Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MERANCANG ANGKET PEMINATAN DAN SURAT REFERAL


Dosen Pengampu: Mufida Istati, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 10

1. Rafika Amelia Fitri : 200101060719


2. Kirana Indah Putri : 200101060590

BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASI
2022

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Merancang
Angket Peminatan Dan Surat Referral”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Mufida Istati, M.Pd sehingga makalah kami dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita
bersama mengenai Cara Merancang Angket Peminatan Dan Surat Referral . Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat serta memberikan wawasan serta inspirasi terhadap
pembaca.

Banjarmasin, 02 Maret 2022

Team Penulis

Kelompok 10

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................2

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3

BAB I ..........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN ......................................................................................................................4

A. Latar Belakang ......................................................................................................................4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................................5
C. Tujuan ...................................................................................................................................5

BAB II.........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN .........................................................................................................................6

A. Pengertian Peminatan Peserta Didik...............................................................................6


B. Tujuan Peminatan Peserta Didik ....................................................................................7
C. Fungsi Peminatan Peserta Didik......................................................................................8
D. Pengertian Referal…………...........................................................................................9
E. Tujuan Referal………...................................................................................................10
F. Fungsi Layanan Referal.................................................................................................11
G. Komponen Dalam Referal.............................................................................................11

BAB III .....................................................................................................................................13

PENUTUP ................................................................................................................................13
A. Simpulan .............................................................................................................................13
B. Saran……………………………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................15

LAMPIRAN……………………………………………………………………………………16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Layanan peminatan peserta didik merupakan sebagian dari program profesi bimbingan dan
konseling berupa program perencanaan individual yaitu membantu peserta didik merencanakan
peminatan belajar sesuai dengan potensi diri dan kesempatan yang ada serta peserta didik
bertanggung jawab atas realisasi aktivitas belajar sesuai dengan pilihannya dalam upaya
mencapai cita-cita dan karir di masa depan. Salah satu bagian esensial dari layanan peminatan
peserta didik adalah assessment terhadap komponen peminatan peserta didik.

Dengan pengukuran dan pengungkapan seluruh komponen peminatan peserta, diharapkan dapat
berkumpul data yang diperlukan untuk pemilihan dan penetapan peminatan. Data inilah yang
kemudian dianalisis dan menghasilkan rekomendasi peminatan belajar peserta didik. Pentingnya
asesmen dalam program bimbingan konseling pada umumnya, dan layanan peminatan peserta
didik khususnya, membuat guru BK perlu menguasai berbagai kompetensi yang berkaitan
dengan assessment khususnya dalam pengukuran komponen peminatan peserta. Dengan
menguasai konsep, prosedur dalam melakukan asesmen dan analisis hasil asesmen, serta
mekanisme pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik, diharapkan guru BK dapat
memberikan rekomendasi peminatan yang akurat sesuai dengan kondisi, potensi, minat, serta
daya dukung yang yang dimilikinya. Hal ini tentunya akan menunjang kelancaran dan
keberhasilan peserta didik dalam proses belajarnya.

Sajian materi ini meliputi materi yang menjelaskan asesmen dalam BK secara umum, serta yang
secara khusus berkaitan dengan layanan peminatan siswa, yaitu pengukuran komponen
peminatan serta mekanisme pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik. Materi ini
diharapkan dapat menjadi rujukan dan acuan dalam melakukan asesmen dalam layanan
peminatan peserta didik khususnya dan layanan profesi bimbingan dan konseling dalam satuan
pendidikan.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Peminatan Peserta Didik?
2. Apa Tujuan Peminatan Peserta Didik?
3. Apa Fungsi Peminatan Peserta Didik?
4. Apa Pengertian Referral?
5. Apa Tujuan Referal?
6. Apa Fungsi Layanan Referal?
7. Bagaimana Komponen Dalam Referal?
C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini adalah menggambarkan dan menjelaskan tentang:
1. Pengertian Peminatan Peserta Didik
2. Tujuan Peminatan Peserta Didik
3. Fungsi Peminatan Peserta Didik
4. Pengertian Referral
5. Tujuan Referal
6. Fungsi Layanan Referal
7. Bagaimana Komponen Dalam Referal

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peminatan Peserta Didik

Peminatan berasal dari kata minat yang berarti kecenderungan atau keinginan yang cukup
kuat berkembang pada diri individu yang terarah dan terfokus pada terwujudkannya suatu
kondisi dengan mempertimbangkan kemampauan dasar, bakat, minat, dan kecenderungan
pribadi individu. Dalam dunia pendidikan, peminatan individu atau peserta didik pertama-tama
terarah dan terfokus pada peminatan studi dan karir atau pekerjaan. Peminatan pada diri
individu/peserta didik dikembangkan dan diwujudkan pertama-tama didasarkan pada potensi
atau kondisi yang ada pada diri individu itu sendiri (yaitu potensi kemampuan dasar mental,
bakat, minat, dan kecenderungan pribadi), dan kedua dipengaruhi secara langsung atau tidak
langsung oleh kondisi lingkungan, baik yang bersifat natural, kehidupan keluarga, kelompok dan
masyarakat, serta budaya, maupun secara khusus fasilitas pendidikan yang diperoleh peserta
didik.

Peminatan peserta didik dapat diartikan (1) suatu pembelajaran berbasis minat peserta
didik sesuai kesempatan belajar yang ada dalam satuan pendidikan; (2) suatu proses pemilihan
dan penetapan peminatan peserta didik pada kelompok mata pelajaran, lintas mata pelajaran, dan
pendalaman mata pelajaran (akademik atau vokasi) yang ditawarkan oleh satuan pendidikan; (3)
suatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik tentang peminatan kelompok
mata pelajaran, peminatan lintas mata pelajaran, peminatan pendalaman mata pelajaran
(akademik atau vokasi) yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang
diselenggarakan pada satuan pendidikan; (4) dan suatu proses yang berkesinambungan untuk
memfasilitasi peserta didik mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar serta perkembangan
optimal dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Peminatan peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan tidak sebatas pemilihan dan
penetapan saja, namun juga termasuk adanya langkah lanjut yaitu pendampingan,
pengembangan, penyaluran, evaluasi dan tindak lanjut. Peserta didik dapat memilih secara tepat
tentang peminatannya apabila memperoleh informasi yang memadai atau relevan, memahami
secara mendalam tentang potensi dirinya, baik kelebihan maupun kelemahanya. Pendampingan
dilakukan melalui proses pembelajaran yang mendidik dan terciptanya suatu kondisi lingkungan
pembelajaran yang kondusif. Penciptaan kondisi lingkungan pembelajaran yang kondusif
dilakukan oleh guru mata pelajaran bersama guru BK/Konselor serta kebijakan kepala sekolah
dan layanan administrasi akademik yang mendukung. Pengembangan dalam arti bahwa adanya
upaya yang dilakukan untuk penyaluran dan pengembangan potensi peserta didik, misalnya
dilakukan melalui magang, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara sekolah dengan
pihak lain terkait.

6
Dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan SMA/SMK, peserta didik diberikan
mata pelajaran wajib yang ditempuh selama pendidikan yaitu kelompok mata pelajaran
kelompok A dan kelompok B. Di samping itu, bagi peserta didik SMA diberi kesempatan untuk
memilih peminatan akademik dan peserta didik SMK diberi kesempatan untuk memilih
peminatan akademik dan vokasi yang di sebut peminatan kelompok mata pelajaran. Setiap
peserta didik wajib memilih sejumlah mata pelajaran yang bersifat pendalaman atau perluasan
bidang keahlian/peminatan yang dipilihnya. Peserta didik wajib menempuh kelompok mata
pelajaran yang ditetapkan, namun juga diwajibkan memilih bidang keahlian dan mata pelajaran
pilihan yang relevan dengan pilihan bidang keahliannya. Kerjasama dan sinergisitas kerja antar
personal sekolah secara baik, persiapan/penataan kerja secara baik pula di setiap satuan
pendidikan dapat menjadi fasilitas pendukung pembelajaran. Penciptaan penghormatan
eksistensi bidang keahlian suatu profesi satu dengan profesi lainnya dalam satuan pendidikan
sangat diperlukan dalam rangka profesionalitas kerja.

B. Tujuan Peminatan Peserta Didik

Secara umum peminatan peserta didik bertujuan untuk membantu peserta didik SMA/MA dan
SMK menetapkan minat pilihan kelompok mata pelajaran dan pilihan mata pelajaran serta
pendalaman mata pelajaran yang diikuti pada satuan pendidikan yang sedang ditempuh, pilihan
karir dan/atau pilihan studi lanjutan sampai ke perguruan tinggi.

Secara khusus tujuan peminatan kelompok mata pelajaran dan pilihan mata pelajaran di
SMA/MA atau SMK adalah:

1. Mengarahkan peserta didik SMA/MA untuk memahami dan mempersiapkan diri bahwa :

a. Pendidikan di SMA/MA merupakan pendidikan untuk menyiapkan peserta didik menjadi


manusia dewasa yang mampu hidup mandiri di masyarakat.

b. Kemandirian tersebut pada nomor (1) didasarkan pada kematangan pemenuhan potensi
dasar, bakat, minat, dan keterampilan pekerjaan/karir.

c. Kurikulum SMA/MA memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk memilih kelompok
mata pelajaran dan pilihan mata pelajaran tertentu sesuai dengan kemampuan dasar umum
(kecerdasan), bakat, minat dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik.

d. Setelah tamat dari SMA/MA peserta didik dapat bekerja di bidang tertentu yang masih
memerlukan persiapan/pelatihan, atau melanjutkan ke perguruan tinggi dengan memasuki
program studi sesuai dengan pilihan dan pendalaman mata pelajaran sewaktu di SMA/MA.

2. Mengarahkan peserta didik SMK untuk memahami dan mempersiapkan diri bahwa :

a. Pendidikan di SMK merupakan pendidikan untuk menyiapkan peserta didik menjadi


manusia dewasa yang mampu hidup mandiri di masyarakat.

7
b. Kemandirian tersebut pada nomor (1) didasarkan pada kematangan pemenuhan potensi
dasar, bakat, minat, dan keterampilan pekerjaan/karir.

c. Kurikulum SMK memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk memilih mata pelajaran
program keahlian dan mendalami materi mata pelajaran program keahlian tertentu sesuai dengan
kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan kecenderungan pilihan masing-masing
peserta didik.

d. Setelah tamat dari SMK peserta didik dapat bekerja di bidang tertentu sesuai dengan bidang
studi keahlian/kejuruan yang telah dipelajarinya, atau melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi
dengan memasuki program studi sesuai dengan pilihan dan pendalaman materi mata pelajaran
sewaktu di SMK.

C. Fungsi Peminatan Peserta Didik

Fungsi peminatan peserta didik di SMA/MA dan SMK adalah :

1. Fungsi pemahaman, yaitu berkaitan dengan dipahaminya kemampuan, bakat, minat, dan
kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik serta lingkungan untuk menentukan
Peminatan kelompok mata pelajaran dan pilihan mata pelajaran yang diikuti, arah karir dan/atau
studi lanjutan yang dipilihnya.

2. Fungsi pencegahan, yaitu berkaitan dengan tercegahnya berbagai masalah yang dapat
mengganggu berkembangnya kemampuan, bakat, minat, dan kecenderungan pilihan masing-
masing peserta didik secara optimal dalam kaitan dengan Peminatan kelompok mata pelajaran
dan pilihan mata pelajaran yang diikuti, arah karir dan/atau studi lanjutan yang dipilihnya.

3. Fungsi pengentasan, yaitu berkaitan dengan tertentaskannya masalah-masalah peserta didik


yang berhubungan dengan Peminatan kelompok mata pelajaran dan pilihan mata pelajaran yang
diikuti, arah karir dan/atau studi lanjutan yang dipilihnya.

4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu berkaitan dengan terkembangkan dan


terpeliharanya kemampuan, bakat, minat, dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta
didik secara optimal dalam kaitannya dengan Peminatan kelompok mata pelajaran dan pilihan
mata pelajaran yang diikuti, arah karir dan/atau studi lanjutan yang dipilihnya.

5. Fungsi advokasi, yaitu berkaitan dengan upaya terbelanya peserta didik dari berbagai
kemungkinan yang mencederai hak-hak mereka dalam pengembangan kemampuan, bakat, minat,
dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik secara optimal dalam peminatan
kelompok mata pelajaran dan pilihan mata pelajaran serta pendalaman mata pelajaran yang
diikuti, arah karir dan/atau studi lanjutan.

8
D. Pengertian Referal

Kegiatan referal atau alih tangan yaitu kegiatan pendukung BK untuk mendapatkan penanganan
yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik atau konseli dengan
memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerluak
kerjasama yang erat antara berbagai pihak yang dapat memberiak bantuan dan atas penanganan
masalah tersebut (terutama kerja sama dari ahli lain tempat kasus itu dialih tangankan). Kegiatan
ini menuntut agar pelayanan Bimbingan dan Konseling tidak hanya dirasakan adanya pada waktu
siswa mengalami masalah dan menghadap pada konselor saja, namun usaha Bimbingan dan
Konseling hendaknya diarasakan juga manfaatnya sebelum dan sesudah siswa menjalani layanan
Bimbingan dan Konseling secara langsung. Kegiatan referal menunjuk pada azas alih tangan
kasus yaitu azas Bimbingan Konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan
peserta didik mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.

Kegiatan alih tangan kasus meliputi dua jalur, yaitu jalur kepada konselor dan jalur dari konselor.
Jalur kepada konseor, dalam arti konselor menerima “kiriman” konseli dari pihak-pihak lain,
seperti orang tua, kepala sekolah, guru, pihak atau ahli lain (misalnya dokter, psikiater, psikolog,
kepala suatu kantor aau perusahaan). Sedangkan jalur dari konselor, dalam arti konselor
“mengirimkan” konseli yang belum tuntas ditangani kepada ahli-ahli lain, seperti konselor yang
lebih senior, konselor yang membidangi spesialisasi tertentu, ahli-ahli lain (msalnya guru bidang
studi, psikolog, psikiater, dan dokter). Konselor menerima konseli dari pihak lain dengan
harapan konseli itu dapat ditangani sesuai dengan permasalahan konseli yang belum atau tidak
tuntas ditangani oleh pihak lain itu; atau permasalahan konseli itu tidak sesuai dengan bidang
keahlian pihak yang mengirimkan konseli itu. Di sisi lain, konselor mengalih tangankan konseli
kepada pihak lain apabila masalah yang dihadapi konseli memang diluar kewenangan konselor
untuk menanganinya, atau setelah konselor berusaha sekuat tenaga memberikan bantuan, namun
permasalahan konseli belum berhasil ditangani secara tuntas.

Pada sisi yang pertama, yaitu konselor menerima konseli dari pihak lain, berkenaan dengan
prosedur alih tangan, hampir tidak ada persoalan yang memerlukan perhatian khusus, kecuali
masalah kesukarelaan. Konseli yang dikirimkan kepada konselor itu hendaknya dengan sukarela
datang kepada konselor. Dengan kesukarelaan itulah konselor akan bekerja bersama konseli itu
menangani permasalahannya. Pada sisi yang kedua, yaitu konselor mengalihtangankan konseli,
ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, khususnya tentang kepada siapa konseli akan
dialihtangankan, kesediaan konseli, dan materi atau informasi tentang konseli yang hendaknya
disampaikan kepada pihak lain tempat alih tangan. Dalam kaitan itu, Cormier & Bernard (1982)
mengemukakan beberapa praktik yang salah yang hendaknya tidak ilakukan konselor dalam
kegiatan alih tangan, yaitu :

9
1. Konseli tidak diberi alternatif pilihan kepada ahli mana ia akan dialihtangankan,

2. Konselor mengalihtangankan konseli kepada pihak yang keahliannya diragukan, atau kepada
ahli yang reputasinya kurang dikenal,

3. Konselor membicarakan permasalahan konseli kepada calon ahli tempat alih tangan tanpa
persetujuan konseli,

4. Konselor menyebutkan nama konseli kepada calon ahli tempat alih tangan.

Butir-butir tersebut diatas mengisyaratkan apa-apa yang hendaknya tidak dilakukan dan apa yang
hendaknya dilakukan oleh konelor dalam pengalihtanganan konseli.

