Kelompok 4
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini
masih memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Model Pembelajaran PKn
Tematis di Kelas I, II, dan III SD/MI” tepat pada waktunya. Terimakasih pula
kepada seluruh pihak yang telah ikut membantu hingga dapat disusunnya makalah
ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Makalah ini
membahas tentang hakikat pembelajaran tematik, langkah-langkah pembelajaran
tematik, serta beberapa model pembelajaran di SD antara lain webbed, connected,
dan integrated. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya
sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya.
Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini
dan makalah-makalah lainnya pada waktu mendatang.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………… i
Daftar Isi…………………………………………………………………………. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...2
C. Tujuan……………………………………………………………………….2
Daftar Pustaka……………………………………………………………………17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, setiap guru sekolah dasar
diwajibkan berperan sebagai pengajar dan pembimbing siswa dalam
penyampaian materi pembelajaran baik secara berkelompok atau individu.
Hal ini ditujukan agar hasil belajar siswa dapat memenuhi pencapaian tujuan
yang diharapkan. Dalam kenyataannya, pembelajaran pada sekolah dasar
masih jauh dari hasil yang maksimal dikarenakan siswa kurang berperan aktif
dalam pembelajaran dan guru tidak memiliki kompetensi yang cukup dalam
metode pembelajaran. Selain itu, kurikulum di sekolah dasar belum sesuai
dengan penilaian perkenbangan anak yang bersifat konkrit ke sifat abstrak.
Saat ini, dunia pendidikan mulai berkembang kearah modern dan
efektif. Sehingga perasn seorang guru diharapkan tidak hanya kreatif, namun
mampu membantu menunjang proses belajar siswa untuk memenuhi kriteria
penilaian dan juga tujuan pembelajaran. Untuk itu, guru harus menguasai
penyampaian materi yang baik dan metode pembelajaran yang efektif dan
tepat sesuai dengan kemampuan dari karakter siswa. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka pembelajaran model-model dalam pengajaran di kelas perlu
ditingkatkan agar dapat berpengaruh pada pemahaman siswa.
Pada jenjang pendidikan sekolah dasar, pemahaman mata pelajaran
PPKn dapat diukur dari bagaimana pemahaman siswa dalam mengenal
materi-materi PPKn. Banyak dari siswa sekolah dasar yang masih belum
menganggap bahwa mata pelajaran PPKn merupakan bidang pelajaran yang
penting. Walaupun demikian, semua orang harus tetap mempelajari sebagai
sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan. Kewajiban guru
sebagai pengajar adalah membuat pembelajaran PPKn menjadi lebih menarik
di mata siswa. Dalam praktiknya, penyampaian pembelajaran PPKn di
sekolah dasar relatif konvensional yang meletakkan guru sebagai pusat
belajar siswa. Pada dasarnya, siswa memiliki kebutuhan belajar dan perilaku
belajar yang berbeda. Dengan dasar ini, guru diharapkan untuk dapat
1
menguasai materi, memperhatikan situasi dan kondisi kelas sekaligus mampu
menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Dengan menggunakan
berbagai model pembelajaran, siswa tidak akan merasa bosan sehingga
tercipta kondisi belajar yang interaktif, efektif, efisien, dan menyenagkan.
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, diharapkan dapat
menjelaskan langkah-langkah model Pembelajaran Tematis PPKn SD/MI
serta dapat mensimulasikan model Pembelajaran Tematis PPKn SD/MI Kelas
I, II, dan III. Agar semua harapan di atas dapat terwujud maka dalam modul
ini disajikan pembahasan dan latihan dengan butir uraian mengenai langkah-
langkah model Pembelajaran Tematis PPKn SD/MI dan model pembelajaran
Tematis PPKn SD/MI Kelas I, II, dan III.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah model pembelajaran PKn tematis di kelas I, II, dan III
SD/MI?
2. Apa saja contoh model pembelajaran PKn tematis di SD?
C. Tujuan
1. Mengetahui model pembelajaran PKn tematis di kelas I, II, dan III
SD/MI.
2. Mengetahui contoh model pembelajaran PKn tematis di SD.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Wolfinger (1994) dalam Winataputra et al (2020) menjelaskan
bahwa secara definitif kurikulum tematis adalah kurikulum yang
menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan area isi,
keterampilan dan sikap. Pemaduan tersebut didasarkan pada pertimbangan
rasional, antara lain:
a. Kebanyakan masalah dan pengalaman termasuk di dalamnya
pengalaman belajar bersifat interdisipliner;
b. Untuk memahami, mempelajari, dan memecahkannya diperlukan
multiskill;
c. Adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam pemecahan
masalah;
d. Memudahkan siswa membuat hubungan antarskematika dan transfer
pemahaman antarkonteks;
e. Demi efisiensi;
f. Adanya tuntutan keterlibatan siswa yang lebih tinggi dalam proses
pembelajaran.
Alunan, et al (2004) dalam Winataputra et al (2020) memaparkan
bahwa dalam pembelajaran tematik terdapat beberapa hal yang perlu
memperoleh perhatian, yakni:
a. Maksud dari pembelajaran tematik yaitu agar pelaksanaan kegiatan
pembelajaran menjadi utuh serta lebih bermakna;
b. Pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan beberapa
hal, seperti alokasi waktu setiap tema, dan memperhitungkan banyak
sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan;
c. Usahakan pilihan tema yang terdekat dengan anak;
d. Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada
tema.
Model pembelajaran tematik sangat cocok diberikan kepada anak
didik pada kelas rendah (Pappas dan Kiefer (1995) dalam Winataputra et
al (2020)). Pembelajaran tematik memadukan berbagai mata pelajaran
dalam kurikulum dan menghubungkannya melalui jaringan topik atau
tema. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran tematik tidak
4
hanya sebagai kerangka bahan ajar dan konstruk pengetahuan bagi peserta
didik, namun juga bisa dipandang sebagai alat untuk mengkaji berbagai
kajian budaya bagi anak didik usia dini.
5
Mari kita bahas langkah-langkah di atas secara lebih jelas dan
terperinci.
a. Membuat/memilih tema
Menurut Ananda dan Fadhilaturrahmi (2018), dalam
penggalian tema hendaklah memerhatikan beberapa persyaratan
berikut:
1) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat
digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran;
2) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk
dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk pembelajaran
selanjutnya;
3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis
anak;
4) Tema yang dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat
anak;
5) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-
peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar;
6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum
yang berlaku serta harapan masyarakat;
7) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan
ketersediaan sumber belajar.
6
b. Melakukan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator
yang disesuaikan dengan tema dan alokasi waktu
Standar kompetensi adalah standar kemampuan yang harus
dikuasai untuk menunjukkan bahwa hasil mempelajari mata pelajaran
tertentu berupa penguasaan atas pengetahuan, sikap dan keterampilan
tertentu telah dicapai. Sedangkan kompetensi dasar merupakan
kemampuan atau kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang
harus dimiliki oleh lulusan atau kemampuan minimal yang harus
dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar kompetensi
untuk suatu mata pelajaran (Winataputra et al, 2020).
Contoh Kompetensi Dasar Kelas II Semester II mata pelajaran
PKn tematik dalam kurikulum 2013.
Kompetensi Dasar
3.1 Mengidentifikasi hubungan antara simbol dan sila-sila Pancasila
dalam lambang negara “Garuda Pancasila”.
3.2 Mengidentifikasi aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
3.3 Mengidentifikasi jenis-jenis keberagaman karakteristik individu di
sekolah.
3.4 Memahami makna bersatu dalam keberagaman di sekolah.
7
tersendiri, baik oleh guru kelas maupun oleh guru mata pelajaran
(terutama indikator dan KD Agama dan PJOK).
8
Kompetensi
Mata Hasil Pengalaman Alokasi Sumber
Dasar dan Penilaian
pelajaran Belajar Belajar Waktu Bahan
Indikator
Tuliskan Pindahkan Masukan Pengalaman Dalam Buku, Bentuk
mata dari hasil yang menit jurnal, dan jenis
pelajaran kurikulum belajar diperoleh di media
yang yang luar dan yang
ditematiskan diharapkan dalam kelas relevan
SKENARIO PEMBELAJARAN
9
3.3 Menjelaskan manfaat keberagaman
karakteristik individu dalam kehidupan sehari-
hari,
4.3 Mengemukakan manfaat keberagaman
karakteristik individu dalam kehidupan sehari-
hari.
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyaksikan tayangan video atau audio pembelajaran, peserta didik dapat
mengidentifikasi ciri-ciri puisi yang berkaitan dengan akhir baris pada bait,
menjelaskan hasil identifikasi keberagaman, dan mengidentifikasi hubungan
karakteristik ruang dengan SDA yang ada di lingkungannya.
Alat/Media
Whatsapp Group (WAG) antara guru, orang tua dan siswa
Orangtua/wali yang menggunakan WA bersama anak. Jika anak yang
mengoperasikan WA, maka orangtua/wali wajib mendampingi mereka.
Bahan/Materi
Gambar, audio atau video
Penilaian
(1)Keaktifan partisipasi, (2)Refleksi atas pengetahuan yang diperoleh, (3)Voice
note, foto, atau video hasil kerja.
____________________ ___________________
NIP. NIP.
10
B. Model Pembelajaran PKn Tematis di SD
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan
beberapa mata pelajaran atau materi pokok yang terkait secara harmonis
untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Hal
yang dipadukan disini adalah materi atau bahan ajar sebagai upaya agar
kegiatan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Pengembangan materi ini
hendaknya disesuaikan dengan kedalaman dan keluasan materi pada
kurikulum (Winataputra et al, 2020).
Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna,
otentik, dan aktif. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sangat diperlukan
terutama untuk sekolah dasar karena pada jenjang ini siswa menghayati
pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilihan
yang artificial (Winataputra et al, 2020).
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan
proses belajar mengajar (Noortyani, 2015). Model pembelajaran mempunyai
makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur (Kardi dan
Nur dalam Trianto, 2011).
Menurut Fogarty (1991) ada 10 model pembelajaran terpadu yang
ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik dan unit
tematisnya. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: 1) model penggalan,
2) model keterhubungan, 3) model sarang, 4) model urutan/rangkaian, 5)
model bagian, 6) model jaring laba-laba, 7) model galur, 8) model
keterpaduan, 9) model celupan, dan 10) model jaringan.
11
Gambar 1. Ilustrasi model fragmented
Model Keterhubungan (Connected)
Dalam model ini, kemampuan pembentukan pemahaman,
keterampilan, dan pengalaman secara utuh tidak berlangsung secara otomatis.
Oleh karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses
pembelajarannya secara terpadu.
12
Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)
Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata
pelajaran yang berbeda secara paralel. Beberapa topik dapat dipadukan
pembelajarannya pada alokasi jam yang sama.
13
Model Galur (Threaded)
Ini merupakan model pemaduan bentuk keterampilan, misalnya
antisipasi terhadap cerita dalam novel dan sebagainya. Bentuk ini berfokus
pada apa yang disebut meta-curriculum.
14
Model Jaringan (Networked)
Model networked merupakan pemaduan pembelajaran yang
mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan
masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru. Belajar disikapi sebagai
proses yang berlangsung secara terus menerus karena adanya hubungan
timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.
15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pembelajaran terpadu adalah proses pembelajaran yang mengaitkan
atau menghubungkan tema atau topik yang berkaitan dalam satu mata
pelajaran atau antarmata pelajaran pada suatu kurikulum sekolah. Langkah-
langkah pembelajaran tematik, antara lain membuat/memilih tema;
melakukan analisis indikator, kompetensi dasar dan hasil belajar yang sesuai
dengan tema dan membagi alokasi waktu; melakukan pemetaan hubungan
kompetensi dasar, indikator dengan tema; membuat pengelompokkan
jaringan indikator; melakukan penyusunan silabus; menyusun rencana
pembelajaran.
Terdapat 10 model pembelajaran terpadu yang ditinjau dari cara
memadukan konsep, keterampilan, topik dan unit tematisnya. Kesepuluh cara
atau model tersebut adalah: 1) model penggalan, 2) model keterhubungan, 3)
model sarang, 4) model urutan/rangkaian, 5) model bagian, 6) model jaring
laba-laba, 7) model galur, 8) model keterpaduan, 9) model celupan, dan 10)
model jaringan. Berdasarkan kesepuluh model di atas, yang paling umum
digunakan untuk pembelajaran PKn tematis yaitu model webbed, connected,
dan integrated.
B. Saran
Penggunaan model pembelajaran terpadu dalam pelajaran Pendidikan
Kewargenageraan di SD/MI disesuaikan dengan Kurikulum 2013 yang
berlaku kini. Penggunaan model pembelajaran terpadu ini dipercaya sebagai
pendekatan yang berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan siswa. Adanya variasi model pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu diharapkan mampu melatih keprofesionalan guru dalam mengajar
dan memberikan pemahaman pembelajaran yang bermakna dan tidak
membosankan bagi para siswa.
16
DAFTAR PUSTAKA
17