Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Makalah ini terdiri dari modul 9 dan 10 tentang kegiatan remedial, kegiatan
pengayaan dan pengelolaan kelas. Kita sebagai guru dan calon guru harus tahu
kegiatan-kegiatan tersebut guna menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas.
Kegiatan remedial diginakan ketika ada siswa yang tidak tuntas di kelas dan
memerlukan kegiatan evaluasi ulang. Kegiatan pengayaan adalah suatu kegiatan
yang diberikan kepada siswa kelompok cepat agar mereka dapat mengembangkan
potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya.
Pengayaan merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan
kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan
sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat,
bakat, dan kecakapannya. pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan guru untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan
dan menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan.
Untuk lebih lengkapnya akan di bahas pada bab berikutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakikat Kegiatan Remidial?
2. Apa tujuan dan Fungsi kegiatan remedial?
3. Bagaimana hakikat kegiatan pengayaan?
4. Apa saja jenis kegiatan pengayaan?
5. Apa pengertian pengelolaan kelas?
6. Bagaimana prinsip pentaan lingkungan kelas?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Hakikat Kegiatan Remidial
2. Untuk mengetahui apa tujuan dan Fungsi kegiatan remedial
3. Untuk mengetahui bagaimana hakikat kegiatan pengayaan
4. Untuk mengetahui apa saja jenis kegiatan pengayaan
5. Untuk mengetahui apa pengertian pengelolaan kelas
6. Untuk mengetahui bagaimana prinsip pentaan lingkungan kelas

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

MODUL 9
Kegiatan Belajar 1
Kegiatan Remedial
A. Hakikat Kegiatan Remedial
Dalam sistem pembelajaran, tidak semua siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk membantu siswa yang belum bisa mencapai target penguasaan yang telah
ditetapkan memerlukan bantuan guru dalam mencapai target yang diharapkan.
Kegiatan remedial adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk membatu
siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.
B. Tujuan dan Fungsi Kegiatan Remedial
Seperti pengertiannya, kegiatan remedial bertujuan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran agar mencapai hasil belajar
yang lebih baik.
Warkiti, dkk. (1991) menyebutkan enam fungsi kegiatan remedial dalam proses
pembelajaran, yaitu:
- Fungsi korektif, yaitu memperbaiki cara mengajar bagi guru dan cara belajar
bagi siswa.
- Fungsi pemahaman, yaitu memahami kelebihan/ kelemahan guru dan
siswa.dalam sistem pembelajaran.
- Fungsi penyesuaian, yaitu menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik
siswa.
- Fungsi pengayaan, yaitu menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi agar
siswa memahami materi pelajaran.
- Fungsi akselerasi, yaitu mempercepat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran.
- Fungsi terapeutik, yatu membantu mengatasi masalah siswa yang berkaitan
masalah sosial-pribadi.

3
C. Perbedaan Kegiatan Remedial dari Pembelajaran Biasa
Perbedaan kegiatan remedial dari pembelajaran biasa dapat kita lihat dalam table berikut.
Komponen Pembelajaran Pembelajaran Biasa Kegiatan Remedial
TUJUAN Berlaku bagi semua siswa Bersifat individual.
(klasikal).
MATERI Sama untuk semua siswa Sesuai dengan kesulitan
siswa.
KEGIATAN - Diikuti semua siswa. - Diikuti oleh siswa yang
PEMBELAJARAN - Metode dan media bermasalah.
bersifat klasikal. - Metode dan media
bersifat individual atau
kelompok.
EVALUASI Sama untuk semua siswa. Bersifat individual atau
kelompok

D. Pendekatan dalam Kegiatan Remedial


Warkiti, dkk. (1991) mengemukakan tiga pendekatan dalam kegiatan remedial.
1. Pendekatan yang bersifat preventif
Kegiatan remedial bersifat preventif apabila kegiatan remedial dilaksanakan untuk
membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi
yang telah ditetapkan. Pendekatan preventif dilaksanakan sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan.
2. Pendekatan yang bersifat kuratif
Kegiatan remedial dipandang bersifat kuratif apabila pelaksanaan kegiatan remedial
ditujukan untuk membantu mengatasi kesulitan siswa setelah siswa mengikuti
pembelajaran biasa. Kegiatan remedial yang bersifat kuratif dilaksanakan karena
berdasarkan hasil evaluasi pada kegiatan pembelajaran biasa diketahui bahwa siswa
belum mencapai kriteria keberhasilan atau kompetensi minimal yang telah ditetapkan.
3. Pendekatan yang bbersifat pengembangan
Kegiatan remedial dipandang bersifat pengembangan apabila kegiatan remedial
dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa. Melalui kegiatan

4
remedial yang besifat pengembangan, guru mengharapkan agar siswa yang mengalami
kesulitan dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan secara bertahap dan segera
dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya.

KB 2
Kegiatan Pengayaan
A. Hakikat Pembelajaran Pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada siswa
kelompok cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan
memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya. Pengayaan merupakan pembelajaran
tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta
didik yang memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat
mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya.
 Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan berpikir,
kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan,
keterampilan seni, keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran pengayaan memberikan
pelayanan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan
belajar yang lebih tinggi untuk membantu
B.      Jenis Kegiatan Pengayaan
Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru menerapkan
pendekatan individu. Kegiatan pengayaan lebih bersifat fleksibel dibandingkan
dengan kegiatan remedial. Artinya, kegiatan pengayaan dalam rangka memanfaatkan
sisa waktu merupakan kegiatan yang menyenangkan dan dapat merangsang kreatifitas
siswa secara mandiri.
Ada beberapa kegiatan yang dapat dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam
kaitannya dengan pengayaan. Berikut ini adalah beberapa kegiatan pengayaan yang
dikemukakan oleh Julaeha (2007):
1.      Tutor Sebaya
Selain efektif dalam kegiatan remedial, tutor sebaya juga efektif digunakan dalam
kegiatan pengayaan. Melalui keiatan tutor sebaya, pemahaman siswa terhadap suatu

5
konsep akan meningkat karena selain mereka harus menguasai konsep yang akan
dijelaskan mereka juga harus mencari teknik menjelaskan konsep tersebut kepada
temannya. Selain itu tutor sebaya juga dapat mengembangkan kemampuan kognitif
tingkat tinggi.
2.      Mengembangkan Latihan
Siswa kelompok cepat dapat diminta untuk mengembangkan latihan praktis yang
dapat dilaksanakan oleh teman-temannya yang lambat. Kegiatan ini dapat dilakukan
untuk pendalaman materi yang menuntut banyak latihan, misalnya pada mata pelajaran
matematika. Guru juga bisa meminta siswa kelompok cepat untuk membuat soal-soal
latihan beserta jawabannya yang akan digunakan dalam kegiatan remedial atau sebagai
bahan latihan dalam kegiatan tutor sebaya.
3.      Mengembangkan Media dan Sumber Pembelajaran
Siswa kelompok cepat diberi kesempatan untuk membuat hasil karya berupa model,
permainan atau karya tulis yang berkaitan dengan materi yang dipelajari yang kemudian
dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi siswa kelompok lambat.
4.       Melakukan Proyek
Keterlibatan siswa dalam suatu proyek atau mempersiapkan suatu laporan khusus
berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari merupakan kegiatan pengayaan yang
paling menyenangkan. Kegiatan ini mampu meningkatkan motivasi belajar, kesempatan
mengembangkan bakat, dan menambah wawasan baru bagi siswa kelompok cepat.
5.      Memberikan Permainan, Masalah atau Kompetensi Antarsiswa
Dalam kegiatan ini, guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk memecahkan
suatu masalah atau permainan yang berkaitan dengan materi pelajaran agar mereka
merasa tertantang. Melalui kegiatan ini, mereka akan berusaha untuk memecahkan
masalah atau permainan dan mereka juga akan belajar satu sama lain dengan
membandingkan strategi/teknik yang mereka gunakan dalam memecahkan
permasalahan atau permainan yang diberikan.

C.   Faktor Yang Harus Diperhatikan


1.      Faktor Siswa

6
Setiap siswa memiliki minat yang berbeda. Hal ini sangat perlu diperhatikan
oleh guru dalam memilih dan menentukan kegiatan pengayaan. Kesesuaian kegiatan
pengayaan dengan minat siswa akan memacu siswa  untuk lebih berhasil dalam
belajarnya. Jika kegiatan yang dipilih tidak sesuai dengan minatnya maka
semangat siswa akan melemah dalam mempelajari sesuatu.
2.      Faktor Manfaat Edukatif
Faktor penting kedua yang perlu diperhatikan oleh guru adalah
kebermanfaatan kegiatan pengayaan itu sendiri. Jangan sampai kegiatan pengayaan
yang dilaksanakan merugikan siswa atau menimbulkan kesulitan bagi siswa dan
mengganggu proses perkembangannya. Sebaiknya kegiatan pengayaan yang
dilaksanakan benar-benar bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa  dalam
mengembangkan potensinya. Sehingga bermanfaat dalam menambah pengetahuan,
keterampilan, dan nilai/sikap siswa.