E. Tujuan Referal

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari alih tangan kasus adalah diperolehnya pelayanan yang optimal, setuntas
mungkin, atas masalah yang dialami konseli.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus berkaitan dengan fungsi-fungsi konseling yaitu:

a) Fungsi pengentasan: tenaga ahli yang menjadi arah referal diminta memberikan pelayanan
yang secara spesifik lebih menuntaskan pengentasan masalah konseli.

b) Fungsi pemahaman: untuk memahami masalah yang sedang dihadapi konseliguna


pengentasan.

c) Fungsi pencegahan: Merupakan dampak positif yang diharapkan dari referal untuk
menghindari masalah yang lebih pelik lagi.

d) Fungsi pengembangan dan pemeliharaan: Dengan terentaskannya masalah berbagai potensi


dapat terpelihara dan terkembang.

e) Fungsi advokasi: Berhubungan dengan masalah klien berkenaan dengan terhambatnya hak-
hak konseli.

Secara umum, referal juga bertujuan untuk:

1. Membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang
dialaminya.

10
2. Membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya.

3. Membantu peserta didik agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal
mungkin.

4. Membantu siswa mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan


yang harus dikuasainya sebaik mungkin.

Pengembangan potensi dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan meliputi tiga tahapan,


yaitu:

• Pemahaman dan kesadaran (awareness)

• Sikap dan penerimaan (accommodation)

• Keterampilan dan tindakan (action)

F. Fungsi Layanan Referal

Fungsi layanan referal yaitu:

• Memberikan bantuan kepada siswa yang memiliki kebutuhan dan masalah, yang memerlukan
pertolongan dengan segera

• Fungsi perbaikan

• Fungsi penyembuhan

G. Komponen dalam Referal

Penyelenggaraan referal melibatkan tiga komponen pokok, yaitu:

1. Klien dengan Masalahnya

Tidak semua masalah dapat dialih tangankan, untuk itu perlu dikenali masalah-masalah apa saja
yang menjadi kewenangan konselor. Seperti masalah-masalah berkenaan dengan:

• Penyakit, baik penyakit fisik ataupun mental (kejiwaan)

• Kriminilitas, dengan segala bentuknya.

• Psikotropika, yang didalamnya dapat terkait masalah kriminilitas dan penyakit.

11
Apabila konselor mengetahui bahwa konseli secara substansial berkenaan dengan salah satu atau
lebih dari tersebut diatas, konselor harus mengalihtangankannya ke ahli lain yang berwenang.
Namun bila berkenaan dengan kekhawatiran takut terkena penyakit atau guna-guna, hal ini
menjadi kewenangan konselor untuk menanganinya. Bila berkenaan dengan masalah kriminal,
siapapun yang mengetahuinya harus segera melapor ke pihak yang berwenang. Dalam hal ini
konselor hanya menangani klien yang masalah kriminalnya telah diproses oleh pihak yang
berwajib dan yang lainnya.

2. Konselor

Dalam menangani konseli, hal-hal yang perlu dikenali secara langsung oleh konselor, bahwa
hanya konseli yang normal saja yang ditangani konselor, diluar itu dialih tangankan kepada
ahlinya. Untuk dapat mengalihtangankan konseli dengan baik, konselor dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang memadai tentang para ahli yang dapat menjadi arah referal beserta nama dan
alamatnya.

3. Ahli lain

Lima ahli lain perlu dipahami oleh konselor sebagai arah referal, yaitu dokter, psikiater,
psikolog, guru, dan ahli lain dalam bidang tertentu.

• Dokter, adalah ahli yang menangani berbagai penyakit jasmaniah

• Psikiater, adalah ahli yang menangani penyakit psikis

• Psikologi, adalah ahli yang mendeskripsikan kondisi psikis

• Guru, termasuk dosen, adalah ahli dalam mata pelajaran atau bidang keilmuan tertentu.

• Ahli bidang tertentu, adalah mereka yang menguasai bidang-bidang tertentu, seperti adat,
agama, budaya tertentu, dan hukuman, serta ahli lain pengembangan pribadi yang memerlukan
kebutuhan khusus kepada ahli-ahli tersebut itulah klien dialihtangankan sesuai dengan
permasalahannya. Pihak yang berwenang seperti polisi, tidak termasuk kedalam pihak yang
menjadi arah alih tangan kasus, sebab masalah kriminal yang harus dilaporkan kepada polisi
bukanlah alih tangan kasus, melainkan merupakan kewajiban semua warga.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan-pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Hakikat pelayanan peminatan peserta didik merupakan upaya advokasi dan fasilitasi
perkembangan peserta didik agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara, sehingga mencapai
perkembangan optimal. Perkembangan optimal bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan
kapasitas intelektual dan minat yang dimilikinya, melainkan sebagai sebuah kondisi
perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan
secara sehat dan bertanggung jawab serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika
kehidupan yang dihadapinya.

2. Peminatan peserta didik dapat diartikan (1) suatu pembelajaran berbasis minat peserta
didik; (2) suatu proses pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik pada kelompok mata
pelajaran, lintas mata pelajaran, dan pendalaman mata pelajaran (akademik atau vokasi) yang
ditawarkan oleh satuan pendidikan; (3) suatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh
peserta didik terhadap yang ditawarkan satuan pendidikan didasarkan atas pemahaman potensi
diri dan peluang yang diselenggarakan pada satuan pendidikan; (4) dan suatu proses yang
berkesinambungan untuk memfasilitasi peserta didik mencapai keberhasilan proses dan hasil
belajar serta perkembangan optimal dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

3. Fungsi peminatan peserta didik adalah fungsi pemahaman, fungsi pemeliharaan dan
pengembangan, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, dan fungsi advokasi.

4. Tujuan peminatan peserta didik adalah untuk menanamkan minat mata pelajaran,
memantapkan minat mata pelajaran, serta memilih dan menetapkan minat kelompok mata
pelajaran, lintas mata pelajaran dan pendalaman mata pelajaran yang diikuti pada satuan
pendidikan yang sedang ditempuh, pilihan karir dan/atau pilihan studi lanjutan sampai ke
perguruan tinggi.

5. Referal (Rujukan atau Alih Tangan) terjadi Apabila konselor merasa kurang memiliki
kemampuan untuk menangani masalah klien, maka sebaiknya dia mereferal atau
mengalihtangankan klien kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater,
dokter, dan kepolisian. Klien yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah,
seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis. Dalam
kegiatan referal juga terdapat pendekatan dan tekniknya yang harus difahami oleh konselor agar

13
dalam proses pelaksanaan referal tidak terjadi permasalahan yang tidak di inginkan oleh subjek
yang masuk dalam komponen-komponek dalam kegiatan referal.

C. Saran
Dengan beberapa materi tersebut di atas, penulis menyarankan kita sebagai manusia supaya
mampu menempatkan diri kita dalam situasi apapun dan supaya bisa menyadari mana yang bisa
menunjang pada kebaikan dri kita dan orang lain, terutama orang yang membutuhkan bantuan
kita. Namun bukan semata-mata kita membantu untuk menjalankan profesi namun jiwa
penolong itu kita tumbuhkan dalam mencapai kehidupan yang sejahtera.
Penulis menyadari bahwa isi dan penulisan dari makalah ini jauh dari kata sempurna. Penulis
juga sangat mengharapkan masukan yang berupa kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
makalah ini untuk ke depannya.

14
Daftar Pustaka

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Pedoman Peminatan Peserta Didik.


Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional (Tidak diterbitkan).

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pendidikan dan Penjamin Mutu
Pendidikan. 2013. Peminatan Peserta Didik. Jakarta: Kemendikbud.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2014 Tentang


Peminatan pada Pendidikan Menengah. Berita Negara Nomor 960 Tahun 2014. Jakarta:
Kemendikbud
Surya, Muhamad. 1988. Dasar – Dasar Penyuluhan (Konseling). Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan
Santoso, Djoko Budi. 2009. Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling. Malang : tanpa
penerbit
Prayitno.2009. Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling edisi 2. Jakarta : Rineka Cipta

http://fi3fa.blogspot.com/2012/05/kegiatan-referal.html

http://ngindianazulvi.blogspot.com/2011/02/kegiatan-referal-alih-tangan-kasus.html

http://dwiendyne.blogspot.com/2012

15
LAMPIRAN

Laporan Tugas Pembuatan Makalah

Mata Kuliah Administrasi Dan Organisasi Bimbingan Konseling

1. Nama : Rafika Amelia Fitri


NIM : 200101060719
Tugas : - Mencari referensi Makalah
- Membuat Makalah
- Mengedit dan Memperbaiki Makalah
2. Nama : Kirana Indah Putri
NIM : 200101060590
Tugas : Membuat PPT

Tertanda

Rafika Amelia Fitri Kirana Indah Putri


NIM: 200101060719 NIM: 200101060590

16

Anda mungkin juga menyukai