PENDAHULUAN
Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti itu akan memiliki resiko
hasil yang didapatkan dari proses belajar kurang maksimal. Dalam rangka
membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan,
pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Untuk mengatasi masalah-masalahbelajar tersebut, setiap satuan
pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran remedial atau
perbaikan. Mengingat pentingnya pemahaman menyeluruh konsep dasar dari
kurikulum ini, maka penulis tergerak untuk menyusunnya menjadi sebuah makalah
yang khusus mengungkap mengenai hal tersebut.
1
5. Apa saja prinsip dasar pengajaran remedial?
6. Apa saja pendekatan dalam pengajaran remedial di Sekolah?
7. Bagaimana proses pengajaran remedial?
8. Apa saja keterbatasan dalam pengajaran remedial?
1.3 Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari model pengajaran remedial.
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi model pengajaran remedial.
3. Untuk mengetahui bentuk dan aspek pengajaran remedial.
4. Untuk memahami prinsip dasar pengajaran remedial.
5. Untuk mengetahui pendekatan dalam pengajaran remedial di Sekolah.
6. Untuk memahami proses pengajaran remedial.
7. Untuk mengetahui keterbatasan dalam pengajaran remedial.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
According to Jangid and Inda (2016: 98), remedial teaching methods are
innovative teaching strategy designed to improve the storage and retrieval of
information from long-term memory. Remedial education is education which is
designed to bring students who are lagging behind up to the level of achievement
realized by their peers. Remedial Teaching means that help is offered to students
who need pedagogical or didactic assistance. These are often children who function
at a lower than average level because of a certain learning- or behavioral
problem/disorder. However, remedial teaching can also be offered to pupils who
accomplish at a higher than average level, they also can do with the extra attention
and care.
Menurut Jangid dan Inda (2016: 98), metode pengajaran remedial adalah
strategi pengajaran yang inovatif yang dirancang untuk meningkatkan
penyimpanan dan pengambilan informasi dari memori jangka panjang. Pendidikan
3
remedial adalah pendidikan yang dirancang untuk membawa siswa yang tertinggal
ke tingkat pencapaian yang direalisasikan oleh rekan-rekan mereka. Pengajaran
remedial berarti bahwa bantuan ditawarkan kepada siswa yang membutuhkan
bantuan pedagogis atau didaktik. Ini sering anak-anak yang berfungsi pada tingkat
yang lebih rendah daripada rata-rata karena masalah / gangguan belajar-atau
perilaku tertentu. Namun, pengajaran remedial juga dapat ditawarkan kepada siswa
yang mencapai tingkat di atas rata-rata, mereka juga dapat melakukan dengan
perhatian dan perhatian ekstra.
Menurut Kumar (2016: 36-38), istilah perbaikan digunakan dalam arti yang
lebih luas untuk berkonotasi pengajaran yang berkembang dalam lingkupnya.
Meskipun sekolah kami memiliki murid yang tidak memiliki cacat atau kesalahan
tertentu yang perlu diperbaiki, ada sekelompok siswa yang sangat membutuhkan
bantuan dalam mengembangkan peningkatan kompetensi dalam membaca dan
proses mendasar lainnya. Dalam kasus mereka, ini bukan masalah utama
pengajaran ulang atau perbaikan kesalahan, tetapi lebih kepada mengajarkan
mereka untuk pertama kalinya ketrampilan dasar yang hanya dibutuhkan dan
kelihatannya kurang. Pengajaran remedial melibatkan mengambil murid di mana
4
satu dan mulai dari titik itu mengarah satu ke prestasi yang lebih besar. Ini hanya
pengajaran yang efektif di mana pembelajar dan kebutuhannya menempati titik
fokus. Pengajaran remedial adalah bagian integral dari semua pengajaran yang baik.
Dibutuhkan murid di tingkat sendiri dan dengan metode motivasi intrinsik
membawanya ke peningkatan standar kompetensi. Hal ini didasarkan pada
diagnosis defek yang cermat dan secara umum terhadap kebutuhan dan minat siswa.
5
untuk memenuhi kebutuhan/ hak peserta didik. Dalam pembelajaran remedial,
pendidik membantu peserta didik untuk memahami kesulitan belajar yang dihadapi
secara mandiri, mengatasi kesulitan dengan memperbaiki sendiri cara belajar dan
sikap belajarnya yang optimal. Dalam hal ini, penilaian merupakan assessment as
learning.
6
siswa mempelajari bahan yang sama dari buku pelajaran, buku paket atau sumber-
sumber bacaan yang lain.Memberikan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh
siswa.Bimbingan yang diberikan secara individu maupun kelompok kecil oleh guru
atau pembimbing (siswa yang telah tuntas dan dapat dipercaya untuk menerangkan
atau membantu temannya yang belum tuntas).
7
junior school. In a few cases they work in centres which children attend several
times a week. More frequently they are peripatetic teachers visiting a numberof
schools to teach groups and in some well organized services giving advice on
materials and methods, undertaking surveys and other services. Their work should
be closely integrated with the school pshychological services. Sometimes they work
in and from child guidance centres.
According to Jangid and Inda (2016: 98-99), there are a unit variety of
reasons why a student would possibly would like remedial education. Some students
attend schools of poor quality and do not receive adequate grounding in
mathematics and language to organize them for school or life. Other students might
have transferred in and out faculties’ of colleges or missed school plenty, making
gaps in their education that contribute to the lack of information in core subjects.
Students can also have learning disorders and other problems that have impaired
their ability to find out. In remedial education, people are usually given assessments
to determine their level of competency. Based on test results, the pupils are placed
in classes which are most likely to provide benefits. Classes are often little, with a
spotlight on high teacher-student interaction, and that they will occur at the hours
of darkness or throughout the day to accommodate various needs. Within the course
8
of the category, the teacher can bring students up to hurry in order that they need
skills comparable to those of their peers.
Menurut Jangid dan Inda (2016: 98-99), ada berbagai macam alasan
mengapa seorang siswa mungkin ingin mendapatkan pendidikan perbaikan.
Beberapa siswa menghadiri sekolah dengan kualitas buruk dan tidak menerima
landasan yang cukup dalam matematika dan bahasa untuk mengatur mereka untuk
sekolah atau kehidupan. Siswa lain mungkin telah mentransfer masuk dan keluar
fakultas 'perguruan tinggi atau melewatkan banyak sekolah, membuat kesenjangan
dalam pendidikan mereka yang berkontribusi pada kurangnya informasi dalam
mata pelajaran inti. Siswa juga dapat memiliki gangguan belajar dan masalah lain
yang mengganggu kemampuan mereka untuk mencari tahu. Dalam pendidikan
remedi, orang biasanya diberikan penilaian untuk menentukan tingkat kompetensi
mereka. Berdasarkan hasil tes, siswa ditempatkan di kelas yang paling mungkin
memberikan manfaat. Kelas sering sedikit, dengan sorotan pada interaksi guru-
siswa yang tinggi, dan bahwa mereka akan terjadi pada jam kegelapan atau
sepanjang hari untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan. Dalam kursus kategori,
guru dapat membawa siswa ke atas terburu-buru agar mereka membutuhkan
keterampilan yang sebanding dengan rekan-rekan mereka.
9
dimaksud tidak tepaku pada hasil tes pada KD tertentu. Penilaian juga bias
dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung.
10
Model pembelajaran e-learning sangat membantu, diikuti oleh model pembelajaran
campuran, dan paling tidak membantu adalah model instruksi tradisional.
Agaknya, latar belakang disusun dan ditetapkannya KKM dengan nilai atau
harga tertentu (yang setiap kali dapat berubah) adalah karena anggapan bahwa tidak
semua siswa mampu mencapai penguasaan 100% atas materi pelajaran; oleh
karenanya, perlu diambil patokan untuk menetapkan siswa yang lulus dan tidak
lulus dalm mata pelajaran tertentu. Patokan yang dimaksudkan itu biasanya diambil
11
dari penguasaan rata-rata semua siswa yang mengikuti mata pelajaran tersebut pada
akhir mata pelajaran (biasanya dalam satuan waktu satu semester). Pengusaan rata-
rata itu tidak sama untuk berbagai kondisi yang berbeda; oleh karenanya KKM
itupun dapat tidak sama, terutama berkaitan dengan kompleksitas dan kesulitan
materi pelajaran, kualitas intake (yaitu tingkat kemampuan dasar atua potensi siswa
yang mengikuti mata pelajaran), dan kualitas prasaran dan sarana. Makin kompleks
dan sulit materi pelajaran, makin rendah kualitas intake, serta makin rendah kualitas
prasaran dan sarana, maka patokan berupa KKM makin diturunkan.
1. Menyusun rencana penilaian atau evaluasi hasil belajar. Hal ini dilakukan
dengan merumuskan tujuan dilakukannya penilaian hasil belajar, menetapkan
aspek-aspek yang akan dinilai (kognitif, afektif, psikomotor), memilih dan
menentukan Teknik yang akan digunakan.
2. Menghimpun data. Tahap ini dilakukuan dengan melakukan pengukuran yaitu
menggunakan instrument penilaian yang telah disusun untuk memperoleh
data terkait.
12
3. Melakukan verifikasi data. Verifikasi data perlu dilakukan agar kita dapat
memisahkan data yang “baik” yaitu data yang akan memperjelas gambaran
mengenai peserta didik yang sedang dievaluasi dari data yang “kurang baik”
yaitu data yang akan mengaburkan gambaran mengenai peserta didik.
4. Mengolah dan menganalisis data. Tujuan dari langkah ini adalah memberikan
makna terhadap data yang telah dihimpun.
5. Melakukan penafsiran atau interpretasi dan menarik kesimpulan. Tahap ini
merupakan proses verbalisasi terhadap makna yang terkandung pada data
yang telah diolah dan dianalisis.
6. Menindaklanjuti hasil evaluasi berdasarkan data yang telah dihumpun, diolah,
dianalisis dan disimpulkan maka dapat dilakukan pengambilan keputusan
atau merumuskan kebijakan sebagai tindak lanjut yang konkret dari seluruh
kegiatan penilaian.
13
been trying to help schools cope with children who are backward because of social
and cultural limitations, lowish ability and emotional difficulties. Some of these
children need special education rather than remedial teaching. The remedy for
junir high school children who are show to acquire basic educational skills is not
twice-weekly sessions with a remedial teacher but the provision of good teaching,
smaller classes, an active child-centred approach emphasizing language
development an experience. Remedial teaching has sometimes been used as a
palliative, whereas more radical remedies are needed. This is not to say that
remedial teaching, especially when it includes an advisory element, does not
provide a very useful service. But the training and experience of remedial theachers
should perhaps be focused increasing on the children who have specific and severe
learning disabilities-children for whom something more than good teaching seems
to be needed.
14
ditunjukkan survei Sampson, guru-guru remedial telah berusaha membantu sekolah
mengatasi anak-anak yang terbelakang karena keterbatasan sosial dan budaya,
kemampuan rendah dan kesulitan emosional. Beberapa dari anak-anak ini
membutuhkan pendidikan khusus daripada pengajaran remedial. Obat untuk anak-
anak junir sekolah menengah yang menunjukkan untuk memperoleh keterampilan
pendidikan dasar bukanlah sesi dua kali seminggu dengan guru remedial tetapi
penyediaan pengajaran yang baik, kelas yang lebih kecil, pendekatan yang berpusat
pada anak yang aktif menekankan perkembangan bahasa sebuah pengalaman.
Pengajaran remedial terkadang digunakan sebagai paliatif, sedangkan pengobatan
yang lebih radikal dibutuhkan. Ini bukan untuk mengatakan bahwa pengajaran
remedial, terutama ketika itu termasuk elemen penasehat, tidak memberikan
layanan yang sangat berguna. Tetapi pelatihan dan pengalaman guru-guru
perbaikan mungkin harus difokuskan pada peningkatan anak-anak yang memiliki
ketidakmampuan belajar yang spesifik dan berat - anak-anak yang membutuhkan
sesuatu yang lebih dari pengajaran yang baik.
According to Jangid and Inda (2016: 98-99), there are a unit variety of
reasons why a student would possibly would like remedial education. Some students
attend schools of poor quality and do not receive adequate grounding in
mathematics and language to organize them for school or life. Other students might
have transferred in and out faculties’ of colleges or missed school plenty, making
gaps in their education that contribute to the lack of information in core subjects.
Students can also have learning disorders and other problems that have impaired
their ability to find out. In remedial education, people are usually given assessments
to determine their level of competency. Based on test results, the pupils are placed
in classes which are most likely to provide benefits. Classes are often little, with a
spotlight on high teacher-student interaction, and that they will occur at the hours
of darkness or throughout the day to accommodate various needs. Within the course
of the category, the teacher can bring students up to hurry in order that they need
skills comparable to those of their peers.
Menurut Jangid dan Inda (2016: 98-99), ada berbagai macam alasan
mengapa seorang siswa mungkin ingin mendapatkan pendidikan perbaikan.
15
Beberapa siswa menghadiri sekolah dengan kualitas buruk dan tidak menerima
landasan yang cukup dalam matematika dan bahasa untuk mengatur mereka untuk
sekolah atau kehidupan. Siswa lain mungkin telah mentransfer masuk dan keluar
fakultas 'perguruan tinggi atau melewatkan banyak sekolah, membuat kesenjangan
dalam pendidikan mereka yang berkontribusi pada kurangnya informasi dalam
mata pelajaran inti. Siswa juga dapat memiliki gangguan belajar dan masalah lain
yang mengganggu kemampuan mereka untuk mencari tahu. Dalam pendidikan
remedi, orang biasanya diberikan penilaian untuk menentukan tingkat kompetensi
mereka. Berdasarkan hasil tes, siswa ditempatkan di kelas yang paling mungkin
memberikan manfaat. Kelas sering sedikit, dengan sorotan pada interaksi guru-
siswa yang tinggi, dan bahwa mereka akan terjadi pada jam kegelapan atau
sepanjang hari untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan. Dalam kursus kategori,
guru dapat membawa siswa ke atas terburu-buru agar mereka membutuhkan
keterampilan yang sebanding dengan rekan-rekan mereka.
1. Fungsi korektif
2. Fungsi pemahaman
16
Fungsi pemahaman yaitu memungkinkan guru, siswa dan pihak lain dapat
memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap pribadi siswa. Kepribadian
siswa sangat mempengaruhi hasil belajarnya. Oleh karena itu, guru atau pihak lain
dapat memahami kepribadian pada diri siswa atau perbedaan pada masing-masing
siswa.
3. Fungsi penyesuaian
4. Fungsi pengayaan
Semakin banyak hasil belajar yang diperoleh dan semakin dalam ilmu yang
didapat, maka prestasi belajarnya pun semakin meningkat.
5. Fungsi terapetik
17
Penyembuhan ini dapat menunjang penyampaian prestasi belajar dan pencapaian
prestasi yang baik dapat mempengaruhi pribadi.
18
5. Mengembangkan sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong
tercapainya hasil belajar yang baik.
6. Melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan
19
Menurut Malawi dan Kardawati (2018: 231), Pelaksanaan pembelajaran
remedial disesuaikan dengan jenis dan tingkat kesulitan peserta didik yang dapat
dilakukan dengan cara:
1. Class teaching
2. Group tutorial teaching
3. Individual tutorial teaching
4. Supervised tutorial teaching
5. Auto-instructional teaching
6. Informal teaching
Let us discuss now all these forms and aspects of remedial teaching.
20
2. Group Tutorial Teaching. Here the students of the class are divided into some
homogeneous groups called turorial groups on the basis of their common learning
difficulties and identical weakness or deficiencies in the acquisition of the learning
experiences in some or the other areas or aspects of the subject. These groups are
then taught separately by the same teacher or different teachers according to the
nature of the difficulties and deficiencies. The tutor incharge of a tutorial group
then tries to solve the difficulties of the learners, hovewer, collectively on a group
basis. The weak areas or aspects of the curriculum identified through diagnostic
testing are properly attended by the teacher according to the needs and requirement
of the pupils of the group. In case, it is related to particular work, due care and
proper attention is now paid by the teacher over his own demonstration work as
well as on the practical and project work done by the students in their respective
groups.
The group tutorial teaching proves advantageous over the class teaching in
mnay aspects. Here the students who heve common problems and difficulties in
their learning are more helped in overcoming their difficulties and deficiencis. It
makes the task of teaching-learning quite interested and goal oriented. In class
teaching there remains a lot of chances that the time ang energy of many of the
students who do not suffer with a certain learning deficiency or difficulty will go in
vain by attending to the remedial teaching not at all needed by them. Moreover, the
number of students in group turorial teaching is comparatively reduced. It results
in making the task of the teaching more convenient, and effective for providing
better coaching and practice in terms of the needed remedial education.
3. Individual Tutorial Teaching. In this schedule every learner, who feels learning
difficulty of one or the other nature, is attended individually for overcoming his
deficiencies or weakness. It is one to one coaching, help and guidance that is
rendered by the teacher to the learner as and when needed by him in oerder to
actualize his potentialities to the maximum. Therefore in this type of remedial
teaching, maximum consideration may be provided to the principle of individual
difference in the direction of the best results in the task of teaching and learning.
Here the students may progress according to their own pace, abilities and
21
capacities and get adequate help, individual attention and reinforcement for coping
up with their deficiencies and difficulties on the path of learning.
22
deficiencies in the methodology of teaching, psychological needs and problems of
the learners and host of pother reasons may be easily overcome through the
organisation of useful non-formal activities of scientific interest in the schools.
1. Pengajaran kelas
2. Mengajar tutorial kelompok
3. Pengajaran tutorial individu
4. Mengawasi pengajaran tutorial
5. Ajaran otomatis instruksional
6. Mengajar informal
Mari kita diskusikan sekarang semua bentuk dan aspek pengajaran remedial
ini.
1. Pengajaran Kelas. Dalam sistem atau jadwal pengajaran remedial ini, komposisi
dan struktur kelas yang biasa tidak terganggu. Guru di sini mengajarkan pelajaran /
unit tertentu, menekankan satu titik lagi dan lagi, mengulangi percobaan atau
menggunakan beberapa alat bantu mengajar khusus untuk menghilangkan kesulitan
dan kekurangan peserta didik dalam hal perolehan pengalaman belajar yang
diinginkan. Kelas secara keseluruhan diuntungkan melalui jenis pengajaran
remedial. Hal ini terbukti sangat berguna dalam menghilangkan kelemahan dan
kesulitan belajar secara umum.
23
Kelompok-kelompok ini kemudian diajarkan secara terpisah oleh guru yang sama
atau guru yang berbeda sesuai dengan sifat kesulitan dan kekurangannya. Tutor
yang lebih besar dari kelompok tutorial kemudian mencoba untuk memecahkan
kesulitan peserta didik, hovewer, secara kolektif atas dasar kelompok. Area lemah
atau aspek kurikulum yang diidentifikasi melalui tes diagnostik dihadiri oleh guru
sesuai dengan kebutuhan dan kebutuhan murid kelompok. Dalam hal, itu terkait
dengan pekerjaan tertentu, perhatian dan perhatian yang tepat sekarang dibayar oleh
guru atas pekerjaan demonstrasi sendiri serta pada kerja praktis dan proyek yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok masing-masing.
3. Pengajaran Tutorial Individu. Dalam jadwal ini setiap pelajar, yang merasa
kesulitan belajar dari satu atau yang lain, dihadiri secara individu untuk mengatasi
kekurangan atau kelemahannya. Ini adalah 1-1 pelatihan, bantuan dan bimbingan
yang diberikan oleh guru kepada pelajar sebagai dan ketika diperlukan oleh dia di
oerder untuk mengaktualisasikan potensi ke maksimum. Oleh karena itu dalam
jenis pengajaran remedial, pertimbangan maksimum dapat diberikan kepada prinsip
perbedaan individu dalam arah hasil terbaik dalam tugas mengajar dan belajar. Di
sini para siswa dapat maju sesuai dengan kecepatan, kemampuan, dan kemampuan
mereka sendiri dan mendapatkan bantuan yang memadai, perhatian dan penguatan
individu untuk mengatasi kekurangan dan kesulitan mereka pada jalur
pembelajaran.
24
4. Pengajaran Tutorial yang diawasi. Dalam jadwal pengajaran remedial
tanggung jawab mengatasi kesulitan belajar dan menghilangkan kekurangan di
beberapa area pembelajaran diserahkan kepada peserta didik itu sendiri. Mereka
harus bekerja sendiri untuk menghilangkan kesulitan dan kekurangan mereka.
Peran guru dibatasi untuk mengamati dan mengawasi kegiatan pembelajaran dan
memberikan bantuan sebanyak yang diperlukan untuk meneruskannya pada jalur
belajar mandiri dan koreksi diri. Jenis pengawasan ini dapat dilakukan pada
individu maupun tingkat kelompok tutuorial. Para siswa dapat memilih untuk
bekerja dalam kelompok atau secara individu untuk memecahkan kesulitan mereka
dan mengatasi kekurangan belajar mereka.
25
langsung, kekurangan dalam metodologi pengajaran, kebutuhan psikologis dan
masalah peserta didik dan tuan rumah alasan pother dapat dengan mudah diatasi
melalui organisasi yang bermanfaat. kegiatan non-formal dari minat ilmiah di
sekolah-sekolah.
26
Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum pengajaran remedial:
27
5. Pelayanan sepanjang waktu. Pembelajaran remedial harus berkesinambungan
dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat
mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing- masing.
28
berbagai masalah. Menurut Saiful Bahri Djamarah adalah baik pendekatan yang
bersifat umum maupun pendekatan yang bersifat keagamaan (khusus). Antara lain
yaitu:
1. Pendekatan individual
2. Pendekatan kelompok
3. Pendekatan bervariasi
29
efektif. Pendekatan ini terjadi karena siswa mempunyai tingkat motivasi yang
berbeda, pada satu sisi siswa memiliki motivasi yang rendah, tetapi pada sisi yang
lain mempunyai motivasi yang tinggi. Maka pendekatan bervariasi ini sebagai alat
yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
4. Pendekatan edukatif
Edukatif adalah sesuatu yang bersifat mendidik dan segala hal yang
berkenaan dengan pendidikan. Pendekatan edukatif yaitu pendekatan yang
dilakukan oleh guru, baik dari setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru
lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik siswa agar
menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial dan norma
agama.
5. Pendekatan pengalaman
6. Pendekatan pembiasaan
30
7. Pendekatan emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Emosi
berhubungan dengan masalah perasaan. Emosi atau perasaan adalah sesuatu yang
peka. Emosi seperti halnya juga perasaan merupakan suatu suasana hati yang
membentuk suatu kontinum atau garis. Kontinum ini bergerak dari ujung yang
paling positif yaitu sangat senang sampai dengan ujung yang paling negatif yaitu
sangat tiadak senang. Emosi akan memberi tanggapan (respons) bila ada
rangsangan (stimulus) dari luar diri seseorang. Rangsangan itu misalnya ceramah,
sindiran, pujian, ejekan, anjuran, perintah, sikap dan perbuatan.
8. Pendekatan rasional
9. Pendekatan fungsional
31
hari. Pendekatan ini bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan,
perubahan tersebut dapat direduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat
diharapkan memberi manfaat yang luas, misalnya ketika siswa menempuh ujian
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam mempertahankan kelangsungan
hidup.
Dalam hal ini diperlukan penggunaan metode mengajar, antara lain metode
latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya jawab dan demonstrasi.
32
pengajaran yang dapat dilakukan, yaitu kelompok homogen, individual, kelas
khusus.
3. Pendekatan yang bersifat pengembangan, pendekatan yang didasarkan pada
pemikiran bahwa kesulitan siswa harus diketahui guru sedini mungkin agar
dapat diberikan bantuan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
33
differ in abilities. Pupils of different levels of ability are likely to be present in a
class of forty or fifty. Slow learners, fast learners and average learners -- all have to
be catered to in different ways. The highly talented should be provided with
additional work which requires higher intelligence level and whereas the slow
learners have to be specially cared for in order to bring them to the level of the
average student. It is valid to consider insight-formation, application, consolidation
and revision.
Ideally, new learning should not be permitted until wrong learning has been
cancelled and corrected. This is, however, impractical since remediation is a slow
and laborious process. A thing once learnt is difficult to cancel, whether correct or
incorrect. Remediation, hence, has to go on simultaneously with the other teaching
functions. The more teaching a learner has had, the more he may be in need of
remediation.
34
komunikasi yang efektif diyakini telah terjadi. Kadang-kadang, pesan itu mungkin
tidak akan tersebar sama sekali atau mungkin mencapai ujung yang lain dalam versi
yang kacau, terdistorsi dan tidak dapat dikenali. Dalam hal-hal semacam itu, 'celah'
berkembang di antara 'pengajaran' dan 'pembelajaran'. Seringkali pembelajar tidak
belajar apa yang diinginkan guru untuk dipelajari. Dalam hal ini, pesan diterima,
tetapi bukan pesan yang dikirim. Beberapa masalah muncul dalam menangani
situasi ini. Pertama-tama, guru harus mencari tahu apakah pesan yang diterima oleh
siswa IS yang dikirim. Untuk itu, guru harus bergantung pada umpan balik dari
siswa apa yang telah diterimanya. Biasanya siswa sulit mengungkapkan apa yang
telah diterimanya dan ini memberi kesan pada guru bahwa pembelajaran tidak
terjadi sama sekali. Jadi, guru mencoba menyampaikan pesan melalui pengulangan.
Tetapi jika pesan yang diterima salah, itu harus 'dibatalkan' sebelum yang benar
dapat 'ditulis dalam' agar tidak menimbulkan masalah gangguan. Ini adalah salah
satu fungsi remediasi.
35
Kemungkinan penyebab kegagalan dalam belajar dapat disebabkan oleh
interferensi dari konsep yang sebelumnya dipelajari atau generalisasi berlebihan
atas dasar pembelajaran sebelumnya. Kesalahan pembelajaran ini disebabkan oleh
peserta didik yang mengambil bagian aktif dalam proses pembelajaran. Mereka
cenderung mengadopsi strategi pembelajaran tertentu. pembelajar mencoba
menyederhanakan tugas belajar atau mentransfer pembelajarannya yang penuh
kesungguhan ke situasi baru. Guru sama sekali tidak bertanggung jawab atas
kesalahan ini. Dia mungkin tidak bisa melakukan apa pun untuk mencegahnya.
Strategi remediasi yang tepat dapat ditentukan oleh jenis kesalahan yang
harus ditangani. “Mereka perlu mengklasifikasikan ke dalam kelompok dan jenis
karena semua kesalahan individu tidak dapat ditangani secara praktis. Pengajaran
remedial pada dasarnya bersifat kognitif. Tujuannya adalah untuk membuat pelajar
sadar tentang aturan; pencapaian konsep dan penggunaannya sendiri. Seorang guru
tidak dapat menganggap remediasi sebagai 'tindak lanjut' atau kegiatan yang
optimal.
36
4. A method should be provided for recording individual progress.
5. When the child has an opportunity to record his 1 her successes on a progress
record, he I she is given an additional incentive to achieve.
37
1. Identifikasi Permasalahan Pembelajaran
Penting untuk memahami bahwa “tidak ada dua individu yang persis sama
di dunia ini,” begitu juga penting untuk memahami bahwa peserta didik pun
memiliki beragam variasi baik kemampuan, kepribadian, tipe dan gaya belajar
maupun latar belakang social budaya. Oleh karenanya guru perlu melakukan
identifikasi terhadap keseluruhan permasalahan pembelajaran.
Secara umum identifikasi awal bias dilakukan melalui: (a) observasi
(selama proses pembelajaran): (b) penilaian autentik (bisa melalui tes/ulangan
harian atau penilaian proses).
Permasalahan pembelajaran dapat dikategorikan kedalam tiga focus
perhatian sebagai berikut:
a. Permasalahan pada keunikan peserta didik.
b. Permasalahan pada materi ajar.
c. Permaslahan pada strategi belajar.
2. Perencanaan
Setelah melakukan identifikasi awal terhadap permasalahan belajar anak,
guru telah memperoleh pengetahuan yang utuh tentang peserta didik dan mulai
untuk membuat perencanaan.
Dengan melihat bentuk kebutuhan dan tingkat kesulitan yang dialami
peserta didik, guru bias merencanakan kapan waktu dan cara yang tepat untuk
melakukan pembelajaran remedial. Pada prinsipnya pembelajaran remedial bias
dilakukan:
a. Segera setelah guru mengidentifikasi kesulitan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
b. Menetapkan waktu khusus di luar jam belajar efektif.
Dalam perencanaan guru perlu menyiapkan hal-hal yang mungkin
diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial, seperti:
a. Menyiapkan media pembelajaran.
b. Menyiapkan contoh-contoh dan alternative aktifitas.
c. Menyiapkan materi-materi dan alat pendukung.
38
3. Pelaksanaan
Setelah perencanaan disusun, langkah selanjutnya adalah melaksanakan
program pembelajaran remedial. Ada tiga focus penekanan:
a. Penekanan pada keunikan peserta didik.
b. Penekanan pada alternative contoh dan aktivitas terkait materi ajar.
c. Penekanan pada strategi/metode pembelajaran.
4. Penilaian Autentik
Penilaian autentik dilakukan setelah pembelajaran remedial selesai
dilakukan. Berdasarkan hasil penilaian, bila peserta didk belum mencapai
kompetensi minimal yang diterapkan guru, maka guru perlu meninjau kembali
strategi pembelajaran remedial yang diterapkannya atau melakukan identifikasi
terhadap peserta didik dengan lebih seksama. Apabola peserta didik berhasil
mencapai atau melampaui tujuan yang ditetapkan, guru berhasil memberikan
pengajaran remedial yang kaya dan bermakna bagi peserta didik, hal ini bias
diterapkan sebagai rujukan bagi rekan guru lainnya atau bisa diperkaya lagi.
Apabila ditemukan kasus khusus di luar kompetensi guru, guru dapat
mengkonsultasikan dengan orangtua untuk selanjutnya dilakukan konsultasi
dengan ahli.
39
1. Identifikasi permasalahan pembelajaran, yang dilakukan berdasarkan hasil
analisis penilaian harian, tugas, Permasalahan pembelajaran dapat
dikategorikan menjadi permasalan pada peserta didik, materi pembelajaran,
dan strategi pembelajaran.
2. Penyusun perencanaan berdasarkan permasalahan (keunikan peserta didik,
materi pembelajaran, dan strategi pembelajaran).
3. Hasil penilaian melalui penilaian harian, penguasaan dapat digunakan oleh
guru untuk merencanakan perbaikan (remedial) dan pengayaan (enrichment).
Penilaian yang dimaksud tidak dapat terpaku pada hasil tes (penilaian harian)
pada KD tertentu.
4. Pembelajaran remedial dilaksanakan sampai peserta didik mengusaia KD
yang ditentukan.
5. Teknik pembelajaran remedial bisa diberikan secara individual, kelompok,
atau kelasikal. Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran remedial yitu: pembelajaran individual, pemberian
tugas, diskusi, tanyajawab, kerja kelompok, dan tutor sebaya.
6. Aktivitas guru dalam pembelajaran remedial, diantara lain: memberikan
tambahan penjelasan atau cintoh, menggunakan strategi pembelajaran yang
berbeda dari sebelumnya, mengkaji ulang pembelajaran yang telah lalu,
menggunakan berbagai jenis media. Setelah peserta didik mendapatkan
perbaikan pembelajaran dilakukan penilaian, untuk mengetahui apakah
peserta didik sudah menguasai KD yamg ditetapkan.
7. Guru kelas melakukan identifikasi terhadap kesulitan peserta didik, kemudian
membuat perencanaan pembelajaran remedial meliputi penentuan materi ajar,
penetapan metode, pemilihan media, dan penilaian.
40
Meneliti kembali kasus adalah mendiagnosis kasus kesulitan belajar dengan
kriteria di bawah minimal yang dicapai dari hasil belajarnya. Meneliti kembali
kasus dengan permasalahannya merupakan tahapan paling fundamental dalam
pengajaran remedial karena merupakan landasan titik tolak langkah-langkah
berikutnya.
41
3. Pemberian layanan bimbingan dan konseling.
42
Langkah ini adalah melakukan pengukuran terhadap perubahan pada diri
siswa yang diberikan pengajaran remedial. Apakah ia sudah mencapai apa yang
direncanakan pada kegiatan pelaksanaan remedial atau belum. Maka untuk
mengetahui hal itu perlu dilakukan pengukuran terhadap prestasinya kembali
dengan alat post-tes atau tes sumatif yang seperti dipergunakan pada proses belajar
mengajar yang sesungguhnya.
43
pertimbangannya akan dapat membantu siswa. Rencana yang disusun hendaknya
didasarkan pada hasil identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
kesulitan belajar.
44
7. Guru kelas melakukan identifikasi terhadap kesulitan peserta didik, kemudian
membuat perencanaan pembelajaran remedial meliputi penentuan materi ajar,
penetapan metode, pemilihan media, dan penilaian.
45
pupils. The teacher who understands the objectives to be attained, the analysis of
individual difficulties, the types of materials needed, and the techniques essential
for correction can adapt some published materials and develop additional
supplementary materials which will be appropriate for corrective teaching .
Many teachers who attempt remedial teaching are faced 'with unusually
large classes or with a large percentage of children in the class who are
educationally backward. A beginning teacher with a large number of pupils in need
of remedial teaching has to limit one's work to three or four pupils whose needs are
greatest. As the teacher gains experience in this program he/she will be able to
extend remedial teaching to all the children who need them.
46
berpendidikan kebelakang. Seorang guru pemula dengan sejumlah besar murid
yang membutuhkan pengajaran remedial harus membatasi pekerjaannya kepada
tiga atau empat murid yang kebutuhannya paling besar. Ketika guru memperoleh
pengalaman dalam program ini dia akan dapat memperpanjang pengajaran remedial
untuk semua anak yang membutuhkannya.
47
class, teachers expressed satisfaction with the system and children made
significantly better progress in reading (Westwood, 2001: 95-97).
Terjemahannya:
1. Seringkali memiliki kekurangan lembar kerja atau latihan dari pada praktik
membaca yang berkelanjutan dan panduan membaca.
2. Memiliki pengalaman keingintahuan yang terbingkai.
3. Terlibat dalam kegiatan membaca dan menulis yang kurang bermanfaat.
4. Menerima sedikit atau tidak ada pembelajaran dalam menggunakan strategi
pemahaman bacaan yang efektif karena fokus sepenuhnya pada pengembangan
keterampilan tingkat rendah.
48
Masih ada tempat penting untuk memperbaiki dalam segi pengaturan
penarikan sebelum mengadopsi kebijakan doktriner yang melarang pengulangan
pembelajaran bagi anak-anak dari kelas, guru menyatakan puas dengan sistem dan
anak-anak memiliki kemajuan yang jauh lebih baik dalam membaca (Westwood,
2001: 95-97).
SPRT is extremely suitable for the proposed system, since the concepts
involved are not complicated, and the testing items are all associated to certain
concepts. SPRT can be used to determine whether a learner has mastered a concept
by asking a few questions, and increases the accuracy of the test results of the
conceptual graph. In analysing student learning outcomes, this study attempts to
identify and transfer the numerical score to the labelled score. Traditional
examinations include only two results, correct and incorrect. This arrangement is
insufficient for remedial instruction. The main focus of the diagnosis in the
proposed system is on student learning status, and test score is unimportant.Thus,
the dichotomy method is unsuitable.
From the SPRT test outcome, this study classifies the numerical score into
three levels: pass concept node, fail concept node, and partial concept node.
1. Pass node: the student has mastered the concept represented by the node, that
is the student is proficient in the concept.
2. Fail node: the student has not mastered the concept represented by the node,
that is the student is not proficient in the concept. The concept is assumed to be
a concept that the student is missing.
49
3. Partial node: The limited questions cannot judge the proficiency of the student.
The student may have partially understood the teaching material. Thus, the
student should continue learning.
Terjemahannya:
50
SPRT sangat cocok untuk sistem yang diusulkan, karena konsep yang
terlibat tidak rumit, dan item pengujian semuanya terkait dengan konsep tertentu.
SPRT dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang pembelajar telah
menguasai konsep dengan mengajukan beberapa pertanyaan, dan meningkatkan
keakuratan hasil tes dari grafik konseptual. Dalam menganalisis hasil belajar siswa,
penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi dan mentransfer skor numerik ke
skor berlabel. Ujian tradisional hanya mencakup dua hasil, benar dan salah.
Pengaturan ini tidak cukup untuk instruksi perbaikan. Fokus utama diagnosis dalam
sistem yang diusulkan adalah aktif
Status belajar siswa, dan nilai tes tidak penting. Jadi, metode dikotomi tidak
sesuai. Dari hasil tes SPRT, penelitian ini mengklasifikasikan skor numerik menjadi
tiga tingkatan: simpul konsep lulus, simpul konsep gagal, dan simpul konsep
parsial.
1. Pass node: siswa telah menguasai konsep yang diwakili oleh node, yaitu siswa
yang mahir dalam konsep.
2. Konsep gagal simpul: siswa belum menguasai konsep yang diwakili oleh node,
yaitu siswa tidak mahir dalam konsep. Konsep ini diasumsikan sebagai konsep
bahwa siswa tersebut hilang.
3. Simpul parsial: Pertanyaan terbatas tidak dapat menilai kemahiran siswa. Murid
mungkin memahami materi pengajaran secara parsial. Dengan demikian, siswa
harus terus belajar.
51
dan grafik konseptual yang dievaluasi. Grafik konseptual khusus menyajikan
struktur dan urutan pembelajaran dari satu topik saja.
2.2.1 Pengertian
52
2.2.2 Langkah-Langkah Evaluasi Proses dan Hasil Penilaian
53
6. Fungsi terapeutik yang memungkinkan terjadinya perbaikan segi-segi
kepribadian yang menunjang keberhasilan belajar.
1. Pengajaran Kelas. Dalam sistem atau jadwal pengajaran remedial ini, komposisi
dan struktur kelas yang biasa tidak terganggu. Kelas secara keseluruhan
diuntungkan melalui jenis pengajaran remedial. Hal ini terbukti sangat berguna
dalam menghilangkan kelemahan dan kesulitan belajar secara umum.
3. Pengajaran Tutorial Individu. Dalam jadwal ini setiap pelajar, yang merasa
kesulitan belajar dari satu atau yang lain, dihadiri secara individu untuk mengatasi
kekurangan atau kelemahannya. Ini adalah 1-1 pelatihan, bantuan dan bimbingan
yang diberikan oleh guru kepada pelajar sebagai dan ketika diperlukan oleh dia di
oerder untuk mengaktualisasikan potensi ke maksimum.
54
2.2.5 Prinsip Dasar Model Pengajaran Remedial
a. Adaptif.
b. Interaktif.
c. Berbagai metode pembelajaran dan penilaian.
d. Pemberian umpan balik sesegera mungkin.
e. Berkesinambungan.
55
mengajar yang perlu dipertimbangkan adalah metode ceramah, bercerita,
sosiodrama.
8. Pendekatan rasional pembelajaran yang berpotensi untuk menumbuhkan daya
pikir sendiri pada siswa guna memahami, mengamalkan, dan meyakini konsep-
konsep dalam pembelajaran remedial.
9. Pendekatan fungsional suatu pendekatan atau suatu ilmu pengetahuan yang
dipelajari bukan hanya untuk mengisi kekosongan intelektual, tetapi diharapkan
berguna untuk diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
10. Pendekatan keagamaan suatu pendekatan yang dilakukan dalam setiap bidang
studi atau mata pelajaran umum dapat menyatu dengan nilai-nilai agama.
11. Pendekatan kebermaknaan pendekatan dalam pembelajaran yang mempunyai
arti atau dapat lebih berarti bagi siswa. Bahan pelajaran dan kegiatan
pembelajaran, menjadi lebih bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan
kebutuhan siswa yang berkaitan dengan pengalaman, minat, tata nilai dan masa
depan.
56
7. Guru kelas melakukan identifikasi terhadap kesulitan peserta didik, kemudian
membuat perencanaan pembelajaran remedial meliputi penentuan materi ajar,
penetapan metode, pemilihan media, dan penilaian.
57
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengajaran remedial adalah bentuk pengajaran perbaikan yang diberikan
kepada seseorang siswa untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang
dihadapinya.
2. Tujuan pembelajaran remedial adalah untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar dengan memperbaiki prestasi belajarnya.
3. Pengajaran remedial memiliki beberapa fungsi, yaitu: a) fungsi korektif, b)
fungsi pemahaman, c) fungsi penyesuaian, d) fungsi pengayaan, e) fungsi
akseleratif, f) fungsi terapeutik
4. Bentuk dan aspek pengajaran remedial ini yaitu pengajaran kelas, pengajaran
tutorial kelompok, pengajaran tutorial individu, pengajaran tutorial yang
diawasi, pengajaran instruksional otomatis, dan pengajaran informal.
5. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengajaran remedilal yaitu
adaptif, interaktif, berbagai metode pembelajaran dan penilaian, pemberian
umpan balik sesegera mungkin, dan berkesinambungan.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca bisa lebih mengetahui
tentang Pengajaran Model Remedial. Terlebih khusus lagi kepada mereka calon
guru, semoga bisa menjadi bahan pelajaran yang baik, dan semoga bisa diterapkan
nanti ketika kita sudah bekerja menjadi seorang guru.
58