Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS RIAU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk
pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi
perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini akan lebih merugikan jika
disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika yang dapat mengakibatkan
bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilainilai budaya bangsa yang pada akhirnya
akan dapat melemahkan ketahanan nasional.
Selain itu, untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan Narkotika dan
mencegah serta memberantas peredaran gelap Narkotika, dalam undang-undang ini diatur
juga mengenai precursor Narkotika karena precursor Narkotika merupakan zat atau bahan
pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika. Dengan
melakukan penggolongan terhadap jenis-jenis precursor Narkotika. Selain itu, diatur pula
1
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, Bandung : CV Mandar Maju, 2003.
mengenai sanksi pidana bagi penyalahgunaan precursor Narkotika. Untuk menimbulkan efek
jera terhadap pelaku penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan precursor
Narkotika, diatur mengenai pemberatan sanksi pidana, dilakukan dengan mendasarkan pada
golongan, jenis, ukuran, dan jumlah Narkotika. Hal ini lah yang melatarbelakangi pemilihan
judul “Tindak Pidana Di Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika”.
2. Untuk mengetahui pasal-pasal dalam UU No. 35 Tahun 2009 yang memuat ketentuan
mengenai tindak pidana.
PEMBAHASAN
Perkataan Narkotika berasal dari perkataan Yunani “narke” yang berarti terbius
sehingga tidak merasakan apa-apa. Namun ada juga yang mengatakan bahwa Narkotika
berasal dari kata “Narcissus”, sejenis tumbuh-tumbuhan yang mempunyai bunga yang dapat
membuat orang menjadi tak sadar. Pengertian Narkotika secara farmakologis medis, menurut
Ensiklopedia Indonesia IV, adalah obat yang dapat menghilangkan (terutama) rasa nyeri yang
berasal dari daerah visceral dan yang dapat menimbulkan efek stupor (bengong, masih sadar
tetapi harus digertak) serta adiksi.
Pengertian yang paling umum dari Narkotika adalah zat-zat (obat) baik dari alam
maupun sintetis atau semi sintetis yang dapat menimbulkan ketidaksadaran atau pembiusan.
Efek Narkotika disamping membius atau menurunkan kesadaran, adalah mengakibatan daya
khayal/halusinasi , serta menimbulkan daya rangsang/stimulant, dan ketergantungan.
Tindak Pidana Narkotika adalah serangkaian perbuatan terlarang oleh undang undang,
dan tercela dalam kaitan dengan kegiatan pemakaian dan peredaran atau perdagangan
penggunaan obat atau zat kimia yang berfungsi menurunkan tingkat kesadaran ingatan atau
fisik bahkan menimbulkan masalah dan gangguan kesehatan kejiwaan seorang, dalam situasi
dan kondisi tertentu yang telah terjadi, karenanya dapat dikenakan sanksi fisik maupun moral
bahkan perampasan kekayaan bagi pelakunya
Tindak pidana penyalahgunaan narkotika tanpa hak atau melawan hukum selain yang
ditentukan oleh uu.
2
Dr.Aziz Syamsudin,S.H.,S.E.,M.H.,MAF,”Tindak Pidana Khusus”,(jakarta:Sinar Grafika:2017),hlm.90
2.2. Penggolongan Narkotika
Dalam pasal 6 ayat (1) Undang-undang No. 35 Tahun 2009, Narkotika digolongkan
menjadi 3 (tiga) golongan, antara lain adalah sebagai berikut :
Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tuuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
1. Keadilan
2. Pengayoman
3. Kemanusiaan
4. Ketertiban
5. Perlindungan
6. Keamanan
7. Nilai-nilai ilmiah
8. Kepastian hukum
Pengertian kedelapan asas tersebut,tidak nampak dalam penjelasan pasal 3,namun berikut
ini,disajikan pengertiannya secara singkat.
1. Asas keadilan merupakan asas di mana setiap pelaku narkotika diperlakukan sama,tanpa
membeda-bedakan antara satu dengan lainnya.
2. Asas pengayoman merupakan asas di dalam pelaksanaan peneggakkan hukum undang-
undang narkotika harus menciptakan ketentraman dalam masyarakat.
3. Asas kemanusiaan adalah asas di mana dalam peneggakkan hukum harus mencerminkan
perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga
negara dan penduduk indonesia secara proporsional.
4. Asas ketertiban adalah sebuah asas dalam peegakkan hukum undang-undang narkotika
harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat. Ketertiban dikonsepkan sebagai
suatu keadaan di mana masyarakatnya hidup dalam keadaan serba teratur.
5. Asas perlindungan merupakan asas di mana dalam pennyelenggaraan undang-undang
narkotika harus dapat menjaga,merawat dan menyelamatkan masyarakat dari bahaya
narkoba.
6. Asas keamanan adalah bahwa di dalam penyelenggaraan undang-undang narkotika harus
memberikan rasa aman dan tentram bagi pelaku maupun masyarakat.
7. Asas nilai-nilai ilmiah adalah asas di dalam penyelenggaraan undang-undang narkotika
harus memerhatikan perkembangan ilmu pengetahuan,khususnya dibidang kesehatan
maupun lainnya.
8. Asas kepastian hukum adalah bahwa di dalam pemyelenggaraan undang-undang
narkotika harus mampu menjamin hak dan kewajiban setiap pelaku maupun warga
negara.
Kedelapan asas itu dijadikan dasar bagi penegak hukum baik bagi
kepolisian,BNN,kejaksaan maupun hakim dalam memberantas tindak pidana narkotika.3
3
Prof.Dr.Hj.Rodliyah dan Prof.Dr.H.salim HS,”Hukum Pidana Khusus”(rajawalipers,2017),hlm 91
2.4. Pasal Pengaturan Tindak Pidana Dalam UU No. 35 Tahun 2009
4
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Lembar Negara Nomor 143.
Bab V IMPOR DAN EKSPOR :
· Izin Khusus dan Surat Persetujuan
· Bagian Kesatu
Impor
· Bagian Kedua (Pasal 15 s/d 17)
· Izin Khusus dan Surat Persetujuan
· Bagian Ketiga
Ekspor
· Bagian Keempat (Pasal 18 s/d 22)
· Bagian Kelima · Pengangkutan (Pasal 23 s/d 28) ·
Transito (Pasal 29 s/d 32) ·
Pemeriksaan (Pasal 33,34)
Dari Bab-bab Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, terdapat perbuatan-
perbuatan yang dianggap tindak pidana. Perbuatan yang diklasifikasikan sebagai tindak
pidana, antara lain :
Narkotika hanya dapat diproduksi oleh industry farmasi tertentu yang telah
memperoleh ijin khusus dari Menteri Kesehatan. Pengertian Produksi adalah kegiatan
atau proses menyiapkan, mengolah, membuat, dan menghasilkan Narkotika secara
langsung atau tidak langsung melalui ekstraksi atau nonekstraksi dari sumber alami
atau sintetis kimia atau gabungannya, termasuk mengemas dan/atau mengubah bentuk
Narkotika (Pasal 1 angka 3). Untuk memproduksi Narkotika dimungkinkan untuk
memberikan izin kepada lebih dari satu industry farmasi, tetapi dilakukan secara
selektif dengan maksud agar pengendalian dan pengawasan Narkotika dapat lebih
mudah dilakukan. Ancaman Pidana bagi mereka yang memproduksi Narkotika secara
tanpa hak atau melawan hukum diatur dalam (Pasal 113 ayat (1) dan (2) untuk
Narkotika golongan I, Pasal 118 ayat (1) dan (2) untuk Narkotika golongan II, Pasal
123 ayat (1) dan (2) Untuk Narkotika golongan III).
h) Tindak Pidana pelaporan penyalahguna narkotika (Pasal 128 ayat (1), (2), (3),
dan (4)).
Tindak Pidana Prekursor Narkotika Setiap orang yang tanpa hak atau melawan
hukum dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 2-(dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah). Dengan klasifikasi tindak pidana sebagai berikut : a) Memiliki, menyimpan,
menguasai, atau mneyediakan Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika; b)
Memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Prekursor untuk
pembuatan Narkotika; c) Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima,
menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Prekursor Narkotika
untuk pembuatan Narotika. d) Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito
precursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika.
Yang dimaksud dengan pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau
menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara
fisik maupun psikis. Ketergantungan Narkotika merupakan kondisi yang ditandai oleh
dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus menerus dengan takaran yang
meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau
dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas. Kewajiban bagi
orang tua atau wali dari pecandu Narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan
kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan
rehabilitasi social yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau
perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi social. Pecandu Narkotika yang sudah
cukup umur wajib melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan
masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi social yang
ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Telah jelas bahwa bagi pecandu Narkotika dan
korban penyalahgunaan Narkoba wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
(lihat ketentuan Pasal 54 dan 55).
mengenai Ketentuan Pidana Narkotika (bentuk tindak pidana yang dilakukan serta
ancaman sanksi pidana bagi pelakunya) diatur dalam pasal 111 sampai dengan pasal 148
Undang-undang Nomor 35 tahun 2009,yaitu sebagai berikut:5
Pasal 111 Ayat (1) : Setiap Orang yang tanpa Hak atau melawan Hukum Menanam,
Memelihara,memiliki, Menyimpan, menguasai Narkotika Golongan 1
dalam bentuk Tanaman (Ganja dll) di pidana dengan Pidana Penjara
Paling Singkat 4 Tahun dan Paling Lama 12 tahun dan denda paling
sedikit 800 jt dan pling banyak 8M.
Pasal 111 Ayat (2) : Dalam hal Pasal 111 ayat (1) diatas beratnya melebihi 1 kg atau
melebihi 5 Batang Pohon Pelaku dipidana paling Singkat 5 Tahun dan
paling lama 20 Tahun dan pidana denda maksimum ditambaha 1/3
dari denda pasal 111 ayat (1).
Pasal 112 Ayat (1) : Setiap Orang yang tanpa Hak atau melawan Hukum Menyimpan,
memiliki, menguasai, menyediakan Narkotika Gol 1 Bukan Tanaman
5
Dr.Aziz Syamsudin,S.H.,S.E.,M.H.,MAF,”Tindak Pidana Khusus”,(jakarta:Sinar Grafika:2017),hlm.96
(Sabu2,Ekstasi dll) di pidana dengan Pidana Penjara Paling Singkat 4
Tahun dan Paling Lama 12 tahun dan denda paling sedikit 800 jt dan
pling banyak 8M.
Pasal 112 Ayat (2) : Dalam hal Pasal 112 ayat (1) diatas beratnya melebihi 5 kg atau Pelaku
dipidana paling Singkat 5 Tahun dan paling lama 20 Tahun dan pidana
denda maksimum ditambaha 1/3 dari denda pasal 112 ayat (1).
Pasal 114 ayat (1) : Setiap Orang yang tanpa Hak atau melawan Hukum menawarkan
untuk dijual, Menjual, membeli,menjadi perantara dalam Jual Beli
menukar,atau menyerahkan Narkotika Golongan 1 dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun dan
pidana denda paling sedikit 1M dan paling banyak 10M
Pasal 114 ayat (2) : dalam hal perbuatan pasal 114 ayat (1) :
- dalam bentuk tanaman melebih 1 Kg / 5 Batang Pohon
- dalam bentuk bukan tanaman melebihi 5 gram
dipidana dengan Pidana Mati,Pidana Penjara Seumur Hidup atau
pidana paling ringan 6 tahun atau paling lama 20 tahun dan pidana
denda maksimum sebagaimana dimaksud pasal 114 ayat (1) ditambah
1/3
Pasal 127 ayat (1) : Setiap Penyalah Guna Narkotika :
a. Pengguna Narkotika Gol I pidana penjara Paling Lama 4 tahun
b. Pengguna Narkotika Gol II Pidana Penjara Paling Lama 2 tahun
c. Pengguna Narkotika Gol III Pidana Penjara Paling Lama 1 tahun
Pasal 127 ayat (3) : dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalah Guna Narkotika
maka Penyalah guna Narkotika tersebut wajib menjalani rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial.
Pasal 131 : Mengetahui tapi tidak melaporkan adanya tindak Pidana Narkotika
pasal
111,112,113,114,115,116,117,118,119,120,121,122,123,124,125,126,1
27 ayat (1),128 ayat (1),129 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 tahun atau denda paling banyajk 50jt
Pasal 132 : Percobaan atau Pemufakatan Jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika
111,112,113,114,115,116,117,118,119,120,121,122,123,124,125,126,1
29 di pidana dengan pidana yang sama seseuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud didalam pasal - pasal tersebut
2.7. Rehabilitasi
1. Rehabilitasi Medis
Adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan
pecandu dari ketergantungan Narkotika. Merujuk kepada ketentuan Pasal 56, rehabilitasi
medis pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri. Lembaga
rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat dapat
melakukan rehabilitasi medis pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri.
2. Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik,
mental, maupun sosial, agar bekas pecandu Narkotika dapat kembali melakukan fungsi sosial
dalam kehidupan masyarakat. Rehabilitasi social mantan pecandu Narkkotika
diselenggarakan baik oleh instansi pemerintah maupun oleh masyarakat. Rehabilitasi social
dalam hal ini termasuk melalui pendekatan keagamaan, tradisional, dan pendekatan alternatif
lainnya. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan “mantan pecandu Narkotika” adalah
orang yang telah sembuh dari ketergantungan terhadap Narkotika secara fisik dan psikis.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan Pembahasan yang telah diuraikan dalam bab 2 tersebut, maka ada
beberapa kesimpulan yang dapat ditarik diantaranya :
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan, Dalam pasal 6 ayat (1) Undangundang No. 35 Tahun
2009, Narkotika digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, antara lain adalah
sebagai berikut :
Transito Narkotika.
134)
Kewajiban bagi orang tua atau wali dari pecandu Narkotika yang belum
cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit,
dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi social yang ditunjuk oleh
pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi
medis dan rehabilitasi social. Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib
melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan
masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi social
yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan
melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
5. Rehabilitasi
• Rehabilitasi Medis
http://rahmanamin1984.blogspot.com/2015/07/sekilas-tentang-tindak-pidana-
narkotika.html?m=1
http://asa-keadilan.blogspot.com/2015/01/sekilas-tindak-pidana-narkotika_5.html?
m=1