Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


“DIMENSI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
MUTIA INTAN NURAISYAH A25120029
NURFAJRI A25120055
TRI UNA A25120011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Dimensi Perkembangan Peserta Didik” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Dimensi Perkembangan Peserta Didik”
bagi para pembaca dan juga bagi kami penulis.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dr. Kasmudin
Mustapa,S.Pd.,M.Pd selaku dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Palu, 15 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang ..................................................................................................1

1.2. Rumusan
Masalah .............................................................................................2

1.3. Tujuan .....................................................................................................


..........2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Peserta
didik....................................................................................3

2.2. Dimensi Perkembangan Peserta


Didik..............................................................5

2.3. Tahapan Perkembangan Peserta


Didik..............................................................6

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta


Didik..............................9

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan .............................................................................................
........14

iii
3.2. Saran .......................................................................................................
........15

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebuah kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu cara memenuhi
fungsi pendidikan nasional yang mana untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa dan mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang cerdas, beriman dan percaya kepada Tuhan
yang Maha Esa.
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah subjek dan objek dari
kegiatan pengajaran. Kegiatan pengajaran akan tercapai bila peserta didik
berusaha aktif untuk mencapainya. Belajar-mengajar adalah sebuah proses
interaksi antara peserta didik dan guru. Peranan guru sebagai pembimbing
mengacu pada banyaknya peserta didik yang bermasalah (Hamiyah dan Jauhar,
2014:14).
Salah satu komponen dalam system pendidikan adalah adanya peserta
didik, peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam system
pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak
ada yang dididiknya. Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar,
yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis,
baik pendidikan itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun dilingkkungan
masyarakat dimana anak tersebut berada. Sebagai peserta didik juga harus
memahami hak dan kewajibanya serta melaksanakanya. Hak adalah sesuatu yang
harus diterima oleh peserta didik, sedangkan kewajiaban adalah sesuatu yang
wajib dilakkukan atau dilaksanakan oleh peserta didik.
Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang
pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-
dimensi yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu
sendiri, kalau seorang pendidik tidak mengetahui dimensi-dimensi tersebut,

v
maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan,
dan peserta didikpun juga mengenali potensi yang dimilikinya.
Oleh sebab itu, secara spesifik pendidik harus mengetahui bagaimana anak
didiknya secara mendalam. Perlu dilakukannya evaluasi terpusat dari bagaimana
memahami dimensi, tugas-tugas, tahapan perkembangan bahkan sampai pada
problema peserta didik yang sering terjadi. Sebagai pedoman dalam pencapaian
setiap kegiatan belajar-mengajar, pengajar diwajibkan mampu merumuskan
tujuan pembelajarannya serta memahami karakteristik perilaku dan kemampuan
peserta didiknya.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apa itu peserta didik ?
2) Apa sajakah dimensi perkembangan peserta didik ?
3) Bagaimanakah tahapan perkembangan peserta didik ?
4) Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik?

1.3. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dan ciri peserta didik
2) Untuk mengetahui dimensi perkembangan peserta didik
3) Untuk mengetahui tahapan perkembangan peserta didik
4) Untuk menetahui faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta
didik

vi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Peserta Didik


Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat
pengajaran ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu
yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan
bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari
struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang
individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari
segi fisik dan mental maupun pikiran.
Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu
peserta didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan
untuk menuju kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang peserta
didik berada pada usia balita seorang selalu banyak mendapat bantuan dari orang
tua ataupun saudara yang lebih tua. Dengan demikina dapat di simpulkan bahwa
peserta didik merupakan barang mentah (raw material) yang harus diolah dan
bentuk sehingga menjadi suatu produk pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut secara singkat dapat dikatakan bahwa setiap
peserta didik memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah lingkungan, seperti
halnya sekolah, keluarga, pesantren bahkan dalam lingkungan masyarakat. Dalam
proses ini peserta didik akan banyak sekali menerima bantuan yang mungkin
tidak disadarinya, sebagai contoh seorang peserta didik mendapatkan buku
pelajaran tertentu yang ia beli dari sebuah toko buku. Dapat anda bayangkan
betapa banyak hal yang telah dilakukan orang lain dalam proses pembuatan dan
pendistribusian buku tersebut, mulai dari pengetikan, penyetakan, hingga
penjualan.
Dengan diakuinya keberadaan seorang peserta didik dalam konteks
kehadiran dan keindividuannya, maka tugas dari seorang pendidik adalah

vii
memberikan bantuan, arahan dan bimbingan kepada peserta didik menuju
kesempurnaan atau kedewasaannya sesuai dengan kedewasaannya. Dalam
konteks ini seorang pendidik harus mengetahuai ciri-ciri dari peserta didik
tersebut.

