Anda di halaman 1dari 42

Dasar Pemahaman PembelaJaran Ramedial

1.1 Pembelajaran Menurut Standar Nasional Pendidikan Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19/2005) menetapkan 8 standar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Kedelapan standar dimaksud meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Secara khusus, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran ditetapkan dalam standar isi dan standar kompetensi kelulusan. Standar isi memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Standar kompetensi lulusan (SKL) berisikan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik pada setiap satuan pendidikan. Berkenaan dengan materi yang harus dipelajari, diatur dalam silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang dikembangkan oleh pendidik. Menurut pasal 6 PP no.19 Tahun 2005, terdapat 5 kelompok mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus. Kelima kelompok mata pelajaran tersebut meliputi kelompok mata pelajaran: agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan. Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sedangkan pada intinya tujuan umum pembelajaran remedial adalah agar setiap siswa dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang diharapkan. Namun, tujuan

khusus pengajaran remedial ini adalah agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui penyembuhan atau perbaikan.Sehingga diperlukan suatu integritasi antara peratuaran yang ada dan tujuan dari pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut pasti dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan atau masalah belajar. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, setiap satuan pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran remedial atau perbaikan.

1.2Hakikat dan Konsep Dasar Pembelajaran Remedial Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan. Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti ceramah, demonstrasi, pembelajarankolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb.

Melengkapi metode pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video, komputer, multimedia, dsb.Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian.

Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta didik, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan tertentu yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan. Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial. Berdasarkan jenis, karakteristik, faktor penyebab dan identitas kasus permasalahannya, kasus kesulitan belajar-mengajar itu ada yang dapat dan seyogianya ditangani oleh guru dan siswa sendiri, ditangani atau dibantu melalui kerjasama dengan ahli (petugas BK, psikolog, dan sebagainya) atau pihak wali kelas, orang tua atau lainnya. Secara metodologis, dapat juga dikatakan bahwa penanganan kasus kesulitan belajar-mengajar itu mungkin dapat dilakukan melalui pendekatan pengajaran remedial (remedial teaching), bimbingan dan konseling (guidance and counseling) psikoterapi (psychotherapy) atau pendekatan lainnya. Pendekatan yang seyogianya dikuasai atau setidak-tidaknya dikenal oleh para guru pada umumnya dan guru bidang studi pada khususnya ialah apa yang disebut pengajaran remedial. Sedangkan jika guru tersebut bertugas sebagai wali kelas atau petugas bimbingan, seyogianya minimal menguasai atau setidak-tidaknya mengenal prinsip-prinsip dasar bimbingan dan konseling. Secara esensial, Proses Pengajaran Remedial (PPR) pada hakikatnya serupa dengan Proses Belajar Mengajar (PBM) biasa. Perbedaanya terutama terletak pada dua masalah berikut ini: Tujuannya lebih diarahkan kepada peningkatan (improvement) prestasi (baik kualifikasi maupun kuantitatif) dari prestasi yang telah atau mungkin optimal

dapat dicapai jika menggunakan PBM biasa sehingga sekurang-kurangnya dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang dapat diterima atau peningkatan kemampuan penyesuaian kembali (readjustment), baik terhadap dirinya maupun lingkungannya. Strategi pendekatan (termasuk pula metode/teknik, materi/program,

bentuk/jenis tugas dan sebagainya) lebih menekankan penyesuaian terhadap keragaman kondisi objektif (kapasitas umum/khusus, penguasaan atau

keterampilan/pengetahuan

prasarat,

sikap/kebiasaan,

kematangan

kesiapan, dan sebagainya) yang dapat dipandang sebagai remodulasi atau modifikasi (repetisi, akselerasi, pengayaan substitusi/alternatif) dari PBM yang biasa (konvensional-klasikal).

Dengan memperhatikan dua karakteristik esensial tersebut, pengajaran remedial dapat kita definisikan sebagai upaya guru (dengan atau tanpa bantuan/kerja sama dengan ahli/pihak lain) untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa (dengan karakteristiknya) tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya (meningkatkan prestasi, penyesuaian kembali) seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi dan terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya. Abu Ahmadi dan Widodo Supriono (1991), menjelaskan tujuh perbedaan pembelajaran biasa dengan pembelajaran remedial, berikut ini:

1) Kegiatan pembelajaran biasa sebagai program pembelajaran di kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi, sedangkan kegiatan pembelajaran perbaikan dilakukan setelah diketahui adanya kesulitan belajar, kemudian diadakan pelayanan khusus. 2) Tujuan pembelajaran biasa adalah dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semua

siswa, sedangkan pembelajaran perbaikan tujuannya disesuaikan dengan kesulitan belajar siswa, walaupun tujuan akhirnya sama. 3) Metode yang digunakan dalam pembelajaran biasa sama untuk semua siswa, sedamgkan metode dalam pembelajaran remedial disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan. 4) Pembelajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pembelajaran perbaikan oleh tim (kerja sama) 5) Alat pembelajaran remedial lebih bervariasi. 6) Pembelajaran perbaikan lebih diferensial dengan pendekatan individu. 7) Evaluasi pembelajaran perbaikan disesuaikan dengan kesulitan bel;ajar yang dialami oleh siswa.

1.3Prinsip 1.3Prinsip Pembelajaran Remedial Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam mecapai kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:

1) Adaptif Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.

2) Interaktif Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui

kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.

3) Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbedabeda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

4) Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.

5) Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.

Prosedur Pembelajaran Ramedial


2.1 Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pengembangan prosedur sistem pengajaran remedial didasari oleh pokok-pokok pikiran yang berlaku untuk prinsip belajar tuntas (mastery learning). Diantara pokok-pokok pikiran tersebut ialah : 1) Bahwa terdapat keragaman individual di dalam kemampuan, dalam arti kecepatan belajar, 2) Bahwa sampai batas normalitas tertentu, setiap individu mungkin dapat mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) prestasi belajar tertentu seperti yang dicapai oleh temannya asalkan : Diberikan waktu yang cukup sesuai dengan keperluannya, Kualitas pengajaran yang sesuai dengan kondisi objektif siswa yang bersangkutan, Kematangan dan kesiapan belajar siswa yang bersangkutan. Proses belajar mengikuti azas keseimbangan.

Secara khusus, pokok-pokok pikiran yang mendasari setiap langkah prosedur pengajaran remedial itu antara lain sebagai berikut: Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya dipandang perlu, karena bukan mustahil terdapat kesalahan atau kekeliruan (errors), baik didalam tafsiran maupun kesimpulannya berikut data atau informasi yang mendukungnya.Tujuan pengajaran remedial akan tercapai jika dipilih alternatif tindakan remedial yang sesuai, efektif dan efesien. Terciptanya kesehatan mental kasus kesulitan belajar merupakan pra kondisi bagi pelaksanaan pengajaran remedial yang efektif dan efesien.Dengan terciptanya kembali suatu situasi yang dipandang lebih sesuai dengan kondisi objektif siswa, peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian diri diharapkan dapat terjadi.

Indikator perubahan perilaku dari pengajaran remedial perlu diamati dan diukur secara seksama sehingga dapat memberikan informasi seksama pula.Dengan

mempergunakan patokan criteria keberhasilan yang telah ditetapkan terlebih dahulu (seperti yang berlaku untuk siswa pada umumnya). Hail pengukuran itu perlu ditafsirkan dan disimpulkan sejauh mana taraf keberhasilannya tercapai. Berpedoman kepada pokok-pokok pikiran itu suatu alternatif prosedur seperti yang telah dikembangkan dapat dipilih sehingga akan diketahui kapan harus dimulai dan diakhirinya pengajaran remedial yang dimaksudkan. Dari diagram skematik dapat digambarkan sekurang-kurangnya empat alternatif prosedur sesuai dengan keperluannya. Keempat alternatif itu ialah : 1) Prosedur I, mencakup langkah 1-2-3-4-5-6; 2) Prosedur II, mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6; 3) Prosedur III, mencakup langkah 1-2-3-4-6-(7); dan 4) Prosedur IV, mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6-(7). Untuk jelasnya, setiap langkah kita deskripsikan fungsi, tujuan/sasaran, dan kegiatannya sebagai bertikut:

1) Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya Langkah ini merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran remedial karena merupakan landasan pangkal tolok langkah langkah-langkah langkah kegiatan berikutnya. Sasaran pokok langkah ini ialah:

Diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai karakteristik kasus-kasus kasus berikut permasalahannya; Diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai fasibilitas alternatif tindakan remedial yang direkomendasikan.

Sesuai dengan sasaran tersebut maka kegiatan dalam langkah ini difokuskan kepada suatu analisis rasional atas hasil diagnostik yang telah kita lakukan atau rekomendasikan yang kita terima dari pihak atau ahli lain (guru bidang studi, walikelas, petugas BK, dan sebagainya). Secara lebih konkrit, analisis ini akan merupakan kegiatan pengecekan atau penelitian kembali terhadap:

Kebenaran

(validitas)

dan

kelengkapan

data

informasi

yang

mendukung pernyataan atau deskripsi tentang karakteristik kasus berikut permasalahannya; Relevansi antara tafsiran dan kesimpulan yang dibuat dengan data informasi pendukungnya serta konsistensi antara berbagai

data/informasi dengan tafsiran dan kesimpulannya satu sama lain secara integral; Ketetapan estimasi kemungkinan penanganannya berdasarkan hasil diagnosis yang didukung oleh data/informasi yang relevan dan yang tersedia; Fisibilitas dari setiap alternatif tindakan remedial yang

direkomendasikan.

Berdasarkan hasil telaahan ini diharapkan terjawab pertanyaan berikut: 1) Siapa kasus yang perlu ditangani itu? Hanya satu atau dua dari keseluruhan anggota kelompok/kelas Sebagian besar anggota kelompok tertentu (slow learners, lower group, etc.) dari keseluruhan siswa kelas. Sebagian terbesar atau bahkan mungkin keseluruhan siswa dikelas.

2) Seberapa jauh tingkat kelemahannya secara umum dipandang dari segi kriteria keberhasilan yang diharapkan? Sekitar 60%, atau

10

Sekitar 50%, atau Sekitar 40% atau kurang dari itu.

3) Dimanakah letak kelemahannya dipandang dari ruang lingkup dan urutan bidang/program studi yang bersangkutan? Pada sebagian besar atau bahkan mungkin keseluruhan bidang studi; Pada bidang studi tertentu saja; atau Pada unit tertentu dari suatu bidang studi saja; dan sebagainya.

4) Pada tingkat dan kawasan hasil belajar manakah kasus itu mengalami kelemahan dipandang dari taksonomi tujuan-tujuan pendidikan? Kognitif : hafalan, permasalahan, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; dan atau Afektif : Penyadaran atau penanggapan, sambutan, penghargaan, pendalaman dan penjelmaan/karakteristik; dan atau Psikomotor : pola gerak-gerik keterampilan perilaku umum, perialku khusus, eksresif, komunikatif.

5) Faktor manakah yang merupakan penyebab utama dipandang dari segi raw inputs (siswa sendiri) PBM yang bersangkutan? Terbatasnya kemampuan dasar intelektual : umum/bakat khusus. Kurangnya minat dan motivasi: rendah, malas, kurang berminat. Sikap yang kurang positif terhadap: guru, bahan pelajaran. Kebiasaan belajar yang salah atau kurang memadai dalam: Mengorganisasikan waktu/fasilitas belajar; Mengorganisasikan sumber/bahan pelajaran; Melalaikan tugas/memandang enteng terhadap pekerjaan.

6) Kurangnya menguasai pengetahuan dan keterampilan diperlukan, misalnya dalam :

dasar yang

11

Mencari/menghimpun, mengamati/mengobservasi, mencatat dan mengorganisasikan informasi, fakta, konsep prinsip/kaidah/dalil, prosedur yang dipelajari; dan atau

Mengaplikasikan/mengoperasikan

formula/prinsip/metode

prosedur/teknik yang telah dipelajari ke dalam pemecahan masalah; dan atau Mengoperasikan kaidah-kaidah logika (sebab, akibat, asosiasi, diferensi, komparasi dan sebagainya) formula dalam melakukan analisis sintesis dan evaluasi. Belum cukup matang (immaturation)dan siap untuk mengikuti program PBM utama yang bersangkutan.

7) Faktor manakah yang mungkin menjadi penyebab utama dari komponen instrumental input (sarana penunjang) PBM yang

bersangkutan? Kurang serasi program (satu program untuk semua, tidak efektif atau alternatif) dengan keragaman siswa; Kurang serasi bahan/sumber belajar yang tersedia dengan apa yang diperlukan (jumlah terbatas, langka, tak terbaca, tak terpahamkan); dan atau Kurang serasi strategi/metode/teknik belajar-mengajar dengan keragaman siswa (terlalu bertsifat klasikal, tiada layanan

individual); dan atau Kurang serasi fasilitas teknis yang ada dengan apa yang diperlukan: Jumlahnya terbatas, Tempat dan kesempatan waktunya terbatas, Sukar dioperasikannya, Bahannya langka/mahal. Kurang serasi hubungan/kondisi objektif guru dengan siswa dan bidang studi yang bersangkutan:

12

Kurang

menguasai

bahan/metode/teknik/sumber

yang

diperlukan; Kurang tanggap/responsif situasi kelas/dinamika kelompok; Penampilan kurang menarik/meyakinkan; Beberapa sifat pribadi yang kurang

menguntungkan/menunjang terhadap tugas/peranannya sebagai guru; Keadaan kelas memang terlalu besar jumlahnya atau terlalu heterogen sifat/latarbelakangnya; Terlalu banyak/beban mengajarnya.

Kurangnya daya dukung fasilitas fisik yang diperlukan (ruang belajar, laboratorium, perpustakaan,dll).

8) Faktor manakah yang terdapat dalam lingkungan yang diduga merupakan sumber penyebab utama kesulitan? Di sekolah : apakah iklim sosial cukup sehat dan merangsang untuk belajar; Di rumah : apakah iklim social cukup sehat dan merangsang untuk belajar dan daya dukung fasilitas belajar cukup tersedia; Di masyarakat : apakah cukup tersedia ruang/tempat memperkaya pengalaman belajar.

9) Apakah komponen output turut juga menjadi salah satu sebab kesulitan belajar-mengajar? Terlalu tinggi tuntutan standar (kriteria keberhasilan) hasil belajar. Terlalu menekankan pada aspek lainnya. Tiadanya patokan sebagai ukuran baku yang dapat dijadikan pedoman umum oleh setiap guru dan siswa.

10) Apakah perkiraan tentang kemungkinan penanganannya cukup teliti dan beralasan?

13

Apakah masih mungkin atau tidak kesulitan itu dipecahkan oleh guru dan siswa atau dengan bantuan pihak lain,

Berapa lama waktu diperlukan untuk itu. Apakah cukup tersedia daya dukung fasilitas yang diperlukan. Apakah alternatif yang direkomendasikan? Adakah ditunjukan segi keuntungan dari alternatif yang disarankan, Adakah pula ditunjukkan segi kelemahannya, Adakah dikemukakan persyaratan fasilitas dukungan yang

diperlukan.

2) Menentukan alternatif pilihan tindakan Langkah ini merupakan lanjutan logis dari langkah pertama. Dari hasil penelaahan yang kita lakukan pada langkah pertama itu, akan diperoleh kesimpulan mengenai dua hal pokok, yaitu : 1) Karakteristik khusus yang akan ditangani secara umum,dapat

dikategorikan pada salah satu dari tiga kemungkinan di bawah ini : Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan hanya memiliki kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi/metode/teknik belajar yang lebih sesuai, efektif, dan efisien. Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola

strategi/metode/teknik belajar yang sesuai, efektif dan efisien, juga dihadapkan kepada hambatan-hambatan ego-emosional, potensialfungsional, sosial-psikologis, dalam penyesuaian dengan dirinya dan lingkungannya. Kasus yang bersangkutan disimpulkan telah memliki kecenderungan kearah kemampuan kecenderungan menemukan dan mengembangkan pola-pola strategi/metode/teknik belajar yang sesuai, efektif dan efisien, namun terhambat oleh kondisi, ego-emosional, socialpsikologis, dan factor instrument-environ-mental lainnya.

14

2) Alternatif pemecahannya, mungkin lebih strategis jika : Langsung kepada langkah keempat (pelaksanaan pengajaran

remedial), misalnya jika kasusnya termasuk kategori yang pertama; Harus menempuh dahulu langkah ketiga (layanan BK/psikoterapi) sebelum lanjut ke langkah ke-4, jika kasusnya termasuk kategori ke-2 atau ke-3.

Dengan demikian, sasaran pokok kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini ialah membuat keputusan pilihan alternatif mana yang ditempuh berdasarkan pertimbangan rasional yang saksama. Sebagai dasar pertimbangan yang fundamental dalam proses pengambilan keputusan ini, antara lain beberapa prinsip berikut: Efektifitas, dalam arti lebih ampuh untuk menjamin tercapainya tujuan pengajaran remedial yang diharapkan. Efisiensi, dalam arti lebih memerlukan usaha dan pengorbanan serta fasilitas seminimal mungkin denagn hasil yang diharapkan seoptimal mungkin. Keserasian, dalam arti kesesuaian dengan: Jenis karakteristik, intensitas, dan latar belakang

permasalahannya; Jumlah, jenis dan sifat kepribadian kasus; Tingkat penguasaan teori, kemahiran praktik dan sifat kepribadian guru yang akan menamganinya; Kesediaan dan kecukupan daya dukung/sarana

penunjang/lingkungan (ruang/waktu dengan kelengkapannya, sikap/bantuan pihak lain) yang diperlukan; Waktu dan kesempatan yang tersedia pada pihak guru, pihak lain, dan yang bersangkutan. Sudah barang tentu di atas semua pertimbangan itu, guru akhirnya harus mengambil keputusan alternatif tindakan bukan hanya atas dasar alasan-alasan teknis operasional belak, melainkan juga pertimbangan etika dan tanggung

15

jawab moral kemanusiaan bahwa kasus siswa itu amanat Allah SWT, yang dititipkan kepadanya sehingga perlu dibantu demi kelangsungan dan kebahagiaan hidupnya. Seyogianya pertimbangan-pertimbnagan lain pun seperti tanggung jawab administratif, tanggung jawab professional turut mewarnai keputusan yang akan diambil nanti. 3) Layanan bimbingan dan konseling Langkah ini pada dasarnya bersifat pilihan bersyarat (optimal and conditional)ditinjau dari kerangka keseluruhan prosedur pengajaran remedial. Sasaran pokok yang hendak dituju oleh layanan ini ialah terciptanya kesehatan mental kasus, dalam arti ia terbatas dari hambatan dan ketegangan batinnya untuk kemudian siap sedia kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar dan realistis. Di dalam praktiknya, langkah ini mungkin sampai batas-batas tertentu masih ditangani oleh guru sendiri. Namun, mungkin sekali dengan bantuan atau kerjasama pihak lain. Diantara sekian banyak masalah kesuliatan penyesuaian, yang masih dapat ditangani para guru pada umumnya, antara lain:

1) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kurangnya motivasi dan minat belajar Beberapa cara atau teknik yang disarankan oleh kaum psikolog dan pendidik untuk membantu kasus tipe ini (Woodworth dan Marquis) antara lain: Hindarilah saran dan pernyataan negatif kegairahan belajar; Ciptakan situasi-situasi kompetitif sesama siswa secara sehat; Kembangkanlah sasaran-sasaran antara atau tujuan-tujuan khusus intermediair yang mudah dijangkau secara bertahap; Berikanlah dorongan untuk self competition dengan memberikan informasi tentang prestasi yang telah dicapainya dari saat ke saat atau dari bidang ke bidang studi yang satu terhadap lainnya. yang dapat melemahkan

16

Berikan

kesempatan

kepada

individu

atau

kelompok

untuk

mendiskusikan aspirasi-aspirasinya secara rasional; Berikan ganjaran yang tulus dan wajar, kendatipun berupa ucapan pujian; Laksanakan sanksi hukuman atas kelalaian dengan bijaksana, adil, dan berwibawa; Tunjukkan manfaat dari pelajaran bagi kepentingan siswa yang bersangkutan pada saat kini dan nanti.

2) Kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran dan situasi belajar Beberapa alternatif teknik yang disarankan untuk membina sikap positif terhadap belajar, antara lain: Ciptakan iklim sosial yang sehat di dalam kelas atau kelompok studi; Berikan kesempatan memperoleh pengalaman yang menyenangkan atau memuaskan atau memperoleh sukses dalam belajar meskipun dengan prestasi yang minimal sekali pun.

3) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kebiasaan belajar yang salah Beberapa cara membantu kasus yang disarankan antara lain: Tunjukkan akibat atau pengaruh kebiasaan yang salah terhadap prestasi belajar dan kehidupan seseorang; Berikan kesempatan masa transisi untuk berlatih dengan pola-pola kebiasaan baru dan meninggalkan kebiasaan lama yang salah.

4) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang ketidakserasian antara kondisi objektif keragaman pribadinya dengan kondisi objektif

instrumental input dan lingkungannya

17

Beberapa saran yang dapat ditempuh guru dalam hal ini antara lain: Bimbingan informasi dalam pilihan program atau bidang studi, bahan atau sumber, strategi atau metode/teknik belajar secara rasional; Diskusi atau kerja kelompok; Proyek kegiatan bersama dikelas, karyawisata, dan sebagainya.

Teknik-teknik layanan bimbingan dan penyuluhan atau psikoterapi lebih lanjut untuk menangani masalah kesulitan berlatar belakang hambatan egoemosional, sosial-psikologis, potensial-fungsional, dan sifat-sifat kepribadian lainnya seyogianya ditangani oleh atau dengan petugas ahli lain. Siapa pun yang menangani pelaksaan langkah ketiga ini, pada suatu saat harus diakhiri dan kegiatan segera dialihkan pada langkah ke-4 (pengajaran remedial yang sebenarnya). Sebagai patokan untuk mendeteksi keberhasilan layanan bantuan sementara. Robinson (1950:96) antara lain menyarankan indikatornya : 1) Menunjukan minat untuk mencari pemecahan atas masalah yang dihadapinya, 2) Menunjukkan kesediaan kerjasama dengan pihak lain (guru, petugas BK, dan sebagainya) guna mencari jalan pemecahan masalah yang

dihadapinya, 3) Ketegangan atau sikap mulai berbeda, sikap terbukanya tampak, 4) Mulai tampak kemampuan untuk menyadari masalahnya secara realistic, 5) Mulai tampak kemampun untuk mengembangkan, menimbang dan memilih alternative pemecahan yang mungkin ditempu, 6) Menunjukkan kesediaan dan kesanggupan untuk melaksanakan alternative tindakan pemecahan lebih lanjut yang telah dipilihnya, termasuk penyesuaian-penyesuaian baik terhadap dirinya maupun lingkungannya.

18

4) Melaksanakan pengajaran remedial Dengan terciptanya prakondisi seperti digambarkan paragraph di atas (bagi kasus tertentu) langkah ke empat yaitu pelaksanaan pengajaran remedial barulah dianggap tepat. Seperti di jelaskan di atas, sasaran pokok dari setiap pengajaran remedial ini ialah terciptanya peningkatan prestasi dan atau kemampuan penyesuaian diri sesuai dengan criteria kerberhasilan yang ditetapkan.Strategi dan teknik pelaksanaan pengajaran remedial yang merupakan inti dari unit ini, akan dibahas kemudian.

5) Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali Dengan selesainya pembelajaran remedial, seyogianya dideteksi ada atau tidaknya perubahan pada diri kasus. Oleh karena itu, perlu diadakan pengukuran kembali. Hasil pengukuran ini akan memberikan informasi seberapa jauh atau seberapa besar perubahan telah terjadi, baik dalam arti kuantitatif maupun kualitatif. Cara dan instrumen yang digunakan dalam pengukuran pada langkah ini seyogianya sama dengan apa yang digunakan pada waktu post-test atau test sumatif dari PBM utama.

6) Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik Pada akhirnya, hasil pengukuran harus ditafsirkan dan ditimbang kembali dengan mempergunakan cara dan criteria untuk PBM utama. Hasil penafsiran dan pertimbangan ini akan membawa tiga kemungkinan kesimpulan: Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian dirinya dengan mencapai criteria keberhasilan minimum seperti yang diharapkan, Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian dirinya namun masih belum sepenuhnya memadai criteria keberhasilan minimum yang diharapkan,

19

Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti, baik dalam segi prestasinya maupun dalam kemampuan penyesuaian dirinya.

Rekomendasi yang seyogianya dikemukakan sebagai tindak lanjut hasil kesimpulan di atas sudah tentu hendaknya menunjukkan tiga kemungkinan: Bagi kasus pertama dapat dinyatakan terminal (kalau program PBM utamanya merupakan yang terakhir) atau direkomendasikan untuk melanjutkan kepada program PBM utama tahap (unit) berikutnya,

Bagi kasus kedua seyogianya diberikan program khusus yang ditunjukkan kepada pengayaan dan pengukuran prestasi atau kemampuannya sebelum dinyatakan terminal atau diperkenankan melanjutkan kepada program selanjutnya,

Pada kasus ke tiga seyogianya dilakukan rediagnostik sehingga mungkin nanti ditemukan dimana letak kelemahannya dari pengajaran remedial tersebut, apakah pada setiap (semua langkah atau hanya langkah tertentu saja) remedial perlu diadakan ulang dengan alternatif yang sama atau yang lainnya. 7) Remedial pengayaan dan pengukuran (tambahan) Seperti halnya langkah ke-3, langkah ini pun bersifat pilihan (optional) yang kondisional. Langkah ini ditempuh jika kebetulan memang ada kasus seperti yang ke-2 (6.b) serta persyaratan terpenuhi seperti untuk langkah ke-3, antara lain ada atau tidaknya kesempatan pada pihak guru dan siswa, daya dukung fasilitas teknis, serta sarana penunjang yang diperlukan. Sasaran pokok langkah ini ialah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan diadakan pengayaan dan pengukuhan ini. Cara dan instrument yang digunakan dapat berbagai bentuk, misalnya dengan jalan penguasaan untuk pemecahan soal tertentu, pengajaran proyek

20

kecil tertentu atau membaca dan menganalisis artikel tertentu, dan sebaginya. Hasilnya, harus dilaporkan atau ditunjukkan kembali kepada guru untuk dinilai seperlunya sebelum yang bersangkutan dinyatakan terminal dengan

programnya atau diperkenankan melanjutkan kepada PBM atau berikutnya.

2.2 E aluasiPengajaranRamedial
Dalam paragraph pembahsan di atas telah kita pelajari 3 strategi dasar termasuk beberapa teknik pengajaran remedial yang dapat dipertimbangkan oleh para guru. Meskipun setiap alternatif model pendekatan itu secara teoritis mungkin dapat dipergunakan, namun belum tentu setiap model akan cocok bagi setiap orang. Oleh karena itu, para guru seyogianya mempunyai kemampuan melakukan pilihan model mana yang dipandang paling cocok baginya. Suatu pilihan rasional, mau tidak mau melibatkan suatu tindakan penilaian (evaluasi). Setiap tindakan evaluasi sudah lazim memerlukan adanya suatu prangkat criteria atau tolak ukur sebagai pegangan, suatu cara atau teknik pengumpulan dan pengolahan data informasi untuk menunjukan gmbaran seberapa jauh objek yang dievaluasi itu memadai atau tidaknya sesuai dengan criteria yang ditetapkan. Paragraf ini menerangan mencoba secara garis besar mengetengahkan kedua hal pokok tersebut.

1) Prangkat Kriteria Kebaikan Suatu Model Strategi dan atau Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial Secara esensial kriteria pilihan alternatif model pendekatan ini sebenarnya serupa dengan kriteria pilihan alternatif tindakan seperti dikemukakan dalam paragraf kedua terdahulu, yang berorientasi kepada tiga prinsip, yaitu: keserasian, keefektifan, dan kelancaran. Dengan demikian, secara refresentatif dapat kita formulasikan bahwa suatu model strategi dan atau teknik pendekatan pengajaran remedial dapat dipandang baik kalau terdapat indukator yang didukung oleh data/informasi yang memadai bahwa model itu: Serasi dengan tujuan (pemecahan permasalahan), jenis/jumlah

tingkat/karakteristik kasus berikut permasalahannya, kemampuan teknis dan

21

kerpibadian

guru

yang

bersangkutan,

serta

daya

dukung

fasilitas

instrumental/tempat/lingkungan/waktu atau kesempatan, Efektif yang dijujukan oleh adanya peningkatan prestasi belajar dan kemampuan penyesuaian diri pada siswa sesuai dengan criteria keberhasilan yang diharapkan, Efisien yang didukung oleh minimalnya waktu yang digunakan untuk mencapai peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian sisa tersebut. Sudah barang tentu dapat kita tambahkan lagi komponen-komponen criteria lainnya, namun tiga yang tetsebut diatas memerlukan data/informasi yang berbeda. Kriteria pertama (keserasian) data/informasinya relatif sukar untuk dikuantifikasikan disamping menyangkut banyak aspek yang beragam sumbernya. Oleh karena itu, cara penilaiannya akan lebih banyak bersifat pertimbangan saja daripada penilaiannya (dalam hal ini guru yang bersangkutan). Lain halnya dengan kedua dan ketiga (efektivitas dan efisien), dimana tingkat kemajuan belajar dan ukuran waktu yang dipergunakan relatif mudah dicatat angkaangkanya. Namun, satu hal mengenai tingkat kemampuan penyesuaian diri pada kriteria ke-2 (efektif), juga akan lebih banyak bersifat pertimbangan. Meskipun demikian, pada kriteria itu diperlukan data/informasi yang serupa sifatnya, yaitu empiris. Sedangkan kriteria pertama pada dasarnya lebih bersifat rasional. Mempertimbangkan kondisi seperti ini maka para guru hendaknya mampu mempergunakan kedua cara pendekatan rasional dan enpiris.

2) Pendekatan rasional terhadap masalah keserasian suatu model strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial Ada dua cara yang fisibel untuk medeteksi seberapa jauh taraf keserasian model yang kita evaluasi itu, yaitu kita kembangkan dalam: Bentuk pertanyaan pada setiap aspekmyamg dinilai atau, kita kembangkan dalam bentuk atau format skala penilaian atau daftar cek. Hal penting lainnya yang harus kita ingat pula ialah hendaknya ditetapkan ancar-ancar skala atau tingkat kualifikasi keserasian yang diharapkan, misalnya

22

disusun secara continue mulai dari sangat memadai, diragukan, kurang memadai, sangat kurang memadai.

3) Remedial empiris terhadap masalah keserasian suatu model strategi dan teknik pengajaran remedial Russell (1974:92-95) mengemukkan suatu model perhitungan mengenai taraf keefektifan dan kelancaran suatu model atau system/pengajaran modul yang mempunyai nilai diagnosik dan remedial, yang mempergumakan data/informasi angka nilai prestasi belajar siswa dengan menggunakan formula sebagai berikut.

Formula keberhasilan (keefektifan), ialah: Keefektifan = Terminal behaviors - Entry behaviors atau Nilai prestasi = Nilai post-test - Nilai pre-test

Formula kelancaran (efficiency), ialah: Efisiensi = keefektifan/waktu = Term. Behaviors-Enter. Behavs/Time

Contoh penggunaannya: Guru A mencatat tingkat penguasaan seseorang/ sejumlah siswa pada waktu per-test sebesar 20% dari ktiteria keberhasilan yang diharapkan. Kemudiab setelah dilaksanakan pengajaran remedial tersebut dengan strategi/teknik tertentu, siswa dites kembali dengan instrument atau alat pengukuran/penilaian yang serupa. Ternyata menunjukan tingkat penguasaan 95% dengan menggunakan waktu selama sekitar 60 menit. Perhitungan: Taraf keefektifan pengajaran remedial Guru A itu ialah: 95%-20% = 75% (peningkatan) Taraf efisiennya ialah = 95%-20% / 60 menit = 1,25% /menit

23

Dengan mengetahui angka-angka nilai siswa pada saat pre-test dengan posttest kita dapat mendeteksi taraf keefektifan dan kelancaran pengajaran remedial tersebut secara empiris. Alangkah baiknya kalau evaluasi pengajaran remedial itu dilakukan dengan mempergunakan kriteria secara lengkap dan terpadu, baik aspek rasionalnya maupun empirisnya. Namun, bagi kepeluan pemilihan suatu model perama kalinya tentu cukup baik jika kiita sudah dapat mempergunakan pendekatan secara rasional. Mengenai taraf keberhasilan model strategis dan teknik layanan bimbingan belajar pun (misalnya: direktif, non direktif (elektrik)) kita dapat mempergunakan model serupa dengan mempertimbangkan aspek-aspek atau komponenekomponen yang nilainya seperti disarankan oleh Robinson.

2.3

Mema!ami Kegiatan Remedial dan Penga"aan untuk Perbaikan Pembelajaran Kegiatan remedial adalah kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran. Sesuai dengan pengertiannya, tujuan kegiatan remedial ialah membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang berlaku.

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, fungsi kegiatan remedial adalah: 1) Memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru (fungsi korektif); 2) Meningkatkan pemahaman guru dan siswa terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya (fungsi pemahaman); 3) Menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa (fungsi penyesuaian); 4) Mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran (fungsi akselerasi); dan 5) Membantu mengatasi kesulitan siswa dalam aspek sosial-pribadi (fungsi terapeutik). Perbedaan kegiatan remedial dari pembelajaran biasa terletak pada pendekatan yang digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan remedial direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan individu atau kelompok siswa.

24

Sedangkan pembelajaran biasa menerapkan pendekatan klasikal, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaannya. Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan (preventif); setelah kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar (kuratif); atau selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa (pengembangan). Dalam melaksanakan kegiatan remedial guru dapat menerapkan berbagai metode dan media sesuai dengan kesulitan yang dihadapi dan tingkat kemampuan siswa serta menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki siswa. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan remedial adalah: Analisis hasil diagnosis kesulitan belajar, Menemukan penyebab kesulitan, Menyusun rencana kegiatan remedial, Melaksanakan kegiatan remedial, dan Menilai kegiatan remedial.

2.3

#eberapa Remedial

Strategi

dan

$eknik

Pendekatan

Pengajaran

Saran akhir pembelajaran remedial identik dengan pengajaran biasa (pada umumnya), yaitu membantu setiap siswa dalam batas-batas normalitas tertentu agar dapat mengembangkan diri seoptimal mungkin sehingga dapat mencapai tingkat penguasaan atau ketuntasan (leavel of mastery) tertentu, sekurang-kurangnya sesuai dengan batasbatas criteria keberhasilan yang dapat diterima. Mengingat secara empiris saran-saran strategis itu tidak selamanya dapat tercapai dengan pendekatan sistem pengajaran konvensional maka perlu dicapai upaya pendekatan strategis lainya. Dalam konteks konsep dasar diagnostik dan pengajaran remedial, Ros dan Stenly menjelaskan bahwa tindakan strategis itu seyogianya dapat dilakukan secara kuratif dan preventif. 1) Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial yang Bersifat Kuratif. Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif kalau dilakukan setelah program PBM utama selesai diselenggarakan. Tindakan ini didasarkan

25

atas kenyataan empiris bahwa ada seseorang atau sejumlah orang atau bahkan mungkin sebagian besar atau seluruh anggota kelas/kelompok belajar dapat dipandang tidak mampu menyelesaikan program PBM secara sempurna, sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Program PBM dapat diartikan sebagai program untuk tiap pertemuan, untuk satuan (unit) bahan pelajaran atau satuan waktu (mingguan, bulanan, triwulan, semesteran, tahunan dan sebagainya) tertentu.

Sasaran pokok dari tindakan ini agar: Siswa yang prestasinya jauh sekali di bawah batas kriteria keberhasilan minimal, diusahakan pada suatu saat tertentu dapat memadai kriteria keberhasilan minimal tersebut, Siswa yang sedikit masih kurang atau bahkan telah tinggi sekalipun prestasinya dari ukuran criteria keberhasilan minimal, pada suatu saat dapat lebih disempurnakaan atau diperkaya, bahkan mungkin ditingkatkan kepada program yang lebih tinggi lagi Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut, para ahli telah mengembangkan beberapa teknik pendekatan seperti: pengulangan, pengayaan dan pengukuhan serta percepatan (acceleration).

Dengan memperhatikan gambaran visual tersebut, ketiga teknik pendekatan pengajaran remedial kuratif dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

2) Pengulangan (repetition) Sejalan dengan upaya diagnostiknya, pengulangan ini dapat terjadi pada beberapa tingkatan, yaitu: Pada setiap akhir jam pertemuan tertentu, Pada setiap akhir unit (satuan bahan) pelajaran tertentu, Pada akhir setiap satuan program studi (triwulan/semesteran/tahunan tertentu).

26

Pelaksanaan layanan pengajaran remedial mungkin diberikan dan di organisasikan: Secara perseorangan (induvudual), kalau ternyata siswa yang memerlukan bantuan itu jumlhnya terbatas, Secara kelompok, jika ternyata terdapat sejumlah siswa yang mempunyai jenis/lokasi/sifat kesalahan atau kesulitan bersama, bukan mustahil terjadi juga dalam budang studi tertentu dialami oleh kelas secara keseluruhan.

Waktu dan cara pelaksanaannya juga ada berbagai kemungkinan, misalnya: Diadakan pada jam pertemuan kelas biasa betikutnya, jika sebagian besar atau seluruh anggota kelas engalami kesulitan yang serupa, dimana: Bahan dipresentasikan dengan penjelasannya, baik sebagian atau seluruhnya dari bahan jam pertemuan terdahulu, Diadakan latihan atau penugasan ataupun soal kembali yang dibentuknya sejenis dengan tugas soal terdahulu, Diadakan pengukuran dan penilaian kembali untuk mendeteksi hasil peningkatan kea rah criteria keberhasilan yang di harapkan.

Diadakan diluar pertemuan jam biasa, misalnya: Diadakan jam pelajaran tambahan pada hari atau jam tempat tertentu, jika yang mengalami kesulitan itu hanya seseorang atau sejumlah orang tertentu (umpamanya, pada sore hari, sehabis jam pelajaran biasa, waktu istirahat untuk siswa lain, dan sebagainya) Diberikan untuk pekerjaan rumah (home work) dengan diperiksa kembali hasil pekerjaannya oleh guru. Diadakan kelas remedial khusus bagi siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar tertentu dimana: Siswa lain belajar dalam kelas biasa sedangkan siswa tertentu belajar dengan mendapat bimbingan khusus dari yang sama atau guru bidang

27

studi sampai siswa yang bersangkutan mencapai tingkat penguasaan (leavel of mastery) tertentu dapat bersama-sama lagi dengan temannya dikelas biasa. Diadakan pengulangan secara total, jika ternyata siswa yang bersangkutan prestasinya sangat jauh dari batas criteria keberhasilan minimal dalam hamper keseluruhan program (kimponen bidang studinya), secara konvensional kita kenal sebagai tinggal kelas.

3) Pengayaan dan Pengukuhan (Enrichment and reinforcement) Kalau layanan pengulangan ditujukan kepada siswa yang mempunyai kelemahan sangat mendasar, layanan pengayaan ditujukan kepada siswa yang mempunyai kelemahan yang ringan bahkan secara akademik mungkin sangat kuat. Materi program pengayannya mungkin bersifat: Ekivalen (hotijontal) dengan program PBM utama sehingga nilai bobot kreditnya dapat diperhitungkan bagi siswa yang bersangkutan atau skadar, Suplementerterhadap program PBM utama, dengan tidak menambah bobot kredit tertentu, yang penting dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan atau keterampilan bagi siswa yang relative lemah dan atau memberikan dorongan serta kesibukan kepada siswa yang cepat belajar untuk mengisi kelebihan waktunya dibndingkan teman sekelasnya.

Teknik pelaksanaannya juga dapat dengan berbagai cara, misalnya: Berupa tugas atau soal pekerjaan rumah (bagi siswa yang relative lemah) atau Berupa tugas atau soal yang dikerjakan dalam kelas pada jam itu juga sementara yang lain mengerjakan program PBM utamanya (bagi siswa yang cepat belajar). Baik dalam rangka pekerjaan rumah maupun tugas tambahan seyogianya diperiksa juga oleh guru apalagi jika ada perhitungannya jika ada penambahan perhitungannya dengan pnambahan bobot kredit bagi siswa yang akan merupakan intensif baginya.

28

4) Percepatan (Acceleration, akselerasi) Alternatif lain yang dapat kita berikan layanan kepada kasus berbakat, tetapi menunjukan kesulitan psikosial atau egomosial ialah dengan jalan mengadakan akselerasi atau promosi yang lebih tinggi kepada program PBM utama berikutnya.

Ada dua mungkin pelaksanaannya: Promosi penuh status akademinya ke tingkat yang lebih tinggi sebatas kemungkinannya, kalau memang yang bersangkutan menunjukan

keunggulan yang menyeluruh dari program studi yang ditempuhnya yang luar biasa, untuk ini dapat diadministrasikan suatu placement test dari tingkat yang akan ia masuki , Maju berkelanjutan (continuous progress) tidak diartikan sebagai promosi status akademisnya secara menyeluruh tetapi pada beberapa bidang studi tertentu dimana layanan dengan program/bahan pelajaran yang lebih tinggi terbatas kemampuannya, status akademisnya tetapi bersama teman seangkatannya.

Pelaksanaan pelayanan pengajaran secara akseleratif ini tenru perlu adanya kejasama diantara para guru yang bersangkutan disekolah tertentu. Bahkan, akan sangat membantu kalau sudah dikembangkan secara modular sehingga para guru akan mudah mengadministrasikannya meskipun banyak siswa dalam hal tertentu mempunyai program studi yang beragam. Kalau ketiga alternatif teknik pendekatan itu memungkinkan untuk diadministrasikan secara efektif, kesulitan-kesulitan yang telah dialami siswa, baik dalam arti bagi keperluan peningkatan prestasi akademis maupun kemampuan penyesuaian mungkin berangsur dapat dikurangi dalam lingkungan dan system persekolahan kita.

29

5) Strategi dan Pendekatan yang Bersifat Preventif Kalau strategi dan teknik kuratif ditunjukan kepada siswa yang secara empiris sudah nyata-nyata menunjukan kesulitan tertentu (prestasi lemah, kurang mampu melakukan penyesuaian), pendekatan preventif ditunjukan kepada siswa tertentu yang berdasarkan data/informasi yang ada dapat diantisipasikan atau di prediksikan atau setidak-tidaknya patut diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Oleh karena itu, sasaran pokok dari pendekatan preventif ini berusaha sedapat mungkin agar hambatan-hambatan yang diantisipasikan itu dapat direduksi seminimal mungkin sehingga siswa yang bersangkutan diharapkan dapat mencapai prestasi dan kemampuan penyesuaian sesuai dengan criteria keberhasilan yang ditetapkan. Kalau dalam pendekatan kuratif tindakan remedial itu berpangkal tolak dari hasil post-teaching diagnosik yang berdasarkan data/informasi hasil posttest/sumatif, pendekatan preventif bertolak dari hasil pree-test/evaluasi reflektif atau test of entering behaviors. Berdasarkan hasil pree-teacing diagnostic ini pada garis besarnya siswa yang dapat diidentifikasikan kedalam tiga kategori ialah: Mereka yang diperkirakan akan mampu menyelesaikan program PBM utama (biasa) sesuai dengan waktu yang telah disediakan (siswa termasuk kategori normal rata-rata), Mereka yang diperkirakan akan sanggup menyelesaikan program lebih cepat dari waktu yang ditetapkan (siswa-cepat), Mereka yang diperkirakan akan terlambat atau tidak akan dapat menyelesaikan program sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.

Atas dasar perkiran itu, maka aka nada tiga kemungkinan teknik layanan pengajaran yang bersifat remedial seperti disarankan oleh para ahli pendidik dan psikologi kependidikan, yaitu layanan pengajaran kelompok yang

diorgaanisasikan secara homogen (homogenious grouping), layanan pengajaran secara individual (individualist based instructions) dan layanan pengajaran kelompok dilengkapi kelas khusus.

30

Layanan kepada kelompok belajar homogen Secara visual langkah-langkah pelaksanaan dapat digambarkan sebagai berikut: Setelah diadakan penilain siswa dikelompokan kedalam 3 kelompok homogen (A=Cepat, B=Rata-rata, C=Lambat). Program pada ke-3 kelompok itu ruang lingkupnya ekivalen, tetapi diorganisasikan secara relative berbeda. Perbedaan tersebut terletak dala cara menerangkannya, contoh-contoh, soal/tugas, dan sebagainya. Namun, yang penting ialah perkiraan agar ke-3 kelompok itu diharapkan dapat menyelesaikan PBM atau terminalnya pada waktu yang relative bersamaan sehingga mereka dapat mengikuti post-test atau pree-test atau test sumatif pada saat yang sama.

Layanan Pengajaran Individual Pada asasnya, konsep dasarnya sama dengan teknik yang pertama yaitu penyesuaian dengan kondisi objektif siswa. Namun, pada teknik ini layanan secara fundamental diberikan kepada siswa secara individual.

Langkah-langkahnya secara visual dapat pula digambarkan sebagai berikut. Pada teknik layanan pengajaran ini setiap induvidu mempunyai program tersendiri. Ia mempunyai kebebasan untuk melakukaan kegiatannya dan melakukan konsultasi dengan tutor (guru) atau pihak lain yang diperlukan, dengan tidak terikat keharusan mengikuti kam pelajaran seperti biasa di kelas. Namun, ia terikat oleh batas-batas waktu akhir periode belajar yang telah ditetapkan (triwulan, semesteran, dan sebagainya). Meskipun kegiatan belajar secara individual, juga harus menempuh post-test atau test sumatif tertentu yang diorganisasikan secara baku. Program pengajaran untuk keperluan ini biasaanya telah diorganisasikan dalam bentuk modul, yang pada prinsipnya setiap siswa mendapat layanan guru secara individual.

31

Layanan pengajaran secara kelompok dengan dilengkapi kelas khusus remedial dan pengayaan

Secara visual teknik layanan ini dapat di lukiskan sebagai berikut: Kalau pada teknik pertama (homogeneous grouping) sejak awal sampai posttestsetiap siswa mengikuti program A atau B dan atau C tidak terjadi perpindahan (mobilitas) selama program berlangsung, pada teknik yang ketiga ini pada prinsipnya siswa berada dalam satu kelas yang sama dengan mengikutu program PBM yang sama pula. Namun, disamping itu kepada siswa-siswa yang ternyata mempunyai kesulitan-kesulitan tertentu telah disediakan tempat atau waktu dan program layanan remedial khusus, begitu pula bagi siswa yang cepat belajar telah disediakan program remedial atau pengayaan, mereka kembali kedalam kelompok dan program belajar utama bersama teman-teman sekelasnya. Pada akhirnya, mereka juga harus menempuh post-test secara bersama-sama pula. Teknik pelaksanaan layanannya dapat serupa dengan teknik pertama, yaitu dilakukan oleh beberapa guru dalam waktu yang bersamaan atau berbeda, dan pula dilakukan oleh guru yang sama pada saat yang berbeda asalkan program dan fasilitas teknisnya sudah disediakan dengan seksama.

6) Strategi

dan

Teknik

Pendekatan

Pengajaran

Remedial

yang

Bersifat

Pengembangan (Developmental) Kalau perndekatan kuratif merupakan tindak lanjut dari post-teaching diagnoistic dan pendekatan preventif merupakan tindak lanjut dari pre-teaching diagnostic, pendekatan pengembangan merupakan tindak lanjut dari duringteaching diagnostic atau upaya diagnostic yang dilakukan guru selama berlangsungnya program PBM. Sasaran pokok dari strategi pendekatan ini ialah agar siswa dapat segera mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan PBM. Dengan diberikan bantuan segera dari saat ke saat selama berlangsungnya PMB, pada akhirnya siswa diharapkan akan dapat

32

menyelesaikan program secara tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Agar strategi pendekatan ini dapat diopersasikan secara teknik dan sistematis, diperlukan adanya pengorganisasian program PBM yang sistematis pula seperti dalam bentuk system pengajaran berprogram, system pengajaran modul, dan sebagainya. Dengan demikian, maka proses pelayanan diagnostic dan remedial itu dapat dilakukan secara sekuensial dari unit ke unit secara teratur. Dari proses terlihat bagaimana rangkaian perkembangan kegiatan diagnosik dan remedial itu berlangsung selama periode PBM itu berjalan dari modul ke modul atau dari unit ke unit. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa guru hendaknya memonitor atau mengobservasi selama proses belajar berlangsung, kemudian pada setiap selesai suatu modul atau bagian program diselesaikan maka suatu test pormanif hendaknya diadministrasikan. Data/informasi dari kedua aktivitas itu merupakan umpan balik bagi guru untuk segera mengadakan evaluasi dan diagnostik. Tindakan selanjutnya ialah segera melakukan bantuan remedial, baik kepada siswa secara individual maupun kelompok, bergantung pada pola PBM mana yang dilakukan. Kegiatan seyogianya baru dilanjutkan kepada program tingkat berikutnya (modul/unit tertentu) kalau sudah diyakini bahwa siswa telah menyelesaikan program terdahulu secara tuntas (sesuai kriteria keberhasilan yang ditetapkan). Sudah barang tentu kalau program ini disajikan dalam bentuk modul, siswa-siswa yang sudah dipandang memenuhi syarat tidak perlu saling menunggu temannya. Dengan kata lain, yang bersangkutan selayaknya diperkenankan maju ke tingkat program yang lebih tinggi. Kegiatan seperti itu dilakukan sepanjang satuan waktu atau program yang lebih besar diselesaikan (triwulan/semesteran/tahunan). Pada akhirnya, selayaknnya diadakan suatu test yang menyeluruh. Adalah menjadi keyakinan kaum penganut pendekatan developmental ini bahwa setiap siswa samapi batas-batas proses perkembangan belajarnya dengan strategi dan teknik pendekatan ini akan mencapai hasil yang diharapkan.

33

1.1 Kegiatan Pengayaan Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya. Kegiatan pengayaan dilaksanakan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal. Tugas yang dapat diberikan guru pada siswa yang mengikuti kegiatan pengayaan di antaranya adalah memberikan kesempatan menjadi tutor sebaya, mengembangkan latihan praktis dari materi yang sedang dibahas, membuat hasil karya, melakukan suatu proyek, membahas masalah, atau mengerjakan permainan yang harus diselesaikan siswa. Apapun kegiatan yang dipilih guru, hendaknya kegiatan pengayaan tersebut menyenangkan dan mengembangkan kemampuan kognitif tinggi sehingga mendorong siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Dalam memilih dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru harus memperhatikan: faktor siswa, baik faktor minat maupun faktor psikologis lainnya, faktor manfaat edukatif, dan faktor waktu. 2.1 Pelaksanaan Pembelajaran Remedial Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial. 1. Diagnosis Kesulitan Belajar a. Tujuan

34

Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi kesulitan ringan, sedang dan berat. 1.3 Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang kurang perhatian di saat mengikuti pembelajaran. 2.3 Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami gangguan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, dsb. 3.3 Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netratuna daksa, dsb. b. Teknik Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara lain: tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes diagnostik, wawancara, pengamatan, dsb. 1) Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan. 2) Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi bilangan, apakah peserta didik mengalami kesulitan pada kompetensi penambahan, pengurangan, pembagian, atau perkalian. 3) Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik. 4) Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik. 2. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial Dengan memperhatikan pengertian dan prinsip pembelajaran remedial tersebut, maka pembelajaran remedial dapat diselenggarakan dengan berbagai kegiatanantara lain: 1. Memberikan tambahan penjelasan atau contoh Peserta didik kadang-kadang mengalami kesulitan memahami penyampaian materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang disajikan hanya sekali, apalagi kurang ilustrasi dan contoh. Pemberian tambahan ilustrasi, contoh dan bukan contoh untuk pembelajaran konsep misalnya akan membantu pembentukan konsep pada diri peserta didik.

35

2. Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya Penggunaan alternatif berbagai strategipembelajaran akan memungkinkan peserta didik dapat mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi. 3. Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu. Penerapan prinsip pengulangan dalam pembelajaran akan membantu peserta didik menangkap pesan pembelajaran. Pengulangan dapat dilakukan dengan menggunakan metode dan media yang sama atau metode dan media yang berbeda. 4. Menggunakan berbagai jenis media Penggunaan berbagai jenis media dapat menarik perhatian peserta didik. Perhatian memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Semakin memperhatikan, hasil belajar akan lebih baik. Namun peserta didik seringkali mengalami kesulitan untuk memperhatikan atau berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Agar perhatian peserta didik terkonsentrasi pada materi pelajaran perlu digunakan berbagai media untuk mengendalikan perhatian peserta didik. Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain: Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.

36

Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab. Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja, observasi dan lain-lain. Sedangkan penilaian hasil diperoleh melalui ulangan harian,ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Jika peserta didik tidak lulus karena penilaian hasil maka sebaiknya hanya mengulang tes tersebut dengan pembelajaran ulang jika diperlukan. Namun apabila ketidaklulusan akibat penilaian proses yang tidak diikuti (misalnya kinerja praktik, diskusi/presentasi kelompok) maka sebaiknya peserta didik mengulang semua proses yang harus diikuti. 3. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan pembelajaran remedial dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul, apakah pembelajaran remedial diberikan pada setiap akhir ulangan harian, mingguan, akhir bulan, tengah semester, atau akhir semester. Ataukah pembelajaran remedial itu diberikan setelah peserta didik mempelajari SK atau KD tertentu? Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah peserta didik mempelajari KD tertentu. Namun karena dalam setiap SK terdapat beberapa KD, maka terlalu sulit bagi pendidik untuk melaksanakan pembelajaran remedial setiap selesai mempelajari KD tertentu. Mengingat indikator keberhasilan belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai SK yang terdiri dari beberapa KD, maka pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah peserta didik menempuh tes SK yang terdiri dari beberapa KD. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa SK merupakan satu kebulatan kemampuan yang terdiri dari beberapa KD. Mereka yang belum mencapai penguasaan SK tertentu perlu mengikuti program pembelajaran remedial. Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja, observasi dan lain-lain. Sedangkan penilaian hasil diperoleh melalui ulangan harian,ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. 4. Tes Ulang

37

Tes ulang diberikan kepada peserta didik yang telah mengikuti program pembelajaran remedial agar dapat diketahui apakah peserta didik telah mencapai ketuntasan dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan. 5. Nilai Hasil Remedial Nilai hasil remedial tidak melebihi nilai KKM.

3.1 Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial Pada Kurikulum 1999 kebijakan salah satunya adalah konsep pendekatan belajar tuntas. Siswa tidak bisa mengikuti kompetensi berikutnya jika siswa belum menuntaskan kompetensi yang sedang dijalani. Sedang siswa yang memperoleh ketuntasan dan berprestasi melebihi ratarata dalam konsep kurikulum 1999 ini juga perlu mendapat perhatian khusus oleh guru. Dalam istilah kurikulum 1999 mereka yang belum tuntas perlu mendapatkan pengajaran remedial, sedang mereka yang sudah tuntas dan berprestasi diatas rata-rata perlu mendapatkan pengayaan. Dengan demikian sekolah berkewajiban untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan sesuai dengan lingkungan yang tersedia. Untuk beberapa siswa yang mempunyai prestasi belajar dibawah rata-rata atau norma yang ditetapkan bila dibandingkan dengan prestasi belajar temantemannya. Berdasarkan prinsip belajar tuntas maka siswa tersebut perlu mendapatkan penangan khusus. Sebagaimana telah disebutkan di atas siswa yang mengalami kejadian tersebut perlu mendapat perhatian dari guru yaitu diberi pengajaran remedial (remedial teaching). Dalam Kamus Bahasa Inggris , kata Remedial berarti : yang berhubungan dengan perbaikan. Dengan demikian yang dimaksud dengan pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat perbaikan, atau pengajaran yang membuat menjadi baik. Dalam belajar mengajar guru melakukan pengajaran dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara optimal. Namun jika ternyata terdapat siswa yang lamban dalam belajar dan prestasi belajarnya rendah maka diperlukan suatu proses belajar mengajar yang dapat membantu siswa agar tercapai hasil yang diharapkan. Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diadakan pengajaran biasa (klasikal), dimana siswa (kelompok) yang belum memenuhi standar minimimal yang telah ditentukan pada topik/kompetensi, dikumpulkan tersendiri untuk mendapatkan pengajaran kembali. Dalam pengajaran remedial yang diperbaiki adalah keseluruhan proses belajar mengajar seperti cara mengajar, metode pengajaran, materi pelajaran, alat belajar dan lingkungan belajar. Dalam

38

pengajaran remedial terjadi proses penyembuhan (terapi) pada siswa, jika sudah sembuh maka akan dikembalikan lagi ke kelas semula. Anonim (1999:34) Pengajaran remedial berbeda dengan proses belajar mengajar biasa dalam segi : 4 Tujuan. Pengajaran biasa diarahkan pada penguasaan (matery) bahan secara tuntas sehingga tujuan instruksional maupun tujuan pengiring tercapai secara maksimal. Sedangkan pengajaran remedial lebih diarahkan pada peningkatan penguasaan bahan sehingga sekurangkurangnya siswa yang bersangkutan dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang mungkin diterima. 5 Strategi. Strategi belajar remedial sifatnya sangat individual dalam arti tergantung pada letak masalah yang dihadapi setiap siswa. Metode penyampaian harus bervariasi dan diharapkan disusun secara sistematis dari materi / tugas yang mudah menuju tugas yang sukar. 6 Bahan. Bahan pengajaran remedial biasanya dengan penggolongan-penggolongan yang lebih kecil daripada bahan yang dikembangkan untuk pengajaran biasa. Sedang Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (2000:114) merinci perbedaan antara pengajaran remedial dengan pengajaran biasa sebagai berikut: No. 1 Pengajaran Biasa Sebagai program No 1 Pengajaran Remedial Dilakukan setelah diketahui kesulitanbelajar dan kemudian diberikanpelayanan khusus

belajar di kelas dengan semua siswa turut

berpartisipasi

sesuai dengan jenis, sifat, dan latar belakang

2 Bertujuan mencapai TIK ditetapkan 3 dengan untuk yang sesuai kurikulum

TIK

disesuaikan

dengan

kesulitan belajar yang dihadapi siswa

3 Metode yang digunakan bersifat diferensial disesuaikan dengan

berlaku untuk semua siswa Metode 4 digunakan yang bersifat 4

sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar

39

sama siswa

untuk

semua

Dilaksanakan kerjasa ma berbagai

melalui pihak,

guru, pembimbing, counselor 5 Dilaksanakan oleh guru kelas atau guru bidang studi 6 6 5 dan sebagainya Pendekatan dan teknik lebih diferensial artinya disesuaikan dengan keadaan siswa Alat Pendekatan dan evaluasi yang

digunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa

teknik lebih bersifat umum dan sama

Evaluasi menggunakan alat yang bersifat

seragam dan kompak Jadi dari uraian di atas ternyata dapat disimpulkan mengenai perbedaan proses belajar mengajar biasa dengan pengajaran remedial. Pengajaran biasa bertujuan untuk pencapaian TIK secara maksimal, sedang pengajaran remidial bertujuan untuk untuk penguasaan bahan bagi siswa yang mengalami kesulitan pada TIK tertentu. Strategi belajar mengajar pada pengajaran biasa yaitu kelas klasikal dimana siswa berkumpul dalam satu kelas untuk mendapat pengajaran dengan metode yang sama untuk semua siswa, pendekatan dan teknik yang sama serta pemberian evaluasi (ulangan) menggunakan alat yang sama (seragam) untuk semua siswa. Sedang pada pengajaran remedial strategi yang diberikan bersifat individual sesuai TIK yang mana yang sulit dan belum dituntaskan oleh siswa, metode penyampaian tidak sama antar satu siswa dengan siswa lainnya hal ini tergantung sejauh mana kesulitan siswa belajar, biasanya melibatkan berbagai pihak seperti guru bidang studi dan BP, alat evaluasi yang digunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Selanjutnya mengenai bahan pengajaran, untuk bahan pengajaran biasa lebih banyak dan luas, sedang bahan pengajaran untuk remedial hanya tertentu saja, yakni pada bahan yang belum dukuasai oleh siswa saja. Anonim (1999:45), mengatur mengenai langkah-langkah pengajaran remedial sebagai berikut:

40

1. Menelaah kembali siswa yang akan diberikan bantuan. Kegiatan ini dimaksudkan agar kita memperoleh gambaran berapa lama bantuan harus diberikan, kapan oleh siapa dan sebagainya. 2. Alternatif tindakan. Jika sudah mendapat gambaran lengkap. Lalu tentukan alternatif tindakan dapat berupa : a. Disuruh mengulangi bahan yang telah diberikan dengan memberikan arahan terlebih dulu. b. Disuruh mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan kegiatan belajar mengajar yang sudah ditempuhnya dan mempunyai tujuan yang sama. c. Bila kesulitan belajar bukan karena kesulitan belajar, tapi karena faktor lain seperti sikap negatif terhadap guru, situasi belajar dan sebagainya maka siswa perlu dibimbing oleh konselor. Jika sudah mampu mengatasi masalah maka dapat diberi pengajaran remedial. 3. Evaluasi Pengajaran Remedial 4. Pada akhir kegiatan siswa diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75% taraf pengusaan (level of mastery). Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan diagnosis dan memperoleh pengajaran remedial kembali. 5. Pendekatan Pengajaran Remedial a. Pendekatan pencegahan (preventif), dari hasil Pre-test sebelum memulai pengajaran, seorang guru sudah dapat mendeteksi bahwa seorang siswa mungkin akan mengalami hambatan dalam proses belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan upaya mengetahui secara tepat perilaku awal siswa, menggunakan pendekatan multi media dan multi metode dalam proses belajar mengajar. b. Pendekatan penyembuhan (curative), pendekatan ini diberikan kepada siswa yang sudah nyata mengalami hambatan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Gejala yang terlihat yaitu prestasinya sangat rendah dibandingkan dengan kriteria tingkat keberhasilan yang ditetapkan. c. Pendekatan perkembangan (development), pendekatan ini menuntut guru untuk memonitor terus-menerus kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung. Setiap ada hambatan segera dan secara terus-menerus. Sehingga dengan demikian guru senantiasa mengikuti perkembangan pada siswanya secara sistematis. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pengajaran remedial itu dimulai dari penelaahan kembali siswa yang mengalami kesulitan belajar, selanjutnya diberikan tindakan alternatif seperti mengulang belajar kembali atau alternatif

41

lainnya sambil dicari penyebab kesulitan belajar siswa, selanjutnya diberikan evaluasi (ulangan) dengan target 75% penguasaan materi. Jika berhasil siswa kembali ke kelasnya untuk mengikuti pengajaran biasa secara klasikal, jika belum berhasil baru diadakan pengajaran remedial.Dalam pengejaran remedial seorang guru dapat menggunakan tiga cara pendekatan yaitu pencegahan(preventif), penyembuhan (curative)dan perkembangan (development). Hal ini memerlukan kesabaran dan ketekunan guru dalam melaksanakan pengajaran remedial, mengingat dalam pengajaran ini guru dituntut untuk memperhatikan perkembangan belajar siswa secara individual. Guru harus mampu mendeteksi siapa-siap sajaa siswa yang perlu mendapat perhatian dan perlu memperoleh pengajaran remedial. Pengajaran remedial merupakan salah satu kegiatan utama dalam keseluruhan proses bimibingan belajar, dan merupakan rangkaian kegiatan lanjutan dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar.

42

Anda mungkin juga menyukai