Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILSAFAT ILMU
(PENGETAHUAN DAN STRUKTUR METODE ILMIAH )

KELOMPOK 4 :
SHARLI YUNITA ASTARI (20226013010)
ERINDA JHANARTI (20226013011)
HERISA AJI HIKDAWATI (20226013012)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat Ilmu yang
berjudul “Pengetahuan dan Struktur Metode Ilmiah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah manajemen sumber daya manusia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang manajemen sumber daya manusia bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok ini yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan berguna bagi kami sendiri
maupun semua orang yang membacanya.

Palembang, 2022
Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
2.1. Pengetahuan Ilmiah.......................................................................... 2
2.2. Struktur Metode Ilmiah ..................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proses Berfikir merupakan dasar dari hakekat manusia untuk
menghasilkan sebuah pengetahuan. Fungsi dari pengetahuan tersebut untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berasal dari masalah yang terjadi
dalam kehidupan manusia. Sehingga dibutuhkanlah ilmu untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terjadi dalam kehidupan manusia. 1
proses untuk mencari kebenaran tersebut dibutuhkan suatu sarana
berupa Ilmu agar manusia dapat mengalami kemajuan peradaban dalam
hidupnya. Begitupun halnya dengan aktivitas ilmiah yang menyatu dalam
perbuatan serta perilaku secara sistematis. Yang selanjutnya disebut sebagai
metode ilmiah yang meliputi pengamatan, perumusan masalah, pencarian
fakta, dan analisis terhadap data.
Pengetahuan adalah objek penelaah yang bersifat empiris. Karena itu
merupakan suatu kejadian yang menitik beratkan pada ruang panca indra.
Sebagaimana diketahui, fakta empiris yaitu kenyataan yang telah dilakukan
secara langsung oleh seorang individu dalam perkembangannya dilingkungan
sosial dengan panca indera yang dimiliki. Dengan adanya definisi tersebut.
Maka jelaslah bahwa itu adalah segala sesuatu yang dapat dibuktikan dengan
panca indera manusia dengan bantuan alat-alat tertentu sebagai penunjang.
Sehingga segala sesuatu dan kejadian yang dialami oleh manusia dapat diuji
dan dapat dibuktikan kebenaran dan kesalahannya.

1.2. Rumusan Masalah


Dari rumusan masalah di atas maka kami membuat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pengetahuan, dasar-dasar dan jenis pengetahuan
ilmiah?
2. Apa yang dimaksud dengan struktur metode ilmiah dan langkah-langkah
struktur metode ilmiah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengetahuan, dasar-dasar dan jenis pengetahuan
ilmiah
2. Untuk mengetahui tentang struktur metode ilmiah dan langkah-langkah struktur
metode ilmiah

1
Suriasumantri, ‘Filsafat Ilmu’.
iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengetahuan Ilmiah


2.1.1. Pengertian Pengetahuan Ilmiah
Menurut Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair(: 21-24 )
Pengetahuan ilmiah terdiri dari pengetahuan inderawi, pengetahuan naluri,
dan pengetahuan rasional. Adapun pengetahuan rasional terdiri dari:
pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah. Pandangan Van Peursen,
pengetahuan ilmiah ialah pengetahuan yang terorganisasi, yang dengan
sistem dan metode berusaha mencari hubungan-hubungan tetap di antara
gejala-gejala.
Peter R. Senn dalam Jujun S. Suriasumantri, (1984;111)
mengungkapkan bahwa ilmu (pengetahuan ilmiah) dianggap sebagai suatu
sistem yang menghasilkan kebenaran. Sistem-sistem yang lainnya dia juga
mempunyai komponen-komponen yang berhubungan satu sama lainnya.
komponen utama dari sistem dimaksud adalah: 1. perumusan masalah 2.
pengamatan dan deskripsi: 3. penjelasan: dan 4. ramalan dan kontrol.
Sebagaimana diketahui, bahwa pengetahuan ilmiah diperoleh melalui
prosedur dalam tahap-tahap yang tersistematisasi.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) Pengetahuan
adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.
Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi
dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial
budaya. Secara garis besar menurut Notoatmodjo (2005) domain tingkat
pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui,
memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi.
Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang
diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang
diterima dari orang lain.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat kita definisikan bahwa;
Pengetahuan merupakan Hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses
mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik
melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman. Pengetahuan ilmiah
merupakan suatu ilmu yang mengungkapkan suatu kebenaran yang
berhubungan satu sama lainnya.

2.1.2. Dasar-dasar Pengetahuan


Pengetahuan, merupakan segenap apa yang kita ketahui pada suatu
obyek Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan disamping pengetahuan
tertentu. Dasar -dasar pengetahuan meliputi:

v
1. Pengalaman, segala sesuatu yang terjadi kepada manusia sebagai hasil
interaksinya dengan alam nyata dan alam gaib(tak terlihat) atau dalam
istilah agama disebut juga pengalaman spiritual.
2. Memori, merupakan kelanjutan dari pengetahuan, sebab ingatan
merupakan hasil dari pengalaman.
3. Kesaksian, berfungsi untuk menguatkan atau meneguhkan suatu
informasi dari para ahli yang memiliki otaritas dibidangnya untuk
menentukan salah atau benar informasi yang dimaksud.
4. Rasa Ingin Tahu, pengalaman yang menjadi pengetahuan seringkali
berawal dari rasa ingi tahu seseorang terhadap sesuatu sehingga ia akan
menyelidiki pengalamannya baik dengan bertanya atau cara lain untuk
memberi jawaban atas rasa ingin tahunya.
5. Logika, pertimbangan akal pikiran agar dapat berpikir secara lurus, tepat,
dan sistematis, kemudian disampaikan dalam bahasa lisan atau tertulis.
6. Bahasa, penalaran tanpa kemampuan berbahasa adalah penalaran yang
antiklimaks, karena bahasa merupakan alat untuk menerjemahkan
penalaran.
7. Kebutuhan Hidup, semakin manusia membutuhkan sesuatu semakin
kreatif manusia tersebut untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Secara prinsip dasar pengetahuan dapat dibedakan menjadi beberapa


tahapan 2.
a. Penalaran, Penalaran adalah berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir
tertentu. Dengan penalaran inilah manusia mampumengembangkan
pengetahuannya dengan cepat dan mantap. Disamping itu manusia juga
mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan
pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut
b. Hakikat Penalaran mempunyai ciri-ciri: proses berpikir logis atau dan
analitis.Penalaran juga merupakan suatu proses berfikir dalam menarik
kesimpulan yang berupa ilmu pengetahuan.
c. Logika, Logika didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih
(Valid). Logika berguna dalam proses penenarikan kesimpulan. Logika
dibagi menjadi logika induktif dan logika deduktif
d. Sumber Pengetahuan Pada dasarnya terdapat dua cara kita mendapatkan
pengetahuan yang benar yaitu mendasarkan diri pada rasio atau disebut
rasionalisme dan mendasarkan diri pda pengalaman atau disebut
empirisme, namun masih terdapat cara lain yaitu intusi (pengetahuan yang
didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu) dan wahyu merupakan
pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia lewat perantara
