Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“MEMAHAMI KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK MI”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Bimbingan dan Konseling MI”

Dosen Pengampu:

Drs. Sholikah, M.Pd.I

Oleh Kelompok 2 :

1. DIAN PURNAMA 192502025


2. DINUN KAMILA 192502015
3. TITIN QOMARIYAH 192502005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA (IAINU) TUBAN


2022

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, syukur atas rahmat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat
serta hidayah kepada kita semua sehingga kita selalu dalam kedaan sehat wal 'afiyah. Atas
kerahmatan yang Allah berikan kepada mahkluk seluruh alam, kami dapat menyusun
makalah dengan baik dan insyaallah benar dalam keadaan sehat.

Untuk memenuhi tugas dan kewajiban kami atas mata kuliah bimbingan dan
konseling MI, kami menyusun makalah dengan judul memahami karakteristik peserta didik
MI dengan tujuan dapat menjadi inspirasi dan pengetahuan bagi pembacanya.

Terima kasih kepada bapak dan ibu dosen yang telah memberikan tugas dan
wewenang kepada kami, sehingga kami dapat mempelajari materi tersebut dengan baik dan
mandiri. Melalui kata pengantar yang telah kami tulis, dapat mewakili rasa hormat kami
sebagai penulis untuk memperbaiki makalah ini apabila dalam penulisan dan mencantumkan
kata ada kekeliruan dan salah materi.

Saran dan kritik pembaca sangat kami butuhkan, demi memperbaiki kualitas dan mutu
makalah tentang karaktersitik peserta didik MI ini. Karena manusia tidak luput dari sebuah
kesalahan dan khilaf.

Tuban, 15 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................0
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar belakang....................................................................................1
B. Rumusan masalah...............................................................................1
C. Tujuan masalah..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................2
A. Aspek-aspek pemahaman peserta didik MI dalam BK .....................2
B. Strategi dan teknik tes untuk pemahaman peserta didik....................4
C. Strategi dan teknik non-tes untuk pemahaman peserta didik.............7
BAB III PENUTUP .......................................................................................13
A. Kesimpulan........................................................................................13
B. Saran ..................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Dr. Tohirin, M.Pd dalam bukunya "Bimbingan dan Konseling di Sekolah
dan Madrasah" (2015:04), Pendidikan adalah suatu hal yang sangat diwajibkan untuk
dikembangkan di setiap negara berkembang. Pendidikan apada hakikatnya merupakan usaha
sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah
maupun madrasah. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu baik jasmani dan
rohani ke arah terbentuknya kepribadian yang utama (pribadi yang berkualitas).
Pendidikan karakter menjadi hal yang sangat penting dalam membentuk kepribadian
yang berkualitas. Seperti yang telah dijelaskan dalam sebuah penelitian, bahwasanya
penerapan pendidikan karakter yang baik akan lebih matang untuk penerapan pada usia anak
di masa golden age. Dalam hal ini, sekolah tingkat dasar seperti TK, dan MI menjadi obyek
terbentuknya kaepribadian yang berkualitas.
Namun, dalam membentuk kepribadian yang berkualitas kita perlu adanya
pemahaman mengenai karakteristik setiap anak didik. Dalam memahami karakteristik anak
didik, kita butuh akan sebuah strategi, teknik tes ataupun non tes yang dalam hal ini kita akan
mempelajarinya dalam beberapa aspek dalam bimbingan konseling MI. Maka dari itu,
makalah yang kami susun akan membahas tentang beberapa aspek yang berhubungan dengan
karakteristik peserta didik dalam aspek bimbingan konseling MI.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek-aspek pemahaman peserta didik MI dalam bimbingan konseling ?
2. Bagaiamana strategi, teknik dan teknik tes untuk pemahaman peserta didik ?
3. Bagaiamana strategi, teknik dan teknik non-tes untuk pemahaman peserta didik ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui aspek-aspek pemahaman peserta didik MI dalam bimbingan
konseling.
2. Untuk mengetahui strategi, teknik dan teknik tes untuk pemahaman peserta didik.
3. Untuk mengetahui strategi, teknik dan teknik non-tes untuk pemahaman peserta
didik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aspek – Aspek Pemahaman Peserta Didik MI Dalam Bimbingan Konseling


1. Pentingnya pemahaman peserta didik dalam bimbingan konseling
Menurut Martin Handoko dan Theo Riyanto dalam bukunya “Bimbingan konseling di
sekolah” (2010: 13) Kegiatan bimbingan konseling merupakan kegiatan untuk membantu
peserta didik agar berkembang secara utuh dan seoptimal mungkin sesuai dengan bakat,
minat, serta potensi yang ia miliki (berkembang tanpa banyak hambatan).
Pemberian layanan bimbingan konseling diperlukan pemahaman terhadap peserta
didik yang akan dibimbingnya dengan memperhatikan tujuan pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah dasar yaitu untuk membantu peserta didik agar dapat
memenuhi tugas – tugas perkembangan yang meliputi aspek sosial pribadi, pendidikan, dan
karir sesuai dengan tuntutan lingkungan (Ngalimun 2014: 40). Perkembangan perilaku yang
efektif dapat dilihat dari tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan dalam setiap tahapan
perkembangan. Oleh karena itu, untuk memahami karakteristik peserta didik SD/MI sebagai
dasar untuk pengembangan program bimbingan di sekolah difokuskan kepada pencapaian
tugas – tugas perkembangannya.
Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan bimbingan adalah
memahami peserta didik secara keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya maupun latar
belakang pribadinya. Dengan data yang lengkap, pembimbing akan dapat memberikan
layanan bimbingan kepada peserta didik secara tepat atau terarah. Upaya memahami pribadi
peserta didik merupakan salah satu langkah layanan bimbingan yang harus dilakukan oleh
pembimbing. Untuk memperoleh data peserta didik yang lengkap, diperlukan teknik atau cara
tertentu. Pemahaman peserta didik mencakup pemahaman tentang potensi, kemampuan,
karakteristik, kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapinya. Pemahaman tersebut akan
menjadi dasar memilih alternatif strategi dan teknik bimbingan yang diberikan kepada peserta
didik tersebut. Pemahaman peserta didik mencakup pemahaman tentang potensi,
kemampuan, karakteristik, kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapinya. Pemahaman
tersebut akan menjadi dasar memilih alternatif strategi dan teknik bimbingan yang diberikan
kepada peserta didik tersebut (Setiawati: 57).
Dengan adanya pemahaman terhadap peserta didik akan mendasari pemberian
bantuan oleh pembimbing sesuai dengan aspek – aspek perkembangan pada peserta didik

2
tersebut baik dari dalam diri maupun luar. Sehingga didapati penanganan masalah yang tepat
dan sesuai dengan masalah yang melatarbelakangi peserta didik tersebut.
Memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya dilakukan
dengan langkah – langkah yang tepat. Hal ini penting agar efektivitas pelayanan bimbingan
dan konseling dapat mencapai keberhasilan. Menurut Munasik dalam Akhmad Muhaimin
Azzet (2011: 65) ada beberapa tahapan atau langkah – langkah yang dapat diikuti dalam
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masalah
Pada langkah ini hal yang harus diperhatikan oleh seorang pembimbing atau
konselor adalah mengenal gejala – gejala awal dari suatu masalah yang sedang
dihadapi oleh peserta didik. Gejala – gejala awal ini biasanya dapat diketahui dari
tingkah laku yang berbeda atau menyimpang dari kebiasaan yang sebelumnya
dilakukan oleh peserta didik.
b. Melakukan diagnosis
Setelah masalah dapat diidentifikasi, pada langkah diagnosis ini adalah menetapkan
masalah tersebut berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab
timbulnya masalah pada peserta didik. Hal yang paling penting dari tahapan
diagnosis ini dalah kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang
melatarbelakangi atau menyebabkan gejala yang terjadi.
c. Menetapkan prognosis
Prognosis adalah merencanakan tindakan pemberian bantuan kepada peserta didik
setelah dilakukan tahapan diagnosis dari masalah yang terjadi.
d. Pemberian bantuan
Langkah penting dalam pelayanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik
setelah menetapkan prognosis adalah merealisasikan langkah – langkah alternatif
bentuk bantuan berdasarkan masalah dan latar belakang yang menjadi penyebabnya.
Pemberian bantuan ini dilakukan dengan berbagai pendekatan dan teknik agar
tindakan yang dilakukan efektif dalam mencapai keberhasilan.
e. Evaluasi dan tindak lanjut
Evaluasi dilakukan setelah pembimbing atau konselor dan peserta didik melakukan
beberapa kali pertemuan. Evaluasi dapat dilakukan di tengah proses bimbingan dan
konseling atau setelah proses pemberian bantuan dinyatakan berhasil. Apabila
peserta didik telah dinyatakan berhasil dalam bimbingan dan konseling, tindak lanjut

3
tersebut tetap perlu dilakukan yaitu dengan memantau peserta didik agar semakin
meningkatkan kemapuannya.
Dengan demikian, layanan bimbingan dan konseling dapat diberikan ketika
pembimbing atau konselor sudah memahami peserta didik juga berbagai latar belakang
penyebab terjadinya masalah dengan data yang lengkap dan akurat.
2. Kegiatan pengumpulan dan penyimpanan data peserta didik
Martin Handoko dan Theo Riyanto (2010: 17) mengungkapkan agar para pembimbing
atau konselor dapat memahami peserta didik, maka perlu lebih dahulu mengumpulkan data
peserta didik. Cara mengumpulkan data peserta didik dapat dengan berbagai cara misalnya
dengan angket tertulis (kuisioner) kepada peserta didik itu sendiri maupun kepada orang tua
peserta didik, dapat juga dengan wawancara, dapat juga dengan mengadakan pengamatan
atau observasi, sosiometri, melihat buku harian peserta didik, mengadakan kunjungan rumah,
mengopi data daftar ulang dan lain sebagainya. Setelah semua data terkumpul kemudian
perlu disimpan agar tida mudah hilang dan kerahasiaannya terjamin. Cara menyimpan data
dapat menggunakan map pribadi, file pribadi, kartu pribadi (cummulative record = kumpulan
catatan tentang peserta didik). Semua data siswa yang terkumpul dipindahkan ke alat
penyimpanan data baik secara manual maupun digital.
Data yang perlu dikumpulkan dan disimpan adalah sebagai berikut:
a. Identitas peserta didik
b. Keadaan keluarga dan lingkungan sosialnya
c. Keadaan kesehatan peserta didik
d. Keterangkan tentang pendidikan dan prestasi belajarnya
e. Data intelektual – emosional – kemauan dan kepribadian peserta didik
f. Data tentang aspirasi atau cita-cita – motivasi – bakat dan minat
g. Hal lain yang dipandang perlu sehubungan dengan bimbingan dan konseling.

B. Strategi dan Teknik dan Teknik Tes Untuk Pemahaman Peserta Didik
Teknik tes atau sering juga disebut sistem testing merupakan usaha pemahaman
murid dengan menggunakan alat-alat yang bersifat mengukur atau mentes. Menurut
Mamat Supriatna (2013 : 201) Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus
dijawab, atau pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih/ditanggapi atau tugas-tugas
yang harus dilakukan oleh orang yang dites (testi) dengan tujuan untuk mengukur
suatu aspek perilaku atau memperoleh informasi tentang trait orang yang di tes.
Sedangkan menurut Peters & Shertzer (1971:349) mengartikan tes sebagai suatu
4
prosedur yang sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu,
dan menggambarkan (mendeskripsikan) tingkah laku itu melalui skala angka atau
sistem kategori. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat kita tarik kesimpulan, tes
merupakan Pengumpulan data yang sifatnya mengukur atau pengukuran
(measurement), dengan menggunakan instrumen yang standar dan akan menghasilkan
skor atau angka-angka hasil ukur yang menunjukkan tingkat kemampuan, atau
kekuatan dari aspek yang diukur dengan berpegang pada standar tertentu.
Secara keseluruhan pembagian tes untuk keperluan bimbingan dan konseling,
dikelompokkan ke dalam empat kelompok tes, yaitu : tes kecerdasan, tes bakat, dan
tes hasil belajar.
1. Tes Kecerdasan.
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir yang bersifat abstrak.
Dapat juga diartikan sebagai kemampuan umum individu (murid) untuk berprilaku
yang jelas tujuannya; berpikir rasional; dan berhubungan dengan lingkungannya
secara efektif (Shertzer & Stone, 1971 : 239). Singgih D. Gunarsa (1991)
mengemukakan beberapa rumusan kecerdasan, yaitu sebagai berikut :
a. Kecerdasan merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang (murid) yang
memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut
dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul.
b. Kecerdasan adalah suatu bentuk tingkah laku tertentu yang tampil dalam
kelancaran tingkah laku.
c. Kecerdasan meliputi pengalaman-pengalaman dan kemampuan bertambahnya
pengertian dan tingkah laku dengan pola-pola baru dan mempergunakannya
secara efektif.
Dengan demikian, tes kecerdasan itu tidak lain adalah prosedur yang
sistematis dengan menggunakan instrumen untuk mengetahui kemampuan umum
individu terutama menyangkut kemampuan berpikirnya. Nana Syaodih S. (2007 :
198), menegaskan bahwa yang diukur dalam tes kecerdasan adalah kecakapan yang
berkenaan dengan kemampuan untuk memahami, menganalisis, memecahkan
masalah, dan mengembangkan sesuatu dengan menggunakan rasio atau pemikirannya.

2. Tes Bakat
Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat perbedaan antara murid yang satu
dengan murid yang lain dalam tingkat kemampuan atau prestasi mereka dalam bidang
5
musik, seni, mekanik, pidato, kepemimpinan, dan olah raga serta bidang-bidang
lainnya. Bimbingan dan konseling hendaknya dirancang tidak hanya memperhatikan
kemampuan murid untuk belajar tetapi juga perlu mempertimbangkan kecakapan
khusus atau bakat murid. Bakat merupakan kemampuan khusus individu yang dapat
berkembang melalui belajar atau latihan.
Seorang murid yang kurang berprestasi dalam mata-mata pelajaran tertentu,
mungkin bukan disebabkan karena kecerdasannya rendah, tetapi karena kurang
berbakat dalam mata pelajaran tersebut.
Tes bakat atau aptitude tes, mengukur kecerdasan potensial yang bersifat
khusus murid. Ada dua jenis bakat, yaitu :
a. Bakat sekolah berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung
penguasaan bidang-bidang ilmu atau mata pelajaran.
b. Bakat pekerjaan-jabatan berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang
mendukung keberhasilan dalam pekerjaan.Hasil pengukuran bakat sangat
penting, baik bagi penguasaan bidang-bidang ilmu, perencanaan pembelajaran,
dan lanjutan studi, maupun bagi perencanaan, pemilihan dan persiapan jabatan-
karir.
Dalam menggali bakat yang dimiliki oleh peserta didik, kita bisa menggunakan
jenis tes berikut ini, seperti :
1. Rekonik. Tes ini mengukur kemampuan fungsi motorik, persepsi dan berpikir
mekanis.
2. Tes Bakat Musik. Tes ini mengukur kemampuan murid dalam aspek-aspek
suara, nada, ritme, warna bunyi dan memori.
3. Tes Bakat Artistik. Tes ini mengukur kemampuan menggambar, melukis dan
merupa (mematung).
4. Tes Bakat Klerikal (perkantoran). Tes ini mengukur kemampuan ”kecepatan
dan ketelitian”.
5. Tes Bakat yang Multifaktor.Tes bakat mengukur berbagai kemampuan khusus,
yang telah lama digunakan adalah DAT (Differential Attitude Test).

3. Tes Prestasi Belajar (Achievement Tests).


Tes prestasi belajar adalah suatu perangkat kegiatan atau alat yang dimaksudkan
untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya
dalam domain kognitif, afektif dan psikomotor. Nana Syaodih S menegaskan bahwa
6
tes pretasi belajar mengukur tingkat penguasaan pengetahuan atau kemampuan murid
berkenaan dengan bahan atau komptetensi yang telah dipelajarinya. (Siti Umairoh
dalam jurnal strategi tes dan non tes untuk peserta didik dan pemahaman peserta
didik)
Shertzer & Stone (1971 : 235), mengemukakan bahwa penggunaan teknik tes
khususnya tes prestasi belajar bagi guru di MI/ SD bertujuan untuk :
a. Menilai kemampuan belajar murid.
b. Memberikan bimbingan belajar kepada murid.
c. Mengecek kemajuan belajar murid.
d. Memahami kesulitan-kesulitan belajar murid.
e. Memperbaiki teknik mengajar guru.
f. Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar guru.
Materi tes sesuai dengan mata-mata pelajaran yang telah diajarkan, baik yang
bersifat teoritis maupun praktis.Pengukuran penguasaan materi yang bersifat teori
atau pengetahuan, umumnya menggunaka tes tertus, baik berbentuk uraian/essay
ataupun tes objektif, atau mungkin adakalanya pula menggunakan tes
lisan.Pengukuran penguasaan kompetensi atau materi yang bersifat praktik
menggunakan tes perbuatan dan atau penilaian hasil karya, baik karya tulis, rupa
ataupun benda.
Tes prestasi belajar ini disusun untuk mengukur hasil pembelajaran atau
kemajuan belajar murid. Tes ini meliputi :
a. Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat menentukan letak kesulitan
murid, dalam mata pelajaran yang diajarkannya, misalnya berhitung dalam
Matematika, dan membaca dalam Bahasa Indonesia.
b. Tes prestasi belajar kelompok yang baku, dan
c. Tes prestasi belajar yang disusun oleh para guru, misalnya dalam bentuk ulangan
sehari-hari.
C. Strategi, Teknik, dan Teknik Non-Tes untuk Pemahaman Peserta Didik

Teknik non-tes merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk


memahami pribadi murid, yang umumnya bersifat kualitatif. Teknik ini tidak
menggunakan alat yang bersifat mengukur tapi menggunakan alat yang bersifat
menghimpun atau mendskripsikan saja. Hasil penghimpunan data ini tidak berbentuk
skor atau angka- angka yang menunjukkan kualifikasi berdasarkan standar tertentu

7
tetapi berupa deskripsi atau gambaran tentang sifat-sifat, karakteristik, tingkah laku,
peristiwa yang dialami murid. Pendapat lain mengatakan bahwa instrumen ini
berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan
proses mental lainnya yang dapat diamati dengan panca indera ( Widiyoko : 2009)

1. Observasi (pengamatan)
Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan
(data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan. Teknik atau cara
penghimpunan data untuk mengamati suatu kegiatan , perilaku, atau perbuatan murid yang
diperoleh langsung dari kegiatan yang sedang dilakukan murid.
Data yang dikumpulkan berupa fakta- fakta tentang perilaku dan aktivitas yang dapat
diamati atau nampak dari luar, sedangkan aktivitas yang tidak nampak dapat dilakukan
dengan melakukan observasi. Observasi sifatnya mengamati dan alat yang paling pokok
adalah panca indera terutama indera penglihatan.

Jenis Observasi :

a. Observasi Sehari- hari (daily observation)


Observasi yang tidak direncanakan dapat dikerjakan sambil mengerjakan tugas
rutin guru (mengajar), juga tidak memiliki pedoman dan dilaksanakannya secara
insidental, juga tidak dipersiapkan kapan akan dilakukan dan bagaimana prosesnya.
Contoh: Guru mengamati perilaku murid pada saat mengikuti pelajaran sehari- hari
baik dikelas maupun diluar kelas.
b. Observasi Sistematis (systematical observation)
Observasi yang direncanakan dengan seksama memiliki pedoman yang berisi
tujuan, tempat, waktu dan butir pertanyaan yang menggambarkan tingkah laku murid
yang sedang di observasi. Jumlah murid yang di observasi idealnya seorang murid
saja dan maksimal 3 murid.
c. Observasi Partisipatif (Participative observation)
Observasi dimana seorang guru turut serta dalam melakukan apa yang
dikerjakan oleh para murid. Contoh : Guru mengamati perilaku murid tertentu pada
saat proses belajar mengajar berlangsung, kegiatan ekstra kurikuler,
karyawisata,latihan olahraga, dll.
d. Observasi Non-Partisipatif (non paticipative observation)

8
Observasi dimana guru tidak ikut serta dalam kegiatan murid.Contoh : guru
mengamati tingkah laku murid yang sedang belajar dengan guru lain, mengerjakan
tugas, bermain di halaman sekolah. Observasi ini dilengkapi dengan pedoman
wawancara.

