Anda di halaman 1dari 18

REMEDIAL PADA ANAK KESULITAN BELAJAR

Oleh:
Mursidul Alimah (E1E021260)
Noval Maulana Saputra (E1E021267)

CPMK: Mahasiswa dapat memahami remedial pada anak kesulitan belajar.


(Capaian pembelajaran mata kuliah)

A. PENGERTIAN PENGAJARAN REMEDIAL


Remedial: Sebagai upaya guru untuk mengejar ketertinggalan mata pelajaran,
maka proses pendidikan pada setiap jenjang pendidikan tidak terlepas dari
permasalahan yang dihadapi setiap siswa dalam memahami mata pelajaran yang
diajarkan oleh guru. Untuk berbagai masalah ini, guru harus berusaha sebaik
mungkin untuk mengatasinya, yang memiliki efek terapeutik dan pencegahan. Siswa
memiliki kepribadian kognitif, emosional, dan psikomotorik yang berbeda-beda,
sehingga ketika permasalahan diketahui oleh guru yang bersangkutan, langkah
selanjutnya adalah memberikan treatment atau remidiasi. (Mulyadi, 2012; Makmun,
2003). Memperbaiki berarti memperbaiki. Jika menyangkut pembelajaran, maka
remedial adalah pemecahan masalah pembelajaran yang dimiliki siswa dalam
memahami setiap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru.

Guru dapat mengelolanya melalui metode, bimbingan dan konseling,


psikoterapi, dan strategi lainnya. Bimbingan juga merupakan cara untuk
membimbing siswa yang benar-benar membutuhkan bantuan dari guru mereka.
Sedangkan tutoring adalah upaya guru untuk siswa yang membutuhkan bantuan
dalam masalah belajar. (Sofyan Wills, 2007; Muryono, 2009; Nuzliah, 2016; Switri,
2019).

Sesuai dengan karakteristik kesulitan yang dihadapi siswa, mereka dibagi


menjadi kelompok dan individu untuk membantu. Group-selected children diseleksi
dari beberapa kelompok siswa yang mengalami keterlambatan pembelajaran dan
dibagi dalam kategori yaitu anak yang mudah diperbaiki dan anak yang sulit
diperbaiki. (Slameto, 2003). Tujuannya adalah untuk memperbaiki atau
menyembuhkan masalah yang dialami anak untuk menghasilkan kinerja yang
optimal. Penilaian awal pemulihan yang dialami anak dapat dilakukan dari perspektif
psikologis, sosiologis dan fisiologis, sebagai tindak lanjut dari program remedial
untuk setiap mata pelajaran yang diikuti anak. (Prayitno, 2009).

Ciri-ciri pengajaran remedial yang diberikan kepada anak, diantaranya;


Pertama, anak mengalami kesulitan dalam belajar. Kedua, tujuan instuksional
dari remedial inidijalankan dilihat dari kesulitan belajar yang dihadapi oleh
siswa. Ketiga, metode dari pengajaran remedial disesuaikan dengan masalah yang
dihadapi oleh siswa, baik dilihat dari sifat, jenis dan latar belakang kesulitan
belajarnya. Keempat, alat-alat yang digunakan dari pengajaran remedial
bervariasi, seperti penggunaan tes diagnostik, sosiometri dan alat-alat
laboratorium. Kelima, saling bekerjasama antara guru yang satu dengan lainnya.
Keenam, menggunakan berbagai macam pendekatan, misalnya pendekatan
individualisme, konseling dan pendekatan lainnya. Ketujuh, evaluasi yang
digunakan.

Dalam pengajaran remedial, alat evaluasi yang digunakan disesuaikan


dengan kesulitan belajar yang dihadapi oleh murid sehingga perlu ditempuh
langkah-langkah berikut;

1) Setiap anak didik mempunyai kelemahan dalam menerima mata


pelajaran, maka hal itu perlu dianalisis;

2) Setiap guru perlu melakukan rancangan dalam belajar dari


kegiatan hasil belajar yang dilakukan;

3) Rencana pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik;

4) Setiap evaluasi dalam mata pelajaran yang diajarkan kepada anak didik,
maka diperbaiki soalnya;

5) Guru harus kreatif agar menghasilkan anak didik yang kreativitas juga;

6) Melaksanakan evaluasi setiap mata pelajaran yang diampu. (Arifin, 2012).

Ciri-ciri anak yang perlu mendapatkan pengajaran remedial dengan cara


evaluasi, baik secara sumatif maupun formatif maka terdapat beberapa kelompok
yang bisadibuat pembelajaran remedial. Karena pada hakikatnya, pembelajaran
remedial adalah pembelajaran bagi siswa yang mengalami keterhambatan dalam
belajar yang masih bisa untuk diperbaiki dan mengejar dari ketertingalan-
ketertingalan siswa yang lain. Sementara, kelompok siswa yang dianggap tidak bisa
untuk mengejar ketertinggalan tersebut, maka seharusnya mengulang
kembali dengan angkatan siswa yang baru.

B. FUNGSI PENGAJARAN REMEDIAL


Pengajaran remedial mempunyai peranan penting dalam keseluruhan
proses belajar mengajar secara klasikal, khususnya dalam mencapai hasil
belajar yang optimal. Pengajaran remedial merupakan pelengkap dari proses
pengajaran secara keseluruhan. Jika tidak dilakukan program pengajaranremedial,
maka siswa tersebut secara kumulatif akan semakin ketinggalan dan tidak dapat
mengikuti proses belajar mengajar secara klasikal. Akibatnya siswa semakin
merasa rendah diri karena rendah prestasi tidak dapat mengikuti proses belajar
mengajar secara klasikal, terus mencari kompensasi dengan mengganggu
suasana kelas, berbuat ramai, melempar teman, mencari perhatian. Karena
itu, guru harus memahami pentingnya pengajaran remedial dan sanggup
melaksanakannya demi terlaksananya tujuan proses belajar mengajar yang telah
diharapkan.

C. TUJUAN PENGAJARAN REMEDIAL


Tujuan dari pengajaran remedial, pada hakikatnya tidak terlepas dari
kurikulum. Karena, kurikulum secara keseluruhan berkaitan dengan
pembelajaran. Namun, secara umum pengajaran remedial sama juga halnya
dengan pengajaran seperti biasanya, tetapi hanya memfokuskan kepada hal-hal
yang berkaitan dengan keterlambatan anak didik dalam menerima pembelajaran.
Jadi proses pembelajarannya, hanya secara khusus dilaksanakan kepada
siswayang mengalami keterlambatan dalam menerima mata pelajaran. (Makmun,
2003; Aslan, 2019). Sementara, fungsi pengajaran remedial diantaranya; Pertama,
fungsi koretif. Pengajaran remedial dilaksanakan sebagai fungsi koretif
adalah untuk perbaikan proses pembelajaran, baik yang berkaitan dengan
rumusan tujuan, metode mengajar, dan evaluasi anak didik. (Aslan & Suhari,
2018). Kedua, fungsi penyesuaian. Anak didik yang mengalami keterlambatan
dalam mengajar, maka guru menyesuakan dengan karakteristik anak didik
dalam memberikan pelajaran yang tidak sebagaimana mestinya seperti anak
didik yang tidak remedial. Ketiga, fungsi pemahaman. Dengan adanya
pengajaran remedial dilaksanakan maka guru lebih dekat dengan anak didik
dan lebih memahami karakteristik anak didik masing-masing. Keempat, fungsi
pengayaan. Anak didik yang mendapatkan remedial, maka diharapkan dalam
memperoleh ilmu yang lebih agar tidak ketertinggalan dengan siswa lain
nantinya. Kelima, fungsi terapeutik.

Remedial yang dilaksanakan oleh guru sebagai penyembuhan untuk


siswa secara individu. Fungsi akselarasi. Sebagai upaya untuk penyembuhan
dengan waktu yang cepat untuk mengejar ketertinggalan dari siswa lainnya.
(Mulyadi, 2012). Adapun prinsip-prinsip pengajaran remedial terdiri dari
penyiapan pembelajaran, perancangan kegiatan pembelajaran, belajar bermakna,
pendekatan pembelajaran, memberikan arahan yang jelas kepada siswa agar siswa
tidak mengalami kebingungan, merumuskan dari kesulitan yang dihadapi
siswa, strategi guru dalam meningkatkan kesulitan yang dialami siswa dan
strategi-strategi lainnya. (Mulyadi, 2012). Dengan demikian, pengajaran remedial
yang dilaksanakan oleh guru kepada anak didik yang mengalami
keterlambatan dalam mengajar bukanlah hanya dilakukan asal kemauan tetapi
harus sesuai program dari pengajaran remedial tersebut, baik sesuai tujuan,
prinsip dan fungsi dari pengajaran remedial. Prosedur dilakukannya pengajaran
remedial diantaranya; penelaahaan kasus yang dialami oleh anak, kemudian
guru melakukan tindakan, evaluasi pengajaran, memberikan layanan
bimbingan dan konseling atau psikoterapi kepada anak didik dan selanjutnya
melaksanakan pengajaran remedial bagi anak didik tersebut.

D. PENDEKATAN DAN METODE PENGAJARAN REMEDIAL


Pembelajaran remedial merupakan kegiatan yang sangat penting dalam keseluruhan
program pembelajaran, maka perlu memahami berbagai pendekatan dan metode
remedial.Pendekatan ini dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Strategi pendekatan kuratif Pendekatan ini dilakukan setelah program


pembelajaran yang pokok selesai dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan
menjumpai beberapa bagian di peserta didik yang tidak mampu menguasai
seluruh bahan yang telah disampaikan. Dalam hal ini guru harus mengambil
sikap yang tepat dalam memberikan layanan bimbingan belajar yang disebut
dengan pembelajaran remedial. Sedang peserta didik yang hampir berhasil dan
yang berhasil dapat diberikan layanan pengayaanatau diarahkan ke program
pembelajaran yang lebih tinggi. Pendekatan kuratif dilakukan dengan metode
(a) pengulangan yang dapat dilakukan pada setiap akhir jam pertemuan dan
akhir unit pelajaran atau setiap pokok bahasan, (b) pengayaan dan pengukuhan
ini ditunjukkan kepada peserta didik yang mempunyai kelemahan ringan dan
secara akademik mungkin siswa tersebut cerdas.

2. Strategi pendekatan preventif Pendekatan ini diberikan kepada peserta didik


yang diduga akan mengalami kesulitan belajar dalammenyelesaikan program
yang akan ditempuh. Pendekatan preventif ini ini bertolak dari hasil pretes
atau evaluative reflektif. Berdasarkan hasil pretes ini guru
dapatmengklasifikasikan kemampuan peserta didik menjadi tiga golongan,
yaitu peserta didik yang diperkirakan mampu menyelesaikan program sesuai
dengan waktu yang disediakan, peserta didik yang diperkirakan akan mampu
menyelesaikan program lebih cepat dari waktu yang ditetapkan, dan peserta
didik diperkirakan akan terlambat atau tidak dapat menyelesaikan program
sesuai waktu yang telah ditetapkan. Dari penggolongan ini maka teknik
layanan yang dapat dilakukan meliputi kelompok belajar homogen, layanan
individual dan layanan pembelajaran dengan kelas khusus.

3. Strategi pendekatan pengembangan Pendekatan ini merupakan upaya


diagnostik yang dilakuakan guru selama berlangsungya pembelajaran.
Sasarannya agar peserta didik dapat segera mengatasi hambatan-hambatan
yang dialami selama mengikuti pembelajaran. Jika pendekatan kuratif
merupakan tindak lanjut dari post teaching diagnostic, pendekatan preventif
merupakan tindak lanjut dari pre teaching diagnostic maka pendekatan
pengembangan perupakan tindak lanjut dari during teaching diagnostic atau
upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsungnya proses belajar
mengajar (PBM). Agar strategi pendekatan ini dapat dioperasikan secara
teknis yang sistematis, maka diperlukan adanya pengorganisasian proses
belajar mengajar yang sistematis seperti dalam bentuk pengajaran berprogram,
sistem pengajaran modul dan lainnya.

