PENGETAHUAN
"LINGKUNGAN PENDIDIKAN”
DOSEN PENGAMPU :
KELOMPOK5:
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt karena berkat dan rahmat-Nyalah buku ajar ini
terselesaikan. Semoga sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya diakhirat nanti. Secara khusus,
buku ini hadir dihadapan pembaca karena diniati untuk memenuhi bahan bacaan pada
perkuliahan PEDAGOGI di Universitas Dharmas Indonesia.
Buku ajar mata kuliah ini ditulis berdasarkan pada analisis kebutuhan mendasar
pentingnya buku ajar khususnya usia anak Sekolah Dasar sebagai penunjang kelancaran
sistem pendidikan. Pentingnya bukuajar untuk memudahkan guru dan peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam bahan ajar
ini, untuk itu kritik dan saran terhadap buku ajar ini sangat diharapkan. Semoga buku ajar ini
dapat memberi manfaat bagi mahasiswa Universitas Dharmas Indonesia dan bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
KESIMPULAN..............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................47
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Mulyasa (2012: 9), perwujudan pendidikan karakter yang mengarah pada
pembentukan budaya sekolah atau school culture yaitu “nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh seluruh warga
sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitar”. Implementasi pendidikan karakter berbasis
lingkungan pada sekolah akan membentuk suatu budaya sekolah (School Culture). School
Culture merupakan 1 2 ciri khas yang dimiliki oleh setiap satuan pendidikan yaitu sekolah di
mata masyarakat luas.
1
Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Kep. 07/MENLH/06/2005
dan Nomor 05/VI/KB/2005 tentang “pembinaan dan pengembangan lingkungan hidup”. Di
dalam keputusan bersama ini, sangat ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup
dilakukan secara integrasi dengan mata pelajaran yang telah ada.
2
BAB II
KONSEP LINGKUNGAN
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik
berupa benda mati,makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi
masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu.
Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul.
Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan
jenis dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut.
Pengertian lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena
satu dan hal lain memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan pendidikan
itu bertugas memberi pendidikan kepada si terdidik (Marimba, 1980) . secara umum fungsi
lembaga-lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi yang memungkinkan proses
pendidikan dapat berlangsung sesuai tugas yang bebankan kepadanya karena situasi lembaga
pendidikan harus berbeda dengan situasi lembaga lain (Azra, 1998).
3
lingkungan terhadap peserta didik tergantung sejauh mana lingkungan mampu memahami
dan memberikan fasilitas terhadap kebutuhan pendidikan peserta didik.
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda,
daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakungya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mehluk hidup lainnya.
Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati,
lingkunganbuatandanlingkungansosial. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencan untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik scara
aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan,
emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Jadi, lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai
berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan
pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang
merupakan bagian dari lingkungan sosial.
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam
lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar
Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolahan,
lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan atau lingkungan pendidikan.
Kesehatan dan lingkungan merupakan wacana yang berkaitan satu dengan yang
lainnya. Kita tidak dapat memungkiri bahwa keadaan lingkungan berpengaruh terhadap
kesehatan suatu komunitas bahkan ekosistem lingkungan tersebut. Begitu pula dengan
kesehatan, kesehatan juga berperngaruh terhadap dinamika lingkungan terutama bila
4
dipandang dalam sudut biologis yang akan berdampak pada perubahan aspek sosialnya.
Lingkungan dibagi 2 yaitu :
untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh
dari kebisingan dan bau limbah. Posiis pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian
rupa
5
c. Ling kungan B iososial
Manusia sebagai mahluk biologis adalah memiliki organ tubuh dengan berbagai
fungsinya tunduk pada hakekat alam yaitu: dilahirkan, tumbang, menjadi tua, dan
mati. Ia berguna untuk kepentingan dirinya dan masyarakat dimana ia berada.
Manusia sebagai mahluk sosial adalah tidak dapat hidup sendiri selalu membutuhkan
orang lain,hidup dan berperan ditengah masyarakat dengan norma dengan sistem
nilainya, menjadi anggota keluarga, anggota masyarakat, negara, dan dunia,
mempunyai peranan yang harus d isumbangkan untuk kepentingan dirinya dan
masyarakat dimana ia berada.
Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan. Dalam konteks
pendidikan, lingkungan dapat diartikan, sebagai segala sesuatu yang berada di luar diri anak.
Lingkungan dapat berupa hal-hal nyata, seperti tumbuhan, orang, keadaan, politik, sosial-
ekonomi, binatang, kebudayaan, kepercayaan, dan upaya lain yang dilakukan oleh manusia
termasuk di dalamnya pendidikan.
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik
berupa benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi
masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu. Seperti
lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul. Lingkungan
ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan
tanggungjawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut.
Dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, lingkungan ada yang
sengaja diadakan (usaha sadar) ada yang tidak usha sadar dari orang dewasa yang normatif
disebut pendidikan, sedang ynag lain disebut pengaruh. Lingkunga yang dengan sengaja
diciptakan untuk mempengaruhi anak ada tiga, yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkunga ini disebut lembaga pendidikan atau
satuan pendidikan.
Lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang Karena satu dan
lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan pendidikan itu
bertugas memberi pendidikan kepada si terdidik (Marimba,1980). Secara umum fungsi
6
lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi yang memungkinkan proses pendidikan
dapat berlangsung.
Menurut Hasbullah (2003) lingkungan pendidikan mencakup :
a. Tempat (lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
b. Kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa, seni,
ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, dan pandangan keagamaan.
c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok
bermain, desa, perkumpulan dan lainnya.
Lingkungan serta lembaga pendidikan bersifat positif apabila memberikan pengaruh
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan. Lingkungan bersifat negatif apabila berpengaruh
secara kontradiktif dengan arah dan tujuan pendidikan. Maka intensitas pengaruh lingkungan
terhadap peserta didik tergantung sejauh mana anak dapat menyerap rangsangan yang
diberikan lingkungannya dan sejauh mana lingkungan mampu memahami dan memberikan
fasilitas terhadap kebutuhan pendidikan peserta didik.
7
LATIHAN
8
BAB III
A. Lingkungan Keluarga
Lingkungan pertama dan utama di mana pendidikan dalam segala hal tiada lain adalah
lingkungan keluarga. Keluarga adalah “sebagai institusi yang terbentuk karena ikatan
perkawinan” (Djamarah, 2004: 16). Di dalamnya hidup bersama pasangan suami istri
secara sah karena perkawinan. Mereka hidup bersama sehidup semati, ringan sama
dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita
untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin.
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang
karena hubungan searah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu, dan anak
). Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang
sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan
utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua
bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar
tumbuhadn berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga berfungsi:
- Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
- Menjamin kehidupan emosional anak
- Menanamkan dasar pendidikan moral
- Memberikan dasar pendidikan sosial.
- Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
9
Perspektif Sosiologi, menurut Soelaeman dikutif oleh Taqiyuddin (2008: 72—73)
keluarga dapat diartikan ke dalam dua macama, yakni: “Pertama dalam arti luas keluarga
meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan. Dalam arti lebih sempit,
keluarga meliputi orangtua dengan anak-anak. Ditinjau dari sudut paedagogies, keluarga
merupakan satu persekutuan hidup yang dijalin kasih sayang, antara dua jenis manusia,
yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri”.
Fungsi keluarga menurut Ahmad Tafsir (2004), dikutif oleh Helmawati (2014: 44)
bahwa fungsi keluarga: “fungsi biologis, fungsi ekonomi, fungsi kasih saying, fungsi
pendidikan, fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi, fungsi rekreasi, fungsi status
keluarga dan fungsi agama”.
Selain itu, keluarga juga merupakan satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam
masyarakat. Keluarga dalam sosiologi adalah batih. Batih ini dimana-mana menjadi
sendi masyarakat yang terutama. Batih adalah tempat lahir, tempat pendidikan, tempat
perkembangan budi pekerti si anak. Batih juga lambang, tempat dan tujuan hidup
bersama isteri sehingga ahli sosiologi dan ahli paedagogik sosial, ahli negara dan
sebagainya sama berpendapat bahwa sendi masyarakat yang sehat dan kuat adalah batih
yang kukuh sentosa (Miharso Mantep, 2004: 13).
Dengan demikian, keluarga suatu kesatuan dan pergaulan hidup terkecil di dalam
masyarakat. Dikatakan sebagai kesatuan hidup karena keluarga adalah kumpulan orang-
orang yang diikat oleh tujuan bersama. Tujuan bersama yang tidak pernah dirumuskan
namun terpatri dihati setiap anggotanya. Interaksi diantara anggota berlangsung secara
tidak resmi sehingga jauh dari hal-hal yang bersifat formalitas.
Djudju Sudjana (1996), dikutif oleh Taqiyuddin M. (2008: 153) mengatakan bahwa,
terdapat limi ciri khas yang dimiliki keluarga yaitu: “(1) adanya hubungan berpasangan
antara dua jenis kelamin, (2) adanya perkawinan yang mengokohkan hubungan tersebut,
(3) adanya pengakuan terhadap keturunan, (4) adanya kehidupan ekonomi bersama, (5)
adanya kehidupan berumah tangga”.
Pribadi (1981) mengkategorikan keluarga kepada dua jenis, yakni keluarga besar
(extended family) dan keluarga inti (nuclear family). Keluarga ketegori pertama biasanya
terdiri dari orangtua dan anak-anak ditambah dengan anggota family lain seperti kakek
dan nenek, paman dan bibi, cucu dan seterusnya. Sedangkan keluarga kategori kedua
hanya terdiri dari orangtua dan anak-anak yang belum menikah.terlepas dari jenis
tersebut di atas, keluarga memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang.
