Anda di halaman 1dari 50

BUKU AJAR PEDAGOGIKA ILMU

PENGETAHUAN
"LINGKUNGAN PENDIDIKAN”

DOSEN PENGAMPU :

SONIA YULIA FRISKA, M.PD

KELOMPOK5:

1. ALDI IRAWAN NIM. 2103011054


2. DARAJATUN AZIMI NIM. 2103011059
3. RIZA APRIANTI NIM. 2103011090
4. SELI AULIA PUTRI NIM. 2103011091
5. TIARA AGUSTIN NIM. 2103011096
6. UMI PRIYAIDA NIM. 2103011098

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt karena berkat dan rahmat-Nyalah buku ajar ini
terselesaikan. Semoga sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya diakhirat nanti. Secara khusus,
buku ini hadir dihadapan pembaca karena diniati untuk memenuhi bahan bacaan pada
perkuliahan PEDAGOGI di Universitas Dharmas Indonesia.

Buku ajar mata kuliah ini ditulis berdasarkan pada analisis kebutuhan mendasar
pentingnya buku ajar khususnya usia anak Sekolah Dasar sebagai penunjang kelancaran
sistem pendidikan. Pentingnya bukuajar untuk memudahkan guru dan peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam bahan ajar
ini, untuk itu kritik dan saran terhadap buku ajar ini sangat diharapkan. Semoga buku ajar ini
dapat memberi manfaat bagi mahasiswa Universitas Dharmas Indonesia dan bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Dharmasraya, Juli 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

BAB II KONSEP LINGKUNGAN.................................................................................3

BAB III KONSEP LINGKUNGAN PENDIDIKAN....................................................9

BAB IV FUNGSI KELUARGA SEBAGAI LINGKUNGAN PENDIDIKAN.........33

BAB V CONTOH PENDIDIKAN PADA MASYARAKAT.......................................41

KESIMPULAN..............................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................47

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mewujudkan generasi


yang cerdas dan berakhlak. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat
mengembangkan semua kompetensi atau kecerdasan untuk memaknai semua pengalaman
hidup secara kreatif. Berbagai kompetensi yang dipelajari di sekolah tentunya mempunyai
dasar kegunaan yang dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu aspek yang perlu
dikembangkan dalam kompetensi tersebut adalah pendidikan lingkungan.

Pendidikan lingkungan khususnya pendidikan lingkungan sekolah sebagai


penyelenggara pendidikan nasional mempunyai peran penting dalam membina peserta didik
agar mempunyai kepedulian terhadap lingkungan. Sekolah merupakan sarana pendidikan
yang bertujuan dalam mencapai tujuan pendidikan yaitu hasil belajar peserta didik, selain itu
sekolah juga memiliki peran penting dalam membentuk karakter kepedulian siswa tentang
lingkungan

Menurut Mulyasa (2012: 9), perwujudan pendidikan karakter yang mengarah pada
pembentukan budaya sekolah atau school culture yaitu “nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh seluruh warga
sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitar”. Implementasi pendidikan karakter berbasis
lingkungan pada sekolah akan membentuk suatu budaya sekolah (School Culture). School
Culture merupakan 1 2 ciri khas yang dimiliki oleh setiap satuan pendidikan yaitu sekolah di
mata masyarakat luas.

Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dapat membentuk karakter siswa yang


peduli terhadap lingkungan sehingga dianjurkan kepada setiap sekolah memiliki school
culture agar mampu memberikan contoh suri tauladan. Karakter peserta didik yang peduli
terhadap lingkungan dapat memberikan gambaran sekolah yang nyaman, kondusif dan ramah
lingkungan. Pendidikan lingkungan dapat ditanamkan semenjak dini sehingga dapat
memunculkan kebiasaan karakter siswa yang mengarah pada school culture yang peduli dan
ramah lingkungan.

Penerapan pendidikan lingkungan hidup dengan mengintegrasikan pendidikan


karakter yang berbasis lingkungan sehingga terciptanya school culture. Baru-baru ini terdapat
isu pendidikan lingkungan hidup dari Kesepakatan Bersama antara Menteri Negara

1
Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Kep. 07/MENLH/06/2005
dan Nomor 05/VI/KB/2005 tentang “pembinaan dan pengembangan lingkungan hidup”. Di
dalam keputusan bersama ini, sangat ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup
dilakukan secara integrasi dengan mata pelajaran yang telah ada.

2
BAB II

KONSEP LINGKUNGAN

Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik
berupa benda mati,makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi
masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu.
Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul.
Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan
jenis dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut.

Pengertian lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena
satu dan hal lain memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan pendidikan
itu bertugas memberi pendidikan kepada si terdidik (Marimba, 1980) . secara umum fungsi
lembaga-lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi yang memungkinkan proses
pendidikan dapat berlangsung sesuai tugas yang bebankan kepadanya karena situasi lembaga
pendidikan harus berbeda dengan situasi lembaga lain (Azra, 1998).

1. Tempat (lingkungan fisik ), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam


2. Kebudayaan (lingkungan budaya ) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa seni
ekonomi, ilmu pengetahuan, pedagang hidup dan pedagang keagamaan; dan
3. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok
bermain, desa perkumpulan dan lainnya.
Lingkungan serta lembaga pendidikan bersifat positif bilamana memberikan pengaruh
sesuai dengan arah tujuan pendidikan. Lingkungan bersifat negatif bilamana berpengaruh
secara kontradiktif dengan arah dan tujuan pendidikan sebagai contoh mendidik agama dalam
lingkungan masyarakat yang agamis dengan kehidupan masyarakat yang taat menjalankan
agama dengan sarana pribadatan yang lengkap dan memberikan dukungan positif bagi
pendidikan agama. Sebaliknya lingkungan masyaraka yang penuh dengan kejahatan serta
minimnya sarana/prasarana keagamaan menyebabkan anak terpengaruh dengan
lingkungannya dan akan berbuat seperti apa yang ada dalam lingkungannya.
Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap peserta
didik .perbedaan pengaruh tersebut tergantung jenis lingkungan pendidikan tempat peserta
didik terlibat didalamnya. Hal ini karena msing-masing jenis lingkungan pendidikan memiliki
situasi sosial yang berbeda-beda. Situasi sosial yang dimaksud meliputi faktor perencanaan,
sarana dan sistem pendidikan pada masing-masing jenis lingkungan. Intensitas pengaruh

3
lingkungan terhadap peserta didik tergantung sejauh mana lingkungan mampu memahami
dan memberikan fasilitas terhadap kebutuhan pendidikan peserta didik.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manuia. Pendidikan


sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran
normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan
dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal ( sekolah )
saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan
masyarakat luas. Ketiga lingkunga itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan
kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal
tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga
tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal.

Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda,
daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakungya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mehluk hidup lainnya.
Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati,
lingkunganbuatandanlingkungansosial. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencan untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik scara
aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan,
emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Jadi, lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai
berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan
pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang
merupakan bagian dari lingkungan sosial.

Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam
lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar
Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolahan,
lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan atau lingkungan pendidikan.

Kesehatan dan lingkungan merupakan wacana yang berkaitan satu dengan yang
lainnya. Kita tidak dapat memungkiri bahwa keadaan lingkungan berpengaruh terhadap
kesehatan suatu komunitas bahkan ekosistem lingkungan tersebut. Begitu pula dengan
kesehatan, kesehatan juga berperngaruh terhadap dinamika lingkungan terutama bila

4
dipandang dalam sudut biologis yang akan berdampak pada perubahan aspek sosialnya.
Lingkungan dibagi 2 yaitu :

a Ling kungan fisik (phys icalenviroment)

Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan


udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang
selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus
bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat,
udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian
rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri.
Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan
keleluasaan pasien

untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh
dari kebisingan dan bau limbah. Posiis pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian
rupa

supaya mendapat ventilasi.

b. Ling kungan psikologi ( psycholog ienviroment)

Manusia mempunyai struktur kepribadian tingkah laku sebagai manispestasi


kejiwaan,diperintah atau dikendalikan oleh ego super ego, dipengaruhi oleh perasaan
dan kata hatinya, mempunyai daya pikir intelektual.
Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat
menyebabkan stress fisiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena
itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar
matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua
faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan
secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-
putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya
dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan
pasien atau jauh.

5
c. Ling kungan B iososial

Manusia sebagai mahluk biologis adalah memiliki organ tubuh dengan berbagai
fungsinya tunduk pada hakekat alam yaitu: dilahirkan, tumbang, menjadi tua, dan
mati. Ia berguna untuk kepentingan dirinya dan masyarakat dimana ia berada.
Manusia sebagai mahluk sosial adalah tidak dapat hidup sendiri selalu membutuhkan
orang lain,hidup dan berperan ditengah masyarakat dengan norma dengan sistem
nilainya, menjadi anggota keluarga, anggota masyarakat, negara, dan dunia,
mempunyai peranan yang harus d isumbangkan untuk kepentingan dirinya dan
masyarakat dimana ia berada.
Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan. Dalam konteks
pendidikan, lingkungan dapat diartikan, sebagai segala sesuatu yang berada di luar diri anak.
Lingkungan dapat berupa hal-hal nyata, seperti tumbuhan, orang, keadaan, politik, sosial-
ekonomi, binatang, kebudayaan, kepercayaan, dan upaya lain yang dilakukan oleh manusia
termasuk di dalamnya pendidikan.
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik
berupa benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi
masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu. Seperti
lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul. Lingkungan
ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan
tanggungjawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut.
Dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, lingkungan ada yang
sengaja diadakan (usaha sadar) ada yang tidak usha sadar dari orang dewasa yang normatif
disebut pendidikan, sedang ynag lain disebut pengaruh. Lingkunga yang dengan sengaja
diciptakan untuk mempengaruhi anak ada tiga, yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkunga ini disebut lembaga pendidikan atau
satuan pendidikan.
Lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang Karena satu dan
lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan pendidikan itu
bertugas memberi pendidikan kepada si terdidik (Marimba,1980). Secara umum fungsi

6
lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi yang memungkinkan proses pendidikan
dapat berlangsung.
Menurut Hasbullah (2003) lingkungan pendidikan mencakup :
a. Tempat (lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
b. Kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa, seni,
ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, dan pandangan keagamaan.
c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok
bermain, desa, perkumpulan dan lainnya.
Lingkungan serta lembaga pendidikan bersifat positif apabila memberikan pengaruh
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan. Lingkungan bersifat negatif apabila berpengaruh
secara kontradiktif dengan arah dan tujuan pendidikan. Maka intensitas pengaruh lingkungan
terhadap peserta didik tergantung sejauh mana anak dapat menyerap rangsangan yang
diberikan lingkungannya dan sejauh mana lingkungan mampu memahami dan memberikan
fasilitas terhadap kebutuhan pendidikan peserta didik.

7
LATIHAN

1. Apa yang kamu ketahui tentang lingkungan?


2. Lingkungan dibagi menjadi dua yaitu sebutkan?

8
BAB III

KONSEP LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap


praktek pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang
merupakan bagian dari lingkungan sosial (Kunaryo, 1999:62). Ada tiga lingkungan
pendidikan yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Menurut (Slameto, 2003:60) yang merupakan bagian dari lingkungan pendidikan yang
berpengaruh terhadap proses belajar dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu: lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat

A. Lingkungan Keluarga
Lingkungan pertama dan utama di mana pendidikan dalam segala hal tiada lain adalah
lingkungan keluarga. Keluarga adalah “sebagai institusi yang terbentuk karena ikatan
perkawinan” (Djamarah, 2004: 16). Di dalamnya hidup bersama pasangan suami istri
secara sah karena perkawinan. Mereka hidup bersama sehidup semati, ringan sama
dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita
untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin.
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang
karena hubungan searah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu, dan anak
). Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang
sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan
utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua
bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar
tumbuhadn berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga berfungsi:
- Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
- Menjamin kehidupan emosional anak
- Menanamkan dasar pendidikan moral
- Memberikan dasar pendidikan sosial.
- Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.

9
Perspektif Sosiologi, menurut Soelaeman dikutif oleh Taqiyuddin (2008: 72—73)
keluarga dapat diartikan ke dalam dua macama, yakni: “Pertama dalam arti luas keluarga
meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan. Dalam arti lebih sempit,
keluarga meliputi orangtua dengan anak-anak. Ditinjau dari sudut paedagogies, keluarga
merupakan satu persekutuan hidup yang dijalin kasih sayang, antara dua jenis manusia,
yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri”.
Fungsi keluarga menurut Ahmad Tafsir (2004), dikutif oleh Helmawati (2014: 44)
bahwa fungsi keluarga: “fungsi biologis, fungsi ekonomi, fungsi kasih saying, fungsi
pendidikan, fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi, fungsi rekreasi, fungsi status
keluarga dan fungsi agama”.
Selain itu, keluarga juga merupakan satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam
masyarakat. Keluarga dalam sosiologi adalah batih. Batih ini dimana-mana menjadi
sendi masyarakat yang terutama. Batih adalah tempat lahir, tempat pendidikan, tempat
perkembangan budi pekerti si anak. Batih juga lambang, tempat dan tujuan hidup
bersama isteri sehingga ahli sosiologi dan ahli paedagogik sosial, ahli negara dan
sebagainya sama berpendapat bahwa sendi masyarakat yang sehat dan kuat adalah batih
yang kukuh sentosa (Miharso Mantep, 2004: 13).
Dengan demikian, keluarga suatu kesatuan dan pergaulan hidup terkecil di dalam
masyarakat. Dikatakan sebagai kesatuan hidup karena keluarga adalah kumpulan orang-
orang yang diikat oleh tujuan bersama. Tujuan bersama yang tidak pernah dirumuskan
namun terpatri dihati setiap anggotanya. Interaksi diantara anggota berlangsung secara
tidak resmi sehingga jauh dari hal-hal yang bersifat formalitas.
Djudju Sudjana (1996), dikutif oleh Taqiyuddin M. (2008: 153) mengatakan bahwa,
terdapat limi ciri khas yang dimiliki keluarga yaitu: “(1) adanya hubungan berpasangan
antara dua jenis kelamin, (2) adanya perkawinan yang mengokohkan hubungan tersebut,
(3) adanya pengakuan terhadap keturunan, (4) adanya kehidupan ekonomi bersama, (5)
adanya kehidupan berumah tangga”.
Pribadi (1981) mengkategorikan keluarga kepada dua jenis, yakni keluarga besar
(extended family) dan keluarga inti (nuclear family). Keluarga ketegori pertama biasanya
terdiri dari orangtua dan anak-anak ditambah dengan anggota family lain seperti kakek
dan nenek, paman dan bibi, cucu dan seterusnya. Sedangkan keluarga kategori kedua
hanya terdiri dari orangtua dan anak-anak yang belum menikah.terlepas dari jenis
tersebut di atas, keluarga memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang.

10
Bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa salah satu komponen penting dari proses
pendidikan adalah masukan lingkungan dan salah satu dari masukan lingkungan tersebut
adalah keluarga. Dalam kerangka pendidikan, keluarga merupakan sekolah (baca: tempat
pendidikan) kita yang pertama. Keluarga adalah lingkungan pendidikan yang teramat
penting, karena pendidikan pertama dan utama berada dan terjadi di dalam keluarga.
Dengan demikian bahwa masukan lingkungan keluarga punya andil besar dalam
mencapai tujuan pendidikan, terlebih lagi dalam rangka mewujudkan kemandirian
sasaran didik.

a. Pengertian Lingkungan Keluarga


Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, karena
sebelumnya manusia mengenal lembaga pendidikan lain, lembaga pendidikan
keluarga sudah ada. Dalam kajian antropologis, disebutkan bahwa manusia
mengenal pendidikan sejak manusia baru lahir. Pendidikan yang dimaksud adalah
keluarga. Di lingkungan keluarga pula siswa akan mendapat nasehat atau
stimulus-stimulus yang dapat memacunya untuk rajin belajar.
Lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan,
yang salah satunya adalah lingkungan keluarga.
Menurut Hakim (2005:17) Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama
dan pertama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Hal ini karena
sebagian besar waktu seorang siswa berada di rumah. Dengan adanya hubungan
yang harmonis di antara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan
peralatan belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup,
suasana lingkungan rumah yang tenang, adanya perhatian yang besar dari orang
tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya
Sedangkan menurut Wirowidjojo (dalam Slameto, 2003:61) keluarga adalah
lembaga pendidikan yang utama dan pertama. Keluarga yang sehat besar artinya
untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk
pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia. Maka
dari itu cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar
anak.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa

11
Menurut Slameto (2003:60) faktor-faktor dari keluarga yang mempengaruhi
belajar siswa antara lain:
1) Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar
anaknya. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan
anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak
memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-
kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan
belajar anakya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar, dapat
menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Akan
tetapi mendidik anak dengan cara memanjakannya dengan membiarkan
anak tidak belajar dan memperlakukan terlalu keras juga merupakan cara
mendidik yang salah dan tidak baik.
2) Relasi Antar Anggota Keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara
orang tua dan anaknya, kemudian relasi anak dengan anggota keluarga
lainya. Relasi antar anggota ini erat hubunganya dengan cara orang tua
mendidik. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu
diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga. Hubungan yang baik
adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang.
3) Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadiankejadian
yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar.
Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi
ketenangan kepada anak yang belajar.
4) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak.
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya,
seperti makan, pakaian, kesehatan, juga membutuhkan fasilitas-fasilitas
belajar. Sedangkan dalam pemenuhan fasilitas belajar menggunakan uang
yang tidak sedikit.
Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok kurang
terpenuhi, akibat lain yang ditimbulkan adalah belajar anak ikut terganggu.
Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang

12
serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarganya lemah,
justru keadaan yang begitu cambuk untuk belajar lebih giat dan akhirnya
sukses.
5) Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Jika anak
belajar jangan diganggu denga tugas-tugas dirumah. Kadang-kadang anak
mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan
wajib mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami
anak sekolah.
6) Latar Belakang Kebudayaan Keluarga
Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga mempengaruhi
sikap anak dalam belajar. Orang tua perlu menanamkan kebiasaan-
kebiasaan baik pada anak, agar semangat belajar anak dapatterdorong.
c. Fungsi Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu
dan anak yang mempunyai hubungan sosial relative tetap dan didasarkan atas ikatan
darah, perkawinan dan atau adopsi (Ahmadi, 2007:167).
Menurut Soelaeman (1994:85) fungsi keluarga ada beberapa jenis, antara lain:
1) Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak
khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga pada umumnya.
Fungsi edukasi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaanya, melainkan
menyangkut pula penentu dan pengukuhan landasan yang mendasari upaya
pendidikan itu, pengarahan dan perumusan tujuan pendidikan, perencanaan dan
pengelolaanya, penyediaan dana dan sarananya, serta pengayaan wawasanya.
2) Fungsi Sosialisasi
Tugas keluarga dalam mendidik anak tidak saja mencakup pengembangan
individu anak agar menjadi pribadi yang mantap, akan tetapi meliputi pula upaya
untuk membantunya dalam mempersiapkanya menjadi anggota masyarakat yang
baik. Dalam melaksanakan fungsi sosialisasi, keluarga menduduki kedudukan
sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan normanorma sosial.
3) Fungsi Proteksi atau Fungsi Perlindungan
Mendidik hakekatnya bersifat melindungi, yaitu melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik dan hidup yang menyimpang dari norma.
13
Selain itu, fungsi ini juga melindungi anak dari ketidakmampuanya beradaptasi
dengan lingkungan yang tidak baik yang mungkin mengancam lingkungan
hidupnya, lebih dalam lagi kehidupan dewasa ini serba kompleks.
4) Fungsi Afeksi atau Fungsi Perasaan
Anak berkomunikasi dengan lingkunganya, juga berkomunikasi dengan
orangtuanya dengan keseluruhan pribadinya, terutama pada saat anak masih kecil
yang menghayati dunianya secara global dan belum terdifferensiasikan.
Kehangatan yang terpancar dari keseluruhan gerakan, ucapan, mimik serta
perbuatan orangtua merupakan bumbu pokok dalam pelaksanaan pendidikan anak
dalam keluarga.
5) Fungsi Religius
Keluarga mempunyai fungsi religius, artinya keluarga berkewajiban
memperkenalkan dan mengajak serta anak dan anggota keluarga lainnya kepada
kehidupan beragama. Tujuanya bukan sekedar mengetahui kaidah-kaidah agama,
melainkan untuk menjadikan mereka insan beragama.
6) Fungsi Ekonomis
Fungsi ekonomis keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaan serta
pembelajaran dan pemanfaatanya. Keadaan ekonomis keluarga mempengaruhi
harapan orang tua akan masa depan anaknya serta harapan anak itu sendiri.
Keluarga yang keadaan ekonominya lemah menganggap anak lebih sebagai beban
hidup dari pada pembawa kebahagiaan keluarga. Mereka yang keadaan
ekonomiya kuat mempunyai lebih banyak kemungkinan memenuhi kebutuhan
material anak dibandingkan dengan keluarga yang ekonominya lemah. Akan tetapi
pelaksanaan tersebut belum menjamin pelaksaan ekonomis keluarga yang
mestinya
7) Fungsi Rekreasi
Rekresi itu dirasakan orang apabila ia menghayati suatu suasana yang tenang
dan damai, jauh dari ketegangan batin, segar dan santai serta kepada yang
bersangkutan memberikan perasaan bebas dari segala rutinitas dari segala
ketegangan dan rutinitas yang membosankan. Rekreasi memberikan dorongan dan
keseimbangan kepada penyaluran energi dalam melaksanakan tugas sehari-hari
yang rutin dan menimbulkan kebosanan.
8) Fungsi Biologis

14
Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan akan keterlindungan fisik guna
melangsungkan kehidupanya. Keterlindungan kesehatan, keterlindungan dari rasa
lapar, haus, kedinginan, kepanasan, kelelahan bahkan juga kenyamanan dan
kesegaran fisik.

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan indikator-indikator dari


lingkungan pendidikan keluarga adalah: cara orang tua mendidik, suasana rumah,
kondisi ekonomi orang tua, dan relasi antar anggota keluarga. Selain itu yang
berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa diantaranya adalah jumlah orang yang
tinggal serumah bersama siswa, riwayat pendidikan bapak/ibu, riwayat pendidikan
kakak, riwayat pendidikan nenek/kakek, pekerjaan bapak/ibu, penghasilan bapak dan
ibu, dan kepedulian/keluarga dekat.

Fungsi yang dijalankan keluarga adalah :

1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan


menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan
anak.
2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak
menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan
perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan
berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu
sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak
anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan
keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan,
mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi
rkebutuhan- kebutuhan keluarga.
7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita

15
tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan
sebagai generasi selanjutnya.

B. LINGKUNGAN SEKOLAH
Dalam memacu semangat siswa untuk rajin belajar dan bisa mencapai prestasi
akademik, lingkungan pendidikan sekolah memiliki andil besar dalam hal ini
karena dalam lingkungan pendidikan sekolah itulah siswa mendapatkan kegiatan
belajar mengajar.
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam
keterampilan. Oleh karena itu anak dikirimkan ke sekolah-sekolah formal.
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan
pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peran sekolah
dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan
masyarakat.
Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah
antara lain :

1) Pengajaran yang mendidik.


2) Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan
(BP) di sekolah.
3) Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat/sumber belajar
(PSB).
4) Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan sekolah.

Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka


diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga
terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut;

1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik


serta menanamkan budi pekerti yang baik.
2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang
sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.

16
3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar
atau salah, dan sebagainya.

a. Pengertian Lingkungan Sekolah


Menurut Tu’u (2004:18) sekolah merupakan wahana kegiatan dan
proses pendidikan, pembelajaran dan latihan. Di sekolah nilainilai etik, moral,
mental, spiritual, perilaku, disiplin, ilmu pengetahuan dan ketrampilan ditabur,
ditanam, disiram, ditumbuhkan dan dikembangkan. Oleh karena itu, sekolah
menjadi wahana yang sangat dominan bagi prestasi belajar.
Jadi jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi dalam
lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perkembangan potensi dan pola pikir
anak dengan pendidikan yang terencana dan sistematis.
b. Unsur Lingkungan Sekolah
Sebagaimana halnya dengan keluarga dan institusi sosial lainnya,
sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses
sosialisasi dan berfungsi mempengaruhi sosialisasi dan berfungsi mewariskan
kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan suatu sistem sosial
yang mempunyai organisasi yang unik dan pola relasi sosial diantara para
anggotanya yang bersifat unik pula. Ini kita sebut sebagai kebudayaan sekolah.
Ahmadi (2007:187) menyatakan bahwa kebudayaan sekolah itu
mempunyai beberapa unsur penting, yaitu:
1) Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung, sekolah,
perlengkapan yang lain).
2) Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun faktafakta
yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
3) Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas siswa,
guru, non teaching spesialis dan tenaga administrasi.
4) Nilai-nilai norma, sistem peraturan dan iklim kehidupan sekolah.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Siswa di Sekolah
Menurut Slameto (2003:64) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi belajar siswa di sekolah antara lain:

17
1) Metode Mengajar
Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru
yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru
kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru
tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau
terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang
senang terhadap pelajaran atau gurunya, akibatnya siswa malas untuk
belajar
2) Kurikulum
Diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan ini sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah
bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Begitu pula mengenai
pengaturan waktu sekolah dan standar pelajaran yang harus ditetapkan
secara jelas dan tepat.
3) Relasi Guru dengan Siswa
Dalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai
gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehinga
siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi
sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Maka ia segan mempelajari
mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju
4) Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang
menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompoknya.
Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya
5) Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam
sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup
kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,
kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan
kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain,

18
kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-
siswanya, dan kedisiplinan BP dalam pelayanannya kepada siswa
6) Fasilitas Sekolah
Instrumen pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa,
karena instrumen pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar
dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkannya itu.
Instrumen pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan indikator-indikator


dari Lingkungan Sekolah adalah: relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, dan fasilitas sekolah.

Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena


pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Karena itu disamping keluarga
sebagai pusat pendidikan, sekolahpun mempunyai fungsi sebagai pusat
pendidikan untuk pembentukan kepribadian anak. Karena sekolah tersebut
sengaja disedikan khusus untuk pendidikan yang sekaligus berfungsi
melanjutkan pendidikan keluarga dengan guru sebagai ganti orang tua
yang harus ditaati.

Pendidikan disekolah, biasanya disebut sebagai pendidikan formal


karena ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar , tujuan,isi, metode,
alat-alatnya disusun secara eksplisit, sistematis dan distandarisasikan
(Azra,1998).

Penjabaran fungsi sekolah memberikan pendidikan formal, terlihat


pada institusional, yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing jenis
dan tingkatan sekolah. Di Indonesia lembaga pendidikan formal pra
sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah
mengengah atas yang terdiri dari sekolah menengah umum dan kejuruan,
serta perguruan tinggi dengan aneka ragam bidangnya. Tujuan
institusional untuk masing-masing tingkat atau jenis pendidikan,
pencapaiannya ditopang oleh tujuan-tujuan kurikuler dan tujuan
instruksional.

19
Sekolah hendaknya memberikan pendidikan keagamaan, akhlak
sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Pendidikan agama yang diajarkan
jangan bertentangan dengan pendidikan agama yang telah diberikan
keluarga. Karena si anak akan mengahadapi pertentangan-pertentangan
nilai-nilai, sehingga mereka akan bingung dan kehilangan kepercayaan.

Sekolah, yaitu pendidikan skunder yang mendidik anak mulai dari


usia masuk sekolah sampai keluar sekolah dengan pendidiknya (guru)
yang mempunyai kompotensi yang profesional, personal, sosial dan
pedagogis. Mengacu pada Sistem sekolah sebagai pendidikan formal
dirancang sedemikian rupa agar lebih efektif dan lebih efesien, yaitu
bersifat klasikal dan berjenjang. Sistem klasikal memungkinkan beberapa
sejumlah anak belajar bersama dan dipinpin oleh seorang atau beberapa
guru sebagai fasilitator. Sebagi konsekuensinya mereka menerima materi
yang sama. Untuk itu, pada suatu kelas biasa murid-muridnya mempunyai
kemampuan yang relatif sama dari kelompok umur yang hampir sama
pula.

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan


nasional pembelajaran disekolah hendaknya memiliki fungsi dan tujuan
yang mengacuh pada pendidikan nasional. Sekolah hendaknya berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan bertujuan berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi dan terbatasnya orangtua dalam
kedua hal tersebut, orangtua sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan
mansyarakat. Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya
besar sekali pada jiwa anak. Karena itu di samping keluagra sebagai pusat untuk pendidikan,
sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan kepribadian
anak.

20
Pendidikan di sekolah mencakup pendidikan umum dalam mempersiapkan peserta
didik menguasai kemampuan dasar untuk melanjutkan pendidikan atau memasuki lapangan
kerja. Pendidikan sekolah biasanya disebut sebagai pendidikan formal karena ia adalah
pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi, metode, alat-alatnya yang disusun secara
eksplisit, sistematis, dan distandarisasikan. Penjabaran fungsi sekolah sebagai pusat
pendidikan formal, terlihat pada tujuan instruksional, yaitu tujuan kelembagaan pada masing-
masing jenis da tingkatan sekolah.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan
berdasarkan asas-asas tanggungjawab berikut ini.
1) Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang
ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku yaitu undang-undang
pendidikan.
2) Tanggungjawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat
pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.
3) Tanggungjawab fungsional ialah tanggungjawab profesional pengelola dan
pelaksana pendidikan.
Sekolah sebagai pendidikan formal dirancang sedemikian rupa agar lebih
efektif dan efisien, yaitu bersifat klasikal dan berjenjang. System klasikal
memungkinkan sejumlah anak belajar bersama dan dipimpin oleh seorang atau
beberapa orang guru sebagai fasilitator. Sekolah memiliki cirri jenjang dapat
dijelaskan sebagi berikut.
A. Jenjang lembaga, sekolah dirancang dengan berbagai tingkatan, dari Taman
Kanak-Kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT). sebagian dikelola oleh
Departemen Pendidikan Nasional dan sebagian lainnya dikelola oleh Departemen
Agama.
B. Jenjang kelas, berjenjang menurut tingkatan kelas, murid hanya bisa mengikuti
pendidikan pada kelas yang lebih tinggi apabila ia telah mampu menyelesaikan
pendidikan di tingkat sebelumnya. Jenjang kelas ini bervariasi, yaitu di tingkat
SD/MI terdiri dari enam kelas, SMP/MTs terdiri dari tiga kelas,
SMA/MA/sederajat terdiri dari tiga kelas, sedangkan di Perguruaan Tinggi tidak
ditentukan dengan jenjang kelas.
Sekolah dianggap sebagai suatu lingkungan yang paling bertanggungjawab
terhadap pendidikan murid-muridnya, lebih-lebih bila dikaitkan dengan pengabdian
sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapat bersaing secara global. Maka

21
pembangunan sekolah dianggap sebagai investasi yang prosfektif demi menyongsong
kemajuan bangsa

Sekolah sebagai lembaga sosial melaksanakan fungsi sosial sebagai


sebagai mana lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Soleh Seogiyanto
(Bambang Robandi, 2007) mengemukakan fungsi-fungsi sekolah sebgai
berikut

a. Sekolah berfusi sebgai lembaga sosialisasi, membantu anak-anak


mempeajari cara-cara hidup di tempat mereka dilahirkan.
b. Untuk menstramisi dan mentrasformasi kebudayaan, dan
c. Menyeleksi murid untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Di samping itu sekolah sebgai satuan pendidikan bertujuan


sesuai masing-masing tujuan untuk pendidikan. Selain itu sekolah
hendaknya berperan sebagai masyarakat belajar, yaitu masyarakat yang
memiliki tata kehidupan yang mengatur hubungan antara guru dan
lingkungannya yang membelajarkan guru untuk mencapai tujuan
pendidikan dakam suasana mengairahkan.

Dalam lingkungan keluarga ayah dan ibu merupakan pendidik,


sedangkan disekolah disebut guru. Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan anak didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal. Guru sebgai pengganti orang tua di sekolah harus memberikan
kemudahan dalam pembelajaran bagi semua anak didik. Agar mampu
mengembangkan segala kemapuan dan potensi yang dimiliki anak.

Tugas utama guru menurut Undang-Undang Guru dan Dosen


adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi anak didik. Kalau dijadikan kata benda Guru adlah
sebagai pendidik, Pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih dan penilai.

Lingkungan pendidikan Sekolah tergolong jalur pendidikan formal,


adapun karakteristiknya, antara lain : (a) secara faktual tujuan pendidikan
lebih menekankan pada pengembangan intelektual. (b) peserta didiknya
bersifat heterogen. (c) isi pendidikannya terprogram secara

22
formal/kurikulumnya tertulis.(d) terstruktur berjenjang dan
bersinambungan. (e) waktu pendidikan terjadwal secara ketat, relatif lama.
(f) cara pelaksanaan ppendidikan bersifar formal dan artificial. (g) evaluasi
pendidikan dilaksanakan secara sistematis. (h) credential ada dan penting.

Manusia ketika dilahirkan di dunia dalam keadaan lemah. Tanpa


pertolongan orang lain, terutama orang tuanya, ia tidak bisa berbuat
banyak. Di balik keadaannya yang lemah itu ia memiliki potensi baik yang
bersifat jasmani maupun rohani.

Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan


keluarga pertama-tama anak mendapatkan pengaruh sadar. Karena itu
keluaraga merupaka kelompok primer yang terdiri dari sejumlah keluarga
kecil karena hubungan sedarah yang bersifat informal dan kodrati dan
menjadi lembaga pendidikan tertua. Keluarga bisa berbentuk keluarga inti
(nucleus family : ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (di
samping inti, ada orang lain seperti kakek, nenek, ipar dan lain
sebagainya).

Anak dalam menjalani pendidikan di lingkungan keluarga biasanya


menghadapi hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain
sebagai berikut.

4) Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua.


5) Pigur orangtua yang tidak mampu memberikan keteladanan pada anak.
6) Sosial ekonomi keluaraga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa
menunjang belajar.
7) Kasih sayang orangtua yang berlebihan sehingga cenderung untuk
memanjakan anak.
8) Orangtua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, tuntutan
orangtua yang terlalu tinggi.
9) Orangtua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak.
10) Orangtua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kretifitas kepada
anak.
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting dalam
membentuk pola kepribadian anak. Karena di dalam keluarga, anak pertama kali

23
berkenalan dengan nilai dan norma. Keluarga didasarkan pada cinta kasih yang sangat
natural, sehingga suasana pendidikan yang berlangsung di dalamnya berdasarkan
kepada suasana yang tanpa memikirkan hak.
Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar, agama,
dan nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diperlukan peserta didik
untuk dapat berperan dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya, meliputi
hal-hal berikut.
1. Dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan
anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima
tanggungjawab, dan mengabdikan dirinya untuk sang anak.
2. Dorongan/motifasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan
orangtua terhadap keturunannya. Tanggungjawab moral ini meliputi nilai-
nilai religius spiritual yang dijiwai ketuhanan Yang Maha Esa dan agama
masing-masing di samping didorong oleh kesadaran memelihara martabat
dan kehormatan keluarga.
3. Tanggungjawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya
juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan
kemanusiaan.
Di sisi lain tanggungjawab pendidikan yang menjadi beban orangtua
sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka hal-hal berikut.
1. Memelihara dan membesarkan anak.
2. Melindungi dan menjamin kesamaan baik jasmaniah maupun rohaniah sesuai
dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
3. Member pengajarandalam arti yang luas.
4. Membahagiakan anak baik di dunia dan akhirat.
Dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak dari orangtua meliputi tujuh hal,
yaitu dasar pendidikan budi pekerti, dasar pendidikan sosial, dasar pendidikan intelek, dasar
pembentukan kebiasaan pembinaan kepribadian yang baik dan wajar, dasar pendidikan
kekeluargaan, dasar pendidikan nasionalisme, dan dasar pendidikan agama.
Lingkungan keluarga berpengaruh kepada anak dari sisi perlakuan, keluarga terhadap
anak, kedudukan anak dalam keluarga, keadaan ekonomi keluarga, keadaan pendidikan
keluarga, dan pekerjaan orangtua.

24
Dari lingkungan keluarga yang harmonis mampu memancarkan keteladanan kepada
anak-anaknya, karena dikatakan pendidikan pertama pada bayi atau anak itu berkenalan
dengan lingkungan serta mendapat pembinaan pada keluarga.

C. LINGKUNGAN MASYARAKAT SEKITAR


Lingkungan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang sangat penting di
luar lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah karena lingkungan masyarakat
dapat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa si anak didik.
Lingkungan pendidikan masyarakat seringkali tidak terlihat, namun
sebenarnya seorang siswa akan mendapat pengaruh yang cukup besar untuk rajin
belajar dan bisa berprestasi, seperti misalnya terbawa dan mencontoh teman dan
tetangga yang rajin belajar agar menjadi siswa yang berprestasi.
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa pendidikan berlangsung dalam tiga
lingkungan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Masyarakat mencakup
sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling ketergantungan dan
terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama.
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang
yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa
Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah
komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya,
istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup
bersama dalam satu komunitas yang teratur.

1. Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan


sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta
sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia
kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
2. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata
pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu,
masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat

25
agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar
menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok
masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
3. Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya:
berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band ,
suku,
a. chiefdom, dan masyarakat negara

4. Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti


hubungan

persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang
berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial.
Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya
mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan
bersama.
Selanjurnya kaitan masyarakat dengan pendidikan menurut Tirtarahadja dan
La Sulo (2000), dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu :
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dikembangkan
maupun yang tidak dikembangkan.
b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan baik langsung maupun tidak langsung,
ikut mempunyai peran dan fungsi pendidikan.
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang
maupun yang dimanfaatkan. Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja
dan hidup sehari-hari akan selalu memperoleh manfaat dan pengalaman
hidupnya untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain manusia berusaha
mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang
tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul dan sebagainya.
Di lingkungan masyarakat, setiap orang akan memperoleh pengalaman
tentang berbagai hal, misalnya tentang lingkungan alam, tentang hubungan sosial,
politik kebudayaan dan sebagainya. Di dalam lingkungan masyarakat setiap orang
akan memperoleh pengaruh yang sifatnya mendidik dari oarng-orang yang ada
disekitarnya, baik dari teman sebaya maupun oarng dewasa melalui interaksi

26
sosial secara langsung atau tatap muka. Pengaruh pendidikan tersebut dapat pula
diperoleh melaui interaksi sosial secara tidak langsung.

Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri seperti yang dikemukakan


oleh Tirtarahadja dan La Sulo (2000), yaitu antara lain :
a. Ada interaksi warga-warganya
b. Pola tingkah laku warganya di atur oleh adat istiadat, norma-norma hukum
dan aturan-aturan yang berlaku.
c. Ada rasa Idensitas yang kuat yang mengikat pada warganya. Kesatuan
wilayah, kesatuan adat istiadat, rasa identitas, dan rasa loyalitas terhadap
kelompoknya merupakan pangkal dari perasaan bangsa sebagai patriotisme,
jiwa korps, dan kesetiakawanan dan lain-lain.

Menurut Slameto (2003), faktor masyarakat yang dapat mempengaruhi


pendidikan siswa meliputi:
a. Kegiatan Siswa dalam Masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadi siswa. Tetai jika siswa ambil bagian dalam kegiatan
masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan
sosial, keagamaan, dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika
tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Perlu kiranya membatasi kegiatan
siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu belajarnya. Jika
mungkin memilih kegiatan yang mendukung belajar.
b. Mass Media
Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat
kabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Semua itu ada dan
beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang
baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya
c. Teman Bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam
jiwanya. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa,
begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang
bersifat buruk juga. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah
diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik.
27
d. Bentuk Kehidupan Masyarakat.
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar dan
mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak
(siswa) yang berada disitu. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-
orang yang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan
anak-anaknya, anak (siswa) terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh
orang-orang di lingkungannya. Maka perlu untuk mengusahakan lingkungan
yang baik agar dapat member pengaruh yang baik terhadap anak (siswa).

Masyarakat sebagai lingkunagn pendidikan nonformal sebagai lingkungan


pendidikan di luar keluarga dan diluar sekolah. Pendidikan nonformal dapat
terselengara secara terstruktur dan berjenjang. Contoh penyelenggaran pendidikan di
dalam lingkungan pendidikan nonformal yang terstruktur dan berjenjang antara lain
Kelompok Belajar Paket A, Paket B, Kursus Komputer dan bahasa inggris di lembaga
kursus tertentu juga ada yang terstruktur dan berjenjang dan lain-lain. Adapun contoh
penyelenggaraan pendidikan yang tidak terstruktur dan tidak berjenjang adalh
ceramah agama yang titangkan di televisi, penyampaian informasi melalui koran.

Di masyarakat ada kebudayaan, sebagai gagasan dan karya manusia beserta


hasil budi dan karya akan selalu terkait dengan pendidikan, utamnya belajar.
Kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai
kepercayaan, tingkah laku dan tekhnologi yang dipelajari dan dimiliki semua anggota
masyarakat tertentu.

Menurut Taylor ( Made Pidarta, tanpa tahun) kebudayaan adlah totalitas yang
kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebgai
masyarakat. Sedangkan menurut Kuncaraningrat ( Tirtarahadja dan La Sulo,2000).
Kebudayaan dalam arti luas dapat berwujud:

d. Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan sebgainya.


e. Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
f. Fisik yakni hasil benda manusia.
Kebudayaan dengan wujud ideal merupakan hasil-hasil karya manusia
termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi, UUD 1945 di mana didalamnya tercantum
dasar negara pancasila. Jadi pancasila merupakan hasil karya bangsa Indonesia

28
memiliki nilai kehidupan yang tinggi bagi bangsa Indonesia, sehingga diakui dan
dijadikan dasar dan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Antara kebudayaan, masyarakat dan pendidikan tidak dapat dipisahkan,
dimana kebudayaan dan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Pendidikan
merupakan usaha manusia untuk memanusiakan dirinya, yaitu manusia yang
berbudaya. Kebudayaan itu sendiri dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan melalui
pendidikan.
Lingkungan pendidikan masyarakat seperti kursus, kelompok belajar, majelis
taklim, bimbingan tes, tergolong jalur pendidikan nonformal adapun karakteristiknya
antara lain : (a) secara faktual tujuan pendidikannya lebih menekankan pada
penegmbangan keterampilan praktis (b) peserta didiknya bersifat heterogen (c) isi
pendidikannya ada yang terprogram secara tertulis (d) dapat terstruktur berjenjang dan
berkesinambungan (e) waktu pendidikan terjadwal secara ketat atau tidak terjadwal,
lama pendidikannya relatif singkat (f) cara pelaksanaan pendidikan mungkin
bersifat artificial mungkin pula bersifat wajar,(g) evaluasi pendidikan mungkin
dilaksanakan secara sistematis dapat pula tidak sistematis. (h) credential mungkin ada
dan mungkin pula tidak ada.

Pada masyarakat tradisional pendidikan cukup dilaksanakan dilingkungan


keluarga dan masyarakat saja. Akan tetapi dalam masyarakat modern, keluarga tidak
dapat lagi memenuhi kebutuhan dan aspirasi pendidikan bagi anak-anaknya, baik
menyangkut pengetahuan, sikap maupun keterampilan untuk melaksanakan perannya
dalam masyarakat. Dengan demikian, sekolah dan masyarakat berfungsi untuk
melengkapi pendidikan yang tidak bisa diberikan keluarga. Namun demikian, tidak
berarti bahwa keluarga dapat melepaskan tanggung jawab pendidikan bagi anak-
anaknya. Keluarga diharapkan bekerja sama dan mendukung kegiatan pendidikan di
sekolah dan masyarakat.

Peserta didik di sekolah berasal dari berbagai keluarga dengan latar belakang
sosial budayanya masing-masing. Sekolah mendapat mandat tugas dan tanggung
jawab pendidikan oleh para orang tua dan masyarakat. Sebab itu, pendidikan
disekolah tidak boleh berjalan sendiri tanpa memperhatikan aspirasi keluarga dan
masyarakat. Dalam melaksanakan pendidikannya, sekolah perlu bekerja sama dengan
para orang tua peserta didik dan dan berperannya Komite Sekolah.

29
Dewasa ini, sekalipun sekolah adalah, tetapi sekolah tidak mampu
memberikan keseluruhan kebutuhan pendidikan bagi peserta didiknya, juga belum
(tidak) mampu menampung seluruh anak usia sekolah. Karena itu, pendidikan
disekolah perlu dilengkapi, ditambah dan dikembangkan melalui pendidkan di dalam
lingkungan masyarakat. Bahkan dalam konteks wajib belajar sembilan tahun,
pendidikan di dalam masyarakat seperti kejar paket A dan kejar paket B merupakan
penggati pendidikan SD dan SMP.

Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan di luar


lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini,
telah dimulai beberapa waktu ketika anak-anak telah lepas dari asuhan keluarga dan
berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh
pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.

Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat


banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan,
pembentukan pengertian-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun
pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Kaitan antara masyarakat dan pendidikan
dapat ditinjau dari tiga sisi, yaitu :

1) Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan.


2) Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat.
3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang (by
design), maupun yang dimanfaatkan (utility).

Paling sedikit dapat dibedakan menjadi enam tipe sosial-budaya sebagai


berikut.

1. Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat sederhana.


2. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang
atau sawah dengan tanaman pokok padi.
3. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di
ladang atau sawah.
4. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di
sawah dengan tanaman pokok padi.
5. Tipe masyarakat perkotaan.

30
6. Tipe masyarakat metropolitan.

Fungsi Lingkungan Pendidikan

Diantara fungsi lingkungan pendidikan adalah sebagai berikut.

a. Lingkungan pendidikan dapat menjamin kehidupan emosional peserta didik untuk


tumbuh dan berkembang. Kehidupan emosional ini sangat penting dalam
pembentukan pribadi anak.
b. Lingkungan pendidikan membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai
lingkungan sekitarnya baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya, terutama
berbagai sumberdaya pendidikan yang tersedia agar dapat dicapai tujuan pendidikan
secara optimal.
c. Lingkungan pendidikan berfungsi sebagai wahana yang amat besar bagi
perkembangan individu dan masyarakat dalam memperluas dan mempercepat usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Mengajarkan tingkah laku umum dan untuk menyeleksi serta mempersiapkan
peranan-peranan tertentu dalam masyarakat.
e. Di dalam lingkungan pendidikan dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan
yang dimiliki peserta didik baik dalam bentuk karier, akademik, kehidupan beragama,
kehidupan sosial budaya, maupun keterampilan lainnya.

31
LATIHAN

1. Apa pengertian lingkungan pendidikan ?

2. Apa saja fungsi lingkungan pendidikan ?

3. Apa saja yang termasuk dalam ragam bentuk lingkungan pendidikan ?

4. Bagaimana peranan lingkungan pendidikan terhadap pendidikan ?

32
BAB IV

FUNGSI KELUARGA SEBAGAI LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam


keluarga inilah anak pertama-tama mendapakan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan
lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga,
sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah pendidikan keluarga.
Berikut adalah fungsi dan peran pendidikan keluarga.

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan pribadi dan perkembangan


anak dalam rangka men- capai kemandirian dan per-kembangan optimal dalam kehidupan-
nya. Karena keluarga sebagai lingkungan pendidikan primer dan utama amat besar peranan-
nya, maka keluarga itu mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Makna dan corak fungsi-fungsi itu
serta penerapannya di- pengaruhi oleh kebudayaan sekitar dan intensitas keluarga dalam turut
sertanya dengan kebudayaan dan lingkungannya. Berkaitan dengan fungsi dan peran keluarga
dalam mendidik anaknya, Sudar- dja Adiwikarta (1988:70) mengungkap- kan bahwa keluarga
merupakan lokasi terselenggaranya pendidikan. Pengaruh edukatif keluarga tidak hanya
terdapat pada anak-anak kecil, melainkan juga pada seluruh anggota keluarga, termasuk anak-
anak yang sudah bersekolah, pe- muda-pemuda yang masih tinggal ber- sama keluarga, dan
orang dewasa sendiri yang menjadi pemimpin keluarga itu, bahkan mungkin orang lain yang
berada di luar lingkungan keluarga. Selanjutnya Soelaeman (1988:52-79) mengemukan
fungsi keluarga sebagai berikut:

Pertama, fungsi edukatif. dalam keluarga. Anak pertama kali memper- oleh
pengalaman yang sangat penting bagi perkembangannya, karena itu kelurga disebut
lingkungan pendidikan pertama karena keluarga meletakkan dasar- dasar pertama bagi
perkembangan anak.

Kedua,fungsi sosialisasi. Dalam hal ini keluarga sebagai suatu lembaga sosial
mempunyai peranan penting bagi masyarakat yaitu membentuk pribadi seseorang dimana
personalitas seseorang itu nanti- nya akan dapat mempengaruhi corak dari suatu masyarakat.
Keluarga merupakan penghubung anak dengan kehidupan so- sialnya, interaksi dan
sosialisasi dimulai dalam keluarga, baru kemudian cermin- an sosialisasi dalam keluarga akan
ter- cermin dalam interaksinya di sekolah dan di masyarakat.

33
Ketiga, fungsi protektif. Dalam keluarga anak mendapat perlindungan dan
melindunginya dari tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial dan
kaedah agama dan dari ketidakmampuannya bergaul dengan ling- kungan. Keempat, fungsi
religius. Keluarga wajib memperkenalkan dan me- nanamkan nilai-nilai religius kepada anak
dimulai dari semenjak dalam kan- dungan sampai keliang kubur. Dengan iklim religius ini
terciptalah wahana so- sialisasi dan pengalaman keagamaan yang turut membentuk
kepribadian anak dalam keluarga yang menjadi pribadi yang matang beriman dan bertaqwa
kepada Allah Swt.

Fungsi dan Peran Pendidikan Keluarga

1. Pengalaman Pertama Masa Kanak-Kanak


Di dalam keluargalah anak didik mulai mengenal hidupnya. Hal ini harus disadari dan
dimengerti oleh tiap keluarga, bahwa anak dilahirkan di dalam lingkungan keluarga
yang tumbuh dan berkembang sampai anak melepaskan diri dari ikatan keluarga.
Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan
faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Suasana pendidikan keluarga ini
sangat penting diperhatikan, sebab dari sinilah keseimbangan jiwa di dalam
perkembangan individu selanjutnya ditentukan.
2. Menjamin Kehidupan Emosional Anak
Suasana di dalam keluarga merupakan suasana yang diliputi rasa cinta dan simpati
yang sewajarnya, suasana yang aman dan tenteram, suasana percaya mempercayai.
Untuk itulah melalui pendidikan keluarga ini, kehidupan emosional atau kebutuhan
akan rasa kasih sayang dapat dipenuhi atau dapat berkembang dengan baik. Hal ini
dikarenakan adanya hubungan darah antara pendidik dengan anak didik, sebab orang
tua hanya menghadapi sedikit anak didik dan karena hubungan tadi didasarkan atas
rasa cinta kasih sayang murni.
3. Menanamkan Dasar Pendidikan Moral
Di dalam keluarga juga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral bagi anak,
yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang
dapat dicontoh anak.
Memang biasanya tingkah laku, cara berbuat dan berbicara akan ditiru oleh anak.
Dengan teladan ini, melahirkan gejala identifikasi positif, yakni penyamaan diri
dengan orang yang ditiru, dan hal ini penting sekali dalam rangka pembentukan
kepribadian.

34
Segala nilai yang dikenal anak melekat pada orang-orang yang disenang dan
dikaguminya, dan dengan melalui inilah salah satu proses yang ditempuh anak dalam
mengenal nilai.
4. Memnerikan Dasar Pendidikan Sosial
Di dalam kehidupan keluarga, merupakan basis yang sangat penting dalam peletakan
dasar-dasar pendidikan sosial anak. Sebab pada dasarnya keluarga merupakan
lembaga sosial resmi yang minimal terdiri dari ayah, ibu dan anak.Perkembangan
benih-benih kesadaran sosial pada anak-anak dapat dipupuk sedini mungkin, terutama
lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong menolong, gotong royong secara
kekeluargaan, menolong saudara atau tetangga yang sakit, bersama-sama menjaga
ketertiban, kedamaian, kebersihan dan keserasian dalam segala hal.
5. Peletakan Dasar-Dasar Keagamaan
Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama, disamping sangat
menentukan dalam menanamkan dasar-dasar moral, yang tak kalah oentingnya adalah
berperan besar dalam proses internalisasi dan transformasi nilai-nilai keagamaan ke
dalam pribadi anak. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk
meresapkan dasar-dasar hidup beragama, dalam hal ini tentu saja terjadi dalam
keluarga. Anak-anak seharusnya dibiasakan ikut serta ke masjid bersama-sama untuk
menjalankan ibadah, mendengarkan khutbah atau ceramah-ceramah keagamaan.
Kegiatan seperti ini besar sekali pengaruhnya terhadap kepribadian anak. Kenyataan
membuktikan, bahwa anak yang semasa kecilnya tidak tahu menahu dengan hal-hal
yang berhubungan dengan hidup keagamaan, tidak pernah pergi bersama orang tua ke
masjid atau tempat ibadah untuk melaksanakan ibadah, mendengarkan khutbah atau
ceramah-ceramah dan sebagainya. Sehingga setelah dewasa mereka tidak menaruh
perhatian terhadap nilai keagamaan. Pendidikan keluarga hendaknya memberikan
kondisi kepada anak untuk mengalami suasana hidup keagamaan.

KELUARGA SEBAGAI WAHANA SOSIALISASI ANAK

Lingkungan pertama sebagai wa- hana sosialisasi anak adalah lingkungan keluarga.
Sosialisasi adalah sebuah pro- ses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan
dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah so-
siolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam
proses sosialisasi diajarkan peran- peran yang harus dijalankan oleh individu

35
Selanjutnya sosialisasi adalah satu konsep umum yang dapat dimaknai se- bagai sebuah
proses di mana seseorang belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir,
merasakan, dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting
dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Sosialisasi merupakan pro- ses yang terus
terjadi selama hidup.

Proses sosialisasi merupakan pro-ses belajar, yaitu suatu proses akomodasi dengan
mana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup
atau kebudayan masyarakatnya. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan,
sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku dalam masyarakat di mana dia hidup. Semua
sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan
sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya.

Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental bagi kehidupan


seseorang. Pertama, memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi terciptanya
partisipasi yang efektif dalam masyarakat, dan kedua memungkinkan lestarinya suatu
masyarakat karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestari- an
masyarakat akan sangat terganggu. Contohnya, masyarakat Minangkabau, Batak, Jawa, dan
lainnya. akan lenyap manakala satu generasi tertentu tidak mensosialisasikan nilai-nilai dan
budaya Minangkabau, nilai-nilai dan budaya Batak, dan nilai-nilai budaya Jawa ke- pada
generasi berikutnya. Paling tidak ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga,
kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah. Proses sosialisasi akan
berjalan lancar apabila pesan-pesan yang di sampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak
bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain.

Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama dan utama bagi anak. Dalam lingkungan
keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan
saudara ang- kat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah.
Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family),
agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas
beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga
inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh
orang-orang yang berada di luar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat
agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi
(baby sitter). Peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat

36
besar karena anak sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya
sendiri. Anak sebagai bagian anggota keluarga dalam pertumbuhan dan perkembangannya
tidak akan terlepas dari lingkungan dimana dia dirawat/diasuh atau awal diperolehnya
pengalaman belajar bagi seorang anak. Dalam keluargalah kali pertama anak berinteraksi
terutama dengan ibunya setelah anak dilahirkan dan melalui kegiatan menyusui. Hubungan
tersebut akan berkembang sesuai tahapan usia anak. Dari sinilah anak akan dan selalu
berusaha untuk menyesuaikan diri melalui pengalaman belajar agar diterima di lingkungan
sosial dan menjadi pribadi yang dapat bermasyarakat; dengan syarat punya kesempatan untuk
bersosialisasi dengan orang lain, mampu berkomunikasi dan berbicara yang dapat dimengerti
oleh orang lain dan memiliki motivasi belajar yang menyenangkan. Untuk itu, diperlukan
suatu dukungan anggota keluarga, karena pengalaman sosial pertama diperoleh di dalam
lingkungan keluarga, maka anggota keluarga terutama orang tua diyakini paling tepat
menentukan terjadinya proses sosialisasi yang baik pada anak.

Tantangan keluarga dalam era teknologi informasi adalah bagaimana anggota keluarga
mampu mengantisipasi pengaruh negatif agen sosialisasi lainnya terhadap anak. Di samping
kelompok bermain, media massa disadari atau tidak juga memiliki pengaruh yang signifikan
dalam membentuk sikap dan perilaku anak. Bagaimana anak bersikap, berkomunikasi, dan
berperilaku juga diwarnai oleh model figur yang diperankan dan ditampilkan oleh media
massa. Dimana media massa sudah merambah berbagai penjuru tanpa batas termasuk pada
lingkungan keluarga, terutama media elektronik yaitu radio, televisi, video, film, dan lainnya.
Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang
disampaikan. Contoh: Penayangan acara Smack Down di televisi, video porno melalui
internet dan HP diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dan remaja
dalam banyak kasus. Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau
bahkan mewarnai gaya hidup masyarakat pada umumnya. Tampilan gaya anak Punky telah
banyak mewarnai sikap dan kepribadian anak dan remaja yang notabene remaja terpelajar
saat ini. Tentunya sikap dan kepri- badian seperti itu tidak hanya mampu diperbaiki dan
diubah hanya melalui pendidikan di sekolah tanpa dukungan pendidikan dalam keluarga.
Karena itu, menurut Ahmad Tafsir (2004:161) wajib bagi orang tua menyelenggarakan
pendidikan dalam rumah tangga dan kewajiban itu wajar (natural) karena Allah menciptakan
orang tua yang bersifat mencintai anaknya. Jadi pertama hukum- nya wajib, kedua memang
orang tua senang mendidiik anak-anaknya. Inilah modal utama bagi pendidikan dalam

37
keluarga sehingga lingkungan keluarga betul-betul dijadikan sebagai wahana sosialisasi dan
interaksi edukatif bagi anak.

Peranan Lingkungan Keluarga


Sangat besar peranan kelurga dalam pendidikan, karena keluarga adalah lingkungan
pertama yang memberikan pendidikan kepada anak. Peranan keluarga tersebut diantaranya
adalah :
a. Sebagai pembentuk pola pikir anak, karena di dalam keluarga, anak pertama kali
berkenalan dengan nilai dan norma.
b. Sebagai pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini merupakan factor
yang sangat penting bagi perkembangan berikutnya, khususnya dalam perkembangan
pribadinya.
c. Sebagai lingkungan pendidikan yang memberikan keteladanan, karena keteladanan
orangtua akan menjadi tolat ukur dan menjadi wahana pendidikan moral.
d. Sebagai lingkungan pendidikan yang berperan dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan
agama.
2. Peranan Lingkungan Sekolah
Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan
masyarakat. Maka dari itu, sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan. Karena
pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak dan sekolah pun berperan dalam pembentukan
kepribadian anak. Diantara peranan sekolah dalam pendidikan adalah sebagai berikut.
a. Sebagai pendidikan formal yang menumbuhkembangkan dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik agar anak mampu menolong dirinya sendiri dalam hidup sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial melalui pembekalan dalam semua bidang studi.
b. Sebagai lingkungan pendidikan yang perlu memberikan pemahaman tentang pendidikan
pancasila, agama, dan pembinaan watak sesuai dengan nilai dan norma yang hidup dan
berkembang di masyarakat.
c. Sebagai lingkungan pendidikan yang haru mewujudkan cita-cita bangsa dalam hal
mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Peranan Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat mempunyai andil yang besar dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan nasional, dalam peranannya antara lain :

38
a. Pendidikan manusia sebagai makhluk individu, lingkungan masyarakat berperan dalam
membantu pembentukan manusia yang cerdas, sesuai dengan kondisi dan fungsi dari masing-
masing pendidikan tersebut.
b. Pendidikan manusia sebagai makhluk susila (kemasyarakatan), yang berkaitan dengan nilai-
nilai yang terkandung di dalam pancasila sebagai falsafah hidup bangsa, dan pancasila
sebagai dasar negara.
c. Pendidikan manusia sebagai makhluk sosial, lingkungan masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung memang ditumbuhkembangkan sebagai makhluk individu dan susila,
yang secara bersama-sama mampu menciptakan kehidupan bersama secara
bertanggungjawab, untuk mencapai kesejahteraan sosial yang dinamis dengan sikap
makaryanya.
d. Pendidikan manusia sebagai makhluk religious, maka lingkungan masyarakat banyak
memberikan andil dalam pembekalan yang berhubungan dengan masalah keagamaan.

39
LATIHAN

1. Jelaskan fungsi keluarga sebagai lingkungan Pendidikan!


2. sebutkan yang dikemukakan oleh Soelaeman (1988:52-79) tentang fungsi
keluarga?
3. Apa itu fungsi edukatif
4. Apa itu fungsi sosialisasi
5. Apa peran keluarga dalam Pendidikan?

40
BAB V

CONTOH PENDIDIKAN PADA MASYARAKAT

Masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan hingga pelaksanaan pendidikannya.


Pada UU RI no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan nonformal diselengarakan bagi
warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.

Dalam pelaksanaanya pendidikan masyarakat adalah pendidikan yang menekankan


kepada kecakapan hidup seseorang sehingga yang diajarkan ialah keterampilan fungsional
untuk mengembangkan potensi peserta didik. Program-program yang diselenggarakan adalah
kebutuhan keahlian yang dibutuhkan untuk bersaing di dunia pekerjaan. Pendidikan
masyarakat terdiri dari Pendidikan kecakapan hidup, Pendidikan pemberdayaan perempuan,
Pendidikan keaksaraan, Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, Pendidikan kesetaraan,
dan Pendidikan lainnya.

Pendidikan Masyarakat (PenMas) atau juga dapat di sebut dengan Pendidikan


Nonformal (PNF) adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang (Sisdiknas, 20 Tahun 2003). Jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yakni bahwa PNF memiliki cirri khas tersendiri dari pendidikan yang ada
di Indonesia. Apabila kita kaji dari program pendidikan formal antara lain dari mulai TK,
SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, dan PT. Sedangkan pada Pendidikan nonformal ini meliputi:
pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik (Sisdiknas, 20 Tahun 2003).

Pendidikan Masyarakat (PenMas) memiliki landasan filosofis sebagai dasar tempat


berpijak, mengkaji, dan menelaah kegiatan PenMas. Landasan filosofis ini yang menjadi
acuan masyarakat untuk mengembangkan dan mendayagunakan program-program PenMas
hingga dapat eksis di masyarakat. Program pembelajaran dalam PenMas di harapkan dapat
membantu peserta didik memilih dan mengembangkan wawasan ke-Tuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh

41
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial (Sudjana,
1989:197; dalam Kamil, 2012, hlm. 25).

Kursus dan pelatihan merupakan bagian dari Pendidikan Masyarakat atau PNF.
Menurut Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bahwa “Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi
masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap
untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi”.

42
LATIHAN

1. Apa itu Pendidikan masyarkat?


2. Apa isi dari Sisdiknas No. 20 Tahun 2003?
3. Sebutkam contoh dari Pendidikan masyarakat!
4. Menurut Anda apakah Pendidikan dalam masyarkat?
5. Mengapa ada Pendidikan dalam masyarakat?

43
KESIMPULAN

Menurut Mulyasa (2012: 9), perwujudan pendidikan karakter yang mengarah pada
pembentukan budaya sekolah atau school culture yaitu “nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh seluruh warga
sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitar”. Implementasi pendidikan karakter berbasis
lingkungan pada sekolah akan membentuk suatu budaya sekolah (School Culture). School
Culture merupakan 1 2 ciri khas yang dimiliki oleh setiap satuan pendidikan yaitu sekolah di
mata masyarakat luas.

Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik
berupa benda mati,makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi
masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu.
Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul.
Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan
jenis dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut.

Pengertian lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena
satu dan hal lain memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan pendidikan
itu bertugas memberi pendidikan kepada si terdidik (Marimba, 1980) . secara umum fungsi
lembaga-lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi yang memungkinkan proses
pendidikan dapat berlangsung sesuai tugas yang bebankan kepadanya karena situasi lembaga
pendidikan harus berbeda dengan situasi lembaga lain (Azra, 1998).

4. Tempat (lingkungan fisik ), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam


5. Kebudayaan (lingkungan budaya ) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa seni
ekonomi, ilmu pengetahuan, pedagang hidup dan pedagang keagamaan; dan
6. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok
bermain, desa perkumpulan dan lainnya.
Lingkungan serta lembaga pendidikan bersifat positif bilamana memberikan pengaruh
sesuai dengan arah tujuan pendidikan. Lingkungan bersifat negatif bilamana berpengaruh
secara kontradiktif dengan arah dan tujuan pendidikan sebagai contoh mendidik agama dalam
lingkungan masyarakat yang agamis dengan kehidupan masyarakat yang taat menjalankan
agama dengan sarana pribadatan yang lengkap dan memberikan dukungan positif bagi
pendidikan agama. Sebaliknya lingkungan masyaraka yang penuh dengan kejahatan serta

44
minimnya sarana/prasarana keagamaan menyebabkan anak terpengaruh dengan
lingkungannya dan akan berbuat seperti apa yang ada dalam lingkungannya.
Lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
praktek pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang
merupakan bagian dari lingkungan sosial (Kunaryo, 1999:62). Ada tiga lingkungan
pendidikan yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Menurut (Slameto, 2003:60) yang merupakan bagian dari lingkungan pendidikan yang
berpengaruh terhadap proses belajar dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu: lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan pribadi dan perkembangan


anak dalam rangka men- capai kemandirian dan per-kembangan optimal dalam kehidupan-
nya. Karena keluarga sebagai lingkungan pendidikan primer dan utama amat besar peranan-
nya, maka keluarga itu mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Makna dan corak fungsi-fungsi itu
serta penerapannya di- pengaruhi oleh kebudayaan sekitar dan intensitas keluarga dalam turut
sertanya dengan kebudayaan dan lingkungannya. Berkaitan dengan fungsi dan peran keluarga
dalam mendidik anaknya, Sudar- dja Adiwikarta (1988:70) mengungkap- kan bahwa keluarga
merupakan lokasi terselenggaranya pendidikan. Pengaruh edukatif keluarga tidak hanya
terdapat pada anak-anak kecil, melainkan juga pada seluruh anggota keluarga, termasuk anak-
anak yang sudah bersekolah, pe- muda-pemuda yang masih tinggal ber- sama keluarga, dan
orang dewasa sendiri yang menjadi pemimpin keluarga itu, bahkan mungkin orang lain yang
berada di luar lingkungan keluarga. Selanjutnya Soelaeman (1988:52-79) mengemukan
fungsi keluarga sebagai berikut:

Masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan hingga pelaksanaan pendidikannya.


Pada UU RI no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan nonformal diselengarakan bagi
warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.

Dalam pelaksanaanya pendidikan masyarakat adalah pendidikan yang menekankan


kepada kecakapan hidup seseorang sehingga yang diajarkan ialah keterampilan fungsional
untuk mengembangkan potensi peserta didik. Program-program yang diselenggarakan adalah
kebutuhan keahlian yang dibutuhkan untuk bersaing di dunia pekerjaan. Pendidikan
masyarakat terdiri dari Pendidikan kecakapan hidup, Pendidikan pemberdayaan perempuan,

45
Pendidikan keaksaraan, Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, Pendidikan kesetaraan,
dan Pendidikan lainnya.

46
DAFTAR PUSTAKA

Abd.Kadir,dkk.2012. Dasar-DasarPendidikan.Jakarta. KencanaPrenada Media Grup.

Ardhana, Wayan. (Ed.). 1986. Dasar-Dasar Kependidikan. Malang: FIP IKIP Malang. Munib
Achmad, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang. UPT MKK UNNES
Din Wahyudin,dkk.2007. PengantarPendidikan. Jakarta. Universitas Terbuka
Drs.UyohSadulloh. M.Pd,dkk. 2013.Pedagogik (IlmuMendidik). Bandung. Alfabeta

La Sulo, Sulo Lipu. 1990. Penelaahan Kurikulum Sekolah. Ujung Pandang: FIP IKIP
Ujung Pandang.

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

47

Anda mungkin juga menyukai