan tinggi. Seja kawal, guru dan siswa akan tahu potensi apa yang ada
di dalam diri mereka yang harus dimaksimalkan. Hasil penilaian awal ini

17
juga sangat penting bagi guru karena ia memiliki data siswa mana yang
harus mendapat perhatian ekstra agar tidak tertinggal dengan teman yang
lain. Misalnya, guru dapat memberikan remedial atau jam tambahan
sepulang sekolah

2. Evaluasi Formatif (formative assessment)


Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dinilai berdasarkan suatu mata
pelajaran atau topik. Evaluasi formatif dan sejauh mana proses pembelajaran
telah berjalan. Penilaian membentuk evaluasi berkelanjutan tentang
bagaimana kemajuan siswa dari satu kegiatan materi atau lainnya.
Penilaian formatif membantu guru merumuskan apa yang harus
dipelajari pada pelajaran selanjutnya, kegiatan mana yang paling tepat untuk
melibatkan siswa, mater iapa yang paling tepat, dll. Evaluasi ini juga
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai materi yang
telah dipelajarinya.
Hasil penilaian juga dapat digunakan guru untuk mengembangkan
berbagai strategi penilaian, misalnya berupa observasi, diskusi antar siswa,
pemberian umpan balik penilaian. guru, penilaian diri, atau penilaian sejawat
Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru dapat mengajukan pertanyaan
kepada siswa untuk memeriksa apakah siswa memahami materi yang telah
diberikan.
Penilaian formatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memberikan hasil yang objektif
b. Sering dilakukan, tetapi bersifat informal;
c. Memberikan petunjuk kepada siswa dan guru agar proses pembelajaran
selanjutnya lebih bermakna;
d. Merupakan bagian kecil dari proses pembelajaran yang sedang
berlangsung

3. Evaluasi Sumatif (Summative Assessment)


Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
satuan waktu (misalnya pada akhir semester). Penilaian sumatif mencakup
lebih dari satu mata pelajaran. Tujuan evaluasi sumatif adalah untuk

18
mengetahui sejauh mana siswa dapat melanjutkan belajar kesatuan
berikutnya. Isi penilaian merangkum tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Hasil Penilaian akan memberikan informasi tentang seberapa
baik seorang siswa telah memperoleh keterampilan, sikap dan pengetahuan
selama semester berlangsung.
Penilaian sumatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Penilaian bersifat final (terminal)
b. biasanya berada di akhir program studi
c. menilai prestasi program:
d. memberikan keterangan tentang pencapaian seseorang peserta didik dalam
kurun waktu tertentu;
e. biasanya bersifat formal.

Teknik penilaian kognitif sumatif dapat dibuat dalam bentuk pilihan


menjodohkan kata/kalimat, benar dan salah, isian singkat, deskripsi terbuka,
deskripsi kuis, bahkan dengan pertanyaan pemahaman yang lebih rumit.

KB. 2 APLIKASI TEORI PSIKOLOGI DALAM KEGIATAN BELAJAR

Kegiatan Belajar 2 terbagi menjadi dua topik utama yaitu peran


perkembangan psikologi dalam pendidikan khususnya dalam proses
pembelajaran, dan berbagai teori perkembangan yang berkaitan dengan
pendidikan dasar dan menengah. Peran Teori Kognitif dalam Pendidikan Di TK
kelas B, Bu Rita selalu membacakan cerita setiap pagi. Cerita yang dibacakan
selalu berhasil membuat anak-anak mengikuti cerita sampai akhir. Ibu Rita sangat
pandai membacakan cerita. Tak jarang, ibu Rita menyelipkan permainan kosakata
yang bisa ditebak anak-anak. Di akhir cerita, ibu Rita memberikan hadiah bintang
kepada anak-anak yang bisa menjawab pertanyaan seputar cerita. Tak jarang Bu
Rita mengajak anak-anak untuk menghitung beberapa benda yang berhubungan
dengan cerita dan menuliskan hasilnya di kertas. Suatu hari, ibu Rita lupa
membacakan cerita sehingga Rio berkata, "Bu, kenapa kita tidak membaca cerita
hari ini, ya? Padahal aku sudah siap menjawab pertanyaan darimu." Kisah

19
tersebut mungkin terjadi di sekitar Anda atau bahkan Anda sendiri yang
mengalaminya.

Seperti kita ketahui, kebiasaan membaca, menulis, dan berhitung sudah


dilakukan sejak usia dini (misalnya di PAUD/TK). Hal ini tidak dapat dipungkiri
karena beberapa sekolah dasar mewajibkan calon siswanya untuk dapat membaca,
berhitung, dan menulis. Banyak orang tua yang menyayangkan anaknya harus
bisa membaca, menulis, dan berhitung di usia yang belum dewasa. Mereka
beranggapan bahwa usia TK adalah usia dimana anak-anak masih banyak bermain
dan bersenang-senang mengenal lingkungan sekitar. Mendikbud (2015) juga
menjelaskan bahwa satuan pendidikan anak usia dini (PAUD) dapat belajar
selama kurang lebih 900 menit.

A. Penentuan Jurusan Sesuai dengan Teori Perkembangan Kognitif


Dalam konteks pendidikan menengah ke atas atau SMA, peran guru
sangat krusial karena masa SMA adalah penentuan kemampuan kognitif peserta
didik untuk mewujudkan minat dan bakat yang sebenarnya di jenjang perguruan
tinggi. Hal ini dapat di mulai dari proses pembelajaran hingga waktu di luar
pembelajaran.

Hal terpenting dari bentuk dukungan guru terhadap penentuan minat dan
bakat peserta didik di sekolah adalah mengetahui kemampuan kognitif peserta
didik yang sebenarnya. Menurut teori Vygotsky, setiap anak dilahirkan dengan
bakat dan minat yang berbeda-beda. Namun bakat dat minat dapat juga di
pengaruhi oleh lingkungan sosial anak tersebut. Seperti yang di ketahui ketika
peserta didik masuk ke SMA, mereka diperbolehkan memilih jurusan yang terdiri
atas IPA, IPS, Bahasa dan lainnya yang tersedia di sekolah tersebut. Guru harua
dapat mengeinformasikan kepada peserta didik tentang perbedaan beberapa
jurusan tersebut. Contohnya jurusan IPA lebih menitik beratkan pada konsep,
jurusan IPS letak dengan keterampilan ilmu sosial, serta Bahasa mendorong
peserta didik untuk memaksimalkan kemampuan menulis, berbicara, membaca
dan menyimak.

20
Penentuan jurusan serta minat dan bakat peserta didik dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internal behubungan dengan bakat bawakan
atau genetik, sedakan faktoe ekaternal dipengaruhi oleh lingkungan sekitar,
termasuk guru dan orang tua.

B. Penentuan Jurusan dengan Melakukan Assessment


Selain kempuan kognitif peserta didik, sistem penilaian atau asesmen juga
sedikit dipengaruhi dalam penentuan jurusan di SMA. Pada tahap awal guru dapat
memberikan tes yang dapat mengarahkan penentuan jurusan sesuai dengan minat
dan bakat peserta didik. Tes dapat dilakukan atas kerja sama wali kelas dan guru
BK. Seperti yang diketahui pada kegiatan belajar 1, terdapat tiga jenis tes yang
dapat dilakukan yaitu tes inisiatif, tes formatif, dan tes sumatif.

Penilaian inisiatif dapat dilakukan pada setiap awal agar tahu kemampuan
kognitif serta minat dan bakat peserta didik yang sudah ada. Ketika hasil tes pada
setiap awal ini sudah keluar, guru.dapat memberikan simulasi dan kegiatan belajar
yang tepat untuk membantu peserta didik mencapai mintak dan bakat yang di
pilih. Selain itu, guru dapat memberikan tes formatif untuk mengetahui
perkembangan kemampuan kognitif peserta didik tersebut.

21
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan kepada perubahan-


perubahan dan perkembangan struktur jasmani (biologis), perilaku dan fungsi
mental manusia dalam berbagai tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga
menjelang kematian. Teori perkembangan sangat mempengaruhi perkembangan
diri seorang individu, kalau baik perkembangan baiklah individu tersebut. Teori
kognitif menunjukkan bahwa setiap peserta didik berkembang dengan
karakteristik tersendiri dan tumbuh berkembang dengan tahapan yang berbeda.
Secarak khusus, Vygotsky percaya bahwa dalam proses pembelajaran, harus
melibatkan teman sebaya dan ahlinya, dalam konteks ini guru. Contohnya,
pembelajaran bahasa daerah atau bahasa asing sangat sesuai menerapkan ZPD
dengan beragam jenis kegiatan Peserta didikakan sangat terpacu semangatnya
untuk mengenal kosa kata baru dari suatu bahasa. Sebagai guru, kita harus
mempersiapkan stimulus yang tepat dan relevan.
Berikut ini adalah kegiatan yang dapat diimplikasikan dalam proses pembelajaran.
1. Guru dapat menggunakan bahasa lintas kurikulum dan fase pendidikan untuk
mengembangkan fungsi mental yang lebih tinggi. Guru dan praktisi
Pendidikan harus memperhatikan perkembangan peserta didik.
2. Peserta didik harus didorong untuk berbicara dengan keras ketika terlibat
dalam latihan pemecahan masalah. Murid mengembangkan kapasitas kognitif
mereka dengan kecepatannya sendiri. Meskipu ndemikian, proses ini
membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar.
3. Guru dapat menentukan keterampilan dan memutuskan jenis dukungan apa
yang diperlukan, kapan memberikan dukungan, dan berapa banyak dukungan
yang diperlukan untuk seorang individu. Teori ini lebih dikenal dengan istilah
pembelajaran yang depersonalisasi. Hal ini sesuai dengan kurikulum 2013
yang menempatkan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran dan peserta
didik.

22
4. Mengemas pembelajaran (chunking) sesuai perkembangan siswa. Guru
hendaknya terampil menguraikan tugas dan menyesuaikan metode presentasi.
5. Guru merancang tugas kolaboratif untuk mendorong pembelajaran kooperatif.
Akan sangat baik bila susunan meja di kelas dapat diubah agar peserta didik
dapat berdiskusi. Kegiatan semacam ini akan efektif mendorong munculnya
interaksi antar siswa. Guru melatih peserta didik dalam prosedur kooperatif
dan timbal balik sehingga pembelajaran lebih efektif.

Sedangkan aplikasi teori psikologi dalam kegaiatan belajar yaitu seorang guru
harus meningkatkan keterampilan dibidangnya masing-masing untuk memberikan
proses pembelajaran yang menarik dan bervariatif sehingga dapat merangsang
peserta didiknya untuk memiliki keterampilan Bahasa, membaca, bahkan menulis
dengan menirukan suku kata, menambah suku kata, bernyanyi, dan kegaiatan
variative lainnya yang membuat proses pembelajaran menjadi menyengkan.

B. SARAN
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini, masih jauh dari
kesempurnaan dikarenakan kurangnya literatur yang kami miliki, oleh karena
itu kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan, demi kesempurnaan
makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Faisal, Rilwan Maqashshing. 2019. “ Penerapan Teori Vygotsky Untuk


Meningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 1 SMA
Muhammadiyah Kalosi Pada Poko Bahasan Sistem Pencernaan” .
Skripsi Universtitas Islam Negeri Alaudin. Makasar: tidak
diterbitkan.

Felicia, Nisa. 2022. PerkembanganPesertadidik. Tanggerang: Universitas


Terbuka.

Hasbi, Imanuddin dkk. 2021. Perkembangan Peserta didik.. Bandung: Widina


Bhakti

Hyun, Choi Chi dkk. “Piaget Versus Vygotsky: Implikasi Pendidikan antara
Persamaan dan Perbedaan”. Jurnal Of Industrial Engineering &
Management Research (Jiemar). Vol 1 No. 2: Oktober 2020.

Rosyid, M Fairuz & Umi Baroroh. “ Teori Belajar Kognitif dan Implikasinya
dalam Pembelajaran Bahasa Arab”. JurnalLisanuna. Vo. 9. No. 1.
2019.

Suardipa, Putu. “Socio cultural-Revolution Ala Vygotsky dalam Konteks


Pembelajaran”. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol. 1 No 2.
2020.

Sumantri, Mulyani. 2020. Perkembangan Peserta Didik. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka

24

Anda mungkin juga menyukai