Data dari Observasi bagi kepentingan Bimbingan dan Konseling :

a. Kegiatan belajar dikelas: disiplin belajar, perhatian dalam belajar, cara mengikuti
pelajaran, cara bertanya dan menjawab pertanyaan, penyajian hasil kegiatan,
pengerjaan tugas, kejujuran pad saat ujian.
b. Kegiatan di luar kelas: belajar dan berlatih di perpustakaan, kunjungan karyawisata.
c. Kegiatan ekstrakurikuler : keorganisasian, keolahragan, kesenian, keagamaan, sosial.
d. interaksi sosial di sekolah: interaksi dengan guru, sesama murid,teman dalam kegiatan
khusus(upacara, piknik).
2. Wawancara (Interview)
Menurut Sudijono (2009), wawancara adalah cara menghimpun data yang
dilaksankan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dengan
arah tujuan yang telah ditentukan.
 Macam- macam wawancara :
1) Wawancara pengumpulan data( informational interview)
Merupakan tanyajawab yang dilakukan antara guru dengan murid dengan maksud
untuk mendapatkan data atau fakta murid
2) Wawancara konseling (counseling interview)
Dialog antara guru dengan murid dengan maksud membantu murid memecahkan
masalah yang sedang dihadapinya.
3) Wawancara disiplin (diciplinary interview)
Proses wawancara yang dilakukan seorang guru untuk menegakkan disiplin
4) Wawancara penempatan (placement interview)
Wawancara yang diadakan dengan maksud membantu dalam penempatan di kelas,
dalam kelompok, ekstrakurikuler, latihan, dll.

Data yang menggunakan teknik wawancara hendaknya dibatasi karena bersifat


individual, maka tidak mungkin melakukan wawancara dalam waktu terlalu lama.

3. Angket (kuesioner)

9
Dijelaskan oleh Yusuf (dalam Arniatiu : 2010) kuisioner adalah suatu rangkaian
pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan
data. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan responden (murid).
 Jenis-jenis Angket
Ada berbagai macam angket. Berikut ini akan dijelaskan satu persatu:
a) Dilihat dari isinya dapat dibedakan menjadi 4 bagian :
 Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang fakta , seperti jumlah
sekolah, jam belajar, dll.
 Pertanyaan perilaku adalah berdasarkan apa yang dibutuhkan guru dalam perilaku
atau tingkah laku siswa dalam pembelajaran.
 Pertanyaan informasi adalah berdasarkan yang dibutuhkan guru mengungkapkan
berbagai informasi atau menggunakan fakta.
 Pertanyaan pendapat dan sikap, adalah angket yang berkaitan dengan perasaan,
kepercayaan presdisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang
dinilai.
b) Dilihat dari strukturnya, angket dapat dibedakan sebagai berikut.
 Angket berstruktur, ialah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan beserta
jawabannya yang jelas, singkat, dan konkret
 Angket tidak berstruktur, ialah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
menghendaki jawaban yang bebas dan uraian yang panjang lebar dari responden.

4. Otobiografi (Riwayat atau Karangan Pribadi) dan Catatan Harian

Karangan pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid yang sifat nya
rahassia tentang pengalaman hidupnya, cita-citanya, keadaan keluarganya, dsb.
Karangan pribadi ini merupakan cara untuk memahami keadaan pribadi murid yang
pada umumnya bersifat rahasia.

Karangan pribadi dalam pembuatannya dibagi menjadi dua, yaitu :

 Terstruktur , karangan pribadi yang disusun berdasarkan tema (judul) yang telah
ditentukan sebelumnya.
 Tidak Terstruktur, karangan pribadi yang dibuat secara bebas, tidak ditentukan
kerangka karangan sebelumnya.

