Oleh :
Kelompok 2
2014
1. Pendahuluan
Guru dan siswa bersepakat untuk membahas masalah “Kerajinan”. Tema ini dipilih karena
kerajinan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui
keterampilan tangan, kerajinan ini juga mengahasilkan hiasan atau benda seni maupun barang
pakai yang memiliki banyak kegunaan. Sebelum pembelajaran dimulai terlebih dahulu guru
menginfrormasikan kepada siswa bahwa pembelajaran akan dilakukan akan berbeda dengan
bentuk pembelajaran sebelumnya. Masalah tentang pekerjaan yang akan dipelajari memiliki
keterkaitan dengan berbagai bidang studi. Dalam kegiatan ini guru sudah mempersiapkan bahan-
bahan yang relevan seperti buku, majalah, bahan cetakan dan tempat-tempat yang diperlukan
untuk memperoleh sumber belajar sebagai kelengkapan pembelajaran.
2. Pelakasanaan
(Dalam tahap ini terjadi kontrak belajar untuk pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan seperti di
bawah ini).
)
Untuk memudahkan kegiatan ini perlu kita membuat kelompok atau berbagi tugas. Kelompok 1
dan kelompok II pergi ke tempat pengrajin gerabah. Kelompok 1 untuk melihat tentang bagaimana
proses pembuatan gerabah, kelompok II untuk mengetahui kendala-kendala dalam pembuatan
kerajinan gerabah. Kelompok III dan IV pergi ke perpustakaan kota untuk mencari buku-buku atau
referensi. Kelompok III mencari tentang jenis-jenis gerabah, kelompok IV mencari tentang kegunaan
gerabah. Kelompok V ke pusat industri pemasaran pengrajin gerabah untuk mengetahui bagaimana
pemasaran gerabah dan kelompok VI untuk mengetahui kendala dalam pemasaran kerajinan gerabah.
Pertemuan II
Guru : “Assalamualaikum Wr.Wb.”
Murid : “Waalaikum salam Wr.Wb.”
Guru : “Selamat pagi anak-anak? Keadaannya sehat-sehat? Ada yang tidak hadir pada ini?”
Murid : “Selamat pagi Bu Guru. Baik-baik dan sehat Bu!”
Guru : “Bagaimana pelaksanaan kerja yang telah direncanakan pad minggu lalu? Menyenangkan
atau menyulitkan? Hal apa yang sekirnya menyulitkan anak-anak?”
Murid : “ Tidak, Bu! Ada, Bu!”
Guru : ” Kalau ada, kesulitannya apa?
Murid : “ Untuk mendapat jenis-jenis kerajinan gerabah yang lengkap di mana Bu?
Guru : “ Anak-anak bisa bertanya kepada penjual kerajinan yang ada pada toko-toko.”
Murid : “ Iya . . . Bu. Iya Bu. Terimakasih Bu.”
Guru : “ Bagaimana dengan kelompok yang lain?”
Murid : “ Sedang saya susun datanya dan sedang kami perbaiki karena masih ada yang kurang.”
“Saya belum bisa ke lokasi Bu karena waktu itu hujan cukup deras.”
Guru : “ Baiklah, semoga anak-anak sehat dan jangan lupa selesaikan tugas kalian. Jika ada kesulitan
segera lapor kepada Bu guru. Teliti kembali jika selesai mengerjakan, karena tugas itu akan
dilaporkan dan di peragakandi depan kelas. Ada pertanyaan lagi anak-anak?”
Murid : “ Iya Bu!
“Tidak . . ., Bu!”
Pertemuan III
Guru : “Assalamualaikum Wr. Wb.
Murid : “Waalaikum salam Wr.Wb.
Guru : “Selamat pagi anak-anak? Apakah setiap kelompok untuk melaporkan hasil kerjanya? Seperti
rencana minggu yang lalu pada pertemuan ini kalian untuk melaporkan hasil kerja kalian.”
gg y g p p p j
Murid : “Sudah, Bu. Kami sudah selesai dan kami siap melaporkannya, Bu!”
Guru : “Baiklah, kalau begitu. Untuk tampil yang pertama adalah kelompok I dan nanti disusul oleh
kelompok berikutnya.
Kelompok I : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai bahan, alat dan proses pembuatan
kerajinan gerabah.
Jalannya diskusi:
Fida : Apa saja bahan dalam pembuatan gerabah? Bahan-bahan yang baik itu yang bagaimana
dalam proses pembuatan gerabah?
Selly : Bagaimana proses pengolahan bahan yang baik untuk pembuatan gerabah?
Risa : Alat apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan gerabah?
Vindi : Bagaimana cara pembentukan bentuk dalam proses pembuatan gerabah?
Faiq : Bagaimana proses pembuatan gerabah?
Kelompok II : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai kendala pembuatan gerabah.
Jalannya diskusi:
Wiwin : Mengapa pada saat proses penjemuran gerabah selalu menggunakan bantuna sinar
matahari?
Fida : Bagaimana mengeringkan gerabah pada saat musim penghujan?
Faiq : Bagimana jika gerabah di jemur lebih dari 2 hari? Apa dampaknya?
Risa : Apakah kesediaan lahan juga berpengaruh pada saat proses pembuatan gerabah?
Vindi : Apa kendala lainnya yang dapat menghambat produktivitas gerabah selain yang
disebutkan di atas?
Kelompok III : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai jenis-jenis kerajinan gerabah.
Jalannya diskusi:
Fida : Gerabah jenis apa yang biasanya dihasilkan didaerah Kasongan ?
Wiwin : Apakah ada daerah lain yang menghasilkan gerabah di Indonesia selain yang disebutkan
tadi?
Risa : Sejak kapan kerajinan gerabah di hasilkan di indonesia?
Selly : Apa jenis gerabah yang terkenal di dari daerah Lombok? Mengapa?
Faiq : Apa Ciri khas gerabah dari daerah Bayat?
Jalannya diskusi :
Wiwin : Apa yang dimaksud dengan fungsi estetik dekoratif?
Vindi : Apa fungsi Gerabah?
Risa : Apakah gerabah dapat digunakan untuk upacara adat?
Faiq : Biasanya untuk upacara apa saja?
Selly : Contoh gerabah yang memiliki fungsi pelestarian budaya?
Jalannya diskusi :
Selly : Bagaimana cara memasarkan barang yang dijual di sebuah tempat terpencil ?
Wiwin : Apa yang dimaksud dengan “manajemen pemasaran yang dijalankan bersifat tradisional,
fassive, sangat bergantung pada calon pembeli yang datang ke lokasi”?
Fida : Gerabah yang seperti apa yang nantinya akan dipasarkan ke manca Negara?
Vindy : Bagaimana dengan gerabah yang tidak berkualitas? Apa akan dibuang?
Risa : Bagaimana cara membedakan gerabah yang baik atau berkualitas dengan yang tidak baik?
Kelompok VI : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai kendala pemasaran kerajinan gerabah.
Jalannya diskusi :
Selly : Mengapa produk kerajinan gerabah sekarang sudah jarang diminati oleh orang-orang?
Faiq : Bagaimana cara membatasi kekuasaan para calo agar tidak semena-mena dalam
menentukan harga gerabah?
Vindi : Apakah keberadaan internet sekarang dirasa sudah mampu mempromosikan produk
gerabah di pasar lokal maupun pasar Internasional?
Fida : Upaya apa yang harus dilakukan agar pengrajin gerabah yang ada di desa bisa
memasukkan barangnya dengan harga sedikit lebih mahal dan dengan pembayaran dengan
cash atau tunai?
Wiwin : Apakah perbedaan ukuran dan bentuk pesanan gerabah yang tidak sama mempengaruhi
biaya transportasi?
3. Evaluasi : Menanyakan kepada setiap kelompok terhadap pemerolehan dara, pelaksanaan, dan
pengolahan data.
4. Refleksi : Pembelajran model nini sangat tepat ntuk mengaktifkan belajar siswa dalam
memperoleh pengalaman, pengetahuan dan keterampilan siswa secara positif. Karena dalam
kegiatan tersebut siswa mengalami secara langsung tentang apa yang direncanakan dan
dilaksanakannya sendiri. Model belajar di atas menunjukkan suatu aktivitas yang bermakna dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan seperti ini juga dapat dilaksanakan secara fleksibel dan juga dapat
disederhanakan sesuai dengan kemampuan siswa sebab pengalaman anak masih terbatas.
e. Butsir
f. Pisau pahat
g. Sudip
h. Tungku pembakaran
4. Cara pembuatan gerabah
a. Tahap persiapan
Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah :
1. Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur
2. Mempersiapkan bahan campurannya
3. Mempersiapkan alat pengolahan bahan.
b. Proses Pengolahan Bahan.
Proses pengolahan baku gerabah mengalami beberapa tahapan, diantaranya :
1. Tahap penggalian.
Tahap penggalian yaitu merupakan tahap awal dimana dilakukan penggalian tanah liat pada tempat
tertentu (seperti pada halaman pekarangan atau ladang tertentu) dengan menggunakan cangkul.
2. Tahap penjemuran.
Tahap penjemuran yaitu pada tahap ini tanah yang baru diambil dari tempat penggalian dikeringkan
dengan cara dijemur dibawah terik sinar matahari.
3. Tahap penumbukan
Tahap penumbukan yaitu pada tahap ini tanah yang telah kering dijemur tadi ditumbuk dengan alat
penumbuk agar gumpalan-gumpalan tanah hancur dan terbentuk butiran-butiran tanah lebih kecil.
4. Tahap penyaringan.
Tahap penyaringan yaitu pada tahap ini tanah yang telah ditumbuk tadi diayak dengan ayakan
sehingga diperoleh butiran-butiran tanah yang agak halus dan merata.
5. Tahap adonan.
Tahap adonan yaitu pada tahap ini tanah yang diperoleh dari hasil ayakan tadi dicampur dengan air
Tahap adonan yaitu pada tahap ini tanah yang diperoleh dari hasil ayakan tadi dicampur dengan air
secukupnya serta diulet sehingga tercipta adonan tanah plastis.
6. Tahap pengeraman.
Tahap pengeraman yaitu pada tahap ini tanah yang sudah berbentuk adonan dilakukan pengeraman
dengan menutup adonan tanah tadi dengan kain atau plastik dan mendiamkannya selama beberapa
hari ( 2 hari atau lebih) sehingga keadaan tanah semakin plastis dan mudah dibentuk.
c. Proses Pembentukan
Untuk membuat gerabah diperlukan suatu proses pembentukan. Proses pembentukan gerabah ada
beberapa macam.
1. Pembentukan dengan roda pemutar (penglilidan).
Pembentukan gerabah pada proses ini cara kerjanya diawali dengan menaburkan serbuk batu
padas terlebih dahulu pada permukaan roda pemutar (penglilidan), kemudian meletakan segumpal
adonan tanah liat pada bagian tengah permukaan roda pemutar yang telah ditaburi bubuk batu
padas. Selanjutnya tangan kanan memegang tanah dengan ibu jari diletakan ditengah-tengah untuk
menekan gumpalan tanah dari bagian dalam dinding ruang gerabah. Sedangkan jari-jari tangan yang
lain menekan dinding gerabah dari luar. Tangan kanan memegang tanah sambil memutar kearah
kanan, sedangkan tangan kiri memutar roda pemutar kearah yang berlawanan. Dengan demikian
terbentuklah benda-benda gerabah yang mempunyai diameter. Proses selanjutnya adalah
menghaluskan benda yang dibentuk dengan secarik kain basah. Kain basah ini ditempelkan pada
permukaan menggunakan tangan kanan. Teknik memutar roda pemutar sama dengan pada saat
teknik membentuk tadi. Setelah dihaluskan dilanjutkan dengan memotong pada bagian bawah benda
yang telah jadi dibentuk agar terpisah dari alat roda pemutar dengan menggunakan tali pemotong
(tali senar atau ijuk). Benda yang telah terpisah dari roda pemutar ditaruh pada tempat yang agak
teduh tanpa terkena sinar matahari langsung. Adapun benda-benda gerabah yang dihasilkan dari
proses ini adalah seperti, coblong, payuk pere, pane, dan sebagainya.
2. Pembentukan dengan roda pemutar dan teknik sambungan.
Pada proses pembentukan ini dilakukan dua tahapan pekerjaan yang terpisah yaitu tahap
pertama pembuatan bibir dan leher. selanjutnya tahap kedua yaitu pembuatan badan bagian
bawah yang kemudian disambung dengan leher dan bibir yang dibentuk tadi. Setelah kedua bagian
bawah yang kemudian disambung dengan leher dan bibir yang dibentuk tadi. Setelah kedua bagian
tersebut disambung dilakukan upaya meratakan, menghaluskan, dan memperbesar volume
dengan cara memukul-mukul dengan kayu pipih dan penyangga dari batu. Adapun benda-benda
yang dihasilkan dari teknik ini adalah periuk, dulang, senen, kekeb, dan pasepan.
3. Pembentukan dengan roda pemutar dan teknik tempel dan sambungan.
Pada proses ini diawali dengan membuat bagian dasar atau badan. Setelah bagian ini
terbentuk dan sudah agak padat barulah disambung dengan leher serta ditempel dengan carat
(lubang pancoran). Adapun jenis gerabah yang dibentuk dengan teknik ini seperti angglo, coblong,
kumbecarat, dan sebagainya.
d. Proses Pengeringan dan Pewarnaan
Proses pengeringan dalam pembuatan benda gerabah dilakukan dua tahap. Tahap
pertama pada saat benda baru selesai dibentuk dikeringkan dengan cara diangin-anginkan tanpa
terkena sinar matahari langsung, untuk menghindari keretakan akibat penyerapan dan
penguapan kadar air yang tidak merata. Setelah agak kering baru dilanjutkan dengan pengeringan
tahap kedua yaitu dengan menjemur gerabah mentah ini pada terik sinar matahari langsung,
sehingga keadaan badan gerabah benar-benar kering dan telah untuk siap dibakar.Proses
pewarnaan benda-benda gerabah diterapkan dengan melapisi permukaan badan gerabah yang
telah kering dengan cairan tanah pere. Cairan tanah pere ini akan menghasilkan warna merah
setalah dibakar.
e. Proses Pembakaran
Ada dua jenis tungku pembakaran yang digunakan.Pembakaran gerabah dilakukan dengan
menggunakan tungku lading, bahan bakar yang digunakan pada pembakaran dengan tungku
ladang ini adalah jerami, sekam, atau alang-alang yang telah usang. Cara menyusun barang pada
tempat pembakaran adalah terlebih dahulu dibuatkan tempat alas dari pecahan-pecahan periuk
dengan membentuk lingkaran atau segi empat. Kemudian diatas lingkaran atau segi empat dari
pecahan periuk ini benda-benda yang akan di bakar disusun dengan rapi. Setelah benda-benda
bakal gerabah tersusun rapi barulah ditutup dengan jerami atau alang-alang untuk siap dibakar.
Sedangkan menggunakan tungku Gerombong, bahan bakar yang dipergunakan adalah kayu bakar,
sekam, jerami, dan serabut kelapa. Kontruksi penyusunan barang pada tungku gerombong ini
adalah sebagai berikut; tungku yang besarnya kurang lebih satu meter persegi di dalamnya
adalah sebagai berikut; tungku yang besarnya kurang lebih satu meter persegi di dalamnya
dipersiapkan beberapa pembatas atau plat terbuat dari besi yang berfungsi sebagai alas tempat
benda-benda gerabah yang siap dibakar. Pada bagian atas gerombong ditutup dengan sekam yang
berfungsi untuk menahan panas, sehingga panas merata kebadan gerabah yang dibakar. Pada
bagian bawah gerombong terdapat lubang untuk meletakan kayu bakar yang dinyalakan. Sebelum
kayu bakar dinyalakan terlebih dahulu dilakukan proses pengasapan selama kurang lebih dua jam,
selanjutnya diteruskan dengan menyalakan kayu bakar selama kurang lebih satu setengah jam.
Pembakaran seperti ini mampu menghasilkan mutu gerabah yang lebih baik dari tungku ladang.
f. Tahap Finishing
Finishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah proses pembakaran.
Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara misalnya memulas dengan cat warna,
melukis, menempel atau menganyam dengan bahan lain, dan lain-lain.
A. Pertanyaan panduan :
1. Apa sajakah jenis-jenis kerajinan gerabah?
B. Tujuan :
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kerajinan gerabah?
C. Prosedur :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan : Studi pustaka dan Wawancara dengan penjual kerajinan gerabah
3. Sumber bahan : literatur, buku, majalah atau artikel yang berkaitan dengan gerabah
4. Evaluasi :
a. Evaluasi proses
b. Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.
Gerabah ini dapat digunakan sebagai fas bunga yang dapat diletakkan diatas meja tamu kita agar
terlihat lebih cantik dan menarik.
Gerabah yang berbentuk kendi untuk menyimpan air putih, supaya air tersebut lebih terasa segar.
Piring yang terbuat dari tanah liat biasanya dipakai untuk alas makan supaya terasa lebih sedap dan
nikmat.
Gerabah ini untuk menanam bunga yang bisa diletakkan pada bagian depan rumah kita.
Tempat buah ini berbentuk daun pisang, bentuknya yang unik ini bila kita letakkan buah diatasnya
maka akan terlihat lebih cantik.
A. Pertanyaan Panduan
1. Bagaimana teknik pemasaran gerabah?
B. Tujuan
j
1. Untuk mengetahui bagaimana teknik pemasaran gerabah
C. Prosedur
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan, cara yang dilakukan:
Wawancara dengan pengusaha pengrajin gerabah
3. Sumber bahan
a. Wawancara
4. Evaluasi
a. Evaluasi proses
b. Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.
Penjualan hasil produksi gerabah di daerah ini menyasar konsumen baik perorangan maupun
konsumen yang bersifat institusional (lembaga pemerintah dan swasta;hotel). Secara khusus
pembelian yang dilakukan melalui manajemen hotel mematok harga berdasarkan ukuran gerabah
yang dibutuhkan. Biasanya dalam jumlah besar.
Dalam bentuk yang lain, penjualan dapat pula terjadi dengan melalui agen, ada juga yang dijual ke
pedagang.Pada tingkatan ini gerabah dalam jumlah yang relative besar ini akan dipasarkan ke pelosok
daerah, kota, dan bahkan ada yang dibawah ke mancanegara.Walaupun demikian bentuk transaksi ini
sifatnya temporer dan berselang cukup lama.
Gerabah yang dipasarkan haruslah gerabah yang berkualitas, agar nantinya para konsumen tidak
kecewa dan tetap membeli gerabah yang diproduksi di tempat itu.
A. Pertanyaan Panduan
1. Apa saja kendala dalam pemasaran gerabah?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kendala pemasaran gerabah
C. Prosedur
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan, cara yang dilakukan:
Studi pustaka, wawancara dengan pengusaha pengrajin gerabah.
3. Sumber bahan
a. Wawancara
b. Artikel atau majalah yang berkaitan dengan pemasaran gerabag.
4. Evaluasi
a. Evaluasi proses
b. Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.
2. Salah satu faktor pemasaran gerabah yang tersendat-sendat yaitu jarang pembeli. Kini
sebagaimana nasib barang dan berbagai perabot rumah tangga tradisional lainnya, gerabah
memang sudah beralih fungsi utamanya. Dulu ketika industri barang dan perabot rumah tangga
yang berbahan baku dari plastik, aluminium dan keramik belum merajalela dengan harga yang
sangat murah, gerabah seperti payuk, jun, caratan, dulang, kekeb dan lain sebagainya,
merupakan perabotan utama dalam setiap rumah sehingga penjualannya selalu lancar. Ini juga
menjadi alasan utama kenapa sebagian warga masyarakat hanya menekuni pekerjaan membuat
gerabah dan tidak sempat belajar keterampilan lain. Tahun 1960—1975 perabotan dari gerabah
digunakan menanak nasi, tempat air dan lainnya.
3. Kendala pemasaran lainnya yaitu harga gerabah yang sangat murah. Mengenai harga yang
murah ini, menurut penuturan para pengrajin gerabah penyebabnya cukup beragam.
Banyaknya jumlah pengrajin membuat persaingan sangat ketat sehingga mereka juga harus
berani menurunkan harga gerabah agar pembeli tidak berpindah ke tempat lain. Namun dari
semua persoalan harga yang dihadapi para pengrajin, satu hal yang paling krusial adalah
kekuasaan para calo untuk menentukan harga gerabah itu sendiri. Para calo tersebut tiada lain
kekuasaan para calo untuk menentukan harga gerabah itu sendiri. Para calo tersebut tiada lain
adalah para penampung sekaligus pedagang hasil kerajinan gerabah, baik yang ada di desa
maupun di pasar.
4. Kendala lain yaitu biasanya pengrajin gerabah menjual gerabahnya setengah jadi dengan harga
yang sangat murah, itupun pembayarannya tidak cash, atau bisa dikatakan dengan sistem di
hutang. Maka dengan kondisi inilah kelompok pasar seni dibangun dengan harapan semua
pengrajin gerabah yang ada di desa bisa memasukkan barangnya dengan harga sedikit lebih
mahal dan dengan pembayaran dengan cash atau tunai.
6. Pemasaran gerabah sangat bergantung kondisi negara pembeli. Saat ini 80 persen produk
gerabah koperasi itu di ekspor ke luar negeri.
7. Kurangnya koneksi (hubungan) dengan teman atau pihak-pihak tertentu yang dapat membantu
kemudahan pemasaran hasil produksi gerabah.
8. Pemerintah daerah yang tidak begitu serius melakukan pembinaan dan pengembangan usaha
kerajinan gerabah, bahkan kurang dipromosikan ke luar daerah sehingga keberadaannya biasa-
biasa saja, dan hanya cukup menyambung hidup seadanya bagi setiap keluarga pengrajin
gerabah.
9. Di desa untuk memasarkan hasil produksi ke kota tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan
para pengrajin gerabah, sehingga ancaman terhentinya produksi gerabah di desa tersebut makin
terbuka.
10. Minimnya keikutsertaan pengrajin gerabah dalam mengikuti kegiatan pameran. Padahal
kecenderungannya saat ini, pasar lebih suka datang ke satu tempat seperti ke sebuah pameran
dan disana mereka mendapatkan berbagai jenis barang sekaligus. Dengan mengikuti kegiatan
pameran, usaha mereka bisa tetap eksis. Setahun minimal seorang pengrajin gerabah harus
mengikuti tiga pameran wajib seperti PPE, IFFINA, dan INACRAFT untuk ajang promosi.
S hi gg d g d it l h d l k l i t i lb k l
Sehingga dengan adanya pameran-pameran itulah order lokal maupun internasional berskala
besar dapat diraih.
11. Kurang berupaya memperkenalkan produksi gerabah melalui website. Sehingga dapat
dikatakan masih terlalu pasif, masih menunggu permintaan konsumen melalui email. Jadi
kehadiran internet belum cukup membantu. Kendala yang dihadapi bukanlah kesulitan
mendapatkan akses internet, tetapi masalah bahasa. Dahulu buyer (pembeli) datang langsung,
meskipun bahasanya campuran (antara bahasa jawa dan Indonesia) tetapi bisa dimengerti.
Sekarang ketika mengikuti kegiatan pameran hanya bertemu 1-2 jam, sehingga selanjutnya
kontak melalui email. Jadi, mau tidak mau kemampuan bahasanya dituntut harus baik.
12. Perbedaan ukuran dan bentuk gerabah pesanan yang tidak sama juga mempengaruhi
packaging masuk ke dalam kontainer. Jika barang pesanan berukuran besar, jumlah yang masuk
ke dalam kontainer otomatis akan berkurang. Misalnya standartnya bisa mengangkut 1.200 unit
barang, bila dimasukkan barang-barang besar berkurang bisa berubah menjadi 800 unit saja.
Otomatis biaya transportasinya menjadi mahal padahal harganya sama.
13. Masalah ukuran gerabah yang tidak tepat. Untuk pasar Internasional bukan hanya karena
permintaannya demikian tetapi juga berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengirim
barang. Dari segi ketelitian, pasar Internasional biasanya hanya memberi toleransi ukuran
melesat sebesar 2 cm saja. Jika ukuran gerabah meleset hingga 5 cm maka pesanan gerabah
tersebut langsung di reject atau dibatalkan.
14. Belum mampu menciptakan trend sendiri dan mempertimbangakan selera atau kemauan
pasar. Selain menyukai produk eksterior, pasar lokal pun menyukai warna yang mencolok.
Sehingga jika dibawa ke Jakarta, produk-produk gerabah yang seperti itu akan habis terjual. Hal
itu bertolak belakang dengan pasar Internasional yang lebih menyukai warna-warna lembut dan
minim dekorasi.
Tema : Kerajinan
Sub Tema : Gerabah
Kelas : VI (Enam)
Pertemuan : 3 x Pertemuan
1. Pendahuluan
Guru dan siswa bersepakat untuk membahas masalah “Kerajinan”. Tema ini dipilih karena
kerajinan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui
keterampilan tangan, kerajinan ini juga mengahasilkan hiasan atau benda seni maupun barang
pakai yang memiliki banyak kegunaan. Sebelum pembelajaran dimulai terlebih dahulu guru
menginfrormasikan kepada siswa bahwa pembelajaran akan dilakukan akan berbeda dengan
bentuk pembelajaran sebelumnya. Masalah tentang pekerjaan yang akan dipelajari memiliki
keterkaitan dengan berbagai bidang studi. Dalam kegiatan ini guru sudah mempersiapkan bahan-
bahan yang relevan seperti buku, majalah, bahan cetakan dan tempat-tempat yang diperlukan
untuk memperoleh sumber belajar sebagai kelengkapan pembelajaran.
Guru : “Wah, tampaknya anak-anak banyak yang setuju jika gerabah sebagai topik pembalajaran
ini. Mengapa kalian setuju?”
Murid : ”Gerabah itu antik, motifnya dan bentuknya menarik, untuk koleksi, banyak kegunaanya
dan banyak dipakai oleh masyarakat indonesia.
Guru : ”Baiklah anak-anak jika kalian setuju dengan topik ini marilah kita sepakati pembelajaran
terpadu kali ini dengan topik “Gerabah”. Untuk sub tema yang akan kita pelajari adalah (1)
Bahan, alat dan proses pembuatan kerajinan gerabah, (2) kendala pembuatan gerabah, (3)
jenis-jenis kerajinan gerabah, (4) kegunaan kerajinan gerabah, (5) pemasaran kerajinan
gerabah, (6) kendala pemasaran kerajinan gerabah.
Agar kalian mudah memperoleh informasi tentang kerajinan gerabah, anak-anak dapat
mengunjungi sentra-sentra industri pengrajin gerabah yang terdekat sekitar rumah kalian.
2. Pelakasanaan
(Dalam tahap ini terjadi kontrak belajar untuk pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan seperti di
bawah ini).
Untuk memudahkan kegiatan ini perlu kita membuat kelompok atau berbagi tugas. Kelompok 1
dan kelompok II pergi ke tempat pengrajin gerabah. Kelompok 1 untuk melihat tentang bagaimana
proses pembuatan gerabah, kelompok II untuk mengetahui kendala-kendala dalam pembuatan
kerajinan gerabah. Kelompok III dan IV pergi ke perpustakaan kota untuk mencari buku-buku atau
referensi. Kelompok III mencari tentang jenis-jenis gerabah, kelompok IV mencari tentang kegunaan
gerabah. Kelompok V ke pusat industri pemasaran pengrajin gerabah untuk mengetahui bagaimana
pemasaran gerabah dan kelompok VI untuk mengetahui kendala dalam pemasaran kerajinan gerabah.
Pertemuan III
Guru : “Assalamualaikum Wr. Wb.
Murid : “Waalaikum salam Wr.Wb.
Guru : “Selamat pagi anak-anak? Apakah setiap kelompok untuk melaporkan hasil kerjanya? Seperti
p g p p p p j y p
rencana minggu yang lalu pada pertemuan ini kalian untuk melaporkan hasil kerja kalian.”
Murid : “Sudah, Bu. Kami sudah selesai dan kami siap melaporkannya, Bu!”
Guru : “Baiklah, kalau begitu. Untuk tampil yang pertama adalah kelompok I dan nanti disusul oleh
kelompok berikutnya.
Kelompok I : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai bahan, alat dan proses pembuatan
kerajinan gerabah.
Jalannya diskusi:
Fida : Apa saja bahan dalam pembuatan gerabah? Bahan-bahan yang baik itu yang bagaimana
dalam proses pembuatan gerabah?
Selly : Bagaimana proses pengolahan bahan yang baik untuk pembuatan gerabah?
Risa : Alat apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan gerabah?
Vindi : Bagaimana cara pembentukan bentuk dalam proses pembuatan gerabah?
Faiq : Bagaimana proses pembuatan gerabah?
Kelompok II : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai kendala pembuatan gerabah.
Jalannya diskusi:
Wiwin : Mengapa pada saat proses penjemuran gerabah selalu menggunakan bantuna sinar
matahari?
Fida : Bagaimana mengeringkan gerabah pada saat musim penghujan?
Faiq : Bagimana jika gerabah di jemur lebih dari 2 hari? Apa dampaknya?
Risa : Apakah kesediaan lahan juga berpengaruh pada saat proses pembuatan gerabah?
Vindi : Apa kendala lainnya yang dapat menghambat produktivitas gerabah selain yang
disebutkan di atas?
Kelompok III : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai jenis-jenis kerajinan gerabah.
Jalannya diskusi:
Fida : Gerabah jenis apa yang biasanya dihasilkan didaerah Kasongan ?
Wiwin : Apakah ada daerah lain yang menghasilkan gerabah di Indonesia selain yang disebutkan
tadi?
Risa : Sejak kapan kerajinan gerabah di hasilkan di indonesia?
Selly : Apa jenis gerabah yang terkenal di dari daerah Lombok? Mengapa?
Faiq : Apa Ciri khas gerabah dari daerah Bayat?
Jalannya diskusi :
Wiwin : Apa yang dimaksud dengan fungsi estetik dekoratif?
Vindi : Apa fungsi Gerabah?
Risa : Apakah gerabah dapat digunakan untuk upacara adat?
Faiq : Biasanya untuk upacara apa saja?
Selly : Contoh gerabah yang memiliki fungsi pelestarian budaya?
Jalannya diskusi :
Selly : Bagaimana cara memasarkan barang yang dijual di sebuah tempat terpencil ?
Wiwin : Apa yang dimaksud dengan “manajemen pemasaran yang dijalankan bersifat tradisional,
fassive, sangat bergantung pada calon pembeli yang datang ke lokasi”?
Fida : Gerabah yang seperti apa yang nantinya akan dipasarkan ke manca Negara?
Vindy : Bagaimana dengan gerabah yang tidak berkualitas? Apa akan dibuang?
Risa : Bagaimana cara membedakan gerabah yang baik atau berkualitas dengan yang tidak baik?
Kelompok VI : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai kendala pemasaran kerajinan gerabah.
Jalannya diskusi :
Selly : Mengapa produk kerajinan gerabah sekarang sudah jarang diminati oleh orang-orang?
Faiq : Bagaimana cara membatasi kekuasaan para calo agar tidak semena-mena dalam
menentukan harga gerabah?
Vindi : Apakah keberadaan internet sekarang dirasa sudah mampu mempromosikan produk
gerabah di pasar lokal maupun pasar Internasional?
Fida : Upaya apa yang harus dilakukan agar pengrajin gerabah yang ada di desa bisa
memasukkan barangnya dengan harga sedikit lebih mahal dan dengan pembayaran dengan
cash atau tunai?
Wiwin : Apakah perbedaan ukuran dan bentuk pesanan gerabah yang tidak sama mempengaruhi
biaya transportasi?
3. Evaluasi : Menanyakan kepada setiap kelompok terhadap pemerolehan dara, pelaksanaan, dan
pengolahan data.
4. Refleksi : Pembelajran model nini sangat tepat ntuk mengaktifkan belajar siswa dalam
memperoleh pengalaman, pengetahuan dan keterampilan siswa secara positif. Karena dalam
kegiatan tersebut siswa mengalami secara langsung tentang apa yang direncanakan dan
dilaksanakannya sendiri. Model belajar di atas menunjukkan suatu aktivitas yang bermakna dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan seperti ini juga dapat dilaksanakan secara fleksibel dan juga dapat
disederhanakan sesuai dengan kemampuan siswa sebab pengalaman anak masih terbatas.
e. Butsir
f. Pisau pahat
g. Sudip
h. Tungku pembakaran
4. Cara pembuatan gerabah
a. Tahap persiapan
Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah :
1. Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur
2. Mempersiapkan bahan campurannya
3. Mempersiapkan alat pengolahan bahan.
b. Proses Pengolahan Bahan.
Proses pengolahan baku gerabah mengalami beberapa tahapan, diantaranya :
1. Tahap penggalian.
Tahap penggalian yaitu merupakan tahap awal dimana dilakukan penggalian tanah liat pada tempat
tertentu (seperti pada halaman pekarangan atau ladang tertentu) dengan menggunakan cangkul.
2. Tahap penjemuran.
Tahap penjemuran yaitu pada tahap ini tanah yang baru diambil dari tempat penggalian dikeringkan
dengan cara dijemur dibawah terik sinar matahari.
3. Tahap penumbukan
Tahap penumbukan yaitu pada tahap ini tanah yang telah kering dijemur tadi ditumbuk dengan alat
penumbuk agar gumpalan-gumpalan tanah hancur dan terbentuk butiran-butiran tanah lebih kecil.
4. Tahap penyaringan.
Tahap penyaringan yaitu pada tahap ini tanah yang telah ditumbuk tadi diayak dengan ayakan
sehingga diperoleh butiran-butiran tanah yang agak halus dan merata.
5. Tahap adonan.
Tahap adonan yaitu pada tahap ini tanah yang diperoleh dari hasil ayakan tadi dicampur dengan air
Tahap adonan yaitu pada tahap ini tanah yang diperoleh dari hasil ayakan tadi dicampur dengan air
secukupnya serta diulet sehingga tercipta adonan tanah plastis.
6. Tahap pengeraman.
Tahap pengeraman yaitu pada tahap ini tanah yang sudah berbentuk adonan dilakukan pengeraman
dengan menutup adonan tanah tadi dengan kain atau plastik dan mendiamkannya selama beberapa
hari ( 2 hari atau lebih) sehingga keadaan tanah semakin plastis dan mudah dibentuk.
c. Proses Pembentukan
Untuk membuat gerabah diperlukan suatu proses pembentukan. Proses pembentukan gerabah ada
beberapa macam.
1. Pembentukan dengan roda pemutar (penglilidan).
Pembentukan gerabah pada proses ini cara kerjanya diawali dengan menaburkan serbuk batu
padas terlebih dahulu pada permukaan roda pemutar (penglilidan), kemudian meletakan segumpal
adonan tanah liat pada bagian tengah permukaan roda pemutar yang telah ditaburi bubuk batu
padas. Selanjutnya tangan kanan memegang tanah dengan ibu jari diletakan ditengah-tengah untuk
menekan gumpalan tanah dari bagian dalam dinding ruang gerabah. Sedangkan jari-jari tangan yang
lain menekan dinding gerabah dari luar. Tangan kanan memegang tanah sambil memutar kearah
kanan, sedangkan tangan kiri memutar roda pemutar kearah yang berlawanan. Dengan demikian
terbentuklah benda-benda gerabah yang mempunyai diameter. Proses selanjutnya adalah
menghaluskan benda yang dibentuk dengan secarik kain basah. Kain basah ini ditempelkan pada
permukaan menggunakan tangan kanan. Teknik memutar roda pemutar sama dengan pada saat
teknik membentuk tadi. Setelah dihaluskan dilanjutkan dengan memotong pada bagian bawah benda
yang telah jadi dibentuk agar terpisah dari alat roda pemutar dengan menggunakan tali pemotong
(tali senar atau ijuk). Benda yang telah terpisah dari roda pemutar ditaruh pada tempat yang agak
teduh tanpa terkena sinar matahari langsung. Adapun benda-benda gerabah yang dihasilkan dari
proses ini adalah seperti, coblong, payuk pere, pane, dan sebagainya.
2. Pembentukan dengan roda pemutar dan teknik sambungan.
Pada proses pembentukan ini dilakukan dua tahapan pekerjaan yang terpisah yaitu tahap
pertama pembuatan bibir dan leher. selanjutnya tahap kedua yaitu pembuatan badan bagian
bawah yang kemudian disambung dengan leher dan bibir yang dibentuk tadi. Setelah kedua bagian
bawah yang kemudian disambung dengan leher dan bibir yang dibentuk tadi. Setelah kedua bagian
tersebut disambung dilakukan upaya meratakan, menghaluskan, dan memperbesar volume
dengan cara memukul-mukul dengan kayu pipih dan penyangga dari batu. Adapun benda-benda
yang dihasilkan dari teknik ini adalah periuk, dulang, senen, kekeb, dan pasepan.
3. Pembentukan dengan roda pemutar dan teknik tempel dan sambungan.
Pada proses ini diawali dengan membuat bagian dasar atau badan. Setelah bagian ini
terbentuk dan sudah agak padat barulah disambung dengan leher serta ditempel dengan carat
(lubang pancoran). Adapun jenis gerabah yang dibentuk dengan teknik ini seperti angglo, coblong,
kumbecarat, dan sebagainya.
d. Proses Pengeringan dan Pewarnaan
Proses pengeringan dalam pembuatan benda gerabah dilakukan dua tahap. Tahap
pertama pada saat benda baru selesai dibentuk dikeringkan dengan cara diangin-anginkan tanpa
terkena sinar matahari langsung, untuk menghindari keretakan akibat penyerapan dan
penguapan kadar air yang tidak merata. Setelah agak kering baru dilanjutkan dengan pengeringan
tahap kedua yaitu dengan menjemur gerabah mentah ini pada terik sinar matahari langsung,
sehingga keadaan badan gerabah benar-benar kering dan telah untuk siap dibakar.Proses
pewarnaan benda-benda gerabah diterapkan dengan melapisi permukaan badan gerabah yang
telah kering dengan cairan tanah pere. Cairan tanah pere ini akan menghasilkan warna merah
setalah dibakar.
e. Proses Pembakaran
Ada dua jenis tungku pembakaran yang digunakan.Pembakaran gerabah dilakukan dengan
menggunakan tungku lading, bahan bakar yang digunakan pada pembakaran dengan tungku
ladang ini adalah jerami, sekam, atau alang-alang yang telah usang. Cara menyusun barang pada
tempat pembakaran adalah terlebih dahulu dibuatkan tempat alas dari pecahan-pecahan periuk
dengan membentuk lingkaran atau segi empat. Kemudian diatas lingkaran atau segi empat dari
pecahan periuk ini benda-benda yang akan di bakar disusun dengan rapi. Setelah benda-benda
bakal gerabah tersusun rapi barulah ditutup dengan jerami atau alang-alang untuk siap dibakar.
Sedangkan menggunakan tungku Gerombong, bahan bakar yang dipergunakan adalah kayu bakar,
sekam, jerami, dan serabut kelapa. Kontruksi penyusunan barang pada tungku gerombong ini
adalah sebagai berikut; tungku yang besarnya kurang lebih satu meter persegi di dalamnya
adalah sebagai berikut; tungku yang besarnya kurang lebih satu meter persegi di dalamnya
dipersiapkan beberapa pembatas atau plat terbuat dari besi yang berfungsi sebagai alas tempat
benda-benda gerabah yang siap dibakar. Pada bagian atas gerombong ditutup dengan sekam yang
berfungsi untuk menahan panas, sehingga panas merata kebadan gerabah yang dibakar. Pada
bagian bawah gerombong terdapat lubang untuk meletakan kayu bakar yang dinyalakan. Sebelum
kayu bakar dinyalakan terlebih dahulu dilakukan proses pengasapan selama kurang lebih dua jam,
selanjutnya diteruskan dengan menyalakan kayu bakar selama kurang lebih satu setengah jam.
Pembakaran seperti ini mampu menghasilkan mutu gerabah yang lebih baik dari tungku ladang.
f. Tahap Finishing
Finishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah proses pembakaran.
Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara misalnya memulas dengan cat warna,
melukis, menempel atau menganyam dengan bahan lain, dan lain-lain.
A. Pertanyaan panduan :
1. Apa sajakah jenis-jenis kerajinan gerabah?
B. Tujuan :
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kerajinan gerabah?
C. Prosedur :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan : Studi pustaka dan Wawancara dengan penjual kerajinan gerabah
3. Sumber bahan : literatur, buku, majalah atau artikel yang berkaitan dengan gerabah
4. Evaluasi :
a. Evaluasi proses
b. Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.
Gerabah ini dapat digunakan sebagai fas bunga yang dapat diletakkan diatas meja tamu kita agar
terlihat lebih cantik dan menarik.
Gerabah yang berbentuk kendi untuk menyimpan air putih, supaya air tersebut lebih terasa segar.
Piring yang terbuat dari tanah liat biasanya dipakai untuk alas makan supaya terasa lebih sedap dan
nikmat.
Gerabah ini untuk menanam bunga yang bisa diletakkan pada bagian depan rumah kita.
Tempat buah ini berbentuk daun pisang, bentuknya yang unik ini bila kita letakkan buah diatasnya
maka akan terlihat lebih cantik.
A. Pertanyaan Panduan
1. Bagaimana teknik pemasaran gerabah?
B. Tujuan
j
1. Untuk mengetahui bagaimana teknik pemasaran gerabah
C. Prosedur
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan, cara yang dilakukan:
Wawancara dengan pengusaha pengrajin gerabah
3. Sumber bahan
a. Wawancara
4. Evaluasi
a. Evaluasi proses
b. Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.
Penjualan hasil produksi gerabah di daerah ini menyasar konsumen baik perorangan maupun
konsumen yang bersifat institusional (lembaga pemerintah dan swasta;hotel). Secara khusus
pembelian yang dilakukan melalui manajemen hotel mematok harga berdasarkan ukuran gerabah
yang dibutuhkan. Biasanya dalam jumlah besar.
Dalam bentuk yang lain, penjualan dapat pula terjadi dengan melalui agen, ada juga yang dijual ke
pedagang.Pada tingkatan ini gerabah dalam jumlah yang relative besar ini akan dipasarkan ke pelosok
daerah, kota, dan bahkan ada yang dibawah ke mancanegara.Walaupun demikian bentuk transaksi ini
sifatnya temporer dan berselang cukup lama.
Gerabah yang dipasarkan haruslah gerabah yang berkualitas, agar nantinya para konsumen tidak
kecewa dan tetap membeli gerabah yang diproduksi di tempat itu.
A. Pertanyaan Panduan
1. Apa saja kendala dalam pemasaran gerabah?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kendala pemasaran gerabah
C. Prosedur
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan, cara yang dilakukan:
Studi pustaka, wawancara dengan pengusaha pengrajin gerabah.
3. Sumber bahan
a. Wawancara
b. Artikel atau majalah yang berkaitan dengan pemasaran gerabag.
4. Evaluasi
a. Evaluasi proses
b. Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.
2. Salah satu faktor pemasaran gerabah yang tersendat-sendat yaitu jarang pembeli. Kini
sebagaimana nasib barang dan berbagai perabot rumah tangga tradisional lainnya, gerabah
memang sudah beralih fungsi utamanya. Dulu ketika industri barang dan perabot rumah tangga
yang berbahan baku dari plastik, aluminium dan keramik belum merajalela dengan harga yang
sangat murah, gerabah seperti payuk, jun, caratan, dulang, kekeb dan lain sebagainya,
merupakan perabotan utama dalam setiap rumah sehingga penjualannya selalu lancar. Ini juga
menjadi alasan utama kenapa sebagian warga masyarakat hanya menekuni pekerjaan membuat
gerabah dan tidak sempat belajar keterampilan lain. Tahun 1960—1975 perabotan dari gerabah
digunakan menanak nasi, tempat air dan lainnya.
3. Kendala pemasaran lainnya yaitu harga gerabah yang sangat murah. Mengenai harga yang
murah ini, menurut penuturan para pengrajin gerabah penyebabnya cukup beragam.
Banyaknya jumlah pengrajin membuat persaingan sangat ketat sehingga mereka juga harus
berani menurunkan harga gerabah agar pembeli tidak berpindah ke tempat lain. Namun dari
semua persoalan harga yang dihadapi para pengrajin, satu hal yang paling krusial adalah
kekuasaan para calo untuk menentukan harga gerabah itu sendiri. Para calo tersebut tiada lain
kekuasaan para calo untuk menentukan harga gerabah itu sendiri. Para calo tersebut tiada lain
adalah para penampung sekaligus pedagang hasil kerajinan gerabah, baik yang ada di desa
maupun di pasar.
4. Kendala lain yaitu biasanya pengrajin gerabah menjual gerabahnya setengah jadi dengan harga
yang sangat murah, itupun pembayarannya tidak cash, atau bisa dikatakan dengan sistem di
hutang. Maka dengan kondisi inilah kelompok pasar seni dibangun dengan harapan semua
pengrajin gerabah yang ada di desa bisa memasukkan barangnya dengan harga sedikit lebih
mahal dan dengan pembayaran dengan cash atau tunai.
6. Pemasaran gerabah sangat bergantung kondisi negara pembeli. Saat ini 80 persen produk
gerabah koperasi itu di ekspor ke luar negeri.
7. Kurangnya koneksi (hubungan) dengan teman atau pihak-pihak tertentu yang dapat membantu
kemudahan pemasaran hasil produksi gerabah.
8. Pemerintah daerah yang tidak begitu serius melakukan pembinaan dan pengembangan usaha
kerajinan gerabah, bahkan kurang dipromosikan ke luar daerah sehingga keberadaannya biasa-
biasa saja, dan hanya cukup menyambung hidup seadanya bagi setiap keluarga pengrajin
gerabah.
9. Di desa untuk memasarkan hasil produksi ke kota tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan
para pengrajin gerabah, sehingga ancaman terhentinya produksi gerabah di desa tersebut makin
terbuka.
10. Minimnya keikutsertaan pengrajin gerabah dalam mengikuti kegiatan pameran. Padahal
kecenderungannya saat ini, pasar lebih suka datang ke satu tempat seperti ke sebuah pameran
dan disana mereka mendapatkan berbagai jenis barang sekaligus. Dengan mengikuti kegiatan
pameran, usaha mereka bisa tetap eksis. Setahun minimal seorang pengrajin gerabah harus
mengikuti tiga pameran wajib seperti PPE, IFFINA, dan INACRAFT untuk ajang promosi.
S hi gg d g d it l h d l k l i t i lb k l
Sehingga dengan adanya pameran-pameran itulah order lokal maupun internasional berskala
besar dapat diraih.
11. Kurang berupaya memperkenalkan produksi gerabah melalui website. Sehingga dapat
dikatakan masih terlalu pasif, masih menunggu permintaan konsumen melalui email. Jadi
kehadiran internet belum cukup membantu. Kendala yang dihadapi bukanlah kesulitan
mendapatkan akses internet, tetapi masalah bahasa. Dahulu buyer (pembeli) datang langsung,
meskipun bahasanya campuran (antara bahasa jawa dan Indonesia) tetapi bisa dimengerti.
Sekarang ketika mengikuti kegiatan pameran hanya bertemu 1-2 jam, sehingga selanjutnya
kontak melalui email. Jadi, mau tidak mau kemampuan bahasanya dituntut harus baik.
12. Perbedaan ukuran dan bentuk gerabah pesanan yang tidak sama juga mempengaruhi
packaging masuk ke dalam kontainer. Jika barang pesanan berukuran besar, jumlah yang masuk
ke dalam kontainer otomatis akan berkurang. Misalnya standartnya bisa mengangkut 1.200 unit
barang, bila dimasukkan barang-barang besar berkurang bisa berubah menjadi 800 unit saja.
Otomatis biaya transportasinya menjadi mahal padahal harganya sama.
13. Masalah ukuran gerabah yang tidak tepat. Untuk pasar Internasional bukan hanya karena
permintaannya demikian tetapi juga berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengirim
barang. Dari segi ketelitian, pasar Internasional biasanya hanya memberi toleransi ukuran
melesat sebesar 2 cm saja. Jika ukuran gerabah meleset hingga 5 cm maka pesanan gerabah
tersebut langsung di reject atau dibatalkan.
14. Belum mampu menciptakan trend sendiri dan mempertimbangakan selera atau kemauan
pasar. Selain menyukai produk eksterior, pasar lokal pun menyukai warna yang mencolok.
Sehingga jika dibawa ke Jakarta, produk-produk gerabah yang seperti itu akan habis terjual. Hal
itu bertolak belakang dengan pasar Internasional yang lebih menyukai warna-warna lembut dan
minim dekorasi.
Masukkan komentar Anda...
Kelompok 5 Zahrotul Mufidah Ali (120210204058) Fitria (120210204068) Dyah Aini Purbarani (120210204074)
Menimbang Aneka Ragam Organisasi Profesi Keguruan Seorang guru dituntut untuk dapat melakukan perubahan dan
perkembangan yang mengikuti budaya dan teknologi masa kini agar guru tersebut tidak terkesan kaku dan ketinggalan …
BACA SELENGKAPNYA
jurnal 2
April 28, 2014
Name : Fitria Nim : 120210204068 Class : B Journal 2 In the first meeting, on 12 march 2014. In my class we our
continuing our discussion for second group we talk about “Changging lifestyle and new eating habits”. There are some
co t u g ou d scuss o o seco d g oup e ta about C a gg g esty e a d e eat g ab ts . e e a e so e
members from the second group read that paragraph. In the topic, it explains the differences of lifestyle in my country. …
BACA SELENGKAPNYA
UNKNOWN
KUNJUNGI PROFIL
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan