Anda di halaman 1dari 55

Tulisan lama

Skenario Pembelajaran Terpadu


April 28, 2014

SKENARIO PEMBELAJARAN TERPADU

disusun guna memenuhi tugas


Matakuliah Pembelajaran Terpadu kelas A

Oleh :
Kelompok 2

                           Wiwin Sholikhah             (120210204017)


                           Vindi Amelyana Putri       (120210204019)
                        Zahrotul Mufidah Ali       (120210204058)
                             Fitria                             (120210204068)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
J
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER

2014

SKENARIO PEMBELAJARAN TERPADU


Tema               : Kerajinan
Sub Tema        : Gerabah
Kelas               : VI (Enam)
Pertemuan       : 3 x Pertemuan

1.      Pendahuluan
Guru dan siswa bersepakat untuk membahas masalah “Kerajinan”. Tema ini dipilih karena
kerajinan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui
keterampilan tangan, kerajinan ini juga mengahasilkan hiasan atau benda seni maupun barang
pakai yang memiliki banyak kegunaan. Sebelum pembelajaran dimulai terlebih dahulu guru
menginfrormasikan kepada siswa bahwa pembelajaran akan dilakukan akan berbeda dengan
bentuk pembelajaran sebelumnya. Masalah tentang pekerjaan yang akan dipelajari memiliki
keterkaitan dengan berbagai bidang studi. Dalam kegiatan ini guru sudah mempersiapkan bahan-
bahan yang relevan seperti buku, majalah, bahan cetakan dan tempat-tempat yang diperlukan
untuk memperoleh sumber belajar sebagai kelengkapan pembelajaran.

Bentuk pembelajaran dapat dimodelkan seperti berikut:


A.      Dialog penentuan tema (Guru dan siswa)
Pertemuan I
Guru  : “Assalamualaikum Wr.Wb.”
Murid : “Waalaikum salam Wr.Wb.”
Guru  : “Selamat pagi anak-anak?”
Murid : “Selamat pagi Bu Guru.”
Guru  : “Pada pagi hari ini tampaknya kalian bersemangat sekali. Ada yang tidak   masuk          pada
hari ini?’
Murid  : “Masuk semua Bu Guru . . . .”
Guru  :” Bagus anak-anak, sudah siap menerima pelajaran hari ini?”
Murid  :”Siap Bu Guru, siap. . .”
Guru    :” Anak-anak coba dilihat menurut kalian bagaimana keadaan kelas kita?”
Murid  : “Bersih bu,… kurang indah bu …”
Guru    : “Bagus,  benar kamu. Bagian mana yang kurang indah anak-anak ?”
Murid  : “Dinding, dan meja Bu”
Guru    : “Kira-kira harus diberi apa biar menarik?”
Murid  : “Dindingnya diberi hiasan, dan mejanya diberi taplak dan vas bunga Bu”
Guru    : “Vas bunga termasuk kerajinan apa anak-anak?”
Murid  : “Kerajinan gerabah Bu”
Guru  : “Bagus! Bagus! Keindahan dan kenyamanan di kelas merupakan bagian  penting dalam proses
pembelajaran, agar kita dapat belajar dengan baik dan betah berada di kelas. Di Indonesia
selain kerajinan gerabah terdapat pula kerajinan batik, kerajinan anyaman bambu, anyaman
rotan, kerajinan kaca dan masih banyak lainnya. Siapa yang tahu daerah mana saja penghasil
kerajinan gerabah?”
Murid  : “Saya bu,.. saya. Di Bantul, Yogyakarta.”
Guru : “Benar, Penghasil kerajinan gerabah yang terkenal di indonesia yaitu di Yogyakarta. Tepatnya
terletak di daerah pedukuhan Kajen, desa Bangunjiwo, kecamatan Kasihan. Di sana banyak
sekali sentra-sentra pengrajin gerabah yang terkenal. Selain di Yogyakarta dimana lagi?”
Murid : “Di Banyumelek, Lombok”. Bali Bu .. ”
Guru : “Bagus, pintar kamu. Siapa yang di rumahnya terdapat kerajinan gerabah?”
Murid : “Saya … saya … saya … Bu!”
Guru : “Banyak sekali diantara kalian yang rumahnya terdapat kerajinan gerabah! Kenapa?”
Guru : Banyak sekali diantara kalian yang rumahnya terdapat kerajinan gerabah! Kenapa?
       Murid : “Untuk koleksi Bu, antik, motifnya menarik bu, banyak macam dan memiliki nilai estetika
Bu”.
Guru :”Apa lagi ayo?”

Murid : ”Banyak kegunaannya  Bu.”


Guru   : “Bagus, … kegunaanya apa ya?
Murid : ”Sebagai tempat bunga, dekorasi rumah, alat masak, tempat makanan, tempat minum,
celengan dan perabotan.
  Guru : ”Benar sekali jawaban kalian. Selain kerajinan gerabah banyak kegunaanya, gerabah juga
merupakan kerajinan Indonesia, banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia dan diminati
para kolektor barang antik. Bahkan kerajinan gerabah ini diekspor ke manca negara seperti:
Amerika dan Eropa dan  negara lainnya. Gerabah juga populer dengan gaya hidup modern.
                Sehubungan dengan itu tampaknya gerabah dapat dijadikan sebagai topik dalam
pembelajaran ini. Setuju tidak anak-anak?”
Murid    : “Setuju . . . Bu! Setuju . . . tidak Bu! Setuju … setuju … Bu!”
Guru      : “Wah, tampaknya anak-anak banyak yang setuju jika gerabah sebagai topik pembalajaran
ini. Mengapa kalian setuju?”
Murid    : ”Gerabah itu antik, motifnya dan bentuknya menarik, untuk koleksi, banyak kegunaanya
dan banyak dipakai oleh masyarakat indonesia.
Guru      : ”Baiklah anak-anak  jika kalian setuju dengan topik ini marilah kita sepakati pembelajaran
terpadu kali ini dengan topik “Gerabah”. Untuk sub tema yang akan kita pelajari adalah (1) 
Bahan, alat dan proses pembuatan kerajinan gerabah, (2) kendala pembuatan gerabah, (3)
jenis-jenis kerajinan gerabah, (4) kegunaan kerajinan gerabah, (5) pemasaran kerajinan
gerabah, (6) kendala pemasaran kerajinan gerabah.
              Agar kalian mudah memperoleh informasi tentang kerajinan gerabah, anak-anak dapat
mengunjungi sentra-sentra industri pengrajin gerabah yang terdekat sekitar rumah kalian.

2.      Pelakasanaan 
(Dalam tahap ini terjadi kontrak belajar untuk pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan seperti di
bawah ini).
)
            Untuk memudahkan kegiatan ini perlu kita membuat kelompok atau berbagi tugas. Kelompok 1
dan kelompok II  pergi ke tempat pengrajin gerabah. Kelompok 1 untuk melihat tentang bagaimana
proses pembuatan gerabah, kelompok II untuk mengetahui kendala-kendala dalam pembuatan
kerajinan gerabah. Kelompok III dan IV pergi ke perpustakaan kota untuk mencari buku-buku atau
referensi. Kelompok III mencari tentang jenis-jenis gerabah, kelompok  IV mencari tentang kegunaan
gerabah. Kelompok V  ke pusat industri pemasaran pengrajin gerabah untuk mengetahui bagaimana
pemasaran gerabah dan kelompok VI untuk mengetahui kendala dalam pemasaran kerajinan gerabah.

Bahan, alat dan proses pembuatan gerabah

Aku suka Kerajinan Gerabah

Kendala pembuatan gerabah

Jenis-jenis kerajinan gerabah

                                                                                                                                                                

Pemasaran kerajinan gerabah

Kendala pemasaran kerajinan gerabah


p j g

Kegunaan kerajinan gerabah

Pertemuan II
Guru      : “Assalamualaikum Wr.Wb.”
Murid  : “Waalaikum salam Wr.Wb.”
Guru      : “Selamat pagi anak-anak? Keadaannya sehat-sehat? Ada yang tidak hadir pada ini?”
Murid   : “Selamat pagi Bu Guru. Baik-baik dan sehat Bu!”
Guru      : “Bagaimana pelaksanaan kerja yang telah direncanakan pad minggu lalu? Menyenangkan
atau menyulitkan? Hal apa yang sekirnya menyulitkan anak-anak?”
Murid    : “ Tidak, Bu! Ada, Bu!”
Guru      :  ” Kalau ada, kesulitannya apa?
Murid    : “ Untuk mendapat jenis-jenis kerajinan gerabah yang lengkap di mana Bu?
Guru      : “ Anak-anak bisa bertanya kepada penjual kerajinan yang ada pada toko-toko.”
Murid  : “ Iya . . . Bu. Iya Bu. Terimakasih Bu.”
Guru    : “ Bagaimana dengan kelompok yang lain?”
Murid  : “ Sedang saya susun datanya dan sedang kami perbaiki karena masih ada yang kurang.”
              “Saya belum  bisa ke lokasi Bu karena waktu itu hujan cukup deras.”
Guru    : “ Baiklah, semoga anak-anak sehat dan jangan lupa selesaikan tugas kalian. Jika ada kesulitan
segera lapor kepada Bu guru. Teliti kembali jika selesai mengerjakan, karena tugas itu akan
dilaporkan dan di peragakandi depan kelas. Ada pertanyaan lagi anak-anak?”
Murid    : “ Iya Bu!
                “Tidak . . ., Bu!”

Pertemuan III
Guru    : “Assalamualaikum Wr. Wb.
Murid  : “Waalaikum salam Wr.Wb.
Guru    : “Selamat pagi anak-anak? Apakah setiap kelompok untuk melaporkan hasil kerjanya? Seperti
rencana minggu yang lalu pada pertemuan ini kalian untuk melaporkan hasil kerja kalian.”
gg y g p p p j
Murid    : “Sudah, Bu. Kami sudah selesai dan kami siap melaporkannya, Bu!”
Guru      : “Baiklah, kalau begitu. Untuk tampil yang pertama adalah kelompok I dan nanti disusul oleh
kelompok berikutnya.

Kelompok I : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai bahan, alat dan proses pembuatan
kerajinan gerabah.

Jalannya diskusi:
Fida     : Apa saja bahan dalam pembuatan gerabah? Bahan-bahan yang baik itu yang bagaimana
dalam proses pembuatan gerabah?
Selly    : Bagaimana proses pengolahan bahan yang baik untuk pembuatan gerabah?
Risa     : Alat apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan gerabah?
Vindi   : Bagaimana cara pembentukan bentuk dalam proses pembuatan gerabah?
Faiq     : Bagaimana proses pembuatan gerabah?

Kelompok II  : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai kendala pembuatan gerabah.

Jalannya diskusi:
Wiwin      : Mengapa pada saat proses penjemuran gerabah selalu menggunakan bantuna sinar
matahari?
Fida          : Bagaimana mengeringkan gerabah pada saat musim penghujan?
Faiq          : Bagimana jika gerabah di jemur lebih dari 2 hari? Apa dampaknya?
Risa          : Apakah kesediaan lahan juga berpengaruh pada saat proses pembuatan gerabah?
Vindi        : Apa kendala lainnya yang dapat menghambat produktivitas gerabah selain yang
disebutkan di atas?

Kelompok III :  Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai jenis-jenis kerajinan gerabah.

Jalannya diskusi:
Fida     : Gerabah jenis apa yang biasanya dihasilkan didaerah Kasongan ?
Wiwin : Apakah ada daerah lain yang menghasilkan gerabah di Indonesia selain yang disebutkan
tadi?
Risa     : Sejak kapan kerajinan gerabah di hasilkan di indonesia?
Selly    : Apa jenis gerabah yang terkenal di dari daerah Lombok? Mengapa?
Faiq     : Apa Ciri khas gerabah dari daerah Bayat?

Kelompok IV : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai kegunaan kerajinan     gerabah.

Jalannya diskusi :
Wiwin : Apa yang dimaksud dengan fungsi estetik dekoratif?
Vindi   : Apa fungsi Gerabah?
Risa     : Apakah gerabah dapat digunakan  untuk upacara adat?
Faiq     : Biasanya untuk upacara apa saja?
Selly    : Contoh gerabah yang memiliki fungsi pelestarian budaya?

Kelompok V : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai pemasaran kerajinan gerabah.

Jalannya diskusi :
Selly    : Bagaimana cara memasarkan barang yang dijual di sebuah tempat terpencil ?
Wiwin : Apa yang dimaksud dengan “manajemen pemasaran yang dijalankan bersifat tradisional,
fassive, sangat bergantung pada calon  pembeli yang datang ke lokasi”?
Fida     : Gerabah yang seperti apa yang nantinya akan dipasarkan ke manca Negara?
Vindy : Bagaimana dengan gerabah yang tidak berkualitas? Apa akan dibuang?
Risa     : Bagaimana cara membedakan gerabah yang baik atau berkualitas dengan yang tidak baik?

