Her (ujian ulang) dapat dianggap sebagai remedial, apabila sebelum her
diberikan, guru melaksankan kegiatan pembelajran yang membantu siswa
memahami materi pelajaran yang belum dikuasainya sehingga siswa
menguasai kompetensi yang diharapkan.Tetapi, apabila guru langsung
memberikan ujian ulang tanpa melakukan pembelajaran tambahan yang
membantu siswa mengatasi kesulitan yang dihadapinya maka pelaksanaan her
tersebut tidaklah termasuk kegiatan remedial.
Sebagai salah satu upaya membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar,
kegiatan remedial memiliki beberapa fungsi yang penting bagi keseluruhan
proses pembelajaran. Warkitri, dkk. (1991) menyebutkan enam fungsi remedial
dalam kaitannya dengan proses pembelajaran. Keenam fungsi kegiatan
remedial tersebut adalah fungsi korektif, pemahaman, penyesuaian,
pengayaan, akselerasi, dan terapeutik.
a. Fungsi Korektif
Memperbaiki cara mengajar dan cara belajar. Kegiatan remedial
mempunyai fungsi korektif bagi kegiatan pembelajaran karena melalui
kegiatan remedial guru memperbaiki cara mengajarnya dan siswa
memperbaiki cara belajarnya. Misalnya, guru mengetahui bahwa yang
menyebabkan siswa belum menguasai materi pelajaran adalah karena
kurangnya kesempatan untuk berlatih maka guru harus memperbaiki
kegiatan pembelajarannya dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berlatih.Atau apabila siswa tidak menguasai materi karena
penjelasan guru terlalu abstrak maka guru harus menggunakan berbagai
metode dan media yang mempermudah pemahaman siswa terhadap
konsep yang dibahas.
Itulah 6 fungsi kegiatan remedial dalam proses pembelajaran. Dari uraian di atas
jelaslah bahwa kegiatan remedial memiliki fungsi penting dalam membantu
pengembangan kemampuan siswa secara optimal.
Agar menjadi lebih jelas, marilah kita kaji perbedaan kegiatan remedial dari
pembelajaran biasa dengan menganalisis komponen-komponen suatu
pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah:
d. Evaluasi
Alat evaluasi bersifat individual dan kelompok. Evaluasi dilaksanakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.Alat
evaluasi yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran biasanya bersifat
klasikal sedangkan dalam kegiatan remedial alat evaluasiya bersifat
individual atau kelompok.
Pretest adalah salah satu jenis alat evaluasi yang digunakan guru sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Berdasarkan hasil pre-test guru dapat
mengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok yang mampu
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan lebih cepat, kelompok yang
sesuai dengan waktu yang ditetapkan, dan yang tidak akan mampu
menguasai kompetensi sesuai waktu yang ditetapkan. Kegiatan remedial
yang diberikan kepada siswa yang tidak mampu menguasai kompetensi
dengan waktu yang disediakan disebut remedial bersifat preventif.
a. Kegiatan di luar kelas lebih disukai siswa daripada kegiatan di dalam kelas.
b. Kegiatan yang melakukan aktivitas lebih disukai siswa daripada hanya dilakukan
di belakang meja.
c. Kegiatan menemukan sesuatu yang baru lebih merangsang minat siswa
daripada kegiatan yang sifatnya penjelasan.
d. Kegiatan yang cept menunjukkan hasil lebih disukai siswa daripada kegiatan
yang menuntut waktu yang cukup lama.
b. Mudah dicapai
Yaitu siswa mudah menjangkau barang-barang yang mereka butuhkan
dan siswa dapat dengan mudah bergerak dan tidak mengganggu siswa
lainnya yang sedang bekerja.
c. Keluwesan
Yaitu barang-barang yang ada di dalam kelas hendaknya mudah untuk
ditata dan dipindah-pindahkan sesuai dengan tuntutan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan siswa dan guru.
d. Kenyamanan
Yaitu lingkungan kelas yang ditata dapat memberikan kenyamanan baik
bagi siswa maupun guru sendiri. Prinsip kenyamanan ini berkaitan
dengan temperatur ruangan, cahaya, suara dan kepadatan kelas.
Kenyamanan ruangan kelas akan sangat berpengaruh terhadap
konsentrasi dan produktivitas siswa dan guru dalam kegiatan
pembelajaran.
e. Keindahan
Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan berpengaruh positif
terhadap sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan. Ruangan kelas yang menyenangkan juga akan
meningkatkan pengembangan nilai keindahan pada diri siswa karena
siswa melihat langsung model/contoh yang dilakukan guru dalam menata
kelas.
1. Karakteristik guru
Berkenaan dengan pengelolaan iklim psiko-sosial kelas, Bandura (Good dan
Brophy) menyatakan bahwa keberhasilan guru dalam mengelola iklim psiko-
sosial kelas dipengaruhi oleh karakteristik guru itu sendiri. Berikut ini
beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh guru :
a. Disukai oleh siswanya
b. Memiliki persepsi yang realistik tentang dirinya dan siswanya.
c. Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa
d. Bersikap positif terhadap pertanyaan/respons siswa
e. Sabar, teguh dan tegas