Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA

“Merancang Media 3 Dimensi Dalam Pembelajaran Fisika”.

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 8 :

ANA SARI PULSANDE (A1C317040)

LILIS FATONA (A1C317030)

LOIS KUSUMAWATI SETIAWAN (A1C317060)

TEANA NISA EKA CITRA (A1C317002)

RIZKIKA (RSA1C317003)

KELAS : FISIKA REGULER B

DOSEN PENGAMPU :

DIAN PERTIWI RASMI, S.Pd., M.Pd

PENDIDIKAN FISIKA

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Media Pembelajaran Fisika
yang berjudul “Merancang Media 3 Dimensi Dalam Pembelajaran Fisika”.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dian Pertiwi
Rasmi, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Media Pembelajaran
Fisika yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini. Serta tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari Ibu sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Jambi, 28 September 2018

Penulis
DAFTAR
ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..2
C. Tujuan Pembahasan……………………………………………………………2
D. Manfaat Pembahasan…………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Media dan Media Pembelajaran…………………………………...4
B. Fungsi Media Pembelajaran…………………………………………………...6
C. Pengertian Media Pembelajaran Tiga Dimensi………………………………..6
D. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran Tiga Dimensi…………………..8
E. Tujuan Media Pembelajaran Tiga Dimensi…………………………………....9
F. Manfaat Media Pembelajaran Tiga Dimensi……………………………........11
G. Cara Membuat Media Tiga Dimensi………………………………………….20
H. Alasan…………………………………………………………………………21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………………....21
B. Saran ………………………………………………………………………......23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu bimbingan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terciptanya
kepribadian yang utama. Pendidikan juga merupakan suatu proses yang
berkesinambungan yang bertujuan untuk membentuk kedewasaan pada diri anak.
Proses pendidikan ini dikemas dalam satu sistem yang saling berkaitan antara satu
unsur dengan unsur lainnya (Armai Arief 2002:69).
Pengertian tersebut di atas dapat dipahami bahwa sejak dulu hingga
sekarang pendidikan sangat dominan dalam upaya mengatasi segala persoalan
yang dihadapi oleh manusia, serta mampu membantu atau mengubah manusia
menuju kedewasaan. Melalui pendidikan manusia akan sanggup dipersiapkan
menjadi yang berguna, bermanfaat dan bernorma sesuai dengan pengalaman
semasa mendalami ilmu pengetahuan. Dengan demikian, pendidikan manusia atau
anak akan berkembang fisik, mental maupun spiritual.
Proses Pendidikan itu tidak lepas dari suatu dorongan untuk meningkatkan
hasil belajar. Dorongan tersebut dapat berasal dari siswa itu sendiri, keluarga,
lingkungan, dan khususnya para guru di sekolah. Guru sebagai tenaga yang
profesional dibidang kependidikan di samping memahami hal-hal yang bersifat
konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis.
Hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengolah dan melaksanakan
interaksi proses belajar mengajar mempunyai tujuan untuk mendidik dan
mengantarkan siswa ke arah kedewasaannya.
Setiap lembaga pendidikan, memiliki tujuan atau arah yang akan dicapai.
Maksud dari tujuan itu ialah suatu yang hendak dicapai dengan kegiatan atau
usaha pendidikan. Bila pendidikan itu berbentuk pendidikan formal, tujuan
pendidikan itu harus tergambar dalam suatu kurikulum. Pendidikan berusaha
mengubah keadaaan seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
dapat berbuat menjadi dapat berbuat, dari tidak bersikap seperti yang diharapkan
menjadi bersikap seperti yang diharapkan. Kegiatan pendidikan ialah usaha
membentuk manusia secara keseluruhan aspek kemanusiaannya secara utuh,
lengkap dan terpadu (Zakiah Darajat, 2001:72).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian media pembelajaran?
2. Apa fungsi media pembelajaran?
3. Apakah pengertian dari media pembelajaran tiga dimensi?
4. Apa saja jenis dan karakteristik media pembelajaran tiga dimensi?
5. Apa tujuan media pembelajaran tiga dimensi?
6. Apa manfaat media pembelajaran tiga dimensi?
7. Bagaimana cara membuat media tiga dimensi?
8. apa alasan membuat media tiga dimensi?
C. Tujuan Pembahasan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan :
1. Pengertian media pembelajaran.
2. Fungsi media pembelajaran.
3. Pengertian dari media pembelajaran tiga dimensi.
4. Jenis dan karakteristik media pembelajaran tiga dimensi.
5. Tujuan media pembelajaran tiga dimensi.
6. Manfaat media pembelajaran tiga dimensi.
7. Cara membuat media tiga dimensi.
8. Alasan membuat media tiga dimensi
D.Manfaat Pembahasan
1. Dapat mengetahui pengertian media pembelajaran.
2. Dapat mengetahui fungsi media pembelajaran.
3. Dapat mengetahui pengertian media pembelajaran tiga dimensi.
4. Dapat mengetahui jenis dan karakteristik medi pembelajaran tiga dimensi.
5. Dapat mengetahui tujuan media pembelajaran tiga dimensi.
6. Dapat mengetahui manfaat media pembelajaran tiga dimensi.
7. Dapat mengetahui cara membuat media tiga dimensi.
8. Dapat mengetahui alasan membuat media tiga dimensi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Media Pembelajaran


Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and
Communication Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti
dengan kata mediator, dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau
perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam
proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran (Azhar Arsyad, 2010:
3).
Pengertian media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan alat atau
perpaduan antara software dan hardware (Sadiman, dkk, 1996: 5). Media
pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang digunakan dalam proses dan
tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya proses pembelajaran juga merupakan
komunikasi, maka media pembelajaran bisa dipahami sebagai media komunikasi
yang digunakan dalam proses komunikasi tersebut, media pembelajaran memiliki
peranan penting sebagai sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran.
Menurut Anderson (1987) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 123).
Media dapat dibagai dalam dua kategori, yaitu alat bantu pembelajaran
(instructional aids) dan media pembelajaran (instructional media). Alat bantu
pembelajaran atau alat untuk membantu guru (pendidik) dalam memperjelas
materi (pesan) yang akan disampaikan. Oleh karena itu alat bantu pembelajaran
disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids). Misalnya OHP/OHT, film
bingkai (slide) foto, peta, poster, grafik, flip chart, model benda sebenarnya dan
sampai kepada lingkungan belajar yang dimanfaatkan untuk memperjelas materi
pembelajaran.
B. Fungsi Media Pembelajaran
Hamalik (1986) yang dikutip Azhar Arsyad (2010:15), mengemukakan
bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada orientasi pembelajaran
akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan menyampaian pesan
dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa,
media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman,
menyajikan data dengan menarik dan terpercaya. Maksudnya: bahwasanya media
pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin
pemahaman, orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat
pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan
dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarkannya. Selanjutnya
menjelaskan betapa pentingnya media pemebelajaran karena media pemebelajaran
membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan
memperbaharui semangat mereka, membantu memantapkan pengetahuan pada
benak para siswa serta menghidupkan pelajaran.
Levie dan Lentsz (1982) yang dikutip Hujair AH. Sanaky (2009: 6),
mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:
Fungsi Atensi, Fungsi Afektif, Fungsi Kognitif, Fungsi Kompensatoris. Fungsi
atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan 7 perhatian
siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna
visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada
awal pelajaran peserta didik tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata
kuliah yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.
Media visual yang diproyeksikan dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian
mereka kepada mata kuliah yang akan mereka terima. Dengan demikian,
kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi materi perkuliahan semakin
besar.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta
didik ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang
visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Misalnya informasi yang
menyangkut masalah sosial atau ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari
lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami
dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian
bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu
siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks
dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi
untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
C. Pengertian Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Istlah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari
“medium”, yang berarti perantara atau pengantar (Azhar Arsyad (2003:3). Banyak
pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian
media. Menurut Nandang dan Dede (2013:205), media adalah segala bentuk dan
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Menurut Sri Anitah (2012:5), mengemukakan pendapatnya bahwa media
merupakan segala sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang, atau alat
apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua
hal. Oleh karena itu, media pembelajaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang
mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan.
Media pendidikan merupakan bagian integral dari pembelajaran sehingga
proses belajar mengajar menjadi lebih bermutu. Karena itu, media pendidikan
disebut juga media intruksional. Media pembelajaran yang merupakan sarana dan
prasarana untuk menunjang terlaksananya kegiataan pembelajaran serta
penunjang pendidikan dan pelatihan tentunya perlu mendapat perhatian tersendiri
(Mukhtar, 2003 : 104). Namun media bukan hanya berupa alat atau bahan saja,
akan tetapi halhal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh
pengetahuan.
Suatu proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan maksimal apabila
tidak didukung oleh media sebagai sarana untuk memudahkan seorang guru untuk
berinteraksi dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Media merupakan
seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik
dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik (Danim, 1995:7).
Media tiga dimensi adalah sekelompok media tanpa proyeksi yang
penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat terwujud
sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai
tiruan yang mewakili aslinya. Benda Asli ketika akan difungsikan sebagai media
pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahan
langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda asli itu berada. Apabila benda
aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak memungkinkan dihadapkan
langsung ke tempat di mana benda itu berada, maka benda tiruannya dapat pula
berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif (Daryanto,2010:29).
Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa media tiga dimensi
merupakan alat peraga dimana membantu guru untuk menyampaikan pelajaran
terhadap siswa dengan menggunakan benda- benda tiruan dimana alat tersebut
dapat diraba dan dilihat atau tidak abstrak.
Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah, adalah
tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus
memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah
diperoleh di lingkungan sekitar. Jadi, secara umum dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran tiga dimensi merupakan sekelompok media yang berwujud
benda asli baik hidup maupun benda mati yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi
proses belajar.
D. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Setiap jenis media memiliki jenis dan karakteristik masingmasing begitu
juga pada media tiga dimensi. Masing-masing menampilkan fungsi tertentu dalam
menunjang keberhasilan proses belajar peserta didik. Dalam bukunya Nana
Sudjana yang dikutip Asrotun mengatakan media tiga dimensi memiliki lima
model, yakni:
1) Model Padat (solid model)
Yaitu memperlihatkan bagian permukaan luar dari pada objek dan sering
kali membuang bagian-bagian yang membingungkan gagasan-gagasan utamanya
dari bentuk, warna dan susunannya. Contoh model padat yaitu boneka, bendera,
bola, anatomi manusia. Guna model padat untuk membantu dan melayani para
siswa sebagai informasi berbagai pengetahuan agar siswa lebih paham dalam
pelajaran.
2) Model penampang (cuteway model)
Yaitu memperlihatkan bagaimana sebuah objek itu tampak, apabila
bagian permukaannya diangkat untuk mengetahui susunan bagian dalamnya.
Model ini berguna untuk mata pelajaran biologi, karena berfungsi untuk
mengganti objek sesungguhnya. Model penampang dibuat dengan beberapa
alasan yang antara lain benda aslinya tertutup dan terlalu besar atau terlalu kecil,
misalnya gunung berapi, sedang murid memerlukan penjelasan tentang struk-tur
bagian dalamnya.
3) Model kerja (working model)
Yaitu tiruan dari objek yang memperlihatkan bagian luar dari objek asli.
Gunanya untuk memperjelas dalam pemberian materi kepada siswa. Beberapa
contoh model kerja adalah : alat-alat matematika: mistar-sorong, busur
derajat.Peralatan musik: biola, seruling, terompet, piano, tamburin.
4) Model Mock-ups
Yaitu penyederhanaan susunan bagian pokok dan suatu proses atau sistem
yang lebih ruwet. Guru menggunakan mock-up untuk memperlihatkan bentuk
berbagai objek nyata seperti kondensator-kondensator, lampu-lampu tabung,serta
pengeras suara, lambang-lambang yang berbeda dengan apa yang tertera di dalam
diagram.
5) Model Diorama
Yaitu sebuah pemandangan 3 dimensi mini bertujuan menggambarkan
pemandangan sebenarnya. Contoh: Diorama di bagian bawah Monas Jakarta
(Asrotun,2014:17). Adapaun dalam penelitian ini menggunakan media tiga
dimensi berjenis model padat yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Praktis dalam penggunaannya
 Mampu menyajikan teori dan praktik secara terpadu
 Melibatkan siswa dalam penggunaannya
 Pesan yang sama dapat disebarkan kepada siswa secara serentak
 Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera

Penggunaan model padat media tiga dimensi pembelajaran fiqih pada


siswa sekolah menengah atas memiliki manfaat yang sangat baik bagi
perkembangan motorik siswa, karena siswa dapat berinteraksi langsung mengenai
materi perawatan jenazah yang sedang dibahas, dan dapat memegang benda yang
dimaksud untuk menggunakan langsung untuk praktik. Selain itu unsur warna
yang melekat pada media tiga dimensi itu juga dapat membuat siswa lebih tertarik
dalam mempelajari materi perawatan jenazah yang berkaitan dengan media tiga
dimensi secara khusus dan pelajaran fiqih pada umumnya.

E. Tujuan Media Pembelajaran Tiga Dimensi


Menurut (Nandang dan Dede, 2013:208) ada beberapa tujuan menggunakan
media pembelajaran, diantaranya yaitu:
1) Mempermudah proses belajar mengajar.
2) Meningkatkan efisiensi belajar mengajar.
3) Menjaga relevansi dengan tujuan belajar.
4) Membantu konsentrasi peserta didik.
5) Menumbuhkan minat belajar peserta didik.
Sedangkan Tujuan media sederhana tiga dimensi, sebagai berikut :
1) Memberikan pengalaman secara langsung.
2) Penyajian secara konkrit dan menghindari verbalisme.
3) Dapat menunjukkan objek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya.
4) Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas.
5) Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas.
Selain memiliki tujuan media tiga dimensi juga mempunyai kelemahan
yaitu tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyampaiannya
memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit (Daryanto, 2010:29).
Jadi dengan adanya media tiga dimensi akan memudahkan guru maupun
siswa dalam melakukan pengamatan serta praktek yang berkaitan dengan
pembelajaran fiqih secara konkrit, sehingga kemampuan dalam bidang keagamaan
akan meningkat.
F. Manfaat Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Dalam proses belajar mengajar media dan fasilitas sekolah dipergunakan
dengan tujuan untuk membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan
efisien. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi
yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman
(Rusman, 2012:92).
Menurut Wina Sanjaya, (2009:165-168), Edgar Dale mengemukakan
pengalaman belajar seperti yang digambarkan dalam bentuk kerucut, disebut
“kerucut pengalaman”. Adapun uraian dari “kerucut pengalaman” adalah sebagai
berikut :
1) Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil
dari aktivitas sendiri. Siswa mengalami, merasakan sendiri segala sesuatu yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan. Siswa berhubungan langsung dengan
objek yang hendak dipelajari tanpa menggunakan perantara.
2) Pengalaman tiruan adalah pengalaman yang diperolah melalui benda atau
kejadian yang dimanipulasi agar mendekati keadaan yang sebenarnya.
Pengalaman tiruan sudah bukan pengalaman langsung lagi sebab objek yang
dipelajari bukan yang asli atau yang sesungguhnya, melainkan benda tiruan yang
menyerupai benda asli.
3) Pengalaman melalui drama, yaitu pengalaman yang diperoleh dari kondisi dan
situasi yang diciptakan melalui drama (Peragaan) dengan menggunakan skenario
yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Walaupun siswa tidak mengalami
secara langsung terhadap kejadian, namun melalui drama, siswa akan lebih
menghayati berbagai peran yang disungguhkan. Tujuan belajar melalui drama ini
agar siswa memperoleh pengalaman yang lebih jelas dan konkret.
4) Pengalaman melalui demonstrasi adalah teknik penyampaian informasi melalui
peragaan. Kalau dalam drama siswa terlibat secara langsung dalam masalah yang
dipelajari walaupun bukan dalam situasi nyata, maka pengalaman melalui
demonstrasi siswa hanya melihat peragaan orang lain.
5) Pengalaman wisata, yaitu pengalamaan yang diperoleh melalui kunjungan siswa
ke suatu objek yang ingin dipelajari. Melalui wisata siswa dapat mengamati
secara langsung, mencatat, dan bertanya tentang hal-hal yang dikunjungi.
6) Pengalaman melalui pameran. Pameran adalah usaha untuk menunjukkan hasil
karya. Melalui pameran siswa dapat mengamati hal-hal yang ingin dipelajari