Metode yang digunakan dalam remedial teaching yaitu metode yang


dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan belajar mulai dari identifikasi
kasus sampai dengan tindak lanjut. Metode yang dapat digunakan, yaitu:
1. Tanya jawab
Metode ini digunakan dalam rangka pengenalan kasus untuk mengetahui
jenis dan sifat kesulitannya. Sebagai metode remedial teaching, tanya jawab
dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dan murid yang mengalami
kesulitan belajar dan dari hasil dialog itu murid akan memperoleh perbaikan
dalam kesulitan belajarnya. Berdasarkan jenis dan sifat kesulitan yang
dihadapi murid, guru mengajukan beberapa pertanyaan, dan murid
memberikan jawaban. Melalui serangkaian tanya jawab, guru mengajukan
beberapa pertanyaan dan murid memberikan jawaban. Melaui serangkaian
tanya jawab, guru membantu murid untuk mengenal dirinya secara lebih
mendalam, memahami kelemahan dan kelebihan dirinya, dan memperbaiki
cara-cara belajarnya.
Atas hal itu maka kesulitan belajar yang dialaminya dapat diatasi sedikit demi
sedikit. Dalam tanya jawab dapat dilakukan secara individual atau secara
kelompok.
Secara individual apabila dialog dilakukan antara guru dan seorang murid
yang mengalami kesulitan belajar. Keuntungan metode tanya jawab sebagai
metode Remedial teaching adalah antara lain:
a. Memungkinkan terbinanya hubungan yang lebih dekat antara guru dengan
murid.
b. Dapat meningkatkan saling pemahaman antara guru dengan murid.
c. Dapat meningkatkan motivasi belajar murid.
d. Dapat lebih meningkatkan pemahaman diri pada murid.
e. Dapat menumbuhkan rasa harga diri murid

Serangkaian tanya jawab dapat membantu siswa dalam memahami


dirinya, mengetahui kelebihan/kekurangannya, memperbaiki cara-cara belajar.
Tanya jawab dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Metode ini
dalam rangka pengajaran remedial memungkinkan terjalin hubungan guru dan
siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar, menciptakan kondisi
yang menunjang pelaksanaan penyuluha dan menumbuhkan rasa harga diri.

2. Diskusi
Diskusi merupakan suatu bentuk interkasi antar individu dalam kelompok
untuk membahas suatu masalah. Dalam interaksi ini masing-masing peserta
diskusi dapat turut serta menyumbangkan saran-saran dalam menemukan
pemecahan suatu masalah. Dalam hubungan dengan remedial teaching, diskusi
dapat digunakan sebagai salah satu metode dengan memanfaatkan interaksi
antar individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar. Metode
ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok
untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami oleh sekelompok siswa.

Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam


kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami oleh kelompok
siswa Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui metode diskusi
dalam Remedial teaching antara lain:

a. Dalam diskusi masing-masing individu dapat lebih mengenal dirinya dan


kesulitan yang dihadapi serta menemukan jalan pemecahannya.
b. Interkasi dalam kelompok dapat menumbuhkan sikap saling mempercayai
antara yang satu dengan lainnya.
c. Dapat saling membantu antar individu dan mengembangkan kerja sama
antar pribadi.
d. Pengenalan dan kepercayaan diri secara lebih mendalam dan
mengarahkannya secara lebih baik.
e. Menumbuhkan rasa tanggung jawab baik terhadap dirinya maupun terhadap
orang lain.

3. Pemberian Tugas
Metode ini dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan dalan
rangka pemberian bantuan. Dalam metode ini, siswa yang mengalami
kesulitan belajar dibantu melalui kegiatan-kegiatan melaksanakan tugas-tugas
tertentu. Penetapan jenis dan sifat tugas yang diberikan sesuai dengan jenis,
sifat, dan latar belakang kesulitan yang dihadapinya. Pemberian tugas dapat
bersifat secara individual atau kelompok sesuai dengan kesulitan belajarnya.
Hal yang harus diperhatikan adalah agar tugas-tugas yang diberikan dirancang
secara baik dan terarah sehingga pemberian tugas ini benar-benar membantu
memperbaiki kesulitan belajar yang dihadapi murid. Dalam Remedial teaching
metode pemberian tugas mempuyai beberapa keuntungan. Keuntungan-
keuntungan tersebut antara lain:

a. Murid dapat lebih memahami dirinya baik kekuatan maupun kelemahannya.


b. Murid dapat memperdalam dan memperluas materi yang dipelajarinya
c. Memperbaiki cara-cara belajar yang pernah dialami.

Melalui metode ini, siswa yang mengalami kesulitan dapat ditolong


dan diharapkan dapat lebih memahami dirinya, dapat memperdalam materi
yang telah dipelajari, dan dapat memperbaiki cara-cara belajar yang pernah
dialami.

4. Kerja kelompok
Metode ini hampir bersamaan dengan metode pemberian tugas dan
metode diskusi. Yang terpenting dari kerja kelompok adalah interaksi di antara
anggota kelompok, dan dari interaksi ini diharapkan akan terjadi perbaikan
pada diri murid yang mengalami kesulitan belajar. Dalam metode ini beberapa
murid bersama-sama ditugaskan untuk mengerjakan suatu tugas tertentu.
Kelompok dapat terdiri atas murid-murid yang mengalami kesulitan belajar
yang sama atau dapat pula seorang atau beberapa orang saja yang mengalami
kesulitan belajar.

Dalam interakasi kelompok ada beberapa keuntungan antara lain:


a. Adanya pengaruh kelompok yang dianggap cakap dan berpengalaman.
b. Kehidupan kelompok dapat meningkatkan minat belajar.
c. Dalam kelompok dapat dicapai adanya pemahaman diri dan saling
memahami diantara anggota.
d. Kerja kelompok dapat memupuk berkembangnya rasa tanggung jawab.

