Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

STRATEGI PEMBELAJARAN DI SD
RANGKUMAN MODUL 9 DAN 10

Oleh:
AYNUN CHABIBI
NIM 858731164

Program Studi PGSD


2022
TUGAS
STRATEGI PEMBELAJARAN DI SD
Nama Dosen: Fadlan Asmadi, S.Pd., M.Pd
Jenis Tugas: Rangkuman Modul 9 dan 10

Modul 9
Kegiatan Remedial dan kegiatan Pengayaan

Pendahuluan
Ketika guru berada di depan kelas, satu kenyataan terpampang di depan amata bahwa siswa yang
dihadapi berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut tidak hanya tampak pada penampilan fisik dan
tingkah laku, tetapi juga pada kemampuan dalam menangkap dan melakukan kegiatan pembelajaran.
Oleh karena itu kita mengharapkan semua siswa mencapai kompetensi yang ditetapkan, guru
hendaknya memberikan bantuan kepada siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan yang
diharapkan. Bantuan yang dapat diberikan guru untuk siswa yang belum mencapai kompetensi yang
diharapkan dikenal dengan istilah kegiatan remedial.
Dari hasil evaluiasi, disamping guru menemukan siswa yang belum menguasai kompetensi yang
ditetapkan, guru juga menemukan siswa yang telah mencapai kompetensi yang dirumuskan. Oleh
karena itu guru perlu merancang kegiatan bagi siswa yang termasuk kelompok cepat agar mereka
mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Kegiatan semacam ini disebut kegiatan pengayaan.

Kegiatan Belajar 1
Kegiatan Remedial
Keberhasilan semua siswa mencapai kompetensi atau tujuan yang telah ditetapkan merupakan
suatu kebahagian tersendiri bagi seorang guru. Namun, kadang kala dalam setiap tes yang diberikan,
tidak semua siswa dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Disamping ada siswa yang dapat
menjawab sebagaian besar pertanyaan yang diajukan, ada pula siswa yang hanya dapat menjawab
Sebagian kecil pertanyaan yang diajukan.

A. HAKIKAT, TUJUAN, DAN FUNGSI KEGIATAN REMEDIAL


1. Hakikat Kegiatan Remedial
Dalam kegiatan ini anda dapat membahas pengertian, tujuan, dan fungsi kegiatan
remedial.
“Apakah pemberian her (ujian ulang) kepada siswa-siswa yang memperoleh nilai tes
formatif kurang memuaskan termasuk kegiatan Remedial”?
Apa jwaban Anda?
Untuk memberikan jawaban tersebut, mari kita kaji terlebih dahulu pengertiaan
“remedial”. Dalam Rondom House Webster’s College Dictionary (1991), remedial diartikan
sebagai intended to improve poor skill in specified field. Remedial adalah kegiatan yang
dilaksanakan untuk memperbaiki keterampilan yang kurang baik dalam suatu bidang tertentu.
Ketika kembali kepada pertanyaan, “dapatkah her (ujian ulang) dianggap sebagai kegiatan
remedial”. Jawabannya, dapat “Ya” dapat juga “Tidak”. Mungkin anda bertanya, “mengepa?”
kegiatan pemberian her (ujian ulang) dapat dianggap sebagai bagian kegiatan remedial apabila
belum sebelum her diberikan, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang membantu siswa
memahami materi pelajaran yang belum dikuasainya sehingga siswa menguasai kompetensi
yang diharapkan. Kegiatan remedial adalah kegiatan membantu siswa dalam menguasai materi
pelajaran.

2. Tujuan dan Fungsi Kegiatan Remedial


Berdasarkan pengertian bahwa kegiatan remedial adalah kegiatan membantu siswa
menguasai materi pelajaran, dapat kita ketahui bahwa tujuan guru melaksanakan kegiatan
remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran
agar mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Sebagai salah satu upaya membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, kegiatan
remedial, memiliki beberapa fungsi yang penting bagi keseluruhan proses pembelajaran.
Warkitri, dkk. (1991) menyebutkan enam fungsi kegiatan remedial dalam kaitannya dengan
proses pembelajaran.

FUNGSI KEGIATAN REMEDIAL


➢ Korektif : memperbaiki cara mengajar dan cara belajar
➢ Pemahaman : memahami kelebihan/kelemahan guru dan siswa
➢ Penyesuaian : menyesuaikan pembelejaran dengan karakteristik siswa
➢ Pengayaan : menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi
➢ Akselerasi : mempercepat penguasaan materi
➢ Terapeutik : membantu mengatasi masalah sosial-pribadi

a. Fungsi Korektif
Memperbaiki cara mengajar dan cara belajar. Kegiatan remedial mempunyai fungsi
korektif bagi kegiatan pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru memperbaiki
cara mengajarnya dan siswa memperbaiki cara belajarnya.

b. Fungsi Pemahaman
Kegiatan remedial mempunyai fungsi pemahaman karena dalam kegiatan remedial
akan terjadi proses pemahaman baik pada diri guru maupun dari siswa. Bagi guru untuk
melaksanakan kegiatan remedial, guru terlebih dahulu harus memahami kelebihan dan
kelemahan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukannya.
c. Fungsi Penyesuaian
Kegiatan remedial memiliki fungsi penyesuaian karena pelaksanaan kegiatan remedial
disesuaikan dengan kesulitan dan karakteristik individu siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Tujuan dan materi pelajaran disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi individu
siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan menerapkan kekuatan yang dimiliki
individu siswa melalui penerapan sebagai metode mengajar dan media pembelajaran.

d. Fungsi Pengayaan
Kegiatan remedial mempunyai fungsi pengayaan bagi proses pembelajaran karena
melalui kegiatan remedial guru memanfaatkan sumber belajar, metode mengajar atau alat
bantu pembelajaran yang lebih bervariasi dari yang diterapkan guru dalam pembelajaran
biasa. Dalam kegiatan remedial guru dapat meminta siswa untuk membaca buku lain yang
ada kaitannya dengan materi yang belum dipahami.

e. Fungsi Akselerasi
Kegiatan remedial memiliki fungsi akselerasi terhadap proses pembelajaran karena
melalui kegiatan remedial guru dapat mempercepat penguasaan siswa terhadap meteri
pelajaran. Dengan menambah waktu dan frekuensi pembelajaran, guru telah mempercepat
proses penguasaan materi pelajaran oleh siswa. Tanpa kegiatan remedial, siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami metri pelajaran akan semakin tertinggal oleh teman-
temannya yang telah menguasai materi pelajaran.

f. Fungsi Terapeutik
Kegiatan remedial memiliki fungsi terapeutik karena melalui kegiatan remedial guru
dapat membantu mengatasi kesulitan siswa yang berkaitan dengan aspek sosaial-pribadi.
Biasanya siswa yang merasa dirinya kurang berhasil dalam belajar sering merasa rendah diri
atau toleransi dalam pergaulan dengan teman-temannya. Dengan membantu siswa mencapai
prestasi belajar yang lebih baik melalui kegiatan remedial berarti guru telah membantu siswa
meningkatkan rasa percaya diri.

3. Perbedaan Kegiatan Remedial dari Pembelajaran Biasa


Secara sepintas kegiatan remedial tidak jauh berbeda dengan pembelajaran biasa.
Komponen-komponen yang harus direncanakan dan dilaksanakan guru dalam kegiatan remedial
sama dengan komponen-komponen dalam pembelajaran biasa.
a. Tujuan Pembelajaran
Rumusan tujuan bersifat individual. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan untuk
mencapai kompetensi atau tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran biasa, tujuan
pembelajaran yang dirumuskan guru berlaku bagi semua siswa.
b. Materi Pembelajaran
Materi sesuai denga kesulitan yang dihadapi. Materi pelajaran dipilih dan
diorganisasikan berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Materi pelajaran
dalam pembelajaran biasa sama bagis semua siswa, sedangkan materi yang dibahasa dalam
kegiatan remedial akan berbeda antara materi untuk siswa yang satu dengan siswa yang
lainnya, sesuai dengan kesulitan yang dihadapinnya.

c. Kegiatan Pembelajaran
Bersifat individual dan kelompok. Kegiatan pembelajaran dalam kegiatan remedial
akan berbeda dari kegiatan pembelajaran biasa. Dalam pembelajaran biasa, yang
berpartisipasi adalah seluruh siswa. Guru memperlakukan semua siswa sama. Metode
mengajar dan alat bantu pembelajaran yang digunakan guru bersifat klasikal. Sementara itu,
dalam kegiatan remedial, pembelajaran hanya diikuti oleh siswa-siswa yang memiliki
kesulitan belejar tertentu.

d. Evaluasi
Alat evaluasi bersifat individual dan kelompok. Evaluasi dilaksanakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Alat evaluasi
dikembangkan berdasrkan kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa atau tujuan
pembelejaran yang telah dirumuskan.

B. PENDEKATAN DALAM KEGIATAN REMEDIAL


Warkitri dkk. (1991) mengemukakan tiga pendekatan dalam kegiatan remedial. Ketiga
pendekatan tersebut adalah pendekatan yang bersifat preventif, kuratif, dan pengembangan.
Berikut ini akan dibahas ketiga pendekatan tersebut.
1. Pendekatan yang bersifat preventif
Kegiatan remedial dipandang bersifat preventif apabila kegiatan remedial dilaksanakan
untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi
yang telah di tetapkan. Kegiatan remedial yang bersifat preventif dilaksanakan sebelum
kegiatan pembelajaran biasa dilaksanakan.

