Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2 TINDAK PIDANA KHUSUS

1
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

Nama Tutor : Taun, S.H., M.H.

Tugas :

Untuk Tugas 2 ini saudara diminta memberikan jawaban atau tanggapan atas
beberapa pertanyaan di bawah ini:

1. Tindak pidana pencucian uang, dikenal sejak tahun 1930 di Amerika Serikat
ketika Al Capone mencuci uang hitam dari usaha kejahatan dengan memakai
Meyer Lansky, seorang akuntan mencuci uang kejahatan melalui usaha binatu,
uang dari hasil perjudian. Money Laundring biasanya dilakukan atas beberapa
alasan karena dana yang dimiliki dari hasil curian/korupsi kemudian penjualan
ganja, pelacuran, penggelapan pajak, dan sebagainya.

Berikan pendapat Saudara mengenai Money Laundring; apakah sama dengan


uang kotor (dirty money).

2. Hak asasi manusia telah diatur universal dan juga secara nasional dalam
peraturan perundang-undangan masing-masing negara. Secara universal HAM
merujuk pada Deklarasi Universal HAM dan kovenan internasional tentang HAM.
Pelanggaran HAM merupakan pelanggaran terhadap kewajiban negara yang lahir
dari instrumen hak asasi, dimana pelanggaran tersebut dapat dilakukan dengan
perbuatan aktif maupun karena kelalaian negara.

Pertanyaan:

1. Berikan pendapat Saudara mengenai Pelanggaran HAM berat dalam


Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi
Manusia

2. bagaimana perbedaannya dengan pelanggaran HAM berat yang secara


eksplisit disebutkan dalam Konvensi Jenewa 1949.

3. Penggunaan narkotika dan psikotropika masih diperbolehkan, sepanjang untuk


tujuan medis dan ilmu pengetahuan.

1. Berikan pendapat Saudara mengenai ketentuan tersebut.

2. Berikan pandangan Saudara mengenai siapa saja subjek hukum yang


bertanggung jawab dalam menegakkan peraturan tersebut.

Selamat mengerjakan!

Jawaban :
TUGAS 2 TINDAK PIDANA KHUSUS
2
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

1. “Money Laundering” atau Pencucian uang dan "dirty money" atau uang kotor
adalah istilah yang berkaitan satu sama lain, namun memiliki arti yang berbeda.
"Dirty money" atau uang kotor merujuk pada uang yang berasal dari kegiatan
yang ilegal atau tidak sah, seperti hasil kejahatan, korupsi, atau perdagangan
narkotika. Uang kotor dapat memiliki sumber yang tidak jelas dan dapat
menyimpan jejak yang mencurigakan.
Sedangkan pencucian uang merujuk pada serangkaian tindakan yang dilakukan
untuk menyembunyikan sumber asli uang yang berasal dari kegiatan ilegal atau
tidak sah, dengan tujuan untuk membuat uang tersebut terlihat sebagai uang
yang berasal dari sumber yang legal. Pencucian uang dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai cara, seperti melakukan transaksi keuangan palsu,
membeli properti dengan uang ilegal, atau menginvestasikan uang ilegal ke
dalam bisnis yang sah.

Dalam praktiknya, pencucian uang sering kali terkait dengan uang kotor, karena
pencucian uang biasanya dilakukan untuk menyembunyikan sumber uang yang
berasal dari kegiatan ilegal atau tidak sah. Oleh karena itu, pengendalian dan
pencegahan pencucian uang dapat membantu mengurangi aliran uang kotor di
masyarakat.

2. Jawaban :

1. Undang-Undang tersebut mengatur tentang pembentukan pengadilan


khusus untuk menangani kasus pelanggaran hak asasi manusia yang
dianggap berat, seperti kasus kejahatan terhadap kemanusiaan,
genosida, dan kejahatan perang. Tujuan dibentuknya pengadilan khusus
tersebut adalah untuk menjamin keadilan bagi para korban dan
menghindari impunitas bagi pelaku kejahatan.

Pengadilan khusus tersebut diberi kewenangan untuk menyelidiki,


mengadili, dan memutuskan kasus pelanggaran hak asasi manusia yang
dianggap berat. Di dalam Undang-Undang tersebut juga diatur mengenai
hak-hak korban dan saksi, serta peran pengacara dalam proses hukum.

Dalam konteks hak asasi manusia, pelanggaran hak asasi manusia yang
dianggap berat sangatlah serius dan dapat berdampak pada kehidupan
banyak orang. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia diharapkan dapat membantu
memperkuat sistem hukum di Indonesia dalam menangani kasus
pelanggaran hak asasi manusia yang dianggap berat dan mewujudkan
keadilan bagi para korban dan masyarakat.
TUGAS 2 TINDAK PIDANA KHUSUS
3
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

2. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi


Manusia dan Konvensi Jenewa 1949 adalah dua hal yang berbeda dan
memiliki fokus yang berbeda pula.

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi


Manusia membahas tentang pengadilan khusus untuk menangani kasus
pelanggaran hak asasi manusia yang dianggap berat, seperti kejahatan
terhadap kemanusiaan, genosida, dan kejahatan perang. Undang-undang
ini memiliki fokus pada pelanggaran hak asasi manusia yang dianggap
berat di dalam konteks Indonesia, dan memberikan wewenang kepada
pengadilan khusus untuk mengadili kasus-kasus tersebut.

Sementara itu, Konvensi Jenewa 1949 membahas tentang perlindungan


korban perang dan anggota masyarakat sipil yang terkena dampak konflik
bersenjata, serta menetapkan prinsip-prinsip dan norma-norma hukum
yang harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik
bersenjata. Konvensi ini memiliki fokus pada perlindungan korban perang
dan anggota masyarakat sipil dalam situasi konflik bersenjata, dan
ditujukan untuk menjadi norma hukum internasional yang harus dipatuhi
oleh negara-negara yang mengadopsinya.

Meskipun ada beberapa kesamaan, seperti fokus pada pelanggaran hak


asasi manusia dan kejahatan perang, Undang-undang Nomor 26 Tahun
2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia lebih terfokus pada kasus-
kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia,
sementara Konvensi Jenewa 1949 lebih terfokus pada perlindungan
korban perang dan anggota masyarakat sipil dalam situasi konflik
bersenjata secara internasional.

3. Jawaban :
1. Narkotika dan psikotropika adalah zat-zat yang dapat menimbulkan efek
psikoaktif pada penggunanya, sehingga penggunaannya harus diatur
dengan ketat untuk mencegah penyalahgunaan. Namun, narkotika dan
psikotropika juga memiliki manfaat medis yang signifikan dan dapat
digunakan untuk mengobati berbagai kondisi kesehatan.

Penggunaan narkotika dan psikotropika untuk tujuan medis harus


dilakukan dengan resep dari dokter dan pengawasan yang ketat,
sehingga dapat dipastikan bahwa obat-obat tersebut digunakan dengan
aman dan efektif. Obat-obat tersebut biasanya digunakan untuk
mengurangi rasa sakit, mengobati gangguan kecemasan dan depresi,
serta mengobati gangguan mental lainnya.
TUGAS 2 TINDAK PIDANA KHUSUS
4
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

Pemerintah dan lembaga kesehatan internasional seperti WHO mengatur


penggunaan narkotika dan psikotropika dalam bidang medis melalui
berbagai regulasi dan protokol yang ketat, termasuk mengatur distribusi,
pemantauan, dan pengawasan penggunaan obat-obat tersebut untuk
mencegah penyalahgunaan.

Dalam kesimpulannya, penggunaan narkotika dan psikotropika untuk


tujuan medis dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan
dan kehidupan pasien, namun harus dilakukan dengan ketat dan diatur
dengan baik untuk mencegah penyalahgunaan.

2. Ada beberapa subjek hukum yang bertanggung jawab dalam menegakkan


peraturan narkotika dan psikotropika boleh untuk medis, antara lain:

Pemerintah: Pemerintah memiliki kewenangan untuk mengeluarkan


peraturan dan kebijakan terkait penggunaan narkotika dan psikotropika
dalam bidang medis. Pemerintah juga bertanggung jawab dalam
memberikan izin dan regulasi yang diperlukan bagi pihak-pihak yang ingin
memproduksi, mengimpor, dan mendistribusikan obat-obatan tersebut.

Di Indonesia kita mengenal adanya Badan Narkotika Nasional (BNN),


sebagai lembaga negara yang bertugas dalam penanggulangan narkotika
dan peredaran gelap narkotika.

Lembaga kesehatan: Lembaga kesehatan, termasuk rumah sakit dan


klinik, memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa penggunaan
narkotika dan psikotropika dalam bidang medis dilakukan dengan aman
dan efektif. Lembaga kesehatan juga bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa obat-obatan tersebut diberikan sesuai dengan resep
dokter dan diawasi dengan ketat.

Dokter dan tenaga medis: Dokter dan tenaga medis memiliki tanggung
jawab untuk meresepkan dan mengawasi penggunaan narkotika dan
psikotropika dalam bidang medis dengan benar. Mereka harus
memastikan bahwa obat-obatan tersebut diberikan sesuai dengan dosis
dan aturan yang benar, serta mengawasi efek samping yang mungkin
terjadi.

Pasien: Pasien juga memiliki tanggung jawab untuk menggunakan


narkotika dan psikotropika dengan benar, sesuai dengan resep dokter dan
instruksi yang diberikan oleh tenaga medis. Pasien juga harus memahami
TUGAS 2 TINDAK PIDANA KHUSUS
5
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

risiko dan efek samping yang mungkin terjadi akibat penggunaan obat-
obatan tersebut.

Semua subjek hukum tersebut harus bekerja sama untuk memastikan


penggunaan narkotika dan psikotropika dalam bidang medis dilakukan
dengan benar dan diawasi dengan ketat, sehingga dapat memberikan
manfaat bagi kesehatan dan kehidupan pasien.

Terima kasih, mohon koreksi dan arahan,

Referensi :

1. Buku Materi Pokok


2. Materi Inisiasi
3. https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/dejure/article/view/454
4. https://e-pharm.kemkes.go.id/front/pdf/UU51997.pdf
5. https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/download/65/pdf
6. file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/65-356-1-PB.pdf
7. https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/UU_36_2009_Kesehatan.pdf
8. https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1660188160_99447.pdf
9. https://batamkota.bnn.go.id/peran-serta-masyarakat-dalam-mencegah-dan-
membratas-peredaran-gelap-narkotika/

Anda mungkin juga menyukai