5. Tutor
Tutor adalah siswa sebaya yang ditunjuk atau ditugaskan membantu temannya
yang mengalami kesulitan belajar. Bantuan yang diberikan oleh teman-teman
sebaya pada umumnya dapat memberikan hasil yang cukup baik. Karena
hubungan antara teman lebih dekat dibandingkan hubungan antara murid
dengan guru. Pemilihan tutor ini berdasarkan prestasi, hubungan sosial yang
baik, dan cukup disenangi oleh teman-temannya.
Tutor berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok sebagai
pengganti guru. Dalam pelaksanaannya, tutor ini dapat membantu teman-
temannya secara individual maupun secara kelompok berdasarkan petunjuk-
petunjuk yang diberikan guru. Ada beberapa keuntungan metode tutor, antara
lain:
a. Adanya suasana hubungan yang lebih dekat dan akrab antara murid yang
dibantu dengan murid sebagai tutor yang membantu.
b. Bagi tutor sendiri, kegiatan ini merupakan pengayaan dan juga menambah
motivasi belajar.
c. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.
6. Pengajaran individual
Pengajaran individual adalah suatu interaksi antara guru siswa secara
individual dalam proses belajar mengajar. Dengan metode ini guru dapat
mengajar secara lebih intensif karena disesuaikan dengan keadaan kesulitan
yang dihadapi siswa dan kemampuan individual mereka. Prosedur mengajar
lebih diarahkan kepada usaha memperbaiki kesulitan belajar siswa. Materi
yang diberikan mungkin pengulangan dari yang sudah atau pengayaan dari
yang sudah dimiliki atau mungkin pemberian materi baru semuanya
tergantung keadaan kesulitannya. Pengajaran individual ini bersifat teaputik,
artinya mempunyai sifat penyembuhan dengan cara memperbaiki cara-cara
belajar siswa. Untuk memiliki kemampuan membimbing dan bersikap sabar,
ulet, rela, bertanggung jawab, menerima dan memahami dan sebagainya.

E. TIPE-TIPE CAKUPAN PENGAJARAN REMEDIAL


Seperti diketahui bahwa pengajaran remedial merupakan bagian integral dari
proses belajar mengajar yang menghendaki ketuntasan pencapaian
tujuan/kompetensi atau pencapaian tujuan secara optimal.Guru sebagai
pelaksana,pembimbing dan motivator dalam pembelajaran remedial tentunya harus
mampu menentukan pilihan Tindakan yang akan diambil gunamengatasi
ketidaktercapaian kompetensi dari siswa. Untuk itu guru paling tidak harus mengenal
tipe-tipe pengajaran remidi, yakni pengajaran remidi tipe Bloom dan tipe
Killer.Berikut ini di sajikan pendapat Bloom dan Killer mengenai pengajaran
remedial (Siahaan dalam Fatayah, 2009).

a) Tipe Bloom
Bloom (dalam Siahaan dalam Fatayah, 2009) berpendapat bahwa setiap guru
dan siswa harus mahir pada setiap bagian materi kegiatan pembelajaran,
namun perlu diketahui bahwa kemahiran bagian tidak boleh sama dengan
kemahiran keseluruhan, yang menurutnya tergantung pada pengolahan 80-
90% penguasaan operasional soal/materi. Oleh karena itu, jika ada siswa
yang belum tuntas 80-90%, siswa tersebut perlu dikoreksi secara individual.
Misalnya, siswa ditugaskan untuk mempelajari/mengulang bagian tertentu
yang belum dikuasainya agar dapat menguasainya dengan benar. Oleh karena
itu, siswa tidak diharuskan mengulang semua materi yang telah dipelajarinya.

b) Tipe Killer
Dalam gaya Killer, jika seseorang gagal mencapai tujuan tertentu, seratus
persen (100%), maka kegiatan belajar harus diulangi secara keseluruhan
secara berkelompok.

F. BENTUK-BENTUK PENGAJARAN REMEDIAL


Bentuk-Bentuk dan Ciri Pelaksanaan Remedial Teaching/pengajaran remedial
Pembelajaran remedial bersifat lebih khusus karena bahan, metode dan
pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang kesulitan belajar
yang dihadapi siswa. Pemberian remedial didasarkan atas latar belakang bahwa
pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Dengan
diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat
ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada
mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Setelah diketahui kesulitan belajar
yang dihadapi siswa, langkah berikutnya adalah memberikanperlakuan berupa
pembelajaran remedial. Menurut buku Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran
Remedial, bentuk-bentuk pelaksaan pembelajaran remedial diantaranya:
1. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
Pembelajaran ulang bisa dilakukan dengan cara penyederhanaan materi, variasi
cara penyajian, penyederhanaan tes /pertanyaan. Pembelajaran ulang
dilaksanakan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai
ketuntasan belajara atau mengalami kesulitan belajar dan pendidik perlu
memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan media yang
lebih tepat.
2. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal
pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif
tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual.
Pemberianbimbingan ini merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor.
3. Pemberian tugas-tugas, latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip
pengulangan, tugas-tugas latihan perludiperbanyak agar peserta didik tidak
mengalami kesulitan belajar dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu
diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensiyang
ditetapkan.
4. Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang mempunyai
kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial
kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya
diharapka peserta didik lebih terbuka dan akrab.
Pengajaran remedial teaching sifatnya lebih khusus dari pengajaran lainnya,
karena pelaksanaan pengajaran ini disesuaikan dengan jenis dan sifat kesulitan belajar
yang dihadapi siswa. Dengan remedial teaching, siswa yang mengalami kesulitan
belajardapat mencapai hasil yangan diharapkan sesuai dengan kemampuannya. Untuk
lebih jelasnya berikut ini dikemukakan ciri-ciri remedial teaching. Menurut Moh. User
Usman dan Lilis Setiawati yaitu:
1. Dilakukan setelah diketahui kesulitan belajar dan kemudian diberikan
pelayanan khusus sesuai dengan jenis, sifat, dan latar belakang.
2. Dilakukan sesuai dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
3. Metode yang digunakan bersifat diferencial disesuaikan dengan sifat, jenis,
dan latar belakang kesulitan belajar.
4. Dilaksanakan melalui kerja sama berbagai pihak, guru, pembimbing,
konselor, dan sebagainya.
5. Pendekatan dan teknik lebih diferencial artinya disesuaikan dengan keadaan
siswa.
6. Alat evaluasi yang digunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang
dihadapi siswa.
Demi terwujudnya tujuan remedial teaching tersebut, dalam remedial teaching
harus diterapkan prinsip-prinsip yang seharusnya berada dalam pengajaran remedial
teaching. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial
sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus, antara lain:
1. Adaptif
Setiap individu peserta didik memiliki karakter dan keunikan sendiri-sendiri,
oleh karena itu program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan
peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya
belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus
mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.