3.      Faktor Waktu
Kegiatan pengayaan diberikan untuk mengembangkan potensi siswa dengan
memanfaatkan kelebihan waktu pada saat siswa lain melakukan kegiatan remedial.
Jika siswa yang lambat telah menguasai kompetensi sesuai harapan dan
kegiatan pembelajaran biasa akan dilaksanakan/dilanjutkan, maka secara terprogram
kegiatan pengayaan untuk kelompok siswa cepat harus segera berakhir.
Sementara itu Arikunto (1986), juga dalam Julaeha (2007:9.38) menyebutkan
faktor-faktor penting lainnya yang juga harus diperhatikan oleh guru dalam menentukan
dan memilih kegiatan pengayaan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Siswa lebih menyukai kegiatan di luar kelas
2. Siswa lebih suka beraktivitas dari pada hanya berteori di belakang meja
3. Kegiatan menemukan sendiri sesuatu yang baru lebih merangsang
minat siswa dibanding kegiatan yang sifatnya penjelasan
4. Kegiatan yang dengan cepat dapat menunjukkan hasil, lebih
disukai siswa dari pada kegiatan yang menuntut penggunaan waktu yang relatif
lama.

7
MODUL 10

PENGELOLAAN KELAS

KEGIATAN BELAJAR 1

Hakikat Pengelolaan Kelas

A. Pengertian Pengelolaan Kelas

Istilah “pengelolaan kelas (classroom management)” dapat didefinisikan beragam


tergantung dari sudut pandang yang dipakai. Pendekatan otoriter (authority approach)
memandang pengelolaan kelas sebagai kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku
siswa. Menurut pendekatan ini, tugas guru adalah menciptakan dan memelihara aturan
di dalam kelas melalui penerapan disiplin (Weber, 1977). Guru yang menganut
pendekatan otoriter akan menghukum setiap siswa yang melanggar disiplin kelas.

Kebalikan dari pendekatan otoriter ialah pendekatan permisif (permissive approach).


Pendekatan permisif menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan guru dalam
memaksimalkan kebebasan siswa. Peran guru adalah membantu siswa merasakan
kebebasan untuk melakukan apa yang mereka inginkan kapan pun mereka mau (Weber,
1977).

Apabila kita telaah kedua pengertian pengelolaan kelas tersebut, tidak ada satu pun yang
cocok dengan sistem pendidikan kita. Pendekatan otoriter dipandang kurang manusiawi,
sedangkan pendekatan permisif dipandang tidak realistik. Oleh karena itu, kita tidak
mungkin menerapkan pengertian pengeloaan kelas yang dikemukakan oleh kedua
pendekatan tersebut.

Di samping kedua pengertian tersebut, Weber (1977) mengemukakan tiga pengertian


lain dari pengelolaan kelas. Pertama, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan

8
yang dilakukan guru untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan
dan menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan. Pengertian ini didasarkan pada
pendekatan modifikasi tingkah laku (behavior modification approach). Menurut
pendekatan ini peran guru dalam pengelolaan kelas adalah membantu siswa
mempelajari tingkah laku yang diharapkan melalui penerapan prinsip-prinsip yang
berasal dari teori penguatan.

Kedua, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan guru untuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosial-emosional kelas
yang positif. Pengertian ini didasarkan pada pendekatan iklim sosio-emosional (socio
emotional climate approach). Menurut pendekatan ini, peran guru dalam pengelolaan
kelas adalah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui
penciptaan hubungan interpersonal yang sehat, baik antara guru dan siswa maupun
antara siswa dan siswa.

Ketiga, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk
menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang efektif. Pengertian ini didasarkan
pada pendekatan proses kelompok (group-process approach). Menurut pendekatan ini
tugas guru dalam pengelolaan kelas adalah membantu mengembangkan dan
melaksanakan sistem kelas yang efektif.

Dari ketiga pengertian pengelolaan kelas tersebut, baik yang didasarkan pada
pendekatan modifikasi tingkah laku, pendekatan iklim sosio-emosional maupun
pendekatan proses kelompok, tidak ada satu pun yang paling baik. Setiap pengelolaan
kelas dari setiap pendekatan akan efektif apabila diterapkan sesuai dengan kondisi
kelad yang dihadapi. Guru dapat menerapkan ketiga pengertian tersebut sesuai dengan
situasi kelas yang dihadapi. Guru tidak harus terikat pada satu pengertian pengelolaan
kelas dalam menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan siswa-
siswa dapat belajar. Oleh karena itu, akan lebih baik apabila kita gabungkan ketiga
pengertian pengelolaan tersebut menjadi satu pengertian yang utuh.

9
Pengeolaan kelas adalah serangkaian tinakan guru yang ditujukan untuk mendorong
munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa
yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-
emosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang
produktif dan efektif atau secara singkat: pengelolaan kelas adalah usaha guru untuk
menciptakan, memelihara, dan mengembangkan iklim belajar yang kondusif.

Winzer (1995) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara yang ditempuh
guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan sosial.

B. Perbedaan Pengelolaan Kelas dari Pembelajaran

Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dilakukan guru untuk memudahkan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yang termasuk ke dalam pembelajaran di
antaranya adalah melakukan diagnosis kebutuhan siswa, merencanakan pelajaran,
menyajikan informasi, mengajukan pertanyaan, dan menilai kemajuan belajar siswa.

Pengelolaan kelas adalah segala kegiatan guru yang dilakukan untuk menciptakan dan
memelihara kondisi kelas yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang
efektif.

C. Pentingnya Pengelolaan Kelas dalam Proses Pembelajaran

Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa


mencapai tujuan pembelajaran dan pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses
pembelajaran.

Seseorang akan dapat belajar dengan baik apabila ia merasa teah diterima oleh teman-
temannya di kelas sehingga ia merasa aman untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas guru dalam membantu siswa belajar
ialah menciptakan situasi kelas yang hangat, aman, dan sehat. Situasi kelas yang penuh

10
keakraban akan memberikan rasa aman dan kebebasan kepada siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam situasi belajar yang seperti inilah
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru akan dapat dicapai siswa.

KEGIATAN BELAJAR 2

Penataan Lingkungan Kelas

A. Penataan Lingkungan Fisik Kelas

Pengelolaan kelas yang efektif bermula dari penataan ruangan kelas dan isinya.
Lingkungan fisik kelas harus ditata atau diatur untuk mendukung aktifitas belajar yang
dikembangkan guru secara individual. Perubahan tujuan pembelajaran dan perubahan
kegiatan belajar yang dilakukan siswa menuntut perubahan dalam penataan lingkungan
fisik kelas. Ini berarti bahwa guru hendaknya menyesuaikan penataan ruangan kelas
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Meskipun barang-barang yang ada
di dalam kelas kurang memadai keadaannya, melalui penataan ruangan kelas yang
efektif, barang-barang tersebut menjadi bermanfaat.

1. Prinsip-prinsip Penataan Lingkungan Fisik Kelas

Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan kelas yang menarik, efektif serta
mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

Menurut Louisell (1992), ketika menata lingkungan fisik kelas, guru harus
mempertimbangkan 5 hal berikut ini.

a. Keleluasaan pandangan (visibility)

Penempatan atau penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan


siswa dan guru sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru atau
benda/kegiatan yang berlangsung. Siswa dapat melihat kegiatan pembelajaran dari
tempat duduk mereka.

11
b. Mudah dicapai (accessibility)

Ruangan hendaknya diatur dengan baik sehingga lalu lintas kegiatan belajar di kelas
tidak terganggu. Jarak antartempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga
siswa dapat dengan mudah bergerak dan tidak mengganggu siswa lainnya yang sedang
bekerja.

c. Keluwesan (flexibility)

Barang-barang yang ada di dalam kelas hendaknya mudah untuk ditata dan dipindah-
pindahkan sesuai dengan tuntutan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan siswa
dan guru. Pembelajaran melalui diskusi kelompok menuntut tatanan ruangan kelas yang
berbeda dengan pembelajaran melalui kegiatan demonstrasi.

d. Kenyamanan

Prinsip kenyamanan ini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan
kepadatan kelas. Kenyamanan ruangan kelas akan sangat berpengaruh terhadap
konsentrasi dan produktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.

e. Keindahan

Prinsip keindahan berkenaan dengan usaha guru menata ruangan kelas yang
menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Ruangan kelas yang
menyenangkan dapat meningkatkan pengembangan nilai keindahan pada diri siswa
karena siswa melihat langsung model/contoh yang dilakukan guru dalam menata kelas.

2. Penataan Tempat Duduk

Peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat dilakukan guru memulai
penerapan berbagai strategi pembelajaran. Mungkin guru memulai pembelajarannya
dengan penjelasan umum bagi semua siswa sebelum siswa ditugaskan untuk melakukan
diskusi kelompok atau bekeja secara individual. Mungkin juga guru melaksanakan
proses pembelajaran dengan strategi tutor sebaya, yaitu siswa yang telah mengusai

12
materi pelajaran membantu siswa yang lainnya yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi tersebut. Bahkan untuk topik-topik tertentu, guru menerapkan
kegiatan bermain peran. Setiap stretegi pembelajaran yang diterapkan guru menuntut
tatanan tempat duduk yang berbeda-beda. Dengan kata lain, guru harus menata tempat
duduk siswa untuk memperlancar kegiatan pembelajaran.

B. Penataan Lingkungan Psiko-Sosial Kelas

Winzer (1995) menyatakan bahwa iklim psiko-sosial kelas berpengaruh terhadap hasil
belajar, konsep diri, rasa harga diri, dan sikap siswa terhadap sekolah.

Iklim psiko-sosial kelas berkenaan dengan hubungan sosial-pribadi antara guru dan
siswa serta antarsiswa. Hubungan yang harmonis antara guru dan siswa serta antarsiswa
akan dapat menciptakan iklim psiko-sosial kelas yang sehat, dan efektif bagi
berlangsungnya proses pembelajaran.

1. Karakteristik Guru

Beberapa karakteristik yang harus dimiliki guru demi terciptanya iklim psiko-sosial
kelas yang efektif bagi kelangsungan proses pembelajaran:

a. Disukai oleh siswanya

Apabila siswa telah menyenangi gurunya maka siswa tersebut akan selalu berusaha
untuk mengikuti atau menuruti apa yang diharapkan gurunya. Oleh karena itu, salah
satu karakteristik yang harus dimiliki guru adalah disenangi oleh siswanya. Beberapa
sifat guru yang memungkinkan untuk disenangi ialah periang, ramah, tulus hati, dan
mendengarkan keluhan siswa, serta percaya diri.

b. Memiliki persepsi yang realistik tentang dirinya dan siswanya

Guru yang memiliki pandangan tidak realistik terhadap kemampuan siswanya dan
dirinya dapat menghambat efektivitas kegiatan pembelajaran. Apabila guru memiliki
pandangan yang realistik terhadap kemampuan siswa dan dirinya, guru akan

13
mengembangkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menantang siswa
untuk belajar. Siswa akan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh semangat.

c. Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa

Untuk mengembangkan hubungan yang baik antara guru-siswa, guru perlu


menyediakan waktu untuk mengenal siswa lebih banyak. Melalui bincang-bincang
dengan siswa, guru akan mengetahui lebih banyak informasi tentang keluarga siswa,
kegiatan siswa di luar waktu sekolah, kesenangan atau hobi mereka, dan sebagainya.
Selan itu, siswa juga akan terbuka mengemukakan masalah yang mereka hadapi.
Informasi ini akan membantu guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang
efektif. Guru juga hendaknya selalu ikut serta dalam kegiatan kelompok siswa, tetapi
bukan sebagai anggota. Guru hanya membimbing dan mengamati kegiatan siswa, serta
menyediakan waktu apabila mereka memerlukan bantuan.

d. Bersikap positif terhadap pertanyaan atau respons siswa

Sikap positif guru terhadap pertanyaan siswa akan muncul apabila guru memang
menguasai materi yang sedang dibahas. Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan diri
sebaik-baiknya sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran.

e. Sabar, teguh, dan tegas

Menghadapi siswa yang memang cukup lambat dalam menangkap atau memahami
sesuatu, guru dituntut untuk sabar. Apabila guru tidak sabar, siswa akan merasa
ketakutan untuk mengajukan masalah yang dihadapi. Siswa akan bungkam meskipun
mereka belum memahmi materi yang sedang dibahas karena takut dimarahi guru. Selain
itu, guru juga harus teguh dan tegas dalam memegang aturan. Apabila siswa dituntut
untuk selalu memperhatikan pertanyaan atau tanggapan siswa lain, guru harus selalu
memperingatkan siswa lain yang melakukan diskusi berdua pada saat seorang siswa
bericara.

2. Hubungan Sosial Antarsiswa

14
Selain dari pribadi guru sendiri, iklim psiko-sosial kelas juga dipengaruhi oleh
hubungan sosial antarsiswa. Hubungan sosial yang kurang baik antarsiswa dapat
mengganggu lancarnya kegiatan pembelajaran.

Guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengenal teman-
temannya sehingga mereka akan merasa sebagai satu kesatuan. Misalnya, ada temannya
yang mengalami masalah, mereka tentu berusaha membantunya. Perasaan semacam itu
akan tumbuh apabila memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar atau bekerja
dalam kelompok. Baik dalam belajar kelompok maupun kerja kelompok siswa dituntut
bekerja sama satu sama lain.

Agar kegiatan kelompok dapat berhasil dengan baik guru harus memperhatikan hal-hal
berikut (Weber, 1977).

a. Perilaku yang diharapkan

Pernyataan tentang perilaku yang diharapkan ditampilkan siswa dalam kegiatan


kelompok harus dinyatakan dengan jelas, pasti, dan realistik.

b. Fungsi kepemimpinan

Guru hendaknya menciptakan kegiatan kelompok yang tidak didominasi oleh seorang
atau beberapa orang siswa, tetapi yang memberikan kesempatan kepada semua anggota
kelompok berperan serta dan bekerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok.

c. Pola persahabatan siswa

Kegiatan kelompok akan berhasil dengan baik apabila hubngan interpersonal antarsiswa
cukup baik.

d. Norma/aturan

Norma/aturan ini diperlukan sebagai pedoman bagi anggota kelompok tentang apa yang
harus mereka lakukan dan bagaimana tindakan mereka terhadap anggota lain.

15
e Kemampuan berkomunikasi

Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyatakan perasaan


dan pikiran mereka secara bebas dan dapat dipahami oleh siswa lan.

f. Kebersamaan

Kegiatan kelompok akan berlangsung apabila setiap anggota kelompok memiliki rasa
kebersamaan sehingga mereka merasa bahwa tugas kelompok adalah tanggung jawab
mereka semua.

16
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan kajian pustaka di atas maka kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Dalam sistem pembelajaran, tidak semua siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk membantu siswa yang belum bisa mencapai target
penguasaan yang telah ditetapkan memerlukan bantuan guru dalam mencapai
target yang diharapkan. Kegiatan remedial adalah kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan untuk membatu siswa yang mengalami kesulitan dalam
menguasai materi pelajaran.
2. Fungsi kegiatan remedial adalah Fungsi korektif, fungsi pemahaman, fungsi
penyesuaian, fungsi pengayaan, fungsi akselerasi, fungsi terapeutik,
3. Kegiatan pengayaan adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada siswa
kelompok cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara
optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya. Pengayaan
merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan
kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan
sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan
minat, bakat, dan kecakapannya.
4. Jenis-jenis kegiatan pengayaan antara lain Tutor sebaya, mengembangkan
latihan, mengembangkan media dan sumber pembelajaran,melakukan proyek,
memberikan masalah atau komptensi antar siswa,
5. Pengelolaan kelas yang efektif bermula dari penataan ruangan kelas dan
isinya. Lingkungan fisik kelas harus ditata atau diatur untuk mendukung
aktifitas belajar yang dikembangkan guru secara individual. Perubahan tujuan
pembelajaran dan perubahan kegiatan belajar yang dilakukan siswa menuntut
perubahan dalam penataan lingkungan fisik kelas. Ini berarti bahwa guru
hendaknya menyesuaikan penataan ruangan kelas terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan. Meskipun barang-barang yang ada di dalam

17
kelas kurang memadai keadaannya, melalui penataan ruangan kelas yang
efektif, barang-barang tersebut menjadi bermanfaat
6. Prinsi pengelolaan kelas antara lain Keluasan pandangan, mudah dicapai
keluwesan, kenyaman, keindahan

18
DAFTAR PUSTAKA

Sri Anitah, Dkk. (2013). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

19

Anda mungkin juga menyukai