Anda di halaman 1dari 8

Lex et Societatis, Vol. I/No.

4/Agustus/2013

KEWENANGAN PRESIDEN DALAM memperoleh kekuatan hukum tetap.


PEMBERIAN GRASI TERHADAP PELAKU Permohonan Grasi diajukan secara tertulis
TINDAK PIDANA NARKOTIKA1 oleh terpidana, kuasa hukumnya, atau
Oleh : Rizky Sjachrial2 keluarganya, kepada Presiden.
Kata kunci: Kewenangan Presiden,
ABSTRAK Narkotika
Grasi adalah salah satu dari lima hak yang
dimiliki Kepala Negara di bidang Yudikatif PENDAHULUAN
yang dijamin oleh konstitusi dan A. Latar Belakang
PerUndang-undangan. Sesuai Undang- Salah satu hak preogratif tersebut, ada
Undang Dasar Tahun 1945 dan UU Nomor pada kewenangan dalam pemberian Grasi
05 Tahun 2010 perubahan UU No 22 Tahun yang bersifat absolut. Pemberian Grasi oleh
2002 tentang grasi, Presiden dalam Presiden kepada terpidana perlu dibatasi,
memberi grasi memperhatikan sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 14
pertimbangan Mahkamah Agung. Grasi ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
pada dasarnya merupakan pemberian dari Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa
Presiden dalam bentuk pengampunan yang “Presiden memberikan Grasi dan
berupa perubahan, peringanan, rehabilitasi dengan memperhatikan
pengurangan, atau penghapusan pertimbangan dari Mahkamah Agung”.1
pelaksanaan putusan kepada terpidana. Grasi merupakan hak preogratif
Kendati pemberian Grasi dapat mengubah, Presiden. Jadi Presiden mempunyai
meringankan, mengurangi, atau wewenang untuk mengabulkan atau
menghapuskan kewajiban menjalani pidana menolak Grasi setelah memperoleh
yang dijatuhkan pengadilan, tidak berarti pertimbangan Mahkamah Agung. Presiden
menghilangkan kesalahan dan juga bukan tidak mempunyai akibat hukum apapun
merupakan rehabilitasi terhadap terpidana. apabila keputusannya bertentangan
Terpidana mempunyai hak untuk dengan pertimbangan Mahkamah Agung.
mengajukan Permohonan Grasi, tetapi Politik hukum Undang-Undang Nomor
tidak semua terpidana yang berhak 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah:
mengajukan upaya hukum Grasi tersebut,  bahwa untuk mewujudkan masyarakat
Hanya Terpidana yang mendapatkan Indonesia yang sejahtera, adil dan
hukuman vonis dari Pengadilan yaitu yang makmur yang merata materiil dan
berupa Pidana Mati, Pidana penjara spiritual berdasarkan Pancasila dan
Seumur hidup atau pidana penjara paling Undang-Undang Dasar 1945, maka
rendah selama 2 (dua) tahun dan kualitas sumber daya manusia Indonesia
permohonan grasi hanya dapat diajukan 1 sebagai salah satu modal pembangunan
(satu) kali. Hak mengajukan grasi nasional perlu ditingkatkan secara terus-
diberitahukan kepada terpidana oleh hakim menerus menurut derajat kesehatannya;
atau hakim ketua sidang yang memutus  bahwa untuk meningkatkan derajat
perkara pada tingkat pertama. Dalam hal kesehatan sumber daya manusia
terpidana dijatuhi pidana mati, Indonesia dalam rangka mewujudkan
permohonan Grasi dapat diajukan oleh kesejahteraan rakyat perlu dilakukan
keluarga terpidana tanpa persetujuan upaya peningkatan di bidang
terpidana. Permohonan Grasi dapat pengobatan dan pelayanan kesehatan,
diajukan sejak putusan pengadilan antara lain pada satu sisi dengan
mengusahakan ketersediaan narkotika
1
jenis tertentu yang sangat dibutuhkan
Artikel Skripsi
2 sebagai obat dan di sisi lain, melakukan
NIM 090711382

39
Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013

tindakan pencegahan dan a. menjamin ketersediaan narkotika untuk


pemberantasan terhadap bahaya kepentingan pelayanan kesehatan,
penyalahgunaan dan peredaran gelap dan/atau pengembangan ilmu
narkotika. pengetahuan dan teknologi;
 untuk menanggulangi kejahatan b. mencegah, melindungi, dan
tersebut. menyelamatkan bangsa Indonesia dari
Dalam UU Nomor 35 Tahun 2009 penyalahgunaan narkotika;
tentang Narkotika ini, diatur beberapa c. memberantas peredaran gelap narkotika
ketentuan, tentang etimologi dan dan prekursor narkotika, dan
terminologi sekitar pengertian dan istilah- d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi
istilah yang diatur dalam Undang-undang medis dan sosial bagi penyalahgunaan
Narkotika tersebut, serta ruang lingkup dan dan pecandu narkotika.
tujuan pengaturan narkotika dalam Ruang lingkup undang-undang narkotika
Undang-undang. Narkotika digolongkan mencakup pengaturan narkotika meliputi
menjadi narkotika golongan I, narkotika segala bentuk kegiatan dan/ atau
golongan II, dan narkotika golongan III. perbuatan yang berhubungan dengan
Sedangkan tujuan pengaturan narkotika narkotika dan prekursor narkotika.
untuk:2 Narkotika ini digolongkan ke dalam
a. menjamin ketersediaan narkotika untuk narkotika golongan I, golongan II, dan
kepentingan pelayanan kesehatan golongan III. Narkotika hanya dapat
dan/atau pengembangan ilmu digunakan untuk kepentingan pelayanan
pengetahuan; kesehatan dan/atau pengembangan ilmu
b. mencegah terjadinya penyalahgunaan pengetahuan dan teknologi. Narkotika
narkotika; dan memberantas peredaran golongan I dilarang digunakan untuk
gelap narkotika. kepentingan pelayanan kesehatan.
Penggunaan narkotika hanya dapat Kebijakan Pemerintah dalam UU Nomor
dipergunakan untuk kepentingan 35 Tahun 2009, meliputi beberapa
pelayanan kesehatan dan/atau kegiatan, yakni:
pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk  Kebijakan tentang Pengadaan Narkotika,
kepentingan tersebut di atas, maka yang meliputi kegiatan berupa: Rencana
diperlukan pengaturan tentang pengadaan Kebutuhan Tahunan, Produksi, Narkotika
Narkotika yang diatur dalam Undang- untuk Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
undang. Penyimpanan dan Pelaporan.
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun  Kebijakan tentang Impor dan Ekspor,
2009 tentang Narkotika ini, diatur beberapa yang meliputi kegiatan: Izin Khusus dan
ketentuan, yang membahas tentang Surat Persetujuan Impor, Izin Khusus dan
etimologi dan terminologi sekitar Surat Persetujuan Ekspor,
pengertian dan istilah-istilah yang diatur Pengangkutan, Transit, dan
dalam Undang-undang Narkotika tersebut. Pemeriksaan.
Ketentuan tentang Dasar, Asas, dan Tujuan  Kebijakan tentang Peredaran Narkotika
pengaturan narkotika, yang berdasarkan yang meliputi kegiatan: Ketentuan
Pancasila dan UUD Negara Republik Umum, Penyaluran, dan Penyerahan.
Indonesia Tahun 1945.Undang-undang ini,  Kebijakan tentang Label dan Publikasi, di
diselenggarakan berasaskan keadilan, mana Industri Farmasi wajib
pengayoman, kemanusiaan, ketertiban, mencantumkan label pada kemasan
perlindungan, keamanan, ilmiah dan narkotika baik dalam bentuk obat jadi
kepastian hukum. Sedangkan tujuan maupun bahan baku narkotika.
Undang-undang narkotika ini, adalah: Narkotika hanya dapat dipublikasikan

40
Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013

pada media cetak ilmiah kedokteran Memang untuk menyelidiki dasar (droit
atau media cetak ilmiah farmasi. constitutinnel) suatu negara, tidak cukup
 Kebijakan tentang Ketentuan Prekursor, hanya menyelidiki pasal-pasal undang-
meliputi upaya kegiatan berupa: Tujuan undang dasarnya (loiconstitutinnele) saja,
Pengaturan, Penggolongan dan Jenis akan tetapi harus menyelidiki juga
Prekursor Narkotika, Rencana sebagaimana prakteknya dan bagaimana
Kebutuhan Tahunan, dan Pengadaan. suasana kebatinannya
 Kebijakan tentang Pengobatan dan (eitlichenHintergrund) dari undang-undang
Rehabilitasi, meliputi kegiatan: itu.5
mengatur ketentuan tentang Pembinaan Undang-Undang Dasar Negara manapun
dan Pengawasan Narkotika dan tidak dapat dimengerti sungguh-sungguh
Prekursor Narkotika. maksudnya Undang-undang dasar dari
 Kebijakan tentang suatu Negara kita harus mempelajari juga
Pencegahan/Pemberantasan Narkotika, bagaimana terjadinya teks itu, harus
meliputi: Kedudukan dan Tempat diketahui keteranganketerangannya dan
Kedudukan, di mana dalam rangka juga harus diketahui dalam suasana apa
pencegahan dan pemberantasan teks itu dibuat. Negara hendak
penyalahgunaan dan peredaran gelap mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
narkotika dan prekursor narkotika rakyat. Yang terkandung dalam
dengan Undang-undang ini dibentuk “Pembukaan” ialah negara yang
Badan Narkotika Nasional, yang berkedaulatan Rakyat, berdasar atas
selanjutnya disingkat BNN.3 kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan. Oleh karena itu, sistem Negara
B. Perumusan Masalah yang terbentuk dalam Undang-Undang
1. Bagaimana kewenangan Presiden dalam Dasar harus berdasarkan kedaulatan rakyat
hal Pemberian Grasi Pasca Amandemen dan berdasar atas permusyawaratan
Undang-Undang Dasar 1945? perwakilan. Memang aliran ini sesuai
2. Apakah pemberian Grasi oleh Presiden dengan sifat masyarakat Indonesia.
terhadap pelaku Tindak Pidana Pokok pikiran yang terkandung dalam
Narkotika tidak bertentangan dengan “Pembukaan” ialah Negara berdasarkan
Undang-Undang No.05 Tahun 2010 kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh
tentang Grasi? karena itu, UndangUndang Dasar harus
mengandung isi yang mewajibkan
C. Metode Penelitian Pemerintah dan lain-lain penyelenggara
Metode penelitian yang digunakan Negara, untuk memelihara budi pekerti
adalah yuridis normatif,4 dengan kemanusiaan yang luhur dan memegang
menggunakan studi kepustakaan guna teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
memperoleh data sekunder melalui Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi
dokumen-dokumen yaitu dengan cara suasana kebatinan dari Undang-Undang
mengumpulkan, mempelajari, dan Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,
menganalisa teori-teori dan peraturan pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-
perundang-undangan yang ada hubungan cita hukum (Rehtsidee) yang menguasai
dengan rumusan masalah yang dibahas. hukum dasar Negara, baik hukum yang
tertulis (Undang-Undang) maupun hukum
PEMBAHASAN yang tidak tertulis. Undang-Undang Dasar
A. Kewenangan Presiden Dalam Hal menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam
Pemberian Grasi Pasca Amandemen pasal-pasalnya.6 Maka telah cukup jikalau
UUD 1945 Undang-Undang Dasar 1945 hanya memuat

41
Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013

aturan-aturan pokok, hanya memuat garis- Majelis, tunduk dan bertanggung jawab
garis besar hanya sebagai instruksi, kepada kepada Majelis. Ia ialah “Mandataris” dari
Pemerintah Pusat dan lain-lain Majelis, ia berwajib menjalankan putusan-
penyelenggara Negara untuk putusan Majelis.
menyelenggarakan kehidupan Negara dan Presiden tidak “Neben” akan tetapi
kesejahteraan sosial. Terutama bagi negara “Untergeordnet” kepala Majelis.
baru dan negara muda, lebih baik hukum IV. Presiden ialah Penyelenggara
dasar yang tertulis itu hanya memuat Pemerintah Negara yang Tertinggi di
aturan-aturan pokok, sedang aturan-aturan Bawahnya Majelis
yang menyelenggarakan aturan pokok itu Di bawah Majelis Permusyawaratan
diserahkan kepada Undang-undang yang Rakyat, Presiden ialah penyelenggara
lebih mudah caranya membuat, merubah pemerintah Negara yang tertinggi.
dan mencabut. Demikianlah sistem Dalam menjalankan pemerintahan
Undang-Undang Dasar 1945. Negara kekuasaan dan bertanggung
Sistem Pemerintah Negara yang jawab adalah di tangan Presiden
ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar (Concentration of power and
1945 ialah:7 responsibility upon the Presiden).
I. Indonesia, ialah Negara yang V. Kewenangan Presiden menurut UUD
Berdasarkan Atas Hukum (Rechtsstaat) 19458
1. Negara Indonesia berdasar atas Pasal 10
hukum (Rechtsstaat), tidak Presiden memegang kekuasaan yang
berdasar atas kekuasaan belaka tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
(Machtsstaat). Laut, dan Angkatan Udara.
II. Sistem Konstitusional Pasal 11
2. Pemerintah berdasar atas sistem 1. Presiden dengan persetujuan
konstitusi(hukum dasar), tidak Dewan Perwakilan Rakyat
bersifat absolutisme (kekuasaan menyatakan perang, membuat
yang tidak terbatas). perdamaian dan perjanjian dengan
III. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di negara lain.
Tangan Majelis Permusyawaratan 2. Presiden dalam membuat perjanjian
Rakyat (Die Gezamte Staatgewalt Liegt internasional lainnya yang
Allein Beider Majelis) menimbulkan akibat yang luas dan
3. Kedaulatan rakyat dipegang oleh mendasar bagi kehidupan rakyat
suatu badan, bernama “Majelis yang terkait dengan beban
Permusyawaratan Rakyat”, sebagai keuangan negara, dan/atau
penjelmaan seluruh Rakyat mengharuskan perubahan atau
Indonesia (Vestretungsorgandes pembentukan undang-undang harus
Willens der Staatsvolkes). Majelis dengan persetujuan Dewan
ini menetapkan garis-garis besar Perwakilan Rakyat.
haluan Negara. Majelis ini 3. Ketentuan lebih lanjut tentang
mengangkat Kepala Negara perjanjian internasional di atur
(Presiden)dan Wakil Kepala Negara dengan Undang-undang.
(Wakil Presiden). Pasal 12
Majelis inilah yang memegang Presiden menyatakan keadaan bahaya.
kekuasaan Negara yang tertinggi, sedang Syarat-syarat dan akibat keadaan
Presiden harus menjalankan haluan Negara bahaya ditetapkan dengan Undang-
menurut garis-garis besar yang ditetapkan undang.
oleh Majelis. Presiden yang diangkat oleh Pasal 13

42
Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013

1. Presiden mengangkat duta dan preogratif yang dimiliki oleh seorang


kunsul. Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala
2. Dalam mengangkat duta, Presiden Pemerintahan. Salah satu hak preogratif
memperhatikan pertimbangan tersebut ada pada kewenangan dalam
Dewan Perwakilan Rakyat pemberian Grasi yang tidak bersifat
3. Presiden menerima penempatan absolut. Pemberian Grasi oleh Presiden
duta negara lain dengan kepada terpidana perlu dibatasi, seperti
memperhatikan pertimbangan yang diatur di dalam Pasal 14 Ayat(1)
Dewan Perwakilan Dewan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Perwakilan Rakyat. Indonesia bahwa9“Presiden memberi Grasi
Pasal 14 dan Rehabilitasi dengan memperhatikan
1. Presiden memberi Grasi dan pertimbangan dan Mahkamah Agung.” Hal
Rehabilitasi dengan memperhatikan ini juga berkaitan dengan prinsip Checks
pertimbangan Mahkamah Agung. and Balances serta hubungan kewenangan
2. Presiden memberi Amnesti dan antara Presiden dan lembaga negara
Abolisi dengan memperhatikan lainnya, mengenai pemberian Grasi yang
pertimbangan Dewan Perwakilan semula menjadi hak preogratif Presiden
Rakyat. sebagai Kepala Negara, dalam
Pasal 15 menggunakan kewenangannya dengan
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan memperhatikan pertimbangan dari
lain-lain tanda kehormatan yang diatur lembaga negara lain yang memegang
dengan undang-undang. kekuasaan sesuai dengan wewenangnya.
Pasal 16 Adapun permasalahan-yang diangkat yaitu,
Presiden membentuk suatu dewan Bagaimana pengaturan Kewenangan
pertimbangan yang bertugas Presiden dalam pemberian Grasi
memberikan nasihat dan pertimbangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5
“kepada Presiden, yang selanjutnya Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas
diatur dalam undang-undang. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002
tentang Grasi.
B. Pemberian Grasi oleh Presiden terhadap Apa Kriteria yang dijadikan
Pelaku Tindak Pidana Narkotika pertimbangan bagi Presiden dalam
Kewenangan Presiden dalam pemberian pemberian Grasi dan bagaimana implikasi
grasi berdasarkan Undang-Undang No. 5 hukumnya? Untuk menjawab
Tahun 2010 tentang Perubahan atas permasalahan diatas, penulis melakukan
Undang-Undang No. 22 tahun 2002 tentang penelitian yuridis normatif dengan
Grasi yang mengacu pada Pasal 14 ayat (1) menggunakan studi kepustakaan guna
Undang-Undang Dasar Negara Republik memperoleh data sekunder melalui
Indonesia 1945,yang diatur secara khusus dokumen yaitu dengan cara
dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 mengumpulkan, mempelajari, dan
tentang Mahkamah Agung, Pasal 35 menganalisa teori-teori dan peraturan
berbunyi: “Mahkamah Agung memberikan Perundangundangan yang berhubungan
nasehat hukum kepada Presiden selaku dengan permasalahan yang dibahas.
kepala negara dalam rangka pemberian Pengaturan Kewenangan Presiden dalam
atau penolakan grasi”. pemberian Grasi berdasarkan Undang-
Negara Kesatuan Republik Indonesia Undang Nomor 5 Tahun 2010 Tentang
adalah Negara yang menganut sistem Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22
Pemerintahan Presidensil. Dalam Sistem Tahun 2002 tentang Grasi dengan
Pemerintahan Presidensil ini terdapat hak memperhatikan pertimbangan dari

43
Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013

Mahkamah Agung. Kewenangan Presiden kebijakan pemberantasan narkotika yang


dalam pemberian Grasi perlu selalu didengung-dengungkan pemerintah.
memperhatikan pertimbangan dari Termasuk oleh Mahkamah Agung, yang
Mahkamah Agung (Pasal 35 UU No. 14 sudah memasukkan narkotika sebagai
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung). kejahatan yang perlu mendapat perhatian
Peraturan Perundang-undangan pengadilan. Dalam Surat Edaran (SEMA) No.
memberikan sejumlah kewenangan kepada 3 Tahun 2001, Mahkamah Agung
Mahkamah Agung. Pertama, wewenang menegaskan ‘perlu ada kesungguhan dan
untuk memeriksa dan memutus perhatian’ dari pengadilan atas perkara
permohonan kasasi, sengketa kewenangan narkotika.
mengadili, dan permohonan peninjauan Wewenang Mahkamah Agung
kembali putusan yang telah berkekuatan memberikan pertimbangan dalam
hukum tetap. Kedua, wewenang menguji permohonan grasi sebenarnya amanat
peraturan perundang-undangan di bawah konstitusi. Pasal 14 ayat (1) UUD 1945
Undang-Undang. Ketiga, memberikan merumuskan “Presiden memberi grasi dan
pertimbangan terhadap permohonan grasi rehabilitasi dengan memperhatikan
dan rehabilitasi. Wewenang ketiga itulah pertimbangan Mahkamah Agung”. Dalam
yang kini mendapat sorotan seiring kritik penjelasan rumusan Pasal 14 UUD 1945
tajam sejumlah kalangan atas Keputusan sebelum amandemen, wewenang itu
Presiden (Keppres) No. 22/G Tahun 2012 dijalankan presiden selaku kepala negara.
tertanggal 15 Mei 2012 memberikan ‘grace’ Sehingga pemberian grasi dianggap sebagai
kepada terpidana kasus narkotika asal hak preogratif presiden yang tak bisa
Australia itu. Berkat grasi presiden, diganggu gugat.
hukuman Corby berkurang dari 20 tahun Rumusan senada terdapat pada Pasal 35
menjadi 15 tahun. Pengurangan hukuman tentang Mahkamah Agung. Disebutkan
juga diterima warga Jerman Peter A.F. ‘Mahkamah Agung memberikan nasihat
Grobmann melalui Keppres No. 23/G Tahun hukum kepada presiden selaku kepala
2012. negara dalam rangka pemberian atau
Kedua Keppres itu akhirnya Dewan penolakan grasi. Rumusan ini kemudian
Pimpinan Pusat Gerakan Nasional Anti disesuaikan dengan amandemen UUD
Narkotika (DPP Granat) ke Pengadilan Tata 1945, sehingga dalam perubahan, rumusan
Usaha Negara (PTUN) Jakarta. Berkas Pasal 35 menjadi ‘Mahkamah Agung
gugatan sudah dimasukkan kuasa hukum memberikan pertimbangan hukum kepada
Granat pada 7 Juni lalu. Kebijakan presiden dalam permohonan grasi dan
pemberian grasi dinilai tak sesuai dengan rehabilitasi’. Tampak bahwa frasa ‘presiden
semangat pemberantasan narkotika. selaku kepala negara’ dihapuskan.
Sebagai pihak yang memberikan Pemberian grasi oleh presiden dapat
pertimbangan, Mahkamah Agung ikut berupa peringanan atau perubahan jenis
terseret. Nama Mahkamah Agung berkali- pidana, pengurangan jumlah pidana, atau
kali disebut dalam surat gugatan Granat. penghapusan pelaksanaan pidana. Namun
Bisa jadi, Presiden Susilo Bambang sebelum membuat keputusan tentang
Yudhoyono mengabulkan permohonan pemberian grasi, Presiden harus
grasi karena Mahkamah Agung memperhatikan pertimbangan Mahkamah
membenarkan langkah hukum tersebut. Agung.
Minimal, Presiden SBY memperhatikan
nasihat hukum Mahkamah Agung.
Keputusan pemberian grasi kepada Corby
dan Grobmann dinilai sebagai ironi dalam

44
Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013

PENUTUP dapat menghindari pemberian Grasi


A. Kesimpulan yang berlebihan kepada pelaku
1. Pemberian Grasi oleh Presiden kejahatan yang berat. Dengan kata lain,
kepada terpidana perlu dibatasi, pertimbangan Mahkamah Agung
seperti yang diatur di dalam Pasal 14 seharusnya bersifat mengikat, dengan
Ayat (1) Undang-Undang Dasar tujuan membatasi pemberian Grasi yang
Negara Republik Indonesia Tahun sewenang-wenang oleh Presiden.
1945, “Presiden memberi Grasi dan 2. Di dalam Undang-Undang No. 05 Tahun
Rehabilitasi dengan memperhatikan 2010 tidak menyebutkan klasifikasi
pertimbangan dari Mahkamah Tindak pidana apa yang dapat
Agung.” Dalam hal pertimbangan memperoleh grasi, jadi semua
Mahkamah Agung bukan menjadi narapidana berhak mengajukan grasi
pertimbangan yang mengikat tanpa melihat tindak pidana apa yang
terhadap pemberian Grasi oleh mereka lakukan. Seharusnya, di dalam
Presiden. Undang-Undang No.05 Tahun 2010
Wewenang Mahkamah Agung tentang Grasi diatur secara khusus
memberikan pertimbangan dalam mengenai Klasifikasi jenis Tindak Pidana
permohonan Grasi sebenarnya apa yang boleh mengajukan grasi dan
amanat konstitusi. Pasal 14 ayat (1) tidak hanya menyebutkan jenis
UUD 1945 merumuskan “Presiden hukuman atau pidana yang dijatuhkan
memberi Grasi dan Rehabilitasi oleh Majelis Hakim kepada Terdakwa
dengan memperhatikan saja yang bisa dijadikan sebagai acuan
pertimbangan Mahkamah Agung”. untuk mengajukan permohonan grasi.
2. Dalam Undang-Undang No. 05 Tahun
2010 tentang Grasi hanya DAFTAR PUSTAKA
menyebutkan jenis hukuman atau Amirudin Ibramyah, Kedudukan KPU dalam
pidana yang dijatuhkan oleh Majelis Struktur Ketatanegaraan RI Pasca
Hakim kepada Terdakwa saja yang Amandemen UUD 1945, Labsbang
bisa dijadikan sebagai acuan untuk Mediatama, 2008.
mengajukan permohonan grasi. Arafat Yasir, Undang-undang Dasar
Dalam UU tersebut tidak Republik Indonesia dan Perubahannya ke
menyebutkan klasifikasi jenis Tindak I, II, III dan IV, Pratama Press.
pidana apa yang dapat memperoleh Assiddiqie Jimly, Komentar atas Undang-
grasi, jadi semua narapidana berhak Undang Dasar 1945, Citra Aditya Bakti,
mengajukan grasi tanpa melihat 2009.
tindak pidana apa yang mereka Basri H. Hazan, S, Dt, Tan P., Psikiater dan
lakukan. Dengan kata lain, bahwa Pengadilan, Ghalia Indonesia, Bandung,
pemberian Grasi tidak bertentangan 1982.
dengan UU No. 5 Tahun 2010 tentang Cautio Muchlis, Pencegahan dan
Grasi. Penyalahgunaan Narkoba Di Lingkungan
Pendidikan. Badan Narkotika Nasional.
B. Saran Jakarta. 2006.
1. Dengan adanya peran serta Hamzah Andi dan Surachman, Kejahatan
pertimbangan Mahkamah Agung kepada Narkotika dan Psikotropika, Sinar
Presiden dalam pemberian Grasi, Grafika, Jakarta, 1994.
baiknya Mahkamah Agung memberikan H. Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-
batasan kepada Presiden dalam undang Narkotika (UU No. 35 Tahun
menggunakan kekuasaannya, sehingga

45
Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013

2009), PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2012, Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji,
hal. 13 Penelitian Hukum Normatif, Rajawali,
Ibramyah Amirudin, Kedudukan KPU dalam Jakarta, 1985.
Struktur Ketatanegaraan RI Pasca Tresna R., Azas-azas Hukum Pidana, PT
Amandemen UUD 1945, Labsbang Tiata Ltd, Jakarta, 1959.
Mediatama, 2008, hal. 42.
Lamintang P.A.F, Dasar-dasar Hukum Sumber-sumber Lain:
Pidana Indonesia, Bandung : Sinar Baru, Undang-Undang Dasar Negara Republik
1985. Indonesia Tahun 1945
Mahfud Moh. MD, Perdebatan Hukum Tata Undang-Undang No. 5 Tahun 2010 tentang
Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
Rajawali Press, Jakarta, 2011. 22 Tahun 2002 tentang Grasi.
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Bina Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Akasara, Jakarta, 1983. tentang Narkotika
Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Alkaff Raihana. Sekolah Pencegahan
Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Dampak Buruk Narkoba pada Anak.
Rajawali Press, Jakarta, 2011, hal. 48. Rabu, 04/09/2008 -14:10.
Nadeak Wilson, Korban Ganja dan Masalah http://www.kesrepro.info/?q=taxonomy
Narkotika, Indonesia Publishing House, /term/1
Bandung, 1978. Editorial Media Indonesia, Rabu, 7
Pangabean Henry P., Fungsi Mahkamah November 2012.
Agung Dalam Praktek Sehari-hari, http://www.setkab.go.id/artikel-6086-
RajaGrafindo, Persada, 2009. tentang-pemberian-grasi-kepada-
Poernomo Bambang, Azas-alas Hukum terpidana-narkoba.html.
Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, cet. http://www.jpnn.com/read/2012/11/12/14
Ke-3, 1978. 6726/Soal-Grasi-Ola,-Akil-Bela-Mahfud-
Prakoso Djoko, Tindak Pidana Penerbangan Redaksi Badan Penerbit Alda.
Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, Menanggulangi Bahaya-Bahaya
1983. Narkotika, Almanat RI Jakarta. 1985.
Prodjodikoro Wirjono, Azas-azas Hukum Republika.co.id.denpasar, 8 Oktober 2004.
Pidana Di Indonesia, PT Eresco, Tira, NAPZA dan Permasalahannya
Bandung, 1986. Dipublikasi pada Kamis, 04 Maret 2010
Samidjo, Ringkasan dan Tanya Jawab by tira.http://yanrehsos.depsos. go.
Hukum Pidana, Armico, Bandung, 1980. id/modules.php?name=News&
Sianturi S.R. dan E.Y. Kanter, Azas-azas file=categories&op=newindex&catid= 1
Hukum Pidana Di Indonesia Dan .Diunduh 18 Juni 2010.
Penerapannya, Alumni AHM-PTHM, Wreksoatmodjo Riyanto Budi. Pengaruh
Jakarta, 1989. Narkotika terhadap Susunan Saraf Pusat.
Simorangkir J.C.T., Rudy T. Erwin, J.T. Cermin Dunia Kedokteran No. 135, 2002,
Prasetyo, Kamus Hukum, Aksara Baru, hlm.14. Rumah Sakit Marzuki Mandi,
Jakarta, 1987. Bogor, Jawa Barat, Indonesia.
Siswanto H., Politik Hukum Dalam Undang- http://www.kalbe.co.id. International
undang Narkotika (UU No. 35 Tahun Standard Serial Number ISSN: 0125- 913
2009), PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2012. X/cdk.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
Penelitian Hukum Normatif, Rajawali,
Jakarta, 1985, hal. 14.

46

Anda mungkin juga menyukai