2. Interaktif
Melalui proses pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta
didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar
yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbanganbahwa kegiatan belajar
peserta didik yang bersifat perbaikan perlu mendapatkan monitoring dan
pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya
peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.

3. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian.


Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang
berbedabeda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai
metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

4. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin


Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai
kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat
bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan
umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang
dialami peserta didik.

5. Kesinambungan dan Keterbatasan dalam Pemberian pelayanan


Program pembelajaran reguler dalam pembelajaran remedial merupakan satu
kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial
harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat
peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
Prinsip-prinsip tersebut di atas sangatlah penting dalam mendukung proses
pembelajaran remedial, dan seorang guru hendaknya benar-benar memahami
prinsipprinsip tersebut, agar nantinya peserta didik tidak merasa kesulitan lagi dalam
mengikuti proses pembelajaran remedial.

G. PROSEDUR PENGAJARAN REMIDI


Menurut Arifin (2009), dalam melaksanakan pembelajaran remedial, langkah-
langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut: (1) menganalisis kebutuhan,
yaitu mengidentifikasi kesulitan dan kebutuhan siswa (2) merancang pembelajaran,
yang meliputi merancang rencana pembelajaran, merancang berbagai kegiatan,
merancang belajar bermakna, memilih pendekatan/metode/teknik, merancang bahan
pembelajaran (3) menyusun rencana pembelajaran, yaitu memperbaiki rencana
pembelajaran yang telah ada, dimana beberapa komponen disesuaikan dengan hasil
analisis kebutuhan siswa (4) menyiapkan perangkat pembelajaran, seperti
memperbaiki soal LKS (5) melaksanakan pembelajaran, yang meliputi; merumuskan
gagasan utama, memberikan arahan yang jelas, meningkatkan motivasi belajar
siswa,memfokuskan proses belajar dan melibatkan siswa secara aktif (6) melakukan
evaluasi pembelajaran dan menilai ketuntasan belajar siswa.

Djamarah dan Zain dalam Wardani & Kasron (2009) berpendapat kegiatan-
kegiatan yang terdapat dalam pembelajaran remedial yaitu: (1) mengulang pokok
bahasan sebelumnya, (2) mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak
dikuasai, (3) memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama, (4)
memberikan tugas-tugas khusus. Berikut disajikan skema prosedur pelaksanaan
pengajaran remidi dan rincian penjelasannya. Skema dan penjelasan berikut diambil
dari buku psikologi pendidikan (Makmun, 2012).

Untuk lebih jelasnya, setiap langkah dideskripsikan fungsi, tujuan/sasaran, dan


kegiatannya sebagai berikut.

a. Penelaahan Kembali Kasus Dengan Permasalahannya

Secara pokok langkah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih
definitif mengenai karakteristik kasus serta permasalahannya dan gambaran yang
lebih definitif mengenai fasibilitas alternatif tindakan remidi yang
direkomendasikan.

Secara konkret, analisis ini merupakan kegiatan pengecekan atau penelitian


kembali terhadap beberapa hal sebagai berikut:

1) Kebenaran (validitas) dan kelengkapan (representatif) data/informasi yang


mendukung pernyataan tentang karakteristik kasus permasalahannya.
2) Relevansi antara tafsiran dan simpulan yang dibuat dengan data/informasi
pendukungnya serta konsistensi antara berbagai data/informasi dan tafsiran
dan simpulannya satu sama lain secara integral.
3) Ketepatan prakiraan/estimasi kemungkinan penanganannya berdasarkan
hasil diagnostik yang didukung oleh data/informasi yang relevan dan yang
tersedia.
4) Vasibilitas (keterlaksanaan) dari semua alternatif pengajaran remidi yang
disarankan/ direkomendasikan.

b. Menentukan Alternatif Pilihan Tindakan Dari hasil penelaahan yang


dilakukan pada langkah pertama tersebut akan diperoleh simpulan
mengenai dua hal pokok.

1) Karakteristik khusus yang akan ditangani secara umum dapat dikategorikan


pada salah satu dari tiga kemungkinan berikut.

a) Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan hanya memiliki kesulitan


dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi/metode/teknik
belajar yang sesuai, efektif dan efisien.
b) Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan di samping memiliki
kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola
strategi/metode/teknik belajar yang sesuai, efektif dan efisien, juga
diharapkan pada hambatan-hambatan egoemosional, potensial-
fungsional, sosial-psikologis dalam penyesuaian dengan dirinya dan
lingkungan.
c) Kasus yang bersangkutan telah memiliki kecenderungan ke arah
kemampuan menemukan dan mengembangkan pola-pola
strategi/metode/teknik belajar yang sesuai, efektif dan efisien, tetapi
terhambat oleh kondisi egoemosional, potensial-fungsional, sosial-
psikologis dan faktor instrumental-environmental lainnya.

2) Alternatif pemecahannya, mungkin lebih strategis jika melakukan cara


berikut.

a) Langsung kepada langkah pelaksanaan pembelajaran remedial,


misalnya jika kasusnya termasuk kategori yang 1) pada langkah
penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya.

b) Harus menempuh dahulu langkah layanan BK sebelum lanjut ke


langkah pelaksanaan pembelajaran remedial jika misalnya kasusnya
termasuk kategori 2) atau 3) pada langkah penelaahan kembali kasus
dengan permasalahannya.

