Anda di halaman 1dari 5

Nama : ANDI SUSANTO

NIM : 041092645
SOAL

1.Tindak pidana pencucian uang, dikenal sejak tahun 1930 di Amerika Serikat ketika Al Capone
mencuci uang hitam dari usaha kejahatan dengan memakai Meyer Lansky, seorang akuntan
mencuci uang kejahatan melalui usaha binatu, uang dari hasil perjudian. Money Laundring
biasanya dilakukan atas beberapa alasan karena dana yang dimiliki dari hasil curian/korupsi
kemudian penjualan ganja,pelacuran, penggelapan pajak, dan sebagainya. Berikan pendapat
Saudara mengenai MoneyLaundring; apakah sama dengan uang kotor(dirty money).
Jawaban
Pencucian uang atau money laundering adalah proses menyembunyikan sumber uang yang
berasal dari kegiatan kriminal, biasanya dengan menyerahkannya melalui bisnis atau lembaga
keuangan yang sah. Money Laundering adalah illegal dan memainkan peran penting dalam
organisasi kriminal. "Uang kotor (Dirty Money)" adalah uang tunai yang berasal dari kegiatan
terlarang, seperti perdagangan narkoba. Penjahat (kriminal) menggunakan teknik pencucian uang
yang berbeda untuk menyembunyikan dari mana uang itu berasal, pencucian uang membuatnya
"bersih." Dengan menemukan cara untuk meneruskan uang melalui bisnis yang sah dan
menyetor uang ini ke lembaga keuangan yang sah, penjahat dapat membuat dana ini seolah- olah
berasal dari sumber yang sah. Setelah uang itu dicuci, penjahat kemudian dapat menggunakan
dana untuk tujuan apa pun.

2. Hak asasi manusia telah diatur universal dan juga secara nasional dalam peraturan perundang-
undangan masing-masing negara. Secara universal HAM merujuk pada Deklarasi Universal
HAM dan kovenan internasional tentang HAM. Pelanggaran HAM merupakan pelanggaran
terhadap kewajiban Negara yang lahir dari instrumen hak asasi, dimana pelanggaran tersebut
dapat dilakukan dengan perbuatan aktif maupun karena kelalaian negara.
Pertanyaan:
a. Berikan pendapat Saudara mengenai Pelanggaran HAM berat dalam Undang-undang No.26
Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia
Jawaban
Pengadilan Hak Asasi Manusia di Indonesia dibentuk berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia dengan tugas dan wewenang untuk memeriksa dan
memutus perkara "khusus" terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat, yaitu yang
menyangkut pelanggaran yang meliputi kejahatan Genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan. Kejahatan Genosida Kejahatan Genosida sebagaimana yang telah diatur di dalam

This study source was downloaded by 100000864791121 from CourseHero.com on 05-08-2023 01:08:26 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/149595131/BJT-HKUM4309pdf/
Undang-Undang menyebutkan setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok,
etnis, dan kelompok agama dengan cara:
1.Membunuh anggota kelompok;
2.Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok;

3. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik
baik seluruh atau sebagaiannya;
4. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran didalam kelompok;

5. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain Kejahatan
Terhadap Kemanusiaan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan ialah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas
atau sistematik yang diketahui bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil, seperti:
1. Pembunuhan;
2. Pemusnahan;
3. Perbudakan;
4.Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;

5.Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang
melanggar (asas-asas) ketentuan pokok Hukum Internasional;
6. Penyiksaan;

7. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan


atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual yang setara;

8.Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaaan
paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui
secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional;
9.Penghilangan orang secara paksa;

10.Kejahatan apartheid. Hukum Acara Peradilan HAM di Indonesia Ruang Lingkup kewenangan
Pengadilan HAM berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dapat
dirangkum sebagai berikut:
1.Memeriksa dan memutus perkara pelanggran HAM berat (Pasal 4)
2. Memeriksa dan memutus perkara pelanggran HAM yang berat yang dilakukan di luar batas
teritorial wilayah RI (pasal 5)

This study source was downloaded by 100000864791121 from CourseHero.com on 05-08-2023 01:08:26 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/149595131/BJT-HKUM4309pdf/
3.Pelanggaran HAM yang berat (pasal 7), meliputi:
4.Kejahatan genosida
5.Kejahatan terhadap kemanusiaan

6. Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksan dan memutus perkara pelanggaran HAM yang
berat yang dilakukan oleh seseorang yang berumur di bawah 18 tahun pada sat kejahatan
dilakukan (Pasal 6).

b.Bagaimana perbedaannya dengan pelanggaran HAM berat yang secara eksplisit disebutkan
dalam Konvensi Jenewa 1949.
Jawaban
Walaupun konvensi dan Protokol Tambahan I secara eksplisit menyatakan bahwa kekerasan
seksual adalah kejahatan, namun kekerasan seksual tidak termasuk kejahatan yang dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran berat atau Grave Breaches dalam konvensi Jenewa 1949.
Perbuatan-perbuatan yang termasuk grave Breaches dalam konvensi hanya menyebutkan,
sebagai berikut:
1.pembunuhan disengaja ; .

2.penganiayaan atau perlakuan tidak berperikemanusiaan, termasuk percobaan-percobaan


biologis;

3. perbuatan yang menyebabkan dengan sengaja penderitaan besar atau luka berat atas badan
atau kesehatan;

4. penghancuran yang luas dan tindakan perampokan atas harta benda yang tidak dibenarkan
oleh kepentingan militer dan yang dilaksanakan dengan melawan hukum serta dengan semena-
mena.

3.Penggunaan narkotika dan psikotropika masih diperbolehkan, sepanjang untuk tujuan medis
dan ilmu pengetahuan.
Pertanyaan:
a.Berikan pendapat Saudara mengenai ketentuan tersebut !
Jawaban

Perlu dipahami definisi dari narkotika dalam Pasal 1 angka 1 Undang- Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika ("UU Narkotika") sebagai berikut:

This study source was downloaded by 100000864791121 from CourseHero.com on 05-08-2023 01:08:26 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/149595131/BJT-HKUM4309pdf/
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
Melihat pengaturan dalam Pasal 6 ayat (1) UU Narkotika, narkotika digolongkan ke dalam:

Narkotika golongan I, adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan;

 Narkotika golongan II, adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan;

Narkotika golongan III, adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Selanjutnya penggolongan narkotika sebagaimana dimaksud di
atas untuk pertama kali ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I UU Narkotika.
Ketentuan mengenai perubahan penggolongan narkotika diatur dengan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan yaitu Menteri Kesehatan. Yang
dimaksud dengan "perubahan penggolongan narkotika" adalah penyesuaian penggolongan
narkotika berdasarkan kesepakatan internasional dan pertimbangan kepentingan nasional. Untuk
itu perubahan yang berlaku saat ini mengenai penggolongan narkotika dapat dilihat dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 50 Tahun 2018 tentang Perubahan Penggolongan Na
rkotika ("Permenkes 50/2018"). Latar belakang perubahan tersebut adalah dikarenakan terdapat
peningkatan penyalahgunaan zat psikoaktif yang memiliki potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan dan membahayakan kesehatan masyarakat yang belum termasuk dalam golongan
narkotika sebagaimana diatur dalam Lampiran I UU Narkotika dan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 20 Tahun 2018 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika. Jika melihat ke dalam
Lampiran Permenkes 50/2018, berikut contoh jenis narkotika berdasarkan golongannya, antara
lain:

Narkotika golongan I : opium mentah, tanaman koka, daun koka, kokai mentah, heroina,
metamfetamina, dan tanaman ganja;

Narkotika golongan II : ekgonina, morfin metobromida, dan morfina;

Narkotika golongan III : etilmorfina, kodeina, polkodina, dan propiram.

b.Berikan pandangan Saudara mengenai siapa saja subjek hukum yang bertanggung jawab dalam
menegakkan peraturan tersebut.
Jawaban

This study source was downloaded by 100000864791121 from CourseHero.com on 05-08-2023 01:08:26 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/149595131/BJT-HKUM4309pdf/
Penting untuk diketahui, narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang dimaksud dengan
"pelayanan kesehatan" adalah termasuk pelayanan rehabilitasi medis. Sedangkan yang dimaksud
penggunaan narkotika untuk "pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi" adalah
penggunaan Narkotika terutama untuk kepentingan pengobatan dan rehabilitasi, termasuk untuk
kepentingan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan serta keterampilan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang tugas dan fungsinya melakukan pengawasan,
penyelidikan, penyidikan, dan pemberantasan peredaran gelap Narkotika. Penggunaan narkotika
untuk kepentingan pendidikan, pelatihan dan keterampilan adalah termasuk untuk kepentingan
melatih anjing pelacak Narkotika dari pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia, Bea dan
Cukai dan Badan Narkotika Nasional serta instansi lainnya. Tetapi terdapat pengecualiannya,
yaitu untuk narkotika golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.
Dalam jumlah terbatas, narkotika golongan I dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium
setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan.

This study source was downloaded by 100000864791121 from CourseHero.com on 05-08-2023 01:08:26 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/149595131/BJT-HKUM4309pdf/
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai