Anda di halaman 1dari 17

MODUL  9

KEGIATAN REMEDIAL DAN KEGIATAN PENGAYAAN


Guru mengetahui adanya siswa yang telah mencapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan atau kompetensi  yang ditetapkan dan ada siswa yang belum mencapai
kompetensi atau tujuan tersebut. Guru hendaknya member bantuan kepada siswa yang
belum mencapai tingkat penguasaan yang  diharapkan. Bantuan dapat diberikan guru
untuk siswa yang belum mencapai kompetensi yang diharapkan dikenal dengan istilah
kegiatan Remidial.
Guru perlu merancang kegitan bagi siswa yang termasuk kelompok cepat agar
mereka dapat mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Kegiatan semacam ini
disebut kegiatan Pengayaan.

A.    Kegiatan Remedial
1. Hakikat, Tujuan dan Fungsi Kegiatan Remedial
a. Hakikat Kegiatan Remedial
Dalam Random House Webste’s Collage  Dictionary (1991), remedial
adalah kegiatan yang dilaksanakan umtuk memperbaiki ketrampilan yang
kurang baik dalam suatu bidang tertentu. Kegiatan remedial dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki kegiatan
pembelajaran yang kurang berhasil. Dari pengertian tersebut dapat diketahui
bahwa suatu kegiatan pembelajaran dianggap sebagai kegiatan remedial apabila
pembelajaran tersebut ditunjukan untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Dapat disimpulka bahwa kegiatan
remedial adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk membantu
siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.
b.  Tujuan dan Fungsi Kegiatan Remedial
Tujuan guru melaksanakan remedial adalah membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran agar mencapai hasil
belajar yang baik. Secara umum tujuan Remidial adalah yaitu membantu siswa
mencapai kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan berdasarkan
kurikulum. Kegiatan remedial memiliki beberapa fungsi yang penting bagi
keseluruhan proses pembelajaran, yaitu :

1
(1)   Fungsi Korektif
Kegiatan remedial mempunyai fungsi korektif bagi kegiatan pembelajaran
karena melalui kegiatan remedial guru memperbaiki cara mengajarnya dan
siswa memperbaiki cara belajarnya. Berdasarkan hasil analisis kesulitan
belajar siswa , guru memperbaiki berbagai aspek proses pembelajaran,
mulai dari rumusan tujuan, materi pembelajaran dan evaluasi. Melaluli
kegiatan remedial siswa dituntut untuk memperbaiki sikap dan cara
belajarnya, sesuai dengan kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya.
(2)   Fungsi Pemahaman
Kegiatan remedial mempunyai fungsi pemahaman karena dalam kegiatan
remedial akan terjadi proses pemahaman baik pada diri guru maupun diri
siswa. Bagi guru, untuk melaksanakan kegiatan remedial , guru terlebih
dahulu harus memahami kelebihan dan kelemahan kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukannya. Sebelum guru menentukan jenis kegiatan
remedial yang akan dilaksanakan, guru terlebih dahulu harus mengevaluasi
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakannya.
(3)   Fungsi Penyesuaian
Kegiatan remedial mempunyai fungsi penyesuaian karena pelaksanaan
kegiatan remedial disesuaikan dengan kesulitan dan karakteristik individu
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan menerapkan kekuatan yang dimiliki individu melalui
penerapan berbagai metode mengajar dan media pembelajaran. Karena
semua aspek kegiatan remedial disesuaikan dengan kemampuan dan
karakteristik individu, proses pembelajaran tidak lagi merupakan beban
bagi siswa.
(4)   Fungsi Pengayaan
Kegaiatan remedial mempunyai fungsi pengayaan bagi proses
pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru memanfaatkan
sumber belajar ,metode mengajar atau alat bantu pembelajaran  yang lebih
bervariasi dari yang diterapkan  guru dalam pembelajaran biasa.
(5)   Fungsi Akselerasi
Kegiatan remedial memiliki fungsi Akselerasi terhadap proses
pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru dapat mempercepat

2
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Tanpa kegiatan remedial,
siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
(6)   Fungsi Terapeutik
Kegiatan remedial memiliki fungsi Terapeutik karena melalui kegiatan
remedial guru dapat membantu mengatasi kesulitan siswa yang berkaitan
dengan aspek social-pribadi. Dengan membantu siswa mencapai prestasi
belajar yang lebih baik melalui kegiatan remedial berarti guru telah
membantu siswa meningkatkan rasa percaya dirinya.

c. Perbedaan Kegiatan Remedial dari Pembelajaran Biasa


Komponen Pembelajaran Kegiatan
Pembelajaran Biasa Remidial
TUJUAN Berlaku bagi semua siswa Bersifat individual
(klasikal)
MATERI Sama untuk semua siswa Sesuai dengan kesulitan
siswa
KEGIATAN 1. Diikuti semua siswa 1. Diikuti oleh siswa yang
PEMBELAJARAN 2. Metode dan media bermasalah
bersifat klasikal 2. Metode dan media bersifat
individual atau kelompok
EVALUASI Sama untuk semua siswa Bersifat individual atau
kelompok

Komponen komponen tersebut adalah tujuan,materi, kegiatan pembelajaran dan


evaluasi.
(1)   Tujuan Pembelajaran
Rumusan tujuan bersifat individual. Dalam pembelajaran biasa , tujuan
pembelajaran yang dirumuskan guru berlaku bagi semua siswa. Jadi, bersifat
klasikal. Sementara itu dalam kegiatan remedial ,tujuan pembelajaran bersifat
individual, tergantung pada kesulitan yang dihadapi siswa.
(2)   Materi Pembelajaran
Materi sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa. Materi pelajaran
dalam pembelajaran biasa sama bagi semua siswa, sedangkan mataeri yang
dibahas dalam kegiatan remedial akan berbeda antara materi untuk siswa yang
satu dengan siswa yang lain.
3
(3)   Kegiatan Pembelajaran
Dalam pembelajaran biasa , yang berpartisipasi adalah siswa. Guru
memperlakukan  semua siswa sama. Metode mengajar dan alat bantu
pembelajaran yang digunakan bersifat klasikal. Sementara itu, dalam kegiatan
remedial , pembelajaran hanya diikuti oleh siswa siswa  yang memiliki kesulitan
belajar belajar tertentu.
(4)   Evaluasi
Alat evaluasi bersifat individual atau kelompok. Alat evaluasi yang
dikembangkan dalam pembelajaran biasa bersifat klasikal, sama untuk semua
siswa. Sedangkan dalam kegiatan remedial , alat evaluasinya besifat individual
atau kelompok.

2.  Pendekatan Dalam Kegiatan Remidial


Warkitri (1991) mengemukakan tiga pendekatandalam kegiatan remedial  :
a. Pendekatan yang Bersifat Preventif
Kegiatan remedial dipandang sebagai preventif apabila kegiatan remedial
dilaksanakan untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan
dalam menguasai kompetisi yang telah ditetapkan. Guru yang sudah
berpengalaman , dari keakrabannya dengan siswa, telah mengetahui
kelemahan siswanya. Bagi yang belum berpengalaman , adapat menggunakan
salah satu jenis evaluasi yang ditunjukan untuk mengetahui kompetensi yang
telah dikuasai siswa sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan yang
disebut pretest.
b. Pendekatan yang Bersifat Kuratif
Kegiatan remedial bersifat kuratif apabila pelaksanaan kegiatan remedial
ditunjukan untuk membantu mengatasi kesulitan setelah siswa mengikuti
pembelajaran biasa. Bantuan yang diberikan guru kepada kelompok siswa yang
belum menguasai kompetensi yang telah ditetapkan merupakan kegiatan
remedial yang bersifat kuratif karena guru ingin membantu siswa menguasai
kompetensi yang ditetapkan yang belum dicapainya.

c. Pendekatan yang Bersifat Pengembangan

4
Kegiatan remedial dipandang bersifat pengembangan apabila kegiatan
remedial dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa.

3.  Jenis-jenis Kegiatan Remidial


a.       Mengajarkan Kembali
Guru menjelaskan kembali  materi yang belum dipahami atau dikuasai siswa. Tentu
saja dalam menjelaskan kembali materi tersebut , guru harus berorientasi pada
kesulitan yang dihadapi siswa. Apabila siswa kurang memahami konsep , guru
sebaiknya memberikan lebih banyak contoh.
b.      Menggunakan Alat Peraga
Untuk memudahkan siswa memahami konsep yang belum dikuasainya,
guru  sebaiknya menggunakan berbagai alat peraga dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk menggunakan alat peraga tersebut. Konsep yang sukar
dipahami akan lebih mudah dipelajari dan menjadi menarik jika disajikan dengan
menggunakan media.
c.       Kegiatan Kelompok
Diskusi ataupun kerja kelompok dapat digunakan untuk membantu siswa yang
mengalami ksesulitan dalam menguasai kompetensi yang dituntut. Kegiatan
kelompok dapat efektif dalam membantu siswa memahami pelajaran apabila
diantara anggota kelompok ada siswa yang benar-benar menguasai materi dan
mampu menjelaskannya.
d.      Tutorial
Dalam kegiatan ini guru meminta bantuan siswa lain yang lebh pandai untuk
membantu siswa yang menghadapi kesulitan dalam menguasai kompetensi yang
telah ditetapkan atau guru dapat meminta siswa dari kelas yang lebih tinggi untuk
membantu adik kelasnya.
e.       Sumber Belajar yang Relevan
Guru dapat meminta siswa untuk membaca buku referensi lain yang membahas
materi yang belum dipahami. Guru juga dapat meminta siswa untuk mengunjungi
suatu instansi tertentu yang berkaitan dengan materi yang belum dikuasainya. Atau
guru juga dapat mendatangkan anggota masyarakat yang mempunyai keahlian
dalam hal materi yang belum dikuasai siswa.
4.  Prinsip Pelaksanaan Kegiatan Remidial

5
a. Apabila terdapat beberapa orang siswa yang mengalami kesulitan yang
sama, kegiatan remedial tersebut hendaknya diberikan terhadap kelompok
siswa secara bersama sama.
b. Proporsi bantuan yang diberikan hendaknya sesuai dengan kesulitan yang
dihadapi siswa.
c. Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, guru bersama sama
siswa atau meminta bantuan siswa lain.
d. Metode yang diterapkan dalam kegiatan remedial hendaknya sesuai dengan
tingkat kemampuan serta dapat membangkitkan motivasi pada diri siswa
untuk belajar lebih giat dan berusaha lebih tekun.

5. Prinsip Pemilihan Kegiatan


Wardani (1991) , menyatakan bahwa dalam memilih bentuk kegiatan dan metode
yang akan diterapkan dalam kegiatan remedial guru perlu memperhatikan hal hal
berikut :
a. Memanfaatkan latihan khusus, terutama bagi siswa yang mempunyai daya
tangkap lemah.
b. Menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki siswa.
c. Memanfaatkan penggunaan media yang multi-sensori
d. Memanfaatkan permainan sebagai sarana belajar.

6.  Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Remidial


a. Analisis Hasil Diagnosis
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu proses pemriksaan terhadap siswa
yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar.
b. Menemukan Penyebab Kesulitan
Guru harus mengerti penyebab mengapa siswa mengalami kesulitan dalam
mencapai kompetensi yang diharapkan atau menguasai materi pelajaran.
c. Menyusun Rencana Kegiatan Remidial
Komponen yang harus direncanakan dalam pelaksanaan kegiatan remedial  :
(1) Merumuskan kompetensi atau tujuan pembelajaran
(2) Menentukan materi pelajaran sesuai dengan kompetensi atau tujuan
yang telah dirumuskan

6
(3) Memilih dan merancang kegiatan remedial sesuai dengan masalah dan
factor penyebab kesulitan serta karakteristik siswa
(4) Merencanakan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
remedial
(5) Menentukan jenis, prosedur, dan alat penilaian untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa

d. Melaksanakan kegiatan remedial


Semakin cepat siswa dibantu mengatasi kesulitan yang dihadapinya ,
semakin besar kemungkinan siswa tersebut berhasil dalam belajarnya.
e. Menilai kegiatan remedial
Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah
dilaksanakan, maka guru harus melaksanakan penilaian.

B.     Kegiatan Pengayaan
1. Hakikat Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok
lebih cepat dalam memanfaatkan kelebihan waktu yang dimilikinya sehingga
mereka memiliki pengetahuan yang lebih kaya dan ketrampilan yang lebih baik.
Sementara siswa lain harus mengerjakan tugas belajarnya, siswa yang telah
menyelesaikan tugas belajarnya mendapat kegiatan pengayaan untuk
meningkatkan wawasannya sehingga potensi yang dimilikinya berkembang secara
optimal.
2. Jenis Kegiatan Pengayaan
a.       Tutor Sebaya
Siswa harus mampu memberikan penjelasan yang dapat dimengerti oleh temannya,
mampu memandang suatu konsep atau ide dari berbagai sudut pandang , mampu
memikirkan contoh contoh yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep yang
sedang dibahas, serta mampu menganalisis berbagai komponen.
b.      Mengembangkan Latihan
Disamping memberikan tutorial pada temannya, siswa kelompok cepat dapat
diminta untuk mengembangkan latihan praktis yang dapat dilaksanakan oleh

7
teman temannya yang lambat sehingga mereka akan lebih mudah memahami
materi pelajaran.
c.       Mengembangkan Media dan Sumber Pelajaran
Memberikan kesempatan kepada siswa umtuk menghasilkan suatu karya yang
berkaitan dengan materi yang dipelajari merupakan sesuatu yang menarik bagi
siswa kelompok cepat.
d.      Melakukan Proyek
Salah satu kegiatan pengayaan yang paling menyenangkan bagi siswa kelompok
cepat adalah mendapat kesempatan untuk telibat dalam suatu proyek khusus atau
mempersiapkan sutu laporan khusus. Kegiatan yang harus dilakukan siswa tersebut
merupakan kegiatan yang menyenangkan dan berkaitan dengan materi
e.       Memberikan Permainan, Masalah atau Kompetisi Antarsiswa
Dalam kegiatan pengayaan, guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk
memecahkan  masalah atau permainan yang berkaitan dengan materi
pelajaran.  Mereka berusaha untuk memecahkan masalah atau permaianan yang
diberikan, melalui kegiatan ini mereka jugan akan belajar satu sama lain dengan
membandingkan strategi atau tehnik yang mereka pergunakan dalam memecahkan
permasalahan atau permainan yang diberikan.

3. Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan Kegiatan


Pengayaan
a. Faktor Siswa
Guru harus memperhatikan karakteristik siswa, baik yang berkenaan dengan
factor miant maupun dengan factor psikologis lainnya.
Beberapa factor yang harus diperhatikan guru dalam menentukan kegiatan
pengayaan menurut Arikunto (1986) :
(1) Kegiatan diluar kelas lebih disukai siswa daripada kegiatan di dalam kelas
(2) Kegiatan yang menuntut siswa yang melakukan aktivitas lebih disukai
siswa daripada kegiatan yang hanya dilakukan di belakang meja.
(3) Kegiatan menemukan sesuatu yang baru lebih merangsang minat siswa
daripada kegiatan yang sifatnya penjelasan
(4) Kegiatan yang cepat menunjukan hasil lebih disukai siswa daripada
kegiatan yang menuntut waktu yang cukup lama

8
b. Faktor Manfaat Edukatif
Melalui kegiatan pengayaan ini diharapkan pengetahuan atau ketrampilan
bahkan nilai/sikap yang dimiliki siswa akan semakin meningkat.

c. Faktor Waktu
Melalui kegiatan pengayaan ini diharapkan pengetahuan atau ketrampilan
bahkan nilai/sikap yang dimiliki siswa akan semakin meningkat.

9
MODUL 10
PENGELOLAAN KELAS

A. Hakikat Pengelolaan Kelas


1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Istilah “pengelolaan kelas (classroom management)” dapat didefinisikan
beragam tergantung dari sudut pandang yang dipakai. Pendekatan otoriter
(authority approach) memandang pengelolaan kelas sebagai kegiatan guru
untuk mengontrol tingkah laku siswa. Menurut pendekatan ini, tugas guru
adalah menciptakan dan memelihara aturan di dalam kelas melalui penerapan
disiplin (Weber, 1977). Guru yang menganut pendekatan otoriter akan
menghukum setiap siswa yang melanggar disiplin kelas.
Kebalikan dari pendekatan otoriter ialah pendekatan
permisif (permissive approach). Pendekatan permisif menyatakan bahwa
pengelolaan kelas adalah kegiatan guru dalam memaksimalkan kebebasan
siswa. Peran guru adalah membantu siswa merasakan kebebasan untuk
melakukan apa yang mereka inginkan kapan pun mereka mau (Weber, 1977).
Apabila kita telaah kedua pengertian pengelolaan kelas tersebut, tidak
ada satu pun yang cocok dengan sistem pendidikan kita. Pendekatan otoriter
dipandang kurang manusiawi, sedangkan pendekatan permisif dipandang tidak
realistik. Oleh karena itu, kita tidak mungkin menerapkan pengertian
pengeloaan kelas yang dikemukakan oleh kedua pendekatan tersebut.
Di samping kedua pengertian tersebut, Weber (1977) mengemukakan
tiga pengertian lain dari pengelolaan kelas. Pertama, pengelolaan kelas adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk mendorong munculnya
tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku yang
tidak diharapkan. Pengertian ini didasarkan pada pendekatan modifikasi
tingkah laku (behavior modification approach). Menurut pendekatan ini peran
guru dalam pengelolaan kelas adalah membantu siswa  mempelajari tingkah
laku yang diharapkan melalui penerapan prinsip-prinsip yang berasal dari teori
penguatan.
Kedua, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan
guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim

10
sosial-emosional kelas yang positif. Pengertian ini didasarkan pada pendekatan
iklim sosio-emosional (socio emotional climate approach). Menurut
pendekatan ini, peran guru dalam pengelolaan kelas adalah mengembangkan
iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui penciptaan hubungan
interpersonal yang sehat, baik antara guru dan siswa maupun antara siswa dan
siswa.
Ketiga, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
guru untuk menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang efektif.
Pengertian ini didasarkan pada pendekatan proses kelompok (group-process
approach). Menurut pendekatan ini tugas guru dalam pengelolaan kelas adalah
membantu mengembangkan dan melaksanakan sistem kelas yang efektif.
Dari ketiga pengertian pengelolaan kelas tersebut, baik yang didasarkan
pada pendekatan modifikasi tingkah laku, pendekatan iklim sosio-emosional
maupun pendekatan proses kelompok, tidak ada satu pun yang paling baik.
Setiap pengelolaan kelas dari setiap pendekatan akan efektif  apabila
diterapkan sesuai dengan kondisi kelad yang dihadapi. Guru dapat menerapkan
ketiga pengertian tersebut sesuai dengan situasi kelas yang dihadapi. Guru
tidak harus terikat pada satu pengertian pengelolaan kelas dalam menciptakan
dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan siswa-siswa dapat belajar.
Oleh karena itu, akan lebih baik apabila kita gabungkan ketiga pengertian
pengelolaan tersebut menjadi satu pengertian yang utuh.
Pengeolaan kelas adalah serangkaian tinakan guru yang ditujukan untuk
mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan
menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan
hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional yang positif, serta
menciptakan dan memelihara organisasi kelas  yang produktif dan efektif atau
secara singkat: pengelolaan kelas adalah usaha guru untuk menciptakan,
memelihara, dan mengembangkan iklim belajar yang kondusif.
Winzer (1995) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara
yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi
kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan
akademis dan sosial.

11
2. Perbedaan Pengelolaan Kelas dari Pembelajaran
Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dilakukan guru untuk
memudahkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yang termasuk ke
dalam pembelajaran di antaranya adalah melakukan diagnosis kebutuhan siswa,
merencanakan pelajaran, menyajikan informasi, mengajukan pertanyaan, dan
menilai kemajuan belajar siswa.
Pengelolaan kelas adalah segala kegiatan guru yang dilakukan untuk
menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan terjadinya proses
pembelajaran yang efektif.
3. Pentingnya Pengelolaan Kelas dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk membantu
siswa mencapai tujuan pembelajaran dan pengelolaan kelas adalah serangkaian
kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan
berlangsungnya proses pembelajaran.
Seseorang akan dapat belajar dengan baik apabila ia merasa teah diterima
oleh teman-temannya di kelas sehingga ia merasa aman untuk ikut berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas guru dalam
membantu siswa belajar ialah menciptakan situasi kelas yang hangat, aman, dan
sehat. Situasi kelas yang penuh keakraban akan memberikan rasa aman dan
kebebasan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam situasi belajar yang seperti inilah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
guru akan dapat dicapai siswa.

B. Penataan Lingkungan Kelas


1. Penataan Lingkungan Fisik Kelas
Pengelolaan kelas yang efektif bermula dari penataan ruangan kelas dan
isinya. Lingkungan fisik kelas harus ditata atau diatur untuk mendukung aktifitas
belajar yang dikembangkan guru secara individual. Perubahan tujuan pembelajaran
dan perubahan kegiatan belajar yang dilakukan siswa menuntut perubahan dalam
penataan lingkungan fisik kelas. Ini berarti bahwa guru hendaknya menyesuaikan
penataan ruangan kelas terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Meskipun barang-barang yang ada di dalam kelas kurang memadai keadaannya,

12
melalui penataan ruangan kelas yang efektif, barang-barang tersebut menjadi
bermanfaat.
a. Prinsip-prinsip Penataan Lingkungan Fisik Kelas
Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan kelas yang menarik, efektif
serta mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
Menurut Louisell (1992), ketika menata lingkungan fisik kelas, guru harus
mempertimbangkan 5 hal berikut ini.
(1)   Keleluasaan pandangan (visibility)
Penempatan atau penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu
pandangan siswa dan guru sehingga siswa secara leluasa dapat memandang
guru atau benda/kegiatan yang berlangsung. Siswa dapat melihat kegiatan
pembelajaran dari tempat duduk mereka.
(2)   Mudah dicapai (accessibility)
Ruangan hendaknya diatur dengan baik sehingga lalu lintas kegiatan belajar
di kelas tidak terganggu. Jarak antartempat duduk harus cukup untuk dilalui
oleh siswa sehingga siswa dapat dengan mudah bergerak dan tidak
mengganggu siswa lainnya yang sedang bekerja.
(3) Keluwesan (flexibility)
Barang-barang yang ada di dalam kelas hendaknya mudah untuk ditata dan
dipindah-pindahkan sesuai dengan tuntutan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan siswa dan guru. Pembelajaran melalui diskusi kelompok
menuntut tatanan ruangan kelas yang berbeda dengan pembelajaran melalui
kegiatan demonstrasi.
(4) Kenyamanan
Prinsip kenyamanan ini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya,
suara, dan kepadatan kelas. Kenyamanan ruangan kelas akan sangat
berpengaruh terhadap konsentrasi dan produktivitas siswa dan guru dalam
kegiatan pembelajaran.
(5) Keindahan
Prinsip keindahan berkenaan dengan usaha guru menata ruangan kelas yang
menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Ruangan kelas
yang menyenangkan dapat meningkatkan pengembangan nilai keindahan

13
pada diri siswa  karena siswa melihat langsung model/contoh yang
dilakukan guru dalam menata kelas.
b.  Penataan Tempat Duduk
Peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat dilakukan guru
memulai penerapan berbagai strategi pembelajaran. Mungkin guru memulai
pembelajarannya dengan penjelasan umum bagi semua siswa sebelum siswa
ditugaskan untuk melakukan diskusi kelompok atau bekeja secara individual.
Mungkin juga guru melaksanakan proses pembelajaran dengan strategi tutor
sebaya, yaitu siswa yang telah mengusai materi pelajaran membantu siswa
yang lainnya yang mengalami kesulitan dalam memahami materi tersebut.
Bahkan untuk topik-topik tertentu, guru menerapkan kegiatan bermain peran.
Setiap stretegi pembelajaran yang diterapkan guru menuntut tatanan tempat
duduk yang berbeda-beda. Dengan kata lain, guru harus menata tempat duduk
siswa untuk memperlancar kegiatan pembelajaran.

2. Penataan Lingkungan Psiko-Sosial Kelas


Winzer (1995) menyatakan bahwa iklim psiko-sosial kelas berpengaruh
terhadap hasil belajar, konsep diri, rasa harga diri, dan sikap siswa terhadap
sekolah.
Iklim psiko-sosial kelas berkenaan dengan hubungan sosial-pribadi antara guru
dan siswa serta antarsiswa. Hubungan yang harmonis antara guru dan siswa
serta antarsiswa akan dapat menciptakan iklim psiko-sosial kelas yang sehat,
dan efektif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
a. Karakteristik Guru
Beberapa karakteristik yang harus dimiliki guru demi terciptanya
iklim psiko-sosial kelas yang efektif bagi kelangsungan proses
pembelajaran:
(1)   Disukai oleh siswanya
Apabila siswa telah menyenangi gurunya maka siswa tersebut akan
selalu berusaha untuk mengikuti atau menuruti apa yang diharapkan
gurunya. Oleh karena itu, salah satu karakteristik yang harus dimiliki
guru adalah disenangi oleh siswanya. Beberapa sifat guru yang