Sasaran pokok kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini ialah


membuat keputusan pilihan alternatif mana yang ditempuh berdasarkan
pertimbangan rasional yang seksama.

c. Layanan Bimbingan dan Konseling/Psikoterapi

Langkah ini pada dasarnya bersifat pilihan bersyarat ditinjau dari kerangka
keseluruhan prosedur pembelajaran remedial. Sasaran pokok yang yang
hendak dituju oleh siswa bebas dari hambatan dan ketegangan batinnya untuk
kemudian siap sedia kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar dan
realistis.

Di dalam praktiknya, langkah ini mungkin sampai batas-batas tertentu


masih ditangani oleh guru sendiri. Namun, mungkin sekali dengan bantuan
atau kerjasama pihak lain (petugas BK, wali kelas, psikolog, dokter, dan
sebagainya). Di antara sekian banyak masalah kesulitan belajar yang masih
dapat ditangani para guru pada umumnya meliputi kasus-kasus berikut.

1) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kurang motivasi dan minat
belajar.

2) Kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang sikap negatif terhadap


guru, pelajaran dan situasi belajar.

3) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kebiasaan belajar yang


salah.

4) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang ketidakserasian antara


kondisi objektif instrumental input dan lingkungannya.

Teknik-teknik layanan bimbingan dan penyuluhan/psikoterapi lebih lanjut


untuk menangani kesulitan berlatar belakang hambatan egoemosional,
potensial-fungsional, sosial-psikologis dan sifat-sifat kepribadian lainnya
seyogyanya ditangani oleh petugas lain.

d. Melaksanakan Pembelajaran Remedial

Dengan terciptanya prakondisi seperti digambarkan sebelumnya, langkah


pelaksanaan pembelajaran remedial barulah dipandang tepat. Seperti telah
dijelaskan, sasaran pokok dari setiap pembelajaran remedial ini adalah
tercapainya peningkatan prestasi dan atau kemampuan penyesuaian diri sesuai
dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

e. Mengadakan Pengukuran Prestasi Belajar Kembali

Setelah pembelajaran remedial dilakukan, seharusnya dideteksi ada atau


tidaknya perubahan pada diri siswa dengan melakukan pengukuran kembali.
Hasil pengukuran ini diharapkan memberikan informasi seberapa besar
perubahan telah terjadi baik dalam arti kuantitatif maupun kualitatif.

f. Mengadakan Re-Evaluasi dan Rediagnostik

Hasil langkah pengukuran prestasi belajar kembali harus ditafsirkan dan


ditimbang kembali dengan menggunakan cara dan kriteria untuk proses belajar
mengajar utama. Hasil penafsiran dan pertimbangan ini melahirkan tiga
kemungkinan kesimpulan.

1) Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian


dirinya. Namun, belum sepenuhnya memadai kriteria keberhasilan
minimal yang diharapkan.

2) Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian


dirinya. Namun, belum sepenuhnya memadai kriteria keberhasilan
minimal yang diharapkan.

3) Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti, baik dari segi


prestasi maupun penyesuaian dirinya.

g. Tugas tambahan Langkah ini bersifat pilihan yang kondisional.

Langkah ini diperlukan jika memang ada kasus seperti yang kedua (f.2))
dan persyaratan terpenuhi seperti untuk langkah ketiga (f.3)) antara lain ada
atau tidaknya kesempatan pada pihak guru dan siswa, daya dukung teknis,
serta sarana penunjang yang diperlukan.

Sasaran pokok langkah ini adalah agar hasil remediasi itu lebih sempurna
dengan diadakan pengayaan dan pengukuhan. Berbagai bentuk cara dan
instrumen dapat digunakan, misalnya dengan cara penguasaan untuk
pemecahan soal tertentu, pengajaran proyek kecil tertentu atau membaca dan
menganalisis artikel tertentu, dan sebagainya. Hasilnya harus dilaporkan
kembali kepada guru untuk dinilai seperlunya sebelum yang bersangkutan
selesai atau diperkenankan melanjutkan ke program pembelajaran selanjutnya.

H. PENGATURAN RUANG SUMBER BELAJAR


Ruang sumber belajar adalah ruangan atau tempat yang dirancang khusus
untuk menyediakan sumber belajar bagi peserta didik. Ruang sumber belajar dapat
berupa perpustakaan, laboratorium, aula kuliah, studio seni, museum, atau lapangan.

Fungsi utama dari ruang sumber belajar adalah untuk membantu peserta didik
dalam memperoleh dan mengakses informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang
dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Ruang sumber belajar juga dapat membantu
peserta didik dalam memperoleh motivasi dan inspirasi dalam belajar.

Ruang sumber belajar harus dirancang dengan baik agar dapat memenuhi
kebutuhan peserta didik dalam belajar. Hal ini meliputi pengaturan ruangan,
pencahayaan, suara, fasilitas yang memadai, kebersihan, dekorasi, dan sirkulasi
udara.

Dalam era digital, ruang sumber belajar juga dapat berupa platform digital
atau situs web yang menyediakan akses ke berbagai sumber belajar dalam bentuk
video, artikel, dan modul interaktif. Platform digital ini memungkinkan peserta didik
untuk memperoleh informasi dan keterampilan dari mana saja dan kapan saja.

Dalam lingkungan pembelajaran yang efektif, ruang sumber belajar


memegang peran penting dalam membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran mereka dan menjadi individu yang lebih terampil dan berpengetahuan.

Pengaturan ruang sumber belajar yang baik dapat membantu meningkatkan


efektivitas pembelajaran dan kenyamanan peserta didik. Berikut ini adalah beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengaturan ruang sumber belajar:

1. Tata letak ruangan: Tata letak ruangan harus didesain agar memudahkan
peserta didik dalam mengakses sumber belajar, seperti meja dan kursi
yang disusun secara teratur, rak buku yang mudah dijangkau, dan akses
mudah ke alat-alat atau fasilitas lainnya.

2. Pencahayaan: Pencahayaan yang baik sangat penting dalam


meningkatkan kenyamanan dan memudahkan peserta didik untuk
membaca dan mengakses sumber belajar. Ruangan harus memiliki
cahaya alami yang cukup dan pencahayaan buatan yang tepat.

