Anda di halaman 1dari 12

A.

    Hakikat, Tujuan, Dan Fungsi Kegiatan Remedial


1.    Hakikat Kegiatan Remedial
Dalam Random House Webster’s College Dictionary (1991), Remedial diartikan
sebagai intended to improve poor skill in specified field. Remedial adalah
kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki keterampilan yang kurang baik
dalam suatu bidang tertentu.Kalau kita kaitkan dengan kegiatan pembelajaran,
kegiatan remedial dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan
untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang kurang berhasil.Dari
pengertian tersebut diketahui bahwa suatu kegiatan pembelajaran dianggap
sebagai kegiatan remedial apabila kegiatan pembelajaran tersebut ditujukan
untuk membantu siswa yang mengalam kesulitan dalam memahami materi
pelajaran atau dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.

Her (ujian ulang) dapat dianggap sebagai remedial, apabila sebelum her
diberikan, guru melaksankan kegiatan pembelajran yang membantu siswa
memahami materi pelajaran yang belum dikuasainya sehingga siswa
menguasai kompetensi yang diharapkan.Tetapi, apabila guru langsung
memberikan ujian ulang tanpa melakukan pembelajaran tambahan yang
membantu siswa mengatasi kesulitan yang dihadapinya maka pelaksanaan her
tersebut tidaklah termasuk kegiatan remedial.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan remedial adalah


kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.

2.    Tujuan dan Fungsi Kegiatan Remedial

Secara umum, tujuan kegiatan remedial adalah sama dengan pembelajran


biasa, yaitu membantu siswa mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Secara khusus,
kegiatan remedial bertujuan untuk membantu siswa yang belum menguasai
materi pelajaran melalui kegiatan pembelajaran tambahan.

Sebagai salah satu upaya membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar,
kegiatan remedial memiliki beberapa fungsi yang penting bagi keseluruhan
proses pembelajaran. Warkitri, dkk. (1991) menyebutkan enam fungsi remedial
dalam kaitannya dengan proses pembelajaran. Keenam fungsi kegiatan
remedial tersebut adalah fungsi korektif, pemahaman, penyesuaian,
pengayaan, akselerasi, dan terapeutik.
a.    Fungsi Korektif
Memperbaiki cara mengajar dan cara belajar. Kegiatan remedial
mempunyai fungsi korektif bagi kegiatan pembelajaran karena melalui
kegiatan remedial guru memperbaiki cara mengajarnya dan siswa
memperbaiki cara belajarnya. Misalnya, guru mengetahui bahwa yang
menyebabkan siswa belum menguasai materi pelajaran adalah karena
kurangnya kesempatan untuk berlatih maka guru harus memperbaiki
kegiatan pembelajarannya dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berlatih.Atau apabila siswa tidak menguasai materi karena
penjelasan guru terlalu abstrak maka guru harus menggunakan berbagai
metode dan media yang mempermudah pemahaman siswa terhadap
konsep yang dibahas.

b.    Fungsi Pemahaman    


Kegiatan remedial mempunyai fungsi pemahaman karena dalam kegiatan
remedial akan terjadi proses pemahaman baik pada diri guru maupun diri
siswa. Bagi guru, untuk melaksanakan kegiatan remedial, guru terlebih
dahulu harus memahami kelebihan dan kekurangan kegiatan pembelajaran
yanng dilaksanakannya, serta mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakannya. Berdasarkan hasil pemahaman ini, guru
memperbaiki kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakannya.
Dengan kegiatan remedial siswa akan lebih memahami kelabihan dan
kelemahan cara belajarnya. Sebelum kegiatan remedial, guru mengajak
siswa mengevaluasi kegiatan belajarnya.Apakah mereka memperhatikan
penjelasan guru dan mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan
sungguh-sungguh? Dengan pemahaman ini siswa diharapkan akan
memperbaiki sikap dan cara belajarnya sehingga dapat menjadi lebih baik.

