•HARLIA (PEMATERI) •ANDI HAERANI (PEMATERI) •VERAWATI (PEMATERI) •NURUL AMALIAH (MODERATOR) MODUL 9 KEGIATAN REMEDIAL DAN KEGIATAN PENGAYAAN KB 1 : Kegiatan Remedial A. Hakikat, Tujuan, Dan Fungsi Kegiatan Remedial 1. Hakikat Kegiatan Remedial • Dalam Random House Webster’s College Dictionary (1991), Remedial diartikan sebagai intended to improve poor skill in specified field. Remedial adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki keterampilan yang kurang baik dalam suatu bidang tertentu. 2. Tujuan dan Fungsi Kegiatan Remedial
Secara umum, tujuan kegiatan remedial adalah sama dengan pembelajran biasa, yaitu membantu siswa mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Secara khusus, kegiatan remedial bertujuan untuk membantu siswa yang belum menguasai materi pelajaran melalui kegiatan pembelajaran tambahan.
Warkitri, dkk. (1991) menyebutkan enam fungsi remedial
dalam kaitannya dengan proses pembelajaran. Keenam fungsi kegiatan remedial tersebut adalah : fungsi korektif, pemahaman, penyesuaian, pengayaan, akselerasi, dan terapeutik. 3. Perbedaan Kegiatan Remedial dari Pembelajaran Biasa • Secara sepintas kegiatan remedial tidak jauh berbeda dengan pembelajaran biasa. Guru harus merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan alat evaluasi, memilih dan mengorganisasikan materi pelajaran, dll. Tetapi kalau kita kaji lebih dalam, kedua bentuk pembelajran tersebut berbeda.Perbedaan kegiatan remedial dengan pembelajaran biasa. • Agar menjadi lebih jelas, marilah kita kaji perbedaan kegiatan remedial dari pembelajaran biasa dengan menganalisis komponen-komponen suatu pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah: a. Tujuan Pembelajaran b. Materi Pembelajaran c. Kegiatan Pembelajaran d. Evaluasi B. PENDEKATAN DALAM KEGIATAN REMEDIAL • Warkitri dkk. (1991) mengemukakan tiga pendekatan dalam kegiatan remedial.Ketiga pendekatan tersebut adalah pendekatan yang bersifat preventif, kuratif, dan pengembangan. 1. Pendekatan Yang Bersifat Preventif • Kegiatan remedial dipandang bersifat preventif apabila kegiatan remedial dilaksanakan untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Kegiatan remedial yang bersifat preventif dilaksankan sebelum kegiatan pembelajaran biasa dilaksankan. 2. Pendekatan Yang Bersifat Kuratif • Kegiatan remedial dipandang bersifat kuratif apabila pelaksanaan kegiatan remedial ditujukan untuk membantu mengatasi kesulitan siswa setelah siswa mengikuti pembelajaran biasa. Kegiatan remedial yang bersifat kuratif dilaksanakan karena berdasarkan hasil evaluasi pada kegiatan pembelajaran biasa diketahui bahwa siswa belum mencapai kriteria keberhasilan atau kompetensi minimal yang telah ditetapkan. 3. Pendekatan Yang Bersifat Pengembangan • Kegiatan remedial dipandang bersifat pengembangan apabila kegiatan remedial dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pemebelajaran biasa. Melalui kegiatan remedial yang bersifat pengembangan, guru mengharapkan agar siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan secara bertahap dan segera dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya. C. JENIS-JENIS KEGIATAN REMEDIAL Berikut ini beberapa bentuk kegiatan remedial yang dapat dilaksanakan guru (Suke, 1991): 1. Mengajarkan Kembali Melalui bentuk kegiatan ini, guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami atau dikuasai siswa. 2. Menggunakan Alat Peraga • Untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran, guru sebaiknya menggunakan alat peraga dan memberi kesempatan siswa untuk menggunakan alat peraga tersebut. 3. Kegiatan Kelompok • Diskusi ataupun kerja kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi yang dituntut. 4. Tutorial • Kegiatan tutorial ialah guru meminta bantuan siswa lain yang lebih pandai untuk membantu siswa menghadapi kesulitan dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan atau guru dapat juga meminta siswa dari kelas yang lebih tinggi untuk membantu adik kelasnya. 5. Sumber Belajar Yang Relevan • Selain dengan mengajarkan kembali, kegiatan kelompok dan tutorial, guru juga dapat menggunakan sumber belajar lain dalam membantu siswa menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. D. PRINSIP PELAKSANAAN REMEDIAL Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan remedial (Suke, 1991) : 1. Guru harus mengelompokkan siswa yang mengalami remedial sesuai dengan pemahaman siswa tentang materi pembelajaran. 2. Bantuan yang diberikan hendaknya sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa. Tugas atau kegiatan yang diberikan dalam kegiatan remedial jangan terlalu banyak. 3. Dalam menentukan kegiatan remedial guru hendaknya mempertimbangkan jenis kesulitan yang dihadapi siswa serta faktor penyebab kesulitan tersebut. 4. Melalui kegiatan remedial ini, guru tidak hanya mengharapkan siswa akan mampu menguasai kompetensi yang belum dikuasainya, tetapi juga timbulnya motivasi pada diri siswa untuk belajar lebih giat dan lebih tekun sehingga untuk menguasai kompetensi berikutnya siswa diharapkan tidak akan mengalami kesulitan. • E. PRINSIP PEMILIHAN KEGIATAN
Wardani (1991) menyatakan bahwa dalam memilih bentuk
kegiatan dan metode yang akan diterapkan dalam kegiatan remedial guru perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1. Memanfaatkan latihan khusus, terutama bagi siswa yang mempunyai daya tangkap lemah. 2. Menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki siswa. Dengan memperhatikan kekuatan yang dimiliki siswa diharapkan siswa akan dapat lebih cepat mengatasi kesulitan yang dihadapinya. 3. Memanfaatkan penggunaan media yang multi-sensori. 4. Memanfaatkan permainan sebagai sarana belajar, terutama bagi siswa yang kurang memiliki motivasi untuk belajar. F. PROSEDUR KEGIATAN REMEDIAL Langkah-langkah kegiatan remedial : 1. Analisis Hasil Diagnosa • Melalui kegiatan diagnosa, guru akan mengetahui para siswa yang perlu mendapat bantuan. 2. Menemukan Penyebab Kesulitan • Sebelum kita mulai merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu kita harus mengetahui mengapa siswa mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi yang diharapkan atau menguasai materi pelajaran. 3. Menyusun rencana Kegiatan Remedial • Setelah kita mengetahui siswa yang perlu mendapatkan kegiatan remedial dan kompetensi-kompetensi yang belum dikuasai setiap siswa serta faktor penyebab kesulitan. 4. Melaksanakan Kegiatan Remedial • Biasanya kegiatan remedial dilaksanakan di luar jam belajar biasa. Oleh karena itu, dituntut kerelaan dari guru untuk menyediakan waktu tambahan di luar jam belajar, untuk membantu siswa yang memerlukan. 5. Menilai Kegiatan Remedial • Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah dilaksanakan, kita harus melaksanakan penilaian. KB 2 : KEGIATAN PENGAYAAN A. HAKIKAT KEGIATAN PENGAYAAN • Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat dalam memanfaatkan kelebihan waktu yang dimilikinya sehingga mereka memiliki pengetahuan yang lebih kaya dan keterampilan yang lebih baik. • Tujuan kegiatan pengayaan adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal. B. JENIS KEGIATAN PENGAYAAN • Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru menerapkan pendekatan individual. Menurut Guskey (1989), kegiatan pengayaan biasanya bersifat belajar mandiri. Kegiatan pengayaan lebih bersifat fleksibel dibandingkan dengan kegiatan remedial. • Kegiatan yang dapat dirancang dan dilaksanakan guru :
1. Tutor Sebaya
• Melalui kegiatan tutor sebaya, pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan meningkat karena di samping mereka harus menguasai konsep atau ide yang akan dijelaskan mereka juga harus mencari teknik untuk menjelaskan konsep atau ide tersebut. 2. Mengembangkan Latihan • Siswa yang cepat dalam belajar dapat diminta untuk membuat soal-soal latihan untuk dikerjakan oleh teman-temannya.Soal- soal yang dikembangkan tersebut harus disertai dengan kunci jawaban. 3. Mengembangkan media dan sumber pembelajaran • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghasilkan suatu karya yang berkaitan dengan materi yang dipelajari merupakan sesuatu yang menarik bagi siswa kelompok cepat. hasil karya tersebut dapat berupa model, permainan atau karya tulis yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar. 4. Melakukan Proyek • Memberikan tugas kepada siswa dalam melakukan suatu proyek atau laporan, melalui kegiatan ini motivasi belajar siswa akan meningkat. Mereka akan berusaha untuk mempelajari materi pelajaran berikutnya dengan baik sehingga mereka akan mendapat kesempatan lagi untuk melakukan proyek 5. Memberikan Permainan, Masalah atau Kompetisi Antarsiswa • Dalam kegiatan pengayaan guru dapat memberikan tugas kepada siswa yang memecahkan suatu masalah atau permainan yang berkaitan dengan materi pelajaran. 2. Faktor Manfaat Edukatif • Melalui kegiatan pengayaan ini diharapkan pengetahuan atau keterampilan, bahkan nilai/sikap yang dimiliki siswa akan semakin meningkat. 3. Faktor Waktu • Guru harus mampu menyesuaikan jenis kegiatan pengayaan dengan kebutuhan siwa dan juga dengan waktu yang tersedia. Apabila waktu pengayaan sudah habis, siswa hendaknya telah menguasai materi pengayaan secara utuh dan siswa sudah dapat melihat hasilnya. C. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN PENGAYAAN • Warkitri, dkk. (1991) mengemukakan tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dan melaksanakan kegiatan pengayaan: 1. Faktor Siswa Faktor yang harus dipertimbangkan guru dalam menentukan kegiatan pengayaan menurut Arikunto (1986) : • a. Kegiatan di luar kelas lebih disukai siswa daripada kegiatan di dalam kelas. • b. Kegiatan yang melakukan aktivitas lebih disukai siswa daripada hanya dilakukan di belakang meja. • c. Kegiatan menemukan sesuatu yang baru lebih merangsang minat siswa daripada kegiatan yang sifatnya penjelasan. • d. Kegiatan yang cept menunjukkan hasil lebih disukai siswa daripada kegiatan yang menuntut waktu yang cukup lama. MODUL 10 : PENGELOLAAN KELAS KEGIATAN BELAJAR 1 HAKIKAT PENGELOLAAN KELAS Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru dihadapkan pada masalah-masalah pembelajaran dan pengelolaan kelas. Untuk mengatasi masalah pembelajaran dituntut pendekatan yang berbeda dengan pendekatan untuk mengatasi masalah pengelolaan kelas. A. PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS. • Pengelolaan kelas (classroom management) dapat di defenisikan beragam, tergantung dari sudut pandang yang dipakai. Pendekatan otoriter (authority approach) memandang pengelolaan kelas sebagai kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa. Tugas guru menciptakan dan memelihara aturan didalam kelas melalui penerapan disiplin (weber, 1977). B. PERBEDAAN PENGELOLAAN KELAS DARI PEMBELAJARAN • Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dilakukan guru untuk memudahkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya melakukan diagnosis kebutuhan siswa, rencana pembelajaran, menyajikan informasi, mengajukan pertanyaan dan menilai kemajuan belajar siswa. • Pengelolaan kelas adalah segala kegiatan guru yang dilakukan untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif. C. PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PROSES PEMBELAJARAN • Mungkinkah seorang siswa dapat belajar dengan baik apabila ia merasa bahwa dirinya belum dapat diterima oleh teman- teman di kelasnya? Tentu saja jawabannya, tidak! Oleh karena itu, salah satu tugas guru dalam membantu siswa belajar ialah menciptakan situasi kelas yang hangat, aman dan sehat. Situasi kelas yang penuh keakraban akan memberikan rasa aman dan kebebasan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran hingga tercapainya tujuan pembelajaran. KB 2 : PENATAAN LINGKUNGAN KELAS
A. PENATAAN LINGKUNGAN FISIK KELAS
• Pengelolaan kelas yang efektif bermula dari penataan ruangan kelas dan isinya. Penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran (Winzer, 1995) 1. Prinsip-prinsip Penataan Lingkungan Fisik Kelas Menurut Louisell (1992), ketika menata lingkungan fisik kelas, guru harus mempertimbangkan 5 hal : a. Keleluasaan pandangan (visibility) • Artinya penempatan atau penataan barang-barang didalam kelastidak mengganggu pandangan siswa dan gurusehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru atau benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. b. Mudah dicapai (accessibility) • Barang-barang yang digunakan siswa dalam pembelajaran diletakkan pada tempat yang dapat dengan mudah dijangkau oleh siswa. c. Keuiwesan (flexibility) • Mudah untuk menata dan memindahkan baran-barang untuk kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa dan guru. d. Kenyamanan • Prinsip kenyamanan berkenaan dengan temperature ruangan, cahaya, suara dan kepadatan kelas. e. Keindahan • Prinsip ini berkenaan dengan usaha guru menata ruangan kelasyang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan pembelajaran. 2. Penataan Tempat Duduk • Setiap strategi pembelajaran yang diterapkan guru menuntut tatanan tempat duduk yang berbeda-beda. Dengan kata lain, guru harus menata tempat duduk siswa untuk memperlancar kegiatan pembelajaran. Pengaturan tempat duduk berpengaruh pada waktu yang digunakan siswa untuk mengerjakan tugas- tugas (Winzer, 1995). B. PENATAAN LINGKUNGAN PSIKO-SOSIAL KELAS 1. Karakteristik Guru • Keberhasilan guru dalam mengelola iklim psiko-sosial kelas dipengaruhi oleh karakteristik guru itu sendiri. Beberapa karakteristik yang harus dimiliki guru untuk terciptanya iklim psiko-sosial kelas : a. Disukai oleh siswanya b. Memiliki persepsi yang realistic tentang dirinya dan siswanya c. Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa d. Bersikap positif terhadap pertanyaan / respon siswa e. Sabar, teguh dan tegas 2. Hubungan Sosial Antarsiswa • Hubungan sosial yang kurang baik antarsiswa dapat mengganggu lancarnya kegiatan pembelajaran. Apabila hubungan sosial antarsiswa terbina dengan baik, maka apabila ada temannya yang mengalami masalah, mereka akan membantunya. • Agar kegiatan kelompok dapat berhasil dengan baik , perhatikan hal berikut (Weber, 1977) a. Perilaku yang diharapkan • Perilaku yang diharapkan harus dinyatakan kepada siswa dengan jelas, pasti dan realistik. b. Fungsi kepemimpinan • Mengacu pada upaya untuk memperlancar tercapainya tujuan kegiatan kelompok. Guru menciptakan kegiatan kelompok yang tidak di dominasi oleh seorang atau beberapa orang siswa tetapi kepada semua anggota kelompok untuk bekerja sama. c. Pola persahabatan siswa • Memebentuk hubungan interpersonal antar siswa, menunjukkan keakraban satu sama lain d. Norma / aturan • Sebagai pedoman bagi anggota kelompok tentang apa yang harus mereka lakukan dan bagaimana tindakan mereka terhadap anggota lain e. Kemampuan berkomunikasi • Mengacu pada kemampuan verbal dan nonverbal dalam menyampaikan ide kepada orang lain dan menangkap ide orang lain f. Kebersamaan • Memiliki rasa kebersamaan sehingga mererka merasa bahwa tugas kelompok adalah tanggung jawab mereka semua. SEKIAN DAN TERIMA KASIH