10
Bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa salah satu komponen penting dari proses
pendidikan adalah masukan lingkungan dan salah satu dari masukan lingkungan tersebut
adalah keluarga. Dalam kerangka pendidikan, keluarga merupakan sekolah (baca: tempat
pendidikan) kita yang pertama. Keluarga adalah lingkungan pendidikan yang teramat
penting, karena pendidikan pertama dan utama berada dan terjadi di dalam keluarga.
Dengan demikian bahwa masukan lingkungan keluarga punya andil besar dalam
mencapai tujuan pendidikan, terlebih lagi dalam rangka mewujudkan kemandirian
sasaran didik.
11
Menurut Slameto (2003:60) faktor-faktor dari keluarga yang mempengaruhi
belajar siswa antara lain:
1) Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar
anaknya. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan
anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak
memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-
kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan
belajar anakya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar, dapat
menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Akan
tetapi mendidik anak dengan cara memanjakannya dengan membiarkan
anak tidak belajar dan memperlakukan terlalu keras juga merupakan cara
mendidik yang salah dan tidak baik.
2) Relasi Antar Anggota Keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara
orang tua dan anaknya, kemudian relasi anak dengan anggota keluarga
lainya. Relasi antar anggota ini erat hubunganya dengan cara orang tua
mendidik. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu
diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga. Hubungan yang baik
adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang.
3) Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadiankejadian
yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar.
Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi
ketenangan kepada anak yang belajar.
4) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak.
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya,
seperti makan, pakaian, kesehatan, juga membutuhkan fasilitas-fasilitas
belajar. Sedangkan dalam pemenuhan fasilitas belajar menggunakan uang
yang tidak sedikit.
Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok kurang
terpenuhi, akibat lain yang ditimbulkan adalah belajar anak ikut terganggu.
Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang
12
serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarganya lemah,
justru keadaan yang begitu cambuk untuk belajar lebih giat dan akhirnya
sukses.
5) Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Jika anak
belajar jangan diganggu denga tugas-tugas dirumah. Kadang-kadang anak
mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan
wajib mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami
anak sekolah.
6) Latar Belakang Kebudayaan Keluarga
Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga mempengaruhi
sikap anak dalam belajar. Orang tua perlu menanamkan kebiasaan-
kebiasaan baik pada anak, agar semangat belajar anak dapatterdorong.
c. Fungsi Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu
dan anak yang mempunyai hubungan sosial relative tetap dan didasarkan atas ikatan
darah, perkawinan dan atau adopsi (Ahmadi, 2007:167).
Menurut Soelaeman (1994:85) fungsi keluarga ada beberapa jenis, antara lain:
1) Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak
khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga pada umumnya.
Fungsi edukasi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaanya, melainkan
menyangkut pula penentu dan pengukuhan landasan yang mendasari upaya
pendidikan itu, pengarahan dan perumusan tujuan pendidikan, perencanaan dan
pengelolaanya, penyediaan dana dan sarananya, serta pengayaan wawasanya.
2) Fungsi Sosialisasi
Tugas keluarga dalam mendidik anak tidak saja mencakup pengembangan
individu anak agar menjadi pribadi yang mantap, akan tetapi meliputi pula upaya
untuk membantunya dalam mempersiapkanya menjadi anggota masyarakat yang
baik. Dalam melaksanakan fungsi sosialisasi, keluarga menduduki kedudukan
sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan normanorma sosial.
3) Fungsi Proteksi atau Fungsi Perlindungan
Mendidik hakekatnya bersifat melindungi, yaitu melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik dan hidup yang menyimpang dari norma.
13
Selain itu, fungsi ini juga melindungi anak dari ketidakmampuanya beradaptasi
dengan lingkungan yang tidak baik yang mungkin mengancam lingkungan
hidupnya, lebih dalam lagi kehidupan dewasa ini serba kompleks.
4) Fungsi Afeksi atau Fungsi Perasaan
Anak berkomunikasi dengan lingkunganya, juga berkomunikasi dengan
orangtuanya dengan keseluruhan pribadinya, terutama pada saat anak masih kecil
yang menghayati dunianya secara global dan belum terdifferensiasikan.
Kehangatan yang terpancar dari keseluruhan gerakan, ucapan, mimik serta
perbuatan orangtua merupakan bumbu pokok dalam pelaksanaan pendidikan anak
dalam keluarga.
5) Fungsi Religius
Keluarga mempunyai fungsi religius, artinya keluarga berkewajiban
memperkenalkan dan mengajak serta anak dan anggota keluarga lainnya kepada
kehidupan beragama. Tujuanya bukan sekedar mengetahui kaidah-kaidah agama,
melainkan untuk menjadikan mereka insan beragama.
6) Fungsi Ekonomis
Fungsi ekonomis keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaan serta
pembelajaran dan pemanfaatanya. Keadaan ekonomis keluarga mempengaruhi
harapan orang tua akan masa depan anaknya serta harapan anak itu sendiri.
Keluarga yang keadaan ekonominya lemah menganggap anak lebih sebagai beban
hidup dari pada pembawa kebahagiaan keluarga. Mereka yang keadaan
ekonomiya kuat mempunyai lebih banyak kemungkinan memenuhi kebutuhan
material anak dibandingkan dengan keluarga yang ekonominya lemah. Akan tetapi
pelaksanaan tersebut belum menjamin pelaksaan ekonomis keluarga yang
mestinya
7) Fungsi Rekreasi
Rekresi itu dirasakan orang apabila ia menghayati suatu suasana yang tenang
dan damai, jauh dari ketegangan batin, segar dan santai serta kepada yang
bersangkutan memberikan perasaan bebas dari segala rutinitas dari segala
ketegangan dan rutinitas yang membosankan. Rekreasi memberikan dorongan dan
keseimbangan kepada penyaluran energi dalam melaksanakan tugas sehari-hari
yang rutin dan menimbulkan kebosanan.
8) Fungsi Biologis
14
Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan akan keterlindungan fisik guna
melangsungkan kehidupanya. Keterlindungan kesehatan, keterlindungan dari rasa
lapar, haus, kedinginan, kepanasan, kelelahan bahkan juga kenyamanan dan
kesegaran fisik.
15
tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan
sebagai generasi selanjutnya.
B. LINGKUNGAN SEKOLAH
Dalam memacu semangat siswa untuk rajin belajar dan bisa mencapai prestasi
akademik, lingkungan pendidikan sekolah memiliki andil besar dalam hal ini
karena dalam lingkungan pendidikan sekolah itulah siswa mendapatkan kegiatan
belajar mengajar.
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam
keterampilan. Oleh karena itu anak dikirimkan ke sekolah-sekolah formal.
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan
pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peran sekolah
dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan
masyarakat.
Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah
antara lain :
16
3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar
atau salah, dan sebagainya.
17
1) Metode Mengajar
Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru
yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru
kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru
tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau
terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang
senang terhadap pelajaran atau gurunya, akibatnya siswa malas untuk
belajar
2) Kurikulum
Diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan ini sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah
bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Begitu pula mengenai
pengaturan waktu sekolah dan standar pelajaran yang harus ditetapkan
secara jelas dan tepat.
3) Relasi Guru dengan Siswa
Dalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai
gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehinga
siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi
sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Maka ia segan mempelajari
mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju
4) Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang
menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompoknya.
Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya
5) Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam
sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup
kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,
kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan
kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain,
18
kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-
siswanya, dan kedisiplinan BP dalam pelayanannya kepada siswa
6) Fasilitas Sekolah
Instrumen pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa,
karena instrumen pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar
dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkannya itu.
Instrumen pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.
19
Sekolah hendaknya memberikan pendidikan keagamaan, akhlak
sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Pendidikan agama yang diajarkan
jangan bertentangan dengan pendidikan agama yang telah diberikan
keluarga. Karena si anak akan mengahadapi pertentangan-pertentangan
nilai-nilai, sehingga mereka akan bingung dan kehilangan kepercayaan.
Sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi dan terbatasnya orangtua dalam
kedua hal tersebut, orangtua sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan
mansyarakat. Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya
besar sekali pada jiwa anak. Karena itu di samping keluagra sebagai pusat untuk pendidikan,
sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan kepribadian
anak.
20
Pendidikan di sekolah mencakup pendidikan umum dalam mempersiapkan peserta
didik menguasai kemampuan dasar untuk melanjutkan pendidikan atau memasuki lapangan
kerja. Pendidikan sekolah biasanya disebut sebagai pendidikan formal karena ia adalah
pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi, metode, alat-alatnya yang disusun secara
eksplisit, sistematis, dan distandarisasikan. Penjabaran fungsi sekolah sebagai pusat
pendidikan formal, terlihat pada tujuan instruksional, yaitu tujuan kelembagaan pada masing-
masing jenis da tingkatan sekolah.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan
berdasarkan asas-asas tanggungjawab berikut ini.
1) Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang
ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku yaitu undang-undang
pendidikan.
2) Tanggungjawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat
pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.
3) Tanggungjawab fungsional ialah tanggungjawab profesional pengelola dan
pelaksana pendidikan.
Sekolah sebagai pendidikan formal dirancang sedemikian rupa agar lebih
efektif dan efisien, yaitu bersifat klasikal dan berjenjang. System klasikal
memungkinkan sejumlah anak belajar bersama dan dipimpin oleh seorang atau
beberapa orang guru sebagai fasilitator. Sekolah memiliki cirri jenjang dapat
dijelaskan sebagi berikut.
A. Jenjang lembaga, sekolah dirancang dengan berbagai tingkatan, dari Taman
Kanak-Kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT). sebagian dikelola oleh
Departemen Pendidikan Nasional dan sebagian lainnya dikelola oleh Departemen
Agama.
B. Jenjang kelas, berjenjang menurut tingkatan kelas, murid hanya bisa mengikuti
pendidikan pada kelas yang lebih tinggi apabila ia telah mampu menyelesaikan
pendidikan di tingkat sebelumnya. Jenjang kelas ini bervariasi, yaitu di tingkat
SD/MI terdiri dari enam kelas, SMP/MTs terdiri dari tiga kelas,
SMA/MA/sederajat terdiri dari tiga kelas, sedangkan di Perguruaan Tinggi tidak
ditentukan dengan jenjang kelas.
Sekolah dianggap sebagai suatu lingkungan yang paling bertanggungjawab
terhadap pendidikan murid-muridnya, lebih-lebih bila dikaitkan dengan pengabdian
sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapat bersaing secara global. Maka
21
pembangunan sekolah dianggap sebagai investasi yang prosfektif demi menyongsong
kemajuan bangsa
22
formal/kurikulumnya tertulis.(d) terstruktur berjenjang dan
bersinambungan. (e) waktu pendidikan terjadwal secara ketat, relatif lama.
(f) cara pelaksanaan ppendidikan bersifar formal dan artificial. (g) evaluasi
pendidikan dilaksanakan secara sistematis. (h) credential ada dan penting.
23
berkenalan dengan nilai dan norma. Keluarga didasarkan pada cinta kasih yang sangat
natural, sehingga suasana pendidikan yang berlangsung di dalamnya berdasarkan
kepada suasana yang tanpa memikirkan hak.
Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar, agama,
dan nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diperlukan peserta didik
untuk dapat berperan dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya, meliputi
hal-hal berikut.
1. Dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan
anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima
tanggungjawab, dan mengabdikan dirinya untuk sang anak.
2. Dorongan/motifasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan
orangtua terhadap keturunannya. Tanggungjawab moral ini meliputi nilai-
nilai religius spiritual yang dijiwai ketuhanan Yang Maha Esa dan agama
masing-masing di samping didorong oleh kesadaran memelihara martabat
dan kehormatan keluarga.
3. Tanggungjawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya
juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan
kemanusiaan.
Di sisi lain tanggungjawab pendidikan yang menjadi beban orangtua
sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka hal-hal berikut.
1. Memelihara dan membesarkan anak.
2. Melindungi dan menjamin kesamaan baik jasmaniah maupun rohaniah sesuai
dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
3. Member pengajarandalam arti yang luas.
4. Membahagiakan anak baik di dunia dan akhirat.
Dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak dari orangtua meliputi tujuh hal,
yaitu dasar pendidikan budi pekerti, dasar pendidikan sosial, dasar pendidikan intelek, dasar
pembentukan kebiasaan pembinaan kepribadian yang baik dan wajar, dasar pendidikan
kekeluargaan, dasar pendidikan nasionalisme, dan dasar pendidikan agama.
Lingkungan keluarga berpengaruh kepada anak dari sisi perlakuan, keluarga terhadap
anak, kedudukan anak dalam keluarga, keadaan ekonomi keluarga, keadaan pendidikan
keluarga, dan pekerjaan orangtua.
24
Dari lingkungan keluarga yang harmonis mampu memancarkan keteladanan kepada
anak-anaknya, karena dikatakan pendidikan pertama pada bayi atau anak itu berkenalan
dengan lingkungan serta mendapat pembinaan pada keluarga.
25
agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar
menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok
masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
3. Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya:
berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band ,
suku,
a. chiefdom, dan masyarakat negara
persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang
berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial.
Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya
mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan
bersama.
Selanjurnya kaitan masyarakat dengan pendidikan menurut Tirtarahadja dan
La Sulo (2000), dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu :
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dikembangkan
maupun yang tidak dikembangkan.
b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan baik langsung maupun tidak langsung,
ikut mempunyai peran dan fungsi pendidikan.
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang
maupun yang dimanfaatkan. Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja
dan hidup sehari-hari akan selalu memperoleh manfaat dan pengalaman
hidupnya untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain manusia berusaha
mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang
tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul dan sebagainya.
Di lingkungan masyarakat, setiap orang akan memperoleh pengalaman
tentang berbagai hal, misalnya tentang lingkungan alam, tentang hubungan sosial,
politik kebudayaan dan sebagainya. Di dalam lingkungan masyarakat setiap orang
akan memperoleh pengaruh yang sifatnya mendidik dari oarng-orang yang ada
disekitarnya, baik dari teman sebaya maupun oarng dewasa melalui interaksi
26
sosial secara langsung atau tatap muka. Pengaruh pendidikan tersebut dapat pula
diperoleh melaui interaksi sosial secara tidak langsung.
Menurut Taylor ( Made Pidarta, tanpa tahun) kebudayaan adlah totalitas yang
kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebgai
masyarakat. Sedangkan menurut Kuncaraningrat ( Tirtarahadja dan La Sulo,2000).
Kebudayaan dalam arti luas dapat berwujud:
28
memiliki nilai kehidupan yang tinggi bagi bangsa Indonesia, sehingga diakui dan
dijadikan dasar dan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Antara kebudayaan, masyarakat dan pendidikan tidak dapat dipisahkan,
dimana kebudayaan dan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Pendidikan
merupakan usaha manusia untuk memanusiakan dirinya, yaitu manusia yang
berbudaya. Kebudayaan itu sendiri dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan melalui
pendidikan.
Lingkungan pendidikan masyarakat seperti kursus, kelompok belajar, majelis
taklim, bimbingan tes, tergolong jalur pendidikan nonformal adapun karakteristiknya
antara lain : (a) secara faktual tujuan pendidikannya lebih menekankan pada
penegmbangan keterampilan praktis (b) peserta didiknya bersifat heterogen (c) isi
pendidikannya ada yang terprogram secara tertulis (d) dapat terstruktur berjenjang dan
berkesinambungan (e) waktu pendidikan terjadwal secara ketat atau tidak terjadwal,
lama pendidikannya relatif singkat (f) cara pelaksanaan pendidikan mungkin
bersifat artificial mungkin pula bersifat wajar,(g) evaluasi pendidikan mungkin
dilaksanakan secara sistematis dapat pula tidak sistematis. (h) credential mungkin ada
dan mungkin pula tidak ada.
Peserta didik di sekolah berasal dari berbagai keluarga dengan latar belakang
sosial budayanya masing-masing. Sekolah mendapat mandat tugas dan tanggung
jawab pendidikan oleh para orang tua dan masyarakat. Sebab itu, pendidikan
disekolah tidak boleh berjalan sendiri tanpa memperhatikan aspirasi keluarga dan
masyarakat. Dalam melaksanakan pendidikannya, sekolah perlu bekerja sama dengan
para orang tua peserta didik dan dan berperannya Komite Sekolah.
29
Dewasa ini, sekalipun sekolah adalah, tetapi sekolah tidak mampu
memberikan keseluruhan kebutuhan pendidikan bagi peserta didiknya, juga belum
(tidak) mampu menampung seluruh anak usia sekolah. Karena itu, pendidikan
disekolah perlu dilengkapi, ditambah dan dikembangkan melalui pendidkan di dalam
lingkungan masyarakat. Bahkan dalam konteks wajib belajar sembilan tahun,
pendidikan di dalam masyarakat seperti kejar paket A dan kejar paket B merupakan
penggati pendidikan SD dan SMP.
30
6. Tipe masyarakat metropolitan.
31
LATIHAN
32
BAB IV
Pertama, fungsi edukatif. dalam keluarga. Anak pertama kali memper- oleh
pengalaman yang sangat penting bagi perkembangannya, karena itu kelurga disebut
lingkungan pendidikan pertama karena keluarga meletakkan dasar- dasar pertama bagi
perkembangan anak.
Kedua,fungsi sosialisasi. Dalam hal ini keluarga sebagai suatu lembaga sosial
mempunyai peranan penting bagi masyarakat yaitu membentuk pribadi seseorang dimana
personalitas seseorang itu nanti- nya akan dapat mempengaruhi corak dari suatu masyarakat.
Keluarga merupakan penghubung anak dengan kehidupan so- sialnya, interaksi dan
sosialisasi dimulai dalam keluarga, baru kemudian cermin- an sosialisasi dalam keluarga akan
ter- cermin dalam interaksinya di sekolah dan di masyarakat.
33
Ketiga, fungsi protektif. Dalam keluarga anak mendapat perlindungan dan
melindunginya dari tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial dan
kaedah agama dan dari ketidakmampuannya bergaul dengan ling- kungan. Keempat, fungsi
religius. Keluarga wajib memperkenalkan dan me- nanamkan nilai-nilai religius kepada anak
dimulai dari semenjak dalam kan- dungan sampai keliang kubur. Dengan iklim religius ini
terciptalah wahana so- sialisasi dan pengalaman keagamaan yang turut membentuk
kepribadian anak dalam keluarga yang menjadi pribadi yang matang beriman dan bertaqwa
kepada Allah Swt.
34
Segala nilai yang dikenal anak melekat pada orang-orang yang disenang dan
dikaguminya, dan dengan melalui inilah salah satu proses yang ditempuh anak dalam
mengenal nilai.
4. Memnerikan Dasar Pendidikan Sosial
Di dalam kehidupan keluarga, merupakan basis yang sangat penting dalam peletakan
dasar-dasar pendidikan sosial anak. Sebab pada dasarnya keluarga merupakan
lembaga sosial resmi yang minimal terdiri dari ayah, ibu dan anak.Perkembangan
benih-benih kesadaran sosial pada anak-anak dapat dipupuk sedini mungkin, terutama
lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong menolong, gotong royong secara
kekeluargaan, menolong saudara atau tetangga yang sakit, bersama-sama menjaga
ketertiban, kedamaian, kebersihan dan keserasian dalam segala hal.
5. Peletakan Dasar-Dasar Keagamaan
Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama, disamping sangat
menentukan dalam menanamkan dasar-dasar moral, yang tak kalah oentingnya adalah
berperan besar dalam proses internalisasi dan transformasi nilai-nilai keagamaan ke
dalam pribadi anak. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk
meresapkan dasar-dasar hidup beragama, dalam hal ini tentu saja terjadi dalam
keluarga. Anak-anak seharusnya dibiasakan ikut serta ke masjid bersama-sama untuk
menjalankan ibadah, mendengarkan khutbah atau ceramah-ceramah keagamaan.
Kegiatan seperti ini besar sekali pengaruhnya terhadap kepribadian anak. Kenyataan
membuktikan, bahwa anak yang semasa kecilnya tidak tahu menahu dengan hal-hal
yang berhubungan dengan hidup keagamaan, tidak pernah pergi bersama orang tua ke
masjid atau tempat ibadah untuk melaksanakan ibadah, mendengarkan khutbah atau
ceramah-ceramah dan sebagainya. Sehingga setelah dewasa mereka tidak menaruh
perhatian terhadap nilai keagamaan. Pendidikan keluarga hendaknya memberikan
kondisi kepada anak untuk mengalami suasana hidup keagamaan.
Lingkungan pertama sebagai wa- hana sosialisasi anak adalah lingkungan keluarga.
Sosialisasi adalah sebuah pro- ses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan
dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah so-
siolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam
proses sosialisasi diajarkan peran- peran yang harus dijalankan oleh individu
35
Selanjutnya sosialisasi adalah satu konsep umum yang dapat dimaknai se- bagai sebuah
proses di mana seseorang belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir,
merasakan, dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting
dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Sosialisasi merupakan pro- ses yang terus
terjadi selama hidup.
Proses sosialisasi merupakan pro-ses belajar, yaitu suatu proses akomodasi dengan
mana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup
atau kebudayan masyarakatnya. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan,
sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku dalam masyarakat di mana dia hidup. Semua
sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan
sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya.
Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama dan utama bagi anak. Dalam lingkungan
keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan
saudara ang- kat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah.
Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family),
agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas
beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga
inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh
orang-orang yang berada di luar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat
agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi
(baby sitter). Peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat
36
besar karena anak sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya
sendiri. Anak sebagai bagian anggota keluarga dalam pertumbuhan dan perkembangannya
tidak akan terlepas dari lingkungan dimana dia dirawat/diasuh atau awal diperolehnya
pengalaman belajar bagi seorang anak. Dalam keluargalah kali pertama anak berinteraksi
terutama dengan ibunya setelah anak dilahirkan dan melalui kegiatan menyusui. Hubungan
tersebut akan berkembang sesuai tahapan usia anak. Dari sinilah anak akan dan selalu
berusaha untuk menyesuaikan diri melalui pengalaman belajar agar diterima di lingkungan
sosial dan menjadi pribadi yang dapat bermasyarakat; dengan syarat punya kesempatan untuk
bersosialisasi dengan orang lain, mampu berkomunikasi dan berbicara yang dapat dimengerti
oleh orang lain dan memiliki motivasi belajar yang menyenangkan. Untuk itu, diperlukan
suatu dukungan anggota keluarga, karena pengalaman sosial pertama diperoleh di dalam
lingkungan keluarga, maka anggota keluarga terutama orang tua diyakini paling tepat
menentukan terjadinya proses sosialisasi yang baik pada anak.
Tantangan keluarga dalam era teknologi informasi adalah bagaimana anggota keluarga
mampu mengantisipasi pengaruh negatif agen sosialisasi lainnya terhadap anak. Di samping
kelompok bermain, media massa disadari atau tidak juga memiliki pengaruh yang signifikan
dalam membentuk sikap dan perilaku anak. Bagaimana anak bersikap, berkomunikasi, dan
berperilaku juga diwarnai oleh model figur yang diperankan dan ditampilkan oleh media
massa. Dimana media massa sudah merambah berbagai penjuru tanpa batas termasuk pada
lingkungan keluarga, terutama media elektronik yaitu radio, televisi, video, film, dan lainnya.
Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang
disampaikan. Contoh: Penayangan acara Smack Down di televisi, video porno melalui
internet dan HP diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dan remaja
dalam banyak kasus. Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau
bahkan mewarnai gaya hidup masyarakat pada umumnya. Tampilan gaya anak Punky telah
banyak mewarnai sikap dan kepribadian anak dan remaja yang notabene remaja terpelajar
saat ini. Tentunya sikap dan kepri- badian seperti itu tidak hanya mampu diperbaiki dan
diubah hanya melalui pendidikan di sekolah tanpa dukungan pendidikan dalam keluarga.
Karena itu, menurut Ahmad Tafsir (2004:161) wajib bagi orang tua menyelenggarakan
pendidikan dalam rumah tangga dan kewajiban itu wajar (natural) karena Allah menciptakan
orang tua yang bersifat mencintai anaknya. Jadi pertama hukum- nya wajib, kedua memang
orang tua senang mendidiik anak-anaknya. Inilah modal utama bagi pendidikan dalam
37
keluarga sehingga lingkungan keluarga betul-betul dijadikan sebagai wahana sosialisasi dan
interaksi edukatif bagi anak.
38
a. Pendidikan manusia sebagai makhluk individu, lingkungan masyarakat berperan dalam
membantu pembentukan manusia yang cerdas, sesuai dengan kondisi dan fungsi dari masing-
masing pendidikan tersebut.
b. Pendidikan manusia sebagai makhluk susila (kemasyarakatan), yang berkaitan dengan nilai-
nilai yang terkandung di dalam pancasila sebagai falsafah hidup bangsa, dan pancasila
sebagai dasar negara.
c. Pendidikan manusia sebagai makhluk sosial, lingkungan masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung memang ditumbuhkembangkan sebagai makhluk individu dan susila,
yang secara bersama-sama mampu menciptakan kehidupan bersama secara
bertanggungjawab, untuk mencapai kesejahteraan sosial yang dinamis dengan sikap
makaryanya.
d. Pendidikan manusia sebagai makhluk religious, maka lingkungan masyarakat banyak
memberikan andil dalam pembekalan yang berhubungan dengan masalah keagamaan.
39
LATIHAN
40
BAB V
41
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial (Sudjana,
1989:197; dalam Kamil, 2012, hlm. 25).
Kursus dan pelatihan merupakan bagian dari Pendidikan Masyarakat atau PNF.
Menurut Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bahwa “Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi
masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap
untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi”.
42
LATIHAN
43
KESIMPULAN
Menurut Mulyasa (2012: 9), perwujudan pendidikan karakter yang mengarah pada
pembentukan budaya sekolah atau school culture yaitu “nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh seluruh warga
sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitar”. Implementasi pendidikan karakter berbasis
lingkungan pada sekolah akan membentuk suatu budaya sekolah (School Culture). School
Culture merupakan 1 2 ciri khas yang dimiliki oleh setiap satuan pendidikan yaitu sekolah di
mata masyarakat luas.
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik
berupa benda mati,makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi
masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu.
Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul.
Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan
jenis dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut.
Pengertian lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena
satu dan hal lain memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan pendidikan
itu bertugas memberi pendidikan kepada si terdidik (Marimba, 1980) . secara umum fungsi
lembaga-lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi yang memungkinkan proses
pendidikan dapat berlangsung sesuai tugas yang bebankan kepadanya karena situasi lembaga
pendidikan harus berbeda dengan situasi lembaga lain (Azra, 1998).
44
minimnya sarana/prasarana keagamaan menyebabkan anak terpengaruh dengan
lingkungannya dan akan berbuat seperti apa yang ada dalam lingkungannya.
Lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
praktek pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang
merupakan bagian dari lingkungan sosial (Kunaryo, 1999:62). Ada tiga lingkungan
pendidikan yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Menurut (Slameto, 2003:60) yang merupakan bagian dari lingkungan pendidikan yang
berpengaruh terhadap proses belajar dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu: lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat
45
Pendidikan keaksaraan, Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, Pendidikan kesetaraan,
dan Pendidikan lainnya.
46
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana, Wayan. (Ed.). 1986. Dasar-Dasar Kependidikan. Malang: FIP IKIP Malang. Munib
Achmad, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang. UPT MKK UNNES
Din Wahyudin,dkk.2007. PengantarPendidikan. Jakarta. Universitas Terbuka
Drs.UyohSadulloh. M.Pd,dkk. 2013.Pedagogik (IlmuMendidik). Bandung. Alfabeta
La Sulo, Sulo Lipu. 1990. Penelaahan Kurikulum Sekolah. Ujung Pandang: FIP IKIP
Ujung Pandang.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
47