2. Pendekatan yang bersifat kuratif


Kegiatan remedial dipandang bersifat kuratif apabila pelaksanaan kegiatan remedial
ditunjukan untuk membantu mengatasi kesulitan siswa setelah siswa mengikuti pembelajaran
biasa. Kegiatan remedial yang bersifat kuratif dilaksanakan karena berdasarkan hasil evaluasi.

3. Pendekatan yang Bersifat Pengembangan


Kegiatan remedial dipandang bersifat pengembangan apabila kegitan remedial
dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa. Melalui kegiatan remedial
yang bersifat pengembangan, guru mengharapkan agar siswa yang mengalami kesulitan dalam
menguasai kompetensi yang ditetapkan secara bertahap dan segera dapat mengatasi kesulitan
yang dihadapinnya.

C. JENIS-JENIS KEGIATAN REMEDIAL


1. Mengajarkan Kembali
2. Menggunakan Alat Peraga
3. Kegiatan Kelompok
4. Tutorial
5. Sumber Belajar yang Relevan

D. PRINSIP PELAKSANAAN KEGIATAN REMEDIAL


1. Apabila terdapat beberapa orang siswa yang mengalami kesulitan yang sama, kegiatan
remedial tersebut hendaknya diberikan terhadap kelompok siswa secara bersama-sama. Tetapi
apabila kesulitan yang dihadapi seorang siswa berbeda dengan siswa yang lain, guru
hendaknya memberikan bantuan secara individu.
2. Proporsi bantuan yang diberikan hendaknya sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa.
Tugas atau kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam kegiatan remedial hendaknya jangan
terlalu banyak.
3. Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, guru Bersama-sama siswa atau
meminta bantuan siswa lain. Dalam menentukan bentuk kegiatan remedial guru hendaknya
mempertimbangkan jenis kesulitan yang dihadapi siswa serta faktor penyebab kesulitan
tersebut.
4. Metode yang diterapkan dalam kegiatan remedial hendaknya sesuai dengan tingkat
kemampuan serta dapat membangkitkan motivasi pada diri siswa untuk belajar lebih giat dan
berusaha lebih tekun.

E. PRINSIP PEMILIHAN KEGIATAN


Wardani (1991) menyatakan bahwa dalam memilih bentuk kegiatan dan metode yang akan
diterapkan dalam kegiatan remdial guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Memanfaatkan Latihan khusus, terutama bagi siswa yang mempunyai daya tangkap lemah.
2. Menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki siswa.
3. Memanfaatkan penggunaan media yang multi-sensori.
4. Memanfaatkan permainan sebagai sarana belajar, terutama bagi siswa yang kurang memiliki
motivasi untuk belajar.

F. PROSEDUR KEGIATAN REMEDIAL


1. Analisa Hasil Diagnosis
2. Menemukan Penyebab Kesulitan
3. Menyusun Rencana Kegiatan Remedial
a. Merumuskan kompetensi atau tujuan pembelajaran
b. Menentukan materi pelajaran sesuai dengan kompetensi atau tujuan yang telah dirumuskan
c. Memilik dan merancang kegiatan remedial sesuai dengan masalah dan faktor penyebab
kesulitan serta karakteristik siswa.
d. Merencanakan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan remedial]
e. Menentukan jenis, prosedur, dan alat penilaian untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa.
4. Melaksanakan Kegiatan Remedial
5. Menilai Kegiatan Remedial

Kegiatan Belajar 2
Kegiatan Pengayaan
Untuk membantu siswa yang lambat dalam belajar, guru merancang dan melaksanakan kegiatan
remedial.

A. HAKEKAT KEGIATAN PENGAYAAN


Kegiatan pengayaan dapat dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran biasa
atau diluar jam pelajaran. Sementara siswa lain masih harus mengerjakan tugas belajarnya, siswa
yang telah menyelesaikan tugas belajarnya mendapat kegiatan pengayaan untuk meningkatkan
wawasannya sehingga potensi yang dimiliki berkembang optimal. Kegiatan pengayaan ini
berkenaan dengan kegiatan pendalaman materi pelajaran yang sedang dipelajari, bukan membahas
materi pelajaran baru.

B. JENIS KEGIATAN PENGAYAAN


1. Tutor Sebaya
Kegiatan tutor sebaya selain dapat digunakan sebagai kegiatan remedial juga sangat
efektif untuk kegiatan pengayaan. Membantu siswa lain memahami materi pelajaran dapat
merupakan kegiatan penambahan wawasan pengetahuan siswa. Ketika siswa diminta untuk
menjelaskan konsep atau ide kepada teman sekelasnya, mereka akan berusaha mencari cara
yang terbaik, sehingga temannya dapat memahami penjelasannya.
Di samping itu, tutor sebaya dapat mengembangkan kemampuan kognitif tingkat tinggi.

2. Mengembangkan Latihan
Di samping membrikan tutorial kepada temannya, siswa kelompok cepat dapat juga
diminta untuk mengembangkan latihan praktis yang dapat dilaksanakan oleh teman-temannya
yang lambat sehingga mereka akan lebih mudah memahami materi pelajaran.
3. Mengembangkan Media dan Sumber Pembelajaran
Memberikan kesempatan kepda siswa untuk menghasilkan suatu karya yang berkaitan
dengan materi yang dipelajari merupakan suatu yang menarik bagi siswa kelompok cepat.
Hasil karya tersebut dapat berupa model, permainan atau karya tulis yang bisa dimanfaatkan
sebagai sumber belajar.

4. Melakukan Proyek
Salah satu kegiatan pengayaan yang paling menyenangkan bagi siswa kelompok cepat
adalah mendapat kesempatan untuk terlibat dalam suatu proyek khusus atau mempersiapkan
suatu laporan khusus.

5. Memberikan Petmainan, Masalah atau Kompetensi Antarsiswa


Kegiatan apapun yang dipilh guru, hendaknya kegiatan tersebut sesuai dengan
karakteristik kegiatan pengayaan. Guskey (1989) mengemukakan dua karakteristik kegiatan
pengayaan. Pertama, kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang menyenangkan dan
memberikan kepuasan atas penguasaannya. Kedua, kegiatan pengayaan hendaknya
merupakan kegiatan yang menantang bagi siswa.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM


MELAKSANAKAN KEGIATAN PENGAYAAN
1. Faktor Siswa
a. Kegiatan di luar kelas lebih disukai siswa daripada kegiatan di dalam kelas
b. Kegiatan yang menuntut siswa melakukan aktivitas lebih disukai siswa daripada kegiatan
yang hanya dilakukan dibelakang meja
c. Kegiatan menemukan sesuatu yang baru lebih merangsang minat siswa daripada kegiatan
yang bersifat penjelasan
d. Kegiatan yang cepat menunjukan hasil lebih disukai siswa daripada kegiatan yang menuntut
waktu yang cukup lama.

2. Faktor Manfaat Edukatif


3. Faktor Waktu
Modul 10
Pengelolaan Kelas
Kegiatan Belajar 1
Hakikat Pengelolaan Kelas

A. PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS


Pengelolaan kelas adalah → serangkaian Tindakan guru yang ditujukan untuk mendorong
munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak
diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan
interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara
organisasi kelas yang produktif dan efektif atau secara singkat.
Pengelolaan kelas adalah → usaha guru untuk menciptakan, memelihara, dan
mengembangkan iklim belajar yang kondusif.

B. PERBEDAAN PENGELOLAAN KELAS DARI PEMELAJARAN


Pembelajaran adalah → segala kegiatan yang dilakukan guru untuk memudahkan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Yang termasuk ke dalam pembelajaran diantaranya adalah melakukan diagnosis kebutuhan siswa,
merencanakan pelajaran, menyajikan informasi, mengajukan pertanyaan dan menilai kemajuan
belajar siswa.
Pengelolaan kelas adalah → segala kegiatan guru yang dilakukan untuk menciptakan dan
memelihara kondisi kelas yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif.
Dengan menyimak kedua pengertian tersebut, tampaknya jelas bahwa kita akan mengalami
kesulitan dalam menentukan apakah tindakan yang kita lakukan di dalam kelas termasuk kegiatan
pembelajaran ataukah kegiatan pengelolaan kelas karena keduanya saling berkaitan.

C. PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PROSES


PEMBELAJARAN
Pengelolaan kelas yang efektif merupakan salah satu aspek penting dalam proses
pembelajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat terciptanya pembelajaran yang
efektif. Peran guru dalam membantu siswa belajar adalah menciptakan situasi kelas yang hangat,
aman, dan sehat. Situasi kelas yang penuh keakraban akan memberikan rasa aman dan kebebasan
kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam situasi belajar yang
seperti inilah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru akan dapat dicapai siswa.
Kegiatan Belajar 2
Penataan Lingkungan Kelas

A. PENATAAN LINGKUNGAN FISIK KELAS


Pengelolaan kelas yang efektif bermula dari penataan ruangan kelas dan isinya. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat
keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran (Winzer, 1995). Pengaturan tempat
duduk berpengaruh terhadap jumlah waktu yang digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan. Hal ini berarti semakin tepat penataan tempat duduk oleh guru, semakin banyak waktu
yang digunakan siswa untuk mengerjakan tugas belajar yang diberikan. Betapa pentingnya
penataan lingkungan fisik kelas terhadap kegiatan siswa di dalam proses pembelajaran, perlu
kiranya guru memahami dan menerapkan prinsip-prinsip penataan lingkungan fisik kelas.

1. Prinsip-prinsip Penataan Lingkungan Fisik Kelas


Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, guru harus menata tempat
duduk dan barang-barang yang ada di ruangan kelas sehingga dapat mendukung dan
memperlancar proses pembelajaran. Tujuan utama penataan lingkungan fisik kelas adalah
mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya tingkah laku siswa yang tidak
diharapkan melalui penataan tempat duduk, perabot, pajangan, dan barang-barang lainnya yang
ada di dalam kelas.
Menurut Louisell (1992), ketika menata lingkungan fisik kelas, guru harus
mempertimbangkan 5 hal berikut ini:
a. Keleluasaan pandangan (visibility)
b. Mudah dicapai (accessibility)
c. Keluwesan (flexibility)
d. Kenyamanan
e. Keindahan

2. Penataan Tempat Duduk


Setiap strategi pembelajaran yang diterapkan guru menuntut tatanan tempat duduk yang
berbeda-beda. Dengan kata lain, guru harus menata tempat duduk siswa untuk memperlancar
kegiatan pembelajaran. Pengaturan tempat duduk berpengaruh terhadap waktu yang digunakan
siswa untuk mengerjakan tugas-tugas (Winzer, 1995).

B. PENATAAN LINGKUNGAN PSIKO-SOSIAL KELAS


Meskipun penataan lingkungan fisik kelas merupakan hal yang sangat penting dalam
kegiatan pengelolaan kelas, keadaan lingkungan psiko-sosial kelas juga tidak kalah pentingnya
dalam menciptakan kelas yang kondusif bagi proses pembelajaran. Bahkan Winzer (1995)
menyatakan bahwa iklim psiko-sosial kelas berpengaruh terhadap hasil belajar, konsep diri, rasa
harga diri, dan sikap siswa terhadap sekolah.
Iklim psiko-sosial kelas berkenaan dengan hubungan sosial-pribadi antara guru dan siswa
serta antarsiswa. Hubungan yang harmonis antara guru dan siswa serta antarsiswa akan dapat
menciptakan iklim psiko-sosial kelas yang sehat, dan efektif bagi berlangsungnya proses
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam mengelola kelas, guru harus dapat menciptakan hubungan
sosio-emosional yang harmonis baik antara guru dengan siswa maupun antarsiswa.

1. Karakteristik Guru
Pengelolaan iklim psiko-sosial kelas, Bandura (Good dan Brophy, 1990) menyatakan
bahwa keberhasilan guru dalam mengelola iklim psiko-sosial kelas dipengaruhi oleh
karakteristik guru itu sendiri. Berikut ini beberapa karakteristik yang harus dimiliki guru demi
terciptanya iklim psiko-sosial kelas yang efektif bagi kelangsungan proses pembelajaran.
a. Disukai oleh siswanya
b. Memiliki persepsi yang realistik tentang dirinya dan siswanya

c. Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa

d. Bersikap positif terhadap pertanyaan/ respons siswa


e. Sabar, teguh, dan tegas

2. Hubungan Sosial Antarsiswa


Selain diri pribadi guru sendiri, iklim psiko-sosial kelas juga dipengaruhi oleh hubungan
sosial antarsiswa. Hubungan sosial yang kurang baik atarsiswa dapat mengganggu lancarnya
kegiatan pembelajaran.
Dalam kegiatan kelompok, siswa harus belajar menerima penapat/ ide siswa lain dan
mendorong siswa lain untuk mengemukakan pendapatnya. Melalui kegiatan kelompok siswa
diharapkan akan dapat saling menerima serta menghargai kekurangan dan kelebihan masing-
masing.
Agar kegiatan kelompok dapat berhasil dengan baik guru harus memperhatikan hal-hal
berikut (Weber, 1997)
a. Perilaku yang diharapkan
b. Fungsi kepemimpinan
c. Pola persahabatan siswa
d. Norma/ aturan
e. Kemampuan berkomunikasi
f. Kebersamaan
Guru pada umumnya sering menggunakan media pembelajaran dengan tujuan agar informasi atau
bahan ajar tersebut dapat diterima dan diserap dengan baik oleh para siswa. Sebagai wujud bahwa
bahan ajar tersebut dapat diterima oleh para siswa dibuktikan dengan terjadinya perubahan-perubahan
perilaku baik berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Menurut Heinich, dkk (1993) media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa
Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara”, yaitu
perantara sumber pesan (asource) dengan penerima pesan (a receiver). Heinich mencontohkan media
ini, seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed materias), komputer, dan instruktur. Contoh
media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan
(messages) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran itu sendiri pada hakikatnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses
komunikasi, biasanya guru berperan sebagai komunikator (communicator) yang bertugas
menyampaikan pesan/ bahan ajar (messages) kepada siswa. Agar pesan atau bahan ajar yang
disampaikan guru dapat diterima oleh siswa maka diperlukan wahana penyalur pesan, yaitu media
pembelajaran.

Dalam sistem pembelajaran modern, siswa tidak hanya berperan sebagai komunikan atau penerima
pesan, bisa saja siswa bertindak sebagai komunikator atau penyampai pesan. Dalam kondisi seperti itu
maka terjadi apa yang disebut dengan komunikasi dua arah (two way traffic communication) bahkan
komunikasi banyak arah (multi way traffic communication).
Dengan memahami pentingnya peranan media dalam proses pembelajaran maka kita tidak bisa lagi
menganggap media tersebut hanya terbatas sebagai alat bantu semata yang boleh diabaikan manakala
media tersebut tidak tersedia. Kita harus yakin, betapa media pembelajaran ini akan memberikan
kontribusi yang sangat besar bagi tercapainya kompetensi/ tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran, dapat ditekankan beberapa hal berikut
ini:
1. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi
tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
2. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran.
3. Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai dan
isi pembelajaran itu sendiri.
4. Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan.
5. Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar.
6. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.
7. Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir.

Media pembelajaran memiliki nilai dan manfaat sebagai berikut:


1. Membuat konkret konsep-konsep yang abstrak.
2. Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar.
3. Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil.
4. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

Kegiatan Belajar 2
Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran

Media pembelajaran pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu:


1. Media visual
2. Media audio
3. Media audiovisual

Setiap jenis media pembelajaran di atas memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda satu
dengan lainnya. Berikut ini disajikan informasi mengenai jenis dan karakteristik media pembelajaran.

A. MEDIA VISUAL
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Jenis
media inilah yang sering digunakan oleh guru-guru sekolah dasar untuk membantu menyampaikan
isi atau materi pembelajaran. Media visual ini terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected
visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (non projected visual)
1. Media Visual yang Diproyeksikan (Projected Visual)
Media visual yang dapat diproyeksikan pada dasarnya adalah media yang menggunakan alat
proyeksi (projector) sehinga gambar atau tulisan tampak pada layar (screen). Media proyeksi ini
bisa berbentuk media proyeksi diam, misalnya gambar diam (still pictures) dan media proyeksi
gerak, misalnya gambar bergerak (motion pictures).

2. Media Visual Tidak Diproyeksikan (Non Projected Visual)


Jenis media visual tidak diproyeksikan yang akan dijelaskan dalam kegiatan belajar ini mencakup
gambar fotografik, grafis, dan media 3 dimensi.
a. Gambar Fotografik
Gambar fotografik atau seperti fotografik ini termasuk ke dalam gambar diam/ mati (still
pictures), misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat atau objek lainnya yang ada
kaitannya dengan isi/ bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan media gambar fotografik
dalam pembelajaran, yaitu:
1). Dapat menerjemahkan ide/ gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih realistik.
2). Banyak tersedia dalam buku-buku (termasuk buku teks), majalah, surat kabar, kalender,
dan sebagainya.
3). Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain.
4). Tidak mahal, bahkan mungkin tanpa mengeluarkan biaya untuk pengadaannya.
5). Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua mata pelajaran/ disiplin ilmu.

Keterbatasan dari media gambar fotografik ini, yaitu:


1). Terkadang ukuran gambar-gambarnya terlalu kecil jika digunakan pada suatu kelas yang
memiliki banyak siswa.
2). Gambar fotografik merupakan media dua dimensi yang tidak bisa menimbulkan kesan
gerak.

b. Grafis (graphic)
Media grafis ini merupakan media pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang dirancang
secara khusus untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran. Unsur-unsur yang terdapat
pada media grafis ini adalah gambar dan tulisan.
Karakteristik dari media ini yaitu sederhana, menarik perhatian, murah, dan mudah disimpan
atau dibawa. Cukup banyak jenis media grafis ini, namun yang sering dipergunakan dalam
kegiatan pembelajaran di antaranya: grafik, bagan, diagram, poster, kartun/ karikatur, dan
komik.
1). Grafik (graph)
Grafik adalah gambar yang sederhana untuk menggambarkan data kuantitatif yang akurat
dan mudah untuk dimengerti. Pada umumnya grafik ini digunakan untuk menerangkan
perkembangan dan perbandingan sesuatu secara singkat dan jelas dengan menggunakan
data statistik.

