Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR FISIKA

“Konsep dan Prosedur Pengayaan”

DOSEN PENGAMPU :
DWI AGUS KURNIAWAN, S.Pd., M.Pd
Drs. M. HIDAYAT, M.Pd
AHMAD SYARKOWI, S.Pd., M.Pd

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
Lilis Fatona (A1C317030)
Liza Afrianita (A1C317006)
Rahma Julia Hastirani (A1C317052)

PENDIDIKAN FISIKA
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan seruan alam
yang selalu melimpahkan petunjuk, rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Konsep dan Prosedur
Pengayaan”.
Penulisan makalah ini bertujuan dalam rangka menyelesaikan tugas mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar Fisika dan menambah pengetahuan serta
wawasan dalam bidang pendidikan khususnya dalam bidang pendidikan fisika.
Selama proses penulisan makalah ini hingga selesai banyak sekali kesulitan-
kesulitan yang penulis temui baik dalam proses mencari sumber maupun dalam
merangkai kata demi kata. Namun berkat usaha yang gigih dan tidak pernah
menyerah serta kerja sama yang baik dari kelompok, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik
dari segi penulisan, penyusunan kata maupun dalam penggunaan bahasa. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberi sumbangan
pemikiran berupa kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun
yang akan penulis terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini
dimasa yang akan datang.

Jambi, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kajian Pustaka ......................................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian dan Konsep Pengayaan ............................................................ 3
2.1.2 Pentingnya Program Pengayaan ...............................................................11
2.1.3 Tujuan Program Pengayaan ......................................................................13
2.1.4 Fungsi Program Pengayaan ......................................................................14
2.1.5 Jenis-jenis Program Pengayaan ................................................................15
2.1.6 Model-model Pengayaan. .........................................................................17
2.1.7 Prinsip-prinsip Program Pengayaan.. ........................................................19
2.1.8 Keterkaitan KKM terhadap Program Pengayaan ......................................21
2.1.9 Langkah-langkah Pelaksanaan .................................................................22
2.2 Kajian Kritis ...................................................................................................25

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan......................................................................................................29
3.2 Saran ...............................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua siswa memiliki kesempatan yang sama dalam proses pembelajaran.
Namun begitu, hasil pembelajaran antara siswa satu dan siswa lainnya seringkali
berbeda. Di satu sisi, ada siswa kurang cepat menguasai suatu materi, sementara di
sisi lain ada juga siswa yang dapat menguasai kompetensi yang diharapkan dengan
cepat dan bahkan melampauinya. Oleh karena itu, guru mesti memperlakukan siswa
sesuai dengan kemampuan masing-masing. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat
dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru. Jika
pendekatan pembelajarannya menarik dan terpusat pada siswa, maka motivasi dan
perhatian siswa akan terbangkitkan sehingga akan terjadi interaksi siswa dengan
siswa dan siswa dengan guru sehingga kualitas pembelajaran akan meningkat.
Dalam hal ini, kita kemudian mengenal program remidial dan pengayaan.
Remidial diberikan kepada siswa yang belum memenuhi kompetensi dasar yang
diharapkan. Sementara pembelajaran pengayaan diberikan bagi siswa yang sudah
menguasai standar kompetensi. Program remidial dan pengayaan ini bisa
diterapkan dalam semua mata pelajaran, termasuk dalam mata pelajaran sains, yang
meliputi kimia, biologi, fisika. Terdapat beberapa jenis program pembelajaran
pengayaan, yang semua itu memiliki tujuan yang sama, yakni dalam rangka
memperluas wawasan dan pengalaman peserta didik.
Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar
kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar
interaksi, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip
pembelajaran tersebut tidak jarang pula dijumpai peserta didik yang memerlukan
tantangan berlebih untuk mengoptimalkan perkembangan prakarsa, kreatifitas,
partisipasi, kemandirian, minat, bakat, keterampilan fisik, dan sebagainya. Untuk
mengantisipasi potensi lebih yang dimiliki peserta didik tersebut, setiap satuan
pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran pengayaan.

1
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dan konsep pengayaan.
2. Untuk mengetahui pentingnya program pengayaan.
3. Untuk mengetahui tujuan program pengayaan.
4. Untuk mengetahui fungsi program pengayaan.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis program pengayaan.
6. Untuk mengetahui model-model program pengayaan.
7. Untuk mengetahui prinsip-prinsip program pengayaan.
8. Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan program pengayaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian dan Konsep Pengayaan
Menurut Sumantri (2015: 437-439), dalam kurikulum dirumuskan secara
jelas Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai peserta
didik. Penguasaan KI dan KD setiap peserta didik diukur dengan menggunakan
sistem Penilaian Acuan Kriteria (PAK). Jika seorang peserta didik mencapai
standar tertentu, maka peserta didik tersebut dipandang telah mencapai ketuntasan.
Oleh karena itu program pengayaan dapat diartikan: memberikan
tambahan/perluasan pengalaman atau kegiatan peserta didik yang teridentifikasi
melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum.
Metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar
belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Dalam program pengayaan,
media belajar harus betul-betul disiapkan guru agar dapat memfasilitasi peserta
didik dalam menguasai materi yang diberikan (Bafadal, 2013 dalam Sumantri,
2015).
Menurut Syamsi (2007: 108), perbedaan kecerdasan yang dimiliki masing-
masing individu bisa terakomodir dengan baik manakala diberikan wadah yang
sesuai porsinya. Dengan maksud, untuk dapat melayani peserta didik tersebut, ada
program layanan pendidikan khusus yakni program pengayaan (enrichment) dan
program percepatan belajar (acceleration). Program pengayaan (enrichment)
diberikan kepada peserta didik cerdas istimewa yang bertipe “enriched learner”.
Menurut Akbar dan Hawadi (2010: 60), istilah diferensiasi memiliki ikatan
dengan istilah enrichment (pengayaan) atau akselerasi (percepatan). Enrichment
(pengayaan) dilakukan berdasarkan pada karakteristik siswa. Program pengayaan
memilki tujuan untuk mendukung kurikulum siswa secara lebih dalam atau lebih
luas,daripada kurikulum yang ada pada umumnya. Cara menerapkan program
pengayaan dapat menggunakan kelas hari sabtu, ruang-ruang sumber belajar,
penambahan dari kelas regular,kelompok minat khusus, dan sebagainya.
Menurut Nugroho (2018: 63), pembelajaran pengayaan adalah memperkaya
ilmu pengetahuan atau memperluas ilmu pengetahuan siswa dengan memberi tugas

3
tambahan, baik tugas yang dikerjakan di rumah maupun tugas yang dikerjakan di
lingkungan sekolah. Program pengayaan dapat diartikan juga sebagai kegiatan
memberikan tambahan, perluasan pengalaman atau kegiatan peserta didik yang
teridentifikasi melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum.
Peserta didik yang sudah melampaui ketuntasan belajar maka perlu diberikan
tambahan pengetahuan dan atau pengalaman pembelajaran yang lebih dibanding
mereka yang belum mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan. Dalam hal ini,
guru mesti menyiapkan program pembelajaran pengayaan yang mendukung
perkembangan peserta didik ke arah yang lebih baik.
Menurut Izzati (2015: 57), program pengayaan merupakan kegiatan yang
diperuntukkan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi
yang berarti mereka adalah peserta didik yang tergolong cepat dalam menyelesaikan
tugas belajarnya (Sugihartono, 2012). Sedangkan menurut Prayitno (2008) dalam
Izzati (2015: 57), kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang
diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam
belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah
memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliknya dalam kegiatan
pembelajaran sebelumnya.
According to Reis, et.al (1998: 312-314), the enrichment clusters, one
component of the Schoolwide Enrichment Model are nongraded groups of students
who share common interests and who come together during specially designated
time blocks during the school week to work with an adult whose shares their
interests and who has some degree of advanced knowledge and expertise in that
area.
The model for learning used with enrichment clusters is based on an inductive
approach to solving real-world problems through the development of authentic
products and services. Unlike traditional, didactic modes of teaching, this approach,
known as enrichment learning and teaching, creates a learning situation that
involves the use of methodology, develops higher order thinking skills, and
authentically applies these skills in creative and productive situations. Enrichment
clusters are not intended to be the total program for talent development in a school
or to replace existing programs for talented youth. Rather, they are one vehicle for

4
stimulating interests and developing talent potentials for the entire school
population.
Menurut Tjahjadarmawan (2017: 17-18), siswa yang terpilih untuk
mendapatkan pembelajaran pengayaan adalah orang yang nilainya di atas KKM.
Kendalanya adalah siswa yang memenuhi syarat dapat berbeda untuk SK yang
berbeda. Bahkan ada beberapa siswa yang nilainya tidak pernah memenuhi syarat
sehingga hanya sebagai peserta belajar saja. Seringkali waktu pelaksanaan program
pengayaan dalam kelas ini kurang memadai sehingga guru perlu menambah waktu
pada kegiatan ekstrakurikuler sains. Alasan untuk hal ini adalah banyaknya materi
yang perlu dipelajari.
Menurut Sagala (2017: 364), program belajar yang membelajarkan peserta
didik dimulai dari merancang model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan materi pelajaran yang sedang dipelajari, hal ini dilakukan oleh guru
sesuai karakteristik dan kebutuhan belajar siswa, salah satunya adalah program
pengayaan bagi peserta didik yang mengalami percepatan dalam belajar. Program
pengayaan dilakukan dengan menambah atau memperkaya materi untuk mereka,
memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih kreatif, memberi latihan-latihan
tentang penggunaan teknologi ringan, memanfaatkan mereka menjadi tutor bagi
teman-temannya dan sebagainya. Karakter yang dibagun adalah komitmen yang
kuat melakukan penilaian hasil belajar dengan memantapkan kriteria, prosedur, dan
teknik penilaian yang sifatnya standar.
Menurut Semiawan (1997: 145), istilah eskalasi menunjuk pada penanjakan
kehidupan mental melalui berbagai program pengayaan materi. Seperti juga
akselerasi, eskalasi dapat mengambil dua bentuk, yaitu pengayaan kurikulum dalam
arti memperoleh pengalaman belajar yang lebih berarti dan mendalam dalam mata
pelajaran/suatu mata kuliah atau latihan tertentu serta pengayaan dalam arti
pertambahan berbagai layanan program tertentu.
Pengayaan dapat dijadikan secara horizontal dan vertikal. Pengalaman
horizontal menunjuk pada pengalaman belajar di tingkat pendidikan yang sama,
tetapi bersifat lebih luas, sedangkan yang vertikal makin meningkat dalam
kompleksitas. Program pengayaan yang beranjak dari konsep eskalasi bermaksud

5
menyajikan kurikulum yang lebih dalam dan luas yang dapat diwujudkan melalui
kurikulum berdiferensiasi.
1. Apa Saja yang dapat Dilakukan dalam Program Pengayaan?
Guru bisa memberikan pendalaman dan perluasan dari KD yang sedang
diajarkan atau memberikan materi dalam KD yang berikutnya.
2. Mengapa Diperlukan Program Pengayaan?
Berdasarkan Permendikbud No. 54, 64, 65, 66 dan 67 Tahun 2013 pada dasarnya
menganut sistem pembelajaran berbasis aktivitas atau kegiatan. kompetensi, sistem
pembelajaran tuntas, dan sistem pembelajaran yang memerhatikan dan melayani
perbedaan individual peserta didik. Dengan memerhatikan prinsip perbedaan
individu (kemampuan awal, kecerdasan, kepribadian, bakat, potensi, minat,
motivasi belajar, gaya belajar) tersebut, maka program pengayaan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan/hak anak. Dalam program pengayaan, guru memfasilitasi
peserta didik untuk memperkaya wawasan dan keterampilannya serta mampu
mengaplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kapan Dilakukan Program Pengayaan?
Program pengayaan ketika peserta didik teridentifikasi telah melampaui
ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum. Guru perlu mengantisipasi
dengan menyiapkan program-program atau aktivitas yang sesuai KD untuk
memfasilitasi peserta didik.
4. Bagaimana Program Pengayaan Dilakukan?
Program pengayaan diberikan kepada peserta didik yang telah melampaui
ketuntasan belajar dengan memerlukan waktu lebih sedikit dari pada teman-teman
lainnya.
5. Siapa yang Terlibat dalam program pengayaan?
Yang melakukan identifikasi, perencanaan dan pelaksanaan program pengayaan
adalah guru kelas. Apabila diperlukan, guru dapat melakukan kerja sama dengan
narasumber (apabila dibutuhkan) dalam melaksanakan program pengayaan. Waktu
yang masih tersedia dapat dimanfaatkan peserta didik untuk
memperdalam/memperluas atau mengembangkan hingga mencapai tahapan
networking (jejaring) dalam pendekatan ilmiah (scientific approach). Guru dapat

6
memfasilitasi peserta didik dengan memberikan berbagai sumber belajar, antara
lain: perpustakaan, majalah atau koran, internet, narasumber/pakar, dan lain-lain.
According to Beecher anf Sweeny (2008: 509-511), A Rationale for
Schoolwide Enrichment, The school’s mission reflected the school community’s
desire to provide all students with access to an engaging, stimulating, and enriched
learning environment where they could thrive and grow. Enrichment is often
regarded as something extra, a nonessential frill that is not considered during
serious discussions about student achievement. Yet, ignoring this critical
component of instruction belies the importance of student engagement and
motivation to learn and the dynamic quality that occurs when this energy exists in
the learning environment. When students’ interests and choices related to their own
learning are considered, engagement in learning is enhanced (Reis & Fogarty, 2006;
Siegle & McCoach, 2005). Many children at Central Elementary lacked a desire to
learn; they could not make connections to the curriculum, and they felt isolated
from the learning environment.
The field of gifted education has embraced the concept of designing
curriculum that considers students’ talents and interests and uses those strengths to
extend, expand, and accelerate learning. Both the curriculum and program delivery
services can be enriched, with the intention of designing learning experiences that
are responsive to the learning characteristics of specific students (Schiever &
Maker, 1997). Enriched curriculum may be broader or more in depth than the
regular curriculum, and may extend beyond the traditional school day (Schiever &
Maker, 1997).
The concept of enrichment teaching and learning with an emphasis on
curriculum differentiation became a focus of teachers’ efforts to create rigorous,
engaging units of study. Enrichment teaching and learning are cornerstones of the
Schoolwide Enrichment Model (SEM; Renzulli & Reis, 1985) and its precursor, the
Enrichment Triad Model (Renzulli, 1977), which is subsumed within SEM. SEM
was chosen for use at Central Elementary School in part because it is “the best
known and most widely used enrichment model” (Davis & Rimm, 2004, p. 165) in
gifted education.

7
The Enrichment Triad Model (Renzulli, 1977; Renzulli & Reis, 1985)
provided the structure for infusing enrichment into different parts of the school day
and curriculum. This model is composed of three types of enrichment, each
designed to accomplish a different objective. Type I experiences and activities are
designed to expose students to a wide variety of disciplines, topics, or issues not
ordinarily covered in the regular classroom. Type II enrichment includes
instructional methods and materials that promote the development of thinking and
feeling processes, such as creative thinking, problem solving, critical thinking,
affective training, and learning how to learn (e.g., interviewing and classifying).
Type III enrichment includes investigative activities and artistic productions in
which the learner assumes the role of a firsthand inquirer, with the student thinking
and acting like a practicing professional (Renzulli, 1977; Renzulli & Reis, 1985).
The specific initiatives related to enrichment teaching and learning and
differentiation included the following :
1. A Schoolwide Enrichment Team;
2. Interdisciplinary, differentiated units of study.
3. Differentiated lesson plans across the curriculum.
4. Extended day enrichment program.
5. Comprehensive staff development plan.
6. Accountability and assessment measures.

A detailed description of each of these initiatives follows.

The Schoolwide Enrichment Team, Team A Schoolwide Enrichment Team


composed of parents and teachers worked with teachers to determine the types of
enrichment needed and located Type I enrichment experiences for different groups
and purposes. The student audience for Type I enrichment included the whole
school, one grade level, a class, a small group of students, or one child. The purpose
was always the same: to enrich the lives of students by expanding their world and
creating a sense of curiosity and wonder. Many Type I experiences were linked to
the curriculum in order to build background knowledge for at-risk students. These
experiences created an energy and excitement for learning. The dancer from India,
the Japanese drummer, the children’s author, the parent from Cuba who shared
pictures and memorabilia from her home country, an Internet simulation of

8
weightlessness on the moon, and many others brought the outside world into the
classroom. The work of the team resulted in a multiyear connection to a local theater
that brought the arts into all classrooms and evening family programs to the school.
The results of this effort were noticeable: Children’s expressive language
improved when they talked to the teacher and their peers about their shared
experiences. Children whose reading ability was below grade level began to seek
out and read books related to the topics being discussed. The English Language
Learners’ (ELLs) receptive vocabulary allowed them to gain knowledge and
become more active participants in the classroom. The students engaged guest
speakers with numerous questions and frequently searched for more information on
the topics presented.
Identify regional gaps in enrichment programs. As discussed above,
enrichment programs are not currently available to all students who want to enroll
in them, and the students who do enroll are often drawn from wealthier groups
(Gardner, Roth, & Brooks-Gunn,2009), in part due to regional disparities. While
some of the factors leading to these differences are difficult to address (e.g, parental
choice and funding choices made by private foundations and individuals), better
data on where the need are may help to influence the allocation of government
resources and potential private funding as well. By identifying the number of at-
risk students and students likely to benefit from programs , and comparing these
numbers to the avalilability of programs slots in different regions, SEAs will be
able to identify which regions have an insufficient quantity of enrichment programs
and support program expansion and creation. Simply publishing data on where
need exist likely to influence funding decisions, not just by private foundations and
individuals but by programs funded by the federal government. For example,
federal programs like National Science Foundation’s ITEST might before likely to
fund programs in specific regions declared in need by SEAs than in regions shown
to have a relative oversupply of enrichment programs.
Learning analytics may also have the potential to identify more quickly which
enrichment programs are working. If and enrichment program is provided to
elementary school students, any evidence of its effect on hight school dropout rates
or college attendance is a distant prospect (Murphy, dkk, 2014 : 188).

9
Sites selected their own enrichment classed , typically art, music, dance, and
physical education. Enrichment was offered by district teachers (all sites), CBO
after-school partnerbstaff (two sites), and professional teaching artists (two sites).
Students also participated in an end of program field trip to DisneyQuest and a
culminating production such as a performance or a play to which families were
invited.
Each winter the district central office team hired staff who planned for and
managed the camps. This inclued contracting with 21 community based
organization to provide enrichment programming and hiring camp counselors who
would assist teachers and students during academic class sessions in the summer.
Twenty one CBO provided 26 different enrichment opportunities for various
groups of students scheduled throughout the day. After luch and recess, students
partcipated in two blocks of enrichment activities with options such as judo,
fencing, science, and visual and performance art.
The central office staff member coordinated enrichment activities offered by
CBOs as well as district staff. Enrichment activities, which varied by house and
occured on a rotating schedule, inclued rock climbing, culinary arts, swimming,
phisycal education, art, music, African dance and drumming, theater, dance and
yoga.
In 2013, the program operated for 25 days, with 24 days of instruction. The
program was split into three house and the district intended for each house to offer
80 minutes of language arts, 80 minutes of mathematic and 40 minutes of targeted
reading instruction. Students participated in two enrichment blocks each day, the
dustrict for each of these to be 80 minutes, for 160 minutes of enrichment activities
perday (Sloan, dkk, 2014: 30-32).
From a broad and long-term perspective, the developmental trajectory of
GATE has been evolved from seeking equality to pursuing equity and excellence,
from nurturing the academic elites to developing a variety of talent of all students,
and from feeding scattered pieces of enrichment programs to providing systematic
and comprehensive education. Rather than the theoritical principal, the major
reasons that led to the development of gifted education in different countries are
based on the need of the country, of an individual and of education reform.

10
It is recognized that national strenght relies on human power, which in turn
comes from a hight quality of education. Thus, GATE becomes a necessary tool for
identifying and nurturing students with excellent mental endowments. These
student are gives an enrichment learning program that helps them maximize their
gift and allow them to become major contriburors to the society. Therefore,
identifying and developing gifted and talented students throught scientific and bias-
minimized assesment, differentiated curricula, and enriched learning opportunities
in a culturrally diverse environtment become urgent and importants educational
issues. All type of gate program in terms of special needs students with chalenging
and enriching opportunities for potential development.
Furthermore, the traditional education system in oriental society stresses the
role of memorization and bookish teaching. GATE gives value to creative, crtical,
and practical thinking. It may bring a tide of innovation and reform in the total
school system involving all teachers as launched by Bragget (2000). Using the old
saying , “a rising tide lifts all ship”. Renzulli (2000) illustrates the quality of
education by applying gifted education know-how to meet the needs of the
development of hught potential in all students (Dai dan Kuo, 2016: 34).
2.1.2 Pentingnya Program Pengayaan
Enrichment describes experiences inside and outside the classroom that
provide opportunities to learn above and beyond what is usually provided at a
particular grade level. Enrichment is difined by Webster’s Dictionary as making
something rich or richer, especially by the addition or increase of some desirable
quality, attribute or ingredient.
For this publication, the term enrichment refers to modifications a teacher
makes to go above or beyond the regular curriculum for students or clusters of
students who need advanced learning oppotunities, and it includes programs or
services that spark interest and develop skills and expertise both within the school
and beyond in the local or broader community.
Enrichment comes in many configuration and can be delivered as various
services to students. What they all have in common is that they offer opportunities
to engage the learner beyond what is traditionally available at a particular grade

11
level. Some configuration offer enrichment to one child, a pair of students, a cluster
of children, or a class that has been grouped by interests, needs, and abilities.
Enrichment provides students with opportunities to extend leraning. There
are three primary purpose for enrichment: fostering interest, nurturing talent,
developing expertice, or both: and increasing achievement. Enrichment
opportunities may address one, two, or all three of these purposes.
Reason 1 : Fostering interest
How do students discover possibiities relating to an idea or a field of study? Where
do they find interest about which they may become passionate?
The first step in nurturing an interest is having an experience with the topic.
That experience may be fisrthand, or it may be the result of reading, attending a
lecture or presentation, or learning about a topic, carreer, or special interest in a
myriad of ways. Since various enrichment opportunities are planned by teachers,
parents, and the students themselves, it is important to vuew enrichment as occuring
in classroom, in extracurricular activities sponsored by the schools, and in the
community and beyond.
Reason 2 : Nurturing Talent, Developing Expertise, or Both
How do students move to the next level in their talent area? How do they acquire
in an area of interest?
Of course, a partial answer to these question depends upon the individual’s
passion to move to the next level of talent or expertise and his or her willingness to
work hard to do so. Attending outstanding performance of talent and interacting
with experts, they find stimulating ideas to pursue. Just imagine the benefits to a
young person who conduct research alongside a specialist in her field of expertise
or learn music from a professional who can share his passion for a particular
instrument.
Reason 3 : Increasing Achievement
How do students increace their achievement in a content area in which they are
already way ahead of their agemates?
Without appropriate learning opportunities both in and outside of school,
children may not achieve at the level that aquates to their potential. This gap
between achievement and potential is truly an achievement gap that cannot be

12
tolerated. Eliminating this achievement gap willbenefits both the individual and the
community-local, state, national, and global. The U.S. Commision on National
Security for te 21st Century noted in its report Road Map for National Security :
Impertive for Change. This gap between opportunities to learn and achievement
potential can be seen in all content and talent areas. The gap is the widest when the
teacher believes that grade level achievement gap for those who are gifted and
talented will certainly include enrichment (Robert, 2005: 5-9).
2.1.3 Tujuan Program Pengayaan
According to Renzulli, dkk (2014: 98-99), Enrichment clusters are students
centered-directed by students interest and the development of authentic product for
real audiences and based on both common sense and research challenging the
assertion that important intellectual growth can only be charted throught an
information transfer and standardized testing approach to education.
The main purpose of depeloving an enrichment cluster program is to create a
time and a place within the school week for students-driven learning to be on the
front burner of students and teachers activity. Althought we would like to see more
of this type of learning infused into the overall curriculum, the external forces that
dominate most schools are simply too powerful to allow for massive immediate
change. Educational change seldom takes place at the center of things, instead, it
evolves on the frings where dedicated people exercise their judgment in the best
interest of the young people for whom they are responsible. And succesful change
occuring on the edges has been found to seep foward the center. In the research we
conducted on enrichment clusters, we found that many of the strategies teachers
used to facillitate enrichment clusters found their way into everyday teaching
practices in regular classroom. Through strategies such as creative compliance and
the infiltrator model of school change, we have witnessed remarkable changes
taking place in mainstream classroom.
The specific skills that are the goals of high end learning include developing
the ability to :
1. Find and focus a problem that has personal relevans to the individuals or groups

13
2. Distinguish between problem-specific, relevant, and irrelevant information,
identify bias in information sources, and transform factual information into
usable knowledge that will help solve the problem
3. Plan tasks that address the problems, sequence events in their most logical and
practical order for attacking the problem, and consider alternative courses of
action and their possible consequense
4. Monitor one’s understanding at each level of involvement and assess the
methodological skills (process), and human or material resources
5. Notice pattern, relationship, and disrepancies in the information gathered and
use this information to refine tasks for addressing the problem and drawing
comparisons and analogies to other problems
6. Generate reasonable arguments and explanations for each decision and course of
action
7. Predict outcomes, apportion time, money, and resources, value the contributions
of others to the collective effort, and work copperatively for the common good
of the group
8. Examine ways in which problem-solving strategies from one situation can be
adopted in or adapted to other problem-solving situations (transfer of learning),
and
9. Communicate in lively and professional ways to different audiences and in
different genres and formats.
2.1.4 Fungsi Program Pengayaan
Masbur (2012: 352), fungsi pengayaan yaitu dapat memperkaya proses belajar
mengajar. Pengayaan dapat melalui atau terletak dalam segi metode yang
dipergunakan dalam pengajaran remedial sehingga hasil yang diperoleh lebih
banyak, lebih dalam atau dengan singkat prestasi belajarnya lebih kaya. Adanya daya
dukung fasilitas teknik, serta sarana penunjang yang di perlukan. Sasaran pokok
fungsi ini ialah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan diadakannya
pengayaan. Semakin banyak hasil belajar yang diperoleh dan semakin dalam ilmu
yang didapat, maka prestasi belajarnya pun semakin meningkat.
Menurut Soewaeno, dkk (2016: 5), pengayaan dan pengukuhan (encrichment
dan reinforcement), layanan pengayaan ditunjukan pada peserta didik yang

14
mempunyai kelemahan ringan secara akademik, mungkin peserta didik itu cerdas.
Program ini dapat dilakukan dengan memberikan tugas rumah atau tugas yang
dikerjakan di kelas pada saat pembelajaran berlangsung.
2.1.5 Jenis-jenis Program Pengayaan
Menurut Sumantri (2015: 439), jenis-jenis program pengayaan yaitu :
1. Kegiatan eksploratori yang masih terkait dengan KD yang sedang dilaksanakan
yang di rancang untuk disajikan kepada peserta didik. Sajian yang dimaksud
contohnya: bisa berupa peristiwa sejarah, buku, narasumber, penemuan, uji
coba, yang secara reguler tidak tercakup dalam kurikulum.
2. Keterampilan proses yang di perlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam
melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam
bentuk pembelajaran sendiri
3. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki
kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/
penelitian ilmiah.
Pemecahan masalah di tandai dengan:
a. Identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan;
b. Penentuan fokus masalah/problem yang akan dipecahkan;
c. Penggunaan berbagai sumber;
d. Pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan;
e. Analisis data;
f. Penyimpulan basil investigasi.
Menurut Semiawan (1997: 147-152), berbagai modifikasi bisa terkait dengan
konten maupun proses pembelajarannya. Program pengayaan kurikulum juga
bertujuan memberikan layanan materi yang lebih mendalam dan lebih meluas
daripada yang umumnya terjadi.
Renzulli yang terkenal dengan triad model-nya yang mencakup kemampuan
intelektual, kreativitas dan keterlekatan terhadap tugas, menyajikan dimensi
pengalaman merangsang, seperti pengkajian masalah riil, umpamanya polusi;
menulis surat kepada redaksi, surat kabar, memberitahukan sesuatu kejadian yang
tidak adil.

15
Howley, dkk. (dalam Schiever, dkk., 1991; Colangelo dan Davis, 1991)
menunjuk pada tiga pendekatan pengayaan, yaitu:
1. Berorientasi pada proses.
2. Berorientasi pada konten.
3. Berorientasi pada produk.
Belajar proses (process learning) menunjuk pada bagaimna mempelajari
sesuatu, sedangkan belajar konten menunjuk kepada apanya (konten, materinya)
yang harus dipelajari, sedangkan orientasi produk menunjuk pada hasil ciptaannya.
Belajar proses tanpa konten tidak menghasilkan peningkatan mental, karena
berpikir itu tidak dapat diisolasikan dari kontennya. Sebaliknya, belajar konten
materi apa saja tanpa memperhatikan prosesnya menemukan jalan buntu juga,
karena serba hafalan pengetahuan itu akhirnya menjadikan pengetahuan sesaat.
Orientasi pada produk terutama mengacu pada hasil karya tertentu sehingga laporan
novel atau karya lain dan meningkatkan tingkat berpikir tinggi.
Stanley menghindari pendekatan pengayaan yang bersifat umum dengan
mempersempit konsepnya. Sedangkan Renzulli mempertegas pengayaan itu
dengan model pengayaan triadik (triadic enrichment model) yang menekankan
pada proses operasional identifikasi dengan “membuka pintu” (identification
revolving door), sehingga menjadikan si pemebelajar seorang peneliti yang
kompoten (RDIM).
Dalam layanan perkembangan intelek yang kreatif, yang mencakup
keterampilan berpikir dan perilaku yang kreatif, diperlihatkan bahwa pendapat :
1. Perbedaan individual yang kreatif
2. Perbedaan individual kepekaan terhadap latihan kreatif.
3. Perbedaan individual terhadap motivasi untuk berkrasi.
4. Suasana belajar.
5. Keterampilan berpikir kreatif yang tidak selalu harus diajarkan dalam suatu
bidang studi atau bidang ilmu tertentu.
Menurut Nugroho (2018: 64), adapun jenis-jenis pembelajaran pengayaan bisa
berupa kegiatan eksploratori, keterampilan proses, dan bisa pula berupa pemecahan
masalah. Kegiatan eksploratori dirancang guru untuk disajikan kepada peserta didik.
Kegiatannya bisa berupa peristiwa sejarah, buku, narasumber, penemuan, uji coba,

16
yang secara reguler tidak tercakup dalam kurikulum. Sementara keterampilan proses
yakni kegiatan yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan
pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk
pembelajaran mandiri. Sedangkan jenis pembelajaraan pengayaan pemecahan
masalah diberikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajar lebih
tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah atau pendekatan investigatif berupa penelitian ilmiah.
According to Aljughaiman and Ayoub (2015: 101), enrichment programs,
during the emergence of educational reform movements in the mid-twenties,
educational systems in developed countries (e.g., USA and European countries)
began to devise educational programs to meet the needs of gifted students (Davis
& Rimm, 2010; Ferguson, 2009). Over time, enrichment programs became the most
prominent kind of school programs in the education of gifted students. Such
programs have had an increasingly broad influence because of their wide adoption
internationally (Feldhusen, 1994, 1997; Olenchak & Renzulli, 1989; Reis, Eckert,
McCoach, Jacobs, & Coyne, 2008; Renzulli, 2005). The structure and content of
enrichment programs are flexible enough to account for the various needs of the
gifted, differing environmental conditions, human and financial potentials, and a
range of educational policies and administrative systems. Many researchers (Davis
& Rimm, 2010; Karnes & Bean, 2009) have identified various forms of enrichment
programs through which attention can be provided to the needs of the gifted, most
prominent among them being gifted boarding academies, gifted schools, gifted
classes, pull-out programs, summer camps, weekend programs, and afternoon
programs.
2.1.6 Model-model Pengayaan
Menurut Akbar dan Hawadi (2010: 60-62), ada beberapa model pengayaan,
yaitu model Renzulli, model IPPM Treffinger, model purdue Three-stage, dan
model Antonomous learner.
1. Model Renzulli
Model pengayaan Renzulli (1997) dibuat untuk menyediakan variasi
pengalaman pengayaan.Model ini menyediakan tiga tipe pengayaan yang
mendukung pegalaman dan proses latihan untuk semua siswa disekolah. Siswa

17
berbakat akan merespon pengalaman mereka dalam memecahkan masalah
nyata, yang selanjtnya akan mengembangkan produk nyata. Tiga tipe tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Pengayaan tipe I yang melibatkan pengalaman secara umum. Pengayaan tipe
I ini menunjukkan kepada siswa tentang topik-topik baru, gagasan-gagasan
dan pengetahuan yang tidak tertulis dari kurikulum regular.
b. Pengayaan tipe II lebih menekankan pada kegiatan latihan kelompok. Latihan
kelompok ini merupakan suatu kegiatan yang dirancang untuk
mengembangkan proses kognisi dan afeksi. Kegiatan ini diterapkan pada
seluruh siswa, bukan hanya siswa berbakata.
c. Pengayaan tipe III digunakan untuk meneliti individu dan kelompok kecil
pada masalah nyata. Kegiatan pengayaan tipe ini biasanya diterapkan pada
kelas khusus dan ditangani oleh guru-guru yang memang dilatih secara
khusus untuk anak berbakat.
2. Model IPPM Treffinger
Model ini lebih menekankan pada proses identifikasi untuk merencanakan
program studi individu anak berbakat berdasarkan bakat, kekuatan, dan
minatnya. Model ini juga menekankan pengembangan keterampilan secara
bebas dan keberbakatan yang mandiri.
3. Model Purdue Three-stage
Model ini dikembangkan oleh Feldhusen dan Kollof (1979). Model ini
diterapkan dalam ruang khusus dengan kelompok kecil antara 8-15 anak
berbakat. Anak mengikuti kurikulum yang difokuskan pada keterampilan
berpikir dan dasar-dasar suatu mata pelajaran.
4. Model Antonomous Learner
Model ini dikembangkan oleh Betts (1986). Model ini berusaha untuk
menemukan kebutuhan akademik, social, emosional anak berbakat, yang
bertujuan untuk menjamin kebebasan anak berbakat dan bertanggung jawab
terhadap belajarnya.

18
2.1.7 Prinsip-prinsip Program Pengayaan
Menurut Sumantri (2015: 440-441) dikutip dari Ibrahim Bafadel (2013),
prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengonsep program pengayaan
adalah :
1. Inovasi
Guru perlu menyesuaikan program yang diterapkannya dengan kekhasan peserta
didik, karakteristik kelas serta lingkungan hidup dan budaya peserta didik.
2. Kegiatan yang memperkaya
Dalam menyusun materi dan mendesain pembelajaran pengayaan, kembangkan
dengan kegiatan yang menyenangkan, membangkitkan minat, merangsang
pertanyaan, dan sumber-sumber yang bervariasi dan memperkaya.
3. Merencanakan metodologi yang luas dan metode yang lebih bervariasi
Misalnya dengan memberikan project, pengembangan minat dan aktivitas-
aktivitas menggugah (playful). Menerapkan informasi terbaru, hasil-hasil
penelitian atau kemajuan program-program pendidikan terkini.
Menurut Sumantri (2015: 440-441) dikutip dari Passow (1993) dalam
Ibrahim Bafadal (2013) menyarankan bahwa dalam merancang program
pengayaan, penting untuk memerhatikan tiga hal :
1. Keluasan dan kedalaman dari pendekatan yang digunakan pendekatan dan
materi yang diberikan tidak hanya berisi yang luarnya (kulit-kulitnya) saja tetapi
diberikan dengan lebih menyeluruh dan lebih mendalam. Contoh: membahas
mengenai prinsip Phytagoras, tidak: hanya memberikan rumus dan pemecahan
soal saja tetapi juga memberikan pemahaman yang luas dari mulai sejarah
terbentuknya hukum-hukum Phytagoras dan bagaimana penerapan prinsip
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tempo dan kecepatan dalam membawakan program
Sesuaikan cara pemberian materi dengan tempo dan kecepatan peserta didik
dalam menangkap materi yang diajarkan. Hal ini berkaitan dengan kecepatan
daya tangkap yang dimiliki peserta didik sehingga materi dapat diberikan dengan
lebih mendalam dan lebih dinamis untuk menghindari kebosanan karena peserta
didik yang telah menguasai materi pembelajaran yang diberikan di kelas.

19
3. Memerhatikan isi dan tujuan dari materi yang diberikan
Hal ini bertujuan agar kurikulum yang dirancang lebih tepat guna dan responsif
terhadap kebutuhan peserta didik. Renzulli (1979) menyatakan bahwa program
pengayaan berbeda dengan program akselerasi karena pengayaan di rancang
dengan lebih memerhatikan keunikan dan kebutuhan individual dari peserta
didik.
According to Renzulli in Olenchak (1995: 389), the principles of enrichment
learning and teaching :
1. Each learner is unique, and therefore, all learning experiences must be examined
in ways that take into account the abilities, interests, and learning styles of the
individual.
2. Learning is more effective when students enjoy what they are doing, and
therefore, learning experiences should be constructed and assessed with as much
concern for enjoyment as for other goals.
3. Learning is meaningful and enjoyable when content (i.e., knowledge) and
process (i.e., thinking skills, methods of inquiry) are learned within the context
of a real and present problem, and therefore, attention should be given to
opportunities to personalize student choice in problem selection, the relevance
of the problem for individual students at the time the problem is being addressed,
and strategies for assisting students in personalizing problems they might choose
to study.
4. Some formal instruction may be used in enrichment learning and teaching, but a
major goal of this approach to learning is to enhance knowledge and thinking
skill acquisition gained through teacher instruction with applications of
knowledge and skills that result from students’ construction of meaningfulness.
Menurut Nugroho (2018: 63), agar pembelajaran pengayaan dapat bermakna
bagi siswa maka perlu diperhatikan beberapa prinsip, sebagaimana dipaparkan oleh
Khatena (1992), yakni inovasi, kegiatan yang memperkaya, memperkenalkan
metodologi yang luas dan lebih kaya.Guru dituntut untuk berinovasi dengan tetap
memperhatikan kekhasan peserta didik, karakteristik kelas serta lingkungan hidup
dan budaya peserta didik. Pembelajaran pengayaan antara satu peserta didik dengan
peserta didik lain bisa jadi berbeda, tergantung minat dan karakteristik peserta didik

20
tersebut. Pembelajaran pengayaan juga mesti ditujukan dalam rangka memperkaya
pengetahuan, pengalaman, dan wawasan peserta didik.
Pembelajaran pengayaan bersifat menyenangkan, membangkitkan minat,
mengajak berpikir kritis, dan meningkatkan daya imajinasi. Apa yang disebutkan
terakhir, yakni meningkatkan imajinasi,memang jarang disebut, meski sebenarnya
sangat penting dalam mengembangkan ilmu-ilmu sains yang telah dikuasai.Oleh
sebab itu, sekali lagi, guru perlu merencanakan secara matang pembelajaran
pengayaan yang akan diberikan kepada siswa dengan rancangan metode-metode
yang (playful).
2.1.8 Keterkaitan KKM terhadap Program Pengayaan
Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria
ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada
standar kompetensi lulusan. Dalam menetapkan KKM, satuan pendidikan harus
merumuskannya secara bersama antara kepala sekolah, pendidik, dan tenaga
kependidikan lainnya. KKM dirumuskan setidaknya dengan memperhatikan 3
(tiga) aspek: karakteristik peserta didik (intake), karakteristik mata pelajaran
(kompleksitas materi/kompetensi), dan kondisi satuan pendidikan (daya dukung)
pada proses pencapaian kompetensi (Malawi, dkk, 2015: 230).
Menurut Astiti (2017: 8), Kriteria–kriteria Ketuntasan Minimal tersebut
antara lain :
a. Karakteristik Mata Pelajaran (kompleksitas)
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengetahui karakteristik mata pelajaran ini
adalah menganai rumit tidaknya kompetensi yang harus dicapai siswa. Bila
semakin besar usaha yang diperlukan siswa untuk mencapai kompetensi pada
mata pelalajaran tertentu berarti KKM-nya akan lebih kecil daripada semakin
mudah siswa dalam mencapai kompetensi suatu mata pelajaran.
b. Daya dukung
Daya dukung yang dimaksud adalah kondisi dan karakteristik yang ada
disekolah, misalnya kelengkapan alat praktikum, kelengkapan peralatan belajar,
fasilitas yang disediakan di sekolah, dan lainnya. Semakin lengkap daya dukung
yang ada di sekolah maka besarnya KKM yang ditetapkan dapat lebih tinggi.

21
c. Karakteristik Peserta Didik (inkate)
Besar kecilnya nilai KKM juga dipengaruhi oleh karakter peserta didik. Hal yang
dimaksud adalah dengan melihat input siswa. Diantaranya bagaimana motivasi
belajar mereka, bagaimana dukungan orang tua terhadap kemajuan belajar, dan
lainnya. Input dipilih melalui seleksi pendaftaran sebagai calon siswa yang
mendaftar.
Adanya penetapan KKM tersebut menyebabkan terjadinya dua macam
kegiatan tambahan yaitu kegiatan remedial dan pengayaan. Pengayaan merupakan
kegiatan tambahan yang diberikan kepada peserta didik yang telah mendapatkan
nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Kegiatan ini
dapat dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain dengan memberikan tugas,
materi ataupun soal tambahan kepada peserta didik. Namun seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat saat ini,
hendaknya tenaga pendidik mampu memanfaatkan perkembangan teknologi
tersebut menjadi sebuah inovasi baru dalam pembelajaran misalnya dengan
menerapkannya pada kegiatan pengayaan (Meikasari dan Listiadi, 2016: 2).
Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada peserta
didik yang telah melampaui KKM. Fokus pengayaan adalah pendalaman dan
perluasan dari kompetensi yang dipelajari. Pengayaan biasanya diberikan segera
setelah peserta didik diketahui telah mencapai KKM berdasarkan hasil PH.
Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan sekali, tidak berulang kali
sebagaimana pembelajaran remedial. Pembelajaran pengayaan umumnya tidak
diakhiri dengan penilaian. Bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat
dilakukan dengan belajar mandiri atau kelompok (Malawi, dkk, 2015: 231).
2.1.9 Langkah-langkah Pelaksanaan Program Pengayaan
Langkah-langkah dalam program pengayaan tidak terlalu jauh berbeda
dengan program pembelajaran remedial. Diawali dengan kegiatan identifikasi,
kemudian perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Guru tidak perlu menunggu
diperolehnya penilaian autentik terhadap kemampuan peserta didik. Apabila
melalui observasi dalam proses pembelajaran, peserta didik sudah terindikasi
memiliki kemampuan yang lebih dari teman lainnya, bisa ditandai dengan:
penguasaan materi yang cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat.

22
Sehingga peserta didik sering kali memiliki waktu sisa yang lebih banyak,
dikarenakan cepatnya dia menyelesaikan tugas atau menguasai materi. Di sinilah
dibutuhkan kepekaan guru dalam merencanakan dan memutuskan untuk
melaksanakan program pengayaan (Sumantri, 2015: 442).
Menurut Majid (2014: 170-171), pelaksanaan program pengayaan terbagi
menjadi dua yaitu :
1. Cara yang ditempuh
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran tuntas, kondisi yang sebaliknya
dari program remedial adalah akan selalu ada siswa-siswi yang lebih cepar
menguasai kompetensi yang ditetapkan. Siswa-siswi inipun tidak boleh
diterlantarkan. Mereka perlu mendapatkan tambahan pengetahuan dan atau
keterampilan melalui program pengayaan sesuai dengan kapasitasnya.
Adapun cara yang dapat ditempuh diantaranya adalah :
a. Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang bertujuan memperluas
wawasan bagi KD tertentu.
b. Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model, grafik, bacaan/
paragraf, dan sebagainya.
c. Memberikan soal-soal latihan tambahan yang bersifat pengayaan.
d. Membantu guru membimbing teman-temannya yang belum mencapai
ketuntasan.
2. Materi dan waktu pelaksanaan program pengayaan
a. Program pengayaan diberikan sesuai dengan KD-KD yang dipelajari.
b. Waktu pelaksanaan program pengayaan adalah :
1) Setelah mengikuti tes/ujian KD tertentu.
2) Setelah mengikuti tes/ujian blok atau kesatuan KD tertentu; semester
tertentu. Khusus untuk program pengayaan yang dilaksanakan pada akhir
semester ini, materinya juga hanya yang berkaitan dengan KD-KD yang
terkait dengan blok terakhir dari blok-blok yang ada pada semester
tertentu.
Menurut Sumantri (2015: 442) dikutip dari Winner, 1996, dalam Santrock
(2007), mengemukakan karakteristik, peserta didik yang berbakat antara lain :

23
1. Peserta didik berbakat biasanya cermat dalam setiap hal ataupun kesempatan di
mana mereka harus menggunakan kemampuannya. Mereka adalah anak-anak
yang selalu menjadi yang pertama dalam menguasai suatu pelajaran dengan
usaha yang juga minimal dibandingkan teman-teman atau peserta didik-peserta
didik yang lain yang dikarenakan mereka sejak lahir memiliki kemampuan yang
tinggi dalam satu atau beberapa bidang.
2. Dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik yang berbakat dapat berhasil
memecahkan masalah secara tepat dengan cara yang ia kembangkan atau ia
temukan sendiri. Peserta didik yang berbakat dapat menangkap atau lebih
menyukai petunjuk yang tidak eksplisit dibandingkan dengan peserta didik yang
lain.
3. Memiliki hasrat untuk "menguasai". Mereka memiliki hasrat, obsesi dan minat
dan kemampuan untuk fokus, sehingga sangat mudah baginya untuk memahami
dan menguasai suatu hal.
Guru diharapkan lebih peka dalam mengenali peserta didik yang memiliki
karakteristik ini, dikarenakan mereka memiliki kebutuhan yang juga berbeda
dibandingkan dengan teman-temannya.
Menurut Sumantri (2015: 453-458), adapun langkah-langkah dalam
melaksanakan program pengayaan di sekolah yaitu sebagai berikut :
1. Identifikasi Permasalahan Pembelajaran
Secara umum identifikasi awal bisa dilakukan melalui:
a. Observasi.
b. Wawancara terhadap peserta didik atau terhadap orang-orang di lingkungan
peserta didik.
2. Membuat Perencanaan
Setelah melakukan identifikasi awal terhadap permasalahan belajar anak, guru
telah memperoleh pengetahuan yang utuh tentang peserta didik dan mulai untuk
membuat perencanaan. Penetapan perencanaan dilakukan melalui beberapa
tahapan :
a. Menetapkan tujuan pembelajaran.
b. Kurikulum.
c. Menyiapkan media pembelajaran.

24
d. Menetapkan strategi pembelajaran.
e. Menyiapkan materi-materi pendukung.
3. Pelaksanaan Program Remedial dan Pengayaan
Setelah perencanaan disusun, langkah selanjutnya adalah melaksanakan.
Program pembelajaran remedial. Ada tiga fokus penekanan:
a. Penekanan pada keunikan peserta didik.
b. Penekanan pada adaptasi materi ajar.
c. Penekanan pada strategi/metode pembelajaran.
4. Evaluasi
Evaluasi melalui penilaian autentik dilakukan setelah program remedial selesai
dilaksanakan. Berdasarkan basil evaluasi, bila peserta didik belum mencapai
kompetensi minimal (tujuan) yang ditetapkan guru, maka guru perlu meninjau
kembali strategi pembelajaran yang diterapkannya atau melakukan identifikasi
(analisis kebutuhan) terhadap peserta didik dengan lebih seksama.
Menurut Izzati (2015: 57-58), bentuk-bentuk pelaksanaan program
pengayaan diantaranya adalah:
1. Menugaskan siswa membaca materi pokok dalam kompetensi dasar selanjutnya
2. Memfasilitasi siswa melakukan percobaanpercobaan, soal latihan, menganalisa
gambar, dan sebagainya
3. Memberikan bahan bacaan untuk didiskusikan guna menambah wawasan para
siswa
4. Membantu guru membimbing teman-temannya yang belum mencapai standar
ketuntasan belajar minimum.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa program
pengayaan adalah salah satu upaya untuk membantu siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah
dimilikinya.
2.2 Kajian Kritis
Program pengayaan dapat diartikan sebagai kegiatan memberikan
tambahan/perluasan pengalaman kepada peserta didik yang teridentifikasi
melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum. Peserta didik yang
sudah melampaui ketuntasan belajar maka perlu diberikan tambahan pengetahuan

25
atau pengalaman pembelajaran yang lebih dibanding mereka yang belum mencapai
ketuntasan minimal yang ditetapkan. Dalam hal ini, guru mesti menyiapkan
program pembelajaran pengayaan yang mendukung perkembangan peserta didik ke
arah yang lebih baik. Guru bisa memberikan pendalaman dan perluasan dari KD
yang sedang diajarkan atau memberikan materi dalam KD yang berikutnya. Dalam
program pengayaan, guru memfasilitasi peserta didik untuk memperkaya wawasan
dan keterampilannya serta mampu mengaplikasinya dalam kehidupan sehari-hari
dengan memberikan berbagai sumber belajar, antara lain: perpustakaan, majalah
atau koran, internet, narasumber/pakar, dan lain-lain.
Pentingnya melaksanakan program pengayaan dikarenakan yang pertama
yaitu melalui pengayaan dapat menumbuhkan minat peserta didik, siswa dapat
menemukan kemungkinan yang berkaitan dengan ide atau bidang studi melalui
pemeliharaan minat, karena berbagai peluang pengayaan direncanakan oleh guru,
orang tua, dan siswa itu sendiri, penting untuk menambah pengayaan seperti yang
terjadi di kelas, dalam kegiatan ekstrakurikuler yang disponsori oleh sekolah, dan
di masyarakat dan di luar. Yang kedua adalah memupuk bakat, mengembangkan
keahlian, atau keduanya, melalui pengayaan peserta didik dapat berinteraksi dengan
para ahli, menemukan ide-ide yang mendorong untuk mengejar yang masih belum
diketahuinya. Yang ketiga yaitu dapat meningkatkan prestasi, tanpa peluang
pembelajaran yang tepat baik di dalam maupun di luar sekolah, peserta didik tidak
dapat mencapai pada tingkat yang mengakar ke potensi mereka.
Tujuan utama dari program pengayaan adalah untuk menciptakan
terlaksananya pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik agar dapat lebih
memperkaya penguasaan materi pelajaran dan juga dapat melatih keterampilan-
keterampilan baru bagi peserta didik seperti dapat membedakan antara informasi
yang spesifik-masalah, relevan, dan tidak relevan, memeriksa cara-cara di mana
strategi pemecahan masalah disesuaikan dengan situasi penyelesaian masalah
lainnya, dapat berkomunikasi dengan cara yang hidup, dan masih banyak yang
lainnya.
Fungsi pengayaan yaitu dapat memperkaya proses belajar mengajar.
Pengayaan dapat melalui atau terletak dalam segi metode yang dipergunakan dalam
pengajaran remedial sehingga hasil yang diperoleh lebih banyak, lebih dalam atau

26
dengan singkat prestasi belajarnya lebih kaya. Adanya daya dukung fasilitas teknik,
serta sarana penunjang yang di perlukan. Sasaran pokok fungsi ini ialah agar hasil
remedial itu lebih sempurna dengan diadakannya pengayaan. Semakin banyak hasil
belajar yang diperoleh dan semakin dalam ilmu yang didapat, maka prestasi
belajarnya pun semakin meningkat.
Jenis-jenis program pengayaan yaitu dapat berupa kegiatan eksploratori yang
masih terkait dengan KD yang sedang dilaksanakan yang di rancang untuk disajikan
kepada peserta didik. Sajian yang dimaksud contohnya: bisa berupa peristiwa
sejarah, buku, narasumber, penemuan, uji coba, yang secara reguler tidak tercakup
dalam kurikulum. Selanjutnya adalah keterampilan proses yang di perlukan oleh
peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap
topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran sendiri. Yang terakhir adalah
pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki
kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/
penelitian ilmiah.
Ada beberapa model pengayaan yaitu pertama Model Renzulli yang dibuat
untuk menyediakan variasi pengalaman pengayaan. Yang kedua Model IPPM
Treffinger, model ini lebih menekankan pada proses identifikasi untuk
merencanakan program studi individu anak berbakat berdasarkan bakat, kekuatan,
dan minatnya. Yang ketiga yaitu Model Purdue Three-stage, model ini diterapkan
dalam ruang khusus dengan kelompok kecil antara 8-15 anak berbakat. Yang
keempat yaitu Model Antonomous Learner, model ini berusaha untuk menemukan
kebutuhan akademik, sosial, emosional anak berbakat, yang bertujuan untuk
menjamin kebebasan anak berbakat dan bertanggung jawab terhadap belajarnya.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengonsep program
pengayaan terbagi tiga. Pertama adalah inovasi, guru perlu menyesuaikan program
yang diterapkannya dengan kekhasan peserta didik, karakteristik kelas serta
lingkungan hidup dan budaya peserta didik. Yang kedua adalah kegiatan yang
memperkaya, dalam menyusun materi dan mendesain pembelajaran pengayaan,
kembangkan dengan kegiatan yang menyenangkan, membangkitkan minat,
merangsang pertanyaan, dan sumber-sumber yang bervariasi dan memperkaya.

27
Yang ketiga adalah merencanakan metodologi yang luas dan metode yang lebih
bervariasi, misalnya dengan memberikan projek, pengembangan minat dan
aktivitas-aktivitas menggugah (playful). Menerapkan informasi terbaru, hasil-hasil
penelitian atau kemajuan program-program pendidikan terkini.
Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria
ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada
standar kompetensi lulusan. Dalam menetapkan KKM, satuan pendidikan harus
merumuskannya secara bersama antara kepala sekolah, pendidik, dan tenaga
kependidikan lainnya. KKM dirumuskan setidaknya dengan memperhatikan 3
(tiga) aspek: karakteristik peserta didik (intake), karakteristik mata pelajaran
(kompleksitas materi/kompetensi), dan kondisi satuan pendidikan (daya dukung)
pada proses pencapaian kompetensi
Adanya penetapan KKM tersebut menyebabkan terjadinya dua macam
kegiatan tambahan yaitu kegiatan remedial dan pengayaan. Pengayaan merupakan
kegiatan tambahan yang diberikan kepada peserta didik yang telah mendapatkan
nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah pelaksanaan program pengayaan tidak terlalu jauh berbeda
dengan program pembelajaran remedial. Diawali dengan kegiatan identifikasi,
kemudian perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Guru tidak perlu menunggu
diperolehnya penilaian autentik terhadap kemampuan peserta didik. Apabila
melalui observasi dalam proses pembelajaran, peserta didik sudah terindikasi
memiliki kemampuan yang lebih dari teman lainnya, bisa ditandai dengan:
penguasaan materi yang cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat.
Sehingga peserta didik sering kali memiliki waktu sisa yang lebih banyak,
dikarenakan cepatnya dia menyelesaikan tugas atau menguasai materi. Di sinilah
dibutuhkan kepekaan guru dalam merencanakan dan memutuskan untuk
melaksanakan program pengayaan.