14
memungkinkan untuk disenangi ialah periang, ramah, tulus hati, dan
mendengarkan keluhan siswa, serta percaya diri.
(2)   Memiliki persepsi yang realistik tentang dirinya dan siswanya
Guru yang memiliki pandangan tidak realistik terhadap kemampuan
siswanya dan dirinya dapat menghambat efektivitas kegiatan
pembelajaran. Apabila guru memiliki pandangan yang realistik
terhadap kemampuan siswa dan dirinya, guru akan mengembangkan
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menantang siswa
untuk belajar. Siswa akan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
penuh semangat.
(3)   Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa
Untuk mengembangkan hubungan yang baik antara guru-siswa, guru
perlu menyediakan waktu untuk mengenal siswa lebih banyak. Melalui
bincang-bincang dengan siswa, guru akan mengetahui lebih banyak
informasi tentang keluarga siswa, kegiatan siswa di luar waktu sekolah,
kesenangan atau hobi mereka, dan sebagainya. Selan itu, siswa juga
akan terbuka mengemukakan masalah yang mereka hadapi. Informasi
ini akan membantu guru dalam mengembangkan proses pembelajaran
yang efektif. Guru juga hendaknya selalu ikut serta dalam kegiatan
kelompok siswa, tetapi bukan sebagai anggota. Guru hanya
membimbing dan mengamati kegiatan siswa, serta menyediakan waktu
apabila mereka memerlukan bantuan.
(4)   Bersikap positif terhadap pertanyaan atau respons siswa
Sikap positif guru terhadap pertanyaan siswa akan muncul apabila
guru memang menguasai materi yang sedang dibahas. Oleh karena itu,
guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
(5)   Sabar, teguh, dan tegas
Menghadapi siswa yang memang cukup lambat dalam menangkap atau
memahami sesuatu, guru dituntut untuk sabar. Apabila guru tidak
sabar, siswa akan merasa ketakutan untuk mengajukan masalah yang
dihadapi. Siswa akan bungkam meskipun mereka belum memahmi
materi yang sedang dibahas karena takut dimarahi guru. Selain itu,

15
guru juga harus teguh dan tegas dalam memegang aturan. Apabila
siswa dituntut untuk selalu memperhatikan pertanyaan atau
tanggapan siswa lain, guru harus selalu memperingatkan siswa lain
yang melakukan diskusi berdua pada saat seorang siswa bericara.
b. Hubungan Sosial Antarsiswa
Selain dari pribadi guru sendiri, iklim psiko-sosial kelas juga
dipengaruhi oleh hubungan sosial antarsiswa.  Hubungan sosial yang
kurang baik antarsiswa dapat mengganggu lancarnya kegiatan
pembelajaran.
Guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
mengenal teman-temannya sehingga mereka akan merasa sebagai satu
kesatuan. Misalnya, ada temannya yang mengalami masalah, mereka tentu
berusaha membantunya. Perasaan semacam itu akan tumbuh apabila
memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar atau bekerja dalam
kelompok. Baik dalam belajar kelompok maupun kerja kelompok siswa
dituntut bekerja sama satu sama lain.
Agar kegiatan kelompok dapat berhasil dengan baik guru harus
memperhatikan  hal-hal berikut (Weber, 1977).
(1)   Perilaku yang diharapkan
Pernyataan tentang perilaku yang diharapkan ditampilkan siswa dalam
kegiatan kelompok harus dinyatakan dengan jelas, pasti, dan realistik.
(2)   Fungsi kepemimpinan
Guru hendaknya menciptakan kegiatan kelompok yang tidak didominasi
oleh seorang atau beberapa orang siswa, tetapi yang memberikan
kesempatan kepada semua anggota kelompok berperan serta dan bekerja
sama dalam mengerjakan tugas kelompok.
(3)   Pola persahabatan siswa
Kegiatan kelompok akan berhasil dengan baik apabila hubngan
interpersonal antarsiswa cukup baik.
(4)   Norma/aturan
Norma/aturan ini diperlukan sebagai pedoman bagi anggota kelompok
tentang apa yang harus mereka lakukan dan bagaimana tindakan mereka
terhadap anggota lain.

16
(5)   Kemampuan berkomunikasi
Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyatakan perasaan dan pikiran mereka secara bebas dan dapat
dipahami oleh siswa lan.
(6)   Kebersamaan
Kegiatan kelompok akan berlangsung apabila setiap anggota kelompok
memiliki rasa kebersamaan sehingga mereka merasa bahwa tugas
kelompok adalah tanggung jawab mereka semua.

17

Anda mungkin juga menyukai