Anda di halaman 1dari 3

Pro: hukum mati adalah pilihan terbaik untuk menghentikan pengedaran narkoba.

1. Pengenalan topic:
-Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif. Narkotika
dan obat-obatan tersebut merupakan zat yang dapat mengubah kondisi mental dan
fisik seseorang. Zat tersebut dapat mempengaruhi cara kerja otak, perasaan, perilaku,
pemahaman, dan indra seseorang.

-Penyalahguna narkoba sejatinya bukan kriminal yang dipenjarakan, akan tetapi


orang yang sakit dan perlu mendapatkan layanan rehabilitasi baik medis maupun
sosial. Potongan artikel tersebut penulis kutip dari artikel bnn.go.id tanggal 3 Juli
2013. Dari kutipan tersebut, penulis ingin mengulas terkait apabila penyalahguna
narkoba jika tidak segera melakukan rehabilitasi (Upaya pemulihan bagi pengguna
narkoba agar dapat terbebas dari narkoba) maka akan dapat melahirkan kriminalitas.
Ini menarik untuk kita bahas karena ketika penyalahguna narkoba itu dipenjara,
masalah tidak terselesaikan justru ia cenderung akan menjadi lebih berpengalaman
dalam bisnis narkoba.

Penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu masalah sosial dan kesehatan global
yang paling serius dan kompleks. Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN),
pada tahun 2021 terdapat sekitar 3,6 juta penyalahguna narkoba di Indonesia, dengan
prevalensi 1,4 persen dari total penduduk (bnn.go.id). Penyalahgunaan narkoba tidak
hanya berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental penggunanya, tetapi juga
menimbulkan kerugian sosial, ekonomi, serta hukum bagi keluarga, masyarakat, dan
negara.

Salah satu dampak sosial dari penyalahgunaan narkoba adalah meningkatnya tindak
kriminalitas yang berkaitan dengan narkoba. Penyalahguna narkoba dapat melakukan
berbagai cara untuk mendapatkan narkoba secara impulsif, seperti mencuri,
merampok, menjual aset, bahkan membunuh (puslitdatin.bnn.go.id). Selain itu,
penyalahguna narkoba juga berisiko terlibat dalam jaringan sindikat narkoba, baik
sebagai pengedar, kurir, maupun produsen. Sindikat narkoba merupakan organisasi
kriminal yang bergerak dalam produksi, distribusi, dan perdagangan gelap narkoba
secara lintas negara. Sindikat narkoba seringkali menggunakan kekerasan, ancaman,
dan korupsi untuk melancarkan aksinya.

-Dari sisi hukum, penyalahgunaan narkoba diatur dalam Undang-Undang Nomor 35


Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam undang-undang ini, penyalahguna narkoba
dibedakan menjadi dua kategori: penyalahguna biasa dan penyalahguna pecandu.
Penyalahguna biasa adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau
melawan hukum tanpa ada ketergantungan fisik atau psikis. Penyalahguna pecandu
adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum dengan
ada ketergantungan fisik atau psikis.
Menurut undang-undang ini, penyalahguna biasa dapat dikenakan pidana penjara
paling lama empat tahun atau denda paling banyak Rp.800 juta. Penyalahguna
pecandu dapat dikenakan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling
banyak Rp.100 juta. Namun, penyalahguna pecandu dapat dijatuhi pidana rehabilitasi
medis atau sosial jika memenuhi syarat-syarat tertentu. Pidana rehabilitasi bertujuan
untuk mengembalikan kondisi fisik dan psikis penyalahguna pecandu agar dapat
berfungsi secara normal dalam masyarakat.

-Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyalahgunaan narkoba bukanlah


kriminal yang harus dipenjara, tetapi orang yang sakit dan perlu mendapatkan layanan
rehabilitasi baik medis maupun sosial. Penjara bukanlah solusi yang tepat untuk
menangani masalah penyalahgunaan narkoba, karena dapat menimbulkan masalah
baru seperti over kapasitas lapas, stigmatisasi sosial, serta resiko terinfeksi penyakit
menular seperti HIV/AIDS dan hepatitis C. Penjara juga tidak menjamin bahwa
penyalahguna narkoba akan berhenti menggunakan narkoba setelah bebas. Bahkan,
ada kemungkinan bahwa penyalahguna narkoba akan menjadi lebih berpengalaman
dalam bisnis narkoba setelah keluar dari penjara.

2. Pemberian argument:
-Orang yang melakukan pengedaran narkoba harus eksekusi Mati. Hal ini Tidak
melanggar HAM, Seperti menurut sebagian masyarakat, eksekusi mati melanggar
pasal 28 A UUD 1945 “ Setiap orang berhak hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya.” Tetapi di pasal 28 G UUD 1945 “Setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di
bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.” juga
jelas tertera bahwa manusia berhak untuk mendapatkan perlindungan. Contohnya
perlindungan dari kejahatan narkoba yang dapat tiba-tiba mengancam nyawanya.
Dalam hal yang seperti ini asas kepentingan umum sangat harus ditegakan
menyampingkan kepentingan khusus atau pribadi. logikanya seperti ini bila seribu
orang terancam nyawanya karena hanya seorang terpidana narkoba melakukan tindak
kejahatan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Apakah Anda tetap
berpendapat kalau seribu orang terancam nyawanya demi menyelamatkan satu orang
penjahat narkoba?

Tambahan: Soal hukuman mati ini,Mahkamah Konstitusi pernah memutuskan bahwa


hukuman mati yang diancamkan untuk kejahatan tertentu dalam UU No 22 Tahun
1997 tentang Narkotika tidak bertentangan dengan UUD 1945. Hukuman mati tidak
bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh UUD 1945, karena konstitusi
Indonesia tidak menganut asas kemutlakan hak asasi manusia (HAM).

-Bertentangan dengan banyak kepercayaan, Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban
Tindak Kekerasan (KontraS) menegaskan bahwa penjatuhan pidana mati tidak
memberikan efek jera atau menurunkan angka kejahatan, khususnya bagi kejahatan
narkotika dikarenakan orang-orang yang sudah kecanduan narkoba atau sudah
terhasut dengan kerakusan terhadap uang yang banyak. Selain itu, orang yang
tertangkap melakukan transaksi narkoba dari sisi manapun tidak selalu dijatuhkan
dengan hukuman mati.

Alternatif selain hukuman mati kepada pelaku penyalahguna narkoba adalah :


1.Direhabilitasi agar tidak kecanduan dan lebih peri kemanusiaan, tidak
mengkonsumsi lagi.
2.Ikut kerja sosial apabila masih ringan.
3.Pelaksanaan pidana mati dapat ditunda dengan masa percobaan selama sepuluh
tahun. Apabila selama masa percobaan menunjukkan sikap dan perbuatan yang
terpuji, maka pidana mati dapat diubah menjadi pidana seumur hidup atau penjara
paling lama 20 tahun

-Pelaksanaan hukuman mati bukan hanya untuk efek jera (deverant) ataupun
pemberian hukuman setimpal, tetapi yang lebih penting dimaksudkan untuk
melindungi masyarakat (defend society) serta menyelamatkan anak bangsa dari
bahaya penyalahgunaan narkoba.Penegasan itu disampaikan Deputi Hukum dan Kerja
Sama Badan Narkotika Nasional (BNN) Ambassador Bali Moniaga, menanggapi
berbagai polemik di masyarakat tentang pelaksanaan hukuman mati di Indonesia.

3. Penyampaian kesimpulan:

Narkoba adalah zat yang mempengaruhi kondisi mental dan fisik jika disalahgunakan.
Penyalahgunaan narkoba sendiri dapat melahirkan kriminalitas yang merugikan
penggunanya dan juga orang disekitarnya jika tidak direhabilitasi. Dari sisi hukum
pun dapat memberi kesimpulan bahwa penyalahguna narkoba adalah orang sakit yang
perlu mendapatkan layanan rehabilitasi bukan seorang kriminal yang harus
dipenjarakan karena dipenjarakan adalah sebuah solusi yang memunculkan masalah
baru. Hal ini berbeda bagi pengedar narkoba, pengedar narkoba haruslah dieksekusi
mati. Eksekusi mati bukan untuk memberi efek jera pada pengguna, namun yang
terpenting adalah untuk memberi perlindungan bagi orang lain yang tidak memakai
narkoba. Pengedar narkoba memang memiliki hak asasi yang dikutip dari UUD 1945
pasal 28 A “Setiap orang berhak hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.” Namun bagaimana dengan orang yang tidak menggunakan narkoba?
mereka juga memiliki hak untuk dilindungi agar tidak terjerumus ke penyalahgunaan
narkoba, dikutip dari UUD 1945 pasal 28 G “Setiap orang berhak atas perlindungan
diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.” Sehingga, perlu
bagi pengedar narkoba dieksekusi mati, agar penyalahgunaan narkoba dan dampak
penyalahgunaan narkoba tidak tersebar luas.

“MATIKAN PENGEDAR NARKOBA SEBELUM DIA MEMATIKANMU!!!”

Anda mungkin juga menyukai