5. Studi Kasus

10
Studi kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang murid
secara menyeluruh dan mendalam serta mengungkap seluruh aspek pribadi murid
yang datanya diperoleh dari berbagai pihak , seperti dari setiap guru, ornga tua,
dokter, atau pihak yang berwenang. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk
memahami pribadi murid dengan lebih menyeluruh, dan membantunya agar murid
dapat menegembangkan dirinya secara optimal

6. Konferensi Kasus

Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung atau pelengkap dalam


Bimbingan dan Konseling untuk membahas permasalahan siswa (konseli) dalam
suatu pertemuan, yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan,
kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa (konseli).
Memang, tidak semua masalah yang dihadapi siswa (konseli) harus dilakukan
konferensi kasus. Tetapi untuk masalah-masalah yang tergolong pelik dan perlu
keterlibatan pihak lain tampaknya konferensi kasus sangat penting untuk
dilaksanakan. Melalui konferensi kasus, proses penyelesaian masalah siswa (konseli)
dilakukan tidak hanya mengandalkan pada konselor di sekolah semata, tetapi bisa
dilakukan secara kolaboratif, dengan melibatkan berbagai pihak yang dianggap
kompeten dan memiliki kepentingan dengan permasalahan yang dihadapi siswa
(konseli).

7. Kunjungan Rumah (Home Visit)

Home Visit adalah salah satu tehnik pengumpul data dengan jalan
mengunjungi rumah siswa untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi
siswa dan untuk melengkapi data siswa yang sudah ada yang diperoleh dengan tehnik
lain (WS.Winkel, 1995).

Tujuan Home Visit.

a. Membangun hubungan antara lembaga keluarga, sekolah dan masyarakat.


b. Mengumpulkan data yang berharga tentang latar belakang kehidupan anak dan
keluarganya, mengumpulkan data dapat berarti mendapat data baru atau mengecek
betul tidaknya data yang diperoleh melalui metode lain.
c. Lebih mengenal lingkungan hidup siswa sehari-hari, bila informasi yan dibutuhkan
tidak dapat diperoleh melalui angket dan wawancara informasi.

11
d. Untuk membicarakan kasus seorang siswa bila memerlukan kerjasama dengan orang
tua.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut Martin Handoko dan Theo Riyanto dalam bukunya “Bimbingan konseling di
sekolah” (2010: 13) Kegiatan bimbingan konseling merupakan kegiatan untuk membantu
peserta didik agar berkembang secara utuh dan seoptimal mungkin sesuai dengan bakat,
minat, serta potensi yang ia miliki (berkembang tanpa banyak hambatan). Salah satu hal
penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan bimbingan adalah memahami peserta
didik secara keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya maupun latar belakang pribadinya.
Dengan data yang lengkap, pembimbing akan dapat memberikan layanan bimbingan kepada
peserta didik secara tepat atau terarah

Teknik Tes merupakan Pengumpulan data yang sifatnya mengukur atau


pengukuran (measurement), dengan menggunakan instrumen yang standar dan akan
menghasilkan skor atau angka-angka hasil ukur yang menunjukkan tingkat
kemampuan, atau kekuatan dari aspek yang diukur dengan berpegang pada standar
tertentu.
Teknik Tes dikelompokkan menjad 3 :
1. Tes bakat
2. Tes kecerdasan
3. Tes prestasi belajar
Sedangkan, Teknik Non-Tes merupakan prosedur pengumpulan data yang
dirancang untuk memahami pribadi murid, yang umumnya bersifat kualitatif. Teknik
Non- Tes dibedakan menjadi 8 :
1. Observasi
2. Wawancara
3. Angket
4. Otobiografi
5. Studi kasus
6. Konferensi kasus

12
7. Visit home

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Azzet, A. M. (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nurihsan, Juntika. (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung : Refika
Aditama
Ngalimun. (2014). Bimbingan Konseling di SD/MI : Suatu Pendekatan Proses. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo.

Riyanto, M. H. (2010). Bimbingan Konseling di Sekolah (Panduan Praktis). Yogyakarta: PT


Kanisius.

Setiawati. (t.thn.). Bimbingan dan Konseling di MI/SD. Jurnal Direktori File UPI, 57.

Supriatna,Mamat(2013). “Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi”. Jakarta : PT


RajaGrafindo Persada,201
https://www.academia.edu/18669556/
Strategi_tes_dan_non_tes_untuk_peserta_didik_dan_pemahaman_peserta_didik
(diakses pada tanggal 14 Oktober 2022)
https://www.academia.edu/29453237/Teknik_Non_Tes. (diakses pada tanggal 18 Oktober
2022)

13

Anda mungkin juga menyukai