3. Suara dan kebisingan: Ruangan sumber belajar harus memiliki tingkat


kebisingan yang rendah agar peserta didik dapat fokus dan berkonsentrasi
pada belajar. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan peredam suara
atau memilih lokasi yang tenang.

4. Fasilitas yang memadai: Ruangan sumber belajar harus dilengkapi


dengan fasilitas yang memadai, seperti rak buku, meja dan kursi yang
ergonomis, komputer, proyektor, papan tulis, dan alat-alat lainnya yang
dibutuhkan.
5. Kebersihan: Ruangan harus selalu bersih dan rapi agar memudahkan
peserta didik untuk mengakses sumber belajar dan mencegah infeksi atau
penyakit yang menyebar.

6. Dekorasi yang sesuai: Dekorasi ruangan juga dapat membantu


meningkatkan kenyamanan dan motivasi peserta didik. Dekorasi dapat
dipilih sesuai dengan tema atau materi yang diajarkan.

7. Sirkulasi udara yang baik: Sirkulasi udara yang baik dapat membantu
menjaga kualitas udara dan menghindari kelembaban yang dapat merusak
sumber belajar dan membuat peserta didik tidak nyaman.

Dengan mengatur ruang sumber belajar yang baik, peserta didik akan merasa
lebih nyaman dan terbantu dalam proses belajar mereka.

I. WAKTU PELAKSANAAN PEMBELAJARAN REMIDI


Program remedial diberikan hanya untuk kompetensi dasar tertentu yang
belum dikuasai oleh siswa. Remedial hanya dilakukan maksimal dua kali. Siswa
yang telah mengalami remedial sebanyak dua kali, namun nilainya masih di bawah
standar minimum, maka penanganannya harus melibatkan orangtua atau wali dari
siswa tersebut.

Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan


pembelajaran remedial dilaksanakan. Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah
siswa mempelajari KD tertentu. Mengingat indikator keberhasilan belajar siswa
adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai KI yang terdiri dari beberapa KD, maka
pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah siswa menempuh tes KI yang
terdiri dari beberapa KD. Mereka yang belum mencapai penguasaan KI tertentu
perlu mengikuti program pembelajaran remedial.

Mulyono (2012) mengatakan pada tiap akhir kegiatan pembelajaran dari suatu
unit pelajaran, guru melakukan evaluasi formatif dan setelah adanya evaluasi
formatif anak-anak yang belum menguasai bahan pelajaran diberikan pengajaran
remedial. Akan tetapi, pada intinya dalam prinsip belajar tuntas, siswa harus
mencapai suatu tingkat penguasaan tertentu terhadap tujuan-tujuan pembelajaran dari
suatu unit pelajaran tertentu sebelum pindah ke unit pelajaran yang berikutnya.
Dengan diterapkan prinsip ini, tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat
dicapai secara optimal dan jarak antara siswa yang cepat dan lambat dalam belajar
semakin kecil. Hal ini senada dengan hasil penelitian Skinner yang mengajukan
bentuk program belajar mengajar dengan cara maju berkelanjutan (Mukhtar dan
Rusmini, 2005), yang menyatakan bahwa secara ideal siswa baru boleh mempelajari
materi pelajaran berikutnya apabila ia telah betul-betul menguasai isi pelajaran yang
telah dipelajari.

J. RANKUMAN
Remedial Sebagai upaya guru untuk mengejar ketertinggalan mata pelajaran,
maka proses pendidikan pada setiap jenjang pendidikan tidak terlepas dari
permasalahan yang dihadapi setiap siswa dalam memahami mata pelajaran yang
diajarkan oleh guru.
Jika menyangkut pembelajaran, maka remedial adalah pemecahan masalah
pembelajaran yang dimiliki siswa dalam memahami setiap mata pelajaran yang
diajarkan oleh guru. Pengajaran remedial mempunyai peranan penting dalam
keseluruhan proses belajar mengajar secara klasikal, khususnya dalam mencapai
hasil belajar yang optimal.Namun, secara umum pengajaran remedial sama juga
halnya dengan pengajaran seperti biasanya, tetapi hanya memfokuskan kepada hal-
hal yang berkaitan dengan keterlambatan anak didik dalam menerima pembelajaran.

Pengajaran remedial dilaksanakan sebagai fungsi koretif adalah untuk


perbaikan proses pembelajaran, baik yang berkaitan dengan rumusan tujuan, metode
mengajar, dan evaluasi anak didik.Anak didik yang mengalami keterlambatan dalam
belajar, maka guru akan menyesuaikan dengan karakteristik anak didik dalam
memberikan pelajaran yang tidak sebagaimana mestinya seperti anak didik yang
tidak remedial.

Remedial yang dilaksanakan oleh guru sebagai penyembuhan untuk siswa


secara individu.Dengan demikian, pengajaran remedial yang dilaksanakan oleh guru
kepada anak didik yang mengalami keterlambatan dalam mengajar bukanlah hanya
dilakukan asal kemauan tetapi harus sesuai program dari pengajaran remedial
tersebut, baik sesuai tujuan, prinsip dan fungsi dari pengajaran remedial.

K. LATIHAN SOAL
1. Mengapa perlu adanya pengaturan ruang sumber dalam proses pembelajaran !
2. Ketika dalam suata kelas banyak anak yang mengalami remedial. Apakah ada
yang salah dalam metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru ?
3. Jika terjadi remedial teaching tetapi tidak mengalami perubahan pada anak. Apa
yang harus dilakukan oleh guru?
4. Untuk menentukan apakah seorang siswa memerlukan remidial teaching adalah
dengan melihat hasil akhirnya, akan tetapi dalam pembelajaran juga terdapat
proses. Apakah anda setuju jika remidial teaching itu tidak perlu dilakukan
tetapi dengan menambahkan nilai akhir berdasarkan keseharian siswa selama
proses pembelajaran kemudian di akumulasikan pada nilai akhir sehingga
semua siswa dianggap tuntas.
5. Saat ini remidial selalu dikonotasikan sebagai sesuatu hal yang negative karena
siswa menganggap dirinya gagal dalam proses pembelajaran hal ini kemudian
membuat mereka tidak mau mengikuti remidial teaching, bagaimana upaya
mengatasi hal tersebut?
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2002). Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran.
Rosdakarya.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Aslan & Suhari. (2018). Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Razka Pustaka.
Aslan & Wahyudin. (2020). Kurikulum dalam Tantangan Perubahan. Bookies Indonesia.
Aslan & Hifza. (2019). Kurikulum Pendidikan Masa Penjajahan Jepang Di Sambas. Edukasia
Islamika, 4(2), 171–188.
Aslan, A. (2017). PENDIDIKAN REMAJA DALAM KELUARGA DI DESA
MERABUAN, KALIMANTAN BARAT (PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM). Al-Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman, 16(1), 122–135.
Aslan, Hifza, Syakhrani, A. W., Syafruddin, R., & Putri, H. (2020). CURRICULUM AS
CULTURAL ACCULTURATION. Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan,
Dan Humaniora), 4(1), 1–9.
Aslan. (2017). Kurikulum Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Jurnal Studia
Insania, 5(2), 105–119.
Aslan. (2017). Pumping Teacher dalam Tantangan Pendidikan Abad 21. Muallimuna,
2(2), 89–100.
Aslan. (2017). Strategi Pembelajaran Dalam “Go Sport” Kurikulum Pendidikan Karakter.
Madinah: Jurnal Studi Islam, 4(1), 10-19- 10–19.
Aslan. (2018). Pengembangan Kurikulum Ke Arah Peningkatan Mutu Pendidikan Islam
Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), dalam Bunga Rampai
“Peluang dan Tantangan Negara-Negara di Kawasan Borneo Dalam Menghadapi
MEA (Proceeding of 1st International Conference on ASEAN Economic Community
in Borneo Region).” Eboosia Publisher.
Aslan. (2019). Hidden Curriculum. Pena Indis.
Aslan. (2019). Peran Pola Asuh Orangtua di Era Digital. Jurnal Studia Insania, 7(1), 20–34.
Aslan. (2019, January 17). Pergeseran Nilai Di Masyarakat Perbatasan (Studi tentang
Pendidikan dan Perubahan Sosial di Desa Temajuk Kalimantan Barat) [Disertasi
dipublikasikan]. Pasca Sarjana. https://idr.uin-antasari.ac.id/10997/
Aslan. (2016).Kurikulum Pendidikan Vs Kurikulum Sinetron.
Degeng, I Nyoman Sudana. Ilmu Pembelajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 1990.
Dewi, N. C. & Aslan. (2015). Psikologi Belajar Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Madinah:
Jurnal Studi Islam, 2(1), 39–48.
Heryanti. 2018. “Penilaian Hasil Belajar dan Karakter”. Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitian
Pendidikan dan Pembelajaran 2 (2). Hal 118-128.
Ihtiar, H. W. 2016. “Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 92/DSN-MUI/IV/2014
Tentang Pembiayaan Yang Disertai RAHN”. An-Nisbah 3 (1) Hal 23-38.
Khazanah: Jurnal Studi Islam Dan Humaniora, 14(2), 135–148.
Lidi, M. W. (2018). Pembelajaran remedial sebagai suatu upaya dalam mengatasi kesulitan
belajar. Foundasia, 9(1).
Makmun, A. S. (2003). Psikologi Pendidikan. Rosda Karya Remaja.
Makmun, A.S. (2012). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mukhtar dan Rusmini. (2005). Pengajaran Remedial: Teori dan Penerapannya dalam
Pembelajaran. Jakarta: PT Nimas Multima.
Mulyadi. (2012). Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus. Nuha Litera.
Mulyono, A. (2012). Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Muryono, S. (2009). Empati: Penalaran Moral Dan Pola Asuh: Telaah Bimbingan Konseling.
Cawan Mas.
Nurkancana, W., & Sumartana, P. P. P. (1986). Evaluasi Pendidikan. Busana Offset Printing.
Nuzliah. (2016). COUNSELING MULTIKULTURAL. JURNAL EDUKASI: Jurnal
Bimbingan Konseling, 2(2), 201.
Oyekan, S.O. 2013. “Effect of Diagnostic Remedial Teaching Strategy on Students’
Achievement in Biology”. Journal of Educational and Social Research. Vol.3 No. 7
MCSER Publishing Rome- Italy.
Prayitno. (2009). Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. PT. Grasindo. Slameto. (2003). Belajar
dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.
Rusiadi, R., & Aslan, A. (2021). Gejala Diagnostik Dan Remedial Pada Anak Didik Di
Pendidikan Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Borneo: Journal of Islamic Studies, 1(2), 18-
27.
Sasmedi, D. (2012). Pembelajaran Remedial. Diakses dari http://www.lpmpsulsel.net/v2/
attachments/141_PEMBELAJARAN%20REMDIAL%20Artikel.pdf tanggal 12
Oktober 2013
Sofyan Wills. (2007). Konseling Individual Teori dan Praktek. Alfabeta. Suhardi, M.,
Mulyono, S., Aslan, Syakhrani, H. A. W., & Putra, P.(2020). Perubahan kurikulum
lembaga pendidikan Islam di Sambas pada masa Kesultanan Sambas. Ta’dibuna:
Jurnal Pendidikan Islam, 9(1), 034–048.
Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. Suryani, Y. E. 2010. “Kesulitan Belajar”. Magistra, No. 37 Th. XXII. Hal 33-
47.
Switri, E. (2019). Bimbingan Konseling Anak Usia Dini. Penerbit Qiara Media.
Toffler, A. (1970). Future Shock. Bantam Books.
Wardani dan Kasron. (2009). “Penerapan Model Pembelajaan Langsung Dengan Remedial
Melalui Tutor Sebaya Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa”. Universitas
Negeri Surabaya, diakses dari http://pe.jurnal.unesa.ac.id/bank/jurnal/7._5-
1_juni_2012_nisaul.pdf tanggal 5 Oktober 2013.
Yustuti, E. (2022). Remedial Sebagai Suatu Upaya dalam Mengatasi Pembelajaran Kesulitan
Belajar. SKULA: Jurnal Pendidikan Profesi Guru Madrasah, 2(1), 349-360.
Zed, M. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai