Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KOMPARATIF PENDIDIKAN KELUARGA

Pendidikan Komparatif

Dosen Pengampu: Veroyunita Umar S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Berliana Putri S R (21108241040)

Sukma Natalia Kandi (21108241106)

Raditya Ananta Wisuda Putra (21108244004)

Mafaza Raissa Griseldis (21108244073)

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Kelas E

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materi.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca jadikan
referensi sebagai bahan penulisan ataupun yang lain dengan benar dan baik.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Kamis, 09 Februari 2023

Kelompok 10 Pendidikan Komparatif

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................I


DAFTAR ISI............................................................................................................................. II
LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 1
A. PENDIDIKAN KELUARGA INDONESIA .................................................................. 2
B. PENDIDIKAN KELUARGA JEPANG ......................................................................... 3
C. PENDIDIKAN KELUARGA DI SINGAPURA ........................................................ 4
D. PENDIDIKAN KELUARGA DI AMERIKA ............................................................ 5
E. KESIMPULAN ............................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 8

II
LATAR BELAKANG

Keluarga merupakan unit terkecil dalam sistem kemasyarakatan. Keluarga sebagai


sebuah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga diharapkan senantiasa berusaha
menyediakan kebutuhan, baik biologis maupun psikologis bagi anak, serta merawat dan
mendidiknya. Keluarga diharapkan mampu mendidik anak-anak agar dapat tumbuh menjadi
pribadi yang dapat hidup dimasyakatnya, dan sekaligus dapat menerima, menggunakan serta
mewarisi nilai-nilai kehidupan dan kebudayaan. Di dalam keluaga anak dipersiapkan oleh
keluarganya untuk menjalani tingkatan-tingkatan perkembangannya sebagai bekal untuk
memasuki dunia dewasa, bahasa, adat istiadat dan seluruh isi kebudayaan merupakan pekerjaan
yang dikerjakan keluarga dan masyarakatnya didalam mempertahankan kehidupan oleh
keluarga.

Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang


dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya mendidik anak dalam
keluarga atau proses transformasi perilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial
terkecil di masyarakat. Tujuan pendidikan keluarga diantaranya adalah memelihara dan
melindungi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Ki-Hajar Dewantara
(1961) menyatakan bahwa alam keluarga bagi setiap orang (anak) adalah alam pendidikan
permulaan. Di situ untuk pertama kalinya orang tua (ayah maupun ibu) berkedudukan sebagai
penuntun (guru), sebagai pengajar, sebagai pendidik, pembimbing dan sebagai pendidik yang
utama diperoleh anak.

Mollehnhaur (dalam Abdullah 2003:2037) membagi fungsi keluarga dalam pendidikan


anak terbagi dua fungsi, yaitu fungsi kuantitatif, yaitu menyediakan bagi pembentukan perilaku
dasar, artinya keluarga tidak hanya menyediakan kebutuhan dasar fisik anak berupa pakaian,
makan dan minum, tempat tinggal yang baik, tetapi juga keluarga juga dituntut untuk
menyediakan dan memfasilitasi ketersediaan dasar-dasar kebaikan, berupa perilaku, etika,
sopan santun dan pembentukan karakter anak yang santun dan berakhlak baik sebagai fitrah
manusia yang hakiki. Seperti mengajarkan sejak dini perbuatanperbuatan yang baik-baik,
mencontohkan (keteladanan) hal-hal yang baik, mempraktekkan nilai-nilai positif baik dalam
perilaku keseharian anak maupun disaat-saat tertentu. Fungsi yang kedua adalah fungsi selektif,
yaitu menyaring pengalaman anak dan ketidaksamaan posisi kemasyarakatan karena
lingkungan belajar. Artinya pendidikan keluarga berfungsi sekaligus memerankan diri sebagai
fungsi kontrol pengawasan terhadap diri anak akan berbagai informasi yang diterima anak

1
A. PENDIDIKAN KELUARGA INDONESIA

Di Indonesia tentang tanggung jawab keluarga yakni orang tua untuk mendidik anak
mereka sudah tercantum dalam pasal 1 Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974.
Pada Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa orang tua memiliki bertanggung jawab untuk
memelihara dan memberikan pendidikan anak dengan layak sampai anak tersebut mampu
berdiri sendiri atau sampai anak tersebut menikah. Dari Undang-undang tersebut dapat
diketahui bahwa Indonesia secara penuh mendukung dan mendorong keluarga khususnya
orang tua, untuk mendidik anak mereka di lingkungan keluarga.

Pendidikan keluarga di Indonesia memfokuskan pada penanaman pendidikan karakter


pada anak sebagai dasar. Anak akan diajarkan mengenai pentingnya berbuat kebaikan kepada
sesama serta mengajarkan anak mengenai kasih sayang dan perlindungan. Pendidikan keluarga
di Indonesia biasanya dilakukan dengan berdasarkan dengan nilai-nilai agama yang dianut dan
nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat secara turun-temurun. Dapat dikatakan bahwa
tujuan dari adanya pendidikan keluarga yaitu untuk dapat mendorong anak tumbuh dan
berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya agar menjadi
individu yang mampu berdiri sendiri dalam lingkungan masyarakat. Selain itu, juga diharapkan
individu tersebut akan menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri dan lingkungan
sekitarnya. Tujuan selanjutnya dari adanya pendidikan di keluarga yaitu agar setiap anggota
dapat berkembang menjadi lebih dewasa yang paham akan sikap budaya bangsanya.

Indonesia dalam pendidikan keluarga telah melaksanakan program pelibatan orang tua
atau keluarga dan masyarakat dalam pendidikan untuk anak. Bentuk pelibatan orang tua yang
dimaksud antara lain melalui: (i) pertemuan orangtua pada hari pertama masuk sekolah; (ii)
menjadi inspirator bagi peserta didik dengan hadir sebagai narasumber; (iii) pentas kelas pada
akhir tahun ajaran yang dihadiri orangtua, guru, dan masyarakat. Program ini memiliki peran
untuk menjadikan satuan pendidikan sebagai tempat yang kondusif dengan adanya Kerjasama
bersama orang tua siswa serta meningkatkan kesadaran dan kepedulian orang tua terhadap
anak-anak mereka dalam upaya untuk memajukan pendidikan. Selain dengan orangtua, satuan
pendidikan kerjasama pula dengan masyarakat pegiat pendidikan dalam membentuk karakter
dan budaya prestasi peserta didik, sehingga tercapai keharmonisan antara keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai dari serangkaian program ini adalah untuk
meningkatkan akses dan mutu layanan dikkel bagi penduduk Indonesia melalui satuan
pendidikan.

Apabila dilihat pada masa sekarang yang mana zaman telah berubah dan teknologi telah
berkembang serta masyarakat selalu mengikuti perubahan, pendidikan menjadi sesuatu yang
penting untuk diberikan pada anak. Pandangan mengenai pendidikan keluarga di era dimana
semua serba modern dan mudah menjadi pilihan bagi orang tua untuk mendidik anak mereka
agar tidak terpengaruh dampak negatif perkembangan zaman. Begitu Pula bagi para orang tua
di Indonesia, dengan adanya gadget dapat mengakibatkan seseorang menjadi individualis
sehingga jarang berkomunikasi bahkan antar anggota keluarga. Oleh sebab itu, pendidikan

2
keluarga yang menanamkan penumbuhan karakter yang meliputi budi pekerti, akhlak yang
berpedoman pada nilai-nilai dan kebijakan yang terdapat di lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat yang mencakup karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial dan tanggung jawab mendapat pandangan positif dari masyarakat.

Pada era revolusi industri 4.0 saat ini, sistem pendidikan keluarga yang sering ditemui
di Indonesia yaitu keluarga terutama orang tua cenderung membebaskan anak mereka untuk
menentukan tujuan serta pilihan mereka sendiri dan orang tua hanya berperan sebagai
pembimbing dan pengontrol anak agar pilihan yang mereka buat tidak mengarah pada hal yang
negatif. Cara orang tua mendidik anak dengan cara membebaskan untuk mencari
tujuan/pilihannya sendiri cenderung cara yang diinginkan oleh anak pada saat ini. Karena anak
berpendapat bahwa anak mempunyai hak dibebaskan untuk menentukan pilihannya sendiri.
Peran orang tua hanya sekedar mengingatkan atau mengarahkan anak jika kesulitan mencari
tujuannya.

B. PENDIDIKAN KELUARGA JEPANG

Pendidikan keluarga mampu menciptakan kepribadian orang Jepang yang dikenal saat
ini yaitu disiplin, ulet, jujur, teliti dan memiliki etos kerja tinggi. Jepang memiliki bentuk
keluarga tradisional yang khas disebut IE. IE berarti sistem keluarga luas terbatas yang
menganut sistem patrilineal (Anwar, 2007: 197). IE dipimpin seorang kepala keluarga yang
dinamakan kachou. Kachou memiliki peran sentral di tengah keluarga karena memiliki
tanggung jawab yang besar terhadap seluruh anggota. Adat istiadat dalam sistem kekeluargaan
IE telah menurunkan norma-norma khusus yang ditaati agar menjadi orang yang bermartabat.

Dalam membentuk kepribadian orang Jepang terdapat nilai dalam lima hubungan. Lima
hubungan tersebut yaitu hubungan moral tuan dengan abdi, bapak dengan anak, suami dengan
istri, saudara tua dengan adiknya, dan hubungan antar teman. Lima prinsip hubungan dalam
keluarga merupakan dasar dalam membentuk hubungan yang harmonis dalam setiap hubungan.
Prinsip hubungan ini juga menjadi tolok ukur dalam berperilaku untuk menciptakan
keharmonisan dalam hubungan sosial. Pendidikan keluarga dikatakan berhasil jika nilai-nilai
moral keluarga mampu membentuk kepribadian anak. Nilai moral ini digali dari lima dasar
hubungan. Lima dasar hubungan ini menimbulkan rasa saling memiliki, menghargai, tanggung
jawab, cinta kasih, kesetiaan dan kejujuran. Nilai-nilai ini membentuk karakter yang tangguh
pada setiap individu. Jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut dianggap sebagai
seorang yang memalukan keluarga. Rasa malu dipupuk atas dasar kesadaran terhadap tanggung
jawab.
Selain itu dalam pendidikan keluarga Jepang terdapat program kemitraan antara orang
tua dengan sekolah yaitu dengan melibatkan orang tua dalam proses pendidikan anak di Jepang.

3
Para orang tua dan guru melakukan komunikasi secara continue dan guru memberikan buku
catatan untuk orang tua. Buku tersebut berisi catatan mengenai perkembangan prestasi siswa.
Terdapat program yang dilaksanakan untuk meningkatkan hubungan orang tua dengan sekolah
yaitu :

1. Program Family Community


Bertujuan untuk mempererat hubungan orang tua, pendidik, tenaga pendidik agar
saling membantu. Kemudian untuk mengorganisasi dan mencari dana untuk kegiatan
social . Program ini juga digunakan untuk mendukung kegiatan perayaan, dan untuk
menerbitkan laporan maupun undangan kepada orang tua.
2. Program Parent Advisory Commite
Bertujuan untuk meninggkatakan kemitraan antara sekolah dengan orang tua dan
untuk mewakili pihak sekolah guna menyediakan saluran komunikasi dalam
menerima masukan.

Dari program tersebut diarapkan dapat menciptakan komunikasi yang efektif antar orang tua
dengan guru, selain itu dapat meningkatkan kemitraan antara orang tua dengan pihak sekolah
sehingga kegiatan kegiatan dalam pendidikan dapat berkembang.

C. PENDIDIKAN KELUARGA DI SINGAPURA

Masyarakat Singapura cenderung dikatakan materialistic, karena maysrakat singapura


dikenal memiliki prinsip mengejar 5C yaitu : Cash (uang), Car (mobil), Condominum
(kondominium), Credit Card (kartu kredit), Country Club (memiliki keanggotaan club elit).
Hal hal teserbut secara tidak langsung menjadi tolak ukur kesuksesan masyarakat Singapura.
Namun, selain materi nilai-nilai kehidupan seperti pertumbuhan karakter dan budi pekerti juga
menjadi perhatian utama Pemerintah Singapura. Keluarga juga memiliki peran dalam
mewujudkan misi terwujudnya nilai-nilai kehidupan yang bersifat non materi yang menjadi
perhatian Ministry of Education dan Ministry of Social and Family Development.

Ministry of Education dan Ministry of Social and Family Development menjadi dua
lembaga yang bekerjasama mewujudkan visi dan misi dengan sistem yang dibentuk untuk
kesuksesan Singapura melalui Pendidikan keluarga berbasis sekolah. Berdasarkan kunjungan
kebeberapa sekolah, terdapat beberapa sekolah yang telah memiliki progam yang berhubungan
dengan orang tua, diantaranya yaitu :
1. Pre-School SPARKLE TOTS ( Parent-Teachers Meeting )

4
Program ini merupakan program yang mengkomunikasikan cara penilaian kepada setiap
anak agar dapat terlihat kelebihan, kekurangan, serta potensi yang dapat fokus dibangun.
Semua sistem penilaian dikomunikasikan kepada orang tua melalui program ini, yang
diselenggarakan setiap 3 bulan sekali.

2. LOYANG Primary School / LPS (Parents Support Grup )


LPS memercayai pentingnya hubungan guru, siswa dan orangtua. Dan salah satu kunci
keberhasilannya adalah karena dimulai sejak anak usia dini. langkah-langkah yang
dilakukan LPS dalam mengadakan Parents Support Grup adalah:
1. Communication: melalui website dan media sosial.
2. Connections: melalui keberadaan parents support group
3. Engagement: pengaturan flow informasi yang menarik mendukung tingkat
keterlibatan orangtua
4. Partnership: melaksanakan event sekolah dengan penyelenggaraan bersama para
orangtua yang memang diadakan dalam rangka merekatkan hubungan orangtua dan
sekolah.
5. Collaboration: orangtua terlibat dalam program-program sekolah

Dengan program yang telah dilaksanakan tersebut harapannya dapat menciptakan


hubungan yang baik antara guru, dan orangtua. Sekolah adalah bahwa keberhasilan hubungan
sekolah dan orangtua karena dilandasi oleh adanya kepercayaan dan saling pengertian. Sekolah
perlu menunjukkan ketulusan kepada orangtua bahwa mereka benar-benar peduli dengan
kemajuan anak. Di masa awal sekolah membangun hubungan dengan orangtua tentunya sangat
menantang dan tingkat keikutsertaan rendah. Tapi setelah tercapai kepercayaan itu, orangtua
kemudian mau terlibat dan semua tertuju pada satu arah yaitu kemajuan anak.

D. PENDIDIKAN KELUARGA DI AMERIKA

Pelibatan orangtua dan kemitraan satuan pendidikan dengan orangtua dalam


menumbuhkembangkan prestasi maupun karakter anak juga telah diterapkan di negara-negara
lain, seperti di Jepang (melalui program Family Community dan Parent Advisory Committee)
dan Amerika Serikat (berupa Parent Teacher Association). Praktik baik pendidikan karakter di
negara Amerika Serikat dipilih sebagai perwakilan negara di luar wilayah Asia yang memiliki
multikultural dan menganut sistem liberal, sehingga budaya mereka dilandasi oleh
ideologi/paham kebebasan. Sebaliknya dipilih negara Jepang sebagai salah satu negara di Asia

5
yang masih menjunjung tinggi budaya lokal. Matriks berikut ini adalah gambaran ringkas
mengenai bentuk dan tujuan program dan hasilnya dari kedua negara tersebut.

1. Bentuk Program Pendidikan Keluarga di Amerika

Berbentuk organisasi formal yang terdiri dari orangtua, pendidik dan tenaga
kependidikan lainnya Organisasi ini menfasilitasi keterlibatan orangtua di sekolah yang
disebut Parent Teacher Association (PTA)

2. Sejarah Singkat PTA

Hal ini dimulai ketika Alice McLellan Birney dan Phoebe Apperson Hearst sebagai
penemu organisasi ini, ketika perempuan pada waktu itu tidak memiliki hak untuk
memilih dan aktivisme sosial pada waktu itu tidak populer. Namun, mereka meyakini
bahwa para Ibu akan mendukung misi mereka untuk menghilangkan ancaman yang
membahayakan anak dan pada awal tahun 1897, mereka memulai kampanye berskala
nasional.

Pada 17 Februari 1897, lebih dari 2000 orang yang terdiri kebanyakan dari mereka adalah
Ibu, tetapi juga terdapat para Ayah, Guru, Buruh, Legislator (Anggota Dewan Legislatif)
menghadiri pertemuan pertama Kongres Ibu Nasional (National Congress of Mothers) di
Washington, D.C. Menghasilkan National Congress of Parents and Teachers (National
PTA) 20 Tahun kemudian, terdapat 37 negara bagian yang hadir.

Pada tahun 1970, National Congress of Parents and Teachers (National PTA) dan The
National Congress of Colored Parents and Teachers (NCCPT) didirikan oleh Selena
Sloan Butler di Atlanta, Ga. bergabung untuk melayani semua anak.

Gambar 1 Sejarah Pendirian PTA (Sumber : https://www.pta.org/home/About-National-Parent-Teacher-


Association/Mission-Values/National-PTA-History?gclid=CjwKCAiA0JKfBhBIEiwAPhZXD6bJ-
Pb3hGPkGwXRT1t5t8hYp1TjxYyOJJf9jq8XuGqSgxpf_UQ85BoCG-EQAvD_BwE)

3. Fungsi

Sebagai organisasi advokasi anak relawan terbesar di negara Amerika, National PTA
adalah hati nurani negara untuk masalah anak dan remaja. Melalui advokasi, serta

6
pendidikan keluarga dan masyarakat, National PTA telah membuat program dan
menyerukan undang - undang yang meningkatkan kehidupan anak, seperti :

1. Pembuatan kelas TK
2. Hukum pekerja anak
3. Pelayanan kesehatan masyarakat
4. Program makan siang panas dan sehat
5. Sistem peradilan anak
6. Imunisasi wajib
7. Seni dalam pendidikan
8. Keamanan Sekolah

E. KESIMPULAN

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk membentuk pribadi
individu serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan juga dapat dikatakan
sebagai proses untuk mendewasakan manusia atau memanusiakan manusia. Oleh sebab itu,
keluarga sebagai tempat pertama bagi seorang anak untuk mendapatkan pendidikan pertama
dapat dikatakan sebagai sebuah institusi pendidikan. Sejak pertama kali seorang manusia
dilahirkan, keadaan lingkungan keluarga dapat menjadi faktor yang berpengaruh terhadap
proses pendidikan di tahap selanjutnya. Keadaan lingkungan keluarga yang positif dapat
memberikan dorongan bagi tumbuh kembang anak. Jika segenap anggota keluarga
memberikan teladan serta kebiasaan-kebiasaan yang positif kepada anak, maka mereka akan
melihat dan meniru hal yang positif juga dalam kehidupannya. Dari penjelasan materi diatas
dapat disimpulkan bahwa di setiap negara baik negara berkembang maupun negara maju
memiliki tujuan yang sama dari dilakukannya pendidikan keluarga yaitu untuk menanamkan
nilai-nilai moral yang baik dan membentuk kepribadian anak yang berbudi pekerti luhur.
Kemudian dapat dilihat adanya keterlibatan orang tua di setiap program pendidikan yang
diberikan kepada anak di setiap negara untuk menegaskan pentingnya peran keluarga terutama
orang tua dalam proses pembentukan kepribadian anak.

7
DAFTAR PUSTAKA

Jaelani, M. S. Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan
Anak Usia Dini. dari https://media.neliti.com/media/publications/publications/56713-ID-teori-
pendidikan-keluarga-dan-tangung-ja.pdf

Sudarsih, S. (2021). Hakikat Nilai Dalam Sistem Pendidikan Keluarga Di Jepang. KIRYOKU,
5(1), 152-158. https://doi.org/10.14710/kiryoku.v5i1.152-158

Admin. (2015). Inspirasi Pendidikan Keluarga dari Singapura.


https://keluargakita.com/2015/10/31/belajar-pendidikan-keluarga-dari-singapura/

Arifin, Z. (2017). Pendidikan Keluarga di Era Modern dalam Kontek Long Life Education Berdasarkan
al-Qur’an Surat Luqman. Wahana Karya Ilmiah Pendidikan, 1(01).
https://journal.unsika.ac.id/index.php/pendidikan/article/view/787

Fauzy, V. A. E. 2022 Januari 2022. Pendidikan Keluarga di Era Revolusi Industry 4.0. diakses pada
tanggal 09 Januari 2023 dari https://www.harianbhirawa.co.id/pendidikan-keluarga-di-era-
revolusi-industri-4-0/

Peran Pendidikan Keluarga Dalam Membangun Karakter Peserta


Mulyawati, A. W. (2021).
Didik Di Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun Cetho (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta). http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/89509

AL-MIKRAJ: Jurnal
Rini, T. P., & Masduki, M. (2020). Pendidikan Karakter Keluarga di Era Digital.
Studi Islam dan Humaniora, 1(1), 8-18. https://doi.org/10.37680/almikraj.v1i1.543

Wahy, H. (2012). Keluarga sebagai basis pendidikan pertama dan utama. Jurnal Ilmiah Didaktika:
Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran, 12(2). Doi :
http://dx.doi.org/10.22373/jid.v12i2.451

PTA. (2020). History about PTA. https://www.pta.org/home/About-National-Parent-Teacher-


Association/Mission-Values/National-PTA-History.

Anda mungkin juga menyukai