c.    Fungsi Penyesuaian    


Kegiatan remedial memiliki fungsi penyesuaian karena pelaksanaan
kegiatan remedial disesuaikan dengan kesulitan dan karakteristik individu
siswa yang mengalami kesulitan belajar. 
Karena semua aspek kegiatan remedial disesuaikan dengan kemampuan
dan karakteristik individu siswa,  proses pembelajaran tidak akan menjadi
beban bagi siswa melainkan siswa akan termotivasi belajar dengan giat.

d.    Fungsi Pengayaan    


Kegiatan remedial mempunyai fungsi pengayaan bagi proses
pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru memanfaatkan
sumber belajar. Dalam kegiatan remedial guru dapat meminta siswa untuk
membaca buku lain yanng ada kaitannya dengan materi yang belum
dipahami. Guru juga menerapkan metode mengajar dan alat bantu yang
bervariasi. Misalnya, membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
menguasai materi, guru dapat meminta siswa untuk diskusi atau kerja
kelompok atau mungkin dengan menggunakan alat peraga yang bervariasi.
Kegiatan tersebut merupakan pengayaan dalam proses pembelajaran.
e.    Fungsi Akselerasi    
Kegiatan remedial memiliki fungsi akselerasi terhadap proses
pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru dapat mempercepat
penguasan siswa terhadap materi pelajaran dengan menambah waktu dan
frekuensi pembelajaran. Tanpa remedial siswa yang mengalami kesulitan
dalam pemahaman akan tertinggal oleh temannya yang telah menguasai
materi pelajaran.

f.    Fungsi Terapeutik    


Kegiatan remedial mempunyai fungsi terapeutik karena melalui kegiatan
remedial guru dapat membantu mengatasi kesulitan siswa yang berkaitan
dengan aspek sosial-pribadi. Biasanya siswa yang merasa dirinya kurang
berhasil dalam belajar sering merasa rendah diri atau terisolasi dalam
pergaulan dengan teman-temannya.Dengan membantu mencapai prestasi
belajar yang lebih baik melalui kegiatan remedial berarti guru telah
membantu siswa meningkatkan rasa percaya diri.

Itulah 6 fungsi kegiatan remedial dalam proses pembelajaran. Dari uraian di atas
jelaslah bahwa kegiatan remedial memiliki fungsi penting dalam membantu
pengembangan kemampuan siswa secara optimal.

3.    Perbedaan Kegiatan Remedial dari Pembelajaran Biasa


Secara sepintas kegiatan remedial tidak jauh berbeda dengan pembelajaran
biasa. Guru harus merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan alat
evaluasi, memilih dan mengorganisasikan materi pelajaran, dll. Tetapi kalau kita
kaji lebih dalam, kedua bentuk pembelajran tersebut berbeda.Perbedaan
kegiatan remedial dengan pembelajaran biasa.

Agar menjadi lebih jelas, marilah kita kaji perbedaan kegiatan remedial dari
pembelajaran biasa dengan menganalisis komponen-komponen suatu
pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah:

a.    Tujuan Pembelajaran

Rumusan tujuan bersifat individual. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan


untuk mencapai kompetensi atau tujuan yang telah ditetapkan.Dalam
pembelajaran biasa, tujuan pembelajaran yang dirumuskan guru berlaku
bagi semua siswa.Jadi, bersifat klasikal.Sementara itu, dalam kegiatan
remedial tujuan pembelajaran yang dirumuskan guru bersifat individual,
tergantung pada kesulitan siswa. Tujuan pembelajaran yang harus dikuasai
siswa A mungkin berbeda dari tujuan pembelajaran yang harus dikuasai
siswa B, tergantung pada kompetensi atau tujuan pembelajaran yang belum
dikuasai. 
b.    Materi Pembelajaran
Materi sesuai dengan kesulitan yang dihadapi. Materi pelajaran dipilih dan
diorganisasikan berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Materi yang dibahas dalam remedial akan berbeda antara materi untuk
siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, sesuai dengan kesulitan yang
dihadapinya.