2). Bagan (chart)


Bagan biasanya dirancang untuk menggambarkan atau menunjukkan suatu ide atau gagasan
melalui garis, simbol, gambar, dan kata-kata singkat.

3). Diagram
Diagram merupakan suatu gambaran sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan
tentang tata kerja dari suatu benda, terutama dengan garis-garis. Sebuah diagram yang baik
adalah yang sederhana yaitu hanya menunjukkan bagian-bagian terpenting saja yang
diperlihatkan dari suatu benda yang digambarkan dengan menggunakan sebuah garis atau
sebuah garis besar dari objek yang sebenarnya atau merupakan sketsa penampang
memotong dari suatu objek seperti silinder dari suatu kendaraan bermotor, bel listrik,
penyaringan air bersih, organ tubuh manusia, belahan bumi, dan sebagainya.

4). Poster
Poster merupakan suatu kombinasi visual yang terdiri atas gambar dan pesan/ tulisan,
biasanya dengan menggunakan warna yang mencolok.

5). Kartun (cartoon)


Kartun merupakan penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang,
gagasan atau situasi yang dirancang untuk membentuk opini siswa.

c. Media tiga dimensi


Media tiga dimensi dalam hal ini terdiri atas media realia dan model.
Media realia merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan
pengalaman secara langsung kepada para siswa (direct experiences).

B. MEDIA AUDIO
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar)
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para siswa untuk mempelajari
bahan ajar. Jenis media audio terdiri atas program kaset suara (audio cassette), CD audio, dan
program radio.

Terdapat beberapa pertimbangan apabila akan menggunakan media audio ini, diantaranya:
1. Media ini hanya akan mampu melayani secara baik mereka yang sudah mempunyai kemampuan
dalam berpikir abstrak.
2. Media ini memerlukan pemusatan perhatian yang lebih tinggi dibanding media lainnya.
3. Karena sifatnya yang auditif, jika ingin memperoleh hasil belajar yang baik diperlukan juga
pengalaman-pengalaman secara visual.

C. MEDIA AUDIOVISUAL
Media ini kombinasi audio dan visual atau biasa disebut media pandang dengar. Dalam hal ini, guru
tidak selalu berperan sebagai penyaji materi (teacher), tetapi penyajian materi bisa diganti oleh
media audio visual maka peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan
kemudahan bagi para siswa untuk belajar. Contoh dari media audiovisual diantaranya program
video/ televisi pendidikan, video/ televisi instruksional, program slide suara (sound slide), dan
program CD interaktif.
Kegiatan Belajar 3
Pemilihan, Penggunaan, dan Perawatan Media Pembelajaran Sederhana

Media pembelajaran yang dimaksud yaitu harganya yang relatif murah.


A. PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN (MEDIA SELECTION)
Terdapat tiga hal utama yang perlu menjadikan perimbangan dalam pemilihan media
pembelajaran, yaitu:
1. Tujuan pemilihan media pembelajaran
2. Karakteristik media pembelajaran
3. Alternatif media pembelajaran yang dapat dipilih

Supaya media pembelajaran yang dipilih itu tepat, selain memperhatikan ketiga hal tersebut di
atas, hal yang perlu diperhatikan juga antara lain:
a. Rencana pembelajaran
b. Sasaran belajar
c. Tingkat keterbacaan media (reliability)
d. Situasi dan kondisi
e. Objektivitas

B. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN


1. Penggunaan Media Grafis
a. Cara mengunakan grafik
Dalam proses pembelajaran sering disajikan data yang sifatnya kuantitatif, hal ini dapat
digambarkan dengan tepat melalui grafik. Grafik ini pada umumnya menyajikan data statistik,
pembuatannya tidak terlalu menuntut keterampilan khusus, cukup dengan memahami prinsip-
prinsip pembuatannya, yaitu harus sederhana, berisi hubungan antardata, dapat dibaca dan
dipahami siswa sesuai dengan usianya.

b. Cara menggunakan bagan dan diagram


Bagan bisa dibuat sendiri dan diagram sebagai pelengkap media pembelajaran lain, dan siswa
dapat dilibatkan untuk membantu pembuatan bagan dan diagram tersebut.
c. Cara menggunakan poster
Penggunaan poster dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan gagasan dalam bentuk
ilustrasi gambar yang disederhanakan dan dibuat dalam ukuran besar dengan tujuan menarik
perhatian siswa, membujuk atau memberikan motivasi, dan memberikan peringatan.
d. Cara menggunakan kartun
Media pembelajaran yang cukup unik untuk menyampaikan pesan atau gagasan yang terkait
dengan bahan ajar kepada siswa. Media ini memiliki ciri-ciri yang khas, yaitu menggunakan
gambar-gambar yang lucu berisi humor-humor yang bertujuan.

2. Penggunaan Media Tiga Dimensi


Media model terdiri atas: model padat (solid model), model penampang (cutaway model), model
susun (build model), dan model kerja (working model).

C. PEMELIHARAAN MEDIA PEMBELAJARAN


Berikut cara praktis dalam memelihara atau merawat media pembelajaran secara sederhana:
1. Media grafis: diberi bingkai pada bagian atas dan bawahnya. Cara menyimpannyatidak digulung
atau dilipat supaya media tidak cepat rusak atau robek.
2. Dalam rangka upaya pemeliharaan dan kepraktisan dalam penggunaan media grafis, bisa
diupayakan dengan pembuatan display atau papan penyajian.
3. Apabila pihak sekolah memiliki dana yang cukup memadai, sebaiknya disediakan ruamg tertentu
atau penyimpanan berbagai media pembelajaran.

Kegiatan Belajar 4
Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar

A. PENGERTIAN LINGKUNGAN
Lingkungan adalah: kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan terdiri dari unsur-
unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati), dan budaya manusia.

B. NILAI LINGKUNGAN
Lingkungan yang ada di sekitar siswa adalah salah satu sumber yang dapat dimanfaatkan untuk
menunjang kegiatan belajar secara lebih optimal.

Nilai-nilai yang dapat diperoleh dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar,
antara lain:
1. Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa, memperkaya wawasannya,
tidak terbatas oleh empat dinding kelas, dan kebenarannya lebih akurat.
2. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik, tidak membosankan, dan menumbuhkan
antusiasme siswa untuk lebih giat belajar.
3. Belajar akan lebih bermakna (meaningful learning), sebab siswa dihadapkan dengan keadaan
yang sebenarnya.
4. Aktivitas siswa akan lebih meningkat dengan memungkinkannya menggunakan berbagai cara,
seperti proses mengamati, bertanya, atau wawancara, membuktikan sesuatu, dan menguji fakta.
5. Dengan memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, dapat
dimungkinkan terjadinya pembentukan pribadi para siswa , seperti cinta akan lingkungan.

C. JENIS LINGKUNGAN
Lingkungan yang tepat dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah bisa berupa
lingkungan sosial maupun lingkungan alam atau fisik. Lingkungan sosial sangat tepat digunakan
untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Selain lingkungan sosial, jenis lingkungan
lain yang kaya akan informasi yaitu lingkungan alam.

D. TEKNIK MENGGUNAKAN LINGKUNGAN


Teknik yang dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, antara lain:
1. Melakukan kegiatan karyawisata atau fieldtrip
2. Melaksanakan kegiata perkemahan
3. Melakukan kegiatan survei
4. Melakukan kegiatan praktik kerja pada tempat-tempat pekerjaan yang ada di sekitar lingkungan
sekolah
5. Mengadakan suatu proyek pelayanan kepada masyarakat (social service)

E. PROSEDUR PEMANFAATAN LINGKUNGAN


Langkah yang bisa ditempuh untuk menggunakan lingkungan, yaitu:
1. Perencanaan
Langkah perencanaan dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat dilakukan
melalui cara-cara sebagai berikut:
a. Tentukan kompetensi atau tujuan pembelajaran
b. Tentukan objek yang akan dipelajari
c. Rumuskan cara belajar atau bentuk kegiatan
d. Siapkan hal-hal yang sifatnya teknis

2. Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan, yaitu melakukan berbagai kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Apabila kegiatan yang dilakukan itu adalah karyawisata atau
survei ke objek tertentu, kegiatan biasanya diawali dengan penjelasan para petugas mengenai
objek yang akan dikunjungi.
3. Tindak Lanjut
Langkah terakhir yaitu tindak lanjut dari semua kegiatan yang telah dilaksanakan. Langkah ini
bisa berupa kegiatan belajar di dalam kelas untuk mendiskusikan hasil-hasil yang telah diperoleh
dari lingkungan.
Demikian beberapa aspek dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat
bermanfaat bagi siswa terutama untuk memberikan motivasi belajar, mengarahkan aktivitas
belajar, memperkaya informasi, meningkatkan hubungan sosial, mengenalkan lingkungan, serta
menumbuhkan sikap dan apresiasi terhadap lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai