&
SOSIAL
PENYALAHGUNAAN
BAHAN TERLARANG
NAPZA
Presented by Group 5
Introduction
Kelompok 5 :
Nomor 35 tahun Hukuman pidana bagi pengedar narkotika diatur dalam pasal
2009 tentang 111, 112, 113, 132 Undang Undang Nomor 35 tahun 2009,
tentang Narkotika, dengan hukuman kurungan penjara minimal
Narkotika 4 tahun dan maksimal hukuman mati, serta hukuman pidana
membedakan berupa denda maksimal hingga 10.000.000.000,-
pelaku pidana
narkotika Pengguna narkotika
menjadi 2 yaitu : Pencandu Narkotika
Penyalah Guna Narkotik
Permasalahan narkotika dan zat adiktif lainnya seperti tidak ada habisnya. Peredaran atau penyalahgunaan narkotika lalu
dianggap sebagai salah satu kejahatan serius di dunia internasional, tidak terkecuali di Indonesia.
Dalam konteks Indonesia, potensi Indonesia sebagai pangsa pasar yang besar, produsen, dan sebagai jalur transit narkotika
membuat kita harus memandang permasalahan narkotika secara lebih kompleks dan luas dengan memahami di Indonesia
telah terdapat fakta adanya produksi narkotika secara gelap (illict drugs production), adanya perdagangan gelap narkotika
(illict traficking), dan adanya penyalahgunaan narkotika (drug abuse).
Permasalahan narkotika, selain berbahaya bagi pribadi penggunanya, keluarga, dan masyarakat, juga berbahaya bagi bangsa
dan negara sehingga pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk melakukan upaya pencegahan, pemberantasan
terhadap penyalahgunaan narkotika, serta peredaran gelap narkotika secara komprehensif dan multidimensional dengan
keterlibatan masyarakat secara aktif.
lanjutan...
Pada Mei 2020, kita kembali disuguhkan tindakan penangkapan pengedar narkoba oleh Kepolisian RI. Polisi
menggagalkan penyelundupan narkotika jenis sabu seberat 71 kilogram dalam brankas yang dibawa perusahaan
ekspedisi di Pelabuhan Bakauheni, Lampung (cnn.indonesia.com, Rabu, 20 Mei 2020). Praktik-praktik seperti ini
menjadi fakta adanya perdagangan gelap narkotika di Indonesia. Tidak hanya sampai disitu saja, penyalahgunaan
narkotika juga terjadi di beberapa lapisan sosial masyarakat.
Sebagai contoh, baru-baru ini publik figur berinisal DS ditangkap polisi. DS menambah daftar para pesohor yang
terciduk polisi karena kasus narkoba tahun 2020 ini. Pada CNN Indonesia, DS menyesal telah menggunakan narkoba
jenis ganja. DS juga mengakui dirinya ketergantungan dengan ganja sejak beberapa waktu lalu. Keinginannya untuk
sembuh dan mengikuti rehabilitasi sempat ia lontarkan kepada pihak kepolisian setelah penangkapan dirinya.
Penangkapan DS akan menambah daftar panjang penghuni lapas jika sistem rehabilitasi belum menjadi program
prioritas pemerintah dalam menangani perkara penyalahgunaan narkoba.
Rehabilitasi Narkoba
Dalam ketentuan UU Nomor 35 Tahun 2009 dimana pengguna
narkotika dapat dikategorikan sebagai pecandu, yaitu orang yang
menggunakan atau yang menyalahgunakan narkotika dan dalam
keadaan ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik maupuan
psikis dan berhak untuk mendapatkan atau mengakses rehabilitasi
medis dan rehabilitas sosial. Hak atas pemulihan kesehatan pengguna
narkotika dari kecanduannya itu senada dengan ketentuan World
Health Organization (WHO) yang mengategorisasikan adiksi
(kecanduan) sebagai suatu penyakit kronis kambuhan yang dapat
dipulihkan.
Ombudsman RI (ORI) pun menyoroti standar baku rehabilitasi tahanan
kasus penyalahgunaan narkoba. ORI menilai penangkapan pelaku
penyalahgunaan narkoba hanya akan membuat lembaga
pemasyarakatan penuh jika rehabilitasi belum jadi prioritas.
Dalam penerapannya, terdapat beberapa pasal dalam UU Narkotika
yang sering digunakan penuntut umum, baik dalam dakwaan maupun
tuntutan ulai dari pasal 111, 112, 114, dan 127 UU Narkotika.
Kecenderungan penggunaan pasal dan cara perumusan dakwaan
dengan dakwaan subsidaritas ini membawa pengaruh signifikan
terhadap penempatan seorang pengguna narkotika di lembaga
Overcowding Lapas
Beberapa kalangan kemudian mengemukakan pentingnya Indonesia
menerapkan dekriminalisasi yang lebih progresif, yaitu dekriminalisasi pengguna.
Dekriminalisasi pada dasarnya adalah istilah dalam pembentukan UU, bentuk
kontra dari kriminalisasi. Dalam model dekriminalisasi tersebut, pengguna
narkotika (biasanya juga kepemilikan napza dalam jumlah tertentu) tidak lagi
menjadi objek hukum pidana. Di Indonesia sendiri, praktik dekriminalisasi sangat
jamak terjadi. Dalam ranah judicial review, banyak juga dekriminalisasi yang
dilakukan Mahkamah Konstitusi (MK) dengan jalan membatalkan suatu materi
dalam UU, misalnya ketika MK membatalkan delik penghinaan Presiden dan
Wakil Presiden dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana melalui Putusan MK
No. No. 013-022/PUU-IV/2006.
Kelebihan beban lapas merupakan
salah satu masalah paling serius di
Indonesia. Ada dua unsur paling
penting dari besarnya jumlah
penghuni lapas, yaitu unsur
penahanan yang begitu besar (20%
dari total penghuni) dan tingginya
pemidanaan yang berujung pada
pemenjaraan.
Diskriminalisasi
Dampak atau masalah yang ditimbulkan karena peredaran gelap (ilegal) atau penyalahgunaan
narkoba adalah sebagai berikut:
Dapat meugakibatkan gangguan ketentraman dalam kehidupan si pelaku (penyalahguna)
khususnya, juga pada gilirannya dapat mengusik ketentraman warga masyarakat di mana ia
tinggal.
Menjadikan diri sendiri (penyulahguna/peggedar) "terkucil” dalam pergaulan hidup
benuasyarakat. Dalam realitas kehidupan, jarang ada sekelompok orang yang mau
berkawan/bersahabat dengan pecandu/penyalahguna maupun deugan pengedar narkoba. Hal
ini dapat dimaklumi, mengingat kekhawatiran dari orang-orang yang hidup di tengah
masyarakat akan "ketularan" dari life style (gaya hidup) si penyalahguna/pengedar narkoba.
Menjadikan yang bersangkutan (si penyalahguna) apatis atau bersikap “masa bodo" dengan
lingkungan sekitarnya. Kalau hal ini terus terjadi, maka amat disayangkan; padahal manusia
oleh Tuhan Yang Maha Esa telah diberikan dan dibekali potensi yang harus dikembangkan
dalam kehidupannya. Sementara orang yang menyalahgunakan narkoba hanya untuk
kesenangan sesaat, berani tanpa disadari ia telah "membunuh" potensi dan mematikan kreasi
diri yang amat bernilai."
Tidak kalah pentingnya, dalam hal sosial dan pendidikan,
narkoba turut membawa masalah atau kerugian dalam
kehidupan. Dampak/kerugian narkoba dalam bidang sosial
dan p