Oleh:
Mursidul Alimah (E1E021260)
Noval Maulana Saputra (E1E021267)
4) Setiap evaluasi dalam mata pelajaran yang diajarkan kepada anak didik,
maka diperbaiki soalnya;
5) Guru harus kreatif agar menghasilkan anak didik yang kreativitas juga;
2. Diskusi
Diskusi merupakan suatu bentuk interkasi antar individu dalam kelompok
untuk membahas suatu masalah. Dalam interaksi ini masing-masing peserta
diskusi dapat turut serta menyumbangkan saran-saran dalam menemukan
pemecahan suatu masalah. Dalam hubungan dengan remedial teaching, diskusi
dapat digunakan sebagai salah satu metode dengan memanfaatkan interaksi
antar individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar. Metode
ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok
untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami oleh sekelompok siswa.
3. Pemberian Tugas
Metode ini dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan dalan
rangka pemberian bantuan. Dalam metode ini, siswa yang mengalami
kesulitan belajar dibantu melalui kegiatan-kegiatan melaksanakan tugas-tugas
tertentu. Penetapan jenis dan sifat tugas yang diberikan sesuai dengan jenis,
sifat, dan latar belakang kesulitan yang dihadapinya. Pemberian tugas dapat
bersifat secara individual atau kelompok sesuai dengan kesulitan belajarnya.
Hal yang harus diperhatikan adalah agar tugas-tugas yang diberikan dirancang
secara baik dan terarah sehingga pemberian tugas ini benar-benar membantu
memperbaiki kesulitan belajar yang dihadapi murid. Dalam Remedial teaching
metode pemberian tugas mempuyai beberapa keuntungan. Keuntungan-
keuntungan tersebut antara lain:
4. Kerja kelompok
Metode ini hampir bersamaan dengan metode pemberian tugas dan
metode diskusi. Yang terpenting dari kerja kelompok adalah interaksi di antara
anggota kelompok, dan dari interaksi ini diharapkan akan terjadi perbaikan
pada diri murid yang mengalami kesulitan belajar. Dalam metode ini beberapa
murid bersama-sama ditugaskan untuk mengerjakan suatu tugas tertentu.
Kelompok dapat terdiri atas murid-murid yang mengalami kesulitan belajar
yang sama atau dapat pula seorang atau beberapa orang saja yang mengalami
kesulitan belajar.
5. Tutor
Tutor adalah siswa sebaya yang ditunjuk atau ditugaskan membantu temannya
yang mengalami kesulitan belajar. Bantuan yang diberikan oleh teman-teman
sebaya pada umumnya dapat memberikan hasil yang cukup baik. Karena
hubungan antara teman lebih dekat dibandingkan hubungan antara murid
dengan guru. Pemilihan tutor ini berdasarkan prestasi, hubungan sosial yang
baik, dan cukup disenangi oleh teman-temannya.
Tutor berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok sebagai
pengganti guru. Dalam pelaksanaannya, tutor ini dapat membantu teman-
temannya secara individual maupun secara kelompok berdasarkan petunjuk-
petunjuk yang diberikan guru. Ada beberapa keuntungan metode tutor, antara
lain:
a. Adanya suasana hubungan yang lebih dekat dan akrab antara murid yang
dibantu dengan murid sebagai tutor yang membantu.
b. Bagi tutor sendiri, kegiatan ini merupakan pengayaan dan juga menambah
motivasi belajar.
c. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.
6. Pengajaran individual
Pengajaran individual adalah suatu interaksi antara guru siswa secara
individual dalam proses belajar mengajar. Dengan metode ini guru dapat
mengajar secara lebih intensif karena disesuaikan dengan keadaan kesulitan
yang dihadapi siswa dan kemampuan individual mereka. Prosedur mengajar
lebih diarahkan kepada usaha memperbaiki kesulitan belajar siswa. Materi
yang diberikan mungkin pengulangan dari yang sudah atau pengayaan dari
yang sudah dimiliki atau mungkin pemberian materi baru semuanya
tergantung keadaan kesulitannya. Pengajaran individual ini bersifat teaputik,
artinya mempunyai sifat penyembuhan dengan cara memperbaiki cara-cara
belajar siswa. Untuk memiliki kemampuan membimbing dan bersikap sabar,
ulet, rela, bertanggung jawab, menerima dan memahami dan sebagainya.
a) Tipe Bloom
Bloom (dalam Siahaan dalam Fatayah, 2009) berpendapat bahwa setiap guru
dan siswa harus mahir pada setiap bagian materi kegiatan pembelajaran,
namun perlu diketahui bahwa kemahiran bagian tidak boleh sama dengan
kemahiran keseluruhan, yang menurutnya tergantung pada pengolahan 80-
90% penguasaan operasional soal/materi. Oleh karena itu, jika ada siswa
yang belum tuntas 80-90%, siswa tersebut perlu dikoreksi secara individual.
Misalnya, siswa ditugaskan untuk mempelajari/mengulang bagian tertentu
yang belum dikuasainya agar dapat menguasainya dengan benar. Oleh karena
itu, siswa tidak diharuskan mengulang semua materi yang telah dipelajarinya.
b) Tipe Killer
Dalam gaya Killer, jika seseorang gagal mencapai tujuan tertentu, seratus
persen (100%), maka kegiatan belajar harus diulangi secara keseluruhan
secara berkelompok.
2. Interaktif
Melalui proses pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta
didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar
yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbanganbahwa kegiatan belajar
peserta didik yang bersifat perbaikan perlu mendapatkan monitoring dan
pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya
peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.
Djamarah dan Zain dalam Wardani & Kasron (2009) berpendapat kegiatan-
kegiatan yang terdapat dalam pembelajaran remedial yaitu: (1) mengulang pokok
bahasan sebelumnya, (2) mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak
dikuasai, (3) memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama, (4)
memberikan tugas-tugas khusus. Berikut disajikan skema prosedur pelaksanaan
pengajaran remidi dan rincian penjelasannya. Skema dan penjelasan berikut diambil
dari buku psikologi pendidikan (Makmun, 2012).
Secara pokok langkah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih
definitif mengenai karakteristik kasus serta permasalahannya dan gambaran yang
lebih definitif mengenai fasibilitas alternatif tindakan remidi yang
direkomendasikan.
Langkah ini pada dasarnya bersifat pilihan bersyarat ditinjau dari kerangka
keseluruhan prosedur pembelajaran remedial. Sasaran pokok yang yang
hendak dituju oleh siswa bebas dari hambatan dan ketegangan batinnya untuk
kemudian siap sedia kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar dan
realistis.
1) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kurang motivasi dan minat
belajar.
Langkah ini diperlukan jika memang ada kasus seperti yang kedua (f.2))
dan persyaratan terpenuhi seperti untuk langkah ketiga (f.3)) antara lain ada
atau tidaknya kesempatan pada pihak guru dan siswa, daya dukung teknis,
serta sarana penunjang yang diperlukan.
Sasaran pokok langkah ini adalah agar hasil remediasi itu lebih sempurna
dengan diadakan pengayaan dan pengukuhan. Berbagai bentuk cara dan
instrumen dapat digunakan, misalnya dengan cara penguasaan untuk
pemecahan soal tertentu, pengajaran proyek kecil tertentu atau membaca dan
menganalisis artikel tertentu, dan sebagainya. Hasilnya harus dilaporkan
kembali kepada guru untuk dinilai seperlunya sebelum yang bersangkutan
selesai atau diperkenankan melanjutkan ke program pembelajaran selanjutnya.
Fungsi utama dari ruang sumber belajar adalah untuk membantu peserta didik
dalam memperoleh dan mengakses informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang
dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Ruang sumber belajar juga dapat membantu
peserta didik dalam memperoleh motivasi dan inspirasi dalam belajar.
Ruang sumber belajar harus dirancang dengan baik agar dapat memenuhi
kebutuhan peserta didik dalam belajar. Hal ini meliputi pengaturan ruangan,
pencahayaan, suara, fasilitas yang memadai, kebersihan, dekorasi, dan sirkulasi
udara.
Dalam era digital, ruang sumber belajar juga dapat berupa platform digital
atau situs web yang menyediakan akses ke berbagai sumber belajar dalam bentuk
video, artikel, dan modul interaktif. Platform digital ini memungkinkan peserta didik
untuk memperoleh informasi dan keterampilan dari mana saja dan kapan saja.
1. Tata letak ruangan: Tata letak ruangan harus didesain agar memudahkan
peserta didik dalam mengakses sumber belajar, seperti meja dan kursi
yang disusun secara teratur, rak buku yang mudah dijangkau, dan akses
mudah ke alat-alat atau fasilitas lainnya.
7. Sirkulasi udara yang baik: Sirkulasi udara yang baik dapat membantu
menjaga kualitas udara dan menghindari kelembaban yang dapat merusak
sumber belajar dan membuat peserta didik tidak nyaman.
Dengan mengatur ruang sumber belajar yang baik, peserta didik akan merasa
lebih nyaman dan terbantu dalam proses belajar mereka.
Mulyono (2012) mengatakan pada tiap akhir kegiatan pembelajaran dari suatu
unit pelajaran, guru melakukan evaluasi formatif dan setelah adanya evaluasi
formatif anak-anak yang belum menguasai bahan pelajaran diberikan pengajaran
remedial. Akan tetapi, pada intinya dalam prinsip belajar tuntas, siswa harus
mencapai suatu tingkat penguasaan tertentu terhadap tujuan-tujuan pembelajaran dari
suatu unit pelajaran tertentu sebelum pindah ke unit pelajaran yang berikutnya.
Dengan diterapkan prinsip ini, tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat
dicapai secara optimal dan jarak antara siswa yang cepat dan lambat dalam belajar
semakin kecil. Hal ini senada dengan hasil penelitian Skinner yang mengajukan
bentuk program belajar mengajar dengan cara maju berkelanjutan (Mukhtar dan
Rusmini, 2005), yang menyatakan bahwa secara ideal siswa baru boleh mempelajari
materi pelajaran berikutnya apabila ia telah betul-betul menguasai isi pelajaran yang
telah dipelajari.
J. RANKUMAN
Remedial Sebagai upaya guru untuk mengejar ketertinggalan mata pelajaran,
maka proses pendidikan pada setiap jenjang pendidikan tidak terlepas dari
permasalahan yang dihadapi setiap siswa dalam memahami mata pelajaran yang
diajarkan oleh guru.
Jika menyangkut pembelajaran, maka remedial adalah pemecahan masalah
pembelajaran yang dimiliki siswa dalam memahami setiap mata pelajaran yang
diajarkan oleh guru. Pengajaran remedial mempunyai peranan penting dalam
keseluruhan proses belajar mengajar secara klasikal, khususnya dalam mencapai
hasil belajar yang optimal.Namun, secara umum pengajaran remedial sama juga
halnya dengan pengajaran seperti biasanya, tetapi hanya memfokuskan kepada hal-
hal yang berkaitan dengan keterlambatan anak didik dalam menerima pembelajaran.
K. LATIHAN SOAL
1. Mengapa perlu adanya pengaturan ruang sumber dalam proses pembelajaran !
2. Ketika dalam suata kelas banyak anak yang mengalami remedial. Apakah ada
yang salah dalam metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru ?
3. Jika terjadi remedial teaching tetapi tidak mengalami perubahan pada anak. Apa
yang harus dilakukan oleh guru?
4. Untuk menentukan apakah seorang siswa memerlukan remidial teaching adalah
dengan melihat hasil akhirnya, akan tetapi dalam pembelajaran juga terdapat
proses. Apakah anda setuju jika remidial teaching itu tidak perlu dilakukan
tetapi dengan menambahkan nilai akhir berdasarkan keseharian siswa selama
proses pembelajaran kemudian di akumulasikan pada nilai akhir sehingga
semua siswa dianggap tuntas.
5. Saat ini remidial selalu dikonotasikan sebagai sesuatu hal yang negative karena
siswa menganggap dirinya gagal dalam proses pembelajaran hal ini kemudian
membuat mereka tidak mau mengikuti remidial teaching, bagaimana upaya
mengatasi hal tersebut?
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (2002). Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran.
Rosdakarya.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Aslan & Suhari. (2018). Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Razka Pustaka.
Aslan & Wahyudin. (2020). Kurikulum dalam Tantangan Perubahan. Bookies Indonesia.
Aslan & Hifza. (2019). Kurikulum Pendidikan Masa Penjajahan Jepang Di Sambas. Edukasia
Islamika, 4(2), 171–188.
Aslan, A. (2017). PENDIDIKAN REMAJA DALAM KELUARGA DI DESA
MERABUAN, KALIMANTAN BARAT (PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM). Al-Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman, 16(1), 122–135.
Aslan, Hifza, Syakhrani, A. W., Syafruddin, R., & Putri, H. (2020). CURRICULUM AS
CULTURAL ACCULTURATION. Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan,
Dan Humaniora), 4(1), 1–9.
Aslan. (2017). Kurikulum Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Jurnal Studia
Insania, 5(2), 105–119.
Aslan. (2017). Pumping Teacher dalam Tantangan Pendidikan Abad 21. Muallimuna,
2(2), 89–100.
Aslan. (2017). Strategi Pembelajaran Dalam “Go Sport” Kurikulum Pendidikan Karakter.
Madinah: Jurnal Studi Islam, 4(1), 10-19- 10–19.
Aslan. (2018). Pengembangan Kurikulum Ke Arah Peningkatan Mutu Pendidikan Islam
Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), dalam Bunga Rampai
“Peluang dan Tantangan Negara-Negara di Kawasan Borneo Dalam Menghadapi
MEA (Proceeding of 1st International Conference on ASEAN Economic Community
in Borneo Region).” Eboosia Publisher.
Aslan. (2019). Hidden Curriculum. Pena Indis.
Aslan. (2019). Peran Pola Asuh Orangtua di Era Digital. Jurnal Studia Insania, 7(1), 20–34.
Aslan. (2019, January 17). Pergeseran Nilai Di Masyarakat Perbatasan (Studi tentang
Pendidikan dan Perubahan Sosial di Desa Temajuk Kalimantan Barat) [Disertasi
dipublikasikan]. Pasca Sarjana. https://idr.uin-antasari.ac.id/10997/
Aslan. (2016).Kurikulum Pendidikan Vs Kurikulum Sinetron.
Degeng, I Nyoman Sudana. Ilmu Pembelajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 1990.
Dewi, N. C. & Aslan. (2015). Psikologi Belajar Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Madinah:
Jurnal Studi Islam, 2(1), 39–48.
Heryanti. 2018. “Penilaian Hasil Belajar dan Karakter”. Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitian
Pendidikan dan Pembelajaran 2 (2). Hal 118-128.
Ihtiar, H. W. 2016. “Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 92/DSN-MUI/IV/2014
Tentang Pembiayaan Yang Disertai RAHN”. An-Nisbah 3 (1) Hal 23-38.
Khazanah: Jurnal Studi Islam Dan Humaniora, 14(2), 135–148.
Lidi, M. W. (2018). Pembelajaran remedial sebagai suatu upaya dalam mengatasi kesulitan
belajar. Foundasia, 9(1).
Makmun, A. S. (2003). Psikologi Pendidikan. Rosda Karya Remaja.
Makmun, A.S. (2012). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mukhtar dan Rusmini. (2005). Pengajaran Remedial: Teori dan Penerapannya dalam
Pembelajaran. Jakarta: PT Nimas Multima.
Mulyadi. (2012). Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus. Nuha Litera.
Mulyono, A. (2012). Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Muryono, S. (2009). Empati: Penalaran Moral Dan Pola Asuh: Telaah Bimbingan Konseling.
Cawan Mas.
Nurkancana, W., & Sumartana, P. P. P. (1986). Evaluasi Pendidikan. Busana Offset Printing.
Nuzliah. (2016). COUNSELING MULTIKULTURAL. JURNAL EDUKASI: Jurnal
Bimbingan Konseling, 2(2), 201.
Oyekan, S.O. 2013. “Effect of Diagnostic Remedial Teaching Strategy on Students’
Achievement in Biology”. Journal of Educational and Social Research. Vol.3 No. 7
MCSER Publishing Rome- Italy.
Prayitno. (2009). Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. PT. Grasindo. Slameto. (2003). Belajar
dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.
Rusiadi, R., & Aslan, A. (2021). Gejala Diagnostik Dan Remedial Pada Anak Didik Di
Pendidikan Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Borneo: Journal of Islamic Studies, 1(2), 18-
27.
Sasmedi, D. (2012). Pembelajaran Remedial. Diakses dari http://www.lpmpsulsel.net/v2/
attachments/141_PEMBELAJARAN%20REMDIAL%20Artikel.pdf tanggal 12
Oktober 2013
Sofyan Wills. (2007). Konseling Individual Teori dan Praktek. Alfabeta. Suhardi, M.,
Mulyono, S., Aslan, Syakhrani, H. A. W., & Putra, P.(2020). Perubahan kurikulum
lembaga pendidikan Islam di Sambas pada masa Kesultanan Sambas. Ta’dibuna:
Jurnal Pendidikan Islam, 9(1), 034–048.
Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. Suryani, Y. E. 2010. “Kesulitan Belajar”. Magistra, No. 37 Th. XXII. Hal 33-
47.
Switri, E. (2019). Bimbingan Konseling Anak Usia Dini. Penerbit Qiara Media.
Toffler, A. (1970). Future Shock. Bantam Books.
Wardani dan Kasron. (2009). “Penerapan Model Pembelajaan Langsung Dengan Remedial
Melalui Tutor Sebaya Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa”. Universitas
Negeri Surabaya, diakses dari http://pe.jurnal.unesa.ac.id/bank/jurnal/7._5-
1_juni_2012_nisaul.pdf tanggal 5 Oktober 2013.
Yustuti, E. (2022). Remedial Sebagai Suatu Upaya dalam Mengatasi Pembelajaran Kesulitan
Belajar. SKULA: Jurnal Pendidikan Profesi Guru Madrasah, 2(1), 349-360.
Zed, M. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia.