Puji syukur atas kehadirat Allah Swt karena berkat dan rahmat-Nyalah buku
ajar ini terselesaikan. Semoga sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya
diakhirat nanti. Secara khusus, buku ini hadir dihadapan pembaca karena diniati
untuk memenuhi bahan bacaan pada perkuliahan Pedagogi di Universitas Dharmas
Indonesia.
Buku ajar mata kuliah ini ditulis berdasarkan pada analisis kebutuhan mendasar
pentingnya buku ajar khususnya usia anak Sekolah Dasar sebagai penunjang
kelancaran sistem pendidikan. Pentingnya buku ajar untuk memudahkan guru dan
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam bahan ajar ini, untuk itu kritik dansaran terhadap buku ajar ini
sangat diharapkan. Semoga buku ajar ini dapat memberi manfaat bagi mahasiswa
Universitas Dharmas Indonesia dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
A. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
tahu memiliki artiantara lain mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dan
sebagainya), mengenal dan mengerti. Mubarak (2011), mendefinisikan pengetahuan
sebagai segala sesuatu yang diketahui berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan
pengetahuan akan bertambah sesuai dengan proses pengalaman yang dialaminya.
Menurut Bloom, Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidakdidasari
oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003; Suwanti dan Aprilin, 2017).
Pengetahuan adalah hasil kegiatan ingin tahu manusia tentang apa saja melalui
cara-cara dan dengan alat-alat tertentu. Pengetahuan ini bermacam-macam jenis dan
sifatnya, ada yang langsung danada yang tak langsung, ada yang bersifat tidak tetap
(berubah-ubah), subyektif, dan khusus, dan ada pula yang bersifat tetap, obyektif dan
umum. Jenis dan sifat pengetahuan ini pengetahuan ini tergantung kepada sumbernya
dan dengan cara dan alat apa pengetahuan itu diperoleh, serta ada pengetahuan yang
benar dan ada pengetahuan yang salah. Tentu saja yang dikehendaki adalah
pengetahuan yang benar (Suhartono, 2007; Suwanti dan Aprilin, 2017). Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003;
Suwanti dan Aprilin, 2017)
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang
tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.
Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan
objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap positif terhadap objek tertentu.
Menurut teori WHO (World Health Organization), salah satu bentuk objek kesehatan
dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan,
2010; Fatim dan Suwanti, 2017). Pengetahuan merupakan suatu istilah yang digunakan
untuk menuturkan hasil pengalaman seseorang tentang sesuatu. Dalam tindakan
mengetahui selalu kita temukan dua unsur utama yaitu subjek yang mengetahui (S) dan
sesuatu yang diketahui atau objek pengetahuan (O). Keduanya secara fenomenologis
tidak mungkin dipisahkan satu dari yang lain. Karena itu pengetahuan dapat kita
katakan sebagai hasil tahu manusia tentang sesuatu atau perbuatan manusia untuk
memahami objek yang sedang dihadapi (Kebung, 2011).
Pengetahuan merupakan justified true believe. Seorang individu membenarkan
(justifies) kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan observasinya mengenai dunia.
Jadi bila seseorangmenciptakan pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu
situasi baru dengan cara berpegangpada kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam
definisi ini, pengetahuan merupakan konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu
yang benar secara abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi
dari fakta-fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit
disederhanakan atau ditiru. Penciptaaan pengetahuan melibatkan perasaan dan sistem
kepercayaan (belief sistem) dimana perasaan atau sistem kepercayaan itu bisa tidak
disadari (Fatim dan Suwanti, 2017).
B. Komponen Pengetahuan
Adapun menurut Bahm (dikutip dalam Lake et al, 2017), definisi ilmu pengetahuan
melibatkan enam macam komponen utama, yaitu masalah (problem), sikap (attitude), metode
(method), aktivitas (activity), kesimpulan (conclusion), dan pengaruh (effects).
1. Masalah (problem)
Ada tiga karakteristik yang harus dipenuhi untuk menunjukkan bahwa suatu masalah
bersifat scientific, yaitu bahwa masalah adalah sesuatu untuk dikomunikasikan, memiliki sikap
ilmiah, dan harus dapat diuji.
2. Sikap (attitude)
Karakteristik yang harus dipenuhi antara lain adanya rasa ingin tahu tentang sesuatu;
ilmuwan harus mempunyai usaha untuk memecahkan masalah; bersikap dan bertindak
objektif, dan sabar dalam melakukan observasi.
3. Metode (method)
Metode ini berkaitan dengan hipotesis yang kemudian diuji. Esensi science terletak pada
metodenya. Science merupakan sesuatu yang selalu berubah, demikian juga metode, bukan
merupakan sesuatu yang absolut atau mutlak.
4. Aktivitas (activity)
Science adalah suatu lahan yang dikerjakan oleh para scientific melalui scientific
research, yang terdiri dari aspek individual dan sosial.
5. Kesimpulan (conclusion)
Science merupakan a body of knowledge. Kesimpulan yang merupakan pemahaman
yang dicapai sebagai hasil pemecahan masalah adalah tujuan dari science, yang diakhiri dengan
pembenaran dari sikap, metode, dan aktivitas.
6. Pengaruh (effects)
Apa yang dihasilkan melalui science akan memberikan pengaruh berupa pengaruh ilmu
terhadap ekologi (applied science) dan pengaruh ilmu terhadap masyarakat dengan
membudayakannya menjadi berbagai macam nilai.
Ilmu pengetahuan lahir dari pengembangan suatu permasalahan (problems) yang dapat
dijadikan sebagai kegelisahan akademik. Atas dasar problem, para ilmuwan memiliki suatu
sikap (attitude) untuk membangun metode-metode dan kegiatankegiatan (method and activity)
yang bertujuan untuk melahirkansuatu penyelesaian kasus (conclusions) dalam bentuk teori-
teori, yang akan memberikan pengaruh (effects) baik terhadap ekologi maupun terhadap
masyarakat.
C. Jenis Pengetahuan
Pengetahuan memiliki beragam jenis (Suriasumantri, 2007; Kebung, 2011).
Berdasarkan jenis pengetahuan itu sendiri, pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi
:
b. Tahu bagaimana
Misalnya bagaimana melakukan sesuatu (know-how). Ini berkaitan dengan
ketrampilan atau keahlian membuat sesuatu. Sering juga dikenal dengan nama pengetahuan
praktis, sesuatu yang memerlukan pemecahan, penerapan dan tindakan.
c. Tahu akan
Pengetahuan ini bersifat langsung melalui penganalan pribadi. Pengetahuan ini juga
bersifat sangat spesifik berdasarkan pengenalan pribadi secara langsung akan obyek. Ciri
pengetahuan ini ialah bahwa tingkatan obyektifitasnya tinggi. Namun juga apa yang dikenal
pada obyek ditentukan oleh subyek dan sebab itu obyek yang sama dapat dikenal oleh dua
subyek berbeda. Selain dari itu subyek juga mampu membuat penilaian tertentu atas
obyeknya berdasarkan pengalamannya yang langsung atas obyek. Di sini keterlibatan
pribadi subyek besar. Juga pengetahuan ini bersifat singular, yaitu berkaitan dengan barang
atau obyek khusus yang dikenal secara pribadi.
d. Tahu mengapa
Pengetahuan ini didasarkan pada refleksi, abstraksi dan penjelasan. Tahu mengapa ini
jauh lebih mendalam dari pada tahu bahwa, karena tahu mengapa berkaitan dengan
penjelasan (menerobos masuk di balik data yang ada secara kritis). Subyek berjalan lebih
jauh dan kritis dengan mencari informasi yang lebih dalam dengan membuat refleksi lebih
mendalam dan meniliti semua peristiwa yang berkaitan satu sama lain. Ini adalah model
pengetahuan yang paling tinggi dan ilmiah.
D. Sumber Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh melalui proses kognitif, dimana seseorang harus mengerti
atau mengenali terlebih dahulu suatu ilmu pengetahuan agar dapat mengetahui
pengetahuan tersebut. Kebung (2011) mengatakan bahwa ada enam hal penting sebagai
alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan. Enam hal itu antara lain :
4. Intuisi (Intution)
Intuisi merupakan kemampuan yang ada dalam diri manusia (proses kejiwaan)
untuk menangkap sesuatu atau membuat pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan
Intuitif tidak dapat dibuktikan seketika atau lewat kenyataan karena tidak ada
pengetahuan yang mendahuluinya. Lawan dari pengetahuanintuitif adalah
pengetahuan diskursif. Pengetahuan ini tidak diperoleh secara langsung dan
sekonyong-konyong, tetapi tergantung pada banyak aspek lain. Dengan kata lain saya
sampai pada pengetahuan karena sekian banyak mediasi yang sudah saya lewati
Pengetahuan Intuitif (Intuitive Knowledge) diperoleh manusia dari dalam dirinya
sendiri, padasaat dia menghayati sesuatu. Untuk memperoleh intuitif yang tinggi,
manusia harus berusaha melaluipemikiran dan perenungan yang konsisten terhadap
suatu objek tertentu. Intuitif secara umum merupakan metode untuk memperoleh
pengetahuan tidak berdasarkan penalaran rasio, pengalaman, dan pengamatan indera.
Misalnya, pembahasan tentang keadilan. Pengertian adil akan berbeda tergantung akal
manusia yang memahami. Adil mempunyai banyak definisi, disinilah intusi berperan.
5. Wahyu (Relation)
Wahyu adalah pengetahuan yang diperoleh dari ilahi lewat para nabi dan
utusan-Nya demi kepentingan umat-Nya. Dasar pengetahuan adalah kepercayaan
akan sesuatu yang disampaikan oleh sumber wahyu itu sendiri. Dari kepercayaan ini
muncullah apa yang disebut keyakinan
Pengetahuan Wahyu (Revealed Knowledge) diperoleh manusia atas dasar
wahyu yang diberikan oleh tuhan kepadanya. Pengetahuan wahyu bersifat eksternal,
artinya pengetahuan tersebut berasal dari luar manusia. Pengetahuan wahyu lebih
banyak menekankan pada kepercayaan.
6. Keyakinan (faith)
Kepercayaan menghasilkan apa yang disebut iman atau keyakinan.
Keyakinan itu mendasarkan diri pada ajaran-ajaran agama yang diungkapkan lewat
norma-norma dan aturan-aturanagama. Keyakinan juga dilihat sebagai kemampuan
kejiwaan yang merupakan pematangan dari kepercayaan. Kepercayaan pada
umumnya bersifat dinamis dan mampu menyesuaikan diri dengan konteks, padahal
keyakinan pada umumnya bersifat statis.
3. Kritisisme
Tiga macam pengetahuan, pertama, pengetahuan analitis, dimana predikat sudah
termuatdalam subyek atau predikat diketahui melalui dua analisis subyek. Misalnya,
lingkaran itu bulat. Kedua, pengetahuan sintesis a posteriori, dalam mana predikat
dihubungkan dengan subyek berdasarkan pengalaman inderawi. Sebagai missal, hari
ini sudah hujan, merupakan suatu hasil pengamatan inderawi. Dengan kata lain setelah
membuat observasi saya mengatakan S = P, ketiga, pengetahuan sintesis a priori yang
menegaskan bahwa akal budi dan pengalaman inderawi dibutuhkan secara serempak.
Ilmu pasti juga ilmu alam bersifat sintesis a priori.
4. Positivisme
Positivisme selalu berpangkal pada apa yang telah diketahui, yang faktual dan
positif. Semua yang diketahui secara postif adalah semua gejala atau sesuatu yang
tampak. Karena itu mereka menolak metafisika. Yang paling penting adalah
pengetahuan tentang kenyataan dan menyelidiki hubungan-hubungan antar kenyataan
untuk bisa memprediksi apa yang akan terjadi di kemudian hari, dan bukannya
mempelejarai hakikat atau makna dari semua kenyataan itu.Tokoh utama positivism
adalah August Comte. Ia membagi perkembangan pemikiran manusia dalam tiga tahap,
yaitu tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap ilmiah (positif).
F. Tingkatan Pengetahuan
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan yang mengupas
mengenai konsep pengetahuan dan mengenalkan konsep Taksonomi Bloom (Susanti,
2013).
1. Pengetahuan Dalam Ranah Kognitif
Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang
telah dipelajari,yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh
pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.
Tujuan pembelajaran dalam ranah kognitif (intelektual) atau yang menurut Bloom
merupakan segala aktivitas yang menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai
dengan jenjang terendah sampai tertinggi yang dilambangkan dengan C (Cognitive)
yaitu :
a. C1 (Pengetahuan/Knowledge)
Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali materi
yang telah dipelajari, seperti pengetahuan tentang istilah, fakta khusus, konvensi,
kecenderungan dan urutan, klasifikasi dan kategori, kriteria serta metodologi. Tingkatan
atau jenjang ini merupakan tingkatan terendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan
selanjutnya. Di jenjang ini, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan dengan
hapalan saja. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah :
mengutip, menyebutkan, menjelaskan, menggambarkan, membilang, mengidentifikasi,
mendaftar, menunjukkan, memberi label, memberi indeks, memasangkan, menamai,
menandai, membaca, menyadari, menghafal, meniru, mencatat, mengulang,
mereproduksi, meninjau, memilih, menyatakan, mempelajari, mentabulasi, memberi
kode, menelusuri, dan menulis.
b. C2 (Pemahaman/Comprehension)
Pada jenjang ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami
materi tertentu yang dipelajari. Kemampuan-kemampuan tersebut yaitu :
1. Translasi (kemampuan mengubah simbol dari satu bentuk ke bentuk lain)
2. Interpretasi (kemampuan menjelaskan materi)
3. Ekstrapolasi (kemampuan memperluas arti)
d. C4 (Analisis/Analysis)
Pada jenjang ini, dapat dikatakan bahwa analisis adalah kemampuan menguraikan
suatu materi menjadi komponen-komponen yang lebih jelas. Kemampuan ini dapat
berupa :
1. Analisis elemen/unsur (analisis bagian-bagian materi)
2. Analisis hubungan ( identifikasi hubungan)
3. Analisis pengorganisasian prinsip/prinsip-prinsip organisasi (identifikasi organisasi)
Di jenjang ini, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa
bagian menemukan asumsi, dan membedakan pendapat dan fakta serta menemukan
hubungan sebab akibat. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini
adalah : menganalisis, mengaudit, memecahkan, menegaskan, mendeteksi,
mendiagnosis, menyeleksi, memerinci, menominasikan, mendiagramkan,
mengkorelasikan, merasionalkan, menguji, mencerahkan, menjelajah, membagankan,
menyimpulkan, menemukan, menelaah, memaksimalkan, memerintahkan, mengedit,
mengaitkan, memilih, mengukur, melatih, dan mentransfer.
e. C5 (Sintesis/Synthesis)
Pada jenjang ini, sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan
mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik.
Kemampuan ini dapat berupa memproduksi komunikasi yang unik, rencana atau
kegiatan yang utuh, dan seperangkat hubungan abstrak. Di jenjang ini, peserta didik
dituntut menghasilkan hipotesis atau teorinya sendiri dengan memadukan berbagai ilmu
dan pengetahuan. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah :
mengabstraksi, mengatur, menganimasi, mengumpulkan, mengkategorikan, mengkode,
mengkombinasikan, menyusun, mengarang, membangun, menanggulangi,
menghubungkan, menciptakan, mengkreasikan, mengoreksi, merancang,
merencanakan, mendikte, meningkatkan, memperjelas, memfasilitasi, membentuk,
merumuskan, menggeneralisasi, menggabungkan, memadukan, membatas, mereparasi,
menampilkan, menyiapkan, memproduksi, merangkum, dan merekonstruksi.
f. C6 (Evaluasi/Evaluation)
Pada jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal
untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan
nilai suatu ide, kreasi, cara atau metode. Pada jenjang ini seseorang dipandu untuk
mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru serta cara
baru yang unik dalam analisis dan sintesis. Menurut Bloom paling tidak ada 2 jenis
evaluasi yaitu :
1. Evaluasi berdasarkan bukti internal
2. Evaluasi berdasarkan bukti eksternal
b. Responding/Menanggapi
Kategori ini berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau
merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Atau
dapat pula dikatakan bahwa menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan
adanya partisipasi aktif untukmengikutsertakan dirinya dalam fenomena tertentu
dan membuat reaksi terhadapnya dengan salahsatu cara. Hal ini dapat dicontohkan
dengan menyerahkan laporan tugas tepat pada waktunya. Kata kerja operasional
yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : menjawab, membantu, mengajukan,
mengompromi, menyenangi, menyambut, mendukung, menyetujui, menampilkan,
melaporkan, memilih, mengatakan, memilah, dan menolak.
c. Valuing/Penilaian
Kategori ini berkenaan dengan memberikan nilai, penghargaan dan
kepercayaan terhadap suatu gejala atau stimulus tertentu. Peserta didik tidak hanya
mau menerima nilai yang diajarkan akan tetapi berkemampuan pula untuk menilai
fenomena itu baik atau buruk. Hal ini dapat dicontohkan dengan bersikap jujur
dalam kegiatan belajar mengajar serta bertanggungjawabterhadap segala hal selama
proses pembelajaran. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini
adalah : mengasumsikan, meyakini, melengkapi, meyakinkan, memperjelas,
memprakarsai, mengundang, menggabungkan, mengusulkan, menekankan, dan
menyumbang.
d. Organization/Organisasi/Mengelola
Kategori ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta
pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki. Hal ini dapat dicontohkan
dengan kemampuan menimbang akibat positif dan negatif dari suatu kemajuan sains
terhadap kehidupan manusia. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam
kategori ini adalah : menganut, mengubah, menata, mengklasifikasikan,
mengombinasi, mempertahankan, membangun, membentuk pendapat,memadukan,
mengelola, menegosiasikan, dan merembuk.
e. Characterization/Karakteristik
Kategori ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Proses internalisais nilai menempati urutan tertinggi dalam hierarki nilai. Hal ini
dicontohkan dengan bersedianya mengubah pendapat jika ada bukti yang tidak
mendukung pendapatnya. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori
ini adalah : mengubah perilaku, berakhlak mulia, mempengaruhi, mendengarkan,
mengkualifikasi, melayani, menunjukkan, membuktikan dan memecahkan.
b. Memanipulasi
Kategori ini merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan serta
memilih apa yang diperlukan dari apa yang diajarkan. Kata kerja operasional yang
dapat dipakai dalam kategori ini adalah : mengoreksi, mendemonstrasikan,
merancang, memilah, melatih, memperbaiki, mengidentifikasikan, mengisi,
menempatkan, membuat, memanipulasi, mereparasi,dan mencampur.
c. Pengalamiahan
Kategori ini merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal yang diajarkan
dan dijadikan sebagai contoh telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan
yang ditampilkan lebih meyakinkan. Kata kerja operasional yang dapat dipakai
dalam kategori ini adalah : mengalihkan, menggantikan, memutar, mengirim,
memindahkan, mendorong, menarik, memproduksi, mencampur, mengoperasikan,
mengemas, dan membungkus.
d. Artikulasi
Kategori ini merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu
keterampilan yang lebih kompleks terutama yang berhubungan dengan gerakan
interpretatif. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah :
mengalihkan, mempertajam, membentuk, memadankan, menggunakan, memulai,
menyetir, menjeniskan, menempel, mensketsa, melonggarkan, dan menimbang.
1. Faktor Internal
a. Usia
Menurut Hurlock (dikutip dalam Lestari, 2018), usia adalah umur individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang
yang belum tinggi kedewasaannya. Usia merupakan hal yang memberikan pengaruh
pada daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia maka
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir seseorang, sehingga seseorang
akan semakin mudah dalam menerima informasi (Rohani, 2013). Umur
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Dengan
bertambahnya umur individu, daya tangkap dan pola pikir seseorang akan lebih
berkembang, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik
b. Jenis kelamin
Pada pertengahan abad ke-19, para peneliti dapat membedakan perempuan dan
laki-laki hanya dengan melihat otaknya, meski penelitian terbaru menyebutkan
bahwa otak secara fisik tidakada perbedaan antara otak perempuan dan laki-laki.
Namun, menurut penelitian yang dilakukan Verma, menemukan adanya perbedaan
signifikan antara sirkuit otak perempuan dan laki-laki, bahkan ketika mereka
melakukan hal yang sama. Pada tahun 2015, Tel Aviv University melakukanriset
yang menarik dalam membandingkan otak laki-laki dan perempuan. Para peneliti
melakukan riset terhadap 1400 orang pada lokasi gray matter di otak. Peneliti
menyebutkan pola berpikir ini sebagai brain road maps. Dari penelitian ini, cara kerja
otak perempuan dan laki-laki ini disebut sebagai female end zone dan male end zone.
Perempuan lebih sering menggunakan otak kanannya, hal tersebut yang
menjadi alasan perempuan lebih mampu melihat dari berbagai sudut pandang dan
menarik kesimpulan. Masih berdasarkan penelitian Ragini Verma, otak perempuan
lebih bisa mengaitkan memori dan keadaan sosial, ini yang menjadi alasan
perempuan lebih sering mengandalkan perasaan. Menurut kajian Tel Aviv,
perempuan dapat menyerap informasi lima kali lebih cepat dibandingkan laki-laki.
Ini menjadi alasan perempuan lebih cepat menyimpulkan sesuatu dibanding laki-laki.
Berbeda dengan perempuan, laki-laki memiliki kemampuan motorik yang jauh
lebih kuat dibandingkan perempuan. Kemampuan ini dapat digunakan untuk kegiatan
yang memerlukankoordinasi yang baik antara tangan dan mata. Ini menjadi salah satu
alasan laki-laki lebih baik dalam olahraga yang mengandalkan lempar-melempar
bola.
Menurut Daniel Amen, otak laki-laki 10% lebih besar dibanding perempuan,
tetapi bukan berarti laki-laki menjadi lebih pintar dibandingkan dengan perempuan.
Ukuran otak tidak mempengaruhi kepintaran atau pun IQ seseorang. Menurut
Witelson, otak laki-laki lebih rentan dibandingkan dengan otak perempuan. Selain
itu, otak laki-laki mengalami perubahan seksual yang dipengaruhi oleh hormon
testosteron. Meskipun biasanya ukuran otak laki-laki lebih besar dibanding ukuran
otak perempuan, faktanya hippocampus pada perempuan lebih besar dibanding laki-
laki. Hippocampus adalah bagian otak yang menyimpan memori, salah satu alasan
perempuan bisa mengolah informasi lebih cepat seperti yang sudah disebutkan di atas.
2. Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia
untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan merupakan hal
yang sangat penting sebagai sarana untuk mendapatkan informasi misalnya di bidang
kesehatan sehingga memberikan pengaruh positif bagi kualitas hidup seseorang.
Pendidikan mempengaruhi seseorang untuk berperan serta dalam pembangunan dan
umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin mudah dalam
menerima informasi. Seseorang yang menempuh pendidikan jenjang pendidikan
formal, akan terbiasa untuk berpikir secara logis dalam menghapi sesuatu
permasalahan. Hal ini dikarenakan dalam proses pendidikan formal, individu akan
diajarkan untuk mengidentifikasi masalah, menganalisa suatu permasalahan dan
mencoba untuk memecahkan atau mencari solusi atas suatu permasalahan.
b. Pekerjaan
Pekerjaan pada dasarnya merupakan aktivitas yang dilakukan manusia baik
untuk mendapatkan gaji (salary) atau kegiatan yang dilakukan untuk mengurus
kebutuhannya seperti mengerjakan pekerjaan rumah atau yang lainnya. Lingkungan
pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Adakalanya pekerjaan yang
dilakukan seorang individu akan memberikan kesempatan yang lebih luas kepada
individu untuk memperoleh pengetahuan atau bisa juga aktivitas pekerjaan yang
dimiliki malah menjadikan individu tidak mampu mengakses suatu informasi.
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sebagai cara untuk
mendapatkan kebenaran dengan mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh di
masa lalu untuk memecahkan masalah. Pengalaman merupakan suatu kejadian yang
dialami seseorang pada masa lalu. Pada umumnya semakin banyak pengalaman
seseorang, semakin bertambah pengetahuan yang didapatkan. Dalam hal ini,
pengetahuan ibu yang pernah melahirkan seharusnya lebih tinggi daripada
pengetahuan ibu yang belum melahirkan sebelumnya.
d. Sumber informasi
Salah satu faktor yang dapat memudahkan individu dalam memperoleh
pengetahuan yaitu dengan cara mengakses berbagai sumber informasi yang ada di
berbagai media. Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini, semakin memudahkan
bagi seseorang untuk bisa mengakses hampir semua informasi yang dibutuhkan.
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas. Pada umumnya semakin mudahmemperoleh informasi
semakin cepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
e. Minat
Minat akan menuntun seseorang untuk mencoba dan memulai hal baru sehingga pada
akhirnya akan mendapatkan pengetahuan yang lebih dari sebelumnya. Minat atau
passion akan membantu seseorang dan bertindak sebagai pendorong guna pencapaian
sesuatu hal / keinginan yang dimiliki individu. Minat merupakan suatu keinginan
yang tinggi terhadap sesuatu hal. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan
menekuni, sehingga seseorang memperoleh pengetahuanyang lebih mendalam.
f. Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada didalam lingkungan tersebut.
Contohnya, apabila suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan,
maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap menjaga kebersihan
lingkungan.
g. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap
dalam menerima informasi. Seseorang yang berasal dari lingkungan yang tertutup
seringkali sulit untuk menerima informasi baru yang akan disampaikan. Hal ini
biasanya dapat ditemui pada beberapa komunitas masyarakat tertentu.
I. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menayakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang yang
ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikandengan tingkat pengetahuan responden
yang meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun
pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum
dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif, misalnya jenis
pertanyaan essay dan pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda,
(multiple choice), betul-salah dan pertanyaan menjodohkan (Wardani, 2011).
Latihan!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengetahuan!
2. Sebutkan tiga kegunaan ilmu beserta penjelasannya!
3. Apa pengertian dari ilmu?
4. Ilmu mempunyai tiga aspek dan jelaskan!
5. Jelaskan ilmu sebagai suatu cara berpikir!
BAB II
a. Pengenalan
b. Metode
Metode untuk mengembangkan “ilmu pengetahuan” ada dua, yaitu: (1) induksi
intuitif yaitu mulai dari fakta untuk menyusun hukum (pengetahuanuniversal); (2)
deduksi (silogisme) yaitu mulai dari pengetahuan universal menuju fakta-fakta.
2. Periode Kedua (abad 17 Masehi)
Cara berpikir abad 17 mengkonstruksi suatu model yang dapat diuji coba secara
empiris, sehingga memerlukan adanya laboratorium. Ujicoba menjadi penting, untuk itu
harus membuat eksperimen. Ini berarti mempergunakan pendekatan matematis dan
pendekatan eksperimental. Pada periode ini , tokohnya yang terkenal, diantaranya:
a. Rene Descartes (1596-1650) dengan ungkapan yang terkenal, yaitu Cogito Ergo
Sum, yang artinya karena aku berpikir maka aku ada. Ungkapan Cogito Ergo Sum
adalah sesuatu yang pasti, karena berpikir bukan merupakan khayalan. Menurut
Descartes pengetahuan tentangsesuatu bukan hasil pengamatan melainkan hasil
pemeriksaan rasio.Untuk mencapai sesuatu yang pasti menurut Descartes kita harus
meragukan apa yang kita amati dan kita ketahui sehari-hari. Pangkal pemikiran
yang pasti menurut Descartes dikemukakan melalui keragu-raguan. Keragu-raguan
menimbulkan kesadaran, kesadaran ini beradadi samping materi.
Ada berbagai macam definisi atau pengertian dari ilmu, yaitu: Ilmumerupakan kata
yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima– ya’lamu-’ilman. yang berarti tahu
atau mengetahui, sementara itusecara istilah ilmu diartikan sebagai Idroku syain bi
haqiqotih (mengetahui sesuatu secara hakiki).
Dalam bahasa Inggris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, berasal dari
bahasa latin; dari kata Scio, atau Scire yang berarti tahu. Secara umum diartikan Ilmu
tapi sering juga diartikandengan Ilmu Pengetahuan. Kata science di-Indonesia-kan
menjadi sains.
Mulyadi Kartanegara mengatakan, terutama sebelum abad ke-19, Ilmu dan sains
tidak berbeda, tetapi setelah itu sains lebih terbataspada bidang-bidang fisik atau
inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti
metafisika.
Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag dalam bukunya “The Fabric of Society”
menulis bahwa science is empirical, rational, general, and cummulative and it is all
four at once. Artinya ilmu memiliki kriteria empiris, rasional, umum, kumulatif, dan
keempatnya serentak terpenuhi.
a. pengalaman (emperi) timbul faham atau aliran yang disebut empirisme . yaitu faham
yang menyusun teorinya berdasarkan pada empiri atau pengalaman. Tokoh-tokoh aliran
ini misalnyaDavid Hume, John Locke , dan Berkley. Metode yang digunakan aliran
emperisme adalah induksi,
b. akal (ratio); muncul faham rasionalisme. Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah
dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan
akal. Tokoh- tokoh aliran ini misalya Spinoza, Rene Descartes. Rasionalisme
menggunakan metode deduksi. Immanuel Kant adalah tokoh yang mensintesakan
faham empirisme dan rasionalisme. Kedua aliran tersebut dalam perkembangannya
menjadi science (sains) lebih terbatas padabidang-bidang fisik atau inderawi.
c. intuisi; adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip
denganinsting.
d. wahyu; Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat
perantara para nabi atau rasul.
Menurut Immanuel Kant apa yang dapat kita tangkap dengan panca indera itu hanya
terbatas pada gejala atau fenomena, sedang substansi yang ada di dalamnya tidak dapat
kita tangkap dengan panca indera yang disebut nomenon. Yang dapat kita ketahui atau
dengan kata lain dapat kita tangkap dengan panca indera adalah hal-hal yang berada di
dalam ruang dan waktu. Yang berada di luar ruang dan waktu adalah di luar jangkauan
panca indera kita, itu terdiri dari :
Ciri umum dari kebenaran ilmu pengetahuan yaitu bersifat Rasional, Empiris, dan
Sementara; Rasional artinya kebenaran itu ukurannya akal. Empiris artinya ilmu itu
berdasarkan kenyataan. Sementara, artinya dapat dibantah apabila ditemukan teori-
teori atau bukti-buktiyang baru.
F. Objek Ilmu Pengetahuan
2. Meramalkan (prediction).
3. Mengendalikan (controlling).
b. Objektif, sesuai dengan objek yang dikaji dan didukung oleh faktaempiris.
4) Kebenaran yang diakui oleh pengetahuan bersifat tetap, sedang kebenaran dalam
ilmu pengetahuan selalu diusik oleh pengujian kritis. Kebenaran dalam ilmu
pengetahuan selalu dihadapkan pada pengujian melalui observasi maupun
eksperimen dan sewaktu-waktu dapat diperbaharui atau diganti.
5) Perbedaan selanjutnya terletak pada segi bahasa yang digunakan untuk
memberikan penjelasan pengungkapan fakta. Istilah dalam common sense
biasanya mengandung pengertian ganda dan samar-samar. Sedang ilmu
pengetahuan merupakan konsep-konsep yang tajam yang harus dapat diverifikasi
secara empirik.
6) Perbedaan yang mendasar terletak pada prosedur. Ilmu pengetahuan berdasar pada
metode ilmiah. Dalam ilmu pengetahuan alam (sains), metoda yang dipergunakan
adalah metoda pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Sedang ilmu
sosial dan budaya juga menggunakan metode pengamatan, wawancara,
eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Dalamcommon sense cara mendapatkan
pengetahuan hanya melalui pengamatan dengan panca indera. bertujuan untuk
menyempurnakan teori yang telah ada yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Sedang common sense tidak memberikan penjelasan (eksplanasi) yang
sistematis dari berbagai fakta yang terjalin. Di samping itu, dalam common sense
cara pengumpulan data bersifat subjektif, karena common sense sarat dengan
muatan-muatan emosi dan perasaan.
b. Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material. Definisi ini tidak dapat
diterima karena ilmu pengetahuan tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat materi.
c. Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental. Definisi ini tidak dapat diterima
karena ilmu pengetahuan tidak hanya hasil/metode eksperimental semata, tetapi
juga hasil pengamatan, wawancara. Atau dapat dikatakan definisi ini tidak
memberikan tali pengikat yang kuat untukmenyatukan hasil eksperimen dan hasil
pengamatan (Ziman J. dalam Qadir C.A.,1995).
Ilmu pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui kesimpulan logis dari
pengamatan empiris.
1. Sistematik; yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem.
2. Objektif; atau dikatakan pula sebagai intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka
untuk diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifatuniversal.
1. Pendekatan Kuantitatif
Landasan berpikir dari pendekatan kuantitatif adalah filsafat positivisme yang
dikembangkan pertama kali oleh Emile Durkheim (1964). Pandangan dari filsafat
positivisme ini yaitu bahwa tindakan-tindakan manusia terwujud dalam gejala-gejala
sosial yang disebut fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial tersebut harus dipelajari secara
objektif, yaitu dengan memandangnya sebagai benda, seperti benda dalam ilmu
pengetahuan alam.
Caranya dengan melakukan observasi atau mengamati sesuatu fakta sosial,untuk
melihat kecenderungan-kecenderungannya, menghubungkan dengan fakta-fakta sosial
lainnya, dengan demikian kecenderungan-kecenderungan suatu fakta sosial tersebut
dapat diidentifikasi. Penggunaan data kuantitatif diperlukan dalamanalisa yang dapat
dipertanggungjawabkan kesahihannya demi tercapainya ketepatan data dan ketepatan
pengguna model hubungan variabel bebas dan variabel tergantung (Suparlan P., 1997).
2. Pendekatan Kualitatif
Latihan!
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas
manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan
pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun
pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Manusia
mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan
kelangsungan hidup ini dan berbagai problema yang menyelimuti kehidupan.
Menurut Notoatmodjo (2003), ilmu pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Secara garis
besar menurut Notoatmodjo (2005) domain tingkat ilmu pengetahuan (kognitif)
mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui, memahami, menggunakan,
menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan
adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar,
ataupun informasi yang diterima dari orang lain.
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri ilmu (pengetahuan)
setidaknya memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya
dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan
objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek
peneliti atau subjek penunjang penelitian.cara tertentu untuk menjamin kepastian
kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan.
Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk
pada metode ilmiah.
2. Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu
harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang
ketiga.
3. Universal
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar
ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam
mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
2. Periode Islam
Tidak terbantahkan bahwa Islam sesungguhnya adalah ajaran yang sangat cinta
terhadap ilmu pengetahuan, hal ini sudah terlihat dari pesan yang terkandung dalam al-
Qur’an yang diwahyukan pertama kali kepada Nabi Muhammad saw, yaitu surat al-
‘Alaq dengan diawali kata perintah iqra yang berarti (bacalah). Gairah intelektualitas di
dunia Islam ini berkembang pada saat Eropa dan Barat mengalami titik kegelapan,
Sebagaimana dikatakan oleh Josep Schumpeter dalam buku magnum opusnya yang
menyatakan adanya great gap dalam sejarah pemikiran ekonomi selama 500 tahun,
yaitu masa yang dikenal sebagai dark ages. Masa kegelapan Barat itu sebenarnya
merupakan masa kegemilangan umat Islam, suatu hal yang berusaha disembunyikan
oleh Barat karena pemikiran ekonom Muslim pada masa inilah yang kemudian banyak
dicuri oleh para ekonom Barat.
Menurut Harun Nasution, keilmuan berkembang pada pergerakan ilmu
pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa itu
adalah ancillla theologia atau abdi agama. Atau dengan kata lain, kegiatan ilmiah
tersebut diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Agama Kristen menjadi
problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan
kebenaran sejati. Inilah yang dianggap sebagai salah satu penyebab masa ini disebut
dengan Abad gelap (dark age). Usaha-usaha menghidupkan kembali keilmuan hanya
sesekali dilakukan oleh raja-raja besar seperti Alfred dan Charlemagne. Lihat: Surajiyo,
Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia.
5. Periode Kontemporer
Zaman ini ditandai dengan adanya teknologi-teknologi canggih, dan spesialisasi
ilmu-ilmu yang semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati
kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Sebagian besar
aplikasi ilmu dan teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20.
Pada zaman ini, ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan.
Bidang fisika menjadi titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan yang
paling terkenal pada abad ke-20 adalah Albert Einstein. Ia lahir pada tanggal 14 Maret
1879 dan meninggal pada tanggal 18 April 1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein
adalah seorang ilmuwan fisika. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak
menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan
kosmologi.
Latihan!
A. Konsep pedagogik
Menurut Sadulloh (2018 : hlm 2) menyatakan bahwa Pedagogik adalah ilmu yang
mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu agar mampu mandiri
untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya sedangkan menurut Langeveld (dalam
Syaripudin & Kurniasih, 2008 hlm 8) pendidikan dalam arti yang hakiki ialah proses
pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa dan
mendidik adalah tindakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan..
Pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam
membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak
menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka menggambarkan upaya pendidikan yang
terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga. Berdasarkan
uraian di atas bahwa yang menjadi objek kajian Pedagogik adalah pergaulan pendidikan
antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa. Konsep pedagogik ini
merupakan suatu pendidikan anak yang didapatkan dari seorang guru untuk dapat
mengembangkan kepribadian anak didiknya agar dapat melatih dan mengembangkan
mental anak didik juga keterampilannya sehingga seorang anak mampu untuk
menghadapi permasalahannya.
Dengan kata lain, seni sangat erat hubungannya dengan upacara keagamaan yang
disebut juga dengan “kesenian”. pendidikan dapat dipelajari melalui ilmu pendidikan
tetapi praktek pendidikan atau mendidik adalah sebuah seni karena praktek pendidikan
melibatkan perasaan dan nilai yang diluar daerah ilmu. Seni pendidikan merupakan
keterampilan jenius yang tidak dimiliki oleh banyak orang karena hanya beberapa orang
saja yang memilikinya dan mereka tidak dapat menjelaskan secara sistematis. Oleh
karena itu sebagai seorang pendidik kita harus memiliki kreatifitas yang tinggi
dibandingkan anak didiknya.
Praktek pendidikan diakui sebagai seni, implikasinya fungsi mendidik yang utama
adalah menghasilkan suatu karya yang utuh, unik, tidak dibuat-buat, dan setiap orang
memperoleh manfaatnya. Pengakuan pendidikan sebagai seni tidak harus
mempengaruhi pengakuan bahwa pendidikan dipelajari secara ilmiah. Idealnya,
pendidikan adalah aplikasi ilmu (ilmu pendidikan) tetapi sekaligus sebagai seni.
Dapat dirumuskan bahwa objek studi ilmu meliputi berbagai hal sebatas yang dapat
dialami manusia. Objek studi ilmu dibedakan menjadi: (1) objek material, dan (2) objek
formal. Objek material adalah seseuatu yang dipelajari oleh suatu ilmu dalam wujud
materinya, sedangkan objek formal adalah suatu bentuk yang khas atau spesifik dari
objek material yang dipelajari oleh suatu ilmu. Setiap disiplin ilmu memiliki objek
material dan objek formal tertentu. Beberapa disiplin ilmu mungkin memimiliki objek
material yang berbeda, tetapi mungkin pula mempunyai objek material yang sama.
Namun demikian, sebagai ilmu yang ototnom setiap ilmu harus mempunyai objek
formal yang spesifik dan berbeda daripada objek formal ilmu yang lainnya. Objek
meterial pedagogik adalah manusia, objek material pedagogik ini adalah sama halnya
dengan objek material psikologi, sosiologi, ekonomi dan sebagainya. Namun demikian,
pedagogik memiliki objke formal tersendiri, atau mempunya objek formal yang spesifik
dan berbeda daripada objek formal psikologi, ekonomi dan sebagainya. Objek formal
spikologi adalah proses mental dan tingkah laku manusia; objek formal ekonomi adalah
pemenuhan kebutuhan hidup manusia, melalui proses produksi, distribusi dan
pertukaran; sedangkan objek formal pedagogik adalah “fenomena pendidikan” atau
“situasi pendidikaní” (Drikarya, 1980 & Langeveld, 1980 dalam Syaripudin &
Kurniasih, 2008).
Semua disiplin ilmu dalam mempelajari objek studinya tentu menggunakan metode
ilmiah, demikian pula pedagogik. Dalam rangka operasinya, metode ilmiah dijabarkan
ke dalam metode penelitian ilmiah. Adapun metode penelitian ilmiah tersebut
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: metode penelitian kualitatif dan metode penelitian
kuantitatif. Yang tergolong metode penelitian kualitatif antara lain fenomenologi,
hermeneutika, dan etnometodologi, sedangkan yang tergolong metode penelitian
kuantitatif antara lain metode eksperimen, metode kuasi eksperimen, metode
korelasional dan sebagainya. Kelompok filsuf dan ilmuan tertentu berpendapat bahwa
metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian ilmu-ilmu kemanusiaan,
sedangkan metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmu kealaman.
Sebaliknya, pada zaman keemasan sains modern (modern science), yaitu zamah
keemasa ilmu-ilmu yang dilandasi filsafat positivisme dan pradigman Newtodian, ada
di antara para filsuf dan ilmuan yang berpendapat bawa ilmu-ilmu kealaman maupun
ilmu kemanusiaan adau ilmu sosial termasuk di dalamnya pedagogik, dalam rangka
studinya seharusnya menggunakan metode kuantitatif atau metode penelitian kealaman.
Menurut mereka, sesuatu “ilmu” (termasuk pedagogik) apabila tidak menggunakan
metode penelitian ilmu kealaman (metode kuantitatif) maka diragukan status
keilmuannya. Adapun cabang-cabang ilmu pendidikan menurut M.J. Langeveld (1992):
a. Postulat adalah pandangan mendasar yang kebenarannya diterima tanpa perlu ada
pembuktian secara empiris. Seperti manusia adalah makhluk yang perlu dan dapat
di didik serta dapat mendiidk sendiri.
b. Asumsi yaitu pendapat/ pandangan yang di dasarkan pada kerangka berfikir tertentu,
yang kebenaran pada umumnya diterima, namun masih perlu diperiksa secara
empiris.
c. Konsep, ialah serangkaian pengertian atau pendapat yang konsisten, yang dihasilkan
dari pemikiran atau pengalaman.
d. Teori adalah kumpulan konsep – konsep yang tersusun secara sistematis dalam
bentuk struktur teoritis yang pada umumnya memberi penjelasan mengapa sesuatu
gejala atau peristiwa lain terjadi.
e. Generalisasi, yaitu keismpulan umum yang ditarik berdasarkan pengalaman-
pengalaman khusus, biasanya sebagai kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
ilmiah.
f. Hukum, yaitu pernyataan atau pendapat yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
pernyataan “jika maka” yang berlaku umum bagi sekelompok gejala, sebagai hasil
gejala suatu generalisasi dari riset ilmiah.
g. Prinsip, yaitu hokum dalam bentuk pendapat yang berlaku umum bagi sekelompok
gejala tertentu, namun tidak selalu berbentuk pernyataan jika maka.
h. Model, yaitu suatu bentuk teori atau serangkaian teori.
Secara umum karakteristik ilmu adalah:
3. Bersifat Objektif
Prosedur kerja atau cara penggunaan metode dalam menemukan/meneliti sesuatu
tidak dapat tergantung pada pemahaman secara pribadi, melainkan didasarkan pada
metode yang bersifat ilmiah.
1. Bersifat Rasional
Hasil dari proses berfikir merupakan akibat dari penggunaan akal (rasio) yang
bersifat objektif.
2. Bersifat Empiris
Ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh pancaindera, ilmu sifatnya tidak
abstrak. Berdasarkan pengalaman hidup dan penelitian dapat menghasilkan ilmu.
3. Bersifat Umum
Hasil dari ilmu dapat dipergunakan oleh semua manusia tanpa kecuali. Ilmu tidak
hanya dapat dipergunakan untuk wilayah tertentu, tetapi ilmu dapat dimanfaatkan
secara makro tanpa dibatasi oleh ruang.
4. Bersifat Akumulatif
Hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian berikutnya. Ilmu
sifatnya tidak statis, setelah diperoleh ilmu tentang sesuatu, maka akan muncul ilmu-
ilmu baru lainnya.
2. Fungsi memprediksi.
Penggambaran atau penjelasan mengenai pendidikan anak sebagai suatu hasil studi
dalma pedagogik mengimplikasikan bahwa pedagogik akan dapat memberikan
prediksi-prediksi tertentu tentang apa yang mungkin terjadi dalam rangka pendidikan
anak.
3. Fungsi mengontrol.
Berdasarkan prediksi-prediksi seperti dijelaskan di atas, maka dengan pedagogik
itu dapat dilakukan kontrol (pengendalian) agar sesuatu yang baik/yang diharapkan
berkenaan dengan pendidikan anak dapat terjadi, sedangkan sesuatu yang tidak
baik/yang tidak diharapkan yang berkenaan dengan pendidikan anak tidak terjadi.
4. Fungsi mengembangkan.
Maksudnya bahwa pedagogik mempunyai fungsi untuk melanjutkan hasil
penemuan yang lalu dan berupaya untuk menghasilkan temuan-temuan yang baru.
G. Hubungan Pedagogik dengan Ilmu Lain
Pedagogik termasuk ilmu yang sifatnya teoritis dan praktis. Pedagogik
berhubungan dengan ilmu-ilmu lain karena dalam pedagogik juga mengadopsi konsep
atau teori yang berasal dari ilmu -ilmu lain dalam mempelajari fenornena pendidikan.
Misalnya, pedagogik mengadopsi teori perkembangan anak dan teori belajar dari ilmu
psikologi perkembangan; pedagogik mengadopsi filsafat tentang manusia
(antropologi), pedagogik mengadopsi interaksi sosialisasi dari aspek sosiologi, dan
sebagainya. Meskipun begitu, pedagogik disebut sebagai ilmu yang bersifat otonom,
pedagogik berperan sebagai ‘Tuan rumah”, sedangkan ilmu ilmu lain berperan sebagai
‘tamu-nya.”
Dengan demikian, tidak semua teori dari bidang ilmu lain bisa diadopsi atau
diterimanya. Oleh karena itu, ilmuwan pedagogik memiliki peranan penting untuk
memilah dan memilih konsep dan teori mana dari ilmu-ilmu lain yang tepat sesuai
dengan karakteristik keilmuan ilmu pedagogik. Setiap bidang keilmuan memiliki
pandangan terhadap konsep pendidikan masing-masing, maka masing-masing bidang
ilmu juga mempunyai tujuan atau misi dalam hal memberikan pendidikan kepada siapa
saja yang mempelajari bidang ilmu tersebut. Dalam materi masing-masing bidang
keilmuan umumnya sering kali dikaitkan atau dihubungkan suatu materi dari bidang
ilmu lainnya karena konsep pendidikan secara umum pada dasarnya merupakan
gabungan dari sudut pandang masing-masing monodisipliner yang dipandang secara
umum.
Sehingga dalam bidang pendidikan tidak membedakan antara bidang ilmu satu
dengan bidang ilmu lain. Meskipun berbeda bidang ilmu, tetapi saat terdapat korelasi
atau hubungan dengan bidang ilmu lain dapat dianalisa lebih lanjut dan berlaku konsep
pendidikan secara umum. Sebagai contoh lebih lanjut beberapa bidang keilmuan yang
berhubungan dengan pedagogik, yaitu:
Latihan!
1. Jelaskan dengan pemahamanmu tentang pengertian ilmu pengetahuan!
2. Jelaskan pengertian pedagogik sebagai ilmu pengetahuan berdasarkan pendapat ahli
dengan bahasamu sendiri!
3. Sebutkan dan jelaskan secara singkat mengenai karakteristik ilmu Pendidikan!
4. Jelaskan secara singkat mengenai fungsi keilmuan pedagogik!
5. Sebutkan dan jelaskan hubungan pedagogik dengan ilmu lainnya!
BAB VI
Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi yang penulis lakukan di sekolah
tersebut, diketahui bahwa setiap kelas rata-rata berjumlah 30 murid. Mengenai
pengetahuan dan kompetensi pedagogik guru, kepala sekolah menyampaikan salah satu
programnya ialah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), secara bergantian
perwakilan guru ditunjuk untuk mengikutinya dan setelah itu dapat membagikan
pengetahuannya kepada guru lain yang tidak ikut. Tidak ada pemberlakuan rolling kelas
setiap tahunnya, cenderung ditentukan dari kompetensi guru. Contohnya guru yang
lebih tinggi kemampuan akademiknya ditempatkan di kelas 6.
a. Pengetahuan pedagogik
1. Filsafat Pendidikan
Dalam hubungannya dengan observasi yang diadakan, maka Filsafat pendidikan
merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa pada dasarnya filsafat pendidikan
menggunakan cara kerja fisafat dan akan menggunakan hasil-hasil kajian dari filsafat,
yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang hasil realitas, pengetahuan, dan nilai,
khususnya yang berkaitan dengan praktek pelaksanaan pendidikan. Dapat disimpulkan
bahwa tenaga pendidik yang profesional adalah yang mampu mengayomi, menjadi
teladan bahkan memimpin kelas dengan manajemen yang baik sehingga mencapai
tujuan pembelajaran sesuai dengan pemikiran-pemikiran yang sudah diterapkan dalam
logika pengetahuan dan filsafat pendidikan itu sendiri. Hal tersebut tercermin dari
terciptanya suasana yang baik dalam interaksi dan penguasaan materi oleh tenaga
pendidik di kelas.
2. Psikologi Perkembangan
Di sekolah ini terlihat dimana anak- anak kelas rendah cerdas secara akademik,
namun terlihat aktif, sehingga tanpa penanganan yang tepat dari seorang tenaga
pendidik maka akan tercipta suasana yang kurang kondusif untuk belajar. Berbeda
dengan di kelas tinggi, terdapat situasi pembelajaran yang aktif, inovatif dan
menyenangkan, karena terjadi pengontrolan emosi dan intelegensi oleh tenaga pendidik
terhadap siswa didik yang mengedepankan fungsi-fungsi sosial pendidikan dalam
memahami psikologi perkembangan siswa di kelas tinggi yang mampu untuk
menemukan sebuah konsep pembelajaran yang mendukung situasi atau kegiatan belajar
mengajar di kelas tersebut.
3. Teori Belajar
Teori belajar yang digunakan dalam pembelajaran adalah Teori belajar
Konstruktivisme, teori belajar Behavioristik, teori belajar kognitif dan teori belajar
bermakna, adapun teori-teori itu digunakan untuk beberapa mata pelajaran dalam
kurikulum terpadu untuk mata pelajaran berbasis tema (tematik). Dimana melalui
hubungan antara penggunaan teori belajar dan motivasi peserta didik akan terjadi suatu
ikatan yang memicu terjadinya prestasi sebagai hasil pembelajaran.
b. Kompetensi Pedagogik
1. Identifikasi Karakteristik Anak Didik
Guru wali kelas merancang pembelajaran untuk peserta didik yang sifatnya
mandiri, melalui pembelajaran berbasis kompetensi dan dengan cara belajar secara
berkelompok, di kelas rendah hal tersebut tercermin di dalam pembelajaran SBDP
melalui pengerjaan menggambar mandiri, dan pembelajaran IPA di kelas tinggi melalui
pengerjaan LKS (Lembar Kerja Siswa). Berdasarkan pengamatan, karakteristik peserta
didik ada berbagai macam, di kelas rendah siswa-siswi yang berada di dalam kelas
cenderung aktif dan mau bekerja secara kelompok, namun ada juga peserta didik yang
duduk diam dan beberapa yang berjalan- jalan di dalam kelas sambil bermain.
Hubungan antara pengetahuan pedagogik guru dengan identifikasi karakteristik
peserta didik adalah guru mencoba menolong para siswa untuk memperoleh ilmu,
terjadi perubahan dan atau mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita, apresiasi,
dan pengetahuan yang dimilikinya. Siswa sekolah dasar dengan karakteristik khasnya,
memerlukan perhatian dan penanganan yang khusus agar dapat memanfaatkan waktu
di sekolah dengan sebaik- baiknya. Oleh karena itu, untuk memperlancar proses belajar
perlu diperhatikan manajemen pembelajarannya, baik yang terdapat dalam diri guru,
siswa maupun yang ada di luar dirinya. Proses belajar mengajar merupakan inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama.
Latihan!
1. Jelaskan permasalahan apa yang sering dihadapi dalam pembelajaran dikelas rendah!
2. Apakah kamu setuju dengan pengelompokan peserta yang heterogen (yang pintar
disatukan dengan yang kurang pintar)?
3. Jelaskan pendapatmu mengenai peranan guru dalam menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan!
4. Jika kamu sebagai guru kelas/wali kelas model pembelajaran yang seperti apa yang
akan kamu terapkan?
5. Apakah menurutmu ilmu pedagogika guru di setiap tingkatan kelas itu samafghg?
Kesimpulan
Adib, H. M. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan.
Akhyar Yusuf Lubis. 2004. Filsafat Ilmu Metodologi Posmodernis: Cimangis, Bojong
gede: Akademia.
Basuki, Heru. 2006. Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan dan Budaya.
Jakarta:
Van Meslen. 1985. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita. Jakarta: Gramedia.
Mutiatul Husna, dkk. 2017/2018. Ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah. UIN
Ar-raniry
Ahmad, Susanto. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana
Dafrizal, Jamri. 2015. Teori Belajar dan Implikasinya dalam Praktek Pendidikan. Jakarta:
Universitas
BAB II
Tujuan,Batasan dan kemungkinan pendidikan
A. Tujuan Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan sesorang.
Pendidikan lah yang menentukan dan menuntun masa depan dan arah hidup seseorang.
Walaupun tidak semua orang berpendapat seperti itu, namun pendidikan tetaplah
menjadi kebutuhan manusia nomor wahid. Bakat dan keahlian seseorang akan terbentuk
dan terasah melalui pendidikan. Pendidikan juga umumnya dijadikan tolak ukur kualitas
setiap orang.
Tetapi, definisi umum tersebut mengalami perkembangan sehingga kata pendidikan
cenderung dimaknai sebagai proses belajar mengajar peserta didik di dalam kelas atau
sekolah. Pendidikan kini lebih dipahami sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan untuk
mengembangkan potensi diri peserta didik melalui suasana belajar dan mengajar.
Melalui proses ini, diharapkan peserta didik dapat meningkatkan kecerdasan dan
keterampilannya. Serta, mengembangkan kepribadian dan akhlak mulia sesuai dengan
nilai moral yang dianut masyarakat.
1. Pengertian Pendidikan
Dalam bahasa Inggris pendidikan berarti education. Sedangkan dalam bahasa latin
berarti educatum yang berasal dari kata E dan Duco, E berarti perkembangan dari luar
dari dalam ataupun perkembangan dari sedikit menuju banyak, sedangkan Duco berarti
sedang berkembang. Dari sinilah, pendidikan bisa juga disebut sebagai upaya guna
mengembangkan kemampuan diri. Menurut Wikipedia, pendidikan ialah pembelajaran
pengetahuan, keterampilan, serta kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari
satu generasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran, penelitian serta pelatihan.
Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan ialah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang ataupun kelompok dalam upaya
mendewasakan manusia melalui sebuah pengajaran maupun pelatihan.
Sedangkan secara terminologi, istilah pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan, meliputi proses, cara, dan perbuatan mendidiknya.
Dari uraian tersebut, secara sederhana, pendidikan dapat kita pahami sebagai suatu
proses pembelajaran di mana peserta didik ditempa untuk memiliki pemahaman dan
pengetahuan terhadap suatu hal yang akan menjadikannya sebagai manusia yang kritis
dalam berpikir dan berperilaku.
Berikut pengertian pendidikan menurut para ahli Pendidikan:
1. Ahmad D. Rimba, pendidikan ialah bimbingan yang dilakukan secara sadar oleh
pendidik kepada peserta didik dengan tujuan membentuk kepribadian yang utama
secara jasmani dan rohani.
2. Martinus Jan Langeveld, pendidikan ialah upaya untuk membantu peserta didik agar
mereka mampu mengerjakan tugas kehidupan secara mandiri dan bertanggung jawab
secara oral dan susila. Dalam hal ini, pendidikan juga diartikan sebagai upaya untuk
membangun anak agar lebih dewasa.
3. Carter V. Good, pendidikan ialah sebuah upaya untuk mengembangkan kecakapan
individu, baik secara sikap maupun prilaku dalam bermasyarakat. Dengan kata lain,
pendidikan adalah proses sosial di mana lingkungan yang teroganisir seperti sekolah
dan rumah, mampu mempengaruhi seseorang untuk mengembangkan kecakapan sikap
dan prilaku dalam diri sendiri dan bermasyarakat.
4. H. H. Horne, pendidikan ialah sebuah alat di mana komunitas sosial mampu
melanjutkan keberadaan dalam mempengaruhi diri sendiri dan mempertahankan
idealisme.
5. Stella Van Petten Henderson, pendidikan ialah sebuah kombinasi antara pertumbuhan
dan pengembangan diri serta warisan sosial.
6. Gunning dan Kohnstamm, pendidikan ialah sebuah proses pembentukan dan
pembangunan hati nurani, di mana seseorang mampu membentuk serta menentukan diri
secara etis berdasarkan hati nurani.
7. Prof. H. Mahmud Yunus, menjelaskan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang
sengaja dipilih untuk membantu dan memengaruhi anak dalam rangka meningkatkan
ilmu pengetahuan, akhlak, dan jasmaninya, sehingga secara perlahan bisa
mengantarkan anak kepada cita-cita dan tujuannya yang paling tinggi. Yaitu, agar
memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukannya bisa memberi
manfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara, serta agamanya.
8. Driyarkara, berpendapat bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha dalam
memanusiakan manusia muda atau mengangkat manusia muda ke taraf yang insani.
10. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk mendapatkan kekuatan atau
sesuatu yang menguatkan bagi dirinya, serta untuk mencapai peradaban tertinggi atau
kesempurnaan bagi rohaninya.
1. program pendidikan yang terstruktur serta terencana oleh badan pemerintahan misalnya
melalui sekolah ataupun universitas
2. Pendidikan non formal ialah pendidikan yang bisa didapat melalui aktivitas kehidupan
sehari-hari yang tak terikat oleh lembaga bentukan pemerintahan, misalnya belajar
melalui pengalaman, belajar sendiri melalui buku bacaan serta belajar melalui
pengalaman orang lain.
2. Tujuan Pendidikan
Di dalam UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional pasal 3
disebutkan tentang tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang
demokratis juga bertanggung jawab.
3. Fungsi Pendidikan
Menurut pendapat Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan
fungsi yang nyata (manifest) yakni sebagai berikut:
a. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
b. Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi
kepentingan masyarakat.
c. Melestarikan kebudayaan.
d. Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut
Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
a. Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
b. Menjamin integrasi sosial.
c. Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
d. Sumber inovasi sosial.
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan dan kaitannya dengan fungsi
pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan setiap anggota masyarakat agar dapat mencari nafkah sendiri.
b. Membangun mengembangkan minat dan bakat seseorang demi kepuasan pribadi dan
kepentingan masyarakat umum.
c. Membantu melestarikan kebudayaan yang ada di masyarakat.
d. Menanamkan keterampilan yang dibutuhkan dalam keikutsertaan dalam demokrasi
a. Tujuan Umum ialah tujuan pendidikan yang dirancang secara nasional. Dalam hal ini,
Indonesia mengacu pada Pancasila sebagai landasan pendidikan nasional di Indonesia.
b. Tujuan Institusional ialah tujuan pendidikan yang dicanangkan oleh lembaga
pendidikan tertentu dan menjadi tugasnya untuk diwujudkan.
c. Tujuan Kurikuler ialah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh kurikuler
pendidikan dalam jenjang tertentu melalui bidang studi dan mata pelajaran tertentu.
d. Tujuan Instruksional ialah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh kegiatan belajar
mengajar, yaitu penguasaan materi tertentu.
1. Peserta Didik
Peserta didik adalah mereka yang belajar untuk mendapatkan pendidikan. Namun,
pada praktiknya tenaga pendidik pun mengalami proses belajar sehingga terjadi timbal
balik antara tenaga pendidik dan peserta didik.
2. Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik adalah mereka yang memberikan pendidikan atau mentransfer
pengetahuannya kepada peserta didik. Dalam hal ini, tenaga pendidik dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu;
a. Pendidik kodrati, yakni orang tua yang mendidik anak sejak lahir ke dunia.
b. Pendidik profesi, yakni guru atau tenaga pengajar di sekolah, baik di sekolah formal,
non formal, maupun informal.
3. Tujuan Pendidikan
Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada
peserta didik agar dapat mengetahui atau melakukan hal baru. Misalnya bisa berbicara,
bisa membaca dan menulis, bisa berhitung, dan lain sebagainya.
4. Isi Pendidikan
Dalam hal ini, isi pendidikan mencakup semua yang dilakukan oleh tenaga
pendidik agar peserta didik dapat memenuhi tujuan pendidikan tersebut. Dengan begitu
maka isi pendidikan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan juga
kemampuan para peserta didiknya.
5. Metode Pendidikan
Metode pendidikan adalah cara yang dilakukan oleh para tenaga pendidikan
agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Dan tentunya metodenya disesuaikan dengan
kemampuan tenaga pendidik dan juga sarana dan prasarananya.
6. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah semua hal yang berada di sekitar tempat proses
pendidikan dilakukan. Ini mencakup lingungan sosial budaya, gedung tempat
pendidikan, serta lingkungan alam.
C. Manfaat Pendidikan
Untuk memberikan manfaat pendidikan yang lebih praktis, Dr. Amin Kuneifi
Elfachmi memberikan rincian sebagai berikut:
a. Peserta didik mendapatkan ilmu yang akan mereka butuhkan di masa depan;
c. Melalui kedua hal itu, peserta didik dapat meraih cita-cita yang mereka impikan; dan
D. Jenis Pendidikan
1. Pendidikan Umum merupakan pendidikan dasar dan menengah (SD, SMP, SMA)
yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
2. Pendidikan Kejuruan merupakan jenis pendidikan yang bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja pada bidang tertentu.
3. Pendidikan Akademik adalah istilah untuk menyebut pendidikan tinggi (program
sarjana dan pascasarjana) yang tujuannya diarahkan pada penguasaan disiplin ilmu
tertentu.
4. Pendidikan Profesi ialah pendidikan tinggi yang dilakukan setelah menempuh
program sarjana, dan ditempuh dalam rangka menguasai keahlian khusus, untuk
memenuhi persyaratan pekerjaan di dunia kerja.
5. Pendidikan Vokasi merupakan jenis pendidikan tinggi yang bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik agar memiliki pekerjaan dengan keahlian tertentu yang
setara dengan program sarjana.
6. Pendidikan Keagamaan adalah sebutan untuk pendidikan dasar, menengah dan tinggi
yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menjalankan peran
tertentu yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama tertentu, seperti
menjadi ahli ilmu agama, pastor, kyai, dan sebagainya.
Maka dari itu, tak salah bila kita sebut pendidikan sangat penting bagi anak-
anak. Anak-anak yang mendapatkan pendidikan yang baik akan memiliki kesempatan
yang lebih besar untuk mengembangkan potensi mereka, membentuk nilai-nilai dan
sikap yang baik, serta mencapai tujuan dan impian mereka. Oleh karena itu, pendidikan
harus dianggap sebagai prioritas utama bagi masyarakat untuk memastikan bahwa anak
dapat berhasil di kemudian hari.
Untuk membuat pendidikan berhasil, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Berikut ini adalah beberapa faktor penting yang dapat membantu dalam keberhasilan
pendidikan.
1. Kualitas Guru
Guru yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Guru yang
kompeten dan terlatih dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan
dan potensi mereka secara maksimal. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
meningkatkan kualitas dan ketersediaan guru yang berkualitas.
2. Kurikulum yang Tepat
Kurikulum yang tepat dan relevan sangat penting dalam pendidikan. Kurikulum
yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan di masa depan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan evaluasi dan perubahan pada kurikulum secara berkala.
Kerja sama yang baik antara keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat
membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan kondusif. Melalui
kerjasama yang baik, siswa dapat memperoleh dukungan dan motivasi yang diperlukan
untuk mencapai tujuan mereka.
LATIHAN
BATAS-BATAS PENDIDIKAN
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari manusia. Pendidikan sebagai sebuah kegiatan,
proses, hasil, dan ilmu, pada dasarnya adalah usaha sadar yang dilakukan manusia seumur
hidup (life long education) guna memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai potensi dasar atau fitrah
sebagaimana diuraikan di atas harus ditumbuhkembangkan secara optimal dan terpadu melalui
proses pendidikan seumur hidup.
Batas-batas awal pendidikan yaitu batas dimana pendidikan itu dimulai. Beberapa
pendapat mengenai batas awal pendidikan:
a. Langeveld
Menurut Langeveld pendidikan itu dimulai saat anak mengenal kewibawaan, yang
dimaksud kewibawaan adalah adanya penurutan secara sukarela dari pihak anak didik pada
pendidikannya atas dasar keinsyafan dan tidak bersifat paksaan. Sebelum anak mencapai
umur tiga tahun anak belum mengenal kewibawaan itu walaupun ia menurut pada perintah
atau larangan orang tuanya (pendidik), tetapi penurutan ini tidak atas dasar keinsyafan.
b. Pendapat J. J. Rousseau
c. Al-Abdori
Menyatakan bahwa anak dimulai di didik dalam arti sesungguhnya setelah berusia 7
tahun, oleh karena itu beliau mengeritik orang tua yang menyekolahkan anaknya pada usia
yang masih terlalu muda, waktu sebelum usia 7 tahun.
Mengemukakan bahwa dikalangan ahli didik Islam berbeda pendapat tentang kapan
anak mulai dapat di didik sebagian diantara mereka mengatakan setelah anak berusia 4 tahun.
e. Athiyah Al-‘Abrasy
Mengatakan anak di didik itu dimulai setelah anak berusia 5 tahun, yaitu dengan
membaca Al-Qur’ an, mempelajari Sya’ ir, sejarah nenek moyang dan kaumnya, mengendarai
kuda dan memanggul senjata.
f. Zakiyah Derajat
Meninjau dari segi psikologi, beliau menjelaskan bahwa usia 3-4 tahun dikenal sebagai
masa pembangkang. Dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluang ketidak patuhan
yang sekaligus merupakan landasan untuk menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya. Setelah
itu anak mulai memiliki kesadaran batin atau motivasi dalam perilakunya. Di sini pula mulai
terbuka penyelenggaraan pendidikan artinya sentuhan – sentuhan pendidikan untuk menumbuh
kembangkan motivasi anak dalam perilakunya kearah-arah tujuan pendidikan.
Pendididkan itu dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan kearah
pendidikan yang nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan,
sedangkan pendidikan sesungguhnya baru terjadi kemudian.
Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak dituntut pengertian bahwa ia harus
memahami apa yang dikehendaki oleh pemegang kewibawaan dan menyadari bahwa hal yang
di ajarkan adalah perlu baginya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa diri utama dari
pendidikan yang sesungguhnya ialah adanya kesiapan interaksi edukatif antara pendidik dan
terdidik.Oleh karena itu manusia seyogyanya dibimbing dan diarahkan sejak awal
pertumbuhannya agar kehidupannya berjalan mulus. Bimbingan yang dilakukan sejak dini
mempunyai pengaruh amat besar sekali bagi kehidupan masa dewasa.
a. Batas-batas pendidikan pada peserta didik :Peserta didik sebagai manusia dapat memiliki
perbedaan, dalam kemampuan, bakat, minat, motivasi, watak, ketahanan, semangat, dan
sebagainya. Tidak semua peserta didik memiliki IQ, EQ, dan SQ yang sama
mereka berbeda-beda. Meskipun demikian batas ini belum buntu. Dengan segala
keterbatasan peserta didik mereka masih bisa menjadi pribadi yang luar biasa.
b. Batas-batas pendidikan pada pendidik :Sebagai manusia biasa, pendidik memiliki
keterbatasan-keterbatasan. Namun yang menjadi permasalahan adalah apakah
keterbatasan itu dapat ditolerir atautidak. Keterbatasan yang dapat ditolerir ialah apabila
keterbatasan itu menyebabkan tidak dapat terwujudnya interaksi antara pendidik dan
pesertadidik, misalnya pendidik yang sangat ditakuti oleh peserta didik sehingga
tidakmungkin peserta didik datang berhadapan dengannya. Pendidik yang tidak tahuapa
yang akan menjadi isi interaksi dengan peserta didik, akan menjadikan kekosongan dan
kebingungan dalam interaksi. Serta pendidik yang bermoral, termasuk yang tidak dapat
ditolerir, karena pendidikan pada dasarnya adalah usaha yang dilandasi moral.
c. Batas-batas pendidikan dalam lingkungan:Lingkungan dan sarana pendidikan merupakan
sumber yang dapat menentukan kualitas dan berlangsungnya usaha pendidikan.
d. Batas-batas pendidikan dalam sarana pendidikan :Penunjang lain yang sebenarnya hampir
menjadi kebutuhan primer dalam proses pembelajaran adalah sebuah media. Tetapi
terkadang media-media yangterbatas menyebabkan proses pembelajaran kurang
maksimal.
C. Batas-Batas yang Mempengaruhi Pendidikan
Dalam pelaksanaaan sebuah Pendidikan ada hal-hal yang membatasi.Batas-batas
Pendidikan dapat di artikan sebagai ketidak mampuan atau ketidak berdayaan Pendidikan
dalam melakukan tugas-tugas Pendidikan.Batas-batas yang mempengaruhi Pendidikan adalah
sebagai berikut:
1. Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab membimbing seorang anak
untuk mencapai kedewasaannya.Yang di maksud pendidik disini adalah orang tua dan
guru,keduanya memiliki peran yang sangat penting membantu proses pencapaian
kedewasaan anak.Orang tua tentu saja memegang peran utama dalam proses ini,karena
orang tua merupakan tempat pertama dan utama bagi seorang anak untuk berinteraksi
dengan Pendidikan Ketika anak berada disekolah,orang tua memiliki keterbatasan dalam
melakukan Pendidikan terhadap anak.Untuk itulah guru melakukan peran pengganti
sebagai orang tua yang akan melaksanakan Pendidikan bagi anak disekolah.
2. Aspek pribadi anak didik
Anak didik adalah sosok manusia/individu. Menurut Abu Ahmadi “Individu adalah
orang yang tidak tergantung pada orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang
menentukan diri sendiri dan tidak dapat dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan
keinginan sendiri”. Kondisi inilah yang membatasi sebuah pendidikan.Berhasil atau
tidaknya suatu pendidikan, sangat tergantung pada seberapa jauh anak didik mampu
menerima pendidikan yang diberikan.Anak didik harus diakui keberadaannya.Mereka
tidak bisa begitu saja diperintah untuk mengikuti keinginan kita. Kita harus dapat
memasuki dunia mereka, sehingga kita dapat mengetahui apa yang mereka inginkan dan
mereka sukai. Dengan demikian proses pendidikan akan bisa berlangsung dengan baik dan
dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Alat pendidikan
Alat pendidikan merupakan suatu perbuatan atau situasi yang dengan sengaja
diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.Alat pendidikan digunakan untuk
mendidik anak secara pedagogis. Misalnya jika seorang ibu membersihkan dan merapikan
rumah setiap hari dalam rangka memberikan kenyamanan bagi keluarganya, maka ia telah
menyediakan lingkungan pendidikan (keluarga). Jika ibu ini menggunakan kegiatan
membersihkan rumah ini untuk menasehati anaknya agar menjaga kebersihan karena
merupakan bagian dari keimanan, maka memberikan nasehat merupakan alat pendidikan,
dan kondisi rumah yang bersih merupakan alat bantu pendidikan.
Alat pendidikan menurut langeveld dipilih atas empat aspek :
a. Berhubung dengan tujuan pendidikan
b. Orang tua yang akan menggunakan alat tersebut
c. Bahan perantara (medium) tempat pemakaian alat itu ditunjukkan, berhubungan dengan
jenis bahan objek, yang hendak diolah untuk mencapai tujuan.
d. Berhubungan dengan pertanyaan, apakah akibat dari penggunaan alat tersebut.
Manakala faktor-faktor tersebut, ada yang tidak mendukung, maka disitulah sering
terjadi kendala bagi diberlangsungkannya proses pendidikan. Sebagai contoh bakat dan
minat anak yang tidak ada pada suatu bidang ajar, atau intelejensi anak yang rendah untuk
materi ajar yang memerlukan kecerdasan, atau kondisi fisik anak yang tidak mendukung
untuk mata ajar yang memerlukan kesempurnaan fisik, atau psikis anak yang labil, atau
back ground anak dari keluarga yang tidak mampu, broken home, berasal dari masyarakat
yang tidak peduli terhadap pendidikan, atau lingkungan sekolah yang diselenggarakan
berada jauh dibawah ukuran standard (baik manajemen, pembelajaran dan fasilitasnya),
maka semuanya itu menjadi pembatas bagi dilangsungkannya pendidikan bagi anak
tersebut.
b) Kemungkinan Dididik
Pada manusia ada hal-hal yang didapat secara alami dan ada pula ynag didapat secara
proses pendidikan. Hal-hal yang didapatkan secara alami contohnya adalah jenis kelamin,
bakat dan watak dari setiap individu. Sedangakan hal-hal yang didapat dari proses pendidikan
contohnya pembentukan kepribadian, sikap, norma dan lain-lain. Setiap manusia itu bersifat
unik, kemungkinan dididik itu tercapai apabila tidak dapat dikembangkan lagi kehidupan
rohaninya khususnya kehidupan moralnya.
Menurut suyitno (http://fatamorghana.wordpress.com/2009/04/11/esensi-pendidikan)
menyatakan bahwa “ada enam prinsip yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat
dididik, yaitu prinsip potensialitas, prinsip dinamika, prinsip individualitas, prinsip sosialitas,
prinsip moralitas, dan prinsip Keberagamaan atau religiusitas.”
1) Prinsip Potensialitas
Pendidikan bertujuan untuk mencapai kedewasaan. Salah satunya adalah untuk mencapai
manusia yang ideal yaitu manusia yang dapat mengambangkan seluruh potensi yang ada dalam
dirinya, manusi yang bertakwa, berakhlak, cerdas, dan lain-lain. Manusia juga memilikpotensi
yang beraneka ragam potensi berbuat baik, mematuhi norma, potensi ilmu, karya dan lain
sebagainya. Oleh sebab itu manusia akan dapat dididik karena manusia memiliki potensi untuk
menjadi manusia yang ideal.
2) Prinsip Dinamika
Pendidik diharapkan membantu peserta didik agar mampu mencapi kedewasaannya dan
menjadi manusia ideal. Sedangkan manusia itu sendiri memiliki dinamika untuk mencapai
manusia yang ideal. Manusia selalu tidak pernah puas, ia selalu mengejar apa yang menjadi
keinginannya. Ia selalu berusaha untuk menjadi manusia yang ideal baik secara
keimanan pada Tuhannya maupun antar sesama manusia. Karena itu dinamika manusia
menjadikan bahwa manusia dapat dididik.
3) Prinsip Individualitas
Pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik agar mampu menjadi dirinya
sendiri. Disamping itu peserta didik adalah seorang individu yang memiliki karakter yang
bebas dan aktif berupaya untuk menjadi dirinya sendiri. Oleh karena itu, individualitas
menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik.
4) Prinsip Sosialitas
Pendidikan berlangsung dalam interaksi antar pendidik dan peserta didik. Melalui
interaksi tersebut pengaruh pendidikan disampaikan pendidik dan diterima peserta dididik.
Hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, mereka hidup bersama dalam bermasyarakat.
Dalam kehidupan bersama ini akan terjadi huhungan timbal balik di mana setiap individu akan
menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, sosialitas menjadikan bahwa
manusia akan dapat dididik.
5) Prinsip Moralitas
Pendidikan dilaksanakan berdasarkan sistem norma-norma dan nilai yang berlaku
dimasyarakat. Di samping itu, pendidikan bertujuan agar manusia mempunyai akhlak yang
mulia dan berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat.Manusia
mampu membedakan yang baik dan yang buruk. Oleh sebab itu, dimensi moralitas menjadikan
bahwa manusia akan dapat dididik.
6) Prinsip Keberagamaan/religiusitas
Umat beragama selalu meyakini bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah
diciptakan Tuhan Yang Maha Esa. Agama yang diyakini seseorang, akan menjadi suatu acuan
berfikir dan berbuat yang sesuai dengan hukum-hukum agama, dan ini menuntun,
mengembangkan seluruh proses kehidupan manusia dan aspek sosial serta moral dalam
kehidupan di masyarakatnya. Atas dasar tersebut, jelas kiranya bahwa manusia akan
dapatdididik.
c) Nativisme
Menurut teori nativisme, anak yang baru lahir telah memiliki bakat, potensi dan sifat-
sifat tertentu yang sangat menentukan terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak tersebut.
Pendidikan lingkungan tidak berpengaruh apa apa terhadap perkembangan anak tersebut.
d) Empirisme
Menurut teori empirisme yang di pelopori oleh Jhon Locke, anak dilahirkan
diumpamakan sebagai kertas putih yang bersih, anak tidak memiliki bakat dan pembawaan
apa-apa. Teori ini disebut teori tabularasa
Lingkungan adalah faktor terpenting dalam pembentukan karakter dan kepribadian juga
potensi dirinya, anak dapat dibentuk sesuai dengan kehendak pendidiknya.
e) Naturalisme
Teori ini diperkenalkan oleh Rousseau, beliau mengatakan bahwa semua anak
mempunyai pembawaan baik, lingkungan yang akan merusak pembawaan baik mereka.
Menurut teori ini pendidikan yang diberikan akan merusak perkembangan baik anak tersebut.
f) Konvergensi
Teori ini menyebutkan bahwa pembawaan dan lingkungan pendidikan merupakan
proses yang mendukung perkembangan anak. Pembawaan dan pendidikan lingkungan
keduanya harus saling seimbang antara satu sama lain.
g) Tut wuri handayani
Konsep pendidikan ini dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Menurut beliau karakter
yang menjadi karakter seseorang akan sangan dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungannya, tergantung mana yang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku seseorang
tersebut. Tut wuri handayani berasal dari bahasa jawa. Konsep pendidikan tersebut lebih
lengkap dengan ing ngarso sung tulodo ing madya mangun karso tut wuri handayani.
Arti dari penggalan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah Ing ngarso =
didepan, sung = memberi, tulodo = contoh. Jadi pendidik harus berada didepan sebagai contoh
yang baik terhadap anak didiknya. Ing madya = di tengah-tengah, mangun = membangun, karso
= kemauan, pendidik bersama-sama berdiri ditengah-tengah anak didiknya agar senantiasa
mendorong kemauan anak didiknya. Dan tut wuri = mengikuti dari belakang, handayani =
memotivasi, pendidik diharapkan dapat melihat dan menemukan potensi yang ada pada diri
anak didik. Jadi pendidikan menurut ki Hajar Dewantara adalah hasil interaksi antara
pembawaan dan potensi dengan bakat yang dimiliki anak. Pendidik memiliki peran aktif dalam
membimbing perkembangan dan potensi anak.
D. Batas-Batas Akhir Pendidikan
Sehubungan dengan itu, perlulah suatu kehati-hatian kalau juga ingin mengatakan
bahwa sepanjang tatanan yang berlaku proses pendidikan itu mempunyai titik akhir yang
bersifat alamiah, titik akhir bersifat principal dan tecapai bila seseorang manusia muda itu dapat
berdiri sendiri dan secara mantap mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai dengan
pandangan hidupnya. Ia telah memiliki kepahaman terhadap segala pengaruh yang menerpa
kehidupan batiniyahnya dengan berpegang dan mengembalikiannya pada dasar- dasar
pedoman hidup yang kokoh. Pada kondisi yang disebutkan diatas, pendidikan sudah tidak
menjadi masalah lagi, ia telah dapat mendidik dirinya sendiri. Untuk menetapkan batas akhir
pendidikan perlu adanya criteria, bolehkah pendidikan diakhiri atau belum, antara lain :
1. Telah dapat bertindak secara merdeka untuk mandiri pribadi secara susila dan social
Arti anak didik dalam pengertian pendidikan pada umumnya ialah tiap orang
atau sekelompok orang yang menerima pengaruh dan sesorang atau sekelompok orang
yang menjalankan kegiatan pendidikan. Tetapi yang dimaksud dengan factor anak didik
menurut Binti Maunah ialah semua potensi yang ada dalam hal ini anak untuk menerima
kemungkinan-kemungkinan perangsang dari luar. Dalam hal ini semua anak itu
mempunyai potensi sendiri-sendiri yang dinamakan perlengkapan
dasar maupun perlengkapan ajar. Setiap anak potensi tersebut berbeda, baik dalam segi
kualitasnya atau dalam segi bidang-bidang potensinya.
2. Faktor si pendidik
Oleh sebab itu, factor kemampuan pendidik dengan metode, gaya yang
dipergunakan dalam memberikan pendidikan atau mengapproach anak juga ikut
menentukan hasil-hasil yang akan dicapai oleh satu usaha pendidikan.
Lingkungan adalah segala yang ada disekitar anak, baik berupa benda-benda,
peristiwa-peristiwa yang terjadi, maupun kondisi masyarakat, terutama yang dapat
memberikan pengaruh yang kuat kepada anak yaitu lingkungan dimana anak-anak
bergaul sehari-hari. Pengaruh lingkungan terhadap anak dapat positif dan negative.
Positif apabila lingkungan memberikan dorongan terhadap proses pendidikan untuk
berhasil dan dikatakan negative apabila lingkungan menghambat pendidikan yang ada.
Adapun wujud dari milleau antara lain, ialah :
a. Tempat tinggal
b. Teman bermain
c. Buku bacaan ( majalah-majalah )
d. Macam kesenian ( Bioskop, Wayang, Ketoprak, Ludruk, dsb. )
e. Dan lain-lainnya.
LATIHAN
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi batas batas Pendidikan?
2. Sebutkan apa saja Batasan dalam Pendidikan yang berbeda berdasarkan
fungsinya?
3. Apakah batas-batas dalam Pendidikan dapat mempengaruhi kualitas
Pendidikan?
4. Batasan Batasan apa saja yang diperlukan dalam Pendidikan?
5. Apa tujuan dari batas Pendidikan?
BAB III
Manusia sejak lahir sangat membutuhkan bantuan orang lain, khususnya kedua orang
tuanya. Dapat dibayangkan seandainya anak manusia pada saat lahir dibiarkan begitu saja oleh
ibunya, tanpa sentuhan apapun sedikitpun. Dengan mengabaikan kekuasaan Tuhan,
kematianlah yang akan menjemputnya pada anak yang ditelantarkan tersebut. Keharusan
mendidik anak telah disebut-sebut, misalnya karena anak pada saat lahir dalam keadaan tidak
berdaya, anak tidak langsung dewasa, sehingga anak memerlukan perhatian dan bantuan orang
lain. Dengan keterbatasan kemampuan anak menyebabkan ia perlu mendapat pendidikan.
Keterbatasan anak dikarenakan, anak lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan ia tidak langsung
dewasa.
A. Keharusan Pendidik
a. Anak Dilahirkan dalam Keadaan Tidak Berdaya
Dilihat dari sudut anak, pendidikan merupakan suatu keharusan. Pada waktu lahir anak
manusia belum bisa berbuat apa-apa. Sampai usia tertentu anak masih memerlukan bantuan
orang tua. Begitu anak lahir ke dunia, ia memerlukan uluran orang lain (ibu dan ayah) untuk
dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya, dan berdiri sendiri, berbeda dengan binatang
yang begitu lahir sudah dilengkapi kelengkapan fisiknya dan dapat berbuat sesuatu untuk
mempertahankan hidupnya. Misalnya anak harimau begitu lahir sudah dilengkapi dengan
bulu yang dapat melindungi tubuhnya dari kedinginan. Begitu lahir setelah dibersihkan oleh
induknya anak harimau tersebut sudah bisa bergerak untuk mencari susu induknya, walaupun
belum memiliki kemampuan melihat secara normal. Beberapa jenis hewan yang baru keluar
dari telurnya langsung bergerak seperti pada kura-kura, buaya,dan sebagainya. Begitu juga
pada binatang lainnya khususnya binatang menyusui seperti kuda, kambing, kera dan
sebagainya.
Hal tersebut tidak demikian pada manusia. Manusia perlu mendapat bantuan orang lain
untuk dapat menolong dirinya untuk sampai kepada dewasa. Masa pendidikan manusia
memerlukan waktu yang lama karena di samping manusia harus dapat mempertahankan
hidupnya dalam arti lahir, ia juga harus memiliki bekal yang berkaitan dengan moral, memiliki
pengetahuan, dan keterampilan lainnya yang diperlukan untuk hidup. Makin tinggi
peradaban manusia, makin banyak yang harus dipelajari agar dapat hidup berdiri sendiri tanpa
menggantungkan diri kepada orang lain. Oleh karena itu, anak/bayi manusia memerlukan
bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi mempertahankan hidup dengan
belajar setahap demi setahap untuk memperoleh bekal nilai-nilai moral, memiliki kepandaian
dan keterampilan, serta pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri
sendiri yang semuanya itu memerlukan waktu yang cukup lama.
Dilihat dari orang tua pendidikan juga merupakan suatu keharusan. Tanpa ada yang
memaksa, dengan sendirinya orang tua akan mendidik anaknya. Hal tersebut disebabkan
karena adanya rasa kasih sayang dan rasa tanggung jawab dari orang tua terhadap anaknya.
Perasaan kasih sayang merupakan fitrah kemanusiaan yang akan timbul dengan sendirinya
pada manusia. Rasa tanggung jawab menyebabkan orang tua, bahwa anak itu perlu
memperoleh bimbingan agar ia di kemudian hari dapat berdiri sendiri tanpa menggantungkan
diri kepada orang lain. Anak perlu mendapat pendidikan dan orang tua merasa wajib untuk
memberikan pendidikan bagi anaknya. Keduanya bertemu dalam kegiatan pendidikan yang
berlangsung secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga. Pendidikan karena
dorongan orang tua, yaitu hati nuraninya yang terdalam yang memiliki sifat kodrati untuk
mendidik anaknya baik dari segi fisik, sosial, emosi, maupun intelegensinya agarmemperoleh
keselamatan, kepandaian, memperoleh kebahagiaan hidup yang dicita-citakan, sehingga ada
tanggung jawab moral atas hadirnya anak tersebut yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha
Kuasa untuk dapat dipelihara, dan dididik dengan sebaik-baiknya.
B. Kemungkinan Pendidikan.
Pada manusia juga terjadi “ dressur “ pada saat anak belum memiliki kesadaran akan
kekurangan dirinya. Pada saat itu anak merasakan untuk meniru dan berbuat, akan berbuat
sesuatu. Anak usia sekitar 2 – 6 tahun misalnya, ia akan berbuat apa saja, ia bergerak
menurut kemauannya. Anak dibelikan sepeda oleh ayahnya agar anak bisa naik sepeda dan
ayahnya mendorong sepeda tersebut. Namun apa yang terjadi anak tidak mau naik sepeda,
bahkan ia akan turun dan mendorong sepeda tersebut seperti ayahnya mendorong sepeda
tadi.
Contoh lain anak akan mengambil benda yang ia temukan disekelilingnya, melihat
pisau ( padahal pisau itu sangat tajam ) ia akan ambil dan digosok-gosokkan seperti
menirukan ibunya mengguanakan pisau tersebut, mungkin juga digosokan ke tangannya.
Sang ibu sangat cemas berkata setengah berteriak, “ Auuu…anakku sayang jangan pake
pisau itu, ibu pinjam ya sayang”. Sang anak tidak mau melepaskan pisau itu. Kalau diambil
secara paksa ia akan menangis, caranya cari pisau lain atau benda lain yang menyerupai
pisau yang tumpul lalu berikan kepadanya. Anak melihat orang tuanya waktu mandi
menggosok gigi, dengan gesitnya anak mengambil sikat gigi ibunya dan ingin pakai
pastanya. Disinilah si ibu mencoba melatih si anak untuk menggosok giginya, dan si anak
dengan senangnya menggosok giginya walaupun tidak benar. Anak makan dengan orang
tuanya, ia memperhatikan orang tuanya memakai sendok dan garpu, dengan cepatnya
sang anak mengambil sendok makan, walaupun cara memegangnya dan cara memasukan
ke mulutpun belum pas dan benar. Disini sang ibuu melatih anaknya membetulkan
bagaimana cara memegang sendok, dan bagaimana memasukannya kedalam mulutnya.
Dalam kejadian di atas, ayah melatih anaknya naik sepeda dan ibunya melarang anaknya
menggunakan pisau supaya jangan bermain dengan pisau, ibu melatih anaknya menggosok
gigi, sang ibu melatih anaknya menggunakan sendok, itu semuanya belum temasuk
pendidikan yang sebenarnya, karena anak belum memahami, menyadari apa artinya
perintah atau kemauan ayahnya untuk naik sepeda, dan anak juga tidak paham mengapa
ibunya melarang bermain dengan pisau, mengapa harus menggosok gigi dan mengapa
makan haruus pakai sendok. Yang dilakukan oleh kedua orang tua anak itu bukan
pendidikan dalam arti sesungguhnya melainkan merupakan suatu “ dressur “.Jadi dengan
sifat anak suka meniru beridentifikasi dengan orang lain, suka bermain, bisa menerima
pengaruh dan menerima kewibawaan orang lain, merupakan keharusan bagi orang tua (
pendidik ) membimbingnnya. Pendidikan harus menjadi contoh bagi anak didiknya,
memberi pengaruh yang positif untuk mengisi kedewasaan anak kelak.
1. Dididik
Sejak dahulu orang berpendapat, bahwa bakat yang dibawa lahir seseorang
belum merupakan kenyataan, melainkan potensi. Jadi tentaang adanya bakat-bakat
tertentu, pendidik tidak bertanggung jawab. Yang dapat diusahakannya melalui
pendidikan, dan hal itu termasuk ruang lingkup tanggung jawabnya ialah, apa yang
telah diperbuatnya sehubungan dengan bakat yang dimiliki anak itu? Apakah
dibiarkan saja merana ataukah dipupuk dan dikembangkan, dan bakat mana yang
dikembangkan? Seberapa jauhkah bakat yang dimiliki anak didik itu telah
dimanfaatkan dalam rangka pencapaian dan pengisian kedewasaan itu?
Demikian pula dengan jenis kelamin. Orang tidak dapat diminta pertanggung
jawaban tentang jenis kelamin yang dimilikinya. Mengapa anda menjadi wanita?
Mengapa jadi pria? Namun yang dapat dan harus menjadi pertanggung jawaban
pendidik, dan juga tanggung jawab yang bersangkutan apabila telah dewasa ialah,
seberapa jauhkah ia telah menjadikan kepribadian kelaki-lakian atau kewanitaanya
sebagai “ model “ dalam pengisian dan pencapaian kedewasaannya sebagai pria
dewasa atau wanita dewasa?
Jadi permasalahannya disini bukan persoalan jenis bakat atau jenis kelaminnya,
melainkan dengan situasi seperti itu seberapa jauhkah pendidikan telah berperan?
Apakah pendidikan sudah “ bermanfaat “ secara optimal dalam mendewasakan anak
sesuai dengan nilai-nilai manusiawi?
Sehubungan dengan masalah batas pendidikan perlu dikemukakan, bahwabatas
kemungkinan pendidikan tidak dapat disamaratakan bagi semua orang. Tidak dapat
dikatakan, bahwa untuk semua orang terdapat batas kemungkinan dididik yang sama.
Sebab masing-masing individu bersifat unik. Akan tetapi secara umum dapat
dikatakan, bahwa kemungkinan dididik itu tercapai mana kala tidak dapat
dikembangkan lagi lebih lanjut kehidupan rohaninya khususnya kehidupan moralnya.
Adapun yang menjadi latar belakangnya dapat beraneka ragam. Mungkin karena bakat
bawaannya, mungkin karena potensi kecerdasan yang berbeda, seperti berbeda dalam
potesi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual, atau
mungkin terdapat kelainan.
2. Tutwuri Handayani
Pada modul 8 dalam membahas “dasar dan ajar” dijelaskan ada beberapa aliran
pendidikan, yaitu nativisme, naturalis, empiris, dan konvergensi. Alira nativisme
berkeyakinan bahwa anak yang baru lahir membawa bakat, kesanggupan dan sifat-
sifat tertentu. Bakat, kemampuan, dan sifat-sifat yang dibawa sejak lahir sangat
menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak manusia. Pendidikan dan
lingkungan tidak berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pandangan ini
nampaknya kurang percaya bahwa pendidikan akan mampu mengubah atau
mengarahkan tingkah laku seseorang. Peranan pendidikan sangat kurang, kalaupun
adanya, hanya sampai perkembangan bakat yang telah ada.
3. Naturalisme
4. Nativisme
Aliran nativisme dipelopori oleh Schopenhauer (filosof Jerman:1788-1860)
berpendapat bahwa “ The world is my idea, the world like man, is throught idea”. Segala
kejadian di dunia dipandangnya sebagai manifestasi dari benih yang ada padanya sejak
semula. Perkembangan manusia hanya merupakan semacam penjabaran yang telah
dibawakan dari yang telah disiapkan semula, yang telah dibawakan sejak kelahirannya.
Aliran ini berkeyakinan bahwa anak yang baru lahir membawa bakat,
kesanggupan, dan sifat-sifat tertentu. Bakat, kemampuan, dan sifat-sifat yang dibawa
sejak lahir sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak manusia.
Pendidikan dan lingkungan tidak terpengaruh terhadap perkembangan anak. Misalnya
seorang anak yang mempunyai bakat melukis, maka pikirannya, perasaannya, dan
kemauannya, serta seluruh kepribadiannya tertuju kepada melukis.
5. Empirisme
6. Konvergensi
LATIHAN :
Manusia adalah makhluk yang terus berkembang, baik secara jasmani maupun rohani.
Perkembangan ini bukan sekedar proses alamiah, namun membutuhkan bimbingan dalam
bentuk sebuah pendidikan. Menurut Langeveld pendidikan merupakan proses pendewasaan
seseorang, baik pada jasmani maupun rohani (mental, moral, sosial, dan emosional). Hal ini
berarti bahwa pendidikan harus ada dalam setiap proses kehidupan. Selama manusia berusaha
untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam bentuk peningkatan dan pengembangan
pengetahuan, kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka
selama itulah pendidikan masih berjalan terus.
Tujuan merupakan faktor utama yang hendak dituju. Dari uraian di atas, bisa
disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan itu adalah “kedewasaan”. Seseorang dikatakan telah
mencapai “kedewasaan” apabila ia telah mampu bertindak dan bertingkahlaku sesuai dengan
kaidah agama serta norma yang berlaku di masyarakat. Tujuan pendidikan dalam arti sempit
adalah bimbingan yang diberikan orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk
mencapai kedewasaannya. Maknanya, tujuan pendidikan adalah rumusan tentang apa yang
harus dicapai oleh anak didik, dan tujuan ini merupakan arah bagi seluruh kegiatan pendidikan.
Sedangkan tujuan pendidikan dalam arti luas adalah usaha manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya sepanjang hayat.
Berdasarkan ruang lingkup (luas dan sempitnya) tujuan yang ingin dicapai, Langeveld
mengemukakan bahwa jenis-jenis tujuan pendidikan adalah:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan akhir yang akan dicapai oleh seseorang melalui
pendidikan. Dengan demikian, apabila tujuan pendidikan adalah kedewasaan, maka semua
kegiatan pendidikan harus tertuju pada kedewasaan agar tujuan umum pendidikan itu dapat
tercapai. Menurut Kohnstamm dan Gunning, tujuan akhir pendidikan adalah membentuk
insan kamil atau manusia sempurna. (Amir Daien,1973) sehingga dapat dikatakan bahwa
tujuan umum/akhir pendidikan ialah membentuk insan kamil yang dewasa jasmani dan
rohaninya baik secara moral, intelektual, sosial, estesis, dan agama. Contoh: Seorang guru
meminta siswa kelas 1 untuk merapikan crayon dan meja lipat
setelah mewarnai, secara tidak langsung anak telah diajarkan tentang tanggungjawab.
Sikap bertanggungjawab ini akan membentuk sebuah kedewasaan dalam diri anak.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan pengkhususan dari tujuan umum. Kita tahu bahwa tujuan
umum pendidikan adalah kedewasaan. Kedewasaan disini masih general sifatnya. Banyak
faktor yang membentuk kedewasaan, sehingga dapat dikatakan tujuan khusus dari
pendidikan mencakup segi-segi tertentu. Pengkhususan tujuan ini dapat disesuaikan
dengan kondisi dan situasi tertentu, misalnya disesuaikan dengan:
3. Tujuan Insidental/sewaktu
Tujuan ini disebut tujuan seketika/insidental karena tujuan ini timbul secara
kebetulan, secara mendadak dan hanya bersifat sesaat. Tujuan seketika ini meskipun
hanya sesaat, namun ikut andil dalam pencapaian tujuan selanjutnya. Melalui tujuan-
tujuan insidental seperti ini, akan diperoleh pengetahuan dan pengalaman langsung
yang erat hubungannya dengan kehidupan dimasa yang akan datang.
4. Tujuan Sementara
6. Tujuan Intermedier/perantara
Tujuan perantara ini merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan
yang lain. Misalnya saja seseorang yang bersekolah tujuannya adalah akhirnya adalah
lulus, ketika dia naik kelas dari kelas satu ke kelas dua dan dari kelas dua ke kelas tiga
itu merupakan tujuan intermedier/tujuan perantara.
Keenam tujuan tersebut menurut Langeveld intinya dapat disederhanakan menjadi satu
macam saja, yaitu “tujuan umum” dimana kelima tujuan yang lainnya diarahkan untuk
pencapaian tujuan umum pendidikan yaitu terbentuknya kehidupan sebagai insan kamil, satu
kehidupan dimana ketiga inti hakikat manusia baik sebagai makhluk individu, makhluk sosial
dan makhluk susila/religius dapat terwujud secara harmonis.
Hierarki tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar
mulai dari :
Dengan demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai guru
dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari
falsafah hidup yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
a. Sebagai Arah Pendidikan, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha,
sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang
kepada situasi berikutnya.
b. Tujuan sebagai titik akhir, suatu usaha pasti memiliki awal dan akhir. Mungkin saja
ada usaha yang terhenti karena sesuatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha
itu belum bisa dikatakan berakhir. Pada umumnya, suatu usaha dikatakan berakhir
jika tujuan akhirnya telah tercapai.
c. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain, apabila tujuan merupakan titik
akhir dari usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar
tersebut merupakan fundamen yang menjadi alas permulaan setiap usaha.
Memberi nilai pada usaha yang dilakukan .
Keharusan Pendidikan
Manusia sejak lahir sangat membutuhkan bantuan orang lain, khususnya kedua
orang tuanya. Dapat dibayangkan seandainya anak manusia pada saat lahir dibiarkan begitu
saja oleh ibunya, tanpa sentuhan apapun sedikitpun. Dengan mengabaikan kekuasaan
Tuhan, kematianlah yang akan menjemputnya pada anak yang ditelantarkan
tersebut.Keharusan mendidik anak telah disebut-sebut, misalnya karena anak pada saat
lahir dalam keadaan tidak berdaya, anak tidak langsung dewasa, sehingga anak
memerlukan perhatian dan bantuan orang lain. Dengan keterbatasan kemampuan anak
menyebabkan ia perlu mendapat pendidikan. Keterbatasan anak dikarenakan, anak lahir
dalam keadaan tidak berdaya, dan ia tidak langsung dewasa
1. Keharusan Pendidik
Keharusan manusia untuk mendapatkan pendidikan dapat kita simak dari uraian
di bawah ini:
Dilihat dari sudut anak, pendidikan merupakan suatu keharusan. Pada waktu
lahir anak manusia belum bisa berbuat apa-apa. Sampai usia tertentu anak masih
memerlukan bantuan orang tua. Begitu anak lahir ke dunia, ia memerlukan uluran orang
lain (ibu dan ayah) untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya, dan berdiri
sendiri, berbeda dengan binatang yang begitu lahir sudah dilengkapi kelengkapan
fisiknya dan dapat berbuat sesuatu untuk mempertahankan hidupnya.Misalnya anak
harimau begitu lahir sudah dilengkapi dengan bulu yang dapat melindungi tubuhnya
dari kedinginan. Begitu lahir setelah dibersihkan oleh induknya anak harimau tersebut
sudah bisa bergerak untuk mencari susu induknya,
walaupun belum memiliki kemampuan melihat secara normal. Beberapa jenis hewan
yang baru keluar dari telurnya langsung bergerak seperti pada kura-kura, buaya, dan
sebagainya. Begitu juga pada binatang lainnya khususnya binatang menyusui seperti
kuda, kambing, kera dan sebagainya.Hal tersebut tidak demikian pada manusia.
Manusia perlu mendapat bantuan orang lain untuk dapat menolong dirinya untuk
sampai kepada dewasa. Masa pendidikan manusia memerlukan waktu yang lama
karena di samping manusia harus dapat mempertahankan hidupnya dalam arti lahir, ia
juga harus memiliki bekal yang berkaitan dengan moral, memiliki pengetahuan, dan
keterampilan lainnya yang diperlukan untuk hidup. Makin tinggi peradaban manusia,
makin banyak yang harus dipelajari agar dapat hidup berdiri sendiri tanpa
menggantungkan diri kepada orang lain.Oleh karena itu, anak/bayi manusia
memerlukan bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi
mempertahankan hidup dengan belajar setahap demi setahap untuk memperoleh bekal
nilai-nilai moral, memiliki kepandaian dan keterampilan, serta pembentukan sikap dan
tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri sendiri yang semuanya itu memerlukan
waktu yang cukup lama.Dilihat dari orang tua pendidikan juga merupakan suatu
keharusan. Tanpa ada yang memaksa, dengan sendirinya orang tua akan mendidik
anaknya. Hal tersebut disebabkan karena adanya rasa kasih sayang danrasa tanggung
jawab dari orang tua terhadap anaknya. Perasaan kasih sayang merupakan fitrah
kemanusiaan yang akan timbul dengan sendirinya pada manusia. Rasa tanggung jawab
menyebabkan orang tua, bahwa anak itu perlu memperoleh bimbingan agar ia di
kemudian hari dapat berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.
Anak perlu mendapat pendidikan dan orang tua merasa wajib untuk memberikan
pendidikan bagi anaknya. Keduanya bertemu dalam kegiatan pendidikan yang
berlangsung secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga.
Pendidikan karena dorongan orang tua, yaitu hati nuraninya yang terdalam yang
memiliki sifat kodrati untuk mendidik anaknya baik dari segi fisik, sosial, emosi,
maupun intelegensinya agar memperoleh keselamatan, kepandaian, memperoleh
kebahagiaan hidup yang dicita-citakan, sehingga ada tanggung jawab moral atas
hadirnya anak tersebut yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dapat
dipelihara, dan dididik dengan sebaik-baiknya.
b. Manusia Lahir Tidak Langsung Dewasa
Untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti
khusus, memerlukan wazktu lama. Pada manusia primitif mungkin proses pencapaian
kedewasaan tersebut akan lebih pendek dibandingkan dengan manusia modern dewasa
ini. Pada manusia primitif cukup dengan mencapai kedewasaan secara konvensional,
di mana apabila seseorang sudah memiliki keterampilan unuk hidup, khususnya untuk
hidup berkeluarga, seperti dapat berburu, dapat bercocok tanam, mengenal nilai-nilai
atau norma-norma hidup bermasyarakat, sudah dapat dikatakan dewasa. Dilihat dari
segi usia, misalnya usia 12-15 tahun, pada masyarakat primitif sudah dapat
melangsungkan hidup berkeluarga. Pada masyarakat modern tuntutan kedewasaan
lebih kompleks, sesuai dengan makin kompleksnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan juga makin kompleksnya sistem nilai.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi manusia
seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan,
di mana pun hewan dibesarkan, tetap akan memiliki perilaku hewan. Seekor kucing
yang dibesarkan dalam lingkungan anjing akan tetap berperilaku kucing, tidak akan
berperilaku anjing, karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting tertentu
yang pasti dan seragam, yang berbeda antara jenis hewan yang satu dengan jenis hewan
lainnya. Manusia hidup bersama orang lain, tidak sendirian. Mereka menentukan
berbagai perjanjian agar hidup bersama itu menguntungkan
kedua belah pihak. Menguntungkan bagi masyarakat, dan juga menguntungkan bagi
kehidupan individu masing-masing.
Dalam kehidupan seperti ini, manusia tidak dapat dipengaruhi, karena ia telah
membawa pola hidupnya yang tetap dan tidak perlu lagi belajar dari orang lain atau
melalui apapun. Ia sudah dalam keadaan matang untuk mengikuti kehidupan yang
polanya sudah ada (terjadi). Dalam keadaan demikian, pendidikan tidak perlu lagi
karena memang tidak diperlukan.
Pengertian makhluk sosial tidak berarti bahwa individu (perorangan) tiadak ada.
Pengertian sosial harus diartikan bahwa manusia hidup bersama dalam kepribadian
sendiri-sendiri. Ia masih tetap berdiri sendiri, namun bersama-sama dengan orang lain.
Pergaulan hidup, adalah hidup antara pribadi-pribadi (individu- individu) satu sama
lain. Tidak berarti bahwa individu itu luluh menyatu dengan yang lain, seperti halnya
boneka-boneka yang hanya bergerak dengan pola yang sama.
Apabila kita berbicara mengenai kemungkinan, erat kaitannya dengan masa depan
begitu juga dengan dunia pendidikan. Untuk masa depan dunia pendidikan itu memiliki dua
kemungkinan, yang pertama pendidikan itu bisa lebih maju dan juga bisa lebih mundur
tergantung penerapan pendidikan itu sendiri. Pendidikan di Indonesia bisa saja maju apabila
pendidikan yang diberikan sesuai dengan tujuan dwsm dari pendidikan itu sendiri, akan
tetapi pendidikan tersebut bisa saja lebih terpuruk apabila dalam proses pendidikan itu
sendiri melenceng dari tujuan dasar pendidikan. Maka dari itu kita sebagai calon pendidik
mesti tahu mengenai batas-batas pendidikan, agar pendidikan itu bisa
lebih terarah dan tepat saran juga tentunya lebih maju lagi, berikut dibawah ini batas- batas
pendidikan.
1. Prinsip Potensialitas.
2. Prinsip Dinamika.
3. Prinsip Individualitas
4. Prinsip Sosialitas
5. Prinsip Moralitas
6. Prinsip Keberagamaan/religiusitas
LATIHAN
KESIMPULAN
Di dalam UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional pasal 3
disebutkan tentang tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis
juga bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan sesorang.
Pendidikan lah yang menentukan dan menuntun masa depan dan arah hidup seseorang.
Walaupun tidak semua orang berpendapat seperti itu, namun pendidikan tetaplah menjadi
kebutuhan manusia nomor wahid. Bakat dan keahlian seseorang akan terbentuk dan
terasah melalui pendidikan. Pendidikan juga umumnya dijadikan tolak ukur kualitas setiap
orang.
Tetapi, definisi umum tersebut mengalami perkembangan sehingga kata pendidikan
cenderung dimaknai sebagai proses belajar mengajar peserta didik di dalam kelas atau
sekolah. Pendidikan kini lebih dipahami sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan untuk
mengembangkan potensi diri peserta didik melalui suasana belajar dan mengajar.
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari manusia. Pendidikan sebagai sebuah
kegiatan, proses, hasil, dan ilmu, pada dasarnya adalah usaha sadar yang dilakukan
manusia seumur hidup (life long education) guna memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai
potensi dasar atau fitrah sebagaimana diuraikan di atas harus ditumbuhkembangkan secara
optimal dan terpadu melalui proses pendidikan seumur hidup.
Tujuan merupakan faktor utama yang hendak dituju. Dari uraian di atas, bisa
disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan itu adalah “kedewasaan”. Seseorang dikatakan
telah mencapai “kedewasaan” apabila ia telah mampu bertindak dan bertingkahlaku sesuai
dengan kaidah agama serta norma yang berlaku di masyarakat. Tujuan pendidikan dalam
arti sempit adalah bimbingan yang diberikan orang dewasa kepada anak yang belum
dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Maknanya, tujuan pendidikan adalah rumusan
tentang apa yang harus dicapai oleh anak didik, dan tujuan ini merupakan arah bagi
seluruh kegiatan pendidikan. Sedangkan tujuan pendidikan dalam arti luas adalah usaha
manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya sepanjang hayat.
DAFTAR PUSTAKA
Syah. 2004 . Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Belajar. jakarta. PT. Raja Gravindo
Persada
Salim, Moh. Haitami dan Syamsul Kurniawan. 2012. Studi Ilmu Pendidikan
Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1992,
Komar 2013 Dasar-Dasar pendidikan, Bandung :Fakultas ilmu pendidikan IKIP Bandung.
Danim,sudarwan.2010,perkembangan peserta didik.Bandung :
Alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang.Alat melihat jenisnya,
sedangkan metode melihat efisiensi dan efektivitasnya. Alat dan metode diartikan sebagai
segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan
pendidikan. Alat pendidikan adalah apa saja yang dapat dijadikan perantara untuk
mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan perbuatan mendidik berlangsung dengan
menggunakan alat pendidikan. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja
dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan
faktorfaktor pendidikan lainnya seperti guru, peserta didik, tujuan, dan lingkungan, dapat
menjadi alat pendidikan apabila digunakan dan direncanakan dalam perbuatan atau
tindakan mendidik. Seorang ayah atau ibu menanami tanaman hortikultura di halaman
rumahnya demi keindahan, kesegaran, dan kesejukan lingkungan rumah sekitarnya, maka
ayah atau ibu telah menyediakan lingkungan pendidikan dalam keluarga. Tetapi, jika ayah
atau ibu tadi menggunakannya untuk “menasihati” atau “memberikan contoh” kepada
anak-anaknya agar membiasakan diri mereka menjaga keindahan, kesegaran, dan
kesejukan lingkungan, maka mereka telah menyediakan alat pendidikan. Jadi, 38
menasihati atau memberi contoh (teladan) adalah alat pendidikan, sedangkan tanaman
hortikultura adalah alat bantu pendidikan.
Contoh di atas menggambarkan, bahwa ada suatu perbuatan dan situasi yang sengaja
diciptakan untuk mencapai suatu tujuan yang bernilai edukatif. Perbuatan dan situasi itu
diarahkan kepada anak. Diharapkan kepada anak agar mengikuti perbuatan orang tuanya
untuk menjaga kebersihan lingkungan demi keindahan, kesegaran, dan kesejukan, bahkan
demi kesehatan. Adanya unsur “kesengajaan” itulah yang mendapat perhatian Langeveld
dalam upaya memahami konsep alat pendidikan. Menurutnya, alat pendidikan adalah
suatu perbuatan atau situasi yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan. Walaupun ia tidak menggunakan istilah apa saja yang dapat dijadikan
perantara, tetapi menggunakan istilah perbuatan atau situasi yang dengan sengaja
diadakan, namun sebenarnya pada prinsipnya sama saja, yaitu perbuatan atau situasi apa
saja yang dengan sengaja diadakan dapat dijadikan perantara. Sementara itu, Marimba
memandang alat pendidikan dari aspek fungsinya, yakni; alat sebagai perlengkapan, alat
sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan (untuk mencapai tujuan
selanjutnya).
Dalam praktik pendidikan, istilah alat pendidikan sering diidentikkan dengan media
pendidikan, meskipun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media. Media
pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan
efektifitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Dengan perkembangan zaman pada saat ini alat
pendidikan sudah berbaur dengan teknologi canggih atau alat pendidikan berbentuk
benda. Jadi alat pendidikan adalah apa saja yang dapat dijadikan perantara untuk mencapai
tujuan pendidikan. Sedangkan perbuatan mendidik berlangsung dengan menggunakan alat
pendidikan. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan
digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan tertentu.
Secara umum, alat pendidikan adalah segalah sesuatu yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Amir Dien Indrakusuma membedakan faktor dan alat pendidikan.
Sedangkan alat pendidikan adalah langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses
pendidikan .
Beberapa para ahli telah mengemukakan pendapatnya tentang pengertian alat pendidikan
yaitu
a. Langeveld, “Suatu perbuatan atau tindakan atau situasi yang dengan sengaja diadakan
untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
b. Barnadib, “Suatu tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda yang dengan sengaja
diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.”
c. Marimba, “Suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu
tujuan pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang
sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan”.
d. Ahmadi dan Uhbiyati, “Hal yang tidak saja memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan
terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi alat pendidikan itu telah mewujudkan dirinya
sebagai perbuatan atau situasi,dengan perbuatan dan situasi tersebut, dicita-citakan dengan
tegas untuk mencapai tujuan pendidikan”.
e. Sadulloh, “Suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan maksud mempengaruhi
anak didik secara pedagogis”.
Memperhatikan pendapat pakar tentang alat pendidikan, dapat dipahami bahwa alat
pendidikan adalah suatu tindakan, situasi, benda dengan sengaja diadakan untuk mencapai
suatu tujuan pendidikan, berarti pendidik melakukan tindakan bukan secara kebetulan, tetapi
dengan adanya kesengajaan dan perencanaan. Disamping itu pendidik menciptakan situasi
yang lebih baik, sehingga tujuan yang diinginkan tercapai.adapun pengertian alat Pendidikan
adalah ebagai berikut
Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan dari espek fungsinya , yakni, alat
sebagai perlengkap alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan (untuk
mencapai tujuan selanjutnya).
Dalam praktek pendidikan, istilah alat pendidikan sering diindentikan dengan media
pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media. Pendidikan
adalah “ Alat metode dan teknik yang di gunakan dalammeningkatkan efektifitas
dan komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah.
Menurut langeveld (1971) alat pendidikan adalah suatu perbuatan atau situasi
yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan dalam proses pendidikan, baik
berbentuk material maupun non-material.
Menurut Ahmadi (1991:140) menyatakan bahwa alat pendidikan adalah hal yang tidak
saja memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik,
tetapi alat pendidikan itu telah mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi, dengan
perbuatan dan situasi mana, dicita-citakan dengan tegas, untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Alat pendidikan non-material adalah suatu tindakan atau perbuatan atau situasi yang
dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Seperti pembiasaan,
menyuruh, larangan, mengaanjurkan, mengajak, memuji, menegur, menghukum dan
berbagai bentuk perbuatan atau tindakan lainnya.
Sedangkan alat pendidikan material adalah berbagai perlengkapan yang digunakan untuk
keperluan pelaksanaan proses pendidikan, biasanya berbentuk benda seperti sarana dan
prasarana.
sedangkan alat pendidikan material adalah berbagai perlengkapan yang digunakan untuk
keperluan pelaksanaan proses pendidikan, biasanya berbentuk benda seperti sarana dan
prasarana. Secara konseptual, optimalisasi peran alat pendidikan akan berkaitan dengan
kecakapan pendidikan dalam memilih dan menggunakannya, yang amat tergantung pada
apa yang ingin dicapai dan dilakukannya dalam proses mendidik.
Membahas mengenai alat pendidikan maka akan terbayang suatu hal yang berhubungan
dengan alat berupa material seperti sarana dan prasarana. Namun ada kegiatan
pendidikan, alat pendidikan tidak hanya terbatas pada bentuk material tetapi juga non-
material seperti halnya perbuatan atau tindakan yang berhubungan dengan proses
tranformasi.
Proses tranformasi merupakan bagian dari proses pendidikan, yaitu suatu usaha yang
sengaja dilakukan untuk mempengaruhi terdidiknya agar sampai pada tujuan pendidikan
agar sampai pada tujuan pendidikan. Dalam menapai tujuan itu maka peran alat
pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam pendidikan, terutama sbagai
penunung kelancaran pendidikan itu sendiri.
Ahmadi (1991:140) menyatakan bahwa alat pendidikan adalah hal yang tidak saja
memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksanakannya pekerjaan mendidik,
tetapi alat pendidikan itu telah memujudkan diri sebagai perbuatan/situasi, dengan
perbuatan dan siuasi mana, dicita-citakan dengan tegas, untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Muharam A (2009:127) menyatakan bahwa alat pendidikan adalah segala sesuatu yang
digunakan untuk kegiatan pendidikan, baik berbentuk material maupun non-material.
Dengan begitu alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan
digunakan demi mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
a. Alat pendidikan non material Alat pendidikan non material berbentuk perbuatan
atau tindakan yang digunakan pendidikan kepentingan proses pendidikan. Memilih
perbuatan atau tindakan yang tepat tergantung kecakapan pendidikan. Artinya,
seorang pendidikan perlu memahami kondisi dan masalah yang dihadapi terdidik
dikelas.
Menurut lois V.Jhonson dan A. Banny paling tidak terdapat tuuh masalah yang
perlu dipahami pendidikan dikelas, yaitu:
a. Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkah laku, sosial
ekonomi, dan sebagainya.
f. Semangat kerja rendah, misalnya semacam aksi protes kepada guru karena
menganggap tugas yang diberikan kurang adil.
b. Alat pendidikan non material Alat pendidikan material atau benda terdiri dari sarana dan
prasarana.
Prasarana adalah semua alat bantu pelajaran yang sifatnya tidak langsung sedangkan sarana
adalah alat bantu pelajaran dapa dipakai pada waktu interaksi belajar mengajar sedang
berlangsung, sarana pendidikan terdiri dari alat berat hardware dan alat ringan software.
Alat berat adalah yang bersifat keras dan berat seperti mesin-mesin , kayu dan sebagainya.
Sedangkan alat ringan pemisah buku, alat pelajaran yang berupa bahan pelajaran yang berupa
bahan pelajaran atau tugas seperti kertas untuk bekerja dan lembaran penilaian dalam sistem
modul. Prasarana sebagai alat pendidikan berkaitan dengan lingkungan fisik tempat belajar
meskipun tidak berpengaruh langsung tetapi mempunyai pengaruh penting terhadap hasil
pembelajarnya. Lingkungan fidik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal
mendukung meningkatkan intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran .Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:
a. Ruangan / kelas tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa, tidak
berdesak-desakan dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan yang laiinya pada saat
melakukan aktivitas belajar.
b. Pengaturan tempat duduk Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah kemungkinan
terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku siswa.
c. Ventilasi dan pengaturan cahaya suhu, ventilasi dan penerangan adalah asset penting untuk
terciptanya suasana belajar yang nyaman.
Fungsi sebagai alat bantu untuk memperlancar penyelenggaraan pendidikan agar lebih efektif
dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Alat-alat atau media pendidikan tersebut bisa
terdiri atas orang-orang, makhluk-makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, benda-benda, perbuatan
dan perkataan serta segala sesuatu yang bisa digunakan oleh pendidik sebagai alat bantu atau
perantara untuk menyajikan bahan pelajaran.
Alat-alat pendidikan tersebut secara umum ada yang terkelompok sebagai perangkat lunak
(software); dan ada pula perangkat keras (hardware) yang dapat dijadikan bermanfaat untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi proses pembelajaran di dalam dan di luar
sekolah.
Terkelompok sebagai perangkat lunak adalah perbuatan pendidik yang dengan sengaja
merencanakan suatu strategi yang mungkinkan dapat dilaksanakan oleh pendidik untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran peserta didik, seperti : nasihat, tauladan, perintah,
larangan, pujian, teguran, ganjaran, dan hukuman.
Sedangkan perangkat keras adalah alat-alat praga atau alat bantu audio visual seperti : radio,
tape-recorder, foto, transparansi, maket, laboratorium, komputer dan lain-lain.
Oleh karena pendidikan Islam, seperti, dikatakan oleh Zakiah Daradjat, lebih mengutamakan
pendidikan keilmuan dan pembentukan akhlak, maka alat untuk mencapai ilmu adalah alat-alat
pendidikan ilmu, sedangkan alat untuk pembentukan akhlak adalah pergaulan.
Dengan demikian, semua perangkat keras dan perangkat lunak yang dikenal sebagai alat atau
media pendidikan itu pada umumnya dapat digunakan pada proses pembelajaran dalam
pendidikan Islam, asalkan diterapkan secara tepat dan proporsional serta tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.
Pada dasarnya, semua alat pendidikan mempunyai kelebihan dan kelemahan. Hal itu sejalan
dengan fungsi alat, yang tidak satupun dapat dipandang paling baik untuk digunakan dalam
melaksanakan segala macam pekerjaan. Setiap alat memiliki keunggulan dan kekurangannya
masing-masing baik dalam penggunaannya maupun dari hasil segi yang dicapainya.
Karena itu, dalam menggunakan alat pendidikan ada beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan.
1. Alat pendidikan tersebut sesuai atau cocok dalam pencapaian tujuan pembelajaran tertentu,
misalnya untuk tujuan afektif, kognitif, dan kinerja atau psikomotorik
2. Pendidik memahami dengan baik peranan alat tersebut serta dapat menggunakannya secara
baik dan benar, sesuai dengan bahan/materi pelajaran, situasi belajar dan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai.
3. Peserta didik mampu menerima penggunaan alat pendidikan itu sesuai dengan keadaan dan
latar belakang usianya, jenis kelamin dan bakat-bakatnya.
4. Alat pendidikan itu di perkirakan membawa hasil yang baik serta tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap perkembangan akhlak dan agamanya, maupun terhadap perkembangan fisik
dan psikologisnya.
Abu Bakar Muhammad berpendapat sebagaimana dikutip Ramayulis (Ramayulis, 2010: 212)
bahwa kegunan alat pendidikan itu adalah:
3) Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakan naluri kecintaan, melatih belajar dan
menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu.
Sedangkan Madyo Ekosilo, mengelompokkan alat pendidikan menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Alat pendidikan yang bersifat material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa benda-benda
nyata untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan. Misalnya papan tulis, Alat tulis,
penghapus, media pendidikan dalam pembelajaran.
2) Alat pendidikan yang bersifat non material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa keadaan
atau kondisi, tindakan dan perbuatan yang diadakan atau dilakukan dengan sengaja sebagai
sarana dalam kegiatan pendidikan. (Modyo Ekosusilo, 1985).
Dalam masalah terhadap siapakah alat itu digunakan, maka perlu diingat, bagaimanakah kondisi anak
yang menerimanya, apakah anak didik itu berkelainan , dan bagaimanakah kelainannya, berapakah
umur anak didik itu, bagaimanakah watak atau kebiasaannya dan situasi disaat itu dan lain-lainnya.
Tujuan pendidikan adalah membimbing anak untuk mencapai kedewasaan, kedewasaan ini dapat
dicapai dalam pergaulan antara terdidik dengan pendidik, dan pergaulan ini merupakan alat pendidikan
yang utama. Jadi dapat ditegaskan, bahwa alat yang utama mencapai tujuan pendidikan adalah
pergaulan.
Dalam pergaulan, anak didik tidak merasa dirinya secara formal terikat pada suatu ikatan, sebagai
seseorang yang harus tunduk, sehingga karena itu, ia harus membatasi tingkah lakunya atau segala
tindakannya, sebagaimana yang terjasi pada situasi pendidikan. Tetapi dalam pergaulan itu anak didik
mempunyai hak untuk memperoleh petuah, petunjuk atau contoh sebagaimana yang diperoleh dalam
situasi pendidikan formal. Untuk itu, pemakaina alat pendidikan harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Tujuan pendidikan
b. Jenis pendidikan
c. Pendidik yang memakai alat pendidikan
d. Anak didik yang dikenai alat pendidikan.
Meskipun tujuan pendidikan itu adalah sesuatu yang baik, namun apa bentuk/jenis dan pada tujuan itu
adalah bermacam-macam sesuai dengan bidang studi dan tingkatan. Apabila bidang studi dantingkatan
pendidikan berbeda, tentunya alat pendidikan pun bisa berbeda. Misalnya tujuan pendidikannya itu
hanya sampai pada pengertian, tentunya alat yang digunakan berbeda dengan alat yang tujuannya
untuk keterampilan.
Pendidik sebagai pemakai alat pendidikan pun juga berbeda-beda keahlian dan oerintasinay meskipun
dalam bidang studi yang sama, lebih-lebih dalam bidang studi yang berbeda, maka tentunya alat yang
dipakai juga berbeda. Pendidk tidak boleh memaksakan diri menggunakan alat yang tidak cocok.
Anak didik sebagai pihak yang dikenai perbuatan mendidik adalah pihak yang pertama-tama
diperhatikan dalam penggunaan alat pendidikan, adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan
tentang anak didik adalah dari segi :
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Bakat
d. Perkembangan
e. Alam sekitar
Contohnya, penggunaan alat pendidikan no material dalam bentuk paksaan, tentunya tidaklah sama
tingkatan paksaan tersebut terhadap anak perempuan anak laki-laki,terhadap kanak-kanak dan orang
uta, terhadap anak yang berbakat dan anak yang malas, terhadap anak yang genius dan anak idiot,
terhadap anak yang hidup di daerah pegunungan dan anak yang hidup di pantai.
Dalam penggunaan alat pendidikan materialpun perlu diperhatikan adanya perbedaan jenis kelamin,
usia, bakat dan perkembangan anak didk serta dimana anak didik itu hidup. Contohnya pelajaran yang
menggunakan komputer bagi anak SD berbeda dengan anak SMP, bagi anak di desa dengan di kota, bagi
anak kurang mampu status ekonomi orang tuanya berbeda dengan anak yang mampu atau
berkecukupan orang tuanya.
a. Palajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa,
dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pendidikan lebik baik.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
d. Siswa lebih banyak meakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengaran uraian guru,
tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemostrasikan, dan lain-lain
Contoh sederhana, guru akan mengajarkan masalah kepadatan penduduk sebuah kota. Ia
menggunakan berbagai media pengajaran antara lain gambar atau foto suatu kota yang padat
penduduknya dengan segala permasalahannya. Gambar atau foto tersebut akan lebih menarik
bagi siswa dibandingkan dengan cerita guru tentang padatnya penduduk kota tersebut. Alasan
kedua mengapa penggunaan alat pendidikan dapat mempertinggi proses dan hasil belajar
pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berfikir siswa. Tahap berfikir manusia mengikuti tahap
perkembangan dimulai dari berfikir kongkret menuju ke berfikir abstrak, dimulai dari berfikir
sederhana menuju ke berfikir kompleks. Penggunaan alat pendidikan erat kaitannya dengan
tahapan berfikir tersebut sebab melalui alat pendidikan hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan,
dan halhal yang kompleks dapat disederhanakan.
Dari uraian di atas maka dapat dipahami bahwa mafaaat atau kegunaan dari alat pendidikan itu
sangat banyak yang akan dirasakan oleh seorang pendidik, intinya adalah lancar dalam proses
pembelajaran, dan sampai pada tujuan pendidikan dengan hasil yang memuaskan.
Alat pendikan juga dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan
manfaat alat pendidikan dalam proses belajar siswa antara lain :Alat peraga termasuk media yang
sangat penting dalam menyampaikan informasi ilmu pengetahuan kepada siswa.
Penelitian membuktikan bahwa kemampuan alat indra menerima dan menyerap informasi lebih
besar pada penglihatan (70 % - 85%) dan pendengaran ( 15% - 25%).
Siswa lebih mudah menerima informasi materi pelajaran melalui proses penglihatan. Sebaliknya,
guru akan mudah menyampaikan informasi pelajaran melalui penggunaan alat peraga bersifat
visual dan audio.
Tentunya kita masih ingat ketika guru menerangkan pelajaran di depan kelas
menggunakan media pembelajaran. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat sehingga pelajaran
itu pun harus berakhir. Waktu belajar begitu terbatas. Mengapa terjadi demikian?
Perhatian kita hanya tertuju pada penjelasan guru dan alat peraga yang digunakan dalam belajar.
Rupanya media penyampai materi pelajaran yang digunakan guru telah menyita seluruh
perhatian siswa. Bukan main!
Benar. Pada mata pelajaran Geografi ada globe (tiruan bumi) dan peta wilayah. Model rangka
manusia berdiri pada sistem rangka membuat siswa lupa akan waktu pada mata pelajaran
Biologi.
Model sistem tata surya dalam pelajaran Fisika merasa siswa berada di angkasa. Begitu pula
model lampu kedap-kedip hasil praktik materi listrik dinamis pada mata pelajaran Fisika. Ini hanya
beberapa contoh saja!
Berdasarkan ilustrasi di atas dapat disimpulkan beberapa manfaat penggunaan alat peraga bagi
siswa. Di antaranya adalah:
Alat peraga juga merupakan media yang digunakan untuk membantu penyampaian informasi dari
suatu ilmu pengetahuan kepada siswa. Selain mengoptimalkan manfaat pembelajaran bagi guru,
penggunaan alat peraga ini memiliki tujuan untuk memudahkan penjelasan agar siswa dapat
menyerap informasi dengan lebih mudah. Alat peraga terdiri dari beberapa macam bentuk, baik
secara visual maupun audio. Kali ini akan dibahas mengenai beberapa manfaat alat peraga dalam
dunia pembelajaran, baik itu manfaat untuk guru maupun siswa, antara lain:
1. Membuat siswa lebih bersemangat belajar
Jika pembelajaran biasanya membosankan dan tidak menarik, dengan alat peraga proses belajar
akan semakin menyenangkan untuk mendapat manfaat mempelajari ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sehingga siswa tidak akan bosan, mengantuk karena siswa dapat langsung memiliki
gambaran tentang apa yang dipelajari dan semakin mudah dipahami.
Siswa pada umumnya akan teralihkan perhatiannya dengan melakukan hal lain jika pelajaran yang
diikuti tidak menarik dan membosankan. Adanya alat peraga secara tidak langsung akan
membuat siswa lebih berkonsentrasi dan fokus terhadap pelajaran yang di dapat. Hal ini karena
alat peraga siswa dapat meningkatkan perhatian siswa ketika pelajaran.
Untuk mendukung manfaat membaca buku pelajaran bagi siswa, keberadaan alat peraga dapat
membantu mempermudah penjelasan yang ada dalam buku secara langsung. Dengan ini siswa
tidak hanya akan membayangkan saja, namun juga dapat melihat gambaran melalui replika
ataupun secara langsung dengan bantuan alat peraga.
Alat peraga memudahkan guru untuk menjelaskan materi yang diberikan, karena siswa dapat
langsung memiliki gambaran materi tersebut. Dengan begitu secara alami siswa akan memahami
dan menyimpan materi secara cepat juga mudah. Contohnya saja alat peraga tentang proses
kimia di alam, siswa akan lebih mudah mendapatkan manfaat mempelajari ilmu kimia yang
dijelaskan.
Selain membuat siswa menjadi lebih tertarik dan lebih berkonsentrasi, manfaat alat peraga juga
dapat membuat suasana belajar menjadi semakin kondusif. Siswa akan lebih memusatkan
perhatian pada alat peraga dengan penjelasan yang diberikan, sehingga hal ini akan sangat efektif
untuk membuat pelajaran menjadi menyenangkan namun tetap kondusif.
Saat guru menjelaskan materi pelajaran dengan alat peraga, siswa secara otomatis akan
mendengarkan sekaligus melihat apa yang sedang dipelajari. Hal ini akan menghasilkan interaksi
yang positif antara guru dan siswa, karena dengan bantuan alat peraga pemikiran guru dan siswa
dapat sejalan karena siswa lebih mudah menangkap materi yang dipelajari.
Salah satu hal yang membuat siswa merasa bosan saat belajar adalah karena guru hanya
menjelaskan materi saja tanpa ada variasi. Beda halnya jika misalnya menggunakan alat peraga
biologi, guru tidak hanya menjelaskan dengan kata-kata yang membosankan saja namun siswa
mudah menangkap manfaat belajar ilmu biologi karena bisa melihat contoh langsung dari alat
peraga.
8. Memperluas bahasan materi Pelajaran
Penggunaan alat peraga juga bisa menyediakan informasi lebih dari materi yang sedang dipelajari.
Hal ini dikarenakan alat peraga terkadang memiliki konten atau isi yang lebih bisa dieksplorasi
lebih lanjut, sehingga informasi yang akan didapatkan siswa dapat lebih luas cakupannya
E.LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan alat pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan alat pendidikan non material dan alat pendidikan
material? Berikan contohnya!
3. Berikan contoh dari karakteristik alat pendidikan material!
4. Tuliskan apa yang perlu diperhatikan dari penggunaan alat pendidikan?
BAB III
karaktersitik alat pendidikan merupakan hal yang dapat dikatakan sebagai persyaratan atau
sebagai kondisi ideal alat pendidikan, baik yang itu alat pendidikan non material maupun alat
pendidikan material yang digunakan dalam kegiatan kependidikan.
a. Karakteristik alat pendidikan non material Alat pendidikan berbentuk non material
merunjuk pada bagaimana sebaiknya menerapkan perbuatan atau tindakan
pendidikan non material harus memenuhi karakteristik tertentu untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Muharam A. (2009:135) meskipun alat pendidikan kebendaan atau material seperti: lahan,
gedung, prabot dan perlengkapan lebih berkaitan dengan kegiatan pendidikan di sekolah, namun
karena sifat pendidikan secara umumpun memanfaatkan pentingnya peran alat pendidikan
berbentuk material, maka beberapa kerakteristik berikut ini perlu dipahami dan dijadikan
pertimbangan pendidik dalam menjalankan kegiatan pendidikan seperti:
a. Alat pendidikan hendaklah terbuat dari alat yang kuat dan tahan lama dengan
memperhatikan keadaan setempat.
b. Pembuatan alat pendidikan mudah dan dapat dikerjakan secara masal. c. Biaya
alat pendidikan relative murah.
d. Alat pendidikan hendaknya enak dan nyaman bila ditempati atau dipakai
sehingga tidak mengganggu keamanan pemakainya.
Secara lebih rinci syarat-syarat alat pendidikan yang harus diperhatikan pendidik adalah:
f. Kontruksi perabot hendaknya kuat dan tahan lama, mudah dikerjakan secara
masal, tidak terganggu keamanan terdidik, bahannya mudah didapat di pasaran
dan disesuaikan dengan keadaan setempat.
Pembuatan alat pendidikan akan dapat diandalkan keberhasilannya, apabila dimulai dengan
suatu perencanaan yang mantap. Artinya didalam menyusun perencanaan, telah dipikirkan secara
matang tentang manusia, materi serta pembiayaan yang akan menunjang keberhasilan
pendidikan, sehingga benar-benar akan memenuhi syarat filosofis, didaktis, pedagogis, psikologis,
ekologis, ekonomis dan seterusnya. b. Karakteristik alat pendidikan material Sifat pendidikan
secara umum menempatkan pentingnya alat pendidikan berbentuk material, maka berbentuk
beberapa karakteristik yang perlu dipahami di jadikan pertimbangan pendidikan dalam
menjalankan kegiatan pendidikan,seperti:
1. Alat pendidikan hendaknaya terbuat dari bahan yang kuat agat tahan lama,
dengan memperhatikan keadaan setempt.
4. Alat pendidikan hendaknya enak dan nyaman bila ditempati atau dipakai
sehingga keamanan pemakainya.
Alat pendidikan relatif ringan dan mudah untuk dipindah-pindahkan. Secara lebih rinci syarat-
syarat alat pendidikan yang harus diperhatikan oleh seorang pendidikan yaitu:
Syarat-syarat alat pendidikan menurut bentuk dan jenisnya harus sesuai dengan fisik peserat
didik. Maka dari itu ada beberapa hal yang harus doperhatikan, yaitu:
1) Keadaan bahan baku/ material harus memiliki struktur yang kuat, tetapi
ringan, tidak membahayakan bagi keselamatan peserta didik.
A. Karakteristik Alat Pendidikan Non Material Alat pendidikan berbentuk non material merujuk
pada bagaimana sebaiknya menerapkan perbuatan atau tindakan pendidik terhadap peserta
didik. Alat pendidikan non material harus memenuhi karakteristik tertentu untuk mencapai
tujuan pendidikan. Berikut adalah beberapa karakteristik perbuatan / tindakan sebagai alat
pendidikan non material :
1. Fisik Suatu perangkat keras yang biasa diubah menjadi perangkat lunak (soft ware). Sebagai
contoh misalnya, sebuah pita tape dapat diubah menjadi rekaman dari mata kuliah tertentu, dari
benda menjadi
Disket yang telah berisi ini berfungsi sebagai perangkat lunak. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan sesuai perkembangan zaman, maka akan
berkembang pula teknologi pendidikan. Dengan perkembangan teknologi
pedidikan proses pedidikan dapat dijadikan lebih efektif, efesien, dan terawasi.
Misalnya, dengan penggunaan Overhed Project (OHP), siswa akan memperoleh
kesan-kesan yang lebih jelas bila dibandingkan dengan cara verbal.
Daya tangkap lewat indera diperkuat (reinforced) karena stimulus yang disajikan
lewat OHP tersebut. Dengan memperhatikan contoh-contoh di atas dapat
dipahami bahwa sesuai dengan perkembangan teknologi, alat-alat yang
diperlukan untuk pendidikan baik yang berupa perangkat keras (hardware)
maupun perangkat lunak (software) akan semakin banyak jenisnya dan semakin
tinggi kualitasnya. Banyak tokoh teknologi pendidikan, seperti
Papan tulis Papan tulis digunakan hampir di setiap ruangan kelas, papan tulis
biasanya terbuat dari papan biasa, tripleks atau slate.
Papan tulis sangat baik untuk mebuat tulisan, gambar, grafik dan sebagainya. Di
sekolahs ekolah tradisional papan tulis biasanya dipakai secara penuh, akan tetapi
di sekolah-sekolah modern, dimana media teknologi cukup bervariasi, papan tulis
biasanya digunakan secara terbatas. Papan tulis mempunyai nilai tertentu, seperti
penyajian bahan dapat dilakukan secara jelas, kesalahan tulisan mudah diperbaiki,
dapat merangsang anak untuk aktif,
dapat menarik perhatian. Penggunaan papan tulis memerlukan keterampilan
menulis dan kerajinan membersihkannya.
b.Bulletin Board dan Display Alat ini biasanya dibuat secara khusus dan digunakan
untuk mempertontonkan pekerjaan siswa, gambar-gambar, badan, poster atau
objek berdimensi lainnya. Bulletin Board dan Display mempunyai nilai tertentu,
seperti tepat mempertontonkan gambar-gambar khusus yang menunjukkan
benda, poster atau karya kelas lainnya. Dapat digunakan sebagai, papan
pengumuman kelas, pengumuman sekolah atau petugaspe tugas, memperluas
minat anak dan menimbulkan semangat dan tanggung jawab bersama,
menambah pangalaman baru, membangkitkan kecakapan artistik, merangsang
inisiatif, reatifitas dan sebagainya
d. Slide dan FilmStrip Slide dan FilmStrip merupakan gambar yang diproyeksikan,
dapat dilihat dan mudah dioperasikan. Di sekolah-sekolah tradisional hampir tak
pernah digunakan, karena Slide dan FilmStrip mensyaratkan sumber tenaga listrik
dan perangkat keras. Slide dan FilmStrip mempunyai nilai tertentu, yaitu
memudahkan penyajian seperangkat materi terentu, membangkitkan minat anak,
keseragaman informasi, dapat dilakukan secara berulang, menjangkau semua
bidang pelajaran. Penggunaan Slide dan FilmStrip memerlukan keterampilan
tertentu, termasuk kemampuan memberi penjelasan, baik penjelasan pokok
maupun penjelasan tambahan.
e. Film Film pendidikan dianggap efektif untuk digunakan sebagai alat bantu
pengajaran. Film yang diputar di depan siswa harus merupakan bagian integral
dari kegiatan pengajaran. Film mempunyai nilai tertentu, seperti dapat
melengkapi pengalaman-pengalaman dasar, memancing inspirasi baru, menarik
perhatian, penyajian lebih baik karena mengandung nilai nilai rekreasi, dapat
memperlihatkan perlakuan objek yang sebenarnya, sebagai pelengkap catatan,
penjelasan hal-hal abstrak, mengatasi rintangan bahasa dan lain-lain.
f. Rekaman Pendidikan Istilah asing dari alat ini adalah recording, yakni alat audio
yang tidak diikuti dengan visual. Melalui alat ini kita dapat mendengarkan cerita,
pidato, musik, sajak, pengajian dan lain-lain. Rekaman ini sering dilakukan oleh
kelompok individu atau siswa, misalnya merekam ceramah guru. Rekaman
pendidikan mempunyai nilai tertentu, seperti dapat memberikan bermacam-
macam bahan, pelajaran dapat lebih kongkret, mendorong aktivitas belajar, dapat
dibawa kemana-mana, keaslian bahan lebih terjamin, penggunaan bahan yang
efisien.
g. Radio Pendidikan Radio adalah alat elektronik yang muncul dari hasil teknologi
komunikasi. Melalui alat ini orang dapat mendengarkan siaran dari berbagai
penjuru dan peristiwa. Radio pendidikan biasanya tidak dipergunakan penuh
langsung untuk tujuan pendidikan. Di radio pendidikan, biasanya siaran khusus
pendidikan diatur dengan jadwal. Radio pendidikan mempunyai nilai tertentu,
seperti memberikan berita yang up to date, menarik minat, jangkauan luas,
berdasarkan kenyataan, mendorong kreatif, mempunyai nilai rekreatif.
i. Peta dan Globe Peta adalah penyajian visual dari muka bumi, globe adalah bola
bumi atau model. Peta dan globe berbeda secara gradual, akan tetapi saling
melengkapi.
j. Buku Pelajaran Buku pelajaran merupakan alat pelajaran yang paling popular
dan banyak digunakan ditengah-tengah penggunaan alat pelajaran lainnya,
apalagi saat ini dimana alat cetak telah memasuki abad super moderen. Buku
pelajaran mempuyai nilai tertentu, seperti membantu guru dalam merealisasikan
kurikulum, memudahkan kontinuitas pelajaran, dapat dijadikan pegangan,
memancing aspirasi, dapat menyajikan materi yang seragam, mudah diulang dan
sebagainya. Buku pelajaran mempuyai nilai tertentu, seperti membantu guru
dalam merealisasikan kurikulum, memudahkan kontinuitas pelajaran, dapat
dijadikan pegangan, memancing aspirasi, dapat menyajikan materi yang seragam,
mudah diulang dan sebagainya.
Memperhatikan dari beberapa alat pendidikan yang telah dikemukakan di atas dapat
dipahami bahwa, sangat banyak alat pendidikan yang dapat digunakan oleh pendidik
dalam proses pembelajaran yang sangat membantu lancarnya proses pembelajaran
seperti, papan tulis, bulletin board dan display, gambar dan ilustrasi fotografi, slide dan
filmstrip, film, rekaman pendidikan, radio pendidikan, televisi pendidikan, peta dan globe,
dan buku pelajaran, selain itu masih banyak lagi alat pendidikan yang bisa digunakan oleh
seorang pendidik demi tercapainya tujuan pendidikan.
2. Non fisik Alat-alat yang dapat digolongkan kedalam non fisik adalah suasana atau
situasi yang timbul dengan sendirinya atau diciptakan, yang diharapkan mampu
memperlancar proses pendidikan. Kalau hal tersebut ditunjuk pada lingkungan sekolah
atau lembaga pendidikan yang lain maka suasana yang kondusif untuk belajar mengajar
dapat disebut sebagai alat pendidikan yang bersifat non-fisik. Suasana yang kondusif itu
dari hubungan antara pendidikan dan subyek didik tampak adanya kewibawaan yang
berfungsi sebagaimana mestinya. Hubungan antara kedua belah pihak dijalin oleh rasa
cinta, saling menghormati, dan saling percaya mempercayai dan suasana ini diliputi oleh
iklim yang demokratis. Jenis
alat pendidikan menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh Zainuddin terbagi atas dua yaitu
alat pendidikan preventif: anjuran, perintah, larangan, disiplin. Sedangkan alat pendidikan
representatif: peringatan, teguran, sindiran, ganjaran dan hukuman. Pada dasarnya jenis
alat pendidikan Al Ghazali telah dipopulerkan oleh para ahli lainnya seperti pembiasaan,
perintah, pujian, ganjaran, larangan, ganjaran, dan hukuman. Dalam dunia pendidikan
terdapat bermacam alat pendidikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan.
Adapun pembagian alat pendidikan menurut Suwarno membedakan alat-alat pendidikan
dari beberapa segi:
1) Positif, jika ditunjukkan agar anak mengerjakan sesuatu yang baik, misalnya:
contoh yang baik pembiasaan, perintah, pujian, dan ganjaran. Imam Barnadib,
Pendidikan Perbandingan,
2. Negatif, jika tujuannya menjaga supaya anak didik jangan mengerjakan sesuatu
yang jelek, misalnya : larangan, celaan, peringatan, ancaman, hukuman
1) Preventif, jika maksudnya mencegah anak sebelum anak berbuat sesuatu yang
tidak baik. Misalnya, pembiasaan, perintah, pujian, dan ganjaran.
a. Alat pendidikan yang bersifat materil, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa benda-
benda nyata untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan. Misalnya, papan tulis,
OHP, dan lain-lain. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,.
b .Alat pendidikan yang bersifat non materil, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa
kondisi atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam kegiatan pendidikan.9
Dalam memilih alat pendidikan manakah yang baik dan sesuai, haruslah memperhatikan
empat syarat yang berikut:
Di dalam menggunakan alat pendidikan, seharusnya sudah ditegaskan tujuan apa yang ingin
dicapai, tetapi juga harus selalu diingat, bagi para pendidik hendaknya berusaha menghindarkan
tindakan yang bersifat memaksa bagi peserta didik. Disinilah seorang pendidik dituntut untuk
menggunakan keterampilannya dalam memilih dan menggunakan alat pendidikan yang akan
digunakan dalam mendidik. Dalam pengakaian alat pendidikan harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan
2. Jenis alat pendidikan
3. Pendidik yang memakai alat pendidikan
4. Anak didik yang dikenai alat pendidikan
Tidak hanya itu, karena banyak sekali factor-faktor yang harus diperhitungkan oleh para pendidik
dalam hubungannya dengan pemakaian alat-alat pendidikan, yaitu:
1. Faktor pendidik sebagai subjek pendidikan. Yaitu kemampuan dan keterampilan seorang
pendidik dalam mengguanakn alat pendidikan
2. Faktor anak didik. Yaitu kondisi dan situasi anak didik dalam menerima pendidikan, seperti;
perkembangan jiwanya, cara berfikirnya dan sebagainya
3. Faktor kemampuan. Dimana kemampua material sekolah maupun lembaga pendidikan juga
menentukan pemakaian alat pendidikan
4. Faktor Tempat. Yaitu dimana lokasi sekolah, juga menentukan dalam pemakaian alat
pendidikan.
Pendidik sebagai pemakai alat pendidikan juga berbeda-beda keahlian dan orientasinya, meskipun
dalam bidang studi yang sama, lebih-lebih dalam bidang studi yang berbeda, maka tentunya alat
yang dipakai juga berbeda. Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan tentang anak didik adalah
dari segi jenis kelamin, usia, bakat, perkembangan dan kondisi alam sekitar.
Gambar di atas dapat terjadi bila anak tidak mendapatkan akses dalam ia mencurahkan segala
aspirasinya berkaitan dengan larangan-larangan yang di tetapkan.
Padahal jika kita teliti lagi pada coretan-coretan yang ada, maka kita akan dapat menemukan
bebagai kata-kata dan perasaan serta aspirasi bagi mereka yang aspirasinya tidak dapat
tersampaikan/tidak di dengar oleh para petinggi di Negeri ini.
Lalu, daripada menghapus calon-calon seniman tersebut, mengapa anak-anak
tersebut tidak kita latih dan kembangkan menjadi seniman dinding yang baik. Kita
dapat menggunakan gedung-gedung tua yang tidak terpakai untuk melatih
mereka, atau kita juga dapat menggunakan jalan/lapangan beton yang biasa di
gunakan anak-anak bermain. Kita dapat adakan ekstra kulikuler mungkin agar
menjadi wadah awal mereka dalam mengembangkan bakat dan hal itu juga dapat
menjadi kegiatan yang bermanfaat dari pada mereka salah dalam memilih
pergaulan/perkumpulan teman karena kita sendiri juga ikut mengawasi mereka
Dari hal tersebut kita dapat memperoleh banyak manfaat, jika karya mereka bagus
dan layak mengapa tidak kita tawarkan/publikasikan secara umum. Dan bila ada
yang tertarik, bukan tidak mungkin mereka dapat di pekerjakan untuk menghias
gedung atau bangunan atau mungkin mengikut sertakan dalam even-even tertentu.
2. Klothekan
Pernahkah anda mendengar istilah “klotekan”? Saya akan mendeskribsikan
sedikit tentang klotekan, klotekan tersebut biasa dilakukan oleh anak-anak didik
mulai dari SD hingga SMA bahkan sampai anak kuliahan pun kadang melakukan hal ini
walaupun hanya sebentar dan tingkatannya pun tidak separah anak SD. Klotekan sendiri di
lakukan dengan cara membuat suara-suara dari berbagai barang yang di pukulkan antara satu
dengan yang lain. Barang tersebut dapat berupa kayu, besi, atau lain sebagainya yang dapat di buat
musik, lagu atau nada-nada tersendiri oleh para anak-anak yang bermain klotekan.
Memang hal tersebut sangat bagus untuk mengembangkan kreasivitas anak didik, Namun jika hal
itu dilakukan ketika jam pelajaran bukankah akan menyebabkan kebisingan yang akan
mengganggu kelas lain? Apalagi dari klotekan tersebut pasti akan merusak fasilitas kelas seperti
meja kelas dapat retak, kayu-kayu berceceran, dan lain-lain. Maka dari itu kita dapat
mencari siasat tanpa menghilangkan kreativitas dari anak didik kita. Kita buat ekstra kulikuler
seperti drum band, karawitan, rabana atau lain sebagainya. Disana kita bina mereka agar dapat
meningkatkan kreatifitas dan potensi yang ada pada diri mereka, sehingga semua aspirasi mereka
dapat tercurahkan dengan benar.
Tapi, memang benar bahwa biaya untuk membeli fasilitas tersebut tidak bisa di bilang murah.
Apalagi untuk daerah-daerah pedesaan yang sederhana serta pendapatan masyarakat yang masih
tergolong menengah ke bawah. Untuk itu, dapat kita siasati dengan menggabungkan dana dari
beberapa sekolah di daerah tersebut. Kita gabungkan sekolah-sekolah di daerah tersebut, lalu kita
pilih bibit-bibit yang berkualitas. Sehingga jika diadakan lomba daerah tersebut telah terwakili
sehingga diharapkan dapat memengkan perlombaan dan membantu
memperkenalkan kualitas dari ekstra kulikulers sekolah tersebut.
Dengan terkenalnya kualitas dari ekstra kulikuler tersebut, maka warga yang mempunyai acara
seperti hajatan, syukuran, sunatan, dll dapat menyewa jasa dari ekstra kulikuler tersebut sehingga
dapat mendatangkan dana yang dapat memperbaiki fasilitas dari kulikuler tersebut.
Tidak hanya dapat di jadikan personil drum band, para anak-anak dapat pula kita latih untuk
membantu masyarakat ketika puasa. Mereka dapat kita arakan untuk membangunkan warga untuk
sahur ( bedug sahur)
Di sana mereka dapat melatih fisik dan mental mereka sehingga fisik dan mental mereka dapat
terlatih bila nanti harus berhadapan dengan umum bila ingin menjadi personil drum band. Mereka
juga dapat kita latih untuk memeriahkan ketika nanti hari raya idul fitri datang. Mereka dapat
memukul bedug takbiran bersama-sama sehingga dapat menambah kemeriahan dan keakraban
antar teman sebaya
Jadi dalam penggunaan alat pendidikan, seorang pendidik harus mampu
mempertimbangkan pemakaian alat yang benar dan sesuai kebutuhan. Selain itu seorang
pendidik juga harus memiliki kewibawaan dalam melaksanakan tugasnya karena
kewibawaan seorang pendidik adalah suatu alat pendidikan yang dapat membawa anak
didik kepada kedewasaan. Dengan kewibawaan itu seorang anak dapat menghargai dan
patuh kepada pendidik
Ditinjau dari segi wujudnya, maka alat pendidikan itu dapat berupa:
1. Perbuatan mendidik (biasanya disebut software) mencakup nasihat teladan, larangan, perintah,
pujian, teguaran, ancaman , dan hukuman
2. Benda – benda sebagai alat bantu (biasanya disebut hardware) antara lain seperti papan tulis,
meja, kursi, kapur tulis dll.
b. Sementara itu, tindakan pendidikan yang merupakan alat pendidikan dapat ditinjau
berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu:
Alat pendidikan yang bersifat pencegahan, yaitu untuk menjaga agar hal-hal yang dapat
mengganggu atau menghambat kelancaran proses pendidikan bisa dihindarkan
1. Tata Tertib, Yaitu beberapa peraturan yang harus ditaati dalam situasi atau dalam suatu tata
kehidupan tertentu
2. Anjuran dan Perintah, Anjuran adalah ajakan atau saran untuk melakukan sesuatu yang baik
dan berguna. Perintah adalah anjuran yang keras untuk melakukan yang baik dan berguna
3. Larangan, Yaitu ajakan atau saran untuk tidak melakukan hal-hal yang kurang baik dan
merugikan. Biasanya larangan ini disertai dengan ancaman-ancaman
4. Paksaan, Yaitu perintah dengan kekerasan terhadap anak untuk melakukan sesuatu yang baik
danbermanfaat
5. Disiplin, Yaitu suatu sikap mental yang dengan kesadaran dan keinsafannya mematuhi perintah-
perintah atau larangan yang ada terhadap suatu hal, karena benar-benar tahu tentang pentingnya
perintah atau larangan tersebut.
Alat pendidikan repressif disebut juga alat pendidikan kuratif atau korektif. alat pendidikan ini
berfungsi dimana pada suatu ketika terjadi pelanggaran tata tertib, maka alat tersebut penting
untuk menyadarkan kembali kepada hal-hal yang baik, benar dan tertib.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Drs. Madyo Ekosusilo yang membagi alat
pendidikan menjadi dua, yaitu
1) Alat Pendidikan yang bersifat materiil, yaitu alat-alat pengajaran yang berupa benda-benda
yang nyata
2) Alat pendidikan yang bersifat non materiil, yaitu alat-alat pendidikan yang tidak bersifat
kebendaan melainkan segala macam keadaan atau kondisi, tindakan dan perbuatan yang diadakan
atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam melaksankan pendidikan
a. Alat pendidikan langsung (direct). Alat pendidikan langsung adalah suatu alat pendidikan yang
disampaikan atau diberikan secara langsung kepada peserta didik.
b. Alat pendidikan tidak langsung (inderect). Alat pendidikan tidak langsung berarti suatu alat
pendidikan yang diberikan atau disampaikan secara tidak langsung melalui perantara
E.LATIHAN
BAB IV
Secara umum, alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Amir Dien Indrakusuma membedakan faktor dan alat pendidikan. Faktor adalah hal
atau keadaan yang ikut serta menentukan berhasil tidaknya pendidikan. Sedangkan alat adalah
langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses pendidikan.
Sementara itu, Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan dari aspek fungsinya, yakni ; alat
sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan (untuk
mencapai tujuan selanjutnya).
Dalam praktek pendidikan, istilah alat pendidikan sering diidentikkan dengan media pendidikan,
walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media. Media pendidikan adalah ”alat,
metode dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas komunikasi dan
interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu
satuan pendidikan.Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang
mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: sekolah dasar (SD), sekolah menengah
pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA). Pendidikan kejuruan Pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja
dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah sekolah menengah kejuruan (SMK).
Dalam praktek pendidikan, istilah alat pendidikan sering diindentikkan dengan media pendidikan,
walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media. Namun yang dimaksud disini
adalah alat pendidikan bukan media pendidikan.
Alat pendidikan adalah langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses pelaksanaan
pendidikan . jadi alat pendidikan itu berupa usaha dan perbuatan yang secara konkrit dan tegas
dilaksanakan, guna menjaga agar proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil .
Namun secara umum, alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan .
Sementara itu, Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan dari aspek fungsinya, yakni ; alat
sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, alat
sebagai tujuan untuk mencapai tujuan selanjutnya. menurut pendapat ini, alat pendidikan bisa
berupa usaha/perbuatan atau berupa benda/perlengkapan yang bisa
memperlancar/mempermudah pencapaian tujuan pendidikan.
Dalam dunia pendidikan terdapat bermacam alat pendidikan sebagai sarana untuk mencapai
tujuan, Ahmad D. Marimba membagi alat pendidikan ke dalam dua bagian:
a) alat pendidikan pendahuluan
adalah alat penddikan yang di terapkan atau di gunakan bagi anak didik yangtelah mengerti dan
menginsyafi akan arti kewibawaan ,dan terdiri dari:
1. Pembiasaan
Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting sekali, terutama bagi anak-anak yang
masih kecil. Anak-anak kecil belum menginsyafi apa yang dikatakan baik dan apa yang dikatakan
buruk dalam arti asusila. Oleh karena itu, pembiasaan merupakan alat satu-satunya. Pembiasaan
adalah salah satu alat pendidikan yang penting sekali, terutama bagi anak-anak yang masih
kecil.Sejak dilahirkan anak-anak harus dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan dan perbuatan-
perbuatan yang baik, seperti dimandikan dan ditidurkan pada waktu tertentu, diberi makan dengan
teratur dan sebagainya.
Anak-anak dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan dengan jalan membiasakannya
dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam rumah tangga atau keluarga, di sekolah dan juga
di tempat lain.
Supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya, harus memenuhi beberapa syarat
tertentu, antara lain :
a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain
yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
b. Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga
akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. Untuk itu dibutuhkan pengawasan.
c. Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendiriannya yang
telah diambilnya.
d. Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai
kata hati anak itu sendiri.
2. Pengawasan
Di atas telah dikatakan bahwa pembiasaan yang baik membutuhkan pengawasan. Pengawasan itu
penting sekali dalam mendidik anak. Tanpa pengawasan berarti membiarkan anak berbuat
sekehendaknya anak tidak akan dapat membedakan yang baik dan yang buruk, tidak mengetahui
mana yang seharusnya dihindari atau tidak senonoh dan mana yang boleh dan harus dilaksanakan,
mana yang membahayakan dan mana yang tidak.
Anak yang dibiarkan tumbuh sendiri menurut alamnya, dan menjadi manusia yang hidup menurut
nafsunya saja. Kemungkinan besar anak itu menjadi tidak patuh dan tidak dapat mengetahui
kemana arah hidup yang sebenarnya.
Memang, ada pula ahli-ahli didik yang menuntut adanya kebebasan yang penuh dalam pendidikan.
Roussean, umpamanya, adalah seorang pendidik yang beranggapan bahwa semua anak yang sejak
dilahirkan adalah baik, menganjurkan pendidikan menurut alam. Menurut pendapatnya, anak
hendaknya dibiarkan tumbuh menurut alamnya yang baik itu sehingga mengenai hukuman pun
Roussean menganjurkan hukuman alami.
Tetapi pendapat para ahli didik sekarang umumnya, sependapat bahwa pengawasan adalah alat
pendidikan yang penting dan harus dilaksanakan, biarkan secara berangsur-angsur anak itu harus
diberi kebebasan. Pendapat yang akhir ini mengatakan bukankah kebebasan itu yang dijadikan
pangkal atau permulaan pendidikan, melainkan kebebasan itu yang hendak diperoleh pada
akhirnya.
3. Perintah
Perintah bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang yang harus dikerjakan oleh orang lain.
Melinkan dalam hal ini termasuk pula peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh anak-
anak. Tiap-tiap perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma kesusilaan,
jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan ke arah peraturan susila.
Suatu perintah atau peraturan dapat mudah ditaati oleh anak-anak jika si pendidik sendiri juga
menaati dan hidup menurut peraturan-peraturan itu. Tony. Tidak mungkin suatu aturan sekolah
ditaati oleh murid-muridnya jika guru sendiri tidak menaati peraturan yang telah dibuatnya itu.
v Syarat-syarat memberi perintah antara lain :
a. Perintah hendaknya terang dan singkat, jangan terlalu banyak komentar, sehingga mudah
dimengerti oleh anak.
b. Perintah hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan umur anak sehingga jangan sampai
memberi perintah yang tidak mungkin dikerjakan oleh anak itu. Tiap-tiap perintah hendaknya
disesuaikan dengan kesanggupan anak.
c. Kadang-kadang perlu pula kita mengubah perintah itu menjadi suatu peritah yang lebih bersifat
permintaan sehingga tidak terlalu keras kedengarannya. Hal ini berlaku lebih-lebih terhadap anak
yang sudah besar.
d. Janganlah terlalu banyak dan berlebihlebihan memberi perintah,sebab dapat mengakibatkan
anak itu tidak patuh, tetapi menentang, pendidik hendaklah hemat akan perintah.
e. Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah diperintahkannya, suatu perintah yang
harus ditaati oleh seorang anak, berlaku pula bagi anak lain.
f. Suatu perintah yang bersifat mengajak, sipendidik turut melakukannya, umumnya lebih ditaati
oleh anak-anak dan dikerjakannya dengan gembira.
4.keteraturan
Berarti berlangsung pada waktu, tempat dan dengan cara yang sama/ ajeg /tetap.
5. kebersihan
Berarti menanamkan kebiasaan bagi anak didik agar tetap bersih dan rapi
6.ketenangan
Artinya menanamkan kebiasaan bagi anak didik untuk ikut menjaga keharmonisan keluarga,
sehingga dapat hidup dengan tenang
Alat pendidikan dapat diartikan pula sebagai media atau perantara dalam berlangsungnya
proses komunikasi pembelajaran. beberapa ahli telah mengenukakan pengertian tentang media
ini, antara lain:[2]
1. NEA mengartikan media sebagai sarana komunikasi, baik dalam bentuk cetak maupun pandang
dengar, termasuk perangkat kerasnya.
2. Wilbur Schramm mendefinisikan media sebagai teknologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.
3. Miarso menegaskan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar pada diri siswa.
Namun alat pendidikan tidak hanya berarti alat penunjang pendidikan berupa teknologi
semata. Alat pendidikan merupakan suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk
tercapainya suatu tujuan pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan
yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diiinginkan.
Dalam pengertian yang luas, alat meliputi juga faktor-faktor pendidikan yang lain, seperti
tujuan, pendidik, anak didik, dan lingkungan pendidikan. Bilamana faktor-faktor tersebut digunakan
dan direncanakan dalam perbuatan atau tindakan mendidik.
Dalam konteks ini alat-alat pendidikan lebih konkret dan lebih jelas pengaruhnya pada
proses pelaksanaan pendidikan. Alat-alat pendidikan berupa perbuatan-perbuatan atau tindakan-
tindakan yang secara konkret dan tegas dilaksanakan, guna menjaga proses pendidikan bisa
berjalan dengan lancar dan berhasil.
Dari segi wujudnya alat-alat pendidikan itu dapat dikategorikan berupa[3]:
1. Perbuatan pendidik (biasa disebut software); mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah,
pujian, teguran, ancaman dan hukuman.
2. Benda-benda sebagai alat bantu (biasa disebut hardware); mencakup meja, kursi, belajar, papan
tulis, penghapus, kapur tulis, buku, peta, OHP, dan sebagainya.
Berikut ini merupakan jenis-jenis alat pendidikan dalam bentuk software.
A. Pembiasaan
Pembiasaan merupakan hal yang menjadi dasar bagi anak didik dalam menjalankan proses
belajar. Hal ini tentu memerlukan bantuan dari pendidik sebagai alat pendidik yang mengarahkan
anak pada pembiasaan tersebut.
B. Pengawasan
Satu hal yang perlu disadari, bahwa manusia bersifat tidak sempurna, sehingga akan terjadi
kemungkinan-kemungkinan untuk berbuat khilaf dan salah. Lagipula perlu diperhatikan, bahwa
anak-anak bersifat pelupa, cepat melupakan apa yang dilarang ataupun yang diperintahkan
kepadanya. Karena itu sebelum kesalahan itu berlangsung lebih jauh, perlu adanya pengawasan
dalam bentuk teguran. Teguran dapat berupa kata-kata ataupun isyarat-isyarat. Seperti pandangan
mata yang melotot dengan menunjuk anak didik sebagai isyarat untuk tidak melakukan kesalahan.
Dalam pembiasaanpun perlu adanya pengawasan, karena jika anak-anak melakukan
pembiasaan yang salah tentu akan berdampak kepada pembiasaan yang salah. Inilah alasan
mengapa pengawasan diperlukan sebagai alat pendidikan.
C. Perintah
Perintah adalah tindakan pendidik menyuruh anak didik melakukan sesuatu yang
diharapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat ini adalah sebagai pembentuk disiplin secara
positif. Disiplin diperlukan dalam pembentukan kepribadiaan, terutama karena nanti akan menjadi
disiplin sendiri, dengan penanaman disiplin dari luar terlebih dahulu.
Perintah akan mudah ditaati oleh anak, jika pendidik juga mengikuti aturan-aturan yang
telah disepakati. Syarat-syarat member perintah antara lain:
1. Perintah sebaiknya jelas agar mudah dimengerti si anak
2. Perintah hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak
3. Perintah hendaknya tidak berlebihan
4. Perintah diberikan hendaknya dengan cara mengajak
D. Larangan
Larangan merupakan tindakan pendidik yang menyuruh anak didik untuk tidak melakukan
atau menghindari tingkah laku tertentu demi tercapainya tujuan pendidikan tertentu. Hal yang
perlu diperhatikan adalah diusahakan alasan larangan diketahui dan diterima oleh anak didik.
Itulah sebabnya pada awal pembelajaran harus ada aturan yang disepakati antara anak
didik dan pendidik. Baik berupa larangan, pelanggaran, atau aturan-aturan lain yang harus ditaati
anak didik ketika proses pendidikan berlangsung. Dan perlu diperhatikan bahwa jangan terlalu
sering anda melarang anak, karena akan berdampak pada sifat anak yang kurang baik. Seperti
sering melawan, pesimis, kurang percaya diri, pemalu dan sebagainya.
E. Hukuman
Menghukum ialah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan
sengaja kepada anak didik dengan maksud agar penderitaan tersebut betul-betul dirasakannya,
untuk menuju kea rah perbaikan. Dengan demikian hukuman merupakan alat pendidikan istimewa,
sebab membuat anak didik menderita.
Dalam hal pemberian hukuman, paling tidak ada dua prinsip dasar mengapa diadakan[4].
a. Hukuman diadakan karena adanya pelanggaran, adanya kesalahan yang diperbuat.
b. Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran.
Bentuk hukuman sendiri bisa berupa hukuman badan, hukuman perasaan, dan hukuman
intelektual. Hukuman intelektual tampak lebih baik dilakukan (tetapi tergantung tujuannya), dalam
hal ini misalnya anak didik diberi kegiatan tertentu sebagai hukuman berdasarkan alasan bahwa
kegiatan tersebut akan langsung membawanya ke perbaikan proses belajarnya. Sebaliknya
hukuman badan akan berpengaruh terhadap interaksi antara pendidik dan anak didik yang kurang
baik.
B.Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai
dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya termasuk
kedalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan
latihan profesional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. Dan pendidikan formal
juga merupakan lembaga pendidikan yang ditempuh melalui jalur institusi yang sudah ditentukan
dan ditetapkan, serta diatur oleh sekelompok orang yang berwenang yang dalam hal ini
pemerintah atau sebuah yayasan.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan perguruan
tinggi. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal negeri dan pendidikan formal berstatus
swasta.
Sebagaimana yang tertera dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 13 Ayat 1 dijelaskan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non forman dan
informal yang dapat saling memperkaya dan melengkapi. Dari UU di atas kita tahu antara tiga
jalur pendidikan tersebut saling berkaitan dan berfungsi untuk saling melengkapi. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal yang memiliki kurikulum dan perencanaan yang sistematis memiliki
beberapa fungsi, antara lain.
1. Membantu lingkungan keluarga dalam mendidik dan mengajar tingkah laku anak
sebagai peserta didik, memperbaiki dan memperluas pengetahuan yang mereka
miliki, dan juga megembangkan bakat mereka.
2. Mengembangkan kepribadian peserta didik melalui kurikulum yang ada, antara
lain;
a) Peserta didik dapat bergaul dengan lingkungan sekolah (guru, karyawan, teman) dan juga
dengan masyarakat sekitar.
c) Mempersiapkan peserta didik untuk terjun di masyarakat sesuai dengan norma-narma yang
berlaku.
pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang dibuat secara sistematis, terstruktur, dan
berjenjang.
Pendidikan formal merujuk pada sekolah yang terikat legalitas formal dan memiliki sejumlah
persyaratan yang cukup ketat. Berdasarkan jenjang atau tingkat pendidikan formal terbagi
menjadi tiga, yaitu:
Pendidikan dasar Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), atau yang sederajat.
Pendidikan menengah Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan yang
sederajat.
Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA),
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan yang sederajat.
Pendidikan tinggi Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang diselenggarakan perguruan tinggi.
Jenjang yang diatur oleh pendidikan tinggi adalah program diploma, sarjana, magister, spesialis,
dan doktor.
Ciri-ciri pendidikan formal Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan formal, bisa diselenggarakan oleh pemerintah (dalam hal ini sekolah atau institusi
negeri) maupun swasta, atau yang dikelola yayasan. Pendidikan formal harus memiliki legalitas
formal yang terstandarisasi serta manajemen dan administrasi yang tercatat dan terlaporkan
dengan jelas kepada pemerintah. Proses pembelajarannya menggunakan kurikulum formal.
Memiliki persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik. Tempat belajar berada di gedung
sekolah atau perguruan tinggi. Materi pembelajaran bersifat akademis, memiliki ujian formal yang
diakui pemerintah, kurikulumnya jelas. Tenaga pengajar pendidikan formal memiliki persyaratan
khusus. Memiliki jadwal belajar yang tersusun
C.Pendidikan nonformal
Pengertian Pendidikan Nonformal Menurut Para Ahli
Hamojoyo (1973)
Pengertian pendidikan nonformal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di
luar sistem persekolahan, melalui hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok dan
masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial (yang efektif) guna meningkatkan taraf hidup
dibidang materil, sosial dan mental dalam rangka usaha mewujudkan kesejahteraan sosial.
Coombs (1973)
Secara luas Coombs memberikan pengertian pendidikan nonformal adalah: setiap kegiatan
pendidikan yang terorganisasi, diselenggarakan di luar pendidikan persekolahan, diselenggarakan
secara tersendiri atau merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas dengan
maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar di dalam mencapai tujuan belajar.
Niehoff, (1977)
Niehoff merumuskan pengertian pendidikan nonformal secara terperinci yakni: Pendidikan
nonformal didefinisikan sebagai tujuan kita yang berisi metode menilai kebutuhan dan minat akhir
orang dewasa dan remaja putus sekolah di negara berkembang – berkomunikasi dengan mereka,
memotivasi mereka pada pola, dan kegiatan terkait yang akan meningkatkan produktivitas mereka
dan meningkatkan kehidupan standar mereka.
Pendidikan non formal ialah jalur pendidikan yang tujuannya untuk mengganti, menambah dan
melengkapi pendidikan formal. Pendidikan ini dapat diselenggarakan oleh lembaga khusus yang
ditunjuk oleh pemerintah dengan berpedoman pada standar nasional pendidikan. Dan karena
berpedoman pada standar nasional pendidikan maka hasil dari pendidikan non formal tersebut
dapat dihargai setara dengan pendidikan formal.
Dan pada dasarnya dalam pendidikan non formal terdapat dua tujuan utama yaitu:
Untuk memenuhi kebutuhan belajar tingkat dasar, misalnya pengetahuan tentang alam,
pendidikan keaksaraan, pengetahuan kesehatan dan gizi, pengetahuan umum dan
kewarganegaraan dan sebagainya.
Untuk keperluan pendidikan lanjutan melengkapi pendidikan tingkat dasar dan pendidikan
nilai-nilai hidup. Misalnya meditasi, pendidikan kesenian, pengajian, sekolah minggu, dan
lain-lain.
Seperti kita ketahui, setiap individu membutuhkan pendidikan dan pembelajaran di dalam
hidupnya sepanjang hayat. Dengan mendapatkan pendidikan di luar sekolah, setiap individu dapat
memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang bermanfaat bagi perkembangan dirinya.
Namun cukup banyak anak yang tidak mendapatkan akses pendidikan karena berbagai alasan.
Misalnya karena kurangnya kesadaran dari orang tua akan pentingnya pendidikan, keterbatasan
biaya, diskriminasi gender dan lainnya. Hal inilah yang menjadi salah satu tujuan diadakannya
pendidikan di luar sekolah yaitu untuk memberikan akses pendidikan bagi anak yang tidak sekolah
atau putus sekolah.
Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non formal paling banyak ditemui pada pendidikan
anak usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran, yang banyak
terdapat di Masjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua Gereja. Selain itu, ada juga
berbagai kursus, diantaranya kursus memasak, musik, bimbingan belajar dan sebagainya. Baca
juga: RUU Sisdiknas, Wajib Belajar 13 Tahun, dan 4 Poin Lain yang Berubah Termasuk pendidikan
kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik. Seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM),
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain
sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik.
Ciri-ciri pendidikan non formal Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pembelajaran bisa dilakukan di
luar kelas atau gedung sekolah. Pendidikan informal, bisa diselenggarakan oleh pemerintah
maupun swasta. Persyaratan peserta didik bisa tidak terbatas, atau tidak ada persyaratan khusus.
Pendidikan berlangsung singkat, ada ujian, bersifat praktis dan khusus. Memiliki jadwal yang
tersusun. Materi pelajarannya didasarkan pada kebutuhan peserta didik, kebanyakan pendidikan
mengenai keterampilan bekerja.
Contoh:
1. Lembaga kursus komputer.
2. Lembaga kursus bahasa asing.
3. Lembaga kursus seni musik.
4. Lembaga kursus kerajinan tangan.
5. Dan lain-lain.
Kelompok Belajar
Kelompok belajar adalah pendidikan non formal yang terdiri dari sekelompok masyarakat yang
saling berbagi pengalaman dan kemampuan satu sama lain. Tujuan dari kelompok belajar ini adalah
untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup setiap anggota kelompok belajar.
Majlis Ta’lim
Majlis Ta’lim adalah pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup yang berhubungan dengan agama
Islam.
Contoh:
1. Kelompok pengajian
2. Kelompok Yasinan
3. Pengajiana kitab kuning
4. Salafiah
5. Dan lain-lainnya.
Contoh:
1. Balai latihan dan penyuluhan.
2. Pra sekolah “kelompok bermain, penitipan anak”.
3.
4. Padepokan pencak silat.
5. Sanggar kesenian.
6. Dan lain-lainnya.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan masyarakat, majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis.
D.Pendidikan daring
Pembelajaran daring adalah pendidikan formal yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan,
dimana instruktur dan peserta didiknya berada di lokasi terpisah dan tidak bertatap muka secara
langsung, sehingga memerlukan sistem atau platform telekomunikasi interaktif untuk
menghubungkan ke duanya beserta berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya.
Istilah daring merupakan akronim dari kata dalam jaringan. Pembelajaran daring merupakan
sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan
melalui online yang menggunakan jaringan internet. Pembelajaran daring menggunakan media
aplikasi untuk memudahkan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran secara jarak
jauh.
Pembelajaran daring bertujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu yang bersifat masif
dan terbuka untuk menjangkau audiens yang lebih banyak dan lebih luas. Pembelajaran daring
memberikan metode pembelajaran yang efektif, seperti berlatih dengan adanya umpan balik
terkait, menggabungkan kolaborasi kegiatan dengan belajar mandiri, personalisasi pembelajaran
berdasarkan kebutuhan siswa dan menggunakan simulasi dan permainan.
Pengertian Pembelajaran Daring
Berikut definisi dan pengertian pembelajaran daring dari beberapa sumber buku dan referensi:
Menurut Mustofa, Chodzirin dan Sayekti (2019), pembelajaran daring memiliki ciri-ciri atau
karakteristik, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik dan berbagai elemen multimedia.
2. Komunikasi dilakukan secara serentak dan tak serentak seperti video conferencing, chats
rooms, atau discussion forums.
3. Digunakan untuk belajar pada waktu dan tempat maya.
4. Dapat digunakan berbagai elemen belajar berbasis CD-ROM untuk meningkatkan
komunikasi belajar.
5. Materi ajar relatif mudah diperbaharui.
6. Meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan fasilitator.
7. Memungkinkan bentuk komunikasi belajar formal dan informal.
8. Dapat menggunakan ragam sumber belajar yang luas di internet.
Pembelajaran daring memiliki seperangkat landasan dasar yang secara intrinsik menjadi
persyaratan untuk keberlangsungan proses pembelajaran daring. Dalam Surat Edaran
Kemendikbud Nomor 15 tahun 2020 mengemukakan prinsip Belajar Dari Rumah (BDR) atau
pembelajaran daring adalah sebagai berikut:
1. Keselamatan dan kesehatan lahir batin peserta didik, pendidik, kepala satuan pendidikan
dan seluruh warga satuan pendidikan menjadi pertimbangan utama dalam pelaksanaan
BDR.
2. Kegiatan BDR dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi
peserta didik, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum.
3. BDR dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup, antara lain mengenai pandemi
COVID-19. d. Materi pembelajaran bersifat inklusif sesuai dengan usia dan jenjang
pendidikan, konteks budaya, karakter dan jenis kekhususan peserta didik.
4. Aktivitas dan penugasan selama BDR dapat bervariasi antar daerah, satuan pendidikan
dan Peserta Didik sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan
kesenjangan akses terhadap fasilitas BDR.
5. Hasil belajar peserta didik selama BDR diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan
berguna dari guru tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.
6. Mengedepankan pola interaksi dan komunikasi yang positif antara guru dengan orang
tua/wali.
Pembelajaran daring harus dikemas sekreatif mungkin agar mudah dipelajari oleh peserta didik.
Selain itu perancangan pembelajaran daring harus sederhana sehingga tidak membebankan
kepada peserta didik. Menurut Pohan (2020), pembelajaran daring memiliki tiga prinsip utama,
yaitu:
Menurut Majid (2017), terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran daring, antara lain yaitu sebagai berikut:
Strategi pembelajaran langsung adalah suatu strategi yang berpusat pada guru yang paling tinggi
dan paling sering di gunakan. Pada strategi ini di dalamnya termasuk metode ceramah, metode
pertanyaan, pengajaran eksplisit, praktik dan latihan, serta metode demonstrasi. Strategi
pembelajaran langsung lebih efektif di gunakan untuk memperluas informasi atau
mengembangkan keterampilan secara bertahap.
Strategi pembelajaran interaktif merupakan sebuah strategi yang dapat dikembangkan dalam
waktu rentang pengelompokan dan metode-metode interaktif. Di dalamnya terdapat bentuk-
bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau pengerjaan tugas berkelompok dan kerja sama
siswa secara berpasangan.
Media pembelajaran daring merupakan sebuah alat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
konsep jarak jauh dengan berbasis internet, dimana guru dan peserta didik dapat mengaksesnya
di luar kegiatan pembelajaran sekolah. Menurut Yuliani, dkk (2020), beberapa jenis media yang
biasa digunakan dalam pembelajaran daring di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Media visual
Menurut Suparto, media visual merupakan gambar yang secara keseluruhan dari sesuatu yang
dijelaskan ke dalam suatu bentuk yang dapat divisualisasikan. Media visual terdiri atas media
yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visuals) dan media yang dapat diproyeksikan
(projected visuals). Media yang dapat diproyeksikan bisa berupa gambar diam atau bergerak.
b. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (haknya dapat
didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan para siswa untuk
mempelajari bahan ajar. Program kaset suara dan program radio adalah bentuk dari media audio.
Penggunaan media audio dalam kegiatan pembelajaran pada umumnya untuk melatih
keterampilan yang berhubung dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan.
c. Media Audio-Visual
Media audio-visual merupakan media yang kombinasi audio dan visual, atau bisa disebut media
pandang-dengar. Dengan menggunakan media audio-visual penyajian bahan ajar kepada siswa
akan semakin lengkap dan optimal. Contoh dari media audio-visual di antaranya program video
atau televisi pendidikan, video atau televisi instruksional, dan program slide suara.
d. Media Elektronik
Media elektronik merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan informasi pendidikan
yang dimanfaatkan secara umum, baik di kalangan pendidikan maupun masyarakat secara luas.
Contoh media elektronik yaitu slide dan flimstrip, film, TV dan radio.
e. Media Zoom
Media Zoom merupakan sebuah salah satu aplikasi yang dapat di gunakan guru dengan cara
melakukan kegiatan pembelajaran virtual. Dengan aplikasi Zoom guru dapat mempertemukan
peserta didik dengan guru secara virtual atau video sehingga dengan melakukan proses
pembelajaran dengan menggunakan Zoom dapat tersampaikan dengan baik.
Google Classroom merupakan sebuah alat aplikasi ruang kelas yang sudah disediakan oleh
Google. Dalam Google Classroom pengajar dapat lebih mudah dalam membagikan materi
pembelajaran atau tugas pembelajaran yang sudah di susun. Pada Google Classroom memberikan
waktu untuk pengumpulan tugas, sehingga peserta didik tetap disiplin untuk mengumpulkan
tugas dan mengatur waktu.
g. Youtube
Youtube merupakan sebuah alat aplikasi untuk mengupload video. Youtube banyak di gunakan
untuk berbagi informasi video, dimana Youtube juga digunakan untuk sumber pembelajaran
daring. Youtube merupakan salah satu alat media pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan
pembelajaran berbasis internet atau daring yang dapat memvisualisasikan materi pembelajaran
yang baik dan efektif melalui Youtube.
Terdapat beberapa perbedaan antara pembelajaran daring dengan pembelajaran luring atau
tatap muka, perbedaan tersebut merupakan kelebihan dan kekurangan masing-masing, antara
lain yaitu sebagai berikut:
Pembelajaran Daring. Tidak ada kebutuhan fisik seperti ruang kelas. Guru dan murid
dipermudah karena bisa belajar dan mengajar di mana saja dan kapan saja meskipun
dalam jarak yang jauh.
Pembelajaran Tatap muka. Membutuhkan ruang kelas secara fisik. Guru dan murid harus
bertemu, bertatap muka di tempat dan waktu yang sama. Artinya jarak harus dekat demi
untuk menumbuhkan ilmu, etika dan psikologis murid dan guru.
b. Waktu pembelajaran
Pembelajaran Daring. Bagi murid lebih luwes dan dinamis mengatur waktu. Murid dapat
belajar kapan saja. Tentu saja hal tersebut bisa menguntungkan bagi murid yang tidak
tidak memungkinkan dan tidak punya banyak waktu untuk datang ke kelas secara fisik.
Pembelajaran Tatap Muka. Dalam pembelajaran dibutuhkan berkumpul dalam waktu
yang sama. Guru dan murid harus hadir dalam ruang kelas pada waktu yang sama.
Otomatis dibutuhkan kedisiplinan mengikuti pembelajaran di kelas.
Pembelajaran Daring. Pembelajaran daring atau sistem online internet membuat para
murid untuk belajar mandiri. Murid dapat mengatur sendiri dalam melaksanakan tugas
pembelajaran.
Pembelajaran Tatap Muka. Kemandirian pada kelas tradisional masih kurang jika
dibandingkan kelas online. Belajar pada kelas tradisional cukup mengikat. Murid kadang
harus dipaksa guru untuk memperhatikan dan fokus pelajaran. Hal ini disebabkan
kurangnya kesadaran untuk belajar dan memperoleh ilmu.
Pembelajaran Daring. Sampai saat ini pembelajaran secara online di negara kita belum
ada standar atau kurikulum yang baku untuk materi yang diberikan kepada para pelajar.
Pembelajaran Tatap Muka. Pada pembelajaran dengan tatap muka sudah ada kurikulum
dan akreditasi untuk menjamin mutu dan standar materi ajar. Untuk para pengajarnya
pun ada standar dan sertifikasi, sehingga lebih ada jaminan untuk ketrampilan dan
kapasitasnya sebagai pendidik.
Pembelajaran Daring. Sering kali murid diberikan tugas lewat handphone dalam aplikasi
media kebanyakan tidak fokus mengerjakan. Mereka di saat bersamaan chatting dengan
lainnya atau sejenisnya.
Pembelajaran Tatap Muka. Murid fokus mengerjakan tugas karena di dampingi guru dan
mengerjakanya tanpa gangguan alat komunikasi lainnya. Juga aturan standar di kelas
membantu murid fokus pembelajaran.
E.Pendidikan inklusif
Pendidikan Pendidikan inklusif adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan yang terbuka
bagi siapa saja, dengan latar belakang berbeda, serta kondisi yang berbeda. Jadi pendidikan
inklusif ini juga bisa diperuntukan bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus atau
keterbatasan.
khusus ini akan menempatkan siswa dengan kebutuhan khusus bersama dengan siswa didik
umumnya di dalam satu kelas. Sehingga diharapkan dengan adanya pendidikan inklusif ini dapat
mengembangkan potensi pada anak-anak berkebutuhan khusus di dalam lingkungan umum.
Karena kondisi setiap siswa berbeda, terutama dari segi fisik, maka akan ada penyesuaian metode
pengajaran agar dapat dipahami oleh peserta didik reguler dengan peserta didik berkebutuhan
khusus.
Pendidikan inklusif ini dinilai dapat mengembangan secara maksimal bakat anak, karena seperti
diketahui setiap anak memiliki potensi bakat yang berbeda-beda.
Sementara itu, kurikulum yang diterapkan di sekolah inklusif adalah kurikulum sekolah reguler
yang disesuaikan. Maksudnya adalah kurikulum sedikit dimodifikasi agar bisa sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan kondisi siswa. Tes akhir pendidikan inklusif ini akan disamakan
dengan sekolah reguler jadi akan diukur dengan menggunakan ujian akhir yang sudah
disesuaikan.
Tujuan Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif ini sebenarnya sudah tercantum dalam undang-undang terkait dengan sistem
pendidikan nasional. Jadi tujuan pendidikan inklusif antara lain:
1. Memenuhi hak asasi manusia untuk mendapatkan pendidikan yang setara.
2. Meningkatkan kepercayaan diri anak-anak, baik itu berkebutuhan khusus maupun
tidak.
3. Menumbuhkan rasa toleransi terhadap perbedaan terhadap anak-anak.
4. Semua peserta didik dapat membaur menjadi satu sehingga tercipta interaksi aktif.
5. Bagi pendidik, para pendidik akan mendapatkan pengetahuan mengenai
pembelajaran kepada siswa dengan latar belakang Indonesia.
6. Mampu memberikan pendidikan terhadap seluruh siswa dengan latar belakang yang
berbeda.
7. Dapat mengembangkan gagasan baru agar bisa diaplikasikan ke lingkungan
masyarakat.
Orang Tua dalam Pendidikan Inklusif
Selain tenaga didik, orang tua juga memiliki peran dalam pendidikan inklusif. Jadi dalam
pendidikan inklusif orang tua bisa belajar memahami anaknya di lingkungan luar sekolah.
Dengan pendidikan inklusif diharapkan orang tua paham mengenai cara mendidik dan
membimbing anaknya. Selain itu dengan adanya pendidikan inklusif diharapkan orang tua bisa
merasa dihargai karena anaknya diberikan pendidikan yang tidak dibeda-bedakan.
Prinsip Pembelajaran Inklusif
Ada dua prinsip pembelajaran inklusif yang diterapkan, yakni prinsip umum dan prinsip khusus.
Berikut penjelasannya:
Prinsip Umum
Prinsip Konteks
Jadi melalui prinsip ini, para tenaga didik dapat menjelaskan materi sesuai dengan konteks yang
ada di lingkungan sehari-hari siswa.
Prinsip Motivasi
Para tenaga didik harus memberikan motivasi terhadap para siswa agar selalu termotivasi untuk
mendapatkan pendidikan atau belajar.
Prinsip Keterarahan
Tenaga didik juga harus bisa memberikan arahan agar tujuan dari pembelajaran dapat tepat
sasaran.
Prinsip Hubungan Sosial
Tenaga didik harus bisa membuat para siswa yang memiliki latar belakang berbeda supaya bisa
berinteraksi secara aktif baik dengan sesama siswa maupun guru.
Prinsip Pemecahan Masalah
Prinsip ini berarti tenaga didik juga harus bisa membuat para peserta didik mampu membuat
solusi ketika mendapatkan masalah.
Prinsip Individualisasi
Tenaga didik diharapkan bisa membuat para peserta didik dapat hidup mandiri.
Prinsip Belajar Sambil Bekerja
Jadi tenaga didik bisa mengajak siswa untuk melakukan percobaan-percobaan supaya bisa
menemukan hal-hal baru.
Prinsip Menemukan
Tenaga didik dituntut untuk mendorong siswa supaya bisa terlibat aktif dalam hal mental, sosial,
maupun emosional.
Prinsip Khusus
Prinsip khusus ini terkait dengan pelaksanaan pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi
anak berkebutuhan khusus seperti tunanetra, tunarungu, CIBI, tunagrahita, tunadaksa, serta
tunalaras.
Tunarungu
Prinsipnya adalah pendidikan inklusif dapat memperhatikan keterarahan suara dan wajah, serta
keperagaan.
Tunanetra
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah prinsip kekonkritan, pengalaman, dan belajar
sambil praktek.
CIBI
Dalam hal ini, prinsip yang diperhatikan mengenai akselerasi belajar dan pengayaan.
Tunagrahita
Prinsip yang diperhatikan adalah prinsip kasih sayang, rehabilitasi, dan keperagaan.
Tuna Daksa
Prinsip yang diperhatikan adalah pelayanan medis seperti terapi.
Tunalaras
Prinsip yang diperhatikan adalah prinsip kebutuhan, kebebasan yang diarahkan, prinsip
kekeluargaan, prinsip setia kawan, serta prinsip disiplin.
Karakteristik Pendidikan Inklusif
Di Indonesia pendidikan inklusif sebenarnya sudah ada landasan hukum jelasnya, landasan hukum
itu tercantum pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan dua yang berisi mengenai hak dan kewajiban
warga negara untuk mendapatkan pendidikan.
Selain itu, pada Undang Undang No.23 tahun 2002 pasal 48 dan 49 tentang Perlindungan anak
menyatakan bahwa pemerintah wajib menyelenggarakan program pendidikan wajib minimal
sembilan tahun dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk mendapat
pendidikan.
Selain itu dalam UU No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha
untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi
peserta didik supaya memiliki kekuatan dalam hal keagamaan, kepribadian, pengendalian diri,
akhlak, serta keterampilan yang diperlukan di lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara.
Sedangkan pada ayat 1,2, dan 3 menyatakan bahwa setiap negara dalam yang memiliki kelainan
baik secara fisik, emosional, mental, dan lain sebagainya berhak mendapatkan pendidikan yang
sama dengan mutu yang sama.
Kemudian, pada pasal 11 ayat 1 mewajibkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
memberikan layanan serta kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang berkualitas tanpa adanya diskriminasi terhadap
perbedaan apapun.
Di Sampoerna Academy, pendidikan inklusif sudah diterapkan. Hal ini dibuktikan dengan
terselenggarakannya pembelajaran online. Pembelajaran ini diterapkan untuk menghancurkan
batas dalam belajar. Selain itu, Sampoerna Academy juga memiliki filosofi pengajaran yang
memotivasi siswanya untuk bertanya, eksplorasi, inovasi, dan berkomunikasi. Dengan metode
pengajaran berbasis STEAM, tentunya Sampoerna Academy ingin menyiapkan lulusannya dengan
landasan global dan kualifikasi akademik yang diakui dunia.
LATIHAN
KESMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu dan Uhbiyati Nur. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
A.Soedomo Hadi, Pendidikan (Suatu Pengantar), Surakarta,Lpp Uns Dan Uns Press,2005 Hal.81.
A.Soedomo Hadi, Pendidikan (suatu pengantar), Surakarta,Lpp Uns Dan Uns Press,2005 Hal.83.
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Prsada, 2009, Hal.12
Ahmadi Abu dan Uhbiyati Nur. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ngalimpurwanto. 1985. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosda
http://starawaji.wordpress.com/2009/05/21/alat-alat pendidika
Pohan, A.E. 2020. Konsep Pembelajaran Daring Berbasis Pendekatan Ilmiah. Grobogan:
Sarnu Untung.
Bilfaqih, Yusuf dan Qomarudin, N. 2015. Esensi Pengembangan Pembelajaran Daring.
Yogyakarta: DEEPUBLISH.
BAB IV
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan atau penelitian.
Pendidik adalah orang yang membimbing anak, supaya anak tersebut menuju
kearah kedewasaan yang pelaksanaannya baik dikeluarga maupun dilembaga
keluarga.Dalam mencapai keberhasilan pendidik peran yang terpenting adalah
pendidik.Sebab pendidikan adalah bimbingan yang diberikan orang dewasa kepada anak
yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya (Langeveld).
Dari pengertian tersebut terdapat dua manusia yang terkait yaitu orang dewasa,
dialah yang menjadi pendidik dan anak (manusia yang belum dewasa) yang menjadi anak
didiknya.Jadi pendidik adalah orang dewasa yang secara kodrat bertugas untuk
membimbing anak menjadi dewasa. Orang dewasa benar-benar sadar akan dirinya sendiri
memiliki tanggung jawab, mandiri, stabil secara psikologis dan moralnya berbeda dengan
sifat keanakan.
Pendidik adalah tokoh masyarakat dan mereka yang memfungsikan dirinya untuk
mendidik. Perbuatan mendidik artinya seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan, dan sikap
yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu menghadapi / mengasuh anak didik. Dengan
istilah lain, yaitu sikap atau tindakan menuntun, membimbing memberikan pertolongan
dari seorang pendidik kepada anak didik menuju kepada tujuan pendidikan
islam(Uhbiyati,2004:14).
Para pendidik melakukan beberapa hal yang penting dalam kaitannya dengan
pendidikan, sebagaimana dijelaskan oleh Uhbiyati (2005:14-16), yaitu:
a. Perbuatan memberikan keteladanan, yaitu berbuat yang terbaik agar layak ditiru oleh
anak didiknya.
b. Perbuatan memberikan pembinaan,yaitu memberikan arahan kepada perbuatan yang
terpuji.
c. Perbuatan menuntun kearah yang dijadikan tujuan dalam pendidikan.
Ilmu pendidikan adalah paradigm atau model pendidikan yang merujuk pada
berbagai landasan. Landasan tersebut merupakan sumber formal dan materi pendidikan.
Dalam ilmu pendidikan terdapat sembilan komponen yang salah satunya adalah pendidik
dan peserta didik.
B. Jenis-Jenis Pendidikan
1. Orang tua
2. Guru
Pendidik kedua adalah mereka yang diberi tugas menjadi pendidik kerana
sebagai profesi dilembaga sekolah atau yang sering disebut guru. Guru tidak bisa
disebut secara wajar dan alamiah sebagai pendidik,tetapi hanya sebagai pengganti orang
tua.dalam undang-undang no.14 tahun 2005 tentang guru dam dosen,menyatakan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, pada
pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Untuk menjadi seorang pendidik, ada beberapa hal yang harus dimiliki
seorang guru diantaranya:
Jadi tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua yang mampu menarik simpati bagi siswanya dalam
belajar.
C. Ciri-Ciri Pendidik
1. Memiliki kewibawaan
Pendidik harus memiliki kewibawaan dimata anak didiknya karena anak didik
membutuhkan perlindungan, bantuan, bimbingan dari seorang pendidik.
D. Syarat-Syarat Pendidik
Seorang pendidik haruslah memenuhi beberapa persyaratan berikut.
1. Persyaratan jasmani dan rohani untuk menjadi guru harus sehat jasmani dan rohani.
b. Pengetahuan psikologi
8. Persyaratan Kepribadian
Kepribadian pada dasarnya adalah keseluruhan dari ciri-ciri dan tingkah laku
dari seseorang. Dalam pembicaraan disini pengertian kepriadian lebih ditekankan
kepada kelakuan, tabiat, sikap, dan minat. Kelakuan dan tabiat adalah sesuatu yang
berhubungan dengan moral. Dalam kaitannya persyaratan seorang guru. Guru
haruslah mempunyai kepribadian yang luhur. Sebab guru adalah sosok yang
dijadikan panutan oleh anak didik.
b. Menurut UU No.4 tahun 1950, bab X pasal 15 bunyinya : “syarat utama untuk
menjadi guru, selain ijazah dan syarat-syarat mengenai kesehatan jasmani dan
rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan
pengajaran seperti yang dimaksud dalam pasal 3, dan pasal 4, dan pasal 5 dari
undang-undang ini.”
Pasal 3 tentang tujuan pendidikan dan pengajaran
E. Fungsi Pendidik
Menurut Ahmad Farid mengutip Cece Wijaya dan A.Tabrani Rusyan,
menjelaskan beberapa peranan dan fungsi pendidik tersebut sebagai berikut:
e. Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar. Fungsi guru juga dapat diuraikan
sebagai berikut:
Korektor, guru harus bias membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai
yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam
kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan
mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah.
Inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuanbelajar
anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus
dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. bukan
teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi anak didik.
Informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu
pengeahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap
matapelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum bahan yang akan
diberikan kepada anak didik.
Organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam
bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun
tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik dan sebagainya.
Motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan
aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis
motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas belajar dan menurun
perestasinya disekolah.
Inisiator, dalam perannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus
ide-ide kemajuan dalam pendidikan pengajaran.
Pembimbing, peranan guru yang tak kalah pentingnya dari semua perananyang
telah disebutkan diatas adalah sebagai pembimbing.
Demonstrator, dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak
didik pahami. Apalagi anak didik yang memiliki intelegensi yang sedang. Untuk
bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik.
Pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena
kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka
menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan
menunjang jalannya interaksi edukatif.
5.Ilmu pendidikan adalah para digma atau model pendidikan yang merujuk pada berbagai
landasan. Landasan tersebut ialah..?
BAB II
Peserta didik adalah objek para pendidik dalam melakukan tindakan yang bersifat
mendidik. Peserta didik dapat dilihat dari beberapa segi,yaitu usia, kondisi ekonomi
keluarga, kondisi ekonomi, juga minat dan bakat anak didik serta tingkat intelegensinya.
Dengan mengetahui itu semua, tindakan pendidik akan menggunakan fleksibilitas dalam
mendidik. Pendidikan ibarat lampu penerang bagi peserta didik sedangkan pendidik adalah
orang yang menyalakan lampu agar terang benderang. Pendidikan berperan membuka
wawasan anak didik tentang berbagai ilmu pengetahuan dan memberikan ide dasar dan
inspirasi yang lengkap tentang ilmu pengetahuan.
Berbagai hal yang berkaitan dengan alam semesta, menyentuh objek yang sifatnya
esoteric dan isoterik. Selama ini mungkin banyak orang yang tidak tahu apa yang sebenarnya
harus dilakukan seorang pendidik selain harus memenuhi syarat-syarat pendidik. Seorang
pendidik harus bias mengembangkan aspek yang dimiliki peserta didiknya. Mulai dari
kelompok kognisi, kelompok afeksi, dan kelompok psikomotor. Minimalnya informasi
tentang bagaimana cara seorang pendidik mengembangkan kelompok afeksi, membuat para
pendidik bingung harus bagaimana karena pendidik tidak tahu bahan apa yang akan
digunakan dalam penerapan di pelajaran. Maka dari itu, para pendidik harus bisa update dan
memikirkan bagaimana cara menerapkan kelompok afeksi yang sulit untuk diterapkan.
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu.
Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami
perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam
membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata
lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau
pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.
Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu peserta didik
tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk menuju
kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang peserta didik berada pada usia
balita seorang selalu banyak mendapat bantuan dari orang tua ataupun saudara yang lebih
tua. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa peserta didik merupakan barang mentah
(raw material) yang harus diolah dan bentuk sehingga menjadi suatu produk pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut secara singkat dapat dikatakan bahwa setiap peserta didik
memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah lingkungan, seperti halnya sekolah,
keluarga, bahkan dalam lingkungan masyarakat. Dalam proses ini peserta didik akan banyak
sekali menerima bantuan yang mungkin tidak disadarinya, sebagai contoh seorang peserta
didik mendapatkan buku pelajaran tertentu yang ia beli dari sebuah toko buku. Dapat anda
bayangkan betapa banyak hal yang telah dilakukan orang lain dalam proses pembuatan dan
pendistribusian buku tersebut, mulai dari pengetikan, penyetakan, hingga penjualan.
Dengan diakuinya keberadaan seorang peserta didik dalam konteks kehadiran dan
keindividuannya, maka tugas dari seorang pendidik adalah memberikan bantuan, arahan dan
bimbingan kepada peserta didik menuju kesempurnaan atau kedewasaannya sesuai dengan
kedewasaannya. Dalam konteks ini seorang pendidik harus mengetahuai ciri-ciri dari peserta
didik tersebut.
1. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri
3. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik
disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
4. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani
memiliki daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu
5. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
Didalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi adalah objek atau
tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara langsung berperan sebagai subjek atau
individu yang perlu mendapat pengakuan dari lingkungan sesuai dengan keberadaan
individu itu sendiri. Sehingga dengan pengakuan tersebut seorang peserta didik akan
mengenal lingkungan dan mampu berkembang dan membentuk kepribadian sesuai dengan
lingkungan yang dipilihnya dan mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya pada
lingkungan tersebut.
1. Kebutuhannya
2. Dimensi-dimensinya
3. Intelegensinya
4. Kepribadiannya.
Kebutuhan peserta didik adalah sesuatu kebutuhan yang harus didapatkan oleh
peserta didik untuk mendapat kedewasaan ilmu. Kebutuhan peserta didik tersebut wajib
dipenuhi atau diberikan oleh pendidik kepada peserta didiknya. Menurut buku yang ditulis
oleh Ramayulis, ada delapan kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Kebutuhan Fisik
Fisik seorang didik selalu mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Proses
pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi tiga tahapan :
1. Peserta didik pada usia 0 – 7 tahun, pada masa ini peserta didik masih mengalami
masa kanak-kanak
2. Peserta didik pada usia 7 – 14 tahun, pada usia ini biasanya peserta didik tengah
mengalami masa sekolah yang didukung dengan peraihan pendidikan formal
3. Peserta didik pada 14 – 21 tahun, pada masa ini peserta didik mulai mengalami masa
pubertas yang akan membawa kepada kedewasaan.
Pada masa perkembangan ini lah seorang pendidik perlu memperhatikan perubahan
dan perkembangan seorang didik. Karena pada usia ini seorang peserta didik mengalami
masa yang penuh dengan pengalaman (terutama pada masa pubertas) yang secara tidak
langsung akan membentuk kepribadian peserta didik itu sendiri.
b. Kebutuhan Sosial
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kebutuhan sosial adalah digunakan untuk
memberi pengakuan pada seorang peserta didik yang pada hakekatnya adalah seorang
individu yang ingin diterima eksistensi atau keberadaannya dalam lingkungan masyarakat
sesuai dengan keberadaan dirinya itu sendiri.
Kebutuhan mendapatkan status adalah suatu yang dibutuhkan oleh peserta didik
untuk mendapatkan tempat dalam suatu lingkungan.Hal ini sangat dibutuhkan oleh
peserta didik terutama pada masa pubertas dengan tujuan untuk menumbuhkan sikap
kemandirian, identitas serta menumbuhkan rasa kebanggaan diri dalam lingkungan
masyarakat.
Dalam proses memperoleh kebutuhan ini biasanya seorang peserta didik ingin
menjadi orang yang dapat dibanggakan atau dapat menjadi seorang yang benar-benar
berguna dan dapat berbaur secara sempurna di dalam sebuah lingkungan masyarakat.
d. Kebutuhan Mandiri
Ketika seorang peserta didik telah melewati masa anak dan memasuki masa
keremajaan, maka seorang peserta perlu mendapat sikap pendidik yang memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian berdasarkanpengalaman.
Hal ini disebabkan karena ketika peserta telah menjadi seorang remaja, dia akan memiliki
ambisi atau cita-cita yang mulai ditampakkan dan terfikir oleh peserta didik, inilah yang
akan menuntun peserta didik untuk dapat memilih langkah yang dipilihnya.
Untuk mendapatkan kebutuhan ini maka peserta didik harus mampu mendapatkan
kebutuhan mendapatkan status dan kebutuhan mandiri terlebih dahulu. Karena kedua hal
tersebut sangat erat kaitannya dengan kebutuhan berprestasi. Ketika peserta didik telah
mendapatkan kedua kebutuhan tersebut, maka secara langsung peserta didik akan mampu
mendapatkan rasa kepercayaan diri dan kemandirian, kedua hal ini lah yang akan
menuntun langkah peserta didik untuk mendapatkan prestasi.
Kebutuhan ini tergolong sangat penting bagi peserta didik, karena kebutuhan ini
sangatlah berpengaruh akan pembentukan mental dan prestasi dari seorang pesertadidik.
Dalam sebuah penelitian membuktikan bahwa sikap kasih sayang dari orang tua akan
sangat memberikan mitivasi kepada peserta didik untuk mendapatkan prestasi,
dibandingkan dengan dengan sikap yang kaku dan pasif malah akan menghambat proses
pertumbuhan dan perkembangan sikap mental peserta didik. Di dalam agama Islam, umat
islam meyakini bahwa kasih sayang paling indah adalah kasih sayang dari Allah. Oleh
karena itu umat muslim selalu berlomba-lomba untuk mendapatkan kasih sayang dan
kenikmatan dari Allah. Sehingga manusia tersebut mendapat jaminan hidup yang baik.
Hal ini yang diharapkan para pakar pendidikan akan pentingnya kasih sayang bagi peserta
didik.
Ketika seorang peserta didik menghadapi masa pubertas, maka seorang peserta
didik tersebut tengah mulai mendapatkan problema-probelama keremajaan. Kebutuhan
untuk curhat biasanya ditujukan untuk mengurangi beban masalah yang dia hadapi. Pada
hakekatnya ketika seorang yang tengah menglami masa pubertas membutuhkan seorang
yang dapat diajak berbagi atau curhat. Tindakan ini akan membuat seorang peserta didik
merasa bahwa apa yang dia rasakan dapat dirasakan oleh orang lain. Namun ketika dia
tidak memiliki kesempatan untuk berbagi atau curhat masalahnya dengan orang lain, ini
akan membentuk sikap tidak percayadiri, merasa dilecehkan, beban masalah yang makin
menumpuk yang kesemuanya itu akan memacu emosi seorang peserta didik untuk
melakukan hal-hal yang berjalan ke arah keburukan atau negatif.
Karena terkadang seorang peseta didik tidak menyadair akan adanya ikatan
filsafat pada dirinya, maka terkadang seorang peserta didik tidak menyadaribagaimana
dia bisa mendapatkannya dan bagaimana caranya. Filsafat hidup sangat erat kaitannya
dengan agama, karena agama lah yang akan membimbing manuasia untuk mendapatkan
dan mengetahui apa sebenarnya tujuan dari filsafat hidup. Sehingga tidak seorangpun
yang tidak membutuhkan agama.
Agama adalah fitrah yang diberikan Allah SWT dalam kehidupan manusia,
sehingga tatkala seorang peserta didik mengalami masa kanak-kanak, ia telah memiliki
rasa iman. Namun rasa iman ini akan berubah seiring dengan perkembangan usia
peserta didik. Ketika seorang peserta didik keluar dari masa kanak-kanak, maka iman
tersebut akan berkembang, ia mulai berfikir siapa yang menciptakan saya, siapa yang
dapat melindungi saya, siapa yang dapat memberikan perlinfungan kepada saya. Namun
iman ini dapat menurun tergantung bagaiman ia beribadah.
Widodo Supriyono, dalam bukunya yang berjudul Filsafat manusia dalam Islam,
secara garis besar membagi dimensi menjadi dua, yaitu dimensi fisik dan rohani. Dalam
bukunya ia menyatakan bahwa secara rohani manusia mempunyai potensi kerohanian
yang tak terhingga banyaknya. Potensi-potensi tersebut nampak dalam bentuk memahami
sesuatu (Ulil Albab), dapat berfikir atau merenung, memepergunakan akal, dapat beriman,
bertaqwa, mengingat, atau mengambil pelajaran, mendengar firmantuhan, dapat berilmu,
berkesenian, dapat menguasai tekhnologi tepat guna dan terakhir manusia lahir keduania
dengan membawa fitrah.
Didalam Sub Bab ini penulis hanya akan membahas 7 dimensi saja. Adapun
ketujuh dimensi tersebut ialah : dimensi fisik, dimensi akal, dimensi keberagamaannya,
dimensi akhlak, dimensi rohani, dimensi seni, dan dimensi sosial.
Fisik manusia terdiri dari dua unsur, yaitu unsur biotik dan unsur abaiotik.Manusia
sebagai peserta didik memiliki proses penciptaan yang sama dengan makhluk lain seperti
hewan. Namun yang membedakan adalah manusia lebih sempurna dari hewan, hal ini
dikarenakan manuasia memiliki nafsu yang dibentengi oleh akal sedangkan hewan hanya
memiliki nafsu dan insthink bukanya akal.
Antara manusia dan hewan jiak dilihat susunan penciptaan secara abiotik dan biotik
manusia dan hewan memiliki proses penciptaan dan struktur yang sama, yaitu tercipta
dari inti sari tanah, air,api, dan udara. Dari keempat elemen abiotik itu oleh Allah SWT
diciptakanlah makhluk yang didalamnya diberikan sebuah energi kehidupan yang berupa
ruh.
b. Dimensi Akal
1. Aql Al-Mathhu’ : yaitu akal yang merupakan pancaran dari Allah SWT sebagai fitrah
Illahi.
2. Aql al-masmu : yaitu akal yang merupakan kemampuan menerima yang dapat
dikembangkan oleh manusia. Akal ini tidak dapat dilepaskan dari diri manusia,karena
digunakan untuk menggerakkan akal mathhu untuk tetap berada di jalanAllah.
Akal pada diri manusia tidak dapat berdiri sendiri, ia membutuhkan bantuan
qolb (hati) agar dapat memahai sesuatu yang bersifat ghoib seperti halnya ketuhanan,
mu’jizat, wahyu dan mempelajarinya lebih dalam. Akal yang seperti ini adalah potensi
dasar manusia yang ada pada diri manusia sejak lahir.Potensi ini perlu mendapatkan
bimbingan serta didikan agar tetap mampu berkembang kearah yang positif.
c. Dimensi Keberagaman
Manusia sejak lahir kedunia telah menerima kodrat sebagai homodivinous atau homo
religius yaitu makhluk yang percaya akan adanya tuhan atau makhluk yangberagama.
Dalam agama islam diyakini bahwa pada saat janin manusia berada dalam kandungan
seorang ibu, dan ketika ditiupkan nyawa kedalam janin tersebut oleh sang kholiq, maka
janin mengatakan bahwa aku akan beriman kepada-Mu (Allah). Darisinilah manusia
mempunyai fitrah sebagai makhluk yang memiliki kepercayaan akan adanya tuhan sejak
lahir.
Berkaitan dengan adanya kepercayaan akan adanya tuhan, ilsam memiliki tiga
implikasi dasar pada diri manusia yang didasarkan dari adanya satu kesamaan dari
jutaan perbedaan yang terdapat diri manusia, yaitu :
2. Tujuan (ultimate goal) pendidikan, yaitu insan kamil yang akan berhasil jika manusia
menjalankan tugasnya sebagi abdullah dan kholifah.
d. Dimensi Akhlak
Kata akhlak dalam pendidikan islam adalah seuatu yang sangat diutamakan.
Dalam islam akhlak sangat erat kaitannya dengan pendidikan agama sehingga dikatakan
bahwa akhlak tidak dapat lepas dari pendidikan agama.
Akhlak menurut pengertian islam adalah salah satu hasil dari iman dan ibadat,
karena iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali kalau dari situ muncul akhlak
yang mulia. Maka akhlak dalam islam bersumber pada iman dan taqwa dan mempunyai
tujuan langsung yaitu keridhoan dari Allah SWT.
Pendidikan akhlak mulai diberikan sejak manusia lahir kedunia, dengan tujuan
untuk membentuk manusia yang bermoral baik, berkemauan keras, bijaksana,
sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur, dan suci. Namun perlu disadari
bahwasannya pendidikan akhlak akan dapat terbentuk dari adanya pengalaman pada diri
peserta didik.
1. Bersikap asertif, memiliki keyakinan yang tinggi dan pemahaman yang sempurna
tentang ke-Esaan Tuhan, sehingga seorang tersebut tidak akan takut akan
makhluk.
2. Berusaha mengadakan inovasi, selalu berusaha mencari hal baru untuk kemajuan
hidup dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sesuatu yang telah ada.
3. Berfikit lateral, berfikir akan adanya sesuatu yang lebih tinggi dari semua
keunggulan manusia. Hal ini ditandai dengan adanya perenungan dan pemikiran akan
adanya sifat maha yang dimiliki oleh sang pencipta alam sehingga membuat manusia
tersentuh perasaan dan mampu menanamkan sikap tunduk dan patuh yang mebuat
hati bergetar ketika dapat merasakan sifat kemahaan tersebut.
Dalam islam kecerdasan spiritual dapat dikembangkan dengan peningkatan iman
yang merupakan sumber ketenangan batin dan keseleamatan, serta melakukan ibadah
yang dapat membersihkan jiwa seseorang.
Tidak jauh berbeda dengan dimensi akhlak, dimensi rohani dalah adalah dimensi
yang sangat penting dan harus ada pada peserta didik.Hal ini dikarenakan rohani
(kejiwaan) harus dapat mengendalikan keadaan manusia untuk hidu bahagia, sehat,
merasa aman dan tenteram. Penciptaan manusia tidak akan sempurna debelum ditiupkan
oleh Allah sebagian ruh baginya.
Menurut Al- Ghazali ruh terbagi menjadi dua bentuk, yaitu al – ruh dan al- nafs.Al-
ruh adalah daya manusia untuk mengenal dirinya sendiri, tuhan, dan mencapai ilmu
pengetahuan, sehingga dapat menentukan manusia berkepribadian, berakhlak mulia serta
menjadi motivator sekaligus penggerak bagi manusia untuk menjalankan perintah
Allah.Al-nafs adalah pembeda dengan makhluk lainnya dengan kata lain pembeda
tingkatan manusia dengan makhluk lain yang sama-sama memiliki al- nafs seperti
halnya hewan dan tumbuhan.
Menurut pendapat Al-Syari’ati ruh adalah bersifat dinamis, sehingga dengan sifat
yang dinamis itu, memungkinkan manusia untuk mencapai derajat yang setinggi-
tingginya. Atau malah akan menjerumuskannya dari pada derajat yang serendah-
rendahnya. Hal ini dikarenakan manusia yang memiliki kebebasan untuk mendekatkan
diri ke arah kutub rab nya atau malah kearah kutub tanah.Dengan demikian secara singkat
dapat dikatakan bahwa ruh manusia dapat berkembang ketaraf yang lebih tinggi apabila
bergerak kearah ruh illahinya.
Seni merupakan salah satu potensi rohani yang terdapat pada diri manusia. Sehingga
seni dalam diri manusia harus lah dikembangkan. Seni dalam diri manusia merupakan
sarana untuk mencapai tujuan hidup. Namun tujuan utama seni pada diri manusia adalah
untuk beribadah kepada Allah dan menajalankan fungsi kekhalifahannya serta
mendapatkan kebahagiaan spiritual yang menjadi rahmat bagi sebagian alam dan
keridhoan Allah SWT.
Dalam agama islam Allah telah menghadirkan dimensi seni ini didalam Al- Qur’an.
Kitab suci Al-qur’an memiliki kandungan nilai seni yang sangat mulia nan
indah. Hal ini karena A-lqur’an adalah ekspresi dari Allah SWT untuk memberikan
kebijakan dan pengetahuan kepada seluruh semesta Alam.Sehingga kesastraan yang
terdapat di dalam Al-Qur’an benar-benar menunjukkan kehadiran Illahi didalam mu’jizat
yang bersifat universal ini.
Keindahan selalu berkaitan dengan adanya keimanan pada diri manusia. Semakin
tinggi iman yang dimiliki oleh manusia maka dia akan makin dapat merasakan keindahan
akan segala sesuatu yang di ciptakan oleh tuhannya.
g. Dimensi Sosial
Dimensi sosial bagi manusia sangat erat kaitannya dengan sebuah golongan,
kelompok, maupun lingkungan masyarakat.Lingkungan terkecil dalam dimensi sosial
adalah keluarga, yang berperan sebagai sumber utama peserta didik untuk membentuk
kedewasaan. Didalam islam dimensi sosial dimaksudkan agar manusia mengetahui
bahwa tanggung jawab tidak hanya diperuntukkan pada perbuatan yang bersifat pribadi
namun perbuatan yang bersifat umum.
Dalam dimensi sosial seorang peserta didik harus mampu menjalin ikatan yang
dinamis antara keperntingan pribadi dengan kepentingan sosial. Ikatan sosial yang kuat
akan mendorong setiap manusia untuk peduli akan orang lain, menolong sesama serta
menunjukkan cermin keimanan kepada Allah SWT.
1. Kecerdasan Intelektual
2. Kecerdasan Emosional
3. Kecerdasan Spiritual
4. Kecerdasan Qalbiyah.
1. Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan
pengambangan tingkat kemampuan dan kecerdasan otak, logika atau IQ. Ramayulis
dalam bukunya menyatakan, kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang menuntut
pemberdayaan otak, hati, jasmani, dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara
fungsional dengan yang lain.
Kecerdasan intelektual pada diri manusia sangat erat kaitannya dengan proses
berfikir atau kecerdasan fikiran yang disebut dengan aspek kognitif. Dalam aspek ini
manusia dipaksa untuk dapat mempertimbangkan sesuatu, memecahkan atau
memutuskan sesuatu masalah dengan menggunakan fikiran yang logis (logika). Secara
umum kecerdasan intelektual dapat digolongkan sebagai berikut :
Tingkat Inteltual
Super normal
Sub Normal
Berdorline, IQ 70 – 90
Debil, IQ 50 – 70
Insibil, IQ 25 – 50
Idiot, IQ 20 – 25”
Menurut pengantar pendidikan anak luar biasa yang disusun oleh Sam Isbani,
mengatakan bahwa tingkat intelegensi peserta didik dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Berkelainan social
2. Berkelainan jasmani
3. Berkelainan mental
6. Anak timpang
2. Kecerdasan Emosional
1. Konsistensi (istiqamah)
2. Kerendahan hati (tawadhu’)
3. Berusaha dan berserah diri (tawakkal)
4. Ketulusan (ikhlas), totalitas (kaffah)
5. Keseimbangan (tawazun)
6. Integritas dan penyempurnaan (ihsan)
1. Musyarathah, berjanji pada diri sendiri untuk membiasakan perbuatan baik dan
membuang perbuatan buruk.
3. Kecerdasan Spiritual
1. Bersikap asertif, memiliki keyakinan yang tinggi dan pemahaman yang sempurna
tentang ke-Esaan Tuhan, sehingga seorang tersebut tidak akan takut akan
makhluk.
3. Berfikit lateral, berfikir akan adanya sesuatu yang lebih tinggi dari semua
keunggulan manusia. Hal ini ditandai dengan adanya perenungan dan pemikiran
akan adanya sifat maha yang dimiliki oleh sang pencipta alam sehingga membuat
manusia tersentuh perasaan dan mampu menanamkan sikap tunduk dan patuh
yang mebuat hati bergetar ketika dapat merasakan sifat kemahaan tersebut.
Secara etimologi qalbiah berasal dari kata qalbu yang berarti hati.Dalam
pengertian istilah kecerdasan qalbiyah berarti kemampuan manusia untuk memahami
kalbu dengan sempurna dan mengungkapkan isi hati dengan sempurna sehingga dapat
menjalin hubungan moralitas yang sempurna antara manusia dan ubudiyah.
1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqoruh kepada Allah SWT, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk mensucikan jiwanya dari akhlak yang
rendah dan watak yang tercela.
3. Bersikap tawadhu’ (rendah hati) dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi untuk
kepentingan pendidikannya.
4. Menjaga pikiran dan pertantangan yang timbul dari berbagai aliran
5. Mempelajari ilmu – ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrowi maupun untuk duniawi.
6. Belajar dengan bertahap dengan cara memulai pelajaran yang mudah menuju pelajaran
yang sukar.
7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian hari beralih pada ilmu yang lainnya,
sehingga anak didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.
10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang dapat
bermanfaat dalam kehidupan dinia akherat.
Agar peserta didik mendapatkan keridhoan dari Allah SWT dalam menuntut ilmu,
maka peserta didik harus mampu memahami etika yang harus dimilkinya, yaitu :
2. Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi roh dengan berbagai sifat
keutamaan.
3. Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai tempat.
Namun etika peserta didik tersebut perlu disempurnakan dengan empat akhlak
peserta didik dalam menuntut ilmu, yaitu :
1. Peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia
menuntut ilmu, sebab belajar merupakan ibadah yang harus dikerjakan dengan hati yang
bersih.
2. Peserta didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi jiwa
dengan sifat keimanan, mendekatkan diri kepada Allah.
3. Seorang peserta didik harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan sabardalam
menghadapi tantangan dan cobaan yang datang.
4. Seorang harus ikhlas dalam menuntut ilmu dengan menghormati guru atau pendidik,
berusaha memperoleh kerelaan dari guru dengan mempergunakan beberapa cara yang
baik.
SOAL LATIHAN
Interaksi pedagogik pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara anak didik
dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Jadi Interaksi pedagogik
merupakan pergaulan pendidikan yang mengarah kepada tujuan pendidikan.
A. Interaksi Pedagogik
Pendidikan jika dipandang dari keilmuannya memiliki objek formal yaitu situasi
pendidikan. Situasi pendidikan merupakan keterwakilan dari beberapakegiatan yang
mendakan terjadinya proses pendidikan didalamnya, dengan adanya situasi tersebut
memungkinkan adanya suatu interaksi yang terjadi di dalamnya. Jika kita berupaya
melihat adanya situasi pendidikan khusunya di Sekolah, kita dapat melihat kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan. Karena menurut Henderson dalam bukunya
Introduction to Philosophy of Education (1957:44) Mendefinisikan pendidikan:“...
sebagai suatu pertumbuhan dan perkembangan, sebagai suatu hasil interaksi seseorang
individu dengan lingkungan fisik maupun sosial, mulai dari lahir sampai akhir hayatnya,
proses dengan pewarisan social sebagai bagian dari lingkungan sosial yang dipergunakan
menjadi suatu alat untuk perkembangan dari probadi-pribadi sebaik dan sebanyak
mungkin, laki-lakidan wanita yang hendak meningkatkan kesejahterannya. Oleh karena
itu, situasi pendidikan yang terjadi di sekolah salah satunya ditandai dengan adanya
interaksi yang terjadi pada proses pembelajaran...”Kata interaksi merupakan cerminan
dari adanya proses pergaulan yang terjadi dalam situasipendidikan. Akan tetapi dapat
digaris bawahi, tidak semua pergaulan, interaksi, komunikasi mencerminkan adanya
situasi pendidikan, tetapi untuk mengarah kepada proses pendidikan harus memiliki
berbagai syarat adanya situasi pendidikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Langeveld (1980) mengemukakan dua sifat yang harus diperhatikan apabila pendidik
akan mengubah situasi pergaulan bisaa menjadi situasi pendidikan. Kedua sifat yang
dimaksud yaitu Kewajaran dan Ketegasan. Dengan demikian, interaksi dalam pendidikan
disebut para ahli sebagai interaksi pedagogik. Menurut, Sadulloh, dkk (2007:117)
menjelaskan bahwa interaksi pedagogis adalah hubungan timbal balik yang terjadi
antara pendidikan dan anak didik. Interaksi
pedagogik merupakan suatu pergaulan antara anak dengan orang dewasa untuk mencapai
tujuan pendidikan. Interaksi pedagogik pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik
antara anak didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Jadi Interaksi
pedagogic merupakan pergaulan pendidikan yang mengarah kepada tujuan pendidikan.
Tanpa tujuan pendidikan di dalamnya, interaksi antara pendidik dan guru tidak bisa
dikatakan sebagai pergaulan pendidikan, akan tetapi hanya pergaulan bisaa. Contoh lain
pergaulan di pasar, hal ini di tandai dengan tidak adanya tujuan pendidikan di dalamnya
baik tujuan pendidikan jangka pandang atau jangka pendek.
Guru atau pendidik mengandung pengertian orang yang membimbing anak, agar
si anak tersebut bisa menuju kearah dewasa, dalam hal pelaksanaannya di dalam keluarga
maupun diluar lembaga keluarga. (sadulloh, 2007:103). Sementara itu, anak didik
merupakan subjek utama dalam pendidikan. Dalam kegiatan khususnya selama
pembelajaran dikelas seorang guru atau pendidik bukan membentuk peserta didik, akan
tetapi sebagai membantu dalam mewujudkan potensi yang ada di diri anak didik atau
siswa. Sesuai dengan yang di jelaska Tim Dosen MKDP (2017:22) bahwa peranan
pendidik bukanlah membentuk peserta didik, melainkan membantu atau memfasilitasi
peserta didik untuk mewujudkan dirinya .
minimal 6 tahun. Selain itu, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 17 yang menegaskan bahwa pendidikan dasar:
b) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah
tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
c) Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Berdasarkan pada penjelasan itu,
pembelajaran di sekolah dasar merupakan proses belajar mengajar yangterselenggara
sebagian besar di kelas dan sekolah pada jenjang pendidikan dasar, yang ditempuh
minimal selama 6 tahun.
D. Peran Guru dalam Menciptakan Rasa Tenang kepada Siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, pada tahapan pertama yakni
untuk menggali informasi berupa data hasil dari wawancara, observasi, dan dokumentasi
yang berkaitan dengan implementasi interaksi pedagogik antar guru dan siswa di kelas 4
SD Muhammadiyah Tasikmalaya, dengan menggunakan indicator sebagai syarat adanya
interaksi pedagogik yaitu peran guru dalam menciptakan rasa tenang kepada siswa. Hasil
yang diperoleh peneliti, terkait dengan indikator yang pertama ini sangat bagus. Dari
hasil pengamatan dan wawancara ternyata guru memberikan peran yang baik dalam
menciptakan rasa tenang kepada siswa, dengan memperlihatkan kepada siswa wajah yang
ceria dan berseri, kemudian memberikan reward dengan kata-kata pujian “bagus”
kepada siswa yang sudah memberikan jawaban dengan tepat.
Selain itu, demokrasi dijunjung tinggi oleh seorang guru dalam menciptakan rasa
tenang kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dengan mempersilahkan
kepada siswa untuk terus memperbaiki jawaban jika mengalami kekeliruan.
Selanjutnya, bagi siswa yang dianggap kurang dan terlambat dalam menanggapi materi
pelajaran guru terus memberikan bimbingan, sampai siswa mengerti dan benar dalam
menjawab soal latihan yang diberikan, selain itu bimbingan juga dilakukan kepada siswa
secara direct, guru menghampiri meja masing masing siswa untuk memantau kegiatan
aktifikas pembelajaran baik dalam kegiatan latihan maupun proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini memberikan dampak yang positif terhadap siswa, karena berdasar
pada pandangan ahli pedagogik yang berhubungan dengan peran guru dalam menciptakan
rasa tenang pada siswa bahwa guru akan memberikan rasa aman kepada mereka, selain itu
siswa memberikan kepercayaan kepada guru bahwa guru/pendidikan akan memberikan
bantuan kepada mereka (siswa).
Dalam istilah pedagogik kegiatan tersebut dinamakan pula dengan bentuk interaksi
atas dasar tugas dan peran masing-masing, tugas guru dan tugas siswa tentunya berbeda
dan memiliki peran masing-masing dalam proses pembelajaran, sehingga tidak akan terjadi
ketimpangan atau penyalahgunaan dari tugas dan peran masing-masing. Sementara itu,
untuk memberikan perhatian kepada siswa, guru menegur siswa yang keluar dari tempat
duduk tanpa izin dan siswa yang kurang memperhatikan anak, dalam hal penampilan guru
berpenampilan rapi sehingga dapat menjadi role model bagi perkembangan kepribadian
dan karakter siswa. Selain itu, secara umum siswa antusias melaksanakan setiap arahan,
suruhan, ajakan, teguran, larangan, yang diberikan guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini, mengindikasikan bahwa kewibawaan guru dalam proses
pembelajaran sudah cukup baik, meskipun ada beberapa hal yang ditemui yakni siswa yang
masih belum disiplin atas teguran guru, secara berulang terus melakukan sikap dan perilaku
tidak disiplin dari siswa, akan tetapi selama observasi dilakukan guru tidak berhenti
berupaya untuk meminimalisir kejadian tersebut terulang lagi, bahkan sampai upaya
preventif ditempuh untuk mengembalikan proses pembelajaran yang kondusif.
Dari beberapa hasil observasi yang dilakukan juga, selain pemberian angketguru
mengarahkan setiap anak untuk belajar dan berlatih pada setiap kegiatan yangdiadakan di
sekolah, dari bidang olahraga, kesenian, kepanduan, dan lain sebagainya. Sementara itu,
khusus dalam kegiatan ketika proses pembelajaran berlangsung, dilakukan guru dengan
upaya gerakan membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran
berlangsung, buku yang dibaca sudah disediakan oleh guru, dan siswa dapat memilih buku
sesuai dengan minat siswa. Proses bimbingan yang dilakukan guru terkait dengan minat
siswa merupakan stimulus baik bagi siswa, menjadi motivator bagi siswa agar tumbuh dan
berkembangan potensi siswa. Karena sejatinya, aspek dari interaksi pedagogic dalam
pembelajaran salah satunya adalah ada tujuan.
SOAL LATIHAN
1) Pada saat dikelas, guru menjelaskan materi pelajaran kemudian siswa bertanya
mengenai materi tersebut.
5) Pada saat gotong royong guru mengajak siswa untuk menghias kelas.
6) Berdiskusi dengan teman sekelas.
7) Bertanya kepada guru ketika kegiatan belajar berlangsung.
8) Pertandingan futsal antar kelas.
9) Menyapa guru.
10) Bersalaman atau cium tangan kepada guru.
11) Menyapa teman.
12) Kerja kelompok.
13) Presentasi di depan kelas.
Agar interaksi sosial ini berhasil, antara guru dengan para siswa di kelas haruslah
memiliki hubungan yang baik. Komunikasi yang dibangun harus dua arah, agar baik
guru maupun siswa bisa lebih bebas mengemukakan pendapat.
Tujuannya adalah agar para siswa dapat memahami ilmu atau materi yang
diajarkan oleh guru. Menggunakan cara belajar yang sesuai dengan para siswa. Siswa
juga akan berani bertanya, mengemukakan pendapat, hingga membuat umpan balik
bagi para guru. Agar pembelajaran bisa sesuai dengan cara mereka belajar dan menjadi
lebih mudah dipahami.
Interaksi sosial ini juga tidak terbatas pada ruangan kelas saja. Karena interaksi
juga bisa terjadi saat di luar kelas. Tidak ada salahnya guru dan siswa berinteraksi di
luar kelas, asalkan tujuannya jelas dan baik.
Dengan memiliki interaksi sosial yang baik, guru dan siswa akan sama-sama
menemukan jalan terbaik untuk membuat pembelajaran menjadi berhasil.
Membagikan ilmu yang dapat diterima dengan baik dan jadi bermanfaat bagi para
siswa.
Contoh interaksi lainnya adalah antara seorang anak dengan keluarganya atau
pemimpin perusahaan dengan seluruh karyawannya. Semuanya memiliki tujuan yang
diinginkan bersama.
Perusahaan ingin bisa maju dan berkembang dan hal tersebut bisa dicapai dengan
kerjasama dan komunikasi yang baik antara pimpinan perusahaan dengan para
karyawannya.
Sebuah keluarga juga ingin menjadi keluarga yang harmonis. Di mana hubungan
orang tua dan masing-masing anak bisa terjalin baik dan ada komunikasi terbuka
agar tidak terjadi kesalahpahaman dan masing-masing bisa bertumbuh sempurna.
Guru yang mengajar siswa di kelas merupakan contoh interaksi sosial yang terjadi
antara seseorang dengan sebuah kelompok. Dari interaksi akan terjadi komunikasi
yang akan menjembatani kedua pihak agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan
bersama.
Guru harus membuka ruang bagi siswa untuk berinteraksi dengan yang lainnya.
Interaksi yang terjadi dalam kelas, berguna untuk membangun relasi lebih baik
dengan yang lainnya, membangun karakter, menunjang keberhasilan pembelajaran,
serta membentuk komunitas yang kompak dan solid. (Rizkiana dkk., 2014)
Guru juga harus terampil dalam mengajar siswa, seperti yang dikemukakanoleh
Sunaengsih & Sunarya (2018), bahwasanya mengajar di kelas memerlukan
keterampilan guru dalam memerankan dirinya sebagai fasilitator, motivator,
memanfaatkan multi metode, media, memanfaatkan sumber belajar yang bervariasi,
hingga mengembangkan komunikasi lebih baik.
3. Gunakan Metode Belajar Sambil Bermain
Sebagai guru, Anda bisa menggunakan metode belajar apapun (sesuai dengan
kemampuan dan kondisi siswa). Agar pembelajaran tidak terasa membosankan, Anda
bisa menyelipkan permainan yang seru dan menyenangkan siswa.
Jika hanya sedikit siswa yang meresponnya, Anda bisa memancing mereka
dengan pertanyaan menarik bahkan menimbulkan perdebatan, atau Anda bisa
memberikan penawaran bagi siswa yang bertanya akan mendapat nilai tambahan. Hal
tersebut dapat memancing siswa pasif untuk lebih aktif di kelas.
5. Berdiskusi
Metode belajar diskusi juga dapat membangkitkan interaksi siswa dalam kelas.
Anda bisa mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok, laluberikan materi
diskusi yang menarik sesuai dengan pelajaran yang diajarkan.
Biarkan siswa berdiskusi untuk merumuskan masalah dan mencari solusi dari
permasalahan tersebut. Setelah itu, Anda bisa meminta mereka untuk melakukan
presentasi di kelas dan lakukan tanya jawab dengan kelompok lain.Minta seluruh
siswa untuk aktif di kelas.
6. Gunakan Bahasa yang Baik
Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, ada baiknya Anda menggunakan
bahasa yang santun, komunikatif, dan mudah dimengerti oleh siswa. Hindari
penggunaan kata-kata negatif dan menyakitkan siswa ketikabelajar, karena hal
tersebut bisa membuat mereka berpikir bahwa Anda tidak bisa mengajar dengan
profesional. Selain itu, guru juga menjadi teladan bagi murid,sehingga kurang pantas
jika Anda menggunakan kata kasar.
7. Membangun Kekompakkan dalam Kelas
Agar tercipta interaksi atau komunikasi yang baik dalam kelas, diperlukan
kekompakan dan kerjasama antar siswa dan guru. Guru/wali kelas memiliki peran
penting untuk membangun kekompakan siswa, jangan biarkan mereka membentuk
kelompok bermain atau geng sendiri.
Interaksi sosial antarindividu ini dilakukan antar dua orang, yakni satu orang
melakukan interaksi dengan satu orang lainnya. Timbal balik dari interaksi
antarindividu ini dapat berbentuk interaksi positif maupun interaksi negative.
Interaksi antara individu dengan kelompok ini terjadi saat ada satu orang yang
berinteraksi dengan sebuah kelompok berisi banyak orang atau sebaliknya. Meski interaksi
ini terjadi antara satu orang dengan banyak orang, tetap saja hanya satu orang yang
berbicara dalam satu waktu. Tujuan hanya satu orang yang berbicara adalah agar hal yang
diutarakan dapat tersampaikan dengan jelas. Contoh interaksi sosial antara individu dengan
kelompok di lingkungan sekolah, antara lain:
1) Seorang guru mengajar pelajaran di kelas.
2) Kak Rara mengajari tali temali pada siswa saat ekstra Pramuka.
3) Nia presentasi tugas IPS di depan kelas.
4) Kepala sekolah menyampaikan amanat di hari Senin.
5) Anton menyiapkan barisan ketika upacara.
Jenis interaksi antarkelompok merupakan interaksi yang melibatkan dua atau lebih
kelompok yang saling melakukan interaksi sosial. Interaksi ini berarti dilakukan oleh
kelompok yang berbeda. Satu kelompok dengan kelompok lain bisa dibedakanberdasarkan
identitas hingga daerah. Contoh interaksi antar kelompok di lingkungan sekolah, antara
lain:
1) PMR dan Pramuka bekerja sama dalam pemberian bantuan sosial.
2) Kelompok A berdebat dengan kelompok B dalam pelajaran IPS.
3) Osis bekerja sama dengan Pramuka untuk tanam 10.000 bibit tanaman.
4) Kelas 5A bertanding sepak bola dengan kelas 5C saat classmeting.
5) Kelas 5B melawan kelas 5A dalam lomba balap karung 17 Agustus.
Manfaat Interaksi dengan Baik
Ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan siswa dan guru ketika interaksi yang
baik dalam kelas dapat terwujud. Adapun berikut ini merupakan beberapa manfaat
terwujudnya interaksi dalam kelas yang memperhatikan aspek sosial dan emosional.
a. Tercapainya kelas yang berprestasi dan bermartabat, karena interaksi yang baik
membuat kegiatan pembelajaran lebih efektif dan mudah dimengerti.
b. Lebih mudah membangun karakter siswa karena adanya kecocokan dalam
berkomunikasi dan penyampaian nasihat.
c. Menghilangkan keinginan untuk berbuat atau berperilaku buruk terhadap warga
kelas, karena interaksi yang baik membuat hubungan satu sama lain lebih
harmonis.
d. Mengurangi atau menghilangkan tindakan pelecehan terhadap warga kelas, karena
interaksi atau komunikasi yang baik membuat seseorang lebih percayadiri untuk
menceritakan hal-hal yang dialaminya. Siswa juga lebih berani berbicara dan
mengadu hal-hal yang mengganggu kegiatan belajarnya.
e. Terciptanya kelas yang kompak dan solid. Para siswa jadi lebih mudah berdiskusi
untuk membawa kelasnya lebih berprestasi.
LATIHAN SOAL
1. Bagaimana cara guru membangun interaksi yang baik dengan peserta didik
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran?
2. Mengapa interaksi guru dan siswa sangat penting dalam proses pembelajaran?
BAB I
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan atau penelitian.
Ilmu pendidikan adalah paradigma atau model pendidikan yang merujuk pada berbagai
landasan. Landasan tersebut merupakan sumber formal dan material pendidikan. Dalam ilmu
pendidikan terdapat sembilan komponen yang salah satunya adalah pendidik dan peserta didik.
Pendidik adalah orang yang membimbing anak, supaya anak tersebut menuju kearah
kedewasaan yang pelaksanaannya baik dikeluarga maupun dilembaga keluarga.Dalam
mencapai keberhasilan pendidik peran yang terpenting adalah pendidik.Sebab pendidikan
adalah bimbingan yang diberikan orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk
mencapai kedewasaannya (Langeveld).
BAB II
Peserta didik adalah objek para pendidik dalam melakukan tindakan yang bersifat
mendidik. Peserta didik dapat dilihat dari beberapa segi,yaitu usia, kondisi ekonomi keluarga,
kondisi ekonomi, juga minat dan bakat anak didik serta tingkat intelegensinya.Dengan
mengetahui itu semua, tindakan pendidik akan menggunakan fleksibilitas dalam mendidik.
Pendidikan ibarat lampu penerang bagi peserta didik sedangkan pendidik adalah orang yang
menyalakan lampu agar terang benderang. Pendidikan berperan membuka wawasan anak didik
tentang berbagai ilmu pengetahuan dan memberikan ide dasar dan inspirasi yang lengkap
tentang ilmu pengetahuan.
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara
terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan,
perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk
kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta
didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan
baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.
BAB III
Interaksi adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respon
antar individu, antar kelompok dan antar individu dan kelompok. Interaksi social adalah
hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh, mempengaruhi yang
menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur
social.
Interaksi pedagogik pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara anak didik
dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Jadi Interaksi pedagogik merupakan
pergaulan pendidikan yang mengarah kepada tujuan pendidikan.
Interaksi pedagogik pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara anak didik
dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Jadi Interaksi pedagogicmerupakan
pergaulan pendidikan yang mengarah kepada tujuan pendidikan. Tanpa tujuan pendidikan di
dalamnya, interaksi antara pendidik dan guru tidak bisa dikatakan sebagai pergaulan
pendidikan, akan tetapi hanya pergaulan bisaa. Contoh lain pergaulan di pasar, hal ini di tandai
dengan tidak adanya tujuan pendidikan di dalamnya baik tujuan pendidikan jangka pandang
atau jangka pendek.
BAB IV
1) Pada saat dikelas, guru menjelaskan materi pelajaran kemudian siswa bertanya
mengenai materi tersebut.
5) Pada saat gotong royong guru mengajak siswa untuk menghias kelas.
6) Berdiskusi dengan teman sekelas.
7) Bertanya kepada guru ketika kegiatan belajar berlangsung.
8) Pertandingan futsal antar kelas.
9) Menyapa guru.
10) Bersalaman atau cium tangan kepada guru.
11) Menyapa teman.
12) Kerja kelompok.
13) Presentasi di depan kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Al Rasyid, Harun dan Mujtahidin, 2014. Ilmu Pendidikan (Teoritis dan Praktis).
Bangkalan: UTM Press.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
2023)
Sadulloh, Uyoh, dkk. (2007). Pedagogik. Bandung: Cipta Utama. Slameto. (2003).
Belajar dan Fak
Abbas, 2017, Pengaruh Gaya Mengajar Interaksional Guru Terhadap Hasil Belajar
Pelajaran Agama Islam di SMP Negeri 18 Medan, IAIN-SU.
Khadijah Siti, 2013. Pendidik dan Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran. Jurnal
Al-Irsyad, Vol 11: Januari-Juni, Issn 2088-8341.
http://ilmukitanih.blogspot.com/2010/05/interaksi-pedagogis-antara-
pendidik.html?m=1
http://www.makalahskripsi.com/2014/06/makalah-pendidik-dan-anak-didik.html?m=1
https://nibiobank.org/contoh-interaksi-di-bidang-pendidikan/
5
0
BAB V
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
KONSEP LINGKUNGAN
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa
benda mati,makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi
masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu. Seperti
lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul. Lingkungan
ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan
tanggung jawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut.
Pengertian lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena
satu dan hal lain memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan pendidikan
itu bertugas memberi pendidikan kepada si terdidik (Marimba, 1980) . secara umum fungsi
lembaga-lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi yang memungkinkan proses
pendidikan dapat berlangsung sesuai tugas yang bebankan kepadanya karena situasi lembaga
pendidikan harus berbeda dengan situasi lembaga lain (Azra, 1998).
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya,
keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakungya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mehluk hidup lainnya.
Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati,
lingkunganbuatandanlingkungansosial. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencan untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik scara
aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan,
emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Jadi, lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai
berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan
pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang
merupakan bagian dari lingkungan sosial.
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam
lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara
lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolahan, lingkungan
masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan atau lingkungan pendidikan.
Kesehatan dan lingkungan merupakan wacana yang berkaitan satu dengan yang
lainnya. Kita tidak dapat memungkiri bahwa keadaan lingkungan berpengaruh terhadap
kesehatan suatu komunitas bahkan ekosistem lingkungan tersebut. Begitu pula dengan
kesehatan, kesehatan juga berperngaruh terhadap dinamika lingkungan terutama bila
5
2
dipandang dalam sudut biologis yang akan berdampak pada perubahan aspek sosialnya.
Lingkungan dibagi 2 yaitu :
untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari
kebisingan dan bau limbah. Posiis pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa
5
3
c. Ling kungan B iososial
Manusia sebagai mahluk biologis adalah memiliki organ tubuh dengan berbagai
fungsinya tunduk pada hakekat alam yaitu: dilahirkan, tumbang, menjadi tua, dan mati.
Ia berguna untuk kepentingan dirinya dan masyarakat dimana ia berada.
Manusia sebagai mahluk sosial adalah tidak dapat hidup sendiri selalu membutuhkan
orang lain,hidup dan berperan ditengah masyarakat dengan norma dengan sistem
nilainya, menjadi anggota keluarga, anggota masyarakat, negara, dan dunia,
mempunyai peranan yang harus d isumbangkan untuk kepentingan dirinya dan
masyarakat dimana ia berada.
Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan. Dalam konteks
pendidikan, lingkungan dapat diartikan, sebagai segala sesuatu yang berada di luar diri anak.
Lingkungan dapat berupa hal-hal nyata, seperti tumbuhan, orang, keadaan, politik, sosial-
ekonomi, binatang, kebudayaan, kepercayaan, dan upaya lain yang dilakukan oleh manusia
termasuk di dalamnya pendidikan.
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa
benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi
masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu. Seperti
lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul. Lingkungan
ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan
tanggungjawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut.
Dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, lingkungan ada yang
sengaja diadakan (usaha sadar) ada yang tidak usha sadar dari orang dewasa yang normatif
disebut pendidikan, sedang ynag lain disebut pengaruh. Lingkunga yang dengan sengaja
diciptakan untuk mempengaruhi anak ada tiga, yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkunga ini disebut lembaga pendidikan atau
satuan pendidikan.
Lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang Karena satu dan
lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan pendidikan itu
bertugas memberi pendidikan kepada si terdidik (Marimba,1980). Secara umum fungsi
lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi yang memungkinkan proses pendidikan dapat
berlangsung.
Menurut Hasbullah (2003) lingkungan pendidikan mencakup :
5
4
a. Tempat (lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
b. Kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa, seni,
ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, dan pandangan keagamaan.
c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok
bermain, desa, perkumpulan dan lainnya.
Lingkungan serta lembaga pendidikan bersifat positif apabila memberikan pengaruh
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan. Lingkungan bersifat negatif apabila berpengaruh
secara kontradiktif dengan arah dan tujuan pendidikan. Maka intensitas pengaruh lingkungan
terhadap peserta didik tergantung sejauh mana anak dapat menyerap rangsangan yang
diberikan lingkungannya dan sejauh mana lingkungan mampu memahami dan memberikan
fasilitas terhadap kebutuhan pendidikan peserta didik.
5
5
LATIHAN
8
BAB III
A. Lingkungan Keluarga
Lingkungan pertama dan utama di mana pendidikan dalam segala hal tiada lain adalah
lingkungan keluarga. Keluarga adalah “sebagai institusi yang terbentuk karena ikatan
perkawinan” (Djamarah, 2004: 16). Di dalamnya hidup bersama pasangan suami istri
secara sah karena perkawinan. Mereka hidup bersama sehidup semati, ringan sama
dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk
membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin.
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang
karena hubungan searah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu, dan anak
). Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang
sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan
utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua
bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agartumbuhadn
berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga berfungsi:
- Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
- Menjamin kehidupan emosional anak
- Menanamkan dasar pendidikan moral
- Memberikan dasar pendidikan sosial.
- Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
Perspektif Sosiologi, menurut Soelaeman dikutif oleh Taqiyuddin (2008: 72—73)
keluarga dapat diartikan ke dalam dua macama, yakni: “Pertama dalam arti luas keluarga
meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan. Dalam arti lebih sempit,
9
keluarga meliputi orangtua dengan anak-anak. Ditinjau dari sudut paedagogies, keluarga
merupakan satu persekutuan hidup yang dijalin kasih sayang, antara dua jenis manusia,
yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri”.
Fungsi keluarga menurut Ahmad Tafsir (2004), dikutif oleh Helmawati (2014: 44)
bahwa fungsi keluarga: “fungsi biologis, fungsi ekonomi, fungsi kasih saying, fungsi
pendidikan, fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi, fungsi rekreasi, fungsi status keluarga
dan fungsi agama”.
Selain itu, keluarga juga merupakan satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam
masyarakat. Keluarga dalam sosiologi adalah batih. Batih ini dimana-mana menjadi sendi
masyarakat yang terutama. Batih adalah tempat lahir, tempat pendidikan, tempat
perkembangan budi pekerti si anak. Batih juga lambang, tempat dan tujuan hidup bersama
isteri sehingga ahli sosiologi dan ahli paedagogik sosial, ahli negara dan sebagainya sama
berpendapat bahwa sendi masyarakat yang sehat dan kuat adalah batih yang kukuh sentosa
(Miharso Mantep, 2004: 13).
Dengan demikian, keluarga suatu kesatuan dan pergaulan hidup terkecil di dalam
masyarakat. Dikatakan sebagai kesatuan hidup karena keluarga adalah kumpulan orang-
orang yang diikat oleh tujuan bersama. Tujuan bersama yang tidak pernah dirumuskan
namun terpatri dihati setiap anggotanya. Interaksi diantara anggota berlangsung secara
tidak resmi sehingga jauh dari hal-hal yang bersifat formalitas.
Djudju Sudjana (1996), dikutif oleh Taqiyuddin M. (2008: 153) mengatakan bahwa,
terdapat limi ciri khas yang dimiliki keluarga yaitu: “(1) adanya hubungan berpasangan
antara dua jenis kelamin, (2) adanya perkawinan yang mengokohkan hubungan tersebut,
(3) adanya pengakuan terhadap keturunan, (4) adanya kehidupan ekonomi bersama, (5)
adanya kehidupan berumah tangga”.
Pribadi (1981) mengkategorikan keluarga kepada dua jenis, yakni keluarga besar
(extended family) dan keluarga inti (nuclear family). Keluarga ketegori pertama biasanya
terdiri dari orangtua dan anak-anak ditambah dengan anggota family lain seperti kakek dan
nenek, paman dan bibi, cucu dan seterusnya. Sedangkan keluarga kategori kedua hanya
terdiri dari orangtua dan anak-anak yang belum menikah.terlepas dari jenis tersebut di atas,
keluarga memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang.
Bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa salah satu komponen penting dari proses
pendidikan adalah masukan lingkungan dan salah satu dari masukan lingkungan tersebut
adalah keluarga. Dalam kerangka pendidikan, keluarga merupakan sekolah (baca: tempat
pendidikan) kita yang pertama. Keluarga adalah lingkungan pendidikan yang teramat
10
penting, karena pendidikan pertama dan utama berada dan terjadi di dalam keluarga.
Dengan demikian bahwa masukan lingkungan keluarga punya andil besar dalam mencapai
tujuan pendidikan, terlebih lagi dalam rangka mewujudkan kemandirian sasaran didik.
11
kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan
belajar anakya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar, dapat
menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Akan tetapi
mendidik anak dengan cara memanjakannya dengan membiarkan anak tidak
belajar dan memperlakukan terlalu keras juga merupakan cara mendidik
yang salah dan tidak baik.
2) Relasi Antar Anggota Keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara orang
tua dan anaknya, kemudian relasi anak dengan anggota keluarga lainya.
Relasi antar anggota ini erat hubunganya dengan cara orang tua mendidik.
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi
yang baik di dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang
penuh pengertian dan kasih sayang.
3) Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadiankejadian yang
sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana
rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan
kepada anak yang belajar.
4) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak. Anak
yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, seperti
makan, pakaian, kesehatan, juga membutuhkan fasilitas-fasilitas belajar.
Sedangkan dalam pemenuhan fasilitas belajar menggunakan uang yang
tidak sedikit.
Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok kurang
terpenuhi, akibat lain yang ditimbulkan adalah belajar anak ikut terganggu.
Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang
serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarganya lemah,
justru keadaan yang begitu cambuk untuk belajar lebih giat dan akhirnya
sukses.
5) Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Jika anak belajar
jangan diganggu denga tugas-tugas dirumah. Kadang-kadang anak
mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan wajib
12
mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak
sekolah.
6) Latar Belakang Kebudayaan Keluarga
Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga mempengaruhi sikap
anak dalam belajar. Orang tua perlu menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik
pada anak, agar semangat belajar anak dapatterdorong.
c. Fungsi Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan
anak yang mempunyai hubungan sosial relative tetap dan didasarkan atas ikatan darah,
perkawinan dan atau adopsi (Ahmadi, 2007:167).
Menurut Soelaeman (1994:85) fungsi keluarga ada beberapa jenis, antara lain:
1) Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak
khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga pada umumnya.
Fungsi edukasi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaanya, melainkan
menyangkut pula penentu dan pengukuhan landasan yang mendasari upaya
pendidikan itu, pengarahan dan perumusan tujuan pendidikan, perencanaan dan
pengelolaanya, penyediaan dana dan sarananya, serta pengayaan wawasanya.
2) Fungsi Sosialisasi
Tugas keluarga dalam mendidik anak tidak saja mencakup pengembangan
individu anak agar menjadi pribadi yang mantap, akan tetapi meliputi pula upaya
untuk membantunya dalam mempersiapkanya menjadi anggota masyarakat yang
baik. Dalam melaksanakan fungsi sosialisasi, keluarga menduduki kedudukan
sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan normanorma sosial.
3) Fungsi Proteksi atau Fungsi Perlindungan
Mendidik hakekatnya bersifat melindungi, yaitu melindungi anak dari tindakan-
tindakan yang tidak baik dan hidup yang menyimpang dari norma. Selain itu, fungsi
ini juga melindungi anak dari ketidakmampuanya beradaptasi dengan lingkungan
yang tidak baik yang mungkin mengancam lingkungan hidupnya, lebih dalam lagi
kehidupan dewasa ini serba kompleks.
4) Fungsi Afeksi atau Fungsi Perasaan
Anak berkomunikasi dengan lingkunganya, juga berkomunikasi dengan
orangtuanya dengan keseluruhan pribadinya, terutama pada saat anak masih kecil
yang menghayati dunianya secara global dan belum terdifferensiasikan.
13
Kehangatan yang terpancar dari keseluruhan gerakan, ucapan, mimik serta
perbuatan orangtua merupakan bumbu pokok dalam pelaksanaan pendidikan anak
dalam keluarga.
5) Fungsi Religius
Keluarga mempunyai fungsi religius, artinya keluarga berkewajiban
memperkenalkan dan mengajak serta anak dan anggota keluarga lainnya kepada
kehidupan beragama. Tujuanya bukan sekedar mengetahui kaidah-kaidah agama,
melainkan untuk menjadikan mereka insan beragama.
6) Fungsi Ekonomis
Fungsi ekonomis keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaan serta
pembelajaran dan pemanfaatanya. Keadaan ekonomis keluarga mempengaruhi
harapan orang tua akan masa depan anaknya serta harapan anak itu sendiri.
Keluarga yang keadaan ekonominya lemah menganggap anak lebih sebagai beban
hidup dari pada pembawa kebahagiaan keluarga. Mereka yang keadaan ekonomiya
kuat mempunyai lebih banyak kemungkinan memenuhi kebutuhan material anak
dibandingkan dengan keluarga yang ekonominya lemah. Akan tetapi pelaksanaan
tersebut belum menjamin pelaksaan ekonomis keluarga yang mestinya
7) Fungsi Rekreasi
Rekresi itu dirasakan orang apabila ia menghayati suatu suasana yang tenang
dan damai, jauh dari ketegangan batin, segar dan santai serta kepada yang
bersangkutan memberikan perasaan bebas dari segala rutinitas dari segala
ketegangan dan rutinitas yang membosankan. Rekreasi memberikan dorongan dan
keseimbangan kepada penyaluran energi dalam melaksanakan tugas sehari-hari
yang rutin dan menimbulkan kebosanan.
8) Fungsi Biologis
Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan akan keterlindungan fisik guna
melangsungkan kehidupanya. Keterlindungan kesehatan, keterlindungan dari rasa
lapar, haus, kedinginan, kepanasan, kelelahan bahkan juga kenyamanan dan
kesegaran fisik.
14
berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa diantaranya adalah jumlah orang yang
tinggal serumah bersama siswa, riwayat pendidikan bapak/ibu, riwayat pendidikan
kakak, riwayat pendidikan nenek/kakek, pekerjaan bapak/ibu, penghasilan bapak dan
ibu, dan kepedulian/keluarga dekat.
B. LINGKUNGAN SEKOLAH
Dalam memacu semangat siswa untuk rajin belajar dan bisa mencapai prestasi
akademik, lingkungan pendidikan sekolah memiliki andil besar dalam hal ini
15
karena dalam lingkungan pendidikan sekolah itulah siswa mendapatkan kegiatan
belajar mengajar.
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga,
terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh
karena itu anak dikirimkan ke sekolah-sekolah formal.
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan
pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peran sekolah dalam
mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan
masyarakat.
Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah
antara lain :
16
4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar
atau salah, dan sebagainya.
17
Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru
kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru
tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau
terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang
terhadap pelajaran atau gurunya, akibatnya siswa malas untuk belajar
2) Kurikulum
Diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan ini sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah
bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Begitu pula mengenai
pengaturan waktu sekolah dan standar pelajaran yang harus ditetapkan
secara jelas dan tepat.
3) Relasi Guru dengan Siswa
Dalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai
gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehinga
siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi
sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Maka ia segan mempelajari mata
pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju
4) Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang
menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompoknya.
Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya
5) Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam
sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup
kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,
kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan
kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain,
kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-
siswanya, dan kedisiplinan BP dalam pelayanannya kepada siswa
6) Fasilitas Sekolah
Instrumen pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena
instrumen pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai
18
pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkannya itu. Instrumen
pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan
pelajaran yang diberikan kepada siswa.
19
Sekolah, yaitu pendidikan skunder yang mendidik anak mulai dari
usia masuk sekolah sampai keluar sekolah dengan pendidiknya (guru) yang
mempunyai kompotensi yang profesional, personal, sosial dan pedagogis.
Mengacu pada Sistem sekolah sebagai pendidikan formal dirancang
sedemikian rupa agar lebih efektif dan lebih efesien, yaitu bersifat klasikal
dan berjenjang. Sistem klasikal memungkinkan beberapa sejumlah anak
belajar bersama dan dipinpin oleh seorang atau beberapa guru sebagai
fasilitator. Sebagi konsekuensinya mereka menerima materi yang sama.
Untuk itu, pada suatu kelas biasa murid-muridnya mempunyai kemampuan
yang relatif sama dari kelompok umur yang hampir sama pula.
Sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi dan terbatasnya orangtua dalam
kedua hal tersebut, orangtua sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan
mansyarakat. Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar
sekali pada jiwa anak. Karena itu di samping keluagra sebagai pusat untuk pendidikan, sekolah
pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan kepribadian anak.
Pendidikan di sekolah mencakup pendidikan umum dalam mempersiapkan peserta
didik menguasai kemampuan dasar untuk melanjutkan pendidikan atau memasuki lapangan
kerja. Pendidikan sekolah biasanya disebut sebagai pendidikan formal karena ia adalah
pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi, metode, alat-alatnya yang disusun secara
eksplisit, sistematis, dan distandarisasikan. Penjabaran fungsi sekolah sebagai pusat pendidikan
formal, terlihat pada tujuan instruksional, yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing jenis
da tingkatan sekolah.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan berdasarkan
asas-asas tanggungjawab berikut ini.
20
1) Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang
ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku yaitu undang-undang
pendidikan.
2) Tanggungjawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat
pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.
3) Tanggungjawab fungsional ialah tanggungjawab profesional pengelola dan
pelaksana pendidikan.
Sekolah sebagai pendidikan formal dirancang sedemikian rupa agar lebih
efektif dan efisien, yaitu bersifat klasikal dan berjenjang. System klasikal
memungkinkan sejumlah anak belajar bersama dan dipimpin oleh seorang atau
beberapa orang guru sebagai fasilitator. Sekolah memiliki cirri jenjang dapat dijelaskan
sebagi berikut.
A. Jenjang lembaga, sekolah dirancang dengan berbagai tingkatan, dari Taman Kanak-
Kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT). sebagian dikelola oleh Departemen
Pendidikan Nasional dan sebagian lainnya dikelola oleh Departemen Agama.
B. Jenjang kelas, berjenjang menurut tingkatan kelas, murid hanya bisa mengikuti
pendidikan pada kelas yang lebih tinggi apabila ia telah mampu menyelesaikan
pendidikan di tingkat sebelumnya. Jenjang kelas ini bervariasi, yaitu di tingkat
SD/MI terdiri dari enam kelas, SMP/MTs terdiri dari tiga kelas,
SMA/MA/sederajat terdiri dari tiga kelas, sedangkan di Perguruaan Tinggi tidak
ditentukan dengan jenjang kelas.
Sekolah dianggap sebagai suatu lingkungan yang paling bertanggungjawab
terhadap pendidikan murid-muridnya, lebih-lebih bila dikaitkan dengan pengabdian
sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapat bersaing secara global. Maka
pembangunan sekolah dianggap sebagai investasi yang prosfektif demi menyongsong
kemajuan bangsa
21
b. Untuk menstramisi dan mentrasformasi kebudayaan, dan
c. Menyeleksi murid untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
22
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan
keluarga pertama-tama anak mendapatkan pengaruh sadar. Karena itu
keluaraga merupaka kelompok primer yang terdiri dari sejumlah keluarga
kecil karena hubungan sedarah yang bersifat informal dan kodrati dan
menjadi lembaga pendidikan tertua. Keluarga bisa berbentuk keluarga inti
(nucleus family : ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (di
samping inti, ada orang lain seperti kakek, nenek, ipar dan lain sebagainya).
23
2. Dorongan/motifasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan
orangtua terhadap keturunannya. Tanggungjawab moral ini meliputi nilai-
nilai religius spiritual yang dijiwai ketuhanan Yang Maha Esa dan agama
masing-masing di samping didorong oleh kesadaran memelihara martabat
dan kehormatan keluarga.
3. Tanggungjawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya
juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan
kemanusiaan.
Di sisi lain tanggungjawab pendidikan yang menjadi beban orangtua sekurang-
kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka hal-hal berikut.
1. Memelihara dan membesarkan anak.
2. Melindungi dan menjamin kesamaan baik jasmaniah maupun rohaniah sesuai
dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
3. Member pengajarandalam arti yang luas.
4. Membahagiakan anak baik di dunia dan akhirat.
Dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak dari orangtua meliputi tujuh hal,
yaitu dasar pendidikan budi pekerti, dasar pendidikan sosial, dasar pendidikan intelek, dasar
pembentukan kebiasaan pembinaan kepribadian yang baik dan wajar, dasar pendidikan
kekeluargaan, dasar pendidikan nasionalisme, dan dasar pendidikan agama.
Lingkungan keluarga berpengaruh kepada anak dari sisi perlakuan, keluarga terhadap
anak, kedudukan anak dalam keluarga, keadaan ekonomi keluarga, keadaan pendidikan
keluarga, dan pekerjaan orangtua.
Dari lingkungan keluarga yang harmonis mampu memancarkan keteladanan kepada
anak-anaknya, karena dikatakan pendidikan pertama pada bayi atau anak itu berkenalan dengan
lingkungan serta mendapat pembinaan pada keluarga.
24
bisa berprestasi, seperti misalnya terbawa dan mencontoh teman dan tetangga yang
rajin belajar agar menjadi siswa yang berprestasi.
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa pendidikan berlangsung dalam tiga
lingkungan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Masyarakat mencakup
sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling ketergantungan dan
terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama.
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang
yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa
Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas
yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah
masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama
dalam satu komunitas yang teratur.
25
persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang
berartiteman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara
implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai
perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
Selanjurnya kaitan masyarakat dengan pendidikan menurut Tirtarahadja dan La
Sulo (2000), dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu :
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dikembangkan
maupun yang tidak dikembangkan.
b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan baik langsung maupun tidak langsung,
ikut mempunyai peran dan fungsi pendidikan.
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang
maupun yang dimanfaatkan. Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja
dan hidup sehari-hari akan selalu memperoleh manfaat dan pengalaman
hidupnya untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain manusia berusaha
mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang
tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul dan sebagainya.
Di lingkungan masyarakat, setiap orang akan memperoleh pengalaman
tentang berbagai hal, misalnya tentang lingkungan alam, tentang hubungan sosial,
politik kebudayaan dan sebagainya. Di dalam lingkungan masyarakat setiap orang
akan memperoleh pengaruh yang sifatnya mendidik dari oarng-orang yang ada
disekitarnya, baik dari teman sebaya maupun oarng dewasa melalui interaksi sosial
secara langsung atau tatap muka. Pengaruh pendidikan tersebut dapat pula
diperoleh melaui interaksi sosial secara tidak langsung.
26
Menurut Slameto (2003), faktor masyarakat yang dapat mempengaruhi
pendidikan siswa meliputi:
a. Kegiatan Siswa dalam Masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadi siswa. Tetai jika siswa ambil bagian dalam kegiatan
masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan
sosial, keagamaan, dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika
tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Perlu kiranya membatasi kegiatan
siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu belajarnya. Jika
mungkin memilih kegiatan yang mendukung belajar.
b. Mass Media
Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat
kabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Semua itu ada dan
beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik
terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya
c. Teman Bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya.
Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga
sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk
juga. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar
siswa memiliki teman bergaul yang baik.
d. Bentuk Kehidupan Masyarakat.
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar dan mempunyai
kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang
berada disitu. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang
terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya,
anak (siswa) terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang di
lingkungannya. Maka perlu untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar
dapat member pengaruh yang baik terhadap anak (siswa).
27
Kelompok Belajar Paket A, Paket B, Kursus Komputer dan bahasa inggris di lembaga
kursus tertentu juga ada yang terstruktur dan berjenjang dan lain-lain. Adapun contoh
penyelenggaraan pendidikan yang tidak terstruktur dan tidak berjenjang adalh ceramah
agama yang titangkan di televisi, penyampaian informasi melalui koran.
Menurut Taylor ( Made Pidarta, tanpa tahun) kebudayaan adlah totalitas yang
kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebgai
masyarakat. Sedangkan menurut Kuncaraningrat ( Tirtarahadja dan La Sulo,2000).
Kebudayaan dalam arti luas dapat berwujud:
28
lama pendidikannya relatif singkat (f) cara pelaksanaan pendidikan mungkin bersifat
artificial mungkin pula bersifat wajar,(g) evaluasi pendidikan mungkin dilaksanakan
secara sistematis dapat pula tidak sistematis. (h) credential mungkin adadan mungkin
pula tidak ada.
Peserta didik di sekolah berasal dari berbagai keluarga dengan latar belakang
sosial budayanya masing-masing. Sekolah mendapat mandat tugas dan tanggung jawab
pendidikan oleh para orang tua dan masyarakat. Sebab itu, pendidikan disekolah tidak
boleh berjalan sendiri tanpa memperhatikan aspirasi keluarga dan masyarakat. Dalam
melaksanakan pendidikannya, sekolah perlu bekerja sama dengan para orang tuapeserta
didik dan dan berperannya Komite Sekolah.
Dewasa ini, sekalipun sekolah adalah, tetapi sekolah tidak mampu memberikan
keseluruhan kebutuhan pendidikan bagi peserta didiknya, juga belum (tidak) mampu
menampung seluruh anak usia sekolah. Karena itu, pendidikan disekolah perlu
dilengkapi, ditambah dan dikembangkan melalui pendidkan di dalam lingkungan
masyarakat. Bahkan dalam konteks wajib belajar sembilan tahun, pendidikan di dalam
masyarakat seperti kejar paket A dan kejar paket B merupakan penggati pendidikan SD
dan SMP.
29
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak
sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan,
pembentukan pengertian-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun
pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Kaitan antara masyarakat dan pendidikan
dapat ditinjau dari tiga sisi, yaitu :
3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang (by
design), maupun yang dimanfaatkan (utility).
30
a. Lingkungan pendidikan dapat menjamin kehidupan emosional peserta didik untuk
tumbuh dan berkembang. Kehidupan emosional ini sangat penting dalam pembentukan
pribadi anak.
c. Lingkungan pendidikan berfungsi sebagai wahana yang amat besar bagi perkembangan
individu dan masyarakat dalam memperluas dan mempercepat usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa.
d. Mengajarkan tingkah laku umum dan untuk menyeleksi serta mempersiapkan peranan-
peranan tertentu dalam masyarakat.
31
LATIHAN
32
BAB IV
Pertama, fungsi edukatif. dalam keluarga. Anak pertama kali memper- oleh
pengalaman yang sangat penting bagi perkembangannya, karena itu kelurga disebut lingkungan
pendidikan pertama karena keluarga meletakkan dasar- dasar pertama bagi perkembangan
anak.
Kedua,fungsi sosialisasi. Dalam hal ini keluarga sebagai suatu lembaga sosial
mempunyai peranan penting bagi masyarakat yaitu membentuk pribadi seseorang dimana
personalitas seseorang itu nanti- nya akan dapat mempengaruhi corak dari suatu masyarakat.
Keluarga merupakan penghubung anak dengan kehidupan so- sialnya, interaksi dan sosialisasi
dimulai dalam keluarga, baru kemudian cermin- an sosialisasi dalam keluarga akan ter- cermin
dalam interaksinya di sekolah dan di masyarakat.
33
Ketiga, fungsi protektif. Dalam keluarga anak mendapat perlindungan dan
melindunginya dari tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial dan
kaedah agama dan dari ketidakmampuannya bergaul dengan ling- kungan. Keempat, fungsi
religius. Keluarga wajib memperkenalkan dan me- nanamkan nilai-nilai religius kepada anak
dimulai dari semenjak dalam kan- dungan sampai keliang kubur. Dengan iklim religius ini
terciptalah wahana so- sialisasi dan pengalaman keagamaan yang turut membentuk kepribadian
anak dalam keluarga yang menjadi pribadi yang matang beriman dan bertaqwa kepada Allah
Swt.
34
Segala nilai yang dikenal anak melekat pada orang-orang yang disenang dan
dikaguminya, dan dengan melalui inilah salah satu proses yang ditempuh anak dalam
mengenal nilai.
4. Memnerikan Dasar Pendidikan Sosial
Di dalam kehidupan keluarga, merupakan basis yang sangat penting dalam peletakan
dasar-dasar pendidikan sosial anak. Sebab pada dasarnya keluarga merupakan lembaga
sosial resmi yang minimal terdiri dari ayah, ibu dan anak.Perkembangan benih-benih
kesadaran sosial pada anak-anak dapat dipupuk sedini mungkin, terutama lewat
kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong menolong, gotong royong secara
kekeluargaan, menolong saudara atau tetangga yang sakit, bersama-sama menjaga
ketertiban, kedamaian, kebersihan dan keserasian dalam segala hal.
5. Peletakan Dasar-Dasar Keagamaan
Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama, disamping sangat
menentukan dalam menanamkan dasar-dasar moral, yang tak kalah oentingnya adalah
berperan besar dalam proses internalisasi dan transformasi nilai-nilai keagamaan ke
dalam pribadi anak. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk
meresapkan dasar-dasar hidup beragama, dalam hal ini tentu saja terjadi dalam
keluarga. Anak-anak seharusnya dibiasakan ikut serta ke masjid bersama-sama untuk
menjalankan ibadah, mendengarkan khutbah atau ceramah-ceramah keagamaan.
Kegiatan seperti ini besar sekali pengaruhnya terhadap kepribadian anak. Kenyataan
membuktikan, bahwa anak yang semasa kecilnya tidak tahu menahu dengan hal-hal
yang berhubungan dengan hidup keagamaan, tidak pernah pergi bersama orang tua ke
masjid atau tempat ibadah untuk melaksanakan ibadah, mendengarkan khutbah atau
ceramah-ceramah dan sebagainya. Sehingga setelah dewasa mereka tidak menaruh
perhatian terhadap nilai keagamaan. Pendidikan keluarga hendaknya memberikan
kondisi kepada anak untuk mengalami suasana hidup keagamaan.
Lingkungan pertama sebagai wa- hana sosialisasi anak adalah lingkungan keluarga.
Sosialisasi adalah sebuah pro- ses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari
satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah so- siolog
menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses
sosialisasi diajarkan peran- peran yang harus dijalankan oleh individu
35
Selanjutnya sosialisasi adalah satu konsep umum yang dapat dimaknai se- bagai sebuah
proses di mana seseorang belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir,
merasakan, dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting
dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Sosialisasi merupakan pro- ses yang terus
terjadi selama hidup.
Proses sosialisasi merupakan pro-ses belajar, yaitu suatu proses akomodasi dengan mana
individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau
kebudayan masyarakatnya. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap,
ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku dalam masyarakat di mana dia hidup. Semua sifat dan
kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu
kesatuan sistem dalam diri pribadinya.
Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama dan utama bagi anak. Dalam lingkungan
keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara
ang- kat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan
pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen
sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa
keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada
masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang
yang berada di luar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen
sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby
sitter). Peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena
36
anak sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya sendiri. Anak
sebagai bagian anggota keluarga dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak akan
terlepas dari lingkungan dimana dia dirawat/diasuh atau awal diperolehnya pengalaman belajar
bagi seorang anak. Dalam keluargalah kali pertama anak berinteraksi terutama dengan ibunya
setelah anak dilahirkan dan melalui kegiatan menyusui. Hubungan tersebut akan berkembang
sesuai tahapan usia anak. Dari sinilah anak akan dan selalu berusaha untuk menyesuaikan diri
melalui pengalaman belajar agar diterima di lingkungan sosial dan menjadi pribadi yang dapat
bermasyarakat; dengan syarat punya kesempatan untuk bersosialisasi dengan orang lain,
mampu berkomunikasi dan berbicara yang dapat dimengerti oleh orang lain dan memiliki
motivasi belajar yang menyenangkan. Untuk itu, diperlukan suatu dukungan anggota keluarga,
karena pengalaman sosial pertama diperoleh di dalam lingkungan keluarga, maka anggota
keluarga terutama orang tua diyakini paling tepat menentukan terjadinya proses sosialisasi
yang baik pada anak.
Tantangan keluarga dalam era teknologi informasi adalah bagaimana anggota keluarga
mampu mengantisipasi pengaruh negatif agen sosialisasi lainnya terhadap anak. Di samping
kelompok bermain, media massa disadari atau tidak juga memiliki pengaruh yang signifikan
dalam membentuk sikap dan perilaku anak. Bagaimana anak bersikap, berkomunikasi, dan
berperilaku juga diwarnai oleh model figur yang diperankan dan ditampilkan oleh media massa.
Dimana media massa sudah merambah berbagai penjuru tanpa batas termasuk pada lingkungan
keluarga, terutama media elektronik yaitu radio, televisi, video, film, dan lainnya. Besarnya
pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh: Penayangan acara Smack Down di televisi, video porno melalui internet dan HP
diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dan remaja dalam banyak
kasus. Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan mewarnai
gaya hidup masyarakat pada umumnya. Tampilan gaya anak Punky telah banyak mewarnai
sikap dan kepribadian anak dan remaja yang notabene remaja terpelajar saat ini. Tentunya sikap
dan kepri- badian seperti itu tidak hanya mampu diperbaiki dan diubah hanya melalui
pendidikan di sekolah tanpa dukungan pendidikan dalam keluarga. Karena itu, menurutAhmad
Tafsir (2004:161) wajib bagi orang tua menyelenggarakan pendidikan dalam rumah tangga dan
kewajiban itu wajar (natural) karena Allah menciptakan orang tua yang bersifat mencintai
anaknya. Jadi pertama hukum- nya wajib, kedua memang orang tua senang mendidiik anak-
anaknya. Inilah modal utama bagi pendidikan dalam keluarga sehingga
37
lingkungan keluarga betul-betul dijadikan sebagai wahana sosialisasi dan interaksi edukatif
bagi anak.
38
a. Pendidikan manusia sebagai makhluk individu, lingkungan masyarakat berperan dalam
membantu pembentukan manusia yang cerdas, sesuai dengan kondisi dan fungsi dari masing-
masing pendidikan tersebut.
b. Pendidikan manusia sebagai makhluk susila (kemasyarakatan), yang berkaitan dengan nilai-
nilai yang terkandung di dalam pancasila sebagai falsafah hidup bangsa, dan pancasila sebagai
dasar negara.
c. Pendidikan manusia sebagai makhluk sosial, lingkungan masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung memang ditumbuhkembangkan sebagai makhluk individu dan susila,
yang secara bersama-sama mampu menciptakan kehidupan bersama secara bertanggungjawab,
untuk mencapai kesejahteraan sosial yang dinamis dengan sikap makaryanya.
d. Pendidikan manusia sebagai makhluk religious, maka lingkungan masyarakat banyak
memberikan andil dalam pembekalan yang berhubungan dengan masalah keagamaan.
39
LATIHAN
40
BAB V
41
Kursus dan pelatihan merupakan bagian dari Pendidikan Masyarakat atau PNF.
Menurut Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bahwa “Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi
masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap
untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi”.
42
LATIHAN
43
KESIMPULAN
Menurut Mulyasa (2012: 9), perwujudan pendidikan karakter yang mengarah pada
pembentukan budaya sekolah atau school culture yaitu “nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh seluruh warga
sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitar”. Implementasi pendidikan karakter berbasis
lingkungan pada sekolah akan membentuk suatu budaya sekolah (School Culture). School
Culture merupakan 1 2 ciri khas yang dimiliki oleh setiap satuan pendidikan yaitu sekolah di
mata masyarakat luas.
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa
benda mati,makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi
masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu. Seperti
lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul. Lingkungan
ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan
tanggung jawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut.
Pengertian lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena
satu dan hal lain memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan pendidikan
itu bertugas memberi pendidikan kepada si terdidik (Marimba, 1980) . secara umum fungsi
lembaga-lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi yang memungkinkan proses
pendidikan dapat berlangsung sesuai tugas yang bebankan kepadanya karena situasi lembaga
pendidikan harus berbeda dengan situasi lembaga lain (Azra, 1998).
44
minimnya sarana/prasarana keagamaan menyebabkan anak terpengaruh dengan lingkungannya
dan akan berbuat seperti apa yang ada dalam lingkungannya.
Lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
praktek pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang
merupakan bagian dari lingkungan sosial (Kunaryo, 1999:62). Ada tiga lingkungan pendidikan
yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Menurut
(Slameto, 2003:60) yang merupakan bagian dari lingkungan pendidikan yang berpengaruh
terhadap proses belajar dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu: lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat
45
Pendidikan keaksaraan, Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, Pendidikan kesetaraan,
dan Pendidikan lainnya.
46
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana, Wayan. (Ed.). 1986. Dasar-Dasar Kependidikan. Malang: FIP IKIP Malang. Munib Achmad, dkk. 2007.
Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang. UPT MKK UNNES
Din Wahyudin,dkk.2007. PengantarPendidikan. Jakarta. Universitas Terbuka Drs.UyohSadulloh. M.Pd,dkk.
2013.Pedagogik (IlmuMendidik). Bandung. Alfabeta
La Sulo, Sulo Lipu. 1990. Penelaahan Kurikulum Sekolah. Ujung Pandang: FIPIKIP Ujung
Pandang.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
BAB VI
KASIH SAYANG,KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
Performa adalah kebiasaan yang lahir dari standar dan plan kerja
yang dimiliki guru. Biasanya performa terwujud dalam bentuk sikap tegas,
cerdas, sopan, konsisten, jujur, dan selalu memiliki solusi saat menghadapi
masalah. Jika siswa menganggap gurunya cerdas dan selalu mampu memberi
solusi terhadap kesulitan siswa, guru tersebut memiliki performa yang bagus.
Pengakuan yang tulus itu akan terlahir dari para siswa atas kemampuan yang
dimiliki oleh gurunya. Pengakuan inilah yang membawa dampak positif
terhadap interaksi guru dengan siswa, yang akhirnya proses pembelajaran
dikelas akan lebih lancar dan menarik. 27
c. Unsur-unsur Kewibawaan
Secara umum unsur-unsur kewibawaan seorang guru ada 4 sebagaimana
yang dijelaskan oleh Muhammad Surya yang telah dikutip oleh Ngainun Naim,
antara lain unsur-unsur kewibawaan sebagai berikut:
1. Keunggulan
Kasih sayang merupakan salah satu segi yang paling indah dalamhidup
manusia. Kasih sayang juga merupakan fitrah kemanusiaan. Dalam hal ini,
situasi pendidikan hendaklah dikembangkan melalui kasih sayang,
diselenggarakan berdasarkan hubungan kasih sayang, segenap arah dan
tujuannya dipenuhi warna kasih sayang. Kasih sayanglah pertama-tama
dipancarkan oleh pendidik dengan memperoleh limpahan kasih sayang
dalam pengembangan dirinya secara menyeluruh, sejak dini. Internalisasi
nilai kasih sayang merupakan tumpuan dan warna dalam seluruh dinamika
hubungan antara pendidik dan peserta didik.
3. Kelembutan
Kelembutan merupakan sisi yang menyejukan bagi operasionalisasi rasa
dan sikap kasih sayang. Kelembutan dapat diwujudkan antara lain melalui
kasih sayang, keramahan, penghargaan, penghormatan, saling menghargai,
dan sebagainya.
4. Penguatan
Penguatan merupakan tindakan yang diberikan pendidik kepada peserta
didik, yang mana penguatan tersebut berisikan penguatan yangpositif yang
menampilkan perilaku yang baik dan tutur kata yang baik.
5. Tindakan tegas yang mendidik
Tindakan yang diberikan oleh pendidik terhadap peserta didik yang
melanggar ketentuan yang telah disepakati guna menyadarkan peserta didik
terhadap kesalahan yang telah dilakukannya. Tindakan ini untuk
memberikan pengakuan terhadap peserta didik atas keberhasilannya guna
lebih memantapkan perilaku yang telah dicapainya sehingga ia ingin
melakukan perulangan kembali terhadap perilaku yang baik tersebut. Unsur
tindakan tegas yang mendidik dalam proses pembelajaran memang perlu
diterapkan oleh pendidik.
6. Pengarahan
Pengarahan adalah kegiatan yang dilakukan pendidik untuk
mengarahkan peserta didik agar tetap berada pada jalur benar. Pengarahan
ini diwujudkan melalui bimbingan belajar di sekolah. Yang mana guru atau
pembimbing memiliki peran yang sama yaitu sebagai fasilitator, motivator,
inisiator, untuk peserta didik.
7. Keteladanan
Keteladanan adalah suatu proses peniruan yang dilakukan oleh peserta
didik terhadap pendidikan. Proses peniruan berlangsung terus sampai peserta
didik menjadi dewasa, dan orang dewasa menjadi tua. Unsur keteladanan
berperan penting dalam proses pembelajaran.
8. Faktor-faktor Kewibawaan
Penggunaan kewibawaan oleh guru atau pendidik harus berdasarkan pada
faktor-faktor berikut ini:
1. Dalam menggunakan kewibawaannya itu hendaknya didasarkan atas
perkembangan anak itu sendiri sebagai pribadi.
2. Pendidik hendaklah memberi kesempatan kepada anak untuk
bertindak atas inisatif sendiri.
Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu
yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
2. Peran Guru
a) Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu
sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan lain tetapi atas kemauan sendiri,
misalnya kita mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan
dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan negara.
Oleh karena itu kita pun rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.
b) Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan akhirnya ia mau
melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seorang anak mau belajar
karena dia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama
dikelasnya.44
3. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi belajar, pasti memiliki fungsi. Sehubungan dengan hal
itu ada tiga motivasi belajar45:
i. Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Maksudnya adalah disini
manusia sebagai pendorong untuk dalam mempengaruhi sikap apa yang
seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
ii. Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Maksudnya adalah dorongan
psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan
suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian berubah dalam
bentuk gerakan psikofisik.
iii. Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Maksudnya adalah menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dilakukan yang digunakan untuk
mencapai tujuan, dengan mengabaikan perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan.
4. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam
rangka mengarahkan belajar anak didik dikelas, antaranya sebagai
berikut46:
i. Memberi angka
tbeyedaiuru
peagd
ranu)airgk
h D
H
G
u
w tk
adspadeaieaito
an
ad
tzh
m
p
u
nariakp
kp
d -yakeyadap
ge”tan
adai.o
p
d
n
absn
wk d Srm
tan atigeigyld
atbru
ad
h
kao
b
n ap
eah
u iekarek
hm
aku
gn
w aora(ttd
easeu
n rltudw
y
p a.lrm
agy
jkd
u iaaitp.k
asbiadn
n pib
agh
artyeu
tan
in
uatw
dn
w
kudnayaagnart.an
aein,n
gda
Soal Latihan!
1. Apa yang disebut dengan kebiwaan?
2. Fungsi kewibawaan dalam Pendidikan ?
3. Contoh kewibawaan dalam Pendidikan ?
4. Contoh kewajiban guru?
5. Contoh kewibaan dalam kehidupan sehari hari?
TANGGUNG JAWAB
A.Pengertian Tanggung Jawab
Pengertian tanggung jawab adalah melakukan semua tugas dan kewajibannya dengan sungguh-
sungguh. Tanggung jawab juga berarti siap menanggung segala risiko atas perbuatan sendiri.
Kata “tanggung jawab” menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya, sehingga bertanggung jawab. Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul, menanggung segala sesuatunya, dan
menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Sedangkan pendidik adalah orang yang
mendidik. Sebagai kosakata yang bersifat generik, pendidik mencakup pula guru, dosen, dan
guru besar.1 Secara umum pendidik ialah orang yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik, pendidik ialah orang yang mempengaruhi perkembangan seseorang. Karena
pendidikan merupakan proses, pastinya akan ada banyak orang yang mempengaruhi peserta
didik
Nilai tanggung jawab ini dapat orang tua ajarkan kepada anak sejak usia dini dengan contoh
yang sederhana agar anak mudah mengerti.
Ketika sudah mengenal nilai tanggung jawab, maka nilai ini perlahan akan terbentuk dari dalam
hati dan kemauan sendiri.
Dilansir dari Buku Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Seri
Pendidikan Orang Tua: Mengembangkan Tanggung Jawab pada Anak, berikut ciri-ciri
tanggung jawab:
4. Dapat dipercaya.
5. Taat aturan.
Konsep Dan Tanggung Jawab dalam Pendidikan Tanggung jawab merupakan suatu bentuk
kesadaran manusia yang dapat menanggung akibat apa yang dilakukannya. Tanggung jawab
memiliki sifat kodrati yang dimana setiap manusia dalam kehidupan masing
– masing pasti memikul tanggung jawab. Supaya pendidikan berjalan dengan baik, maka
penanggungjawab pertama dan utama bagi anak didik di dalam keluarga adalah orang tua
(Nawawi, 1993:85), sebab di dalam rumahlah anak pertama kali mengenal nilai dan interaksi
edukatif dan kultural.
Islam mengajarkan bahwa pendidikan itu berlangsung seumur hidup (life long education),
dari buaian ke liang lahat (Hadits Nabi). Konsep pendidikan seumur hidup menegaskan bahwa
pendidikan di dalam keluarga mesti dilakukan. Maka dari itu, orang tua wajib menjadi
penanggungjawab berlangsungnya pendidikan di dalam keluarga sehingga usahamencerdaskan
anak baik emosional, intelektual dan spiritual dapat terjamin dengan baik. Orang tua sebagai
penanggungjawab pendidikan memiliki peranan yang sangat dominan di dalam proses
pendidikan. Antara orang tua dan anak memiliki hubungan emosional dan interaksi edukatif
yang intensif yang dapat menciptakan atmosfer pendidikan. Maka dari itu, Zakiah Darajat
menekankan bahwa kondisi jiwa orang tua, hubungan antara satu denganyang lainnya
harus benar-benar mencerminkan figur pendidik yang memiliki tanggung jawab besar terhadap
keluarganya (Daradjat, 1982, 65). Sebagai penanggungjawab, orang tua memiliki kedudukan
yang instimewa di mata anak-anaknya. Karena orang tua memilikitanggung jawab yang besar
dalam mempersiapkan dan mewujudkan masa depan anak- anaknya, mereka dituntut untuk
berperan aktif dalam membimbing dan mendidik anak- anaknya. Sayyid Qutb memberikan
syarat utama kepada orang tua sebagai penanggungjawab pendidikan yaitu moralitas dan
semangat keagamaan yang harus tercermin dalam setiap
perilaku dan perkataannya, sebab menurut Qutb, orang tua harus menjadi panutan bagi anak-
anaknya. Biasanya anak cepat meniru atau mencontoh apa yang diucapkan atau diperbuat orang
tua di rumah tangga (Qutb:101). Lebih jauh menurt Saifuddin, keluarga merupakan lingkaran
sekolah utama dan pertama bagi anak yang mendasari jenjang-jenjang pendidikan selanjutnya
(Saifuddin, 1987:130). Menurut Yusuf Barmawi, sebagai penanggungjawab, orang tua berdosa
jika tidak mengemban amanah pendidikan ini, minimal ia memberikan perhatian yang cukup
terhadap proses pendidikan anaknya. Ia tidak saja dapat menyekolahkan melalui pendidikan,
tetapi ia juga harus berperan sebagai guru pertama yang memberikan keteladanan,
mengarahkan anaknya dalam menentukan masa depan dan lain-lain (Barmawi, 1993:17).
Dengan menyadari dirinya dan melaksanakan tugasnya sebagai penanggungjawab, maka orang
tua telah memuliakan anak-anaknya. Hal ni seirama dengan perintah Rasullah dalam sabdanya
(Ibnu Majah:1221): أﻛﺮﻣﻮاأواﻟﺪﻛﻢ وأﺣﺴﻨﻮا أدﺑﮭﻢSebagai penanggungjawab, orang tua tidak boleh
membiarkan pertumbuhan anak berjalan tanpa bimbingan atau diserahkan kepada guru-guru di
sekolah. Inilah menurut Zakiyah Darajat kekeliruan fatal yang banyak di dalam masyarakat
(Darajat, 1982:47).
Tanggung jawab dalam arti harfiah ialah tanggungan beban untuk menjawab atau lebih
tegasnya adalah tanggungan beban untuk menerangkan suatu kelakuan tertentu.bertanggung
jawab selalu dalam hubungan dengan orang lain.bertanggung jawab dapat menerangkan
perbuatn kita dan kepentingan kita dengan orang lain .dewasa secara social berarti dapat
bertanggung jawab atas segala perbuatan.
Bertanggung jawab dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana semua tindakan atau
perbuatan atau sikap merupakan penjelmaan dari nilai-nilai luhur kesusilaan dan
keagamaan.bertanggung jawab dapat didakwa berdasarkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai
susila maupun nilai-nilai agama.dengan kata lain bertanggung jawab berarti berada dalam
tatanan norma,kesusilaan dan agama,dan tidak diluarnya
Lalu apa tugas utama orang tua sebagai penanggungjawab pendidikan jika merujuk kepada
al-Qur’an? Secara tegas al-Qur’an dalam surat Luqman 12-19 memberikan gambaran tugas
orang tua sebagai penanggungjawab pendidikan dalam keluarga. Secara terperinci tugasdan
tanggungjawab orang tua dalam pendidikan tersebut adalah; 1. Menanamkan Aqidah Aspek
akidah merupakan aspek fudamental yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini, sebab
akidah dapat memberikan bimbingan secara moral dan sosial kepada anak. Menurut
Abdullah ‘Ulwan, di antara tugas sebagai penanggungjawab pendidikan di rumah tangga, orang
tua harus memberikan petunjuk dan mengajari anak tentang keimanan kepada Allah secara
bertahap dari penginderaan akal kepada fenomena, dari parsial menuju kepada yang integral,
dari yang paling sederhana kepada hal yang kompleks (Ulwan, 1981:162). Konsep keimanan
kepada Allah tidak hanya dipahami sebagai konsep dasar tentang ketauhidann, tapi lebih jauh
adalah aplikasinya dalam kehidupan anak sebagai way of lfe, bukan sebatas norma dan
dogmatis. Sudah menjadi tanggung jawab orang tua menerangkan kepada anak-anak tentang
prinsip-prinsip agama serta hukum agama sehingga anak benar-benar mengerti tentang
pengalaman dan pengalaman dalam beragama (Langgulung,1989:381). Implikasipenanaman
akidah ini akan berdampak pada karakter dan moralitas anak sebab akhlak itu sendiri
merupakan bagian dari agama. Menurut Ismail Ali, barang siapa yang bertambah baik
akhlaknya, maka baik pula agamanya (Ali, 1978:173). 2. Menanamkan Nilai Sosial Kehidupan
sosial, cepat atau lambat selalu mengalami perubahan dan perkembangan diberbagai sektor
kehidupan. Perubahan itu dan menimbulkan berbagai kebutuhan di semua aspek (Muhaimin,
1993:59), yang mengharuskan kita mengambil sikap dan mengaktualisasikan peran di
dalamnya. Untuk itulah, sebagai penanggungjawab pendidikan, orang tua memiliki fungsi dan
peran strategis dalam mensinergikan perubahan sosial beserta nilanya dengan perkembangan
anak didik di rumah tangga. Sebagai penanggungjawab, al- Qur’an sebagaimana terdapat
dalam Q.S. Luqman, menyuruh orang tua berperan aktif dalam kesadaran sosial, mengajarkan
anak bagaimana seharusnya berbuat baik kepada manusia dengan konsep “Amar Ma’ruf dan
Nabi Munkar”. Al-Quran senantiasa mengingatkan manusia memiliki kepedulian terhadap
lingkungan sosial, sayang dengan alam, tidak angkuh dan sombong di depan manusia. Konsep
al-Qur’an semacam ini selayaknya direalisasikan dalam pendidikan awal anak-anak di rumah
tangga
TENAGA PENDIDIK Sama halnya dengan orang tua, tenaga pendidik juga memiliki
tanggungjawab atas berlangsungnya proses pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu, pada
hakekatnya tenaga pendidik tersebut merupakan orang tua dan sesudah orang tua kandung.
Sebagaimana halnya orang tua, para pendidik selalu beradal dalam proses interaksi edukatif
dalam lingkungan pendidikan. Ia memiliki kedudukan dan peran sentral dalam proses
pembelajaran, terutama di sekolah, bahkan irama interaksi edukatifnya sengaja didesain
sedemikian rupa, sistematis dan metodologis dalam rangka mempermudah peserta didik dan
meyerap ilmu yang diberikan. Tanggungjawab tenaga pendidik tidak saja terikat pada tugas
formalnya saja, tetapi di luar dari kerja kewajibannya, sesungguhnya ia masih dituntut
memikukl tanggung jawab tersebut. Oleh karena besar dan beratnya tanggung jawab yang
dipikul hingga mereka mendapat sebutan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, sebuah ungkapan
yang menurut hemat penulis perlu direvisi kembali. Tenaga pendidik, dengan segala tugas
dan fungsinya bertanggungjawab dalam pembentukan dan pembinaan intelektualitas peserta
didik di samping pembinaan aspek lainnya. Yang dimaksud dengan pendidikan intelektualitas
adalah pembentukan dan pembinaan berfikir akademis dengan segala sesuatu yangbermanfaat;
ilmu pengetahuan ilmiyah, peradaban, modernisme serta kesadaran berfikir dan berbudaya.
Abd al-Rahman al-Nahlawi membagi secara garis besar tanggungjawab pendidik ke dalam
dua bagian dengan merujuk kepada Al-Quran surat Ali Imran ayat 164 dan al-Baqarah ayat
129. Ia mengemukakan bahwa tanggungjawab pendidik adalah berupaya membersihkan,
memelihara dan mengembangkan fitrah manusia. dia berkewajiban menyampaikan ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai bermanfaat lainnya agar peserta didik menerapkannya dalam
kehidupan (alNahlawi:170). Mencermati tugas dan fungsinya sebagai pendidik, maka
tanggung jawab tenga pendidik memang begitu berat, terutama dalam tanggung jawabnya
membentuk manusia yang beriman dan bertakwa, cerdas dan terampil serta mampu mandiri
sehingga terwujud manusia yang sarat akan sumber daya dan kualitas (Hadi:18). Di samping
pembinaan intelektualitas, tenaga pendidik juga harus mampu mengarahkan peserta didik
menyikapi berbagai perkembangan dan akselerasi kultural yang terjadi di sekitarnya.
Tanggungjawab utama pendidik adalah membimbing anak didik atau peserta didik yang pada
akhirnya mampu hidup dalam kemandirian, tidak tergantung kepada orang lain. kenapa hal
ini perlu ditekankan? Karena perkembangan teknologi dan akselerasi sosial memacu dan
mempengaruhi perkembangan individu dalam masyarakat serta membawa pengaruh besar pada
norma dan sistem sosial masyarakat, perilaku, struktur keluarga, mobilitas masyarakat dan
tingkat kompetensi (Hasan, 1994:201). Bagaimana upaya para pendidik menumbuhkan
kratifitas peserta didik, sehingga mereka menjadi dinamis dan produktif, tidak terlalu
bergantung kepada orang tua atau pemerintah (ingin menjadi PNS).? Merupakan sebuah
pertanyaan yang juga relatif sulit untuk dijawab, mengingat orientasi pendidikan kita saat ini
lebih menekankan kepada pembentukan intelektualitas, bukan kepada kemandirian. Akibatnya
terjadilah penganggura intelektual di mana-mana yang boleh jadi suatu saat menjadi “bom
waktu” bagi pemerintah sebagai penanggungjawab Pendidikan
PEMERINTAH Pemerintah merupakan penanggungjawab pendidikan atas dasar
pertimbangan; 1) Pancasila yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. 2)
Bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara R.I than 1945 mengamanatkan agar
pemerintah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertibandunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 3) Bahwa UUD 1945
mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang bertujuan
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. 4)
Undang-Undang R.I Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
yang berisi ketentuan dan ketetapan serta kebijakan pemerintah yang mengatur seluruh sistem
dan komponen pendidikan yang paling terkait dan terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
(Peraturan Pemerintah RI No. 20, 2003:1-3). Atas dasar pertimbangan di atas, sebagai
penanggungjawab pendidikan, maka pemerintah berkewajiban;
1. Menyediakan Infrastruktur Pendidikan yang meliputi; a. Penyediaan sarana dan prasarana
pendidikan b. Penyediaan tenaga pendidik c. Pengalokasian dana yang sesuai dengan
kebutuhan 2. Melakukan Standarisasi Nasional terhadap pendidikan yang meliputi: a. Proses
b. Kompetensi Lulusan c. Tenaga Kependidikan d. Evaluasi Pendidikan e. Kurikulum Dasar
3. Membuat Peraturan Perundang-undangan yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal maupun
nasional, juga perbahan zaman, sebagai payung hukum berjalannya proses pendidikan.
Ajang pendidikan kedua setelah keluarga adalah di sekolah. Ketika seorang anak mulai
masuk sekolah, itu artinya ia menghadapi masyarakat baru yang berbeda dengan masyarakat
keluarganya. Di sekolah teerdapat individu-individu yang belum pernah bersamaya dalam
kehidupan keluarganya. Proses mempersiapkan anak-anak untuk beradaptasi dengan sekolah
termasuk salah satu proses sosial yang sangat susah dan sekaligus sangat penting, dan yang
bertanggung jawab dan berperan dalam hal ini adalah guru. Sekolah merupakan lembaga
pendidikan yang diharapkan dapat mencetak manusia-manusia yang berguna. Dan yang terlibat
langsung dalam semua proses pembelajaran tersebut adalah guru. Guru merupakan wali dari
arang tua anak sebagai tempat anak mengadu, berdiskusi, meminta pendapat dari
permasalahan yang dihadapi. Pada hakikatnya, guru dan anak didik ibarat dua sisi mata uang,
tidak dapat dipisahkan, tapi bisa dibedakan. Tanpa anak didik, guru tidak akan dapat mengajar,
dan begitu juga sebaliknya, keduanya saling membutuhkan. Keduanya saling memberi nilai
dalam menjalani hidup di masyarakat. Kesatuan yang utuh inilah, jika tetap diprertahankan
akan memberikan sebuah kekuatan yang dapat melahirkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Kecerdasan dan kecakapan anak didik akan akan menjadi tiang keabadian dalam
dunia pendidikan. Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul
di pundak para oranng tua. Pada saat orang tua menyerahkan anaknya ke sekolah, berarti
pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya itu kepada guru.19 Guru merupakan
manusia yang bertanggung jawab mencerdasakan kehidupan anak didik, dengan tetap
berusaha mengupayakan seluruh potensi yang ada pada anak didik, baik potensi afektif,
kognitif maupun psikomotorik, demi kelangsungan sproses pendidikan dan membebaskan
manusia dari belenggu kebodohan. Di pundak gurulah diberikan amanah yang berat, walaupun
itu adalah pekerjaan yang mulia. Kehadirannya diharapkan menjadi teladan bagi peserta
didiknya dan masyarakat sekitarnya, karena segala perilaku seorang guru mulai dari yang kecil
sampai pada hal yang besar tidak luput dari sorotan di lingkungan sekolah maupun lingkungan
masyarakat.20 Adapun tugas utama guru menurut Undang-Undang RI. No. 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 1, menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendiidkan
dasar, dan pendidikan menengah. 21 Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan
anak didik. Kemampuan dan potensi yang dimiliki anak tidak akan berkembang secara optimal
tanpa bantuan guru. Dalam persoalan ini guru diharapkan dapat memperhatikan anak didik
secara individual, karena anak didik merupakan manusia yang unik, sebagai individu yang
berbeda antara yang satu dengan
Sesungguhnya tugas guru sangat berat, tetapi merupakan tugas suci, karena membina
potensi potensi manusia dati tidak tahu menjadi tahu. Dan tugas tersebut merupakan kewajiban
yang harus di pertanggungjawabkan. Oleh karena itu, setiap guru harus melihat dan
menempatkan dirinya sebagai tenaga professional serta pembawa amanh dari Tuhan. Dengan
demikian, seorang guru harus memenuhi kriteria prinsip-prinsip profesionalisme,
diantaranya bahwa setiap guru harus memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugasnya. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.23 Guru yang memiliki
kompetensi adalah sosok yang senantiasa merasa dirinya kekurangan dalam menimba ilmu
pengetahuan dan pengalaman. Mereka tidak pernah memiliki perasaan gengsi apalagi
meremehkan orang lain. Guru yang memiliki kompetensi akan memberikan kontribusi ke
arah kemajuan dan perubahan positif pada peserta didik. Kompetensi guru menunjukkan
profesionalisme dirinya. Dalam sebuah sejarah dunia, diceritakan bahwa Negara Jepang
diporakporandakan oleh pasukan Amerika ketika mengebom Nagasaki dan Hiroshima.
Kerusakan tersebut begitu dahsyat, nyaris tidak memberi tandatanda kehidupan. Ketika Kaisar
Hirohito mendatangi kota tersebut, ia tertunduk dan merenung, betapa negaranya hancur rata
dengan tanah, dan yang lebih mengerikan dan menyakitkan adalah melihat pemandangan
ratusan ribu rakyat yang bergelimpangan tak terbentuk lagi. Sejurus kemudian dia tegakkan
kepalanya dan menoleh kepada salah seorang stafnya dan berkata kita harus bangkit. Kemudian
dia bertanya berapa sisa guru yang ada di kota ini? Sang kaisar pun meminta guru-guru yang
tersisa untuk dijaga, dipelihara, disantuni, diberikan kesejahteraan yang memadai, karena sang
kaisar beranggapan bahwa guru merupakan pijakan dasar dalam menentukan arah bangsa. Dari
dulu hingga sekarang, posisi guru di negara Jepang sangat diperhatiakan, tak heran bila negara
ini maju dengan cepat karena menjadikan guru sebagai arah pijakan bangsa yang paling kuat
disbanding dengan kekuatan yang lain.24 Dari penggalan peristiwa tersebut di atas dapat
dipahami bahwa betapa berartinya guru dalam kehidupan manusia. Menurut cerita tersebut,
pertanyaan pertama-tama yang meluncur dari mulut Kaisar Hirohito adalah berapa jumlah guru
yang tersia. Dia tidak bertanya berapa tentara yang
Pendidikan anak dalam Islam menjadi suatu kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh
kedua orangtua. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendidikan agar menjadi
generasi Islami.15 Berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan Hadis Nabi, Pembina an anak sejak
dini bisa dilakukan dengan cara-cara berikut : 1. Mendorong anak untuk membaca Al-Qur’an.
2. Mendorong anak untuk menghafal hadits-hadits Nabi. 3. Mendorong anak untuk
mengahayati ciptaan-ciptaan Allah SWT yang tampak disekelilingnya. 4. Mendorong anak
sejak berumur tujuh tahun untuk melaksanakan shalat pada waktunya. Dalam rangka ini orang
tua (Ayah atau ibu) menjadi panutan bagi anak untuk membiasakan shalat, baik dirumah
maupun dimesjid. 5. Melatih anak untuk bersikap sabar dan ridha terhadap apa yang
Pemerintah bertanggung jawab atas membimbing danmengarahkan
pendidikan anak secara tidak langsung. Pemerintah bertanggung
Seorang ibulah yang sebenarnya memegang peran penting dan mempunyai tanggung jawab
yang besar terhadap pendidikan anak – anaknya, karena ibulah yang paling lama bergaul
dengan anaknya, ibu yang memberi makan, minum, memelihara dan sebagainya. oleh karena
itu, ibu sering mendapat predikat sebagai pendidik bangsa. Penyair terkenal Hafez Ibrahim
pernah menulis :
اﻷم ﻣﺪرﺳﺔ اذااﻋﺪدﺗﮭﺎاﻋﺪدت ﺷﻌﺒﺎ طﯿﺐ اﻻﻋﺮاق
Ibu adalah sekolah, bila dipersiapka dapat membentuk bangsa yang baik dan kuat
Dalam kesempatan yang lain ia pernah pula bersyair :
اﻷم روض ان ﺗﻌﮭﺪه اﻟﺤﯿﺎة اورق اﯾﻤﺎ اﯾﺮاق اﻷم اﺳﺘﺎذة ﻣﻦ اﻷﺳﺎﺗﺬة اﻻوﻟﻰ ﺷﻐﻠﺖ ﻣﺎﺛﺮھﻢ ﻣﺪى اﻻﻓﺎق
Ibu adalah suatu taman (berisi tanaman yang indah), bila dipelihara tanaman taman itu maka
berdaunlah dengan daun yang sebagaimana mestinya. Ibu adalah seorang guru dari guru –
guru yang utama yang memberikan bekas sepanjangmasa.
Peranan seorang ibu sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya dalam pendidikan anak –
anaknya di simpulkan sebagai berikut :
a. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang
b. Pengasuh dan pemelihara
c. Tempat mencurahkan isi hati
d. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga
e. Pembimbing hubungan pribadi
f. Pendidik dalam segi – segi emosional
2. Peranan Ayah terhadap Pendidikan Anak – Anak dalam Keluarga
Fungsi dan tanggung jawab seorang ayah terhadap pendidikan anak – anak sebagai berikut
:
a. Sumber kekuasaan di dalam keluarga
b. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar
c. Pemberi rasa aman bagi seluruh anggaota keluarga
d. Pelindung terhadap ancaman dari luar
e. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan
f. Pendidik dalam segi – segi rasional
Dalam tarikh Bukhari di sebutkan bahwa Nabi Muhammad saw pernah menerangkan :
(ﻣﺎﻧﺤﻞ واﻟﺪوﻟﺪه ﻣﻦ ادب ﺣﺴﻦ )روه اﻟﺘﺮﻣﺬي
Tidak ada pemberian yang lebih baik dari ayah kepada anaknya selain budi pekerti yang
baik. (HR. al-Turmudzi) [3]
Ajaran islam memberikan tuntunan atau bimbingan dalam pendidikan keluarga muslim, yaitu
1. Sewaktu anak baru lahir hendaklah disuapi dengan sesuatu yang manis, karena Raslullah
saw pernah menyuapi anak yang baru lahir dengan kurma
2. Sewaktu lahir dibacakan adzan di dekat telinganya yang kanan dan iqamat di dekat
telinganya yang kiri
3. Memilih nama yang baik bagi anak
4. Menyembelih kambing untuk aqiqah pada hari yang ketujuh dari kelahiran bayi tersebut
5. Perlakuan yang baik dari orang tua terhadap anak-anaknya dengan sikap yang bijaksana
dalam mengasuh, menyuruh dan mendidik mereka sesuai dengan kemampuan
6. Perhatian, pemeliharaan dan pencurahan kasih sayang orang tua terhadap anak – anaknya
7. Perintah orang tua kepada anaknya – anaknya untuk mendirikan shalat ketika usia mereka
telah mencapai 7 tahun
8. Perhatian orang tua untuk mendidik dan mengajari anak – anak karena takut akan siksaan api
neraka
9. Membiasakan anak untuk minta izin kepada orang tua bila hendak masuk kamar dalam
waktu-waktu tertentu, sebelum shubuh, ketika membuka pakaian tengah hari, dan sesudah
shalat isya’, inilah tiga aurat bagimu ( Q.S. al-Nur : 58 )
10. Larangan bagi orang tua mengkutuki anak – anaknya
11. Menyebarkan rasa kasih sayang dan menciptakan, melaksanakan kerukunan antar sesama
saudara di dalam rumah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran telah ada sejak beberapa abad yang
lalu, yaitu pada zaman Yunani Kuno. Kata sekolah berasal dari bahasa yunani Schola yang
berarti waktu menganggur atau waktu senggang. Bangsa Yunani Kuno mempunyai kebiasaan
berdiskusi guna menambah ilmu dan mencerdaskan akal. Lambat laun usaha ini
diselenggarakan secara teratur dan terencana, sehingga akhirnya timbullah sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal yang bertugas untuk menambah ilmu pengetahuan dan kecerdasan
akal.[5]
Sekolah atau madrasah adalah adalah lembaga lembaga yang penting setelah keluarga.
Sekolah berfungsi untuk membantu keluarga menanamkan nilai – nilai pendidikan.
Pendidikan menjadi tolak ukur maju mundurnya suatu bangsa dan negara, karena pendidikan
merupakan suatu kekuatan yang mempunyai kewenangan yang besar bagi bangsa dan
negara. Di dalam ajaran islam di kenal adanya sistem pemerintahan mulai dari cara memilih
pemimpin, memimpin masyarakat, membangun bangsa dan negara hingga mencapai negara
yang adil dan makmur. Menurut isyarat al – qur’an dalam surat an-nisa’ ayat 59 maka orang –
orang yang beriman diperintahkan untuk mengikuti perintah yang mengurusi orang – orang
yang beriman. Tanggung jawab utama dari pemerintah terhadap pendidikan adalah
menangani pendidikan yang islami dan disinilah sebenarnya letak kunci keberhasilan untuk
mencapai hidup makmur dan bahagia bagi seluruh masyarakat.
Tanggung jawab mestinya sangat mudah untuk dimengerti oleh setiap orang. Tetapi jika
diminta untuk melakukan sesuai dengan definisi tanggung jawab tadi maka sering kali masih
terasa sulit, merasa keberatan bahkan banyak orang merasa tidak sanggup jika diberikan
tanggung jawab. Tak jarang banyak orang yang sangat senang dengan melempar tanggung
jawabnya dengan kata lain suka mencari kambing hitam untuk menyelamatkan dirinya sendiri
dari perbuatan yang merugikan orang lain.
Guru adalah pendidik yang professional karna ia merelakan dirinya menerima dan
memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Ketika
orang tua menyerahkan anak nya untuk disekolahkan, berarti pelimpahan sebagian tanggung
jawab pendidikan anaknya kepada guru.
Dinegara - negara timur sejak dahulu kala guru itu dihormati oleh masyarakat. Orang
india dahulu, menganggap guru sebagai orang suci dan sakti. Dijepang, guru disebut sensei,
artinya yang lebih dahulu lahir, yang lebih tua. Di Inggris dan di Jerman ”der lehrer” yang
berarti pengajar. Akan tetapi, kata guru sebenarnya bukan saja mengandung arti “ pengajar”,
melainkan juga “pendidik”, baik di dalam maupun diluar sekolah ia harus menjadi penyuluh
masyarakat.[17]
Dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan murabbi, mu’allim,
mu’addib, mudarris, dan mursyid.[18] Menurut peristilahan yang dipakai dalam pendidikan
dalam konteks Islam, Kelima istilah ini mempunyai tempat tersendiri dan mempunyai tugas
masing-masing.
Pendidik disini adalah mereka yang memberikan pelajaran peserta didik, yang
memegang suatu mata pelajaran tertentu di sekolah. [22] Orang tua sebagai pendidik pertama dan
utama terhadap anak-anaknya, tidak selamanya memiliki waktu yang leluasa dalammendidik
anak-anaknya. Selain karena kesibukan kerja, tingkat efektifitas dan efisiensi pendidikan tidak
akan baik jika pendidikan hanya dikelola secara alamiah. Oleh karena itu, anak lazimnya
dimasukkan ke dalam lembaga sekolah. Penyerahan peserta didik ke lembaga sekolah bukan
berarti melepaskan tanggung jawab orangtua sebagai pendidik yang pertama dan utama, tetapi
orang tua tetap mempunyai saham yang besar dalam membina dan mendidik anak
kandungnya.
Masyarakat adalah kumpulan individudan kelompok yang diikat oleh kesatuan budaya,
agama, dan pengalaman – pengalaman yang sama serta memiliki sejumlah penyesuaiandalam
ikut memikul tanggung jawab pendidikan secara bersama – sama. Masyarakat adalah
lembaga ketiga setelah keluarga dan sekolah untuk memberikan pengaruh dan arahan
terhadap pendidikan anak – anak.[31]
Tanggung jawab itu merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksakan sebagai akibat dari
perbuatan yang telah dilakukan dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
orang lain yang dipertanggungjawabkan kepada alloh.
Orang tua adalah yang mempunyai tanggung jawab awal dalam pendidikan anak- anaknya.
Setidaknya orang tua bertanggung jawab atas pengasuhan, perlindungan, dan pendidikan untuk
kebahagiaan anak. Orang tua berperan didalam menyediakan dan melengkapi fasilitas
pendidikan anak serta mengembangkan budaya ilmiah didalam keluarga. Dalam pendidikan
anak, orang tua harus dapat memahami cara belajar anak, kondisi anak sehingga dapat
menerapkan metode yang tepat.
Guru adalah pendidik professional yang mengabdikan dirinya memberikan pendidikan
kepada peserta didik yang diamatkan kepadanya. Didalam Islam guru juga disebut murabbi,
mu’allim, mu’addib, mudarris, dan mursyid yang masing-masing mempunyai tempat dan
mempunyai tugas tersendiri. Pendidik didalam Islam bertanggung jawab terhadap peserta didik
dalam hal cipta, karya, dan karsa. Didalam Islam pendidik harus alim dan adil yang dapat
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia dan meluruskan perilaku
yang buruk, sehinggga pendidik berfungsi sebagai instruksional, educator dan managerial.
Masyarakat turut memikul tanggung jawab didalam membimbing pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan anak dalam hal nilai ketuhanan, persaudaraan, keadilan, amar
ma`ruf nahi munkar, dan solidaritas. Peran masyarakat didalam pendidikan antara lain:
mengawasi jalannya nilai sosio budaya, menyalurkan aspirasi masyarakat, membina dan
meningkatkan kualitas keluarga
Manusia mempunyai hak individu, karena ia mempanyai kebebasan, kaemauan, sehingga
manusia itu dapat menolak atau dapat menerima sesuatu, bahkan bebas menentukan pilihannya
dalam hal apa saja, akan tetapi terikat oleh segala konsekuensi akibat dari pilihannya itu.
Bertolak dari ungkapan diatas ternyata jelas sekali bahwa manusia sebagai individu dan
juga sebagai mahluk mempunyai kebebasan, namun juga memiliki keterikatan oleh
konsekuensi pilihannya. Sebab itu dapat disimpulakan bahwa manusia tetap memiliki tanggung
jawab terhadap apa yang dipilihnya dalam apa saja.
Disisi lain manusia sebagai individu dimana dalam batinnya memiliki kata hati yang
merupakna sumber penggerak kemajuan, kemampuan untuk dapat membedakan antara baik
dan yang tidak baik, benar dan tidak benar, antara hak dan yang batil, indah dan tidak indah.[1]
Secara Umum menurut Hadari Nawawi, yang bertanggung jawab atas maju mundurnya
pendidikan, termasuk pendidikan Islam ada pada pundak kelurga, sekolah, dan masyarakat.
Ketiganya merupakan satu kesatuan utuh dan saling melengkapi antara satu dengan yang
lainnya. Ketiganya harus mampu melaksanakan fungsinya sebagai sarana yang memberikan
motivasi, fasilitas edukatif, wahana pengembangan potensi yang ada pada peserta didik dan
mengarahkannnya untuk mampu bernilai efektif-efisien sesuai dengan
Adapun pendidikan yang harus diberikan oleh orang tua sebagai wujud tanggung jawab
terhadap keluarga adalah
a. Pendidikan Agama
Pendidikan agama dan spiritual adalah pondasi utama bagi pendidikan keluarga. Pendidikan
agama ini meliputi pendidikan aqidah, mengenalkan hukum halal-haram memerintahkan anak
beribadah (shalat) sejak umur tujuh tahun, mendidik anak untuk mencintai Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, orang-orang yang shalih dan mengajar anak
membaca Al-Qur’an. Al-Ghazali berkata, “Hendaklah anak kecil diajari Al-Qur’an hadits dan
sejarah orang-orang shalih kemudian hukum Islam.”
b. Pendidikan Akhlaq
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Diantara kewajiban bapak kepada anaknya
ialah memperbagus budi pekertinya dan membaguskan namanya.” (HR.Baihaqi). Para ahli
pendidikan Islam menyatakan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, sebab
tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan akhlak.
c. Pendidikan Jasmani
Islam memberi petunjuk kepada kita tentang pendidikan jasmani agar anak tumbuh dan
berkembang secara sehat dan bersemangat. Allah Ta’ala berfirman: “Makanlah dan minumlah
kamu tetapi jangan berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak senang kepada orang yang
berlebih-lebihan.” (QS.Al-A’raf:31). Ayat ini sesuai dengan hasil penelitian para ahli
kesehatan bahwa agar tubuh sehat dan kuat, dianjurkan untuk tidak makan dan minum secara
berlebih-lebihan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah. Sebaik-baik pengisi waktu bagi wanita
beriman adalah memintal. Apabila kedua orang tuamu memanggilmu maka penuhilah
panggilan ibumu.”(HR Ad-Dailami)
d. Pendidikan Akal
Yang dimaksud dengan pendidikan akal adalah meningkatkan kemampuan intelektual anak,
ilmu alam, teknologi dan sains modern sehingga anak mampu menyesuaikan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-
Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Hal inilah yang
diisyaratkan oleh Allah dengan proses penciptaan nabi Adam AS dimana sebelum ia diturunkan
ke bumi, Allah mengajarkan nama-nama (asma) yang tidak diajarkan kepada para malaikat.
(QS. Al-Baqarah : 31)
e. Pendidikan Sosial
Yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak dini agar bergaul di
tengah-tengah masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip syari’at Islam. Di antara prinsip
syari’at Islam yang sangat erat berkaiatan dengan pendidikan sosial ini adalah prinsip
ukhuwwah Islamiyah. Rasa ukhuwwah yang benar akan melahirkan perasaan luhur dan sikap
positif untuk saling menolong dan tidak mementingkan diri sendiri. Islam telah menjadikan
ukhuwwah Islamiyah sebagai kewajiban yang sangat fundamental dan mengibaratkan kasih
sayang sesama muslim dengan sebatang tubuh, apabila salah satu anggota badannya sakit,
maka yang lain ikut merasakannya. Untuk mewujudkan ukhuwah Islamiyah ini Islam telah
menggariskan syari’at Al-Jama’ah (QS.Ali Imran : 103). Oleh karena itu setiap orang tua harus
mengajarkan kehidupan berjama’ah kepada anak-anaknya sejak dini.
Seluruh aspek pendidikan ini akan berjalan maksimal apabila orangtua dapat dijadikan
teladan bagi anak-anaknya di samping harus berusaha secara maksimal agar setiap dia
melakukan pekerjaan yang baik bagi keluarganya dapat melakukan seperti yang dia lakukan.
Pendidikan merupakan sesuatu yang niscaya dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan,
manusia akan mengembangkan potensi kemanusiaannya secara serampangan, tanpa arah dan tujuan
jelas. Demikian pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia, sehingga pendidikan saat ini
menjadi “barang” yang mahal.
Salah satu fenomena pendidikan yang layak dicermati dewasa ini adalah bergesernya tujuan
pendidikan dari pengembangan potensi menjadi sarana untuk memperoleh social effect. Dalam
pengertian ini, seseorang mengikuti pendidikan untuk kepentingan memperoleh status social yang
layak. Pendidikan telah disadari secara benar sebagai wewenang dan tanggung jawab untuk
memanusiakan manusia. Mansoour Fakih secara tegas berpandangan, setiap kegiatan politik,
ekonomi, maupun social yang bertujuan untuk menghalangi, ataupun akan menyebabkan anggota
masyarakat tidak mendapat pendidikan, maka hal ini bisa di kategorikan sebagai pelanggaran hak asasi
manusia. Untuk itu diperlukan pengertian, pemahaman, dan kesadaran bahwa pendidikan
sesungguhnya merupakan wewenang dan tanggung jawab. Dengan adanya kesadaran bahwa
pendidikan adalah wewenang dan tanggung jawab, maka pendidikan dengan sendirinya akan
mengalami kemajuan dan perkembangan yang signifikan, baik dari aspek software (tujuan, kurikulum
dan prosesnya) maupun dari perangkat hardwere (unsure sarana-prasarana serta unsure-unsur
humanismenya.
Soal Latihan!
1. apa saja bentuk tanggung jawab dalam kehidupan sehari hari?
- Purwanto, N. (2007). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Menurut Kant dalam teori pendidikannya (Henderson, 1959). "Manusia dapat menjadi
manusia hanya melalui pendidikan", Pernyataan tersebut sejalan dengan hasilstudi M.J.
Langeveld yang memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan Animal
Educandum (M.J. Langeveld, 1980). Terdapat tiga prinsip antropologis yang menjadi
asumsi perlunya manusia mendapatkan pendidikan dan perlunya manusia mendidik diri,
yaitu:
a. prinsip historisitos
b. prinsip idealitas, dan
c. prinsip posibilitas/aktualitas.
4) Prinsip Sosialitas
Pendidikan berlangsung dalam pergaulan (interaksi/komunikasi) antar
sesama manusia (pendidik dan peserta didik). Melalui pergaulan tersebut pengaruh
pendidikan disampaikan pendidik dan diterima peserta dididik. Telah Anda pahami,
hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya.
Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi huhungan pengaruh
timbal balik di mana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang
lainnya. Sebab itu, sosialitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
5) Prinsip Moralitas
Pendidikan bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan sistem
norma dan nilai tertentu. Di samping itu, pendidikan bertujuan agar manusia
berakhlak mulia; agar manusia berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan
normanorma yang bersumber dari agama, masyarakat dan budayanya. Di pihak lain,
manusia berdimensi moralitas, manusia mampu membedakan yang baik dan yang
jahat. Sebab itu, dimensi moralitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat
dididik.
6) Prinsip Keberagamaan/religiusitas
Bagi umat beragama meyakini bahwa semua yang ada di alam semesta ini
adalah diciptakan Tuhan Yang Maha Esa, ini berbeda denga aliran evolusionistik
yang berargumen bahwa segala yang ada di dunia ini terjadi dengan sendirinya
melalui proses panjang dengan hukum alam. Mereka lupa bahwa evolusi dari
binatang tidak semua mencapai kesempurnaan, sementara evolusi manusia menuju
ke kesempurnaan. Ada dua atau lebih proses evolusi, dimana ada yang menuju ke
kehancuran dan ada yang tidak berevolusi, dan ada yang ke kesempurnaan/
keunggulan.
Realitas social, apakah mereka yang ada di pedalaman atau yang tinggal
diping- giran kota, atau di metropolitan, manusia selalu akan terikat dengan yang
dianggap menguasai alam atau lingkungannya, atau bahkan benda yang dianggap
keramat karena dianggap ada hubungan antara dia dengan benda tersebut. Persoalan
ini dapat dipahami dari sisi religiusitas seseorang, pada tataran mana seseorang
memiliki keyakinan tersebut, apakah dasarnya logika, perasaan, intuisi, atau
keyakinan dari hati sanubari. Permasalahannya adalah sampai sejauhmana peranan
religi dapat menuntun manusia untuk mencapai kesempurnaan kehidupan manusia
baik di dunia maupun di akhirat. Agama yang diyakini seseorang, akan menjadi
suatu paradigma berfikir dan berbuat yang selaras dengan hukum-hukum agama,
dan ini menuntun dan mengembangkan seluruh proses kehidupan manusia baik
aspek internal maupun eksternal diri dan aspek social dan moral berkehidupan di
masyarakatnya.
Atas dasar berbagai asumsi di atas, jelas kiranya bahwa manusia akan dapat
dididik, sehubungan dengan ini M.J. Langeveld (1980) memberikan identitas
kepada manusia sebagai “Animal Educabile”. Dengan mengacu pada asumsi ini
diharapkan kita tetap sabar dan tabah dalam melaksanakan pendidikan. Andaikan
saja Anda telah melaksanakan upaya pendidikan, sementara peserta didik belum
dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, Anda tetap sabar dan tabah
untuk tetap mendidiknya. Dalam konteks ini, Anda justru perlu introspeksi diri,
barangkali saja terjadi kesalahan-kesalahan yang Anda lakukan dalam upaya
pendidikan tersebut, sehingga peserta didik terhambat dalam mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan.
Demikianlah prinsip-prinsip yang melandasi perlunya anak manusia
mendapat bantuan pendidikan, yang tentunya tidak mengabaikan prinsip-prinsip
antropologis lainnya selama prinsip tersebut memperkuat kaidah-kaidah pentingnya
pendidikan bagi manusia.
LATIHAN!
1. Jelaskan Manusia sebagai animal educandum!
2. Jelaskan mengapa pendidikan hanya untuk manusia!
3. Jelaskan mengapa manusia harus di didik/mendidik
4. Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk yang dapat di didik?
5. Sebutkan aspek apa saja yang mempengaruhi pendidikan manusia?
BAB II
ANAK MANUSIA DALAM KONDISI PERLU BANTUAN
Dalam teori retardasi dari Bolk tersirat pendapat bahwa manusia dilahirkan
terlalu dini, sebab pada kelahirannya anak belum memiliki suatu spesialisasi
dalam rangka mengisi dan melaksanakan tugas hidupnya. Karena belum siap dan
belum terspesialisasi itu, ia harus mempersiapkan diri dan mendapatkan suatu cara
yang khas bagi dia dalam melaksanakan kehidupan dan tugas hidupnya itu.
Memang berat dan sulit, sehingga anak memerlukan waktu yang lama
dibandingkan dengan hewan untuk mempersiapkan hidupnya itu. Inilah
merupakan batas pembeda antara kehidupan hewani dan manusiawi menurut teori
retardasi Bolk.
Dalam hal ini manusia bersifat ganda yaitu menghidupi dan menghadapi
lingkungan. Pada suatu pihak manusia menyatu dengan lingkungannya namun
dipihak lain lingkungan yang hidup dan dunia yang dihidupinya harus pula
dihadapinya sebagai tugas. Maka ia harus mengambil sikap terhadapnya, harus
mengalah dan atau mungkin mengatasinya.
Anak memiliki warisan sifat-sifat bawaan yang berasal dari kedua orang tuanya,
merupakan potensi tertentu yang sudah terbentuk dan sukar diubah. Menurut H.C.
Witherington dalam Abu Ahmadi (2001). Hereditas adalah proses penurunan sifaf-sifat
atau ciri-ciri tertentu, dari satu generasi kegenerasi lain dengan perantaraan sel benih. Pada
dasarnya yang diturunkan itu adalah struktur tubuh, jadi apa yang diturunkan orang tua
kepada anak-anaknya berdasar perpaduan gen-gen yang pada umumnya hanya mencakup
sifat atau ciri-ciri atau sifat orang tua yang diperoleh dari lingkungan atau hasil belajar dari
lingkungan.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan disekitar manusia dapat digolongkan kepada dua jenis, yaitu
lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan abiotik adalah lingkungan makhluk
tidak bernyawa seperti abtu, air, hujan, tanah dan musim. Itu semua dapat mempengaruhi
kehidupan mansuia. Lingkungan biotik adalah lingkungan makhluk hidup bernyawa terdiri
dari tiga jenis yaitu lingkungan nabati, lingkungan hewani, dan lingkungan manusia(sosial,
budaya dan spiritual). Lingkungan sosial meliputi bentuk hubungan sikap atau tingkah laku
manusia. Lingkungan budaya meliputi adat istiadat, bahasa, norma-norma dan peraturan
yang berlaku. Lingkungan spiritual meliputi agama dan keyakinan.
3. Faktor Diri
Guru harus memahami faktor diri yang merupakan faktor kejiwaan kehidupan
seorang anak. Faktor-faktor ini dapat berupa emosi, motivasi, integrasi, sikap dan
sebagainya. Beberapa ciri perkembangan kejiwaan anak SD dikemukakan oleh Abu
Ahmadi (2001) sebagai berikut:
a. Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat
b. Kehidupan sosial diperkaya dengan kemampuan bekerjasama dan bersaing dalam
kehidupan kelompok
c. Mempunyai kemampuan memahami sebab akibat
LATIHAN!
1. Apa yang dimaksud dengan anak manusia dalam kondisi perlu bantuan?
2. Sebutkan apa saja kondisi anak yang butuh bantuan!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan manusia belum siap menghadapi kehidupan!
4. Apa yang dimaksud dengan manusia belum bisa menolong dirinya sendiri?
5. Sebutkan faktor-faktor yang mempeengaruhi dalam perkembangan manusia!
BAB III
PENDIDIKAN SECARA NATIVISME
A. Pengertian Nativisme
Nativisme adalah pandangan bahwa keterampilan-keterampilan atau kemampuan-
kemampuan tertentu bersifat alamiah atau sudah tertanam dalam otak sejak lahir. Pandangan
ini berlawanan dengan empirisme, teori tabula rasa, yang menyatakan bahwa otak hanya
mempunyai sedikit kemampuan bawaan dan hampir segala sesuatu dipelajari melalui interaksi
dengan lingkungan. Aliran ini bertolak dari Leibnitzian Tradition, atau kemampuan dari diri
anak. Sehingga faktor lingkungan tidak berpengaruh dalam faktor pengembangan pendidikan
anak. Hasil pendidikan tergantung pembawaan, Schopenhouer (filsuf Jerman 1788-1860)
berpendapat bahwa bayi lahir dalam pembawaan baik dan buruk, maka keberhasilan
pendidikan ditentukan oleh anak itu sendiri. Nativisme berasal dari “nati” artinya terlahir, dan
bagi nativisme lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam
mempengaruhi perkembangan anak. Konvergensi menjelaskan dua faktor:
a. Pembawaan (Hereditas)
b. Lingkungan dalam perkembangan anak.
Maka banyak didapati dalam aliran Nativisme itu anak mirip dengan orang tuanya baik
secara fisik dan non fisik (sifat). Di dalam diri individu terdapat “inti” (G. Leibnitz: Monad)
yang mendorong manusia yaitu kemauan aktif sendiri, dan manusia adalah makhluk yang
mempunyai kemauan bebas. Dalam pandangan humanistic psycology dari Carl R. Rogers
ataupun phenomenology atau humanistik lainnya. Apa yang dialami atau pengalaman
pelajar ditentukan “internal frame of reference” yang dimilikinya. Terdapat beberapa
variasi pendekatan yaitu:
a. Pendekatan aktualisasi atau non direktif (client centered) dari Carl R. Rogers dan
Abraham Maslow.
b. Pendekatan “Personal Constructs” dari George A. Kelly yang menekankan memahami
hubungan “transaksional” manusia dan lingkungan awalnya memahami perilakunya.
c. Pendekatan “Gestalt” baik yang klasik (Max Wertheimer dan Wolgang Kphler)
maupun pengembangan selanjutnya (K. Lewin dan F. Perls)
d. Pendekatan “Search for Meaning” dengan aplikasi “Logotherapy” dari Viktor Franki
yang mengungkapkan pentingnya semangat (human spirit) sebagai tantangan masalah.
Pendekatan-pendekatan tersebut di atas tetap menekankan pentingnya “inti” privasi atau
jati diri manusia.
Melihat dari tujuan-tujuan itu memang bersifat positif. Tetapi dalam penerapan
di praktek pendidikan, teori tersebut kurang mengenai atau kurang tepat tanpa adanya
pengaruh dari luar seperti pendidikan. Dalam praktek pendidikan suatu kematangan atau
keberhasilan tidak hanya dari bawaan sejak lahir. Akan tetapi banyak faktor-faktor yang
dapat mempengaruhinya seperti lingkungan. Dapat diambil contoh lagi yaitu orang tua
yang tidak mampu dan kurang cerdas melahirkan anak yang cerdas daripada orang tuanya.
Hal tersebut tidak hanya terpaut masalah gen, tetapi ada dorongan-dorongan dari luar yang
mempengaruhi anak tersebut.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, sekarang ini yang ada dalam praktek
pendididkan tidak lagi memperhatikan apakah manusia memiliki bakat dari lahir atau
tidak, melainkan kemauan atau usaha yang dilakukan oleh manusia tersebut untuk
kemajuan yang besar bagi dirinya. Memang secara teoritis pendidikan tidaklah
berpengaruh atau tidak berdaya dalam membentuk atau mengubah sifat dan bakat yang
dibawa sejak lahir. Kemudian potensi kodrat menjadi cirri khas pribadi anak dan bukan
dari hasil pendidikan. Terlihat jelas bahwa anatara teori nativisme dan pendidikan tidak
mempunyai hubungan serta tidak saling terkait antara yang satu dengan lainnya. Oleh
sebab itulah aliran atau teori nativisme ini dianggap aliran pesimistis, karena menerima
kepribadian anak sebagaimana adanya tanpa kepercayaan adanya nilai-nilai pendidikan
yang dapat ditanamkan intuk merubah kepribadiannya.
LATIHAN!
1. Apa yang dimaksud dengan aliran Nativisme?
2. Siapa saja tokoh pencetus aliran Nativisme?
3. Apa yang dimaksud dengan pendiidkan secara Nativisme?
4. Jelaskan pengaruh teori nativisme terhadap pendidikan!
5. Apa pandangan nativisme terhadap pendidikan?
BAB IV
PENDIDIKAN SECARA EMPIRISME
Secara epistimologi, empirisme berasal dari kata Yunani emperia yang berarti
pengalaman. Empirisme merupakan suatu aliran yang bertentangan dengandenganaliran
rasionalisme, yang mana rasionalisme lebih mengutamakan penggunakan akaldan
pikirannya sedangkan aliran empirisme menggunakan pengalamannya sebagaisumber
utama pengenalan, baik pengenalan lahiriyah maupun bathiniyah. Menurutnyasegala
sesuatu dalam fikiran dan akal pada awalnya kosong dan dari pengalaman dapatmengisi
pikiran dan akal yang kosong tersebut dengan berbagai gambaran yang dapatdiketahui
melalui pengalaman inderawi.Pada awalnya, pemikiran ini dirintis oleh Francis Bacon
(1561-1626), Thomas Hobbes (1588-1679), Jhon Locke (1632- 1704). George Berkeley
(1685-1753), danDavid Hume (1711-1776).
Berikut definisi dan pengertian kejenuhan belajar dari beberapa sumber buku dan
referensi:
1. Kelelahan Emosional.
Kelelahan emosional ditandai dengan perasaan lelah yang dialami oleh
individu entah itu kelelahan emosional maupun fisik. Hal ini dapat memicu
berkurangnya energi yang dimiliki untuk menghadapi berbagai kegiatan dan
pekerjaan yang dimilikinya. Kelelahan emosional ini disebabkan oleh tuntutan
yang berlebihan yang dihadapi oleh peserta didik dan ditunjukkan oleh perasaan
dan beban pikiran yang berlebihan.
2. Kelelahan Fisik.
Penderita kejenuhan mulai merasakan adanya anggota badan yang sakit dan
gejala kelelahan fisik kronis yang disertai dengan sakit kepala, mual, insomnis,
bahkan kehilangan selera makan.
3. Kelelahan kognitif.
Sedangkan menurut Muna (2013), terdapat tiga aspek dalam kejenuhan belajar, yaitu
sebagai berikut:
b. Depersonalisasi/sinis (Depersonalization/cynisism)
Menurut Hakim (2002), kejenuhan belajar ditandai dengan beberapa ciri atau
indikator, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari proses belajar
tidak ada kemajuan. Siswa yang mulai memasuki kejenuhan dalam belajarnya merasa
seakan – akan pengetahuan dan kecakapan yang diperolahnya dalam belajar tidak
meningkat, sehingga siswa merasa sia-sia dengan waktu belajarnya.
2. Sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagai mana yang diharapkan dalam memproses
informasi atau pengalaman, sehingga mengalami stagnan dalam kemajuan belajarnya.
Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh, sistem akalnya tidak dapat bekerja
sebagaimana yang diharapkan dalam memproses berbagai informasi yang diterima
atau pengalaman baru yang didapatnya.
3. Kehilangan motivasi dan konsolidasi. Siswa yang dalam keadaan jenuh merasa bahwa
dirinya tidak lagi mempunyai motivasi yang dapat membuatnya bersemangat untuk
,meningkatkan pemahamannya terhadap pelajaran yang diterimanya atau
dipelajarinya.
Adapun menurut Nitisemito (1996), beberapa ciri atau indikator kejenuhan belajar
yang dialami oleh siswa adalah sebagai berikut:
6. Kegagalan Beruntun
Penyebab lain kejenuhan adalah kegagalan yang beruntun. Seseorang siswa
yang pernah mengalami kegagalan dalam meraih prestasi di sekolah padahal
ia telah belajar dan berusaha tetapi tetap gagal. Maka siswa tersebut pasti akan
mengalami kejenuhan dalam belajar.
7. Kurangnya Penghargaan
Sebab lain yang memicu kejenuhan adalah penghargaan kecil terhadap
prestasi dan pengorbanan yang telah dilakukan. Di dunia belajar, betapa
banyak kita saksikan pelajar-pelajar yang kecewa terhadap guru atau lembaga
penyelenggara pendidikan.
8. Ketegangan Berkepanjangan
Sebab selanjutnya yang menimbulkan kejenuhan adalah ketegangan yang
berkepanjangan, ketegangan dalam hidup kadang perlu, setidaknya agar hidup
ini tidak terasa datar atau monoton. Tetapi ketegangan yang terus menerus bisa
menimbulkan kejenuhan besar.
9. Perlakuan Buruk
Sebab lain yang kerap kali menimbulkan kejenuhan adalah perlakuan buruk.
Hal tersebut juga bisa terjadi pada siswa yang mendapat perlakuan buruk dari
gurunya pada salah satu bidang studi, tentunya siswa tersebut akan merasa
jenuh, bosan, dan malas terhadap mata pelajaran itu.
Menurut Hakim (2002), terdapat beberapa cara atau metode yang dapat
digunakan untuk mengatasi kejenuhan dalam belajar, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Cari manfaat dari belajar yang dilakukan. Belajar yang dilakukan oleh peserta didik
pasti ada manfaatnya, dengan belajar peserta didik bisa memperoleh ilmu pengetahuan,
menambah wawasan dan pengalaman hidup.
2. Lakukan belajar dengan perasaan senang dan kreatif. Suatu pekerjaan yang
dilakukan dengan perasaan senang akan menimbulkan Suatu pekerjaan yang dilakukan
dengan perasaan senang akan menimbulkan semangat. Begitu juga dengan kegiatan
belajar, apabila merasa senang, peserta didik akan belajar dengan gairah dan
bersemangat.
3. Pandang guru dari segi positifnya. Guru sebagai manusia biasa tidak lepas dari segala
kelebihan dan kekurangan. Setiap bertemu dengan guru, peserta didik bisa diskusi,
bertukar pendapat informasi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan.
4. Anggaplah belajar itu sebagai kebutuhan yang mendesak. Belajar jangan sampai
hanya untuk menggugurkan kewajiban. Artinya, belajar selain sebagai kewajiban, juga
harus menjadi kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Kalau belajar itu sebagai suatu
kebutuhan, peserta didik akan berusaha untuk belajar dengan giat.
5. Lakukan diskusi kelompok. Untuk menambah gairah belajar, peserta didik bisa
mengajak teman-teman untuk melakukan kegiatan belajar bersama. Melalui diskusi
kelompok atau belajar bersama, peserta didik bisa tukar pendapat, pengalaman, dan
informasi di antara teman
LATIHAN!
Kadir Abdul, 2008. Dasar – dasar Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sadulloh, Uyoh. 2010. Pedagogik ( Ilmu Mendidik ). Bandung : Alfabeta
Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tim Dosen Pedagogy. 2016. PengantarDidaktik. Yogyakarta: K-Media
Langgulung, Hasan, Manusia Pendidikan: Suatu Analisis Psikologis, Filsafat dan pendidikan.
Cet. V. Edisi Revisi; Jakarta: Pustaka Al-Husna, 2004.
Purwanto, M. Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Gangguan Konsentrasi. Jakarta: Puspa Swara.