Kelompok VI : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai kendala pemasaran kerajinan gerabah.
Jalannya diskusi :

Selly      : Mengapa produk kerajinan gerabah sekarang sudah jarang diminati oleh orang-orang?
Faiq          : Bagaimana cara membatasi kekuasaan para calo agar tidak semena-mena dalam
   menentukan harga gerabah?
Vindi     : Apakah keberadaan internet sekarang dirasa sudah mampu mempromosikan produk
gerabah di pasar lokal maupun pasar Internasional?

Fida       : Upaya apa yang harus dilakukan agar pengrajin gerabah yang ada di desa bisa
memasukkan barangnya dengan harga sedikit lebih mahal dan dengan pembayaran dengan
cash atau tunai?
Wiwin    : Apakah perbedaan ukuran dan bentuk pesanan gerabah yang tidak sama mempengaruhi
biaya transportasi?

3.    Evaluasi   : Menanyakan kepada setiap kelompok terhadap pemerolehan dara, pelaksanaan, dan
pengolahan data.
4.    Refleksi   : Pembelajran model nini sangat tepat ntuk mengaktifkan belajar siswa dalam
memperoleh pengalaman, pengetahuan dan keterampilan siswa secara positif. Karena dalam
kegiatan tersebut siswa mengalami secara langsung tentang apa yang direncanakan dan
dilaksanakannya sendiri. Model belajar di atas menunjukkan suatu aktivitas yang bermakna dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan seperti ini juga dapat dilaksanakan secara fleksibel dan juga dapat
disederhanakan sesuai dengan kemampuan siswa sebab pengalaman anak masih terbatas.

Kontrak Belajar Siswa


                                              Topik               : Gerabah
                                                Sub Topik        : Bahan, alat, dan proses pembuatan gerabah
                                              Kelas/Cawu     : VI (enam)/Pertama
                                              Kelompok       : 1 (satu)
                                              Nama               : Wiwin Sholikhah (120210204017)

A.           Pertanyaan Panduan


1.      Bahan-bahan apa sajakah yang digunakan untuk membuat gerabah?
2.      Alat-alat apa saja yang digunakan untuk membuat gerabah?
3.      Bagaimana proses pembuatan gerabah?
B.       Tujuan
1.        Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan untuk membuat gerabah
2.        Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan untuk membuat gerabah
3.        Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan gerabah
C.                 Prosedur
1.      Perencanaan
2.      Pelaksanaan, cara yang dilakukan :
a. Studi pustaka
b. Mengunjungi tempat pembuatan/ industri gerabah
c. Wawancara dengan pengrajin/pengusaha gerabah
3.    Sumber bahan
a.     Literatur, buku, majalah atau artikel yang berkaitan dengan pembuatan gerabah
b.    Dokumen tentang pembuatan gerabah
c.     Wawancara
4.        Evaluasi
a.         Evaluasi proses
b.        Pencapaian hasilsesuai dengan tujuan
Bahan, Alat, dan Cara Pembuatan Gerabah
1.  Bahan
a.     Bahan baku gerabah adalah tanah liat
b.    Bahan pembantu gerabah adalah pasir halus dan air.
Tanah liat yang baik memiliki persyaratan teknis, yaitu :
1.         Bebas dari kotoran
2.         Butiran tanah halus
3.         Liat atau plastis, dan
4.         Daya susut tanah tidak lebih dari 10%
3.      Alat
a. Kayu bulat/penggiling
a.         Kayu bulat/penggiling
b.        Meja putar
c.         Tali pemotong
d.        Cetakan biasanya terbuat dari gips

e.         Butsir
f.         Pisau pahat
g.        Sudip
h.        Tungku pembakaran
4.   Cara pembuatan gerabah
   a.  Tahap persiapan
            Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah :
1.        Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur
2.        Mempersiapkan bahan campurannya
3.        Mempersiapkan alat pengolahan bahan.
            b.  Proses Pengolahan Bahan.
     Proses pengolahan baku gerabah mengalami beberapa tahapan, diantaranya :
     1.    Tahap penggalian.
     Tahap penggalian yaitu merupakan tahap awal dimana dilakukan penggalian tanah liat pada tempat
tertentu (seperti pada halaman pekarangan atau ladang tertentu) dengan menggunakan cangkul.
     2.    Tahap penjemuran.
     Tahap penjemuran yaitu pada tahap ini tanah yang baru diambil dari tempat penggalian dikeringkan
dengan cara dijemur dibawah terik sinar matahari.
     3.    Tahap penumbukan
     Tahap penumbukan yaitu pada tahap ini tanah yang telah kering dijemur tadi ditumbuk dengan alat
penumbuk agar gumpalan-gumpalan tanah hancur dan terbentuk butiran-butiran tanah lebih kecil.
     4.    Tahap penyaringan.
     Tahap penyaringan yaitu pada tahap ini tanah yang telah ditumbuk tadi diayak dengan ayakan
sehingga diperoleh butiran-butiran tanah yang agak halus dan merata.
     5.    Tahap adonan.
Tahap adonan yaitu pada tahap ini tanah yang diperoleh dari hasil ayakan tadi dicampur dengan air
     Tahap adonan yaitu pada tahap ini tanah yang diperoleh dari hasil ayakan tadi dicampur dengan air
secukupnya serta diulet sehingga tercipta adonan tanah plastis.
     6.    Tahap pengeraman.

     Tahap pengeraman yaitu pada tahap ini tanah yang sudah berbentuk adonan dilakukan pengeraman
dengan menutup adonan tanah tadi dengan kain atau plastik dan mendiamkannya selama beberapa
hari ( 2 hari atau lebih) sehingga keadaan tanah semakin plastis dan mudah dibentuk.
     c.     Proses Pembentukan
     Untuk membuat gerabah diperlukan suatu proses pembentukan. Proses pembentukan gerabah ada
beberapa macam.
     1.    Pembentukan dengan roda pemutar (penglilidan).
            Pembentukan gerabah pada proses ini cara kerjanya diawali dengan menaburkan serbuk batu
padas terlebih dahulu pada permukaan roda pemutar (penglilidan), kemudian meletakan segumpal
adonan tanah liat pada bagian tengah permukaan roda pemutar yang telah ditaburi bubuk batu
padas. Selanjutnya tangan kanan memegang tanah dengan ibu jari diletakan ditengah-tengah untuk
menekan gumpalan tanah dari bagian dalam dinding ruang gerabah. Sedangkan jari-jari tangan yang
lain menekan dinding gerabah dari luar. Tangan kanan memegang tanah sambil memutar kearah
kanan, sedangkan tangan kiri memutar roda pemutar kearah yang berlawanan. Dengan demikian
terbentuklah benda-benda gerabah yang mempunyai diameter. Proses selanjutnya adalah
menghaluskan benda yang dibentuk dengan secarik kain basah. Kain basah ini ditempelkan pada
permukaan menggunakan tangan kanan. Teknik memutar roda pemutar sama dengan pada saat
teknik membentuk tadi. Setelah dihaluskan dilanjutkan dengan memotong pada bagian bawah benda
yang telah jadi dibentuk agar terpisah dari alat roda pemutar dengan menggunakan tali pemotong
(tali senar atau ijuk). Benda yang telah terpisah dari roda pemutar ditaruh pada tempat yang agak
teduh tanpa terkena sinar matahari langsung. Adapun benda-benda gerabah yang dihasilkan dari
proses ini adalah seperti, coblong, payuk pere, pane, dan sebagainya.
     2.    Pembentukan dengan roda pemutar dan teknik sambungan.
                   Pada proses pembentukan ini dilakukan dua tahapan pekerjaan yang terpisah yaitu tahap
pertama pembuatan bibir dan leher. selanjutnya tahap kedua yaitu pembuatan badan bagian
bawah yang kemudian disambung dengan leher dan bibir yang dibentuk tadi. Setelah kedua bagian
bawah yang kemudian disambung dengan leher dan bibir yang dibentuk tadi. Setelah kedua bagian
tersebut disambung dilakukan upaya meratakan, menghaluskan, dan memperbesar volume
dengan cara memukul-mukul dengan kayu pipih dan penyangga dari batu. Adapun benda-benda
yang dihasilkan dari teknik ini adalah periuk, dulang, senen, kekeb, dan pasepan.

     3.  Pembentukan dengan roda pemutar dan teknik tempel dan sambungan.
                   Pada proses ini diawali dengan membuat bagian dasar atau badan. Setelah bagian ini
terbentuk dan sudah agak padat barulah disambung dengan leher serta ditempel dengan carat
(lubang pancoran). Adapun jenis gerabah yang dibentuk dengan teknik ini seperti angglo, coblong,
kumbecarat, dan sebagainya.
     d.    Proses Pengeringan dan Pewarnaan
                   Proses pengeringan dalam pembuatan benda gerabah dilakukan dua tahap.  Tahap
pertama pada saat benda baru selesai dibentuk dikeringkan dengan cara diangin-anginkan tanpa
terkena sinar matahari langsung, untuk menghindari  keretakan akibat penyerapan dan
penguapan kadar air yang tidak merata. Setelah agak kering baru dilanjutkan dengan pengeringan
tahap kedua yaitu dengan menjemur gerabah mentah ini pada terik sinar matahari langsung,
sehingga keadaan badan gerabah benar-benar kering dan telah untuk siap dibakar.Proses
pewarnaan benda-benda gerabah diterapkan dengan melapisi permukaan badan gerabah yang
telah kering dengan cairan tanah pere. Cairan tanah pere ini akan menghasilkan warna merah
setalah dibakar.
     e.     Proses Pembakaran
            Ada dua jenis tungku pembakaran yang digunakan.Pembakaran gerabah dilakukan dengan
menggunakan tungku lading, bahan bakar yang digunakan pada pembakaran dengan tungku
ladang ini adalah jerami, sekam, atau alang-alang yang telah usang. Cara menyusun barang pada
tempat pembakaran adalah terlebih dahulu dibuatkan tempat alas dari pecahan-pecahan periuk
dengan membentuk lingkaran atau segi empat.  Kemudian diatas lingkaran atau segi empat dari
pecahan periuk ini benda-benda yang akan di bakar disusun dengan rapi. Setelah benda-benda
bakal gerabah tersusun rapi barulah ditutup dengan jerami atau alang-alang untuk siap dibakar.
Sedangkan menggunakan tungku Gerombong, bahan bakar yang dipergunakan adalah kayu bakar,
sekam, jerami, dan serabut kelapa. Kontruksi penyusunan barang pada tungku gerombong ini
adalah sebagai berikut; tungku yang besarnya kurang lebih satu meter persegi di dalamnya
adalah sebagai berikut; tungku yang besarnya kurang lebih satu meter persegi di dalamnya
dipersiapkan beberapa pembatas atau plat  terbuat dari besi yang berfungsi sebagai alas tempat
benda-benda gerabah yang siap dibakar. Pada bagian atas gerombong ditutup dengan sekam yang
berfungsi untuk menahan panas,  sehingga panas merata kebadan gerabah yang dibakar. Pada

bagian bawah gerombong terdapat lubang untuk meletakan kayu bakar yang dinyalakan. Sebelum
kayu bakar dinyalakan terlebih dahulu dilakukan proses pengasapan selama kurang lebih dua jam,
selanjutnya diteruskan dengan menyalakan kayu bakar selama kurang lebih satu setengah jam.
Pembakaran seperti ini mampu menghasilkan mutu gerabah yang lebih baik dari tungku ladang.
     f.     Tahap Finishing
     Finishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah proses pembakaran.
Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara misalnya memulas dengan cat warna,
melukis, menempel atau menganyam dengan bahan lain, dan lain-lain.

·     Teknik Pembuatan Gerabah


   1.    Teknik lempeng (slabing)
          Teknik lempeng atau slabing merupakan teknik yang digunakan untuk membuat benda gerabah
berbentuk kubistis atau kubus dengan permukaan yang rata. Teknik ini diawali dengan pembuatan
lempengan tanah liat dengan menggunakan rol kayu penggilas. Setelah menjadi lempengan dengan
ketebalan yang sama, kamu dapat memotong dengan pisau atau kawat sesuai dengan ukuran yang
akan diinginkan. Selanjutnya, kamu dapat membuat menjadi bentuk kubus atau persegi. Kemudian
tahap akhir diberi hiasan dengan cara ditoreh pada saat tanah setengah kering
   2.    Teknik pijat (pinching)
                      Teknik pijat atau pinching merupakan teknik membuat keramik dengan cara memijat
tanah liat langsung menggunakan tangan. Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah agar tanah liat
lebih padat dan tidakmudah mengelupas sehingga hasilnya akan menjadi tahan lama. Proses pijat
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.    Ambil segumpal tanah liat plastis
b.    Tanah liat tersebut diulet – ulet dan dipijit – pijit dengan ibu jari sambil dibentuk sesuai dengan
bentuk benda yang diinginkan.
c.    Haluskan menggunakan kuas atau pun kain halus.
gg p

   3.    Teknik pilin (coiling)


          Teknik pilin atau coiling adalah cara membentuk tanah liat dengan bentuk dasar tanah liat yang
dipilin atau dibentuk seperti tali. Cara melakukan teknik ini adalah segumpal tanah liat dibentuk
pilinan dengan kedua belah telapak tangan. Ukuran tiap pilinan disesuaikan dengan kebutuhan.
Kemudian, pilinan tanah liat disusun secara melingkar sehingga menjadi bentuk yang diinginkan.
Jangan lupa setiap susunan ditekan dan tambahkan air supaya menempel.
   4.    Teknik putar (throwing)
                      Untuk membuat gerabah dengan teknik putar atau throwing, kamu memerlukan alat
bantu berupa subang pelarik atau alat putar elektrik. Cara melakukan teknik ini adalah dengan
mengambil segumpal tanah liat yang plastis dan lumat. Setelah itu, taruhlah tanah liat di atas meja
putar tepat dib again tengah – tengahnya. Lalu, tekan tanah liat dengan kedua belah tangan sambil
diputar. Bentuk tanah liat sesuai yang diinginkan. Teknik putar pada umumnya menghasilkan benda
dengan bentuk bulat atau pun silindris (silinder).
   5.    Teknik cetak tekan (press)
       Teknik cetak tekan dilakukan dengan menekan tanah liat yang bentuknya disesuaikan   dengan
cetakan. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan hasil dengan waktu yang singkat atau cepat.
   6.    Teknik cor atau tuang
          Teknik cor atau tuang digunakan untuk membuat gerabah dengan menggunakan acuan alat
cetak. Tanah liat yang digunakan untuk teknik ini adalah tanah liat cair. Cetakan ini biasanya terbuat
dari bahan gips. Bahan gips digunakan karena gips dapat menyerap air lebih cepat sehingga tanah
liat menjadi cepat kering.

                                              Topik               :  Gerabah


                                              Subtopik          : Kendala Pada Proses Pembuatan Gerabah
                                              Kelas/cawu      : VI (Enam)/Pertama
                                              Kelompok       : 2 (Dua)
                                              Nama               : Selly Rosalina
A. Pertanyaan panduan
1. Kendala apa saja yang dihadapi pada saat proses pembuatan gerabah?
B. Tujuan
1.        Untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami saat proses pembuatan gerabah
C. Prosedur
1.    Perencanaan
2.    Pelaksanaan cara yang dilakukan:
a)    Studi pustaka
b)   Mengunjungi tempat pembuatan gerabah
c)    Wawancara dengan pengrajin gerabah
     3.       Sumber bahan
a)      Literatur, buku, majalah atau artikel yang berkaitan dengan pengrajin gerabah
b)      Dokumen tentang pembuatan gerabah.
c)      Wawancara
     4.       Evaluasi
a.         Evaluasi proses
b.        Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.

·           Kendala Pada Proses Pembuatan Gerabah


  Kendala Tahapan proses pembuatan gerabah  :   
     Kendala pada proses pembuatan gerabah diantaranya yaitu: Pada saat penjemuran tanah liat cuaca
tidak mendukung  (mendung/ hujan ), alat yang ada kurang lengkap. Untuk menemukan tanah liat
dengan kualitas baik  sangat sulit, bahkan kadang membeli tanah liat di daerah lain. Dengan
menggunakan alat yang masih tradisional lebih memakan waktu yang cukup lama sebelum siap
dipasarkan, Umumnya pada saat proses pembuatan gerabah tidak menemukan kendala yang berarti
namun tetap dibutuhkan pengrajin yang terampil, kreatif dan sabar dalam proses pembuatannya
agar bentuk yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan pasar, namun yang banyak mengalami kendala
yaitu pada proses penjemurannya, apabila pada saat penjemuran gerabah cuacanya tidak
mendukung maka akan sangat mempengaruhi produksi dan kualitas gerabah. Karena penjemuran
dilakukan 1 sampai 2 hari dimana cuaca dan terik matahari tidak selalu sama. Karena dalam proses
p p
pembuatan gerabah ini menggunakan tenaga sinar matahari sebagai pengering agar gerabah tetap
kuat dan tidak retak ketika dibakar. Jika musim penghujan tiba, maka secara tidak langsung
menggurangi jumlah produksi dari gerabah karena kualitas gerabah yang dihasilkan tidak cukup
baik. Hal itu terjadi akibat keretakan yang timbul di gerabah tersebut.

                                              Topik               :  Gerabah


                                              Subtopik          : Jenis-jenis kerajinan Gerabah
                                              Kelas/cawu      : VI (Enam)/Pertama
                                              Kelompok       : 3 (Tiga)
                                              Nama               : Vindi Amelyana P

A. Pertanyaan panduan           :
1. Apa sajakah jenis-jenis kerajinan gerabah?
B. Tujuan        :
          2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kerajinan gerabah?
C. Prosedur     :
1.      Perencanaan
2.      Pelaksanaan            : Studi pustaka dan Wawancara dengan penjual kerajinan gerabah
3.      Sumber bahan         : literatur, buku, majalah atau artikel yang berkaitan dengan gerabah
4.    Evaluasi      :
a.    Evaluasi proses
b.    Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.

·         Jenis-jenis kerajinan gerabah


          Gerabah atau bisa juga disebut tembikar merupakan salah satu bentuk buah karya dan
sekaligus tradisi nenek moyang turun-temurun yang pernah ada dan sampai sekarang dipertahankan
sebagai sebuah keahlian penduduk setempat yang telah diakui dunia. Dulu gerabah biasa digunakan
untuk menyimpan beras, garam dan bumbu-bumbuan disamping digunakan untuk tujuan
memasak.namun seiring perkembangan jaman perkembangan gerabah pun menjadi lebih luas.
gp g j p g g p j
Gerabah adalah perkakas atau kerajinan yang dibuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar
untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna dan membantu dalam kehidupan.
          Menurut informasi yang ada gerabah mempunyai berbagai macam bentuk yaitu :
•        Piring
•        Kendi
•        Guci
•        Tempayan
•        Anglo
•        Kuali
•        Celengan
•        Pot
•        Gerabah hiasan
Dibawah ini adalah daerah penghasil gerabah di indonesia ( gerabah berdasarkan tempat
pembuatannya ) :
1.       Kerajinan Gerabah Jepara
2.       Kerajinan Gerabah Kasongan
3.       Kerajinan Gerabah Desa Pejaten
4.       Kerajinan Gerabah dari Dinoyo, Malang
5.       Kerajinan Gerabah dari Plered, Purwakarta
6.       Kerajinan Gerabah dari Sompok
7.       Kerajinan Gerabah dari Bojonegoro (Jawa Timur),
8.       Kerajinan Gerabah dari Kedu.
         Namun menurut informasi mengatakan bahwa kerajinan gerabah yang paling populer atau
terkenal di indonesia berada di daerah Yogyakarta yaitu Gerabah Kasongan.

                        Topik               : Gerabah


                        Sub topik         : Kegunaan kerajinan gerabah
                        Kelas/cawu      : VI (Enam) / Pertama
                        Kelompok       : 4 (empat)
p ( p )
                        Nama               : Zahrotul Mufidah A

A.   Pertanyaan panduan      :


       1. Apa sajakah kegunaan kerajinan gerabah?
B.    Tujuan                :
       2. Untuk mengetahui apa saja kegunaan gerabah.
C.    Prosedur                        :
       1.  Perencanaan
       2.  Pelaksanaan  : Studi pustaka
   3.  Sumber bahan: literatur, buku, majalah atau artikel yang berkaitan dengan gerabah.
          4.  Evaluasi        :
            a. Evaluasi proses
            b. Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.

·         Kegunaan Gerabah


Kegunaan  gerabah disesuaikan dengan bentuknya dan dikaji dari sudut pandang estetik dekoratif dan
pelestarian budaya serta fungsi dalam hubungannya dengan interior dan eksterior. Belum banyak
pengrajin gerabah yang menunjukkan suatu usaha untuk menciptakan gerabah yang bernilai estetis.

a.       Fungsi Estetik Dekoratif


            Penciptaan seni telah ada sejak zaman prasejarah dan tumbuh pada setiap kelompok orang yang
memiliki rasa keindahan. Pada dasarnya seni mempunyai nilai keberhargaan, keunggulan dan
kebaikan sehingga sangat dibutuhkan oleh setiap insan manusia. Kualitas seni apabila dapat
memenuhi kebutuhan dan keperluan manusia seni itu telah memenuhi kaidah-kaidah fungsi sesua
dengan yang diinginkan (Gie, 1996:47). Fungsi estetik dekoratif muncul setelah gerabah dapat dijadikan
sarana oleh pengrajin untuk menuangkan idenya dengan memadukan unsur garis, tekstur serta
polesan warna kepermukaan bidang yang ekspresif. Gerabah yang dikenal sejak dahulu, bahkan
diseluruh dunia menganggap hanya sebagai tempat atau wadah untuk menyimpan makanan apabila
bentuknya tidak dapat mencerminkan nilai estetis. Nilai estetis yang dimaksud adalah nilai yang
dipengaruhi oleh unsur kesenirupaan yang berlaku dalam lingkungan budaya setempat. Gerabah pada
awalnya berfungsi sebagai alat upacara kemanusiaan seperti kelahiran, perkawinan dan kematian,
disamping sebagai sarana kegiatan rumah tangga khususnya peralatan dapur. Mengamati kerajinan
gerabah bukan berarti melihat wujud atau bentuknya secara realitas, namun berusaha mengamati
secara saksama terhadap hakikat nilai seni yang terkandung dalam gerabah itu sendiri. Bastomi (1992)
menyatakan bahwa pengamatan terhadap seni tidak terbatas pada penglihatan indrawi saja, namun
juga penglihatan intuitif.
               Fungsi estetik garabah dapat dijadikan sarana oleh pengrajin untuk menuangkan idenya, secara
perlahan mulai melepaskan keterikatan pada bentuk gerabah dengan nilai guna. Namun fenomena
tersebut tidak membawa pengaruh yang berarti pada bentuk-bentuk gerabah tradisional yang
berhubungan dengan kegiatan ritual kemanusian, karena keberadaannya sangat ditentukan oleh
pakem-pakem yang jelas sesuai dengan ukuran tertentu. Misal : Periuk tempat ariari (plasenta), pasuh
tempat memandikan bayi, paneh tempat air untuk memandikan mayat, maupun kendi tempat air basuh
yang ditaruh di depan rumah tetap tumbuh mengikuti perjalanan modernisasi walapun dalam skala
kecil.
              Berkaitan dengan fungsi dan kegunaan berkembanglah bentuk-bentuk baru dengan membubuhi
beberapa hiasan sebagai aksen keindahan untuk menunjang struktur gerabah itu sendiri. Perubahan
dimaksud akhirnya melahirkan fungsi yang beraneka macam seperti gerabah sebagai elemen estetika
taman, bentuk-bentuk patung, hiasan dinding lampu taman maupun tempat buah. Perubahan fungsi
gerabah dengan membubuhi sedikit dekorasi atau dengan mengembangkan bentuk awalnya akan
mengarah pada kreativitas dan memotivasi daya hayal para pengrajin dalam berkarya dan mencipta.
Penempatan pada ruang dalam (interior) difungsikan sebagai wadah, sedangkan pada ruang luar
(eksterior) dimunculkan pada momen tertentu sebagai elemen estetika taman. Sistem pewarisan
keterampilan dan keahlian yang dimiliki masyarakat di suatu daerah akhirnya membentuk komunitas
masyarakat industri yang menekuni bidang keahlian membuat gerabah secara profesional, dilandasi
oleh keinginan kuat untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

b.      Fungsi Pelestarian Budaya


            Kerajinan gerabah berfungsi juga sebagai pelestarian budaya ditengah-tengah arus globalisasi
j g g j g g p y g g g
antara budaya satu dengan lainnya. Mengingat kerajinan ini merupakan produk kesenian yang
tumbuh dalam satu lingkaran budaya yang sudah memiliki kekuatan bentuk dan gaya sebagai jati diri
sehingga faktor apapun yang datang mempengaruhi dapat diseleksi secara selektif. Sebagai identitas
atau jati diri budaya masyarakat indonesia adalah hidup dalam kebersamaan dan berdampingan
saling tolong menolong. Sikap kebersamaan sebagai jati diri dari nilai-nilai sosial kemasyarakatan, adat
dan agama menyatu dalam kesatuan yang dilukiskan sebagai alat atau ‘wadah’ dalam bentuk gerabah.
Hal ini diyakini dapat dijadikan pedoman dalam melangkah selanjutnya menuju masyarakat yang
rukun dan damai. Bentuk dan hiasannya juga merupakan jati diri yang sering diwacanakan sebagai
local genius. Konsep ‘local genius’ yang telah digariskan tetua mereka mampu bertahan terhadap
pengaruh budaya luar, minimal dalam penyerapan pengaruh dapat mengintegerasikan unsur-unsur
budaya luar kedalam budaya daerah sendiri.
            Berikut ini beberapa hasil seni gerabah yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia
beserta fungsinya.
a.         Periuk berfungsi sebagai alat untuk memasak nasi.
b.         Belanga berfungsi sebagai alat untuk memasak sayur.
c.         Tempayan berfungsi sebagai alat untuk menyimpan beras atau air.
d.        Anglo berfungsi sebagai alat untuk memasak (serupa dengan kompor).
e.         Celengan berfungsi sebagai tempat menyimpan uang.
v  Gerabah juga bisa digunakan untuk menghias rumah kita, misal:
Gerabah ini dapat diletakkan disudut ruangan sebagai hiasan

Gerabah ini dapat digunakan sebagai fas bunga yang dapat diletakkan diatas meja tamu kita agar
terlihat lebih cantik dan menarik.
Gerabah yang berbentuk kendi untuk menyimpan air putih, supaya air tersebut lebih terasa segar.

