Anda di halaman 1dari 3

International Jurnal Kimia Lingkungan, Journal of Environmental & Science Education, 2008, 3(2), 99 107 28 Desember 2011

Prodi Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan International UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Penerapan Sumur Resapan dan Lubang Resapan Biopori (LRB) di Daerah Padat Penduduk (Penelitian Sumur Resapan di Kompleks Simpay Asih dan LRB di Desa Pasir Biru)

Irma Rahmawati, Kristy L. A., Leti F. Rismah Sholihah, Rofa Yulia Azhar, Rosalina Fathiyah, Rumsiah, Sigit Ratulangi, Sri Rahayu, Tribekti

Abstrak: Permasalahan umum yang sedang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia adalah masalah drainase air tanah. Semakin banyaknya pemukiman yang terbentuk dan ditambah parah dengan kurangnya kesadaran masyarakat mengakibatkan semakin meluasnya lahan kedap air. Hal ini menyebabkan tempat penyerapan tanah semakin berkurang. Sumur resapan dapat dijadikan sebagai salah sa tu solusi jitu untuk mengatasi masalah tersebut. Dari hasil observasi didapatka n jika sumur resapan mampu meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan mempertahankan kandungan air tanah. Solusi lainnya adalah pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB) sebagai solusi terbaik, mengingat harga pembuatannya yang lebih murah dari sumur resapan dan tidak memerlukan lahan yang luas. Pembuatan LR B terbukti mampu mengaktifkan kembali flora dan fauna alami tanah, membentuk biopori alami dan meningkatkan daya serap tanah terhadap air. Kata Kunci: Air Tanah, Sumur Resapan, Lubang Resapan Biopori (LRB) PENDAHULUAN Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah tersebut tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air tanah yang sangat penting. Akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung, lembah antar pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst (http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Sumur/su mur.html). Alasan inilah yang menyebabkan para ilmuan mengembangkan rekayasa teknologi untuk menyelawatkan kuantitas dan kualitas air tanah. Salah satunya dengan menggunakan rekayasa sumur resapan, dan tentu saja pengembangannya yaitu lubang resapan biopori. Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. Sedangkan LBR merupakan metode yang dicetuskan oleh Dr. Kamir R Brata, salah satu peneliti dari Institut Pertanian Bogor. Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah. Teknologi sederhana ini kemudian disebut dengan nama lubang resapan biopori (Hasan, 2010). Penelitian sebelumnya mengenai sumur resapan yang dilakukan selama 1 tahun proses infiltrasi dengan sumur resapan dan tanpa sumur resapan dalam penelitian. Jumlah air tanah tersedia (%) pada kondisi dengan sumur resapan dan tanpa sumur resapan selama tahun 2007. Dengan penggunaan sumur resapan, ketersediaan air tanah pada suatu lahan akan lebih besar dibandingkan dengan tanpa sumur resapan (Arifjaya dalam Nurroh, 2009). Sedangkan penelitian terhadap LRB yang dilakukan tim biopori IPB menunjukan jika LRB secara efektif mengembalikan keseimbangan flora dan fauna di dalam tanah dengan pembentukan biopori alami. Selain itu, penelitian menunjukan jika kemampuan resapan tanah terhadap air menjadi semakin besar sehingga dapat mengurangi genangan air yang terdapat di permukaan (Tim Biopori IPB, 2008) Secara teoritis manfaat dari penerapan sumur resapan adalah (http: //www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/ Artikel/Sumur/sumur.html): a) menambah jumlah air yang masuk ke dalam tanah, b) menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah sehingga dapat mencegah intrusi air laut, c) mereduksi dimensi jaringan drainase dapat sampai nol jika diperlukan, d) menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah, e) mempertahankan tinggi muka air tanah, f) mengurangi limpasan permukaan sehingga dapat mencegah banjir, dan g) mencegah terjadinya penurunan tanah.

2011

Sedangkan secara teoritis manfaat dari LRB adalah (Tim Biopori IPB, 2008) a) memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah, b) membuat kompos alami dari sampah organik yang mudah terurai, c) mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit, d) mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut, e) mengurangi resiko banjir di musim hujan, f) maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah, g) mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor, h) mengalirkan air hujan ke dalam tanah, dan i) mencegah penurunan permukaan tanah Di kota-kota besar khususnya Bandung, seiring dengan cepatnya laju pertumbuhan dan pembangunan yang berdampak pada berkurangnya jumlah lahan

terbuka untuk dapat meresapkan air mengakibatkan beralihnya salah satu fungsi tanah yaitu sebagai media untuk meresapkan serta mengikat udara dan air, akibat dari minimnya air yang meresap ke dalam tanah kandungan air tanah menjadi semakin berkurang, disisi lain penggunaan air tanah terus berlanjut tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Selain itu, dampak dari banyaknya tutupan lahan juga mengakibatkan menurunnya kualitas kesuburan tanah di sekitarnya, sehingga teknologi rekayasa untuk meningkatkan jumlah air yg mampu di resapkan ke dalam tanah diantara banyaknya tutupan lahan memang mutlak diperlukan.

Lubang yang terbentuk akibat aktifitas cacing

Lubang yang terbentuk akibat aktifitas akar tanaman

Gambar 1. Hasil Mikroskop Elektron dari Lubang Cacing dan Akar pada Matriks Tanah yang Membentuk Biopori secara Alami (Tim Biopori ITB, 2008)

METODOLOGI
Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode observasi dengan menggunakan pendekatan studi deskriptif. Teknik penelitian yang digunakan berupa respodensi terhadap sumur resapan dan observasi terhadap LRB. Penelitian dilakukan di dua tempat berbeda. Pada penelitian sumur resapan, penelitian dilakukan di Komplek Simpay Asih RW 05 Kelurahan Pasir Endah Kecamatan Ujung Berung, Bandung. Sedangkan untuk penelitian LRB dilaksanakan di Jalan Manisi RT 06/RW 02, Desa Pasir Biru, Kecamatan Cibiru, Bandung. Penelitian LRB dilaksanakan di kosan yang bernama wisma Al-Baroqah. Penelitian terhadap sumur resapan dilakukan dengan mewawancarai narasumber yang menerapkan sumur resapan di lingkungannya. Sumur resapan yang dibuat merupakan proyek dari SMAT Krida Nusantara Bandung. Proyek ini dimaksudkan untuk mengurangi beban lingkungan, terutama masalah drainase air hujan. LRB dibuat di depan pekarangan rumah kosan yang sering terjadi genangan air ketika terjadi hujan lebat. Pembuatan LRB menggunakan kayu yang diruncingkan bagian bawahnya. Kayu ini digunakan sebagai bor untuk melubangi tanah. Kedalaman tanah yang dibuat 70 cm. Tanah yang dilubangi relatif keras sehingga menggunakan alternatif dengan tunas pisang dengan cara

memotongnya kecil-kecil dan memasukannya ke dalam tanah yang berlubang dangkal. Ketika pembuatan lubang tidak menemukan adanya cacing yang berada di dalam tanah. Ketika lubang sudah cukup baik dan sesuai dengan teori yang kami pelajari. Dimasukan sampah organik yang mudah terurai seperti ranting kecil, dedaunan kering dan rumput liar. Pengisian sampah organik dilakukan sampai mulut LRB terisi penuh. Berdasarkan perhitungan, dengan lubang yang dibuat, ukuran luas resapan tanah terhadap air yang harusnya 78,5 m2 berubah menjadi 596,6 m2.

HASIL

Berdasarkan hasil wawancara terhadap narasumber, sumur resapan warga Simpay Asih Ujung Berung, enam dari delapan aspek yang diamati memenuhi Standar Nasional Indonesia. Artinya sumur resapan warga simpay asih ujung berung telah 75% memenuhi standar sumur resapan yang baik. Sedangkan dua aspek lainnya, tidak dijelaskan oleh nara sumber karena keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang standar sumur resapan yang baik. Sedangkan untuk penelitian yang dilakukan terhadap LRB setelah dua minggu lubang dibongkar dan terlihat adanya jasad renik yang masih tampak oleh mata. LRB juga secara efektif mengurangi debit air yang datang

2011

Jurnal Kimia Lingkungan, 2011 ketika hujan turun. Walaupun hanya dibuat satu lubang biopori tetapi mampu menunjukan kegunaan yang cukup besar terhadap pengaruh yang diberikan terhadap proses penyerapan air. Setelah dibuka ditambahkan kembali sampah organik karena terjadi penyusutan sampah di dalam LRB. Pada permukaan lorongpun mulai terlihat ada lubang-lubang kecil yang mengindikasikan terbentuknya biopori alami. Selain itu, ditemukan adanya cacing sebanyak dua buah, satu cacing kecil dan satu cacing besar. Pada minggu keempat kami kembali membuka LRB dan menemukan semakin banyak cacing di dalam lubang. Kami menemukan dua buah cacing besar dan tiga buah cacing kecil di dalam biopori. Sampah organikpun mulai menyusut secara signifikan. Meskipun pada minggu keempat LRB permukaan mulutnya ditutupi oleh tanah tetapi tanahnya tetap gembur dan tidak padat sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak menganggu kemampuan LRB dalam menyerap air.

Tabel 1. Hasil Observasi Sumur Resapan Warga Simpay Asih (Format Instrumen dari Balitbang Kimpraswil, 2001)

KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai sumur resapan dan LRB maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) penerapan sumur resapan di daerah pemukiman padat penduduk di kompleks Simpay Asih menunjukan jika sumur resapan mampu mengurangi banjir dan genangan air yang biasanya terjadi. Selan itu sumur resapan dapat meningkatkan cadangan air tanah, dan b) hasil penerapan LRB di desa Pasir Biru, pada daerah yang sering tergenang air menunjukan bahwa jumlah genangan air berkurang ketika terjadi hujan. Selain itu LRB terbukti secara efektif merangsang pembentukan biopori alami sehingga dapat menjaga keseimbangan flora dan fauna di dalam tanah.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2001 [Online]. Sumur Resapan. Tersedia: http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Sumur/sum ur.html [28 Oktober 2011]. Balitbang Kimpraswil. 2001. Ringkasan Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan. SNI No.03-2459-1991. Departemen Kimpraswil, Jakarta. Hasan. 2010 [Online]. Tersedia: hasant.wordpress.com. [21 Desember 2011]. Nurroh, Syampadzi. 2009. Pengaruh Sumur Resapan Terhadap Sistem Hidrologi Dan Aplikasinya Terhadap Pemukiman Di Jakarta Barat. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tim Biopori IPB. 2008 [Online]. Biopori. Tersedia: http://www.biopori.com. [21 Desember 2011].

2011

Anda mungkin juga menyukai