seperti karya seni baik seni tulis, seni pahat, atau benda-benda bersejarah, dan
hasil teknologi modern dengan berbagai cara kerjanya. Pameran lebih abstrak
sifatnya dibandingkan dengan wisata, sebab pengalaman yang diperoleh hanya
terbatas pada kegiatan mangamati wujud benda itu sendiri. Namun demikian,
untuk memperoleh wawasan, dapat dilakukan melalui wawancara dengan
pemandu dan membaca booklet yang disediakan peyelenggara.
7) Pengalaman melalui televisi merupakan pengalaman tidak langsung, sebab
televisi merupakan perantara. Melalui televisi siswa dapat menyaksikan berbagai
peristiwa yang ditayangkan dari jarak jauh sesuai dengan program yang
dirancang.
8) Pengalaman melalui gambar hidup dan film. Gambar hidup atau film merupakan
rangkaian gambar mati yang diproyeksikan pada layar dengan kecepatan tertentu.
Dengan mengamati film siswa dapat belajar sendiri, walaupun bahan belajarnya
terbatas sesuai dengan naskah yang disusun.
9) Pengalaman melalui radio, tape recorder, dan gambar. Pengalaman melalui media
ini sifatnya lebih abstrak dibandingkan pengalaman melalui gambar hidup.
10) Pengalaman melalui lambang-lambang visual, seperti grafik, gambar, dan bagan.
Sebagai alat komunikasi lambang visual dapat memberikan pengetahuan yang
lebih luas kepada siswa. Siswa lebih dapat memahami berbagai perkembangan
atau struktur melalui bagan dan lambang visual lainnya.
11) Pengalaman melalui lambang verbal, merupakan pengalaman yang sifatnya lebih
abstrak. Sebab siswa memperoleh pengalaman hanya melalui bahasa baik lisan
maupun tulisan. Kemungkinan terjadinya verbalisme sebagai akibat dari
perolehan pengalaman melalui lambang verbal sangat besar. Oleh sebab itu,
sebaiknya penggunaan bahasa verbal harus disertai dengan penggunaan media
lainnya.
Berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dale diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pengalaman itu dapat diperoleh melalui pengalaman langsung
dan pengalaman tidak langsung. Semakin langsung objek yang dipelajari, maka
semakin konkret pengetahuan yang diperoleh semakin tidak langsung
pengetahuan itu diperoleh, maka semakin abstrak pengetahuan siswa.
Dari gambaran kerucut pengalaman tersebut, siswa akan lebih konkret
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung, melalui benda-benda
tiruan, pengalaman melalui drama, demonstrasi, wisata, dan melalui pameran. Hal
ini memungkinkan karena siswa dapat secara lansung berhubungan dengan objek
yang dipelajari sedangkan siswa akan lebih semakin abstrak memperoleh
pengetahuan melalui benda atau alat perantara seperti televisi, gambar hidup/film,
radio, tape recorder, lambang visual, dan lambang verbal.
Dari kerangka pengetahuan di atas, maka kedudukan komponen media
pengajaran dalam sistem proses belajar mengajar mempunyai fungsi yang sangat
penting. Sebab, tidak semua pengalaman belajar dapat diperoleh secara langsung.
Dalam keadaan ini media dapat digunakan agar lebih memberikan pengetahuan
yang konkret dan tepat serta mudah dipahami.
Maka yang dimaksud dengan pemanfaatan media pembelajaran disini
adalah penggunaan media dalam proses belajar dan mengajar yang berkenaan
dengan taraf berfikir siswa. Menurut Asnawir dan Basyiruddin Usman (2002:24),
menjelaskan media pengajaran mempunyai beberapa manfaat antara lain :
1) Membantu memudahkan belajar siswa/mahasiswa dan membantu memudahkan
mengajar bagi guru/dosen.
2) Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi konkret).
3) Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak membosankan).
4) Semua indera murid dapat diaktifkan. Kelemahan satu indera dapat diimbangi
oleh kekuatan indera lainnya.
5) Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
6) Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya.
Menurut Arjanto (2006 : 243) menjelaskan bahwa media pengajaran
dalam proses belajar memiliki beberapa manfaat antara lain :
1) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pelajaran dengan baik.
2) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
3) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, karena siswa tidak sekedar
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan dan mendemonstrasikan dan lain-lain.
4) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
Semua nilai manfaat yang telah diuraikan diatas, jika dikaitkan dengan media
pembelajaran tiga dimensi yang diteliti adalah sebagai berikut :
1) Melakukan praktek secara langsung kepada obyek atau materi yang akan
dipelajari dan diteliti, seperti pada materi haji dan umrah, pengurusan jenazah,
dan khulafaurrasyidin.
2) Membuat peta konsep agar mempermudah pemahaman siswa terhadap materi
yang disampaikan guru. Seperti pada materi sumber-sumber hukum islam, hikmah
shalat, puasa, dan hikmah meneladani sifat khulafaurrasyidin.
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat media
pembelajaran tiga dimensi antara lain :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalitas.
2) Memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dan langsung.
3) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, karena siswa tidak sekedar
mendengarkan uraian guru, tetapi juga mengamati, melakukan, dan
mendemonstrasikan bahan-bahan pelajaran yang sedang dihadapi.
G. Cara Membuat Media Tiga Dimensi
1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2) Ukur sterofoam yang akan dibentuk menjadi planet dan matahari sesuai ukuran
masing-masing.
3) Buatlah sterofoam berbentuk lingkaran dan lapisi bagian luarnya dengan plastisin
yang warnanya disesuaikan dengan warna planet.
4) Potong kertas origami berukuran 6×6 yang mana akan digunakan sebagai jalan di
papan sterofoam.
5) Tempelkan kertas origami pada sterofoam sesuai alur yang dibuat.
6) Buat beberapa informasi tentang masing-masing planet sebagai bahan
pengetahuan bagi siswa dan letakkan pada masing-masing zona planet.
7) Tambahkan kotak pertanyaan pada jalan agar lebih menyenangkan.
8) Buat aturan permainan pada pembelajaran dengan menggunakan mock-up ini,
kurang lebih seperti peraturan di monopoli (ada hukuman, kesempatan, dll).
H. Alasan
Kelompok kami memilih media tiga dimensi berbentuk mock-up dengan tujuan
agar pembelajaran khususnya materi fisika tentang sistem tata surya dapat lebih
mudah dipahami dan pembelajarannya pun kebih menyenangkan. Pembelajaran
dengan menggunakan mock-up ini dapat digunakan untuk mengatasi kebosanan
siswa terutama saat jam pelajaran siang hari.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pelajaran yang


mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Selain
membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat
membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan
menarik dan memadatkan informasi. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sehingga melahirkan teknologi audio
visual yang menggabungkan penemuan mekanik dan elektronik untuk tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari pembuatan media pembelajaran
pengenalan tata surya dan exoplanet dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran ini dapat digunakan sebagai media dalam proses belajar
mengajar pada materi tata surya untuk Sekolah Menengah Pertama. Selain itu,
multimedia interaktif berbasis 3 dimensi lebih menarik dan lebih interaktif
dibandingkan dengan multimedia interaktif berbasis 2 dimensi dalam hal
animasi.

B. Saran
Semoga pembaca tidak pernah puas dengan materi yang ada di makalah ini,
dan terus mencari ilmu pengetahuan dari sumber lainnya untuk mengetahui
lebih mendalam informasi tentang media audio dalam proses pembelajaran.
Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya bagi
pembaca dan khususnya bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Armai Arief. 2002. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


Asnawir dan Basyiruddin Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta : Ciputat Pers.
Asrotum. 2014. Penggunaan Media Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Azhar Arsyad. 2003. Media Pembelajaran. Jakarata : PT Raja Grafindo Persada.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta : Penerbit Gava Media.

Anda mungkin juga menyukai