c.    Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan pembelajaran dalam kegiatan remedial akan berbeda dari kegiatan
pembelajaran biasa. Dalam pembelajaran biasa, yang berpartisipasi adalah
seluruh siswa. Guru memperlakukan siswa semua sama. Sementara itu,
dalam kegiatan remedial, pembelajaran hanya diikuti oleh siswa-siswa yang
memiliki kesulitan belajar tertentu.Kegiatan remedial ini dapat dilakukan
secara individu atau kelompok sesuai dengan kesulitan dan karakteristik
siswa yang mengikuti kegiatan remedial.

d.    Evaluasi
Alat evaluasi bersifat individual dan kelompok. Evaluasi dilaksanakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.Alat
evaluasi yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran biasanya bersifat
klasikal sedangkan dalam kegiatan remedial alat evaluasiya bersifat
individual atau kelompok.

Dari uraian tersebut dapat disimpulan bahwa pembelajaran biasa menerapkan


pendekatan klasikal, sedangkan kegiatan remedial menerapkan pendekatan
individual atau kelompok.

B.   PENDEKATAN DALAM KEGIATAN REMEDIAL


Warkitri dkk. (1991) mengemukakan tiga pendekatan dalam kegiatan
remedial.Ketiga pendekatan tersebut adalah pendekatan yang bersifat preventif,
kuratif, dan pengembangan. Berikut ini akan dibahas ketiga pendekatan
tersebut.
1. Pendekatan Yang Bersifat Preventif
Kegiatan remedial dipandang bersifat preventif apabila kegiatan remedial
dilaksanakan untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan
dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Kegiatan remedial yang
bersifat preventif dilaksankan sebelum kegiatan pembelajaran biasa
dilaksankan.
Guru yang sudah berpengalaman, dari keakrabannya dengan siswa, telah
mengetahui kelemahan siswanya. Dari beberapa kegiatan guru mengetahui
bahwa siswa A mempunyai kelemahan dalam mengerjakan soal-soal
matematika sehingga guru memberi kesempatan untuk berlatihh lebih banyak
lagi. Bagi yang belum banyak pengalaman, anda dapat menggunakan jenis
alat evaluasi pretest.

Pretest adalah salah satu jenis alat evaluasi yang digunakan guru sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Berdasarkan hasil pre-test guru dapat
mengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok yang mampu
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan lebih cepat, kelompok yang
sesuai dengan waktu yang ditetapkan, dan yang tidak akan mampu
menguasai kompetensi sesuai waktu yang ditetapkan. Kegiatan remedial
yang diberikan kepada siswa yang tidak mampu menguasai kompetensi
dengan waktu yang disediakan disebut remedial bersifat preventif.

2.    Pendekatan Yang Bersifat Kuratif


Kegiatan remedial dipandang bersifat kuratif apabila pelaksanaan kegiatan
remedial ditujukan untuk membantu mengatasi kesulitan siswa setelah siswa
mengikuti pembelajaran biasa. Kegiatan remedial yang bersifat kuratif
dilaksanakan karena berdasarkan hasil evaluasi pada kegiatan pembelajaran
biasa diketahui bahwa siswa belum mencapai kriteria keberhasilan atau
kompetensi minimal yang telah ditetapkan.

3.    Pendekatan Yang Bersifat Pengembangan


Kegiatan remedial dipandang bersifat pengembangan apabila kegiatan
remedial dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pemebelajaran
biasa. Melalui kegiatan remedial yang bersifat pengembangan, guru
mengharapkan agar siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai
kompetensi yang ditetapkan secara bertahap dan segera dapat mengatasi
kesulitan yang dihadapinya.

C.   JENIS-JENIS KEGIATAN REMEDIAL


Berikut ini beberapa bentuk kegiatan remedial yang dapat dilaksanakan guru
(Suke, 1991):
1.    Mengajarkan Kembali
Melalui bentuk kegiatan ini, guru menjelaskan kembali materi yang belum
dipahami atau dikuasai siswa.Saat menjelaskan materi tersebut, guru harus
berorientasi pada kesulitan yang dihadapi siswa.
2.    Menggunakan Alat Peraga
Untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran, guru
sebaiknya menggunakan alat peraga dan memberi kesempatan siswa untuk
menggunakan alat peraga tersebut.
3.    Kegiatan Kelompok
Diskusi ataupun kerja kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa
mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi yang dituntut.Yang perlu
diperhatikan guru dalam menerapkan kerja kelompok dalam kegiatan remedial
ialah dalam menentukan anggota keompok.
4.    Tutorial
Kegiatan tutorial ialah guru meminta bantuan siswa lain yang lebih pandai
untuk membantu siswa menghadapi kesulitan dalam menguasai kompetensi
yang telah ditetapkan atau guru dapat juga meminta siswa dari kelas yang
lebih tinggi untuk membantu adik kelasnya.
5.    Sumber Belajar Yang Relevan
Selain dengan mengajarkan kembali, kegiatan kelompok dan tutorial, guru juga
dapat menggunakan sumber belajar lain dalam membantu siswa menguasai
kompetensi yang telah ditetapkan. Guru meminta siswa untuk mengunjungi
saatu instansi tertentu yang berkaitan dengan materi yang belum dikuasainya.

D.    PRINSIP PELAKSANAAN REMEDIAL


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan remedial (Suke, 1991) :
1.   Guru harus mengelompokkan siswa yang mengalami remedial sesuai dengan
pemahaman siswa tentang materi pembelajaran.
2.   Bantuan yang diberikan hendaknya sesuai dengan kesulitan yang dihadapi
siswa. Tugas atau kegiatan yang diberikan dalam kegiatan remedial jangan
terlalu banyak.
3.   Dalam menentukan kegiatan remedial guru hendaknya mempertimbangkan jenis
kesulitan yang dihadapi siswa serta  faktor penyebab kesulitan tersebut.
4.    Melalui kegiatan remedial ini, guru tidak hanya mengharapkan siswa akan
mampu menguasai kompetensi yang belum dikuasainya, tetapi juga timbulnya
motivasi pada diri siswa untuk belajar lebih giat dan lebih tekun sehingga untuk
menguasai kompetensi berikutnya siswa diharapkan tidak akan mengalami
kesulitan.

E.    PRINSIP PEMILIHAN KEGIATAN


Wardani (1991) menyatakan bahwa dalam memilih bentuk kegiatan dan
metode yang akan diterapkan dalam kegiatan remedial guru perlu
memperhatikan hal-hal berikut:
1.    Memanfaatkan latihan khusus, terutama bagi siswa yang mempunyai daya
tangkap lemah.
2.    Menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki siswa. Dengan memperhatikan
kekuatan yang dimiliki siswa diharapkan siswa akan dapat lebih cepat
mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Dalam hal ini, guru hendaknya lebih
mengenal gaya belajar setiap siswa.
3.    Memanfaatkan penggunaan media yang multi-sensori.
4.    Memanfaatkan permainan sebagai sarana belajar, terutama bagi siswa yang
kurang memiliki motivasi untuk belajar.

F.    PROSEDUR KEGIATAN REMEDIAL


Langkah-langkah kegiatan remedial :
1.    Analisis Hasil Diagnosa
Melalui kegiatan diagnosa, guru akan mengetahui para siswa yang perlu
mendapat bantuan. Untuk keperluan kegiatan remedial, tentu yang menjadi
sorotan adalah siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar yang
ditunjukkan dengan tidak tercapainya kriteria keberhasilan belajar.