Piring yang terbuat dari tanah liat biasanya dipakai untuk alas makan supaya terasa lebih sedap dan
nikmat.

Gerabah ini untuk menanam bunga yang bisa diletakkan pada bagian depan rumah kita.

Tempat buah ini berbentuk daun pisang, bentuknya yang unik ini bila kita letakkan buah diatasnya
maka akan terlihat lebih cantik.

                                    Topik               :  Gerabah


                                    Sub Topik        : Pemasaran Gerabah
                                    Kelas/Cawu     : VI / Pertama
                                    Kelompok       : 5 (lima)
                                    Nama               : Faiqotul Nur Wakhida

A. Pertanyaan Panduan                    
       1. Bagaimana teknik pemasaran gerabah?
B.    Tujuan
j
       1. Untuk mengetahui bagaimana teknik pemasaran gerabah
C.    Prosedur
       1. Perencanaan
       2. Pelaksanaan, cara yang dilakukan:
         Wawancara dengan pengusaha pengrajin gerabah
       3. Sumber bahan
a.    Wawancara
     4. Evaluasi
a.  Evaluasi proses
b.  Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.

·    Teknik Pemasaran Gerabah


         Pemasaran dilakukan di daerah sekitar, beberapa di luar kota dalam negeri, beberapa mencapai
pasar luar negeri contohnya di  Negara-negara Eropa dan Amerika. Untuk itu perlu dilakukan
beberapa hal, yaitu:
       Pertama, tentu saja adalah strategi pengembangan produk. Mulai dengan inovasi pada teknologi
dan desain, dan juga bagaimana menciptakan produk-produk yang bisa dikemas sebagai souvenir.
Dengan demikian, setiap wisawatan baik domestic maupun manca Negara, saat datang ke desa, selalu
tergoda untuk mau tidak mau membeli souvenir dari art shop di sana.
       Kedua, perlu ada pola pemasaran bersama, yang dilakukan oleh kelompok perajin ataupun
koperasi yang sudah ada, sehingga kepentingan para perajin bisa terlindungi. Dengan program
pemasaran bersama, rantai distribusi kepada konsumen bisa lebih dipangkas dan efisien.
Selain itu terdapat strategi yang dikembangkan untuk pemasaran gerabah, diantaranya:
1.    Menciptakan produk yang inovatif dan tahan lama. Mereka bahkan tidak menggunakan referensi
dari berbagai sumber, termasuk internet. Gerabah yang mereka produksi benar-benar kreasi
sendiri.
2.    Penjualan langsung di outlet souvenir gerabah.
3.    Mengirimkan produk sample ke pasar luar negeri.
4.    Mempromosikan produk pada media online seperti iklan radio, website,  maupun media offline
seperti iklan di koran, brosur, leaflet, dsb.
p , , ,
       Untuk teknik pemasaran di daerah sekitar, manajemen pemasaran yang dijalankan bersifat
tradisional, fassive, sangat bergantung pada calon  pembeli yang datang ke lokasi. Jika tidak ada
konsumen yang datang maka tidak ada transasi yang berlangsung di sana.

Penjualan hasil produksi gerabah di daerah ini menyasar konsumen baik perorangan maupun
konsumen yang bersifat institusional (lembaga pemerintah dan swasta;hotel). Secara khusus
pembelian yang dilakukan melalui manajemen hotel mematok harga berdasarkan ukuran gerabah
yang dibutuhkan. Biasanya dalam jumlah besar.
        Dalam bentuk yang lain, penjualan dapat pula terjadi dengan melalui agen, ada juga yang dijual ke
pedagang.Pada tingkatan ini gerabah dalam jumlah yang relative besar ini akan dipasarkan ke pelosok
daerah, kota, dan bahkan ada yang dibawah ke mancanegara.Walaupun demikian bentuk transaksi ini
sifatnya temporer dan berselang cukup lama.
       Gerabah yang dipasarkan haruslah gerabah yang berkualitas, agar nantinya para konsumen tidak
kecewa dan tetap membeli gerabah yang diproduksi di tempat itu.

                                    Topik               : Gerabah


                                    Sub Topik        : Kendala Pemasaran Gerabah
                                    Kelas/Cawu     : VI (Enam) / Pertama
                                    Kelompok       : 6 (Enam)
                                    Nama               : Risa Dwi

A. Pertanyaan Panduan                    
       1. Apa saja kendala dalam pemasaran gerabah?
B.    Tujuan
       1. Untuk mengetahui kendala  pemasaran gerabah
C.    Prosedur
       1. Perencanaan
       2. Pelaksanaan, cara yang dilakukan:
    Studi pustaka, wawancara dengan pengusaha pengrajin gerabah.
       3. Sumber bahan
a. Wawancara
b.  Artikel atau majalah yang berkaitan dengan pemasaran gerabag.
     4. Evaluasi
a.  Evaluasi proses
b.  Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.

·         Kendala Pemasaran Gerabah :


1.         Kendala utama yang dihadapi kalangan perajin gerabah adalah masalah pemasaran ekspor ke
luar negeri. Padahal minat pembeli asing terhadap produk gerabah cukup tinggi. Di dalam negeri
sendiri produk gerabah sudah cukup dikenal dan banyak diminati pembeli. Namun untuk pasar
ekspor sampai saat ini masih sangat tergantung kepada pihak ketiga yang mencari keuntungan
diantara produsen dengan konsumen.

2.         Salah satu faktor pemasaran gerabah yang tersendat-sendat yaitu jarang pembeli. Kini
sebagaimana nasib barang dan berbagai perabot rumah tangga tradisional lainnya, gerabah
memang sudah beralih fungsi utamanya. Dulu ketika industri barang dan perabot rumah tangga
yang berbahan baku dari plastik, aluminium dan keramik belum merajalela dengan harga yang
sangat murah, gerabah seperti payuk, jun, caratan, dulang, kekeb dan lain sebagainya,
merupakan perabotan utama dalam setiap rumah sehingga penjualannya selalu lancar. Ini juga
menjadi alasan utama kenapa sebagian warga masyarakat hanya menekuni pekerjaan membuat
gerabah dan tidak sempat belajar keterampilan lain. Tahun 1960—1975 perabotan dari gerabah
digunakan menanak nasi, tempat air dan lainnya.

3.         Kendala pemasaran lainnya yaitu harga gerabah yang sangat murah. Mengenai harga yang
murah ini, menurut penuturan para pengrajin gerabah penyebabnya cukup beragam.
Banyaknya jumlah pengrajin membuat persaingan sangat ketat sehingga mereka juga harus
berani menurunkan harga gerabah agar pembeli tidak berpindah ke tempat lain. Namun dari
semua persoalan harga yang dihadapi para pengrajin, satu hal yang paling krusial adalah
kekuasaan para calo untuk menentukan harga gerabah itu sendiri. Para calo tersebut tiada lain
kekuasaan para calo untuk menentukan harga gerabah itu sendiri. Para calo tersebut tiada lain
adalah para penampung sekaligus pedagang hasil kerajinan gerabah, baik yang ada di desa
maupun di pasar.

4.         Kendala lain yaitu biasanya pengrajin gerabah menjual gerabahnya setengah jadi dengan harga
yang sangat murah, itupun pembayarannya tidak cash, atau bisa dikatakan dengan sistem di
hutang. Maka dengan kondisi inilah kelompok pasar seni dibangun dengan harapan semua
pengrajin gerabah yang ada di desa bisa memasukkan barangnya dengan harga sedikit lebih
mahal dan dengan pembayaran dengan cash atau tunai.

5.         Akses pasar yang tidak menjanjikan.

6.         Pemasaran gerabah sangat bergantung kondisi negara pembeli. Saat ini 80 persen produk
gerabah  koperasi itu di ekspor ke luar negeri.

7.         Kurangnya koneksi (hubungan) dengan teman atau pihak-pihak tertentu yang dapat membantu
kemudahan pemasaran hasil produksi gerabah.

8.         Pemerintah daerah yang tidak begitu serius melakukan pembinaan dan pengembangan usaha
kerajinan gerabah, bahkan kurang dipromosikan ke luar daerah sehingga keberadaannya biasa-
biasa saja, dan hanya cukup menyambung hidup seadanya bagi setiap keluarga pengrajin
gerabah.

9.         Di desa untuk memasarkan hasil produksi ke kota tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan
para pengrajin gerabah, sehingga ancaman terhentinya produksi gerabah di desa tersebut makin
terbuka.

10.     Minimnya keikutsertaan pengrajin gerabah dalam mengikuti kegiatan pameran. Padahal 
kecenderungannya saat ini, pasar lebih suka datang ke satu tempat seperti ke sebuah pameran
dan disana mereka mendapatkan berbagai jenis barang sekaligus. Dengan mengikuti kegiatan
pameran, usaha mereka bisa tetap eksis. Setahun minimal seorang pengrajin gerabah harus
mengikuti tiga pameran wajib seperti PPE, IFFINA, dan INACRAFT untuk ajang promosi.
S hi gg d g d it l h d l k l i t i lb k l
Sehingga dengan adanya pameran-pameran itulah order lokal maupun internasional berskala
besar dapat diraih.

11.     Kurang berupaya memperkenalkan produksi gerabah melalui website. Sehingga dapat
dikatakan masih terlalu pasif, masih menunggu permintaan konsumen melalui email. Jadi
kehadiran internet belum cukup membantu. Kendala yang dihadapi bukanlah kesulitan
mendapatkan akses internet, tetapi masalah bahasa. Dahulu buyer (pembeli) datang langsung,
meskipun bahasanya campuran (antara bahasa jawa dan Indonesia) tetapi bisa dimengerti.
Sekarang ketika mengikuti kegiatan pameran hanya bertemu 1-2 jam, sehingga selanjutnya
kontak melalui email. Jadi, mau tidak mau kemampuan bahasanya dituntut harus baik.

12.     Perbedaan ukuran dan bentuk gerabah pesanan yang tidak sama juga mempengaruhi
packaging masuk ke dalam kontainer. Jika barang pesanan berukuran besar, jumlah yang masuk
ke dalam kontainer otomatis akan berkurang. Misalnya standartnya bisa mengangkut 1.200 unit
barang, bila dimasukkan barang-barang besar berkurang bisa berubah menjadi 800 unit saja.
Otomatis biaya transportasinya menjadi mahal padahal harganya sama.

13.     Masalah ukuran gerabah yang tidak tepat. Untuk pasar Internasional bukan hanya karena
permintaannya demikian tetapi juga berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengirim
barang. Dari segi ketelitian, pasar Internasional biasanya hanya memberi toleransi ukuran
melesat sebesar 2 cm saja. Jika ukuran gerabah meleset hingga 5 cm maka pesanan gerabah
tersebut langsung di reject atau dibatalkan.

14.     Belum mampu menciptakan trend sendiri dan mempertimbangakan selera atau kemauan
pasar. Selain menyukai produk eksterior, pasar lokal pun menyukai warna yang mencolok.
Sehingga jika dibawa ke Jakarta, produk-produk gerabah yang seperti itu akan habis terjual. Hal
itu bertolak belakang dengan pasar Internasional yang lebih menyukai warna-warna lembut dan
minim dekorasi.

 SKENARIO PEMBELAJARAN TERPADU

Tema               : Kerajinan
Sub Tema        : Gerabah
Kelas               : VI (Enam)
Pertemuan       : 3 x Pertemuan

1.      Pendahuluan
Guru dan siswa bersepakat untuk membahas masalah “Kerajinan”. Tema ini dipilih karena
kerajinan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui
keterampilan tangan, kerajinan ini juga mengahasilkan hiasan atau benda seni maupun barang
pakai yang memiliki banyak kegunaan. Sebelum pembelajaran dimulai terlebih dahulu guru
menginfrormasikan kepada siswa bahwa pembelajaran akan dilakukan akan berbeda dengan
bentuk pembelajaran sebelumnya. Masalah tentang pekerjaan yang akan dipelajari memiliki
keterkaitan dengan berbagai bidang studi. Dalam kegiatan ini guru sudah mempersiapkan bahan-
bahan yang relevan seperti buku, majalah, bahan cetakan dan tempat-tempat yang diperlukan
untuk memperoleh sumber belajar sebagai kelengkapan pembelajaran.

Bentuk pembelajaran dapat dimodelkan seperti berikut:


A.      Dialog penentuan tema (Guru dan siswa)
Pertemuan I

Guru  : “Assalamualaikum Wr.Wb.”


Murid : “Waalaikum salam Wr.Wb.”
Guru  : “Selamat pagi anak-anak?”
Murid : “Selamat pagi Bu Guru.”
Guru  : “Pada pagi hari ini tampaknya kalian bersemangat sekali. Ada yang tidak   masuk          pada
hari ini?’
Murid  : “Masuk semua Bu Guru . . . .”
Guru  :” Bagus anak-anak, sudah siap menerima pelajaran hari ini?”
Murid  :”Siap Bu Guru, siap. . .”
Guru    :” Anak-anak coba dilihat menurut kalian bagaimana keadaan kelas kita?”
Murid  : “Bersih bu,… kurang indah bu …”
g
Guru    : “Bagus,  benar kamu. Bagian mana yang kurang indah anak-anak ?”
Murid  : “Dinding, dan meja Bu”
Guru    : “Kira-kira harus diberi apa biar menarik?”
Murid  : “Dindingnya diberi hiasan, dan mejanya diberi taplak dan vas bunga Bu”
Guru    : “Vas bunga termasuk kerajinan apa anak-anak?”
Murid  : “Kerajinan gerabah Bu”
Guru  : “Bagus! Bagus! Keindahan dan kenyamanan di kelas merupakan bagian  penting dalam proses
pembelajaran, agar kita dapat belajar dengan baik dan betah berada di kelas. Di Indonesia
selain kerajinan gerabah terdapat pula kerajinan batik, kerajinan anyaman bambu, anyaman
rotan, kerajinan kaca dan masih banyak lainnya. Siapa yang tahu daerah mana saja penghasil
kerajinan gerabah?”
Murid  : “Saya bu,.. saya. Di Bantul, Yogyakarta.”
Guru : “Benar, Penghasil kerajinan gerabah yang terkenal di indonesia yaitu di Yogyakarta. Tepatnya
terletak di daerah pedukuhan Kajen, desa Bangunjiwo, kecamatan Kasihan. Di sana banyak
sekali sentra-sentra pengrajin gerabah yang terkenal. Selain di Yogyakarta dimana lagi?”
Murid : “Di Banyumelek, Lombok”. Bali Bu .. ”
Guru : “Bagus, pintar kamu. Siapa yang di rumahnya terdapat kerajinan gerabah?”
Murid : “Saya … saya … saya … Bu!”
Guru : “Banyak sekali diantara kalian yang rumahnya terdapat kerajinan gerabah! Kenapa?”
       Murid : “Untuk koleksi Bu, antik, motifnya menarik bu, banyak macam dan memiliki nilai estetika
Bu”.
Guru :”Apa lagi ayo?”
Murid : ”Banyak kegunaannya  Bu.”
Guru   : “Bagus, … kegunaanya apa ya?
Murid : ”Sebagai tempat bunga, dekorasi rumah, alat masak, tempat makanan, tempat minum,
celengan dan perabotan.
  Guru : ”Benar sekali jawaban kalian. Selain kerajinan gerabah banyak kegunaanya, gerabah juga
merupakan kerajinan Indonesia, banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia dan diminati
para kolektor barang antik. Bahkan kerajinan gerabah ini diekspor ke manca negara seperti:
Amerika dan Eropa dan negara lainnya. Gerabah juga populer dengan gaya hidup modern.
Amerika dan Eropa dan  negara lainnya. Gerabah juga populer dengan gaya hidup modern.
                Sehubungan dengan itu tampaknya gerabah dapat dijadikan sebagai topik dalam
pembelajaran ini. Setuju tidak anak-anak?”
Murid    : “Setuju . . . Bu! Setuju . . . tidak Bu! Setuju … setuju … Bu!”

Guru      : “Wah, tampaknya anak-anak banyak yang setuju jika gerabah sebagai topik pembalajaran
ini. Mengapa kalian setuju?”
Murid    : ”Gerabah itu antik, motifnya dan bentuknya menarik, untuk koleksi, banyak kegunaanya
dan banyak dipakai oleh masyarakat indonesia.
Guru      : ”Baiklah anak-anak  jika kalian setuju dengan topik ini marilah kita sepakati pembelajaran
terpadu kali ini dengan topik “Gerabah”. Untuk sub tema yang akan kita pelajari adalah (1) 
Bahan, alat dan proses pembuatan kerajinan gerabah, (2) kendala pembuatan gerabah, (3)
jenis-jenis kerajinan gerabah, (4) kegunaan kerajinan gerabah, (5) pemasaran kerajinan
gerabah, (6) kendala pemasaran kerajinan gerabah.
              Agar kalian mudah memperoleh informasi tentang kerajinan gerabah, anak-anak dapat
mengunjungi sentra-sentra industri pengrajin gerabah yang terdekat sekitar rumah kalian.

2.      Pelakasanaan 
(Dalam tahap ini terjadi kontrak belajar untuk pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan seperti di
bawah ini).
            Untuk memudahkan kegiatan ini perlu kita membuat kelompok atau berbagi tugas. Kelompok 1
dan kelompok II  pergi ke tempat pengrajin gerabah. Kelompok 1 untuk melihat tentang bagaimana
proses pembuatan gerabah, kelompok II untuk mengetahui kendala-kendala dalam pembuatan
kerajinan gerabah. Kelompok III dan IV pergi ke perpustakaan kota untuk mencari buku-buku atau
referensi. Kelompok III mencari tentang jenis-jenis gerabah, kelompok  IV mencari tentang kegunaan
gerabah. Kelompok V  ke pusat industri pemasaran pengrajin gerabah untuk mengetahui bagaimana
pemasaran gerabah dan kelompok VI untuk mengetahui kendala dalam pemasaran kerajinan gerabah.

Bahan, alat dan proses pembuatan gerabah


Aku suka Kerajinan Gerabah

Kendala pembuatan gerabah

Jenis-jenis kerajinan gerabah


 

                                                                                                                                                                

Pemasaran kerajinan gerabah

Kendala pemasaran kerajinan gerabah

Kegunaan kerajinan gerabah


 
Pertemuan II
Guru      : “Assalamualaikum Wr.Wb.”
Murid  : “Waalaikum salam Wr.Wb.”
Guru      : “Selamat pagi anak-anak? Keadaannya sehat-sehat? Ada yang tidak hadir pada ini?”
Murid   : “Selamat pagi Bu Guru. Baik-baik dan sehat Bu!”
Guru      : “Bagaimana pelaksanaan kerja yang telah direncanakan pad minggu lalu? Menyenangkan
atau menyulitkan? Hal apa yang sekirnya menyulitkan anak-anak?”
Murid    : “ Tidak, Bu! Ada, Bu!”
Guru      :  ” Kalau ada, kesulitannya apa?
Murid    : “ Untuk mendapat jenis-jenis kerajinan gerabah yang lengkap di mana Bu?
Guru      : “ Anak-anak bisa bertanya kepada penjual kerajinan yang ada pada toko-toko.”
Murid  : “ Iya . . . Bu. Iya Bu. Terimakasih Bu.”
Guru    : “ Bagaimana dengan kelompok yang lain?”
Murid  : “ Sedang saya susun datanya dan sedang kami perbaiki karena masih ada yang kurang.”
              “Saya belum  bisa ke lokasi Bu karena waktu itu hujan cukup deras.”
Guru    : “ Baiklah, semoga anak-anak sehat dan jangan lupa selesaikan tugas kalian. Jika ada kesulitan
segera lapor kepada Bu guru. Teliti kembali jika selesai mengerjakan, karena tugas itu akan
dilaporkan dan di peragakandi depan kelas. Ada pertanyaan lagi anak-anak?”
Murid    : “ Iya Bu!
                “Tidak . . ., Bu!”

Pertemuan III
Guru    : “Assalamualaikum Wr. Wb.
Murid  : “Waalaikum salam Wr.Wb.
Guru    : “Selamat pagi anak-anak? Apakah setiap kelompok untuk melaporkan hasil kerjanya? Seperti
p g p p p p j y p
rencana minggu yang lalu pada pertemuan ini kalian untuk melaporkan hasil kerja kalian.”
Murid    : “Sudah, Bu. Kami sudah selesai dan kami siap melaporkannya, Bu!”
Guru      : “Baiklah, kalau begitu. Untuk tampil yang pertama adalah kelompok I dan nanti disusul oleh
kelompok berikutnya.

Kelompok I : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai bahan, alat dan proses pembuatan
kerajinan gerabah.

Jalannya diskusi:
Fida     : Apa saja bahan dalam pembuatan gerabah? Bahan-bahan yang baik itu yang bagaimana
dalam proses pembuatan gerabah?
Selly    : Bagaimana proses pengolahan bahan yang baik untuk pembuatan gerabah?
Risa     : Alat apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan gerabah?
Vindi   : Bagaimana cara pembentukan bentuk dalam proses pembuatan gerabah?
Faiq     : Bagaimana proses pembuatan gerabah?

Kelompok II  : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai kendala pembuatan gerabah.

Jalannya diskusi:
Wiwin      : Mengapa pada saat proses penjemuran gerabah selalu menggunakan bantuna sinar
matahari?
Fida          : Bagaimana mengeringkan gerabah pada saat musim penghujan?
Faiq          : Bagimana jika gerabah di jemur lebih dari 2 hari? Apa dampaknya?
Risa          : Apakah kesediaan lahan juga berpengaruh pada saat proses pembuatan gerabah?
Vindi        : Apa kendala lainnya yang dapat menghambat produktivitas gerabah selain yang
disebutkan di atas?

Kelompok III :  Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai jenis-jenis kerajinan gerabah.

Jalannya diskusi:
Fida     : Gerabah jenis apa yang biasanya dihasilkan didaerah Kasongan ?
Wiwin : Apakah ada daerah lain yang menghasilkan gerabah di Indonesia selain yang disebutkan
tadi?
Risa     : Sejak kapan kerajinan gerabah di hasilkan di indonesia?

Selly    : Apa jenis gerabah yang terkenal di dari daerah Lombok? Mengapa?
Faiq     : Apa Ciri khas gerabah dari daerah Bayat?

Kelompok IV : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai kegunaan kerajinan     gerabah.

Jalannya diskusi :
Wiwin : Apa yang dimaksud dengan fungsi estetik dekoratif?
Vindi   : Apa fungsi Gerabah?
Risa     : Apakah gerabah dapat digunakan  untuk upacara adat?
Faiq     : Biasanya untuk upacara apa saja?
Selly    : Contoh gerabah yang memiliki fungsi pelestarian budaya?

Kelompok V : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai pemasaran kerajinan gerabah.

Jalannya diskusi :
Selly    : Bagaimana cara memasarkan barang yang dijual di sebuah tempat terpencil ?
Wiwin : Apa yang dimaksud dengan “manajemen pemasaran yang dijalankan bersifat tradisional,
fassive, sangat bergantung pada calon  pembeli yang datang ke lokasi”?
Fida     : Gerabah yang seperti apa yang nantinya akan dipasarkan ke manca Negara?
Vindy : Bagaimana dengan gerabah yang tidak berkualitas? Apa akan dibuang?
Risa     : Bagaimana cara membedakan gerabah yang baik atau berkualitas dengan yang tidak baik?

Kelompok VI : Menyajikan tentang pokok bahasan mengenai kendala pemasaran kerajinan gerabah.
Jalannya diskusi :

Selly      : Mengapa produk kerajinan gerabah sekarang sudah jarang diminati oleh orang-orang?
Faiq          : Bagaimana cara membatasi kekuasaan para calo agar tidak semena-mena dalam
   menentukan harga gerabah?
Vindi     : Apakah keberadaan internet sekarang dirasa sudah mampu mempromosikan produk
gerabah di pasar lokal maupun pasar Internasional?

Fida       : Upaya apa yang harus dilakukan agar pengrajin gerabah yang ada di desa bisa
memasukkan barangnya dengan harga sedikit lebih mahal dan dengan pembayaran dengan
cash atau tunai?
Wiwin    : Apakah perbedaan ukuran dan bentuk pesanan gerabah yang tidak sama mempengaruhi
biaya transportasi?

3.    Evaluasi   : Menanyakan kepada setiap kelompok terhadap pemerolehan dara, pelaksanaan, dan
pengolahan data.
4.    Refleksi   : Pembelajran model nini sangat tepat ntuk mengaktifkan belajar siswa dalam
memperoleh pengalaman, pengetahuan dan keterampilan siswa secara positif. Karena dalam
kegiatan tersebut siswa mengalami secara langsung tentang apa yang direncanakan dan
dilaksanakannya sendiri. Model belajar di atas menunjukkan suatu aktivitas yang bermakna dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan seperti ini juga dapat dilaksanakan secara fleksibel dan juga dapat
disederhanakan sesuai dengan kemampuan siswa sebab pengalaman anak masih terbatas.

Kontrak Belajar Siswa


                                              Topik               : Gerabah
                                                Sub Topik        : Bahan, alat, dan proses pembuatan gerabah
                                              Kelas/Cawu     : VI (enam)/Pertama
                                              Kelompok       : 1 (satu)
                                              Nama               : Wiwin Sholikhah (120210204017)

A.           Pertanyaan Panduan


1.      Bahan-bahan apa sajakah yang digunakan untuk membuat gerabah?
2.      Alat-alat apa saja yang digunakan untuk membuat gerabah?
3.      Bagaimana proses pembuatan gerabah?
B.       Tujuan
1.        Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan untuk membuat gerabah
2.        Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan untuk membuat gerabah
3.        Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan gerabah
C.                 Prosedur
1.      Perencanaan
2.      Pelaksanaan, cara yang dilakukan :
a. Studi pustaka
b. Mengunjungi tempat pembuatan/ industri gerabah
c. Wawancara dengan pengrajin/pengusaha gerabah
3.    Sumber bahan
a.     Literatur, buku, majalah atau artikel yang berkaitan dengan pembuatan gerabah
b.    Dokumen tentang pembuatan gerabah
c.     Wawancara
4.        Evaluasi
a.         Evaluasi proses
b.        Pencapaian hasilsesuai dengan tujuan
Bahan, Alat, dan Cara Pembuatan Gerabah
1.  Bahan
a.     Bahan baku gerabah adalah tanah liat
b.    Bahan pembantu gerabah adalah pasir halus dan air.
Tanah liat yang baik memiliki persyaratan teknis, yaitu :
1.         Bebas dari kotoran
2.         Butiran tanah halus
3.         Liat atau plastis, dan
4.         Daya susut tanah tidak lebih dari 10%
3.      Alat
a. Kayu bulat/penggiling
a.         Kayu bulat/penggiling
b.        Meja putar
c.         Tali pemotong
d.        Cetakan biasanya terbuat dari gips

e.         Butsir
f.         Pisau pahat
g.        Sudip
h.        Tungku pembakaran
4.   Cara pembuatan gerabah
   a.  Tahap persiapan
            Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah :
1.        Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur
2.        Mempersiapkan bahan campurannya
3.        Mempersiapkan alat pengolahan bahan.
            b.  Proses Pengolahan Bahan.
     Proses pengolahan baku gerabah mengalami beberapa tahapan, diantaranya :
     1.    Tahap penggalian.
     Tahap penggalian yaitu merupakan tahap awal dimana dilakukan penggalian tanah liat pada tempat
tertentu (seperti pada halaman pekarangan atau ladang tertentu) dengan menggunakan cangkul.
     2.    Tahap penjemuran.
     Tahap penjemuran yaitu pada tahap ini tanah yang baru diambil dari tempat penggalian dikeringkan
dengan cara dijemur dibawah terik sinar matahari.
     3.    Tahap penumbukan
     Tahap penumbukan yaitu pada tahap ini tanah yang telah kering dijemur tadi ditumbuk dengan alat
penumbuk agar gumpalan-gumpalan tanah hancur dan terbentuk butiran-butiran tanah lebih kecil.
     4.    Tahap penyaringan.
     Tahap penyaringan yaitu pada tahap ini tanah yang telah ditumbuk tadi diayak dengan ayakan
sehingga diperoleh butiran-butiran tanah yang agak halus dan merata.
     5.    Tahap adonan.
Tahap adonan yaitu pada tahap ini tanah yang diperoleh dari hasil ayakan tadi dicampur dengan air
     Tahap adonan yaitu pada tahap ini tanah yang diperoleh dari hasil ayakan tadi dicampur dengan air
secukupnya serta diulet sehingga tercipta adonan tanah plastis.
     6.    Tahap pengeraman.

     Tahap pengeraman yaitu pada tahap ini tanah yang sudah berbentuk adonan dilakukan pengeraman
dengan menutup adonan tanah tadi dengan kain atau plastik dan mendiamkannya selama beberapa
hari ( 2 hari atau lebih) sehingga keadaan tanah semakin plastis dan mudah dibentuk.
     c.     Proses Pembentukan
     Untuk membuat gerabah diperlukan suatu proses pembentukan. Proses pembentukan gerabah ada
beberapa macam.
     1.    Pembentukan dengan roda pemutar (penglilidan).
            Pembentukan gerabah pada proses ini cara kerjanya diawali dengan menaburkan serbuk batu
padas terlebih dahulu pada permukaan roda pemutar (penglilidan), kemudian meletakan segumpal
adonan tanah liat pada bagian tengah permukaan roda pemutar yang telah ditaburi bubuk batu
padas. Selanjutnya tangan kanan memegang tanah dengan ibu jari diletakan ditengah-tengah untuk
menekan gumpalan tanah dari bagian dalam dinding ruang gerabah. Sedangkan jari-jari tangan yang
lain menekan dinding gerabah dari luar. Tangan kanan memegang tanah sambil memutar kearah
kanan, sedangkan tangan kiri memutar roda pemutar kearah yang berlawanan. Dengan demikian
terbentuklah benda-benda gerabah yang mempunyai diameter. Proses selanjutnya adalah
menghaluskan benda yang dibentuk dengan secarik kain basah. Kain basah ini ditempelkan pada
permukaan menggunakan tangan kanan. Teknik memutar roda pemutar sama dengan pada saat
teknik membentuk tadi. Setelah dihaluskan dilanjutkan dengan memotong pada bagian bawah benda
yang telah jadi dibentuk agar terpisah dari alat roda pemutar dengan menggunakan tali pemotong
(tali senar atau ijuk). Benda yang telah terpisah dari roda pemutar ditaruh pada tempat yang agak
teduh tanpa terkena sinar matahari langsung. Adapun benda-benda gerabah yang dihasilkan dari
proses ini adalah seperti, coblong, payuk pere, pane, dan sebagainya.
     2.    Pembentukan dengan roda pemutar dan teknik sambungan.
                   Pada proses pembentukan ini dilakukan dua tahapan pekerjaan yang terpisah yaitu tahap
pertama pembuatan bibir dan leher. selanjutnya tahap kedua yaitu pembuatan badan bagian
bawah yang kemudian disambung dengan leher dan bibir yang dibentuk tadi. Setelah kedua bagian
bawah yang kemudian disambung dengan leher dan bibir yang dibentuk tadi. Setelah kedua bagian
tersebut disambung dilakukan upaya meratakan, menghaluskan, dan memperbesar volume
dengan cara memukul-mukul dengan kayu pipih dan penyangga dari batu. Adapun benda-benda
yang dihasilkan dari teknik ini adalah periuk, dulang, senen, kekeb, dan pasepan.

     3.  Pembentukan dengan roda pemutar dan teknik tempel dan sambungan.
                   Pada proses ini diawali dengan membuat bagian dasar atau badan. Setelah bagian ini
terbentuk dan sudah agak padat barulah disambung dengan leher serta ditempel dengan carat
(lubang pancoran). Adapun jenis gerabah yang dibentuk dengan teknik ini seperti angglo, coblong,
kumbecarat, dan sebagainya.
     d.    Proses Pengeringan dan Pewarnaan
                   Proses pengeringan dalam pembuatan benda gerabah dilakukan dua tahap.  Tahap
pertama pada saat benda baru selesai dibentuk dikeringkan dengan cara diangin-anginkan tanpa
terkena sinar matahari langsung, untuk menghindari  keretakan akibat penyerapan dan
penguapan kadar air yang tidak merata. Setelah agak kering baru dilanjutkan dengan pengeringan
tahap kedua yaitu dengan menjemur gerabah mentah ini pada terik sinar matahari langsung,
sehingga keadaan badan gerabah benar-benar kering dan telah untuk siap dibakar.Proses
pewarnaan benda-benda gerabah diterapkan dengan melapisi permukaan badan gerabah yang
telah kering dengan cairan tanah pere. Cairan tanah pere ini akan menghasilkan warna merah
setalah dibakar.
     e.     Proses Pembakaran
            Ada dua jenis tungku pembakaran yang digunakan.Pembakaran gerabah dilakukan dengan
menggunakan tungku lading, bahan bakar yang digunakan pada pembakaran dengan tungku
ladang ini adalah jerami, sekam, atau alang-alang yang telah usang. Cara menyusun barang pada
tempat pembakaran adalah terlebih dahulu dibuatkan tempat alas dari pecahan-pecahan periuk
dengan membentuk lingkaran atau segi empat.  Kemudian diatas lingkaran atau segi empat dari
pecahan periuk ini benda-benda yang akan di bakar disusun dengan rapi. Setelah benda-benda
bakal gerabah tersusun rapi barulah ditutup dengan jerami atau alang-alang untuk siap dibakar.
Sedangkan menggunakan tungku Gerombong, bahan bakar yang dipergunakan adalah kayu bakar,
sekam, jerami, dan serabut kelapa. Kontruksi penyusunan barang pada tungku gerombong ini
adalah sebagai berikut; tungku yang besarnya kurang lebih satu meter persegi di dalamnya
adalah sebagai berikut; tungku yang besarnya kurang lebih satu meter persegi di dalamnya
dipersiapkan beberapa pembatas atau plat  terbuat dari besi yang berfungsi sebagai alas tempat
benda-benda gerabah yang siap dibakar. Pada bagian atas gerombong ditutup dengan sekam yang
berfungsi untuk menahan panas,  sehingga panas merata kebadan gerabah yang dibakar. Pada

bagian bawah gerombong terdapat lubang untuk meletakan kayu bakar yang dinyalakan. Sebelum
kayu bakar dinyalakan terlebih dahulu dilakukan proses pengasapan selama kurang lebih dua jam,
selanjutnya diteruskan dengan menyalakan kayu bakar selama kurang lebih satu setengah jam.
Pembakaran seperti ini mampu menghasilkan mutu gerabah yang lebih baik dari tungku ladang.
     f.     Tahap Finishing
     Finishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah proses pembakaran.
Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara misalnya memulas dengan cat warna,
melukis, menempel atau menganyam dengan bahan lain, dan lain-lain.

·     Teknik Pembuatan Gerabah


   1.    Teknik lempeng (slabing)
          Teknik lempeng atau slabing merupakan teknik yang digunakan untuk membuat benda gerabah
berbentuk kubistis atau kubus dengan permukaan yang rata. Teknik ini diawali dengan pembuatan
lempengan tanah liat dengan menggunakan rol kayu penggilas. Setelah menjadi lempengan dengan
ketebalan yang sama, kamu dapat memotong dengan pisau atau kawat sesuai dengan ukuran yang
akan diinginkan. Selanjutnya, kamu dapat membuat menjadi bentuk kubus atau persegi. Kemudian
tahap akhir diberi hiasan dengan cara ditoreh pada saat tanah setengah kering
   2.    Teknik pijat (pinching)
                      Teknik pijat atau pinching merupakan teknik membuat keramik dengan cara memijat
tanah liat langsung menggunakan tangan. Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah agar tanah liat
lebih padat dan tidakmudah mengelupas sehingga hasilnya akan menjadi tahan lama. Proses pijat
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.    Ambil segumpal tanah liat plastis
b.    Tanah liat tersebut diulet – ulet dan dipijit – pijit dengan ibu jari sambil dibentuk sesuai dengan
bentuk benda yang diinginkan.
c.    Haluskan menggunakan kuas atau pun kain halus.
gg p

   3.    Teknik pilin (coiling)


          Teknik pilin atau coiling adalah cara membentuk tanah liat dengan bentuk dasar tanah liat yang
dipilin atau dibentuk seperti tali. Cara melakukan teknik ini adalah segumpal tanah liat dibentuk
pilinan dengan kedua belah telapak tangan. Ukuran tiap pilinan disesuaikan dengan kebutuhan.
Kemudian, pilinan tanah liat disusun secara melingkar sehingga menjadi bentuk yang diinginkan.
Jangan lupa setiap susunan ditekan dan tambahkan air supaya menempel.
   4.    Teknik putar (throwing)
                      Untuk membuat gerabah dengan teknik putar atau throwing, kamu memerlukan alat
bantu berupa subang pelarik atau alat putar elektrik. Cara melakukan teknik ini adalah dengan
mengambil segumpal tanah liat yang plastis dan lumat. Setelah itu, taruhlah tanah liat di atas meja
putar tepat dib again tengah – tengahnya. Lalu, tekan tanah liat dengan kedua belah tangan sambil
diputar. Bentuk tanah liat sesuai yang diinginkan. Teknik putar pada umumnya menghasilkan benda
dengan bentuk bulat atau pun silindris (silinder).
   5.    Teknik cetak tekan (press)
       Teknik cetak tekan dilakukan dengan menekan tanah liat yang bentuknya disesuaikan   dengan
cetakan. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan hasil dengan waktu yang singkat atau cepat.
   6.    Teknik cor atau tuang
          Teknik cor atau tuang digunakan untuk membuat gerabah dengan menggunakan acuan alat
cetak. Tanah liat yang digunakan untuk teknik ini adalah tanah liat cair. Cetakan ini biasanya terbuat
dari bahan gips. Bahan gips digunakan karena gips dapat menyerap air lebih cepat sehingga tanah
liat menjadi cepat kering.

                                              Topik               :  Gerabah


                                              Subtopik          : Kendala Pada Proses Pembuatan Gerabah
                                              Kelas/cawu      : VI (Enam)/Pertama
                                              Kelompok       : 2 (Dua)
                                              Nama               : Selly Rosalina
A. Pertanyaan panduan
1. Kendala apa saja yang dihadapi pada saat proses pembuatan gerabah?
B. Tujuan
1.        Untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami saat proses pembuatan gerabah
C. Prosedur
1.    Perencanaan
2.    Pelaksanaan cara yang dilakukan:
a)    Studi pustaka
b)   Mengunjungi tempat pembuatan gerabah
c)    Wawancara dengan pengrajin gerabah
     3.       Sumber bahan
a)      Literatur, buku, majalah atau artikel yang berkaitan dengan pengrajin gerabah
b)      Dokumen tentang pembuatan gerabah.
c)      Wawancara
     4.       Evaluasi
a.         Evaluasi proses
b.        Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.

·           Kendala Pada Proses Pembuatan Gerabah


  Kendala Tahapan proses pembuatan gerabah  :   
     Kendala pada proses pembuatan gerabah diantaranya yaitu: Pada saat penjemuran tanah liat cuaca
tidak mendukung  (mendung/ hujan ), alat yang ada kurang lengkap. Untuk menemukan tanah liat
dengan kualitas baik  sangat sulit, bahkan kadang membeli tanah liat di daerah lain. Dengan
menggunakan alat yang masih tradisional lebih memakan waktu yang cukup lama sebelum siap
dipasarkan, Umumnya pada saat proses pembuatan gerabah tidak menemukan kendala yang berarti
namun tetap dibutuhkan pengrajin yang terampil, kreatif dan sabar dalam proses pembuatannya
agar bentuk yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan pasar, namun yang banyak mengalami kendala
yaitu pada proses penjemurannya, apabila pada saat penjemuran gerabah cuacanya tidak
mendukung maka akan sangat mempengaruhi produksi dan kualitas gerabah. Karena penjemuran
dilakukan 1 sampai 2 hari dimana cuaca dan terik matahari tidak selalu sama. Karena dalam proses
p p
pembuatan gerabah ini menggunakan tenaga sinar matahari sebagai pengering agar gerabah tetap
kuat dan tidak retak ketika dibakar. Jika musim penghujan tiba, maka secara tidak langsung
menggurangi jumlah produksi dari gerabah karena kualitas gerabah yang dihasilkan tidak cukup
baik. Hal itu terjadi akibat keretakan yang timbul di gerabah tersebut.

                                              Topik               :  Gerabah


                                              Subtopik          : Jenis-jenis kerajinan Gerabah
                                              Kelas/cawu      : VI (Enam)/Pertama
                                              Kelompok       : 3 (Tiga)
                                              Nama               : Vindi Amelyana P

A. Pertanyaan panduan           :
1. Apa sajakah jenis-jenis kerajinan gerabah?
B. Tujuan        :
          2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kerajinan gerabah?
C. Prosedur     :
1.      Perencanaan
2.      Pelaksanaan            : Studi pustaka dan Wawancara dengan penjual kerajinan gerabah
3.      Sumber bahan         : literatur, buku, majalah atau artikel yang berkaitan dengan gerabah
4.    Evaluasi      :
a.    Evaluasi proses
b.    Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.

·         Jenis-jenis kerajinan gerabah


          Gerabah atau bisa juga disebut tembikar merupakan salah satu bentuk buah karya dan
sekaligus tradisi nenek moyang turun-temurun yang pernah ada dan sampai sekarang dipertahankan
sebagai sebuah keahlian penduduk setempat yang telah diakui dunia. Dulu gerabah biasa digunakan
untuk menyimpan beras, garam dan bumbu-bumbuan disamping digunakan untuk tujuan
memasak.namun seiring perkembangan jaman perkembangan gerabah pun menjadi lebih luas.
gp g j p g g p j
Gerabah adalah perkakas atau kerajinan yang dibuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar
untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna dan membantu dalam kehidupan.
          Menurut informasi yang ada gerabah mempunyai berbagai macam bentuk yaitu :
•        Piring
•        Kendi
•        Guci
•        Tempayan
•        Anglo
•        Kuali
•        Celengan
•        Pot
•        Gerabah hiasan
Dibawah ini adalah daerah penghasil gerabah di indonesia ( gerabah berdasarkan tempat
pembuatannya ) :
1.       Kerajinan Gerabah Jepara
2.       Kerajinan Gerabah Kasongan
3.       Kerajinan Gerabah Desa Pejaten
4.       Kerajinan Gerabah dari Dinoyo, Malang
5.       Kerajinan Gerabah dari Plered, Purwakarta
6.       Kerajinan Gerabah dari Sompok
7.       Kerajinan Gerabah dari Bojonegoro (Jawa Timur),
8.       Kerajinan Gerabah dari Kedu.
         Namun menurut informasi mengatakan bahwa kerajinan gerabah yang paling populer atau
terkenal di indonesia berada di daerah Yogyakarta yaitu Gerabah Kasongan.

                        Topik               : Gerabah


                        Sub topik         : Kegunaan kerajinan gerabah
                        Kelas/cawu      : VI (Enam) / Pertama
                        Kelompok       : 4 (empat)
p ( p )
                        Nama               : Zahrotul Mufidah A

A.   Pertanyaan panduan      :


       1. Apa sajakah kegunaan kerajinan gerabah?
B.    Tujuan                :
       2. Untuk mengetahui apa saja kegunaan gerabah.
C.    Prosedur                        :
       1.  Perencanaan
       2.  Pelaksanaan  : Studi pustaka
   3.  Sumber bahan: literatur, buku, majalah atau artikel yang berkaitan dengan gerabah.
          4.  Evaluasi        :
            a. Evaluasi proses
            b. Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.

·         Kegunaan Gerabah


Kegunaan  gerabah disesuaikan dengan bentuknya dan dikaji dari sudut pandang estetik dekoratif dan
pelestarian budaya serta fungsi dalam hubungannya dengan interior dan eksterior. Belum banyak
pengrajin gerabah yang menunjukkan suatu usaha untuk menciptakan gerabah yang bernilai estetis.

a.       Fungsi Estetik Dekoratif


            Penciptaan seni telah ada sejak zaman prasejarah dan tumbuh pada setiap kelompok orang yang
memiliki rasa keindahan. Pada dasarnya seni mempunyai nilai keberhargaan, keunggulan dan
kebaikan sehingga sangat dibutuhkan oleh setiap insan manusia. Kualitas seni apabila dapat
memenuhi kebutuhan dan keperluan manusia seni itu telah memenuhi kaidah-kaidah fungsi sesua
dengan yang diinginkan (Gie, 1996:47). Fungsi estetik dekoratif muncul setelah gerabah dapat dijadikan
sarana oleh pengrajin untuk menuangkan idenya dengan memadukan unsur garis, tekstur serta
polesan warna kepermukaan bidang yang ekspresif. Gerabah yang dikenal sejak dahulu, bahkan
diseluruh dunia menganggap hanya sebagai tempat atau wadah untuk menyimpan makanan apabila
bentuknya tidak dapat mencerminkan nilai estetis. Nilai estetis yang dimaksud adalah nilai yang
dipengaruhi oleh unsur kesenirupaan yang berlaku dalam lingkungan budaya setempat. Gerabah pada
awalnya berfungsi sebagai alat upacara kemanusiaan seperti kelahiran, perkawinan dan kematian,
disamping sebagai sarana kegiatan rumah tangga khususnya peralatan dapur. Mengamati kerajinan
gerabah bukan berarti melihat wujud atau bentuknya secara realitas, namun berusaha mengamati
secara saksama terhadap hakikat nilai seni yang terkandung dalam gerabah itu sendiri. Bastomi (1992)
menyatakan bahwa pengamatan terhadap seni tidak terbatas pada penglihatan indrawi saja, namun
juga penglihatan intuitif.
               Fungsi estetik garabah dapat dijadikan sarana oleh pengrajin untuk menuangkan idenya, secara
perlahan mulai melepaskan keterikatan pada bentuk gerabah dengan nilai guna. Namun fenomena
tersebut tidak membawa pengaruh yang berarti pada bentuk-bentuk gerabah tradisional yang
berhubungan dengan kegiatan ritual kemanusian, karena keberadaannya sangat ditentukan oleh
pakem-pakem yang jelas sesuai dengan ukuran tertentu. Misal : Periuk tempat ariari (plasenta), pasuh
tempat memandikan bayi, paneh tempat air untuk memandikan mayat, maupun kendi tempat air basuh
yang ditaruh di depan rumah tetap tumbuh mengikuti perjalanan modernisasi walapun dalam skala
kecil.
              Berkaitan dengan fungsi dan kegunaan berkembanglah bentuk-bentuk baru dengan membubuhi
beberapa hiasan sebagai aksen keindahan untuk menunjang struktur gerabah itu sendiri. Perubahan
dimaksud akhirnya melahirkan fungsi yang beraneka macam seperti gerabah sebagai elemen estetika
taman, bentuk-bentuk patung, hiasan dinding lampu taman maupun tempat buah. Perubahan fungsi
gerabah dengan membubuhi sedikit dekorasi atau dengan mengembangkan bentuk awalnya akan
mengarah pada kreativitas dan memotivasi daya hayal para pengrajin dalam berkarya dan mencipta.
Penempatan pada ruang dalam (interior) difungsikan sebagai wadah, sedangkan pada ruang luar
(eksterior) dimunculkan pada momen tertentu sebagai elemen estetika taman. Sistem pewarisan
keterampilan dan keahlian yang dimiliki masyarakat di suatu daerah akhirnya membentuk komunitas
masyarakat industri yang menekuni bidang keahlian membuat gerabah secara profesional, dilandasi
oleh keinginan kuat untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

b.      Fungsi Pelestarian Budaya


            Kerajinan gerabah berfungsi juga sebagai pelestarian budaya ditengah-tengah arus globalisasi
j g g j g g p y g g g
antara budaya satu dengan lainnya. Mengingat kerajinan ini merupakan produk kesenian yang
tumbuh dalam satu lingkaran budaya yang sudah memiliki kekuatan bentuk dan gaya sebagai jati diri
sehingga faktor apapun yang datang mempengaruhi dapat diseleksi secara selektif. Sebagai identitas
atau jati diri budaya masyarakat indonesia adalah hidup dalam kebersamaan dan berdampingan
saling tolong menolong. Sikap kebersamaan sebagai jati diri dari nilai-nilai sosial kemasyarakatan, adat
dan agama menyatu dalam kesatuan yang dilukiskan sebagai alat atau ‘wadah’ dalam bentuk gerabah.
Hal ini diyakini dapat dijadikan pedoman dalam melangkah selanjutnya menuju masyarakat yang
rukun dan damai. Bentuk dan hiasannya juga merupakan jati diri yang sering diwacanakan sebagai
local genius. Konsep ‘local genius’ yang telah digariskan tetua mereka mampu bertahan terhadap
pengaruh budaya luar, minimal dalam penyerapan pengaruh dapat mengintegerasikan unsur-unsur
budaya luar kedalam budaya daerah sendiri.
            Berikut ini beberapa hasil seni gerabah yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia
beserta fungsinya.
a.         Periuk berfungsi sebagai alat untuk memasak nasi.
b.         Belanga berfungsi sebagai alat untuk memasak sayur.
c.         Tempayan berfungsi sebagai alat untuk menyimpan beras atau air.
d.        Anglo berfungsi sebagai alat untuk memasak (serupa dengan kompor).
e.         Celengan berfungsi sebagai tempat menyimpan uang.
v  Gerabah juga bisa digunakan untuk menghias rumah kita, misal:
Gerabah ini dapat diletakkan disudut ruangan sebagai hiasan

Gerabah ini dapat digunakan sebagai fas bunga yang dapat diletakkan diatas meja tamu kita agar
terlihat lebih cantik dan menarik.
Gerabah yang berbentuk kendi untuk menyimpan air putih, supaya air tersebut lebih terasa segar.

Piring yang terbuat dari tanah liat biasanya dipakai untuk alas makan supaya terasa lebih sedap dan
nikmat.

Gerabah ini untuk menanam bunga yang bisa diletakkan pada bagian depan rumah kita.

Tempat buah ini berbentuk daun pisang, bentuknya yang unik ini bila kita letakkan buah diatasnya
maka akan terlihat lebih cantik.

                                    Topik               :  Gerabah


                                    Sub Topik        : Pemasaran Gerabah
                                    Kelas/Cawu     : VI / Pertama
                                    Kelompok       : 5 (lima)
                                    Nama               : Faiqotul Nur Wakhida

A. Pertanyaan Panduan                    
       1. Bagaimana teknik pemasaran gerabah?
B.    Tujuan
j
       1. Untuk mengetahui bagaimana teknik pemasaran gerabah
C.    Prosedur
       1. Perencanaan
       2. Pelaksanaan, cara yang dilakukan:
         Wawancara dengan pengusaha pengrajin gerabah
       3. Sumber bahan
a.    Wawancara
     4. Evaluasi
a.  Evaluasi proses
b.  Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.

·    Teknik Pemasaran Gerabah


         Pemasaran dilakukan di daerah sekitar, beberapa di luar kota dalam negeri, beberapa mencapai
pasar luar negeri contohnya di  Negara-negara Eropa dan Amerika. Untuk itu perlu dilakukan
beberapa hal, yaitu:
       Pertama, tentu saja adalah strategi pengembangan produk. Mulai dengan inovasi pada teknologi
dan desain, dan juga bagaimana menciptakan produk-produk yang bisa dikemas sebagai souvenir.
Dengan demikian, setiap wisawatan baik domestic maupun manca Negara, saat datang ke desa, selalu
tergoda untuk mau tidak mau membeli souvenir dari art shop di sana.
       Kedua, perlu ada pola pemasaran bersama, yang dilakukan oleh kelompok perajin ataupun
koperasi yang sudah ada, sehingga kepentingan para perajin bisa terlindungi. Dengan program
pemasaran bersama, rantai distribusi kepada konsumen bisa lebih dipangkas dan efisien.
Selain itu terdapat strategi yang dikembangkan untuk pemasaran gerabah, diantaranya:
1.    Menciptakan produk yang inovatif dan tahan lama. Mereka bahkan tidak menggunakan referensi
dari berbagai sumber, termasuk internet. Gerabah yang mereka produksi benar-benar kreasi
sendiri.
2.    Penjualan langsung di outlet souvenir gerabah.
3.    Mengirimkan produk sample ke pasar luar negeri.
4.    Mempromosikan produk pada media online seperti iklan radio, website,  maupun media offline
seperti iklan di koran, brosur, leaflet, dsb.
p , , ,
       Untuk teknik pemasaran di daerah sekitar, manajemen pemasaran yang dijalankan bersifat
tradisional, fassive, sangat bergantung pada calon  pembeli yang datang ke lokasi. Jika tidak ada
konsumen yang datang maka tidak ada transasi yang berlangsung di sana.

Penjualan hasil produksi gerabah di daerah ini menyasar konsumen baik perorangan maupun
konsumen yang bersifat institusional (lembaga pemerintah dan swasta;hotel). Secara khusus
pembelian yang dilakukan melalui manajemen hotel mematok harga berdasarkan ukuran gerabah
yang dibutuhkan. Biasanya dalam jumlah besar.
        Dalam bentuk yang lain, penjualan dapat pula terjadi dengan melalui agen, ada juga yang dijual ke
pedagang.Pada tingkatan ini gerabah dalam jumlah yang relative besar ini akan dipasarkan ke pelosok
daerah, kota, dan bahkan ada yang dibawah ke mancanegara.Walaupun demikian bentuk transaksi ini
sifatnya temporer dan berselang cukup lama.
       Gerabah yang dipasarkan haruslah gerabah yang berkualitas, agar nantinya para konsumen tidak
kecewa dan tetap membeli gerabah yang diproduksi di tempat itu.

                                    Topik               : Gerabah


                                    Sub Topik        : Kendala Pemasaran Gerabah
                                    Kelas/Cawu     : VI (Enam) / Pertama
                                    Kelompok       : 6 (Enam)
                                    Nama               : Risa Dwi

A. Pertanyaan Panduan                    
       1. Apa saja kendala dalam pemasaran gerabah?
B.    Tujuan
       1. Untuk mengetahui kendala  pemasaran gerabah
C.    Prosedur
       1. Perencanaan
       2. Pelaksanaan, cara yang dilakukan:
    Studi pustaka, wawancara dengan pengusaha pengrajin gerabah.
       3. Sumber bahan
a. Wawancara
b.  Artikel atau majalah yang berkaitan dengan pemasaran gerabag.
     4. Evaluasi
a.  Evaluasi proses
b.  Pencapaian hasil sesuai dengan tujuan.

·         Kendala Pemasaran Gerabah :


1.         Kendala utama yang dihadapi kalangan perajin gerabah adalah masalah pemasaran ekspor ke
luar negeri. Padahal minat pembeli asing terhadap produk gerabah cukup tinggi. Di dalam negeri
sendiri produk gerabah sudah cukup dikenal dan banyak diminati pembeli. Namun untuk pasar
ekspor sampai saat ini masih sangat tergantung kepada pihak ketiga yang mencari keuntungan
diantara produsen dengan konsumen.

2.         Salah satu faktor pemasaran gerabah yang tersendat-sendat yaitu jarang pembeli. Kini
sebagaimana nasib barang dan berbagai perabot rumah tangga tradisional lainnya, gerabah
memang sudah beralih fungsi utamanya. Dulu ketika industri barang dan perabot rumah tangga
yang berbahan baku dari plastik, aluminium dan keramik belum merajalela dengan harga yang
sangat murah, gerabah seperti payuk, jun, caratan, dulang, kekeb dan lain sebagainya,
merupakan perabotan utama dalam setiap rumah sehingga penjualannya selalu lancar. Ini juga
menjadi alasan utama kenapa sebagian warga masyarakat hanya menekuni pekerjaan membuat
gerabah dan tidak sempat belajar keterampilan lain. Tahun 1960—1975 perabotan dari gerabah
digunakan menanak nasi, tempat air dan lainnya.

3.         Kendala pemasaran lainnya yaitu harga gerabah yang sangat murah. Mengenai harga yang
murah ini, menurut penuturan para pengrajin gerabah penyebabnya cukup beragam.
Banyaknya jumlah pengrajin membuat persaingan sangat ketat sehingga mereka juga harus
berani menurunkan harga gerabah agar pembeli tidak berpindah ke tempat lain. Namun dari
semua persoalan harga yang dihadapi para pengrajin, satu hal yang paling krusial adalah
kekuasaan para calo untuk menentukan harga gerabah itu sendiri. Para calo tersebut tiada lain
kekuasaan para calo untuk menentukan harga gerabah itu sendiri. Para calo tersebut tiada lain
adalah para penampung sekaligus pedagang hasil kerajinan gerabah, baik yang ada di desa
maupun di pasar.

4.         Kendala lain yaitu biasanya pengrajin gerabah menjual gerabahnya setengah jadi dengan harga
yang sangat murah, itupun pembayarannya tidak cash, atau bisa dikatakan dengan sistem di
hutang. Maka dengan kondisi inilah kelompok pasar seni dibangun dengan harapan semua
pengrajin gerabah yang ada di desa bisa memasukkan barangnya dengan harga sedikit lebih
mahal dan dengan pembayaran dengan cash atau tunai.

5.         Akses pasar yang tidak menjanjikan.

6.         Pemasaran gerabah sangat bergantung kondisi negara pembeli. Saat ini 80 persen produk
gerabah  koperasi itu di ekspor ke luar negeri.

7.         Kurangnya koneksi (hubungan) dengan teman atau pihak-pihak tertentu yang dapat membantu
kemudahan pemasaran hasil produksi gerabah.

8.         Pemerintah daerah yang tidak begitu serius melakukan pembinaan dan pengembangan usaha
kerajinan gerabah, bahkan kurang dipromosikan ke luar daerah sehingga keberadaannya biasa-
biasa saja, dan hanya cukup menyambung hidup seadanya bagi setiap keluarga pengrajin
gerabah.

9.         Di desa untuk memasarkan hasil produksi ke kota tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan
para pengrajin gerabah, sehingga ancaman terhentinya produksi gerabah di desa tersebut makin
terbuka.

10.     Minimnya keikutsertaan pengrajin gerabah dalam mengikuti kegiatan pameran. Padahal 
kecenderungannya saat ini, pasar lebih suka datang ke satu tempat seperti ke sebuah pameran
dan disana mereka mendapatkan berbagai jenis barang sekaligus. Dengan mengikuti kegiatan
pameran, usaha mereka bisa tetap eksis. Setahun minimal seorang pengrajin gerabah harus
mengikuti tiga pameran wajib seperti PPE, IFFINA, dan INACRAFT untuk ajang promosi.
S hi gg d g d it l h d l k l i t i lb k l
Sehingga dengan adanya pameran-pameran itulah order lokal maupun internasional berskala
besar dapat diraih.

11.     Kurang berupaya memperkenalkan produksi gerabah melalui website. Sehingga dapat
dikatakan masih terlalu pasif, masih menunggu permintaan konsumen melalui email. Jadi
kehadiran internet belum cukup membantu. Kendala yang dihadapi bukanlah kesulitan
mendapatkan akses internet, tetapi masalah bahasa. Dahulu buyer (pembeli) datang langsung,
meskipun bahasanya campuran (antara bahasa jawa dan Indonesia) tetapi bisa dimengerti.
Sekarang ketika mengikuti kegiatan pameran hanya bertemu 1-2 jam, sehingga selanjutnya
kontak melalui email. Jadi, mau tidak mau kemampuan bahasanya dituntut harus baik.

12.     Perbedaan ukuran dan bentuk gerabah pesanan yang tidak sama juga mempengaruhi
packaging masuk ke dalam kontainer. Jika barang pesanan berukuran besar, jumlah yang masuk
ke dalam kontainer otomatis akan berkurang. Misalnya standartnya bisa mengangkut 1.200 unit
barang, bila dimasukkan barang-barang besar berkurang bisa berubah menjadi 800 unit saja.
Otomatis biaya transportasinya menjadi mahal padahal harganya sama.

13.     Masalah ukuran gerabah yang tidak tepat. Untuk pasar Internasional bukan hanya karena
permintaannya demikian tetapi juga berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengirim
barang. Dari segi ketelitian, pasar Internasional biasanya hanya memberi toleransi ukuran
melesat sebesar 2 cm saja. Jika ukuran gerabah meleset hingga 5 cm maka pesanan gerabah
tersebut langsung di reject atau dibatalkan.

14.     Belum mampu menciptakan trend sendiri dan mempertimbangakan selera atau kemauan
pasar. Selain menyukai produk eksterior, pasar lokal pun menyukai warna yang mencolok.
Sehingga jika dibawa ke Jakarta, produk-produk gerabah yang seperti itu akan habis terjual. Hal
itu bertolak belakang dengan pasar Internasional yang lebih menyukai warna-warna lembut dan
minim dekorasi.
Masukkan komentar Anda...

Postingan populer dari blog ini

Menimbang Aneka ragam organisasi keguruan


Oktober 27, 2014

Kelompok 5 Zahrotul Mufidah Ali (120210204058) Fitria (120210204068) Dyah Aini Purbarani (120210204074)
Menimbang Aneka Ragam Organisasi Profesi Keguruan Seorang guru dituntut untuk dapat melakukan perubahan dan
perkembangan yang mengikuti budaya dan teknologi masa kini agar guru tersebut tidak terkesan kaku dan ketinggalan …

BACA SELENGKAPNYA

jurnal 2
April 28, 2014

Name   : Fitria Nim     : 120210204068 Class    : B Journal 2 In the first meeting, on 12 march 2014. In my class we our
continuing our discussion for second group we talk about “Changging lifestyle and new eating habits”. There are some
co t u g ou d scuss o o seco d g oup e ta about C a gg g esty e a d e eat g ab ts . e e a e so e
members from the  second group read that paragraph.  In the topic, it explains the differences of lifestyle in my country. …

BACA SELENGKAPNYA

Diberdayakan oleh Blogger

Gambar tema oleh badins

UNKNOWN

KUNJUNGI PROFIL

Arsip

Laporkan Penyalahgunaan

Anda mungkin juga menyukai