Pendidikan Komparatif
Disusun oleh:
Kelas E
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materi.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca jadikan
referensi sebagai bahan penulisan ataupun yang lain dengan benar dan baik.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
I
DAFTAR ISI
II
LATAR BELAKANG
1
A. PENDIDIKAN KELUARGA INDONESIA
Di Indonesia tentang tanggung jawab keluarga yakni orang tua untuk mendidik anak
mereka sudah tercantum dalam pasal 1 Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974.
Pada Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa orang tua memiliki bertanggung jawab untuk
memelihara dan memberikan pendidikan anak dengan layak sampai anak tersebut mampu
berdiri sendiri atau sampai anak tersebut menikah. Dari Undang-undang tersebut dapat
diketahui bahwa Indonesia secara penuh mendukung dan mendorong keluarga khususnya
orang tua, untuk mendidik anak mereka di lingkungan keluarga.
Indonesia dalam pendidikan keluarga telah melaksanakan program pelibatan orang tua
atau keluarga dan masyarakat dalam pendidikan untuk anak. Bentuk pelibatan orang tua yang
dimaksud antara lain melalui: (i) pertemuan orangtua pada hari pertama masuk sekolah; (ii)
menjadi inspirator bagi peserta didik dengan hadir sebagai narasumber; (iii) pentas kelas pada
akhir tahun ajaran yang dihadiri orangtua, guru, dan masyarakat. Program ini memiliki peran
untuk menjadikan satuan pendidikan sebagai tempat yang kondusif dengan adanya Kerjasama
bersama orang tua siswa serta meningkatkan kesadaran dan kepedulian orang tua terhadap
anak-anak mereka dalam upaya untuk memajukan pendidikan. Selain dengan orangtua, satuan
pendidikan kerjasama pula dengan masyarakat pegiat pendidikan dalam membentuk karakter
dan budaya prestasi peserta didik, sehingga tercapai keharmonisan antara keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai dari serangkaian program ini adalah untuk
meningkatkan akses dan mutu layanan dikkel bagi penduduk Indonesia melalui satuan
pendidikan.
Apabila dilihat pada masa sekarang yang mana zaman telah berubah dan teknologi telah
berkembang serta masyarakat selalu mengikuti perubahan, pendidikan menjadi sesuatu yang
penting untuk diberikan pada anak. Pandangan mengenai pendidikan keluarga di era dimana
semua serba modern dan mudah menjadi pilihan bagi orang tua untuk mendidik anak mereka
agar tidak terpengaruh dampak negatif perkembangan zaman. Begitu Pula bagi para orang tua
di Indonesia, dengan adanya gadget dapat mengakibatkan seseorang menjadi individualis
sehingga jarang berkomunikasi bahkan antar anggota keluarga. Oleh sebab itu, pendidikan
2
keluarga yang menanamkan penumbuhan karakter yang meliputi budi pekerti, akhlak yang
berpedoman pada nilai-nilai dan kebijakan yang terdapat di lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat yang mencakup karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial dan tanggung jawab mendapat pandangan positif dari masyarakat.
Pada era revolusi industri 4.0 saat ini, sistem pendidikan keluarga yang sering ditemui
di Indonesia yaitu keluarga terutama orang tua cenderung membebaskan anak mereka untuk
menentukan tujuan serta pilihan mereka sendiri dan orang tua hanya berperan sebagai
pembimbing dan pengontrol anak agar pilihan yang mereka buat tidak mengarah pada hal yang
negatif. Cara orang tua mendidik anak dengan cara membebaskan untuk mencari
tujuan/pilihannya sendiri cenderung cara yang diinginkan oleh anak pada saat ini. Karena anak
berpendapat bahwa anak mempunyai hak dibebaskan untuk menentukan pilihannya sendiri.
Peran orang tua hanya sekedar mengingatkan atau mengarahkan anak jika kesulitan mencari
tujuannya.
Pendidikan keluarga mampu menciptakan kepribadian orang Jepang yang dikenal saat
ini yaitu disiplin, ulet, jujur, teliti dan memiliki etos kerja tinggi. Jepang memiliki bentuk
keluarga tradisional yang khas disebut IE. IE berarti sistem keluarga luas terbatas yang
menganut sistem patrilineal (Anwar, 2007: 197). IE dipimpin seorang kepala keluarga yang
dinamakan kachou. Kachou memiliki peran sentral di tengah keluarga karena memiliki
tanggung jawab yang besar terhadap seluruh anggota. Adat istiadat dalam sistem kekeluargaan
IE telah menurunkan norma-norma khusus yang ditaati agar menjadi orang yang bermartabat.
Dalam membentuk kepribadian orang Jepang terdapat nilai dalam lima hubungan. Lima
hubungan tersebut yaitu hubungan moral tuan dengan abdi, bapak dengan anak, suami dengan
istri, saudara tua dengan adiknya, dan hubungan antar teman. Lima prinsip hubungan dalam
keluarga merupakan dasar dalam membentuk hubungan yang harmonis dalam setiap hubungan.
Prinsip hubungan ini juga menjadi tolok ukur dalam berperilaku untuk menciptakan
keharmonisan dalam hubungan sosial. Pendidikan keluarga dikatakan berhasil jika nilai-nilai
moral keluarga mampu membentuk kepribadian anak. Nilai moral ini digali dari lima dasar
hubungan. Lima dasar hubungan ini menimbulkan rasa saling memiliki, menghargai, tanggung
jawab, cinta kasih, kesetiaan dan kejujuran. Nilai-nilai ini membentuk karakter yang tangguh
pada setiap individu. Jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut dianggap sebagai
seorang yang memalukan keluarga. Rasa malu dipupuk atas dasar kesadaran terhadap tanggung
jawab.
Selain itu dalam pendidikan keluarga Jepang terdapat program kemitraan antara orang
tua dengan sekolah yaitu dengan melibatkan orang tua dalam proses pendidikan anak di Jepang.
3
Para orang tua dan guru melakukan komunikasi secara continue dan guru memberikan buku
catatan untuk orang tua. Buku tersebut berisi catatan mengenai perkembangan prestasi siswa.
Terdapat program yang dilaksanakan untuk meningkatkan hubungan orang tua dengan sekolah
yaitu :
Dari program tersebut diarapkan dapat menciptakan komunikasi yang efektif antar orang tua
dengan guru, selain itu dapat meningkatkan kemitraan antara orang tua dengan pihak sekolah
sehingga kegiatan kegiatan dalam pendidikan dapat berkembang.
Ministry of Education dan Ministry of Social and Family Development menjadi dua
lembaga yang bekerjasama mewujudkan visi dan misi dengan sistem yang dibentuk untuk
kesuksesan Singapura melalui Pendidikan keluarga berbasis sekolah. Berdasarkan kunjungan
kebeberapa sekolah, terdapat beberapa sekolah yang telah memiliki progam yang berhubungan
dengan orang tua, diantaranya yaitu :
1. Pre-School SPARKLE TOTS ( Parent-Teachers Meeting )
4
Program ini merupakan program yang mengkomunikasikan cara penilaian kepada setiap
anak agar dapat terlihat kelebihan, kekurangan, serta potensi yang dapat fokus dibangun.
Semua sistem penilaian dikomunikasikan kepada orang tua melalui program ini, yang
diselenggarakan setiap 3 bulan sekali.
5
yang masih menjunjung tinggi budaya lokal. Matriks berikut ini adalah gambaran ringkas
mengenai bentuk dan tujuan program dan hasilnya dari kedua negara tersebut.
Berbentuk organisasi formal yang terdiri dari orangtua, pendidik dan tenaga
kependidikan lainnya Organisasi ini menfasilitasi keterlibatan orangtua di sekolah yang
disebut Parent Teacher Association (PTA)
Hal ini dimulai ketika Alice McLellan Birney dan Phoebe Apperson Hearst sebagai
penemu organisasi ini, ketika perempuan pada waktu itu tidak memiliki hak untuk
memilih dan aktivisme sosial pada waktu itu tidak populer. Namun, mereka meyakini
bahwa para Ibu akan mendukung misi mereka untuk menghilangkan ancaman yang
membahayakan anak dan pada awal tahun 1897, mereka memulai kampanye berskala
nasional.
Pada 17 Februari 1897, lebih dari 2000 orang yang terdiri kebanyakan dari mereka adalah
Ibu, tetapi juga terdapat para Ayah, Guru, Buruh, Legislator (Anggota Dewan Legislatif)
menghadiri pertemuan pertama Kongres Ibu Nasional (National Congress of Mothers) di
Washington, D.C. Menghasilkan National Congress of Parents and Teachers (National
PTA) 20 Tahun kemudian, terdapat 37 negara bagian yang hadir.
Pada tahun 1970, National Congress of Parents and Teachers (National PTA) dan The
National Congress of Colored Parents and Teachers (NCCPT) didirikan oleh Selena
Sloan Butler di Atlanta, Ga. bergabung untuk melayani semua anak.
3. Fungsi
Sebagai organisasi advokasi anak relawan terbesar di negara Amerika, National PTA
adalah hati nurani negara untuk masalah anak dan remaja. Melalui advokasi, serta
6
pendidikan keluarga dan masyarakat, National PTA telah membuat program dan
menyerukan undang - undang yang meningkatkan kehidupan anak, seperti :
1. Pembuatan kelas TK
2. Hukum pekerja anak
3. Pelayanan kesehatan masyarakat
4. Program makan siang panas dan sehat
5. Sistem peradilan anak
6. Imunisasi wajib
7. Seni dalam pendidikan
8. Keamanan Sekolah
E. KESIMPULAN
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk membentuk pribadi
individu serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan juga dapat dikatakan
sebagai proses untuk mendewasakan manusia atau memanusiakan manusia. Oleh sebab itu,
keluarga sebagai tempat pertama bagi seorang anak untuk mendapatkan pendidikan pertama
dapat dikatakan sebagai sebuah institusi pendidikan. Sejak pertama kali seorang manusia
dilahirkan, keadaan lingkungan keluarga dapat menjadi faktor yang berpengaruh terhadap
proses pendidikan di tahap selanjutnya. Keadaan lingkungan keluarga yang positif dapat
memberikan dorongan bagi tumbuh kembang anak. Jika segenap anggota keluarga
memberikan teladan serta kebiasaan-kebiasaan yang positif kepada anak, maka mereka akan
melihat dan meniru hal yang positif juga dalam kehidupannya. Dari penjelasan materi diatas
dapat disimpulkan bahwa di setiap negara baik negara berkembang maupun negara maju
memiliki tujuan yang sama dari dilakukannya pendidikan keluarga yaitu untuk menanamkan
nilai-nilai moral yang baik dan membentuk kepribadian anak yang berbudi pekerti luhur.
Kemudian dapat dilihat adanya keterlibatan orang tua di setiap program pendidikan yang
diberikan kepada anak di setiap negara untuk menegaskan pentingnya peran keluarga terutama
orang tua dalam proses pembentukan kepribadian anak.
7
DAFTAR PUSTAKA
Jaelani, M. S. Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan
Anak Usia Dini. dari https://media.neliti.com/media/publications/publications/56713-ID-teori-
pendidikan-keluarga-dan-tangung-ja.pdf
Sudarsih, S. (2021). Hakikat Nilai Dalam Sistem Pendidikan Keluarga Di Jepang. KIRYOKU,
5(1), 152-158. https://doi.org/10.14710/kiryoku.v5i1.152-158
Arifin, Z. (2017). Pendidikan Keluarga di Era Modern dalam Kontek Long Life Education Berdasarkan
al-Qur’an Surat Luqman. Wahana Karya Ilmiah Pendidikan, 1(01).
https://journal.unsika.ac.id/index.php/pendidikan/article/view/787
Fauzy, V. A. E. 2022 Januari 2022. Pendidikan Keluarga di Era Revolusi Industry 4.0. diakses pada
tanggal 09 Januari 2023 dari https://www.harianbhirawa.co.id/pendidikan-keluarga-di-era-
revolusi-industri-4-0/
AL-MIKRAJ: Jurnal
Rini, T. P., & Masduki, M. (2020). Pendidikan Karakter Keluarga di Era Digital.
Studi Islam dan Humaniora, 1(1), 8-18. https://doi.org/10.37680/almikraj.v1i1.543
Wahy, H. (2012). Keluarga sebagai basis pendidikan pertama dan utama. Jurnal Ilmiah Didaktika:
Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran, 12(2). Doi :
http://dx.doi.org/10.22373/jid.v12i2.451