2.1.1. Ciri-ciri peserta didik


a) Kelemahan dan ketak berdayaannya
b) Berkemauan keras untuk berkembang
c) Ingin menjadi diri sendiri (memperoleh kemampuan)

2.1.2. Kriteria peserta didik


Syamsul Nizar mendeskripsikan enam kriteria peserta didik, yaitu:
a) Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya
sendiri
b) Peserta didik memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhan
c) Peserta didik adalah makhluk allah yang memiliki perbedaan individu baik
disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
d) Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur
jasmani memiliki daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati
nurani dan nafsu
e) Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
f) Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik menyangkut
kebutuhan jasmani dan rohani yang harus dipenuhi.
Di dalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi adalah
objek atau tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara langsung berperan
sebagai subjek atau individu yang perlu mendapat pengakuan dari lingkungan
sesuai dengan keberadaan individu itu sendiri. Sehingga dengan pengakuan
tersebut seorang peserta didik akan mengenal lingkungan dan mampu
berkembang dan membentuk kepribadian sesuai dengan lingkungan yang

viii
dipilihnya dan mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya pada
lingkungan tersebut.

2.2. Dimensi Perkembangan Peserta Didik


Perkembangan manusia dapat dilihat dari multidimensi, baik fisik maupun
nonfisik. Perkembangan itu umumnya berlangsung secara sistematis, progresif,
dan berkelanjutan. Dan untuk hal-hal yang bersifat nonfisik, bisa saja sifat
perkembangannya berlangsung secara acak. Dimensi-dimensi perkembangan
individu, termasuk peserta didik dapat digolongkan menjadi :
1) Perkembangan fisik. Perkembangan fisik individu mencakup aspek-aspek
anatomis dan fisiologis.
2) Perkembangan perilaku psikomotorik. Perkembangan ini menuntut
koordinasi fungsional antara sistem syaraf dan otot, serta fungsi-fungsi
psikis.
3) Perkembangan bahasa. Manusia memiliki potensi dasar berbahasa,
tergantung pada dimana dia bermukim dan berinteraksi dengan masyarakat
disekitarnya.
4) Perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sama dengan perkembangan
kapasitas nalar otak atau inteligensi. Dan perkembangan inteligensi
berlangsung sangat pesat sampai masa remaja. Banyak versi teoritis
mengenai tahap perkembangan kemampuan berpikir atau kognitif anak.
Teori tahap perkembangan kognitif dikemukakan oleh psikolog Swiss, Jean
Piaget (1896-1980). Menurut Piaget ada empat tahap perkembangan kognitif
manusia :
- Tahap sensorimotorik (sensorymotorstage), yang berlangsung sejak
manusia dilahirkan sampai kira-kira berusia 2 tahun.
- Tahap praoperasional (praoperationalstage), yang berlangsung sejak kira-
kira anak berusia 2-7 tahun.

ix
- Tahap operasional kongkrit (cuncreteoperationalstage), yang berlangsung
kira-kira pada usia 7-11 tahun.
- Tahap operasional formal (formal operationalstage), yang terjadi antara
usia 11-15 tahun atau seusia sekolah menengah pertama hingga kelas
bawah sekolah menengah atas.
5) Perkembangan perilaku sosial. Manusia merupakan makhluk sosial,
begitupula dalam perilaku sosial tampak dalam peran yang ditampilkan,
responinterpersoanal yang berkaitan dengan kesukaan, kepercayaan terhadap
individu lain ataunrespon ekspresif yaitu ciri-ciri responinterpersonal yang
berkaitan dengan ekspresi diri, kebiasaan-kebiasaan yang khas dan
sebagainya.
6) Perkembangan moralitas. Dalam tahap perkembangan moral ini adalah
ukuran dari tinggi atau rendahnya moral seseorang berdasarkan penalaran
moralnya.
7) Perkembangan bidang keagamaan. Manusia meyakini bahwa ada kekuatan
yang “Serba Maha” di luar dirinya. Sehingga inilah penghayatan dibidang
keagamaan, dalam apapun agama yang dianutnya.
8) Perkembangan konatif. Konatif merupakan perilaku yang berkaitan dengan
motivasi atau faktor penggerak perilaku yang berkaitan dengan motivasi atau
faktor penggerak perilaku seseorang yang bersumber dari kebutuhan-
kebutuhannya. Dan motivasi ini bisa bersumber dari dorongan internal dan
eksternal.
9) Perkembangan emosional. Dalam perkembangan emosional melibatkan
banyak variabel, seperti rangsangan yang menimbulkan emosi, perubahan
fisiologis, suasana lingkungan, kondisi kesehatan, ketersediaan kebutuhan,
iklim interaksi dengan lingkungan dan orang lain.

2.3. Tahapan Perkembangan Peserta Didik

x
Perubahan akan selalu dialami oleh setiap manusia sejak ia lahir hingga
mencapai kedewasaan. Perubahan ini terjadi secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan dari diri individu. Sistematis artinya perkembangan itu dalam
makna normal jelas urutannya. Progresif bermakna perkembangan itu merupakan
metamorfosis menuju kondisi ideal. Sedangkan berkesinambungan bermakna
ada konsistensi laju perkembangan itu sampai dengan tingkat optimum yang bisa
dicapai (Danim, 2013:97).
Levinson (dalam Danim, 2013:97) menjelaskan bahwa siklus kehidupan
manusia terdiri dari empat urutan yang masing-masing berlangsung selama
sekitar dua puluh lima tahun. Berikut beberapa periode perkembangan manusia.
1) Masa anak-anak dan remaja, sejak lahir sampai dengan usia dua puluh tahun.
Transisi awal terjadi pada usia anak tiga tahun.
2) Masa dewasa awal, umur 17 – 45 tahun.
- Transisi awal, umur 17 – 22 tahun
- Memasuki dunia dewasa, umur 22 – 28 tahun
- Umur 30 tahun, transisi antara 28 – 33 tahun
- Menetap, umur 33 – 40 tahun
3) Masa dewasa tengah, umur 40 – 65 tahun
- Transisi setengah baya, umur 40 – 45 tahun
- Memasuki usia dewasa tengah, umur 45 – 50 tahun
- Umur 50 tahun, transisi umur 50 – 55 tahun
- Puncak dari dewasa tengah, umur 55 – 60 tahun
4) Masa dewasa akhir dewasa, usia 60 tahun
5) Akhir dewasa, transisi umur 60 – 65 tahun
Terjadi perbedaan atau transisi pada masing-masing era. Erik Erikson
(dalam Danim, 2013:98) berpendapat bahwa cir-ciri kepribadian manusia itu
muncul secara berlawanan, antara pesimis atau optimis, independen atau
tergantung, emosional atau tanpa emosi, petualang atau hati-hati, pemimpin
optimis atau pengikut, agresif atau pasif, dan sejenisnya.

xi
Erik melanjutkan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh pengaruh
interaksi antara faktor genetika (biologis), pikiran (psikologis), dan budaya
(etos). Sehingga dapat diklasifikasikan dalam delapan tahap perkembangan
kehidupan manusia dari ia lahir hingga mati.
1) Fase bayi: sejak lahir sampai usia 18 bulan. Masa bayi disebut sebagai tahap
sensori oral (oral sensorystage), dengan ditandai kebiasaan memasukan segala
sesuatu ke mulut. Pada fase ini sosok ibu sangat dibutuhkan untuk proses
merawat secara positif dan penuh kasih sayang. Utamanya pada kontak visual
dan sentuhan.
2) Fase usia dini: usia 18 bulan sampai 3 tahun. Hal penting dalam fase ini
adalah kontrol diri, keberanian, dan kemauan. Anak sedang belajar menguasai
keterampilan untuk dirinya sendiri. Ia belajar berjalan, berbicara,
mengembangkan gerakan yang lebih halus. Serta anak memiliki kesempatan
membangun harga diri sebagai manusia, mengontrol tubuhnya, mendapat
keterampilan baru, serta belajar benar dan salah. Hasil akhir yang dapat
terlihat nanti adalah bentuk rendah diri.
3) Fase bermain: umur 3 – 5 tahun. Pada fase ini anak mengalami suatu
keinginan untuk meniru orang dewasa di sekitarnya dan berinisiatif
menciptakan situasi bermain. Fase ini pula anak telah mampu menjawab
pertanyaan ‘mengapa’ atau mengajukan pertanyaan. Anak-anak akan lebih
terlibat dengan peran sosial atau hubungan dengan keluarga inti.
4) Fase sekolah: umur 6 – 12 tahun. Pada fase ini sering disebut latency, manusia
mampu belajar, menciptakan dan menyelesaikan berbagai keterampilan baru
dan pengetahuan. Fase ini penting dari segi pengembangan sosial anak. Posisi
orang tua tidak lagi menjadi pihak utama namun keberadaannya masih dirasa
penting.
5) Fase remaja: umur 12 – 18 tahun. Kekuatan dasar dari fase ini adalah
pengabdian dan fidelity. Manusia di fase ini sebagian besar bergantung pada
apa yang dilakukannya. Ini adalah masa remaja, ia tidak lagi anak-anak

xii
namun belum masuk fase kehidupan orang dewasa. Mereka mencoba mencari
jati diri sendiri, berjuang dengan interaksi sosia. Hubungan dengan teman
sebaya menjadi sangat penting.
6) Fase dewasa muda: umur 18 – 35 tahun. Pada fase ini manusia memiliki
kekuatan pada segi afiliasi dan cinta. Tahap awal menjadi seseorang dewasa
yang mana mencari banyak sahabat dan cinta. Fase inilah manusia mulai
menjalin hubungan seperti pernikahan, hubugan dengan teman dan memulai
sebuah keluarga.
7) Beberapa dari mereka yang berusia tiga puluh masih saja ada yang belum
memulai membentuk sebuah keluarga. Jika tahap ini berhasil, seseorang akan
mengalami keintiman pada tingkat yang dalam. Namun sebaliknya, jika tidak
akan mungkin muncul rasa isolasi dan jarak dari orang lain. dunia
pergaulannyapun akan terkesan menjauh.
8) Fase dewasa tengah: umur 35 sampai dengan 55 atau (mungkin bahkan usia
65 tahun). Ini adaah fase kedewasaan. Kekuatan dasarnya adalah produksi dan
perawatan. Pada usia ini manusia cenderung mampu melakukan karya kreatif
yang bermakna dan membicarakan seputar kehidupan berkeluarga. Ia kan
menjadi lebih bertanggung jawab dengan perannya.
9) Dewasa akhir: umur 55 atau 65 tahun hingga kematian. Dasar kekuatannya
adalah kebijaksanaan. Orang mulai mempersiapkan kehidupan pada tahap
dewasa tengah dan tahap terakhir dia sudah merasa nyaman. pada fase ini
orang merasakan besarnya hikmat dunia kemudian mereorientasi kepedulian
yang mulai “terpisah” dengan kepentingan kehidupan duniawi, atau menerima
kematian sebagai penyelesaian kehidupan.

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik

2.4.1. Faktor Bawaan

xiii
Faktor bawaan atau fakta genetik adalah fakta yang diturunkan oleh
kedua orang tuanya. Faktor ini dimulai dari masa pembuahan sel telur oleh
sel jantan. Unsur-unsur di dalam struktur genetik inilah yang
memprogramkan tumbuhnya sel tubuh pada manusia. Gen inilah yang
menentukan warna rambut, kulit, ukuran tubuh, jenis kelamin, kemampuan
intelektual, serta emosi (Atkinson, 1991). Potensi genetik inilah yang akan
berinteraksi dengan lingkungan sehingga membentuk bagaimana individu
tersebut tumbuh dan berkembang.
Pada masa pembentukan sel-sel tubuh, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi janin disamping keunikan yang telah ada pada kedua
orangtuanya. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor penyimpangan
yaitu ada atau tidaknya penyakit keturunan dari kedua orangtuanya, kondisi
ibu pada saat kehamilan baik secara fisik maupun psikologis. Dari segi fisik
keadaan gizi yang buruk, dipengaruhi berbagai jenis obat-obatan yang
berbahaya, rokok, alkohol, serta zat-zat kimia dapat merugikan janin. Dari
segi psikologis, pembentukan sel-sel tubuh juga dipengaruhi oleh keadaan
psikologis selama kehamilan. Emosi yang tidak stabil atau stres yang berat
dapat menumbuhkan kelainan pada janin.

2.4.2. Faktor Lingkungan


Meliputi faktor kesehatan anak, lingkungan fisik dan lingkungan
psikososial.
a) Faktor Kesehatan Anak
Kesehatan anak sangat tergantung pada pemberian gizi yang baik
dan berimbang. Asupan gizi pada masa ini merupakan faktor yang sangat
penting dalam merangsang tumbuh kembang anak dan merangsang
perkembangan otak dan sistem syarafnya yang merupakan bagian paling
penting dalam menentukan tumbuh dan kembang anak. Walaupun
perkembangan otak tidak sepesat masa bayi, namun otak terus tumbuh

xiv
pada masa awal anak-anak. Pada usia 3-4 tahun, ukuran otaknya adalah ¾
dari otak orang dewasa. Pada usia 5 tahun, ukuran otaknya mencapai 9/10
otak orang dewasa atau sekitar 90 % berat otak orang dewasa. Beberapa
pertambahan ukuran otak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan
ukuran urat syaraf di daerah otak. Ujung-ujung urat syaraf akan terus
tumbuh hingga masa remaja. Bertambah matangnya otak, dikombinasikan
dengan pemberian kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan
baik, akan menyumbang besar bagi perkembangan kognitif anak
(Santrock, 1995). Oleh karena itu, pemberian gizi yang baik tidak hanya
ditentukan pada saat setelah kelahiran saja, namun seperti yang sudah
dijelaskan di atas, dimulai sejak janin tumbuh di dalam kandungan. Pasca
kelahiran dimulai dari pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang sangat baik
bagi anak karena sesuai dengan keadaan tubuh bayi pada saat itu. Adapun
kebutuhan gizi yang diperlukan adalah masukan kalori dan protein,
ditambah dengan perlunya masukan vitamin, zat besi, yodium dan
kalsium.
b) Lingkungan Fisik
Lingkungan ini mencakup kondisi keamanan , cuaca, keadaan
geografis, sanitasi atau kebersihan lingkungan, serta keadaan rumah yang
meliputi ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian (Soetjiningsih, 1998).
Semua kondisi di atas sangat mempengaruhi bagaimana anak dapat
menjalankan proses kehidupannya. Sebagai contoh, kondisi daerah yang
tidak aman karena adanya pertikaian dapat menyebabkan tekanan
tersendiri bagi anak dan proses imitasi atau peniruan perilaku kekerasan
yang dapat berpengaruh dalam pola perilaku anak. Sementara itu kondisi
yang jelek pada faktor cuaca, kurangnya sanitasi atau kebersihan
lingkungan, keadaan rumah yang tidak menunjang hidup sehat, serta
keadaan geografis yang sulit, misalnya karena di daerah terpencil yang
jauh dari informasi, sulit dijangkau, serta rawan akan bencana alam, selain

xv
dapat mempengaruhi tekanan psikis juga mempengaruhi faktor kesehatan
karena pengobatan yang sulit didapatkan.
Menurut teori stres lingkungan (Sarwono, 1992), ada dua elemen
dasar yang menyebabkan manusia bertingkah laku terhadap
lingkungannya. Elemen pertama adalah stresor dan elemen kedua adalah
stres itu sendiri. Stresor adalah elemen lingkungan yang merangsang
individu seperti kebisingan, suhu udara, dan kepadatan, ataupun
lingkungan rumah yang tidak sehat. Sementara stres diartikan sebagai
ketegangan atau tekanan jiwa yang merupakan akibat dari hubungan
antara stresor dengan reaksi yang ditimbulkan dalam diri individu.
Berkenaan dengan teori stres lingkungan ini ada dua pendapat
mengenai stres itu. Menurut Selye (dalam Sarwono, 1992) stres diawali
dengan reaksi waspada terhadap adanya ancaman yang ditandai oleh
proses tubuh secara otomatis seperti meningkatnya denyut jantung dan
meningkatnya produksi adrenalin, salah satu hormon pada tubuh manusia.
Selanjutnya, menurut Lazarus (dalam Sarwono, 1992), stres bukan hanya
mengandung faktor faal atau reaksi fisik saja, melainkan juga melibatkan
kesadaran atau kognisi, khususnya dalam tingkah laku penyelesaian
terhadap suatu masalah.
c) Faktor Psikososial
Ada beberapa hal yang termasuk faktor psikososial yaitu stimulasi,
motivasi dalam mempelajari sesuatu, pola asuh, serta kasih sayang dari
orang tua:

- Stimulasi. Hal ini merupakan faktor yang penting dalam menunjang


perkembangan anak. Anak yang mendapat stimulasi atau rangsangan
yang terarah dan teratur akan lebih cepat mempelajari sesuatu karena
lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang tidak mendapatkan
banyak stimulasi Anak akan berkembang pola-pola berfikir, merasakan

xvi
sesuatu, dan bertingkah laku, bila banyak diberi rangsangan yang
berupa dorongan dan kesempatan dari lingkungan disekitarnya. Sebagai
contoh, anak yang sejak dini diajarkan bagaimana memecahkan
permasalahannya akan lebih mudah menyelesaikan masalah lain karena
adanya pengalaman belajar. Misalnya, anak yang sedang bermain bola
kemudian bolanya masuk ke bawah meja. Hal yang dapat kita lakukan
adalah tidak mengambilkan bola tersebut tetapi mengajarkan
bagaimana mengambil bola dengan menggunakan alat bantu seperti
tongkat. Dengan begitu, anak akan memahami salah satu strategi
pemecahan masalah dengan memahami bagaimana caranya mengambil
bola yang ada di bawah meja. Proses belajar dari pengalaman ini akan
memberikan pemahaman kepada anak bagaimana memecahkan
masalah yang serupa nantinya.

- Motivasi dalam mempelajari sesuatu. Motivasi yang ditimbulkan dari


sejak usia awal akan memberikan hasil yang berbeda pada anak dalam
menguasai sesuatu. Dorongan yang bersifat membangun daya fikir dan
daya cipta anak, akan membuat anak termotivasi untuk melakukan yang
lebih baik lagi.

- Pola asuh dan kasih sayang dari orang tua. Orangtua merupakan area
terdekat pada anak. Anak sangat memerlukan kasih sayang,
perlindungan, rasa aman, sikap dan perlakuan yang adil dari orangtua.
Bagaimana gaya pengasuhan orangtua yang diberikan pada anak;
apakah permisif atau serba boleh, otoriter yang tidak membolehkan
anak berbuat apapun, ataukah bersifat otoritatif yang merupakan
perpaduan dari keduanya, semuanya akan memberikan dampak yang
berbeda pada anak. Sebagai contoh, anak yang mendapat gaya
pengasuhan otoriter yang bercirikan semua diatur oleh orangtua anak
tersebut akan menjadi anak yang selalu bergantung serta memiliki daya

xvii
kreativitas yang rendah karena adanya pembatasan-pembatasan dalam
berfikir dan berperilaku. Sebaliknya anak yang selalu mendapatkan
kebebasan berperilaku semaunya akan mengembangkan sikap dan
perilaku yang sulit memahami dan menerima keadaan yang berbeda
dengan dirinya.

-
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang
mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan
dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural
proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang
tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan
mental maupun pikiran.
Perkembangan manusia dapat dilihat dari multidimensi, baik fisik maupun
nonfisik. Perkembangan itu umumnya berlangsung secara sistematis, progresif,
dan berkelanjutan. Dimensi-dimensi perkembangan individu, termasuk peserta
didik dapat digolongkan menjadi :
a) Perkembangan fisik.
b) Perkembangan perilaku psikomotorik.
c) Perkembangan bahasa..
d) Perkembangan kognitif.:
e) Perkembangan perilaku sosial.
f) Perkembangan moralitas.
g) Perkembangan bidang keagamaan.
h) Perkembangan konatif
i) Perkembangan emosional.

xviii
Levinson (dalam Danim, 2013:97) menjelaskan bahwa siklus kehidupan
manusia terdiri dari empat urutan yang masing-masing berlangsung selama
sekitar dua puluh lima tahun. Diawali dengan masa anak-anak dan remaja, masa
dewasa awal, masa dewasa tengah, masa dewasa akhir dewasa, serta akhir
dewasa.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik
yaitu faktor bawaan atau fakta genetic dan faktor lingkungan yang meliputi
faktor kesehatan anak, lingkungan fisik dan lingkungan psikososial.

3.2. Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, kami selaku penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas.

xix
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Masaganti Sit,M.Ag.2012.Perkembangan Peserta Didik.
Diakses pada 14 Maret 2021
Buku Ajar Final, 15 juli 2019,”Perkembangan Peserta Didik”, hlm 10-19.
Diakses pada 15 Maret 2021
Sifah Nur.2020.”Makaah tugas-tugas dan Dimensi Perkembangan Peserta Didik”
Makalah Disajikan Dalam Webinar Perkembangan Peserta Didik, Bandung,
2020
Irawan,”Dimensi Kebutuhan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam”, hlm 2-3.
Diakses pada 14 Maret 2021.

xx

Anda mungkin juga menyukai