28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Program pengayaan dapat diartikan sebagai kegiatan memberikan
tambahan/perluasan pengalaman kepada peserta didik yang teridentifikasi
melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum. Peserta didik yang
sudah melampaui ketuntasan belajar maka perlu diberikan tambahan pengetahuan
atau pengalaman pembelajaran yang lebih dibanding mereka yang belum mencapai
ketuntasan minimal yang ditetapkan. Dalam hal ini, guru mesti menyiapkan
program pembelajaran pengayaan yang mendukung perkembangan peserta didik ke
arah yang lebih baik.
Pentingnya melaksanakan program pengayaan dikarenakan melalui
pengayaan maka dapat menumbuhkan minat peserta didik, memupuk bakat, dapat
meningkatkan prestasi. Tujuan utama dari program pengayaan adalah untuk
menciptakan terlaksananya pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik
agar dapat lebih memperkaya penguasaan materi pelajaran dan juga dapat melatih
keterampilan-keterampilan baru bagi peserta didik.
Fungsi pengayaan yaitu dapat memperkaya proses belajar mengajar.
Pengayaan dapat melalui atau terletak dalam segi metode yang dipergunakan dalam
pengajaran remedial sehingga hasil yang diperoleh lebih banyak, lebih dalam atau
dengan singkat prestasi belajarnya lebih kaya.
Jenis-jenis program pengayaan yaitu dapat berupa kegiatan eksploratori yang
masih terkait dengan KD yang sedang dilaksanakan yang di rancang untuk disajikan
kepada peserta didik, keterampilan proses yang di perlukan oleh peserta didik agar
berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati
dalam bentuk pembelajaran sendiri, dan pemecahan masalah nyata dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/
penelitian ilmiah. Ada beberapa model pengayaan yaitu pertama Model Renzulli,
Model IPPM Treffinger, Model Purdue Three-stage, dan Model Antonomous
Learner. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengonsep program
pengayaan terbagi tiga yaitu inovasi, kegiatan yang memperkaya, dan
merencanakan metodologi yang luas dan metode yang lebih bervariasi.

29
Langkah-langkah pelaksanaan program pengayaan tidak terlalu jauh berbeda
dengan program pembelajaran remedial. Diawali dengan kegiatan identifikasi,
kemudian perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Guru tidak perlu menunggu
diperolehnya penilaian autentik terhadap kemampuan peserta didik. Apabila
melalui observasi dalam proses pembelajaran, peserta didik sudah terindikasi
memiliki kemampuan yang lebih dari teman lainnya, bisa ditandai dengan:
penguasaan materi yang cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat.
Sehingga peserta didik sering kali memiliki waktu sisa yang lebih banyak,
dikarenakan cepatnya dia menyelesaikan tugas atau menguasai materi. Di sinilah
dibutuhkan kepekaan guru dalam merencanakan dan memutuskan untuk
melaksanakan program pengayaan.
3.2 Saran
Penggunaan program pembelajaran yang baik dapat membantu meningkatkan
kemampuan berpikir siswa dengan baik pula, terutama pada siswa yang telah
memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan teman-temannya
yang lain. Salah satu program yang bisa digunakan yaitu program pengayaan yaitu
merupakan kegiatan yang diperuntukkan bagi peserta didik yang memiliki
kemampuan akademik yang tinggi yang berarti mereka adalah peserta didik yang
tergolong cepat dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Oleh karena itu, sebaiknya
tenaga pendidik memahami bagaimana cara menerapkan maupun melaksanakan
program pengayaan ini dengan baik agar pelaksanaannya dapat mencapai tujuan
seperti yang diinginkan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Reni dan Hawadi. 2010. Menguatkan Bakat Anak. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Aljughaiman, A. M and Alaa, E. A. Ayoub. 2014. Evaluating the Effects of the


Oasis Enrichment Model on Gifted Education: A Meta-Analysis Study. Saudi
Arabia: Talent Development & Excellence Vol. 5, No. 1.

Alzoubi, S.M. 2014. Effects of Enrichment Programs on the Academic Achievement


of Gifted and Talented Students. Saudia Arabia: Journal for the Education of
the Young Scientist and Giftedness. Vol. 2, Issu. 99.

Astiti, K. A. 2017. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

Beecher, Margaret dan Sweeny, S.M. 2008. Closing the Achievement Gap With
Curriculum Enrichment and Differentiation: One School’s Story. Amerika
Serikat: Journal of Advanced Academics. Vol. 19, No. 3.

Dai dan Kuo. 2016. Gifted Education in Asia Problems and Prospects. America:
Information Age Publishing.

Izzati, Nurma. 2015. Pengaruh Penerapan Program Remedial dan Pengayaan


Melalui Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa. Cirebon: Jurnal EduMa. Vol. 4, No. 1, ISSN: 2086-3918.

Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Malawi, I., Kadarwati, A., dan Dayu, D. P. K. 2015. Pembaharuan Pembelajaran


di Sekolah Dasar. Jawa Timur : CV. AE MEDIA GRAFIKA.

Masbur. 2012. Remedial Teaching Sebagai Suatu Solusi. Aceh: Jurnal Ilmiah
DIDAKTIKA Vol. XII, No.2.

McCombs, et.al. 2014. Ready for Fall?Near-Term Effects of Voluntary Summer


Learning Programs on Low-Income Students’ Learning Opportunities and
Outcomes. California: RAND Corporation.

31
Meikasari, Yurine dan Listiadi, Agung. 2016. Pengembangan Game “Bingo
Accounting” sebagai Media Pengayaan pada Materi Jurnal Penyesuaian
Perusahaan Jasa di SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung. Surabaya: Jurnal
Pendidikan. Vol. 04, No. 03.

Murphy, et.al. 2014. Handbook on Innovations in Learning. America: Information


Age Publishing.

Nugroho, M.Y.A. 2018. Cerita Fiksi Sebagai Bacaan Pengayaan Pembelajaran


Sains di Sekolah. Jawa Tengah: Jurnal PROSIDING Seminar Nasional
Pendidikan Fisika. Vol. 1, No. 1, ISSN: 2615-2789.

Olenchak, F.R. 1995. Effects of Enrichment on Gifted/ Learning-Disabled Students.


Virginia: Journal for the Education of the Gifted. Vol. 18, No. 4.
Reis, S.M., Marcia, G and Maxfield, L.R. 1998. The Application of Enrichment
Clusters to Teachers' Classroom Practices. Mankato: Journal for the
Education of the Gifted. Vol. 21, No. 3.

Renzulli, et.al. 2014. Enrichment Clusters a Practical Plan for Real-Word, Student-
Driven Learning. Texas: Prufrock Press.

Roberts, Julia L. 2005. Enrichment Opportunities for Gifted Learnes. Texas:


Prufrock Press.

Sagala, Syaiful. 2017. Human Capital : Membangun Modal Sumber Daya Manusia
Berkarakter Unggul Melalui Pendidikan Berkualitas. Depok: KENCANA.

Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta : PT.


Grasindo.
Sumantri, M.S. 2015. Strategi Pembelajaran : Teori dan Praktek di Tingkat
Pendidikan Dasar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soewarno, dkk. 2016. Pelaksanaan Program Remedialdi SD Negeri Cot Baroh


Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie. Aceh: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FKIP Unsyiah. Vol. 1, No. 1.

32
Syamsi, Atikah. 2007. Implementasi Program Remedial Teaching di Kelas
Akselerasi SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal
Pendidikan Agama Islam. Vol. IV, No.1.

Tjahjadarmawan, Elizabeth. 2017. Best Practice Guru dalam Tugas Pembelajaran


di Sekolah. Yogyakarta: CV Budi Utama.

33

Anda mungkin juga menyukai