Anda di halaman 1dari 23

Model Remedial Teaching

a. Pengertian Remedial Teaching (pembelajaran remedial)


Pembelajaran remedial bertolak dari konsep belajar tuntas (mastery learning), yang
ditandai oleh sistem pembelajaran dengan menggunakan modul. Pada tiap akhir kegiatan
pembelajaran dari suatu unit pelajaran, guru melakukan evaluasi formatif, setelah adanya
evaluasi formatif itulah anak-anak yang belum menguasai bahan pelajaran diberikan pengajaran
remidiasi, supaya tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai. Dengan
demikian, pengajaran remidiasi pada hakikatnya merupakan tugas bagi guru setelah mereka
melakukan evaluasi formatif dan menemukan adanya anak yang belum mampu meraih tujuan
belajar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran remidiasi digunakan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar, seperti
yang dikemukakan oleh Hartati (1992: 1) yaitu pembelajaran remidiasi secara umum dapat
diartikan sebagai upaya yang berkaitan dengan perbaikan pada diri orang-orang atau pemberian
pada anak sekolah yang terutama ditujukan kepada anak-anak yang mengalami hambatan dalam
proses belajar mengajar. Dengan demikian, model pembelajaran remidiasi adalah mengulangi
pelajaran yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar secara terus menerus,
berulang-ulang, dan berkesinambungan yang bersifat penyembuhan dan pembetulan hasil belajar
siswa agar menjadi lebih baik.
Pembelajaran remidiasi merupakan tindakan perbaikan jika dalam suatu pembelajaran
masih ada siswa yang belum dapat menyerap bahan pelajaran yang diberikan, harus segera
diatasi dengan jalan mencari di mana letak kesulitan yang dihadapi siswa. Setelah diketahui

dengan jelas kesulitan yang dihadapi siswa segera diatasi dengan tindakan remediasi/ perbaikan,
dengan cara mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan (Sunardi, 1997: 36)
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran remediasi
merupakan suatu bentuk pembelajaran khusus yang harus dipahami dan dilaksanakan guru.
Pembelajaran remediasi bertujuan membantu kesulitan belajar siswa. Pembelajaran remidiasi
dilaksanakan dengan cara menciptakan situasi belajar-mengajar yang memungkinkan siswa
untuk mengembangkan diri dalam mencapai prestasi belajar yang optimal

ungsi Remedial Teaching


Menurut Hartati (1992: 36) pembelajaran remedial mempunyai manfaat (fungsi) yang
amat penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Terdapat enam fungsi pengajaran
remedial.

gsi Korektif
Fungsi korektif ini berarti bahwa melalui pembelajaran remedial dapat dilakukan pembetulan
atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam
keseluruhan proses pembelajaran antara lain mencakup perumusan tujuan, penggunaan metode,
cara-cara belajar, materi dan alat pelajaran, evaluasi, dan lain-lain. Dengan adanya perbaikan
terhadap hal-hal tersebut di atas, maka prestasi belajar siswa beserta factor-faktor yang
mempengaruhinya dapat diperbaikai.

gsi Pemahaman

Fungsi pemahaman berarti bahwa engan pembelajaran remedial memungkinkan guru, siswa atau
pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan komprehensif
mengenai kepribadian siswa.
3) Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian berarti bahwa pembelajaran remedial dapat membentuk siswa untuk dapat
beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan belajarnya. Artinya, siswa dapat belajar
sesuai dengan kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil yang lebih baik semakin
besar. Hal ini tentunya harus disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitannya
sehingga diharapkan siswa lebih terdorong untuk belajar.

gsi Pengayaan
Fungsi pengayaan berarti bahwa pembelajaran remedial akan dapat memperkaya proses
pembelajaran sehingga meteri yang tidak disampaikan dalam pembelajaran regler akan dapat
diperoleh melalui pembelajaran remedial. Demikian juga dari segi metode dan alat yang
digunakan, sehingga hasil yang diperoleh siswa diharapkan menjadi lebih kaya.

gsi Akselerasi

gsi Terapeutik

Fungsi akselerasi berarti bahwa dengan remidial teaching akan dapat diperoleh hasil belajar yang
lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif dan efisien. Dengan kata lain, dapat
mempercepat proses pembelajaran baik dari segi waktu maupun materi.

Fungsi terapeutik berarti bahwa secara langsung atau tidak langsung, pembelajaran remedial
akan dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang
diperkirakan menunjukkan adanya penyimpangan. Hal ini tentunya akan dapat menunjang
pencapaian prestasi yang baik akan dapat mempengaruhi pribadi.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran remedial
berfungsi untuk perbaikan prestasi belajar siswa, mengetahui kepribadian siswa, membentuk
siswa untuk beradaptasi dengan lingkungan belajarnya, memperkaya proses pembelajaran,
mempercepat proses pembelajaran, dan membantu menyembuhkan konddisi-kondisi kepribadian
siswa yang menunjukkan adanya penyimpangan.

Prosedur Remedial Teaching


Sebelum pembelajaran remedial diberikan, seorang guru terlebih dahulu harus
melakukan kegiatan diagnostic kesulitan belajar, yaitu upaya untuk meneliti dan memeriksa
secara cermat, mengumpulkan fakta-fakta untuk menemukan jenis dan penyebab kesulitan
belajar yang dilalami oleh siswa serta mencari serta mencari alternative strategi pembelajaran
remedial yang efektif dan efisien.
Secara umum, ada lima langkah diagnostik kesulitan belajar ini, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Ross dalam Entang (1981: 5)
1) Identifikasi kasus, yaitu menentukan siapa-siapa siswa yang mengalami gangguan dalam
belajar.

2) Lokalisasi jenis dan sifat kesulitan, yaitu menentukan di manakah kelemahan-kelemahan itu
dapat dialokasikan.
3) Menetapkan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar untuk mengetahui mengapa kelemahankelemahan iti terjadi.
4) Mengadakan prognosis, yaitu melakukan estimasi terhadap kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa untuk menentukan penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan.
5) Mengadakan terapi, yaitu untuk menemukan berbagai kemungkinan tentang bagaimana
kelemahan itu dapat dicegah atau diatasi.
Program remedial yang telah dirancang harus dilaksanakan berdasarkan kepentingan
siswa, didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang berkompetensi , seperti
dengan wali kelas, guru, orang tua, pembimbing dan sebagainya.
Langkah pertama sampai kelima di atas merupakan usaha perbaikan (corrective
diagnosis) atau penyembuhan (curative), yaitu upaya mengatasi kesulitan belajar yang dialami
oleh siswa. Sedangkan langkah keenam merupakan usaha pencegahan (preventive), yaitu suatu
antisispasi agar kesulitan belajar yang sama tidak terulang kembali pada siswa yang mengikuti
pembelajaran tersebut.
Prosedur diagnosis pembelajaran remedial menurut Kirk dalam Entang (1981:25)
adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar

Menandai siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar baik yang sifatnya umum
maupun yang sifatnya khusus dalam mata pelajaran. Terdapat tiga teknik yang ditempuh.
(a) Meneliti nilai tes kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas.
(b) Menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya.

siswa dalam proses belajar mengajar.


2)

Melokalisasi letak kesulitan (permasalahan)

Setelah ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka selanjutnya adalah:
(a) Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu.
(b) Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup bahan pelajaran yang
mengalami kesulitan.
(c) Analisa terhadap catatan mengenai proses belajar.
3) Lokalisasi jenis, factor, dan sifat yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan. Data di atas
diperoleh dengan tiga cara.
(a) Wawancara
(b) Mengadakan observasi yang intensif
(c) Data yang bersumber dari dokumentasi dan arsip, berupa daftar hadir siswa, dan arsip kumpulan
nilai.

4) Perkirakan kemungkinan bantuan


Setelah kita telaah letak kesulitan, jenis, dan sifat kesulitan dengan latar belakangnya serta faktor
penyebabnya maka memperkirakan lima hal.

dak.

butuhkan untuk mengatasi kesulian siswa.

5) Penetapan kemungkinan cara mengatasinya


Menyusun rencana yang akan dilaksanakan untuk membantu mengatasi kesulitan siswa. Rencana
ini berisi tentang:
(a) Cara yang akan ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan serupa tidak terulang lagi.
(b) Menjaga agar kesulitan serupa tidak terulang lagi.

Melakukan pembelajaran remedial yang diperkirakan paling tepat dalam membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar. Kegiatan ini berupa:
(a) Melaksanakan pembelajaran remedial pada mata pelajaran tertentu.
(b) Cek dan ricek kemajuan siswa, baik pemahaman terhadap bahan, maupun tepat guna program
pembelajaran remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi.
(c) Mentransfer siswa yang menurut kita tidak mungkin lagi ditolong karena di luar kemampuan
guru. Transfer dilakukan kepada lembaga lain yang diperkirakan dapat membantu siswa.

endekatan dan Metode dalam Remedial Teaching


Pendekatan yang digunakan dalam remedial teaching ini dapat berupa pendekatan yang
bersifat kuratif, preventif dan pengembangan (Mercer&Mercer, 1985:50).

dekatan yang bersifat kuratif


Pendekatan ini dilakukan dengan melihat kenyataan bahwa ada seseorang atau sejumlah
siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok, tidak mampu menyelesaikan program secara
sempurna sesuai dengan criteria keberhasilan dalam proses pembelajaran. Secara khusus, untuk
mencapai sasaran pencapaian tujuan pembelajaran seara optimal, dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga macam pendekatan.
(a) Pengulangan (repetition)

(b) Pengayaan/ pengukuhan (enrichment & reinforecement)


(c) Percepatan

katan yang bersifat preventif


Pendekatan ini ditujukan kepada siswa tertentu yang berdasarkan data atau
informasi diprediksikan akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi
yang akan ditempuhnya. Prediksi ini dapat berupa:
(a) Bagi mereka yang termasuk kategori normal, akan mampu menyelesaikan program
pembelajaran sesuai dengan waktu yang disediakan.
(b) Bagi mereka yang diperkirakan terlambat atau tidak dapat menyelesaikan program dengan batas
waktu yang ditetapkan, maka layanan pembelajaran remedial dapat dilakukan dalam bentuk
kelompok belajar homogeny, individual ataupun melalui kelas remedial.

ekatan yang bersifat pengembangan


Pendekatan ini merupakan upaya yang dilakukan guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Sasaran pokoknya adalah agar siswa dapat mengatasi hambatan atau
kesulitan yang mungkin dialami selama proses pembelajaran berlangsung.
Metode dalam pengajaran perbaikan ini adalah metode yang dilaksanakan dalam
keseluruhan kegiatan bimbingan belajar, mulai dari tingkat identifikasi khusus sampai dengan
tindak lanjut. Metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan yang berupa perlakuan

pengajaran ini tentunya tidak berbeda dengan metode-metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran pada umumnya. Dalam hal ini terdapat tiga metode yang digunakan.
a)Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugaas bagi siswa yang mengalami kesulitan disesuaikan latar belakang
kesulitan belajarnya. Pemberian tgas dapat secara individual maupun kelompok sesuai dengan
kesulitannya. Dengan metode ini diharapkan siswa mampu memahami diri, dapat memperluas
bahan yang dipelajari serta dapat memperbaiki cara belajar yang telah lama dipergunakan.
b) Metode Diskusi
Digunakan untuk menciptakan interaksi antara individu dengan kelompok guru memperbaiki
kesulitan belajar yang dialami. Dengan diskusi diharapkan siswa dapat mengenal diri dan dapat
menemukan serta menumbuhkan percaya diri, mengembangkan kerjasama anatar pribadi serta
menumbuhkan rasa tanggung jawab.
c)Metode Tanya Jawab
Tanya jawab diberikan kepada siswa dengan harapan siswa dapat memahami dirinya sendiri,
tumbuh rasa harga diri, motivasi belajar meningkat, terciptanya hubungan yang erat antara guru
dan siswa.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan dalam pembelajaran


remedial dapat dilakukan sebelum pembelajaran, selama pembelajaran, dan setelah
pembelajaran.

Keterlambatan perkembangan merupakan istilah untuk mengindikasikan adanya perkembangan


syaraf yang tidak normal, dimana terdapat kegagalan dalam pencapaian milestones usia yang
tepat. Keterlambatan perkembangan atau retarded delay menunjukkan adanya kemampuan yang
terlambat antara usia kalender dengan usia mentalnya. Yang terjadi adalah hanya
perkembangannya yang terhambat, namun akan ada kemampuan optimal yang dapat dicapai.
Dengan stimulasi yang tepat maka akan dapat mengejar ketertinggalannya. Kemampuan yang
terlambat ini bukan berarti penderita retardasi mental tidak memiliki potensi. Yang mereka
perlukan adalah optimalisasi dari apa yang mereka miliki. Stimulasi yang tepat akan dapat
membantu mereka mencapai potensi maksimalnya.
Sebagai ilustrasi, Maria melihat beberapa tanda perkembangan yang tidak normal pada anaknya
yang bernama David. Sebagai bayi, David menunjukkan sedikit ketertarikan terhadap lingkungan
dan tidak terlalu perhatian. David tahan duduk dalam kursi bayi waktu yang lama tanpa
mengeluh. Walaupun Maria berusaha menyusuinya, isapan David lemah, dan ia sering
memuntahkan susunya. Untuk perkembangan motorik kasar, David tidak bisa menahan
kepalanya sampai di usia 4 bulan (seharusnya sudah bisa di usia 1 bulan), berguling di usia 8
bulan (seharusnya 5 bulan), dan baru dapat duduk di usia 14 bulan (seharusnya 7 bulan). Untuk
perkembangan sosial dan motorik halus, David juga mengalami ketertinggalan dari norma
usianya. Orang tua David, khawatir mengenai keterlambatan yang dialami anaknya. Ketika
David berusia 15 bulan, mereka mengkonsultasikan kepada dokter anak. Ketika David diberikan
tes BSID-2 (Bayley Scales of Infant Development-Second Edition) pada usia 16 bulan, ditemukan
bahwa usia mental David berada di usia 7 bulan dan IQ David dibawah 50.
Ketika anak mengalami keterlambatan pada seluruh aspek perkembangan, diagnosanya ia
mungkin mengalami retardasi mental. Menurut Batshaw (2000), Retardasi mental
(keterbelakangan mental) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum
yang berada di bawah rata-rata disertai dengan gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2
misalnya komunikasi, kemampuan menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan,
kesehatan dan keamanan, yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun. Retardasi mental disebut
juga oligofrenia (oligo=kurang atau sedikit dan fren=jiwa) atau tuna mental.

Menurut J.P. Chaplin, Intelegensi adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri
terhadap situasi baru secara tepat dan efektif, kemampuan menggunakan konsep abstrak secara
efektif, kemampuan memahami dan belajar dengan cepat. Ketiganya tidak terlepas satu sama
lain.
IQ (Intelligence Quotient) adalah angka normatif dari hasil intelegensi dinyatakan dalam
bentuk rasio (quotient).
Cara pengukuran IQ
IQ dapat diukur menggunakan tes intelegensi atau tes IQ yang standar yang banyak digunakan
oleh para ahli psikolog di dunia, termasuk di Indonesia. Tes iQ dapat dilakukan secara
individual maupun secara kelompok. Beberapa model tes yang dapat mengukur IQ adalah:
Stanford-Binet intelligence scale, The Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised

(WISC-R), The Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R), The Standard Progressive
Matrices, The Kaufman Assessment Battery for Children (K-ABC), Wechsler Preschool and
Primary Scale of Intelligence (WPPSI) dan masih banyak lagi.

Berdasarkan DSM-IV-TR, terdapat beberapa klasifikasi retardasi mental yaitu :


Klasifikasi

IQ

Ekspektasi Pendidikan
Keterangan

Retardasi
mental berat
sekali
(profound)

dibawah Biasanya tidak dapat


20 atau 25 berjalan, berbicara atau
memahami.

Retardasi
mental berat
(severe)

Sekitar 20- Dapat dilatih meskipun


25 sampai agak lebih susah
Kemampuan belajar hanya pada area
35-40
dibandingkan dengan anak bantu diri seperti mandi, buang air,
retardasi mental moderat. kemampuan terbatas dalam bidang
akademik. Kemampuan penyesuaian
sosial biasanya terbatas hanya pada
anggota keluarga atau orang yang
dikenal lainnya. Kemampuan kerja
biasanya dapat terlihat ketika bekerja
dibawah setting workshop atau
naungan suatu lembaga tertentu.

Retardasi
mental
moderat
(moderate)

Biasanya
tidak
mampu
belajar
walaupun mempunyai kemampuan
yang
cukup
untuk
memenuhi
kebutuhan
dasarnya.
Keinginan
biasanya membutuhkan perhatian yang
penuh dan pengawasan untuk waktu
seumur hidup.

Sekitar 35- Mengalami kelambatan


40 sampai dalam belajar berbicara
Dapat mengikuti sekolah sampai kelas
50-55
dan kelambatan dalam
dua sampai kelas lima. Dalam hal
mencapai tingkat
penyesuaian sosial menampakkan
perkembangan lainnya
kemandirian dalam komunitas. Dalam
(misalnya duduk dan
hal kemampuan kerja harus didukung
berbicara). Dengan latihan secara penuh atau hanya secara parsial.
dan dukungan dari
lingkungannya, mereka
dapat hidup dengan tingkat
kemandirian tertentu.
Retardasi
Sekitar 50- Bisa mencapai kemampuan
mental ringan 55 sampai membaca sampai kelas 4-6. Dapat
mempelajari
kemampuan

(mild)

70
pendidikan dasar yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari. Mereka
memerlukan
pengawasan
dan
bimbingan
serta
pelatihan
dan
pendidikan khusus.

Borderline

Sekitar 70 Penyesuaian sosial yang


sampai 89 tidak berpola akan berbeda
dengan populasinya
walaupun pada segmen
yang lebih bawah
penyesuaiannya akan baik,
dalam arti lain
perkembangan anak dalam
penyesuaian sosial akan
berbeda dengan temanteman seusianya yang
normal.

Penderita mental retardasi


memerlukan pendidikan untuk
memperoleh keterampilan dan
kemandirian.

Mampu mengikuti kegiatan sekolah


sampai pada jenjang tertentu yang
dapat dicapai tidak sesuai dengan
tahapan usia kalender. Memperoleh
kepuasan kerja dibidang non-teknis
yang disertai dengan dukungan diri
yang penuh bila diperlukan

Pendidikan untuk penderita mental retardasi


perlu dilakukan berulang-ulang (remedial)
agar kemampuan yang telah dicapai tidak
menurun.

Tingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Pada sebagian besar kasus
retardasi mental, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25 % kasus yang memiliki penyebab yang
spesifik.

Penyebab retardasi mental


Penyebab retardasi mental dibagi menjadi beberapa kelompok:
1. Trauma (sebelum dan sesudah lahir) : pendarahan intrakranial sebelum atau sesudah
lahir; cedera hipoksia (kekurangan oksigen) sebelum, selama atau sesudah lahir; cedera
kepala yang berat.
2. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir) : Rubella kongenitalis, Meningitis, infeksi
sitomegalovirus bawaan, Ensefalitis, Toksoplasmosis kongenitalis, Listeriosis, infeksi
HIV.
3. Kelainan kromosom : kesalahan pada jumlah kromosom (Sindroma Down), defek pada
kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman, sindroma Prader-Will).
4. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan: Galaktosemia, penyakit
Tay-Sachs, Fenilketonuria ,Sindroma Hunter, Sindroma Hurler, Sindroma Santifilipo,

Leukodistrofi metakromatik, Adrenoleukodistrofi, Sindroma Lesch-Nyhan, Sindroma Rett,


Sklerosis tuberosa.
5. Metabolik: Sindroma Reye, Dehidrasi hipernatrenik, Hipotiroid
Hipoglikemia (Diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik).

kongenital,

6. Keracunan: pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil;
keracunan metilmerkuri, keracunan timah hitam.
7. Gizi: Kwashiorkor, Marasmus, Malnutrisi.
8. Lingkungan: kemiskinan, status ekonomi rendah, sindroma deprivasi.

Penanganan Retardasi Mental.


Penanganan anak dengan retardasi mental memerlukan integrasi multidisiplin untuk membantu
anak-anak ini:

Remedial Teaching

Perlu pengulangan secara terus menerus di berbagai situasi dan kesempatan untuk membantu
mereka memahami hal-hal yang baru dipelajari.

Pelayanan Pendidikan

Pendidikan merupakan aspek yang paling penting berkaitan dengan treatment pada anak
penderita retardasi mental. Pencapaian hasil yang baik bergantung pada interaksi antara guru
dan murid. Program pendidikan harus berkaitan dengan kebutuhan anak dan mengacu pada
kelemahan dan kelebihan anak. Target pendidikan tidak hanya berkaitan dengan bidang
akademik saja. Secara umum, anak penderita retardasi mental membutuhkan bantuan dalam
memperoleh pendidikan dan keterampilan untuk mandiri.

Kebutuhan-kebutuhan Kesenangan dan Rekreasi

Idealnya, anak penderita retardasi mental dapat berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan
rekreasi. Ketika anak tidak ikut dalam aktivitas bermain, pada saat remaja akan kesulitan untuk
dapat berinteraksi sosial dengan tepat dan tidak kompetitif dalam aktivitas olahraga. Partisipasi
dalam olahraga memiliki beberapa keuntungan, yaitu pengaturan berat badan, perkembangan
koordinasi fisik, pemeliharaan kesehatan kardiovaskular, dan peningkatan self-image (gambaran
diri).

Kontrol Gangguan Tingkah laku

Gangguan tingkah laku dapat dihasilkan dari ekspektasi/harapan orang tua yang tidak tepat,
masalah organik, dan atau kesulitan keluarga. Kemungkinan lain, gangguan tingkah laku dapat

muncul sebagai usaha anak untuk memperoleh perhatian atau untuk menghindari frustrasi.
Dalam mengukur tingkah laku, kita harus mempertimbangkan apakah tingkah lakunya tidak
sesuai dengan usia mental anak, daripada dengan usia kronologisnya. Pada beberapa anak,
mereka memerlukan teknik manajemen tingkah laku dan atau penggunaan obat.

Mengatasi Gangguan

Jika terdapat gangguan lain- Cerebral palsy; gangguan visual & pendengaran; gangguan epilepsi;
gangguan bicara dan gangguan lain dalam bahasa, tingkahlaku dan persepsi- maka yang harus
dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal adalah diperlukan terapi fisik terus menerus, terapi
okupasi, terapi bicara-bahasa, perlengkapan adaptif seperti kaca mata, alat bantu dengar, obat
anti epilepsi dan lain sebagainya. Perlu diagnosa yang tepat untuk menetapkan gangguan,
diluar hanya masalah taraf intelegensi.

Konseling Keluarga

Banyak keluarga yang dapat beradaptasi dengan baik ketika memiliki anak yang menderita
retardasi mental, tetapi ada pula yang tidak. Diantaranya karena faktor-faktor yang berkaitan
dengan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah perkawinan, usia orang tua, selfesteem (harga diri) orang tua, banyaknya saudara kandung, status sosial ekonomi, tingkat
kesulitan, harapan orang tua & penerimaan diagnosis, dukungan dari anggota keluarga dan
tersedianya program-program dan pelayanan masyarakat.
Salah satu bagian yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan bagi keluarga penderita
retardasi mental, agar keluarga dapat tetap menjaga rasa percaya diri dan mempunyai harapanharapan yang realistik tentang penderita. Perlu penerimaan orang tua mengenai taraf
kemampuan yang dapat dicapai anak. Orang tua disarankan untuk menjalani konsultasi
dengan tujuan mengatasi rasa bersalah, perasaan tidak berdaya, penyangkalan dan perasaan
marah terhadap anak. Selain itu orang tua dapat berbagi informasi mengenai penyebab,
pengobatan dan perawatan penderita baik dengan ahli maupun dengan orang tua lain.

Evaluasi Secara Berkala

Walaupun retardasi mental adalah suatu gangguan statis, kebutuhan-kebutuhan anak dan
keluarga berubah setiap waktu. Seiring perkembangan anak, informasi tambahan harus
diberikan kepada orang tua, dan tujuan harus ditetapkan kembali, serta program perlu diatur.

Tujuan Penanganan
Tujuan penanganan anak retardasi mental yang utama adalah mengembangkan potensi anak
semaksimal mungkin. Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang meliputi
pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk membantu anak berfungsi senormal mungkin.

Pencarian bakat dan minat juga perlu digali dan dikenali agar anak dapat diarahkan pada
latihan dan keterampilan yang dapat menunjang kehidupan mereka selanjutnya. Banyak
cara dan variasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan adaptasi pada penderita
retardasi mental, baik intervensi pribadi atau kombinasi. Terapi perilaku berguna untuk
membentuk tingkah laku sosial, mengontrol perilaku agresif atau tingkah laku yang merusak.
Daftar referensi :

Children with Disabilities.Batshaw:2000

http://www.medicastore.com

American Psychiatric Association. (1994). Diagnostic and statistical manual of mental


disorders

Pengantar Psikologi intelegensi. Drs. Saifuddin Azwar, MA:1999

Kamus Lengkap Psikologi.J.P.Chaplin: 1999

1. Pengertian
Pengajaran perbaikan biasa dikenal dengan istilah Remedial Teaching dalam system
kurikulum sekolah. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah corrective instruction
. Pengajaran perbaikan ini merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara
keseluruhan . Pengajaran perbaikan ini perlu dikuasai setidak tidaknya dikenal
oleh guru bidang studi atau petugas bimbimbingan konseling disekolah.
Berasal dari kata ; Remidy [ing] ; menyembuhkan, mengulang
; Teaching ; pengajaran, proses belajar.
Remedial teaching merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat
menyembuhkan [remidy] atau membetulkan. Atau dengan singkat : pengajaran
yang membuat menjadi baik .
layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki
prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan .
kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
menguasai materi pelajaran .
Adalah bertujuan agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sekurang kurangnyasesuai dengan derajat ketuntasan minimum [Dra.
Wiwik Chrisnayanti]
Singkatnya, Remedial Teaching atau pengajaran perbaikan adalah bentuk khusus
pengajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan [teraphy], membetulkan atau
membuat menjadi baik. Yang disembuhkan adalah Hambatan yang terjadi dapat
berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam
mecapai kompetensi . Istilah remedial teaching pada mulanya adalah kegiatan
mengajar untuk anak luar biasa yang mengalami berbagai hambatan. Dewasa ini

pengertian itu sudah berkembang [meluas] seperti uraian diatas. Mengenai tujuan
kegiatan ini bias diuraikan ketika melihat arti dari Remedial teahing itu sendiri.
Perbedaan kegiatan remedial dari pembelajaran biasa terletak pada pendekatan
yang digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan
remedial direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan individu atau
kelompok siswa. Sedangkan pembelajaran biasa menerapkan pendekatan klasikal,
baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaannya.
2. Tujuan
Secara terperinci tujuannya :
1. Siswa dapat memahami dirinya khususnya prestasi belajarnya
2. Dapat memperbaiki cara belajar kea rah yang lebih baik
3. Dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat
4. Dapat melaksanakan tugas tugas belajar yang diberikan kepadanya. .
Diatas merupakan tujuan Remidial teaching yang khusus, sedangkan tujuan yang
umum yaitu dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut massofa tujuan Remidial teaching ialah membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang berlaku
. Atau dengan melihat definisi definisi diatas kita bisa menyimpulkan tentang
tujuan tujuan Remidial Teaching.
3. Prinsip prinsip
Langsung saja To the Point :
a. Adaptif : pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual
peserta didik.
b. Interaktif : peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan
sumber belajar yang tersedia.
c. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian.
d. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin.
e. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan.
4. Fungsi
a. Korektif memungkinkan terjadinya perbaikan hasil belajar
b. Pemahaman siswa memahami kemampuan dan kelemahannya serta guru
menyesuaikan strategi pembelajaran sesuai kondisi siswa.
c. Penyesuaian memungkinkan siswa menyesuaikan dengan lingkungannya serta
guru menyesuaikan strategi pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa.
d. Pengayaan Remidial teaching dapat memperkaya proses belajar mengajar
e. Akseleratif mempercepat proses belajar mengajar baik dari segi waktu maupun
materi.
f. Terapeutik remedial dapat memperbaiki atau menyembuhkan kondisi pribadi yang
menyimpang.
5. Arti pentingnya
Arti pentingnya Remidial Teaching itu dapat dilihat dari berbagai segi. Diantaranya :
1. Siswa
Kenyataan menunjukkan bahwa setiap siswa dalam proses belajar mengajar

mempunyai hasil yang berbeda beda. Dan dalam hal ini perbedaan individual ini
harus diterima. Dalam proses belajar mengajar selalu di jumpai adanya anak yang
berbakat, kemampuan tinggi, ada yang kurang berbakat, ada yang cepat ada yang
lambat disamping Background mereka yang berupa pengalaman berbeda beda.
Maka atas dasar perbedaan individual inilah Pengajaran perbaikan [Remidial
Teaching] diperlukan untuk membantu setiap pribadi dalam mencapai prestasi yang
optimal.
2. Guru
Dalam proses pengajaran, guru mempunyai multifungsi yaitu sebagai instruktur,
konselor, sebgai media, sebagai sumber, dll. Dalam fungsinya yang ganda ini guru
bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pengajaran khususnya peningkatan
prestasi belajar siswa. Dalam rangka ini arti penting guru dalam kegiatan remedial
teaching diperlukan yakni untuk mencapai prestasi belajar siswa yang optimal.
3. Proses pendidikan
Dalm proses pendidikan, bimbingan konseling merupakan kelengkapan dari
keseluruhan proses belajar mengajar di sekolah. Melalui ini siswa diharapkan
mencapai perkembangan pribadi yang integral. Untuk melaksanakan pelayanan
bimbingan sebaik baiknya dalam proses belajar mengajar diperlukan pelayanan
khusus. Dan salah satu bentuk pelayanan khusus BK yaitu pengajaran perbaikan
atau Remidial Teaching.
B. SIFAT SIFAT KHUSUS PENGAJARAN PERBAIKAN
Mengenai sifat sifat khusus pengajaran perbaikan ini terletak pada kekuasaan
pengajaran perbaikan yang disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang
dialami siswa . Ini ditekankan pada usaha perbaikan keseluruhan proses belajar
mengajar yang menyangkut masalah : cara belajar, metode yang digunakan, media,
materi, environment yang mempengaruhi proses belajarmengajar. Maka dari itu
perlu kami paparkan prinsip prinsip yang mempengaruhi proses belajar dan
masalah masalah yang menyangkut :
a. Cara belajar siswa , pada dasarnya sisiwa belajar melalui eksplorasi, coba coba
[Trial end Error], rasa tidak senang maksudnya dengan merasakan tidak senang
siswa akan belajar menghindari kesalahan., rasa gembira dalam artian sesuatu
yang Happy cenderung untuk diulangi lagi, begitu juga sebaliknya, partisipasi[Learn
By Doing], komunikasi, dll. Yang inti kesemuanya adalah pengalaman.
b. Kondisi belajar, kondisi yang mempengaruhi proses belajar baik kondisi umum
ataupun kondisi khusus.
c. Strategi pengajaran , kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar
yang dapat member kemudahan [fasilitas] kepada siswa menuju tercapainya
tujuan.
d. Hubungan Guru Siswa , yang penting adalah bagaimana guru membawa siswa
memperoleh pengertian sesuai dengan pribadinya. Oleh karena itu anak yang
Misbehavior merupakan akibat ketidakmauan anak mengerjakan sesuatu atas
kehendak orang lain, karena yang dikehendaki orang lain itu tidak memuaskan
baginya.

e. Pengelolaan kelas , menunjukkan kepada berbagai jenis kegiatan yang sengaja


dilakukan oleh guru dengan tujuan mempertahankan/menciptakan kondisi kelas
yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas meliputi
pengaturan tingkah laku antara ruang sehingga tercipta kemudahan kemudahan
dalam mengajar. Problematika problematika yang berkenaan dengan pengelolaan
ini meliputi : kondisi dan situasi, administrasi teknik, dimensi pengelolaan, dan
kedisiplinan.
C. MACAM MACAM PENDEKATAN PENGAJARAN PERBAIKAN
Dalam sub bab bahasan ini dibagi menjadi tiga macam pendekatan pengajaran
perbaikan. Yakni :
1. Pendekatan Kuratif ; pendekatan yang dilakukan setelah diketahui adanya siswa
yang gagal dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pad pendekatan ini ada tiga
strategi yang bisa dikembangkan oleh guru, yakni : a. strategi Pengulangan
b. strategi Pengayaan dan Pengukuhan
c. Strategi percepatan
2. Pendekatan Preventiv ; pendekatan yang ditujukan pada siswa yang pada awal
belajar di duga telah mengalami kesulitan belajar. Strategi yang dapat dilakukan
dalam pendekatan ini yaitu kelompok homogen, individual, dan kelas khusus.
3. Pendekatan Pengembangan ; pendekatan yang didasarkan pada pemikiran
bahwa kesulitan siswa harus diketahui guru sedini mungkin agar dapat diberikan
bantuan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Sedikit tambahan wacana yang intinya sama dengan diatas mengenai macam
pendekatan yang dikemukakan oleh massofa yang diringkas dalam artikelnya
Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran biasa untuk
membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan (preventif); setelah
kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar (kuratif); atau selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa
(pengembangan).
Dalam melaksanakan kegiatan remedial guru dapat menerapkan berbagai metode
dan media sesuai dengan kesulitan yang dihadapi dan tingkat kemampuan siswa
serta menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki siswa.
Menurut Wiwik Crisnayanti Metode yang dipakai dalam pengajaran remedial juga
harus disesuaikan dengan karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Beberapa metode yang dapat dipergunakan adalah metode pemberian tugas,
diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, tutor sebaya, dan pengajaran individual.
Mengenai teknik yang lain, kami memaparkan Dalam literatur Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem yang ditulis oleh Prof. DR. Oemar
Hamalik yang menyebutkan bahwasannya teknik perbaikan terdiri atas ;
Perbaikan hasil belajar dengan memberikan pengajaran remedial, tutorial system,
diskusi kelompok, latihan dan ulangan, pemberian tugas, review pengajaran,

pengajaran individual, dan sebagainya.


Bantuan kesulitan dan pemecahan masalah dengan cara memberikan bimbingan
dan layanan, baik perorangan maupun kelompok, latihan memecahkan masalah
dan sebagainya.
Perbaikan kualifikasi guru dengan cara belajar mandiri, studi lanjutan, diskusi
kelompok, supervise, pengembangan staf, dll.
Peningkatan efisiensi program pengajaran dengan cara pengkajian dan
penyusunan rencana pengajaran lebih seksama dan lebih akurat. Dan juga menilai
setiap komponen dalam program tersebut secara spesifik.
Perbaikan kemampuan awal dengan cara melakukan Assessment secara lebih
saksama terhadap komponen komponen entry behavior para sisswa,
mengembangkan kerjasama dengan rekan kerjadan sekolah sekolah yang lebih
rendah.
D. PROSEDUR PELAKSANAAN PENGAJARAN PERBAIKAN
Ketika membahas procedure maka yang akan muncul adalah langkah langkah apa
saja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Remedial Teaching dengan Step By Step,
maka bisa kami jelaskan sedikit mengenai langkah langkah apa saja yang akan
dilakukan dengan menggunakan dua argument dari massofa dan ahmad sudrajat.
Ahmad sudrajat berpendapat bahwa langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam
pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama
mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment)
pembelajaran remedial.
1. Diagnosis Kesulitan Belajar
a. Tujuan : Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi kesulitan
ringan, sedang dan berat.
Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang kurang
perhatian di saat mengikuti pembelajaran.
Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami gangguan
belajar yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya faktor keluarga,
lingkungan tempat tinggal, pergaulan, dsb.
Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami ketunaan
pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netratuna daksa, dsb.
b. Teknik : Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar
antara lain: tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes
diagnostik, wawancara, pengamatan, dsb.
Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum.
Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan.
o Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam
menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi bilangan,
apakah peserta didik mengalami kesulitan pada kompetensi penambahan,

pengurangan, pembagian, atau perkalian.


o Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik
untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik.
o Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku
belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis
maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik.
2. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya
adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk
pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain:
Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi,
variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang
dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai
ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan
penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.
Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal
pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif
tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan
perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial
dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum
berhasil mencapai ketuntasan.
Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip
pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan
intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.
Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki
kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial
kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya
diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan
akrab.
Diatas sudah dijelaskan tentang langkah langkah pelaksanaan Remidial Teaching
menurut ahmad sudrajat. Maka sangatlah berbeda dengan pendapatnya massofa
yang memaparkan pendapatnya mengenai langkah langkah pelaksanaan dalam
Remidial Teaching secara To The Point dan ringkas dengan urut urutannya, yakni ;
1. analisis hasil diagnosis kesulitan belajar,
2. menemukan penyebab kesulitan,
3. menyusun rencana kegiatan remedial,
4. melaksanakan kegiatan remedial, dan
5. menilai kegiatan remedial.
E. CONTOH REMIDIAL TEACHING
Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai
dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi

yang akan dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai


metode seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri,
diskoveri, dsb. Melengkapi metode pembelajaran digunakan juga berbagai media
seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset
audio, slide, video, komputer, multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan
pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan
penilaian proses menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk
mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Pada akhir program
pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian.
Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta
didik, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat
penguasaan tertentu yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.
Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan
kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang
harus dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah
pemberian program pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan kata lain,
remedial diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal
yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program
pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu
memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Pemberian pembelajaran ulang
dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan
dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan
tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua
peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar.
Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode
dan/atau media yang lebih tepat.
Contoh lain dengan memberikan bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan
perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan,
perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual.
Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai
tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta
didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
Contoh lagi dengan Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka
menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar
peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik
perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang
ditetapkan.
Tambahan contoh yang lain yakni dengan Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya
adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu
dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami
kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.

Anda mungkin juga menyukai