2.    Menemukan Penyebab Kesulitan


Sebelum kita mulai merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu kita
harus mengetahui mengapa siswa mengalami kesulitan dalam mencapai
kompetensi yang diharapkan atau menguasai materi pelajaran. Faktor
penyebab kesulitan ini harus diidentifikasi oleh guru karena gejala kesulitan
yang sama yang ditunjukkan oleh siswa dapat ditimbulkan oleh sebab yang
berbeda.

3.    Menyusun rencana Kegiatan Remedial


Setelah kita mengetahui siswa yang perlu mendapatkan kegiatan remedial
dan kompetensi-kompetensi yang belum dikuasai setiap siswa serta faktor
penyebab kesulitan. Selanjutnya kita menyusun rencana pembelajaran
sebagai berikut :
a.    Merumuskan kompetensi atau tujuan pembelajaran.
b.    Menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan kompetensi
c.    Memilih dan merancang kegiatan remedial sesuai dengan masalah
dan faktor penyebab kesulitan serta karakteristik siswa.
d.   Merencanakan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
remedial
e.   Menentukan jenis, prosedur, dan alat penilaian untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa.

4.   Melaksanakan Kegiatan Remedial


Biasanya kegiatan remedial dilaksanakan di luar jam belajar biasa. Oleh
karena itu, dituntut kerelaan dari guru untuk menyediakan waktu tambahan
di luar jam belajar, untuk membantu siswa yang memerlukan.

5.    Menilai Kegiatan Remedial


Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah
dilaksanakan, kita harus melaksanakan penilaian. 

KB 2           : Kegiatan Pengayaan

A.    HAKIKAT KEGIATAN PENGAYAAN


Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat
dalam memanfaatkan kelebihan waktu yang dimilikinya sehingga mereka memiliki
pengetahuan yang lebih kaya dan keterampilan yang lebih baik.
Kegiatan pengayaan ini berkenan dengan kegiatan pendalam materi pelajaran yang
sedang dipelajari, bukan pembahasan materi pelajaran baru.

Tujuan kegiatan pengayaan adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk


memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar
yang sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal.

B.    JENIS KEGIATAN PENGAYAAN


Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru menerapkan
pendekatan individual. Menurut Guskey (1989), kegiatan pengayaan biasanya
bersifat belajar mandiri. Kegiatan pengayaan lebih bersifat fleksibel dibandingkan
dengan kegiatan remedial.Yang penting, kegiatan pengayaan hendaklah merupakan
kegiatan yang menyenangkan dan merangsang kreatifitas siswa. Kegiatan yang
dapat dirancang dan dilaksanakan guru :
1.    Tutor Sebaya
Melalui kegiatan tutor sebaya, pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan
meningkat karena di samping mereka harus menguasai konsep atau ide yang akan
dijelaskan mereka juga harus mencari teknik untuk menjelaskan konsep atau ide
tersebut. Untuk dapat berperan sebagai tutor yang baik, siswa harus mampu
memberikan penjelasan yang dapat dimengerti oleh temannya, mampu memandang
suatu konsep atau ide dari berbagai sudut pandang. Melalui tutor sebaya, siswa
kelompok cepat dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi pelajaran di
samping mengembangkan kemampuan kognitif tinggi.

2.    Mengembangkan Latihan


Siswa yang cepat dalam belajar dapat diminta untuk membuat soal-soal latihan
untuk dikerjakan oleh teman-temannya.Soal-soal yang dikembangkan tersebut harus
disertai dengan kunci jawaban.
Memberikan kesempatan untuk terlibat dalam suatu proyek.Kegiatan ini dapat
dilakukan untuk pendalaman materi yang menuntut banyak latihan.

3.    Mengembangkan Media dan Sumber Pembelajaran 


Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghasilkan suatu karya yang
berkaitan dengan materi yang dipelajari merupakan suatu yang menarik bagi siswa
kelompok cepat.Hasil karya tersebut dapat berupa model, permainan atau karya tulis
yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar.

4.    Melakukan Proyek


Memberikan tugas kepada siswa dalam melakukan suatu proyek atau laporan,
melalui kegiatan ini motivasi belajar siswa akan meningkat. Mereka akan berusaha
untuk mempelajari materi pelajaran berikutnya dengan baik sehingga mereka akan
mendapat kesempatan lagi untuk melakukan proyek

5.    Memberikan Permainan, Masalah atau Kompetisi Antarsiswa


Dalam kegiatan pengayaan guru dapat memberikan tugas kepada siswa yang
memecahkan suatu masalah atau permainan yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Di samping mereka berusaha untuk memecahkan masalah atau
permainan yang diberikan, melalui kegiatan ini mereka juga akan belajar satu sama
lain dengan membandingkan strategi atau teknik yang mereka pergunakan dalam
memecahkan permasalahan atau permaian yang diberikan.

C.   FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM


MELAKSANAKAN KEGIATAN PENGAYAAN
Warkitri, dkk. (1991) mengemukakan tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam
memilih dan melaksanakan kegiatan pengayaan:
1.    Faktor Siswa
Kesesuaian kegiatan pengayaan dengan minat siswa akan lebih mendorong siswa
berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, kegiatan pengayaan yang tidak sesuai
dengan minat siswa akan melemahkan semangat siswa dalam mempelajari sesuatu.
Faktor yang harus dipertimbangkan guru dalam menentukan kegiatan pengayaan
menurut Arikunto (1986) :

a.    Kegiatan di luar kelas lebih disukai siswa daripada kegiatan di dalam kelas.
b.    Kegiatan yang melakukan aktivitas lebih disukai siswa daripada hanya dilakukan
di belakang meja.
c.    Kegiatan menemukan sesuatu yang baru lebih merangsang minat siswa
daripada kegiatan yang sifatnya penjelasan.
d.    Kegiatan yang cept menunjukkan hasil lebih disukai siswa daripada kegiatan
yang menuntut waktu yang cukup lama.

2.    Faktor Manfaat Edukatif


Melalui kegiatan pengayaan ini diharapkan pengetahuan atau keterampilan, bahkan
nilai/sikap yang dimiliki siswa akan semakin meningkat.

3.    Faktor Waktu


Guru harus mampu menyesuaikan jenis kegiatan pengayaan dengan kebutuhan
siwa dan juga dengan waktu yang tersedia. Apabila waktu pengayaan sudah habis,
siswa hendaknya telah menguasai materi pengayaan secara utuh dan siswa sudah
dapat melihat hasilnya.
MODUL 10    : PENGELOLAAN KELAS
KB 1              : Hakikat Pengelolaan Kelas

A.   Pengertian pengelolaan kelas


Pengelolaan kelas adalah serangkaian tindakan guru yang ditujukan untuk
mendorong munculnya tingkah laku yang diharapkan dan menghilangkan
tingkah laku yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang
baik dan iklim sosio-emosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara
organisasi kelas yang produktif dan efektif.

B.   Perbedaan pengelolaan kelas dari pembelajaran


Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dilakukan guru untuk membantu
siswa belajar, sedangkan pengelolaan kelas adalah segala kegiatan yang
dilakukan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif.

C.   Pentingnya pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran


Pengelolaan kelas yang efektif merupakan salah satu aspek penting dalam
proses pembelajaran karena pengelolaan kelas yang efektif merupakan
prasyarat terciptanya pembelajaran yang efektif.

KB 2               : Penataan Lingkungan Sekolah

A.   Penataan Lingkungan Kelas


Penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan
dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
1.   Prinsip-prinsip penataan lingkungan kelas
a.  Keleluasaan pandangan
Yaitu penempatan atau penataan barang-barang di dalam kelas tidak
mengganggu pandangan siswa dan guru sehingga siswa secara leluasa
dapat memandang guru atau benda/kegiatan yang sedang berlangsung.

b.  Mudah dicapai
Yaitu siswa mudah menjangkau barang-barang yang mereka butuhkan
dan siswa dapat dengan mudah bergerak dan tidak mengganggu siswa
lainnya yang sedang bekerja.

c.  Keluwesan
Yaitu barang-barang yang ada di dalam kelas hendaknya mudah untuk
ditata dan dipindah-pindahkan sesuai dengan tuntutan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan siswa dan guru.

d.  Kenyamanan
Yaitu lingkungan kelas yang ditata dapat memberikan kenyamanan baik
bagi siswa maupun guru sendiri. Prinsip kenyamanan ini berkaitan
dengan temperatur ruangan, cahaya, suara dan kepadatan kelas.
Kenyamanan ruangan kelas akan sangat berpengaruh terhadap
konsentrasi dan produktivitas siswa dan guru dalam kegiatan
pembelajaran.

e. Keindahan
Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan berpengaruh positif
terhadap sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan. Ruangan kelas yang menyenangkan juga akan
meningkatkan pengembangan nilai keindahan pada diri siswa karena
siswa melihat langsung model/contoh yang dilakukan guru dalam menata
kelas.

2.   Penataan tempat duduk


Yaitu guru harus menata tempat duduk siswa sesuai dengan strategi
pembelajaran yang diterapkan untuk memperlancar kegiatan pembelajaran.
Pengaturan tempat duduk yang berjejer menghadap guru tepat untuk
kegiatan klasikal, yaitu untuk menyampaikan informasi yang harus diketahui
oleh seluruh siswa serta meningkatkan  jumlah kerja yang dilakukan siswa.

B.   Penataan lingkungan psiko-sosial kelas.


Iklim psiko-sosial kelas berpengaruh terhadap hasil belajar, konsep diri, rasa
harga diri, dan sikap siswa terhadap sekolah. Iklim psiko-sosial kelas berkenaan
dengan hubungan  sosial-pribadi antara guru dan siswa serta antar siswa.
Hubungan yang harmonis antara guru dan siswa serta antar siswa akan dapat
menciptakan iklim psiko-sosial kelas yang sehat, dan efektif bagi
berlangsungnya proses pembelajaran.
Oleh karena itu dalam mengelola kelas, guru harus dapat menciptakan
hubungan sosio-emosional yang harmonis baik antara guru dengan siswa
maupun antarsiswa.

1.  Karakteristik guru
Berkenaan dengan pengelolaan iklim psiko-sosial kelas, Bandura (Good dan
Brophy) menyatakan bahwa  keberhasilan guru dalam mengelola iklim psiko-
sosial kelas dipengaruhi oleh karakteristik guru itu sendiri. Berikut ini
beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh guru :
a.    Disukai oleh siswanya
b.    Memiliki persepsi yang realistik tentang dirinya dan siswanya.
c.    Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa
d.    Bersikap positif terhadap pertanyaan/respons siswa
e.    Sabar, teguh dan tegas

2. Hubungan sosial antarsiswa


Hubungan sosial yang kurang baik antarsiswa dapat mengganggu lancarnya
kegiatan pembelajaran. Untuk menciptakan hubungan sosial yang baik
antarsiswa dapat dilaksanakan dengan adanya kegiatan belajar kelompok.  Di
dalam belajar kelompok siswa dapat saling mengenal, berkomunikasi dengan
jelas, saling bertanya dan mengemukakan pendapat serta saling membantu.
Agar kegiatan kelompok dapat berhasil dengan baik guru harus
memperhatikan hal-hal berikut :
a.    Perilaku yang diharapkan
b.    Fungsi kepemimpinan
c.    Pola persahabatan siswa
d.    Norma/aturan
e.    Kemampuan berkomunikasi
f.     Kebersamaan

Anda mungkin juga menyukai