Disusun Oleh:
1. Diana Santi (2120303066)
2. Retno Siwi N. (2120303079)
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….…ii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………...1
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………..…2
A. Pengertian...……………………………………………………….…....2
B. Faktor yang mempengaruhi………………………………..…………...2
C. Langkah – langkah kebijakan…………………………………………..4
BAB 3 SIMPULAN……………………………………………………………5
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….6
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya pendidikan merupakan upaya membangun budaya
dan beradaban bangsa. Oleh karena itu, UUD 1945 secara tegas
memngamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan. Pemerintah terus menerus memberikan perhatian yang
besar pada pada pembangunan pendidikan dalam rangka mencapai
tujuan negara,yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang nantinya
sangat mempengaruhi kesejahteraan umum dan pelaksanaan ketertiban
dunia..
Pembangunan pendidikan telah membuahkan hasil yang relative
baik yang terlihat dari meningkatnya rata-rata lama sekolah dan angka
melek huruf penduduk serta meningkatnya akses dan pemerataan
pelayanan pendidikan, yang ditandai dengan meningkatnya angka
partisipasi kasar (APK) pada semua jenjang pendidikan dan angka
partisipasi sekolah (APS) pada semua kelompok umur anak-anak
sekolah.
Dalam rangka memperluas akses pendidikan, dalam dua
tahun terakhir ini telah dilakukan berbagai upaya untuk terus
meningkatkan partisipasi pendidikan sekaligus menurunkan
kesenjangan taraf pendidikan antar kelompok masyarakat melalui
antara lain, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dengan
memberi perhatian lebih besar pada daerah tertinggal. Namun,
meningkatnya partisipasi pendidikan masih dihadapkan dengan
beberapa masalah seperti masih banyaknya anak-anak sekolah seperti
yang berasal dari keluarga miskin yang tidak memperoleh pelayanan
pendidikan karena mahalnya biaya pendidikan bagi mereka.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akses pendidikan?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi aksebilitas dalam
memperoleh pendidikan?
3. Apa saja Langkah-langkah kebijakan dan hasil yang dicapai dalam
upaya peningkatan aksebilitas pendidikan di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui ap aitu aksebilitas pendidikan
2. Dapat mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
aksebilitas dalam memperoleh pendidikan
3. Dapat mengetahui apa saja langkah-langkah kebijakan dan hasil
yang dicapai dalam upaya peningkatan aksebilitas pendidikan di
Indonesia
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
2
anak pertama-tama mendapatkan bimbingan dan pendidikan.
Orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda
akan berpengaruh terhadap cara membimbing belajar anaknya
4. Jarak ke Sekolah
Aksebilitas memperoleh pendidikan dapat dipengaruhi oleh
kemudahan atau keterjangkauan untuk menuju sekolah. Jarak
tempuh ke sekolah secara langsung berpengaruh terhadap biaya
yang harus dikeluarkan orang tua dalam hal pendidikan, selain itu
fisik anak yang harus menempuh jarak yang cukup jaug ke sekolah
juga menjadi bahan pertimbangan anak untuk putus sekolah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bawa semajin jauh jarak ke
sekolah maka probabilitas anak untuk bersekolah akan semakin
kecil.
5. Usia perkawinan Orangtua
Megan (2002) dan Boit dan Emily (2013) menyatakan
bahwa orang tua yang menikah pada usia produktif membuat
mereka lebih produktif dalam bekerja agar dapat menghasilkan
unag untuk menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang yang lebih
tinggi, Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa semakin
produktif usia pernikahan orang tua maka semakin tinggi
pribabilitas anak untuk sekolah.
6. Pendapatan per Kapita Orang Tua
Semakin tinggi pebdapatan per kapita orangtua, maka
semakin besar peluang anak untuk bersekolah. Hasil ini dibuktikan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Andrew (2014), Boit dan
Emely (2013), Megan (2002), Ibrahim dkk (2008), Mustamin
(2013), dan Pustijak (2012) dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi pendapatan per kapita otangtua berarti kesejahteraan merekz
lebih baik, oleh karena itu, mereka akan lebih mudah
menyekolahkan anak-anak mereka daripada orangtua yang
pendapatan per kapitanya rendah.
7. Jumlah Anggota Keluarga
Mustamin (2013), Kainuwa dan Najenah (2013), dan Boit
dan Emely (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
semakin banyak anggota keluarga maka beban kehidupan mereka
semakin besar yang nantinya akan berpengaruh terhadap
kesejahteraan mereka termasuk yang seharusnya mereka
belanjakan utnuk pendidikan anak-anak mereka. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa semakin banyak anggota keluarga maka
semakin kecil probabilitas anak untuk bersekolah akan semakin
rendah.
3
C. Langkah Langakah Kebijakan dan Hasil-Hasil yang Dicapai
Secara umum, Langkah-langkah kebijakan pembangunan pendidikan yang
ditempuh adalah sebagai berikut.
1. Peningkatan pendidikan bagi anak usia dini yang lebih merata dan
bermutu agar semua potensi anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai dengan tingkat usia sehingga mereka
memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
2. Peningkatan perluasan dan pemerataan pelayayanan dan
pendidikan dasar yang berkualitas sebagai bentuk pemenuhan hak
warga negara untuk mengikuti Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9
Tahun sebagaimana diamanatkan dalam UU No.20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. Peningkatan perluasan dan memerataan pendidikan menengah,
baik umum maupun kejuruan, untuk mengantisipasi meningkatnya
lulusan sekolah menengah pertama sebagai dampak keberhasilan
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, dan penyediaan
tenaga kerja lulusan pendidikan menengah yang berkualitas
4. Pemberian perhatian yang lebih besar kepada kelompok
masyarakat yang kurang beruntung dalam menjangkau layanan
pendidikan, baik formal maupun nonformal sesuai dengan potensi
dan kebutuhannya,
5. Peningkatan Perluasan layanan pendidikan tinggi untuk
menghasilkan lulusan yang memenuhi kebutuhan pasar kerja serta
dapat menciptakan dan mengembangkan ilmj pengetahuan dan
teknologi.
6. Peningakatan pendidikan nonformal yang merata dan bermutu
untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada warga
masyarakat yang keperluan pendidikannya mungkin tidak
terpenuhi melalui jaluur formal, terutama bagi masyarakat yang
putus sekolah dan ingin meningakatkan pengetahuan, ketrampilan
dan kualitas hidupnya.
7. Peningkatan otonomi dan desentralisasi pengelolaan pendidikan
tinggi, dengan pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang
lebih besar kepada perguruan tinggi sebagai satuan pendidikan
dalam mengelola pendidikan secara bertanggung jawab dan
akuntabel.
8. Pengembangan budaya baca untuk menciptakan masyarakat
belajar, berbudaya, maju dan mandiri.
9. Penyusunan berbagai upaya peningkatan kemampuan adaptif dan
kompetitif satuan pendidikan dalam menghadapi era informasi dan
ekonomi berbasis pengetahuan.
10. Peningkaktan penelitian dan pengembanngan pendidikan untuk
penyususnan kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas, jangkauan dan
4
kesetaraan pelayanan, keefektifan dan efisiensi manajemen
pelayanan pendidikan.
BAB III
Simpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa factor jenis
kelamin anak anak perempuan, wilayah tempat tinggal di perkotaan,
latar belakang pendidikan ibu jenjang pendidikan menengah dan
tinggi, jarak ke sekolah yang dekat, usia pernikahan orangtua pada
masa produktif, pendapatan per kapita rumah tangga yang semakin
besar, dan jumlah anggota rumah tangga yang semakin kecil akan
berdampak positif terhadap peluang/partisipan bersekolah.
5
DAFTAR PUSTAKA
Roesminingsih, dan Lajiman Hadi Susarno. 2015. Teori dan Praktek Pendidikan.
Surabaya: Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Novrian Satria Perdana, 2015. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap
Aksebilitas Memperoleh Pendidikan untuk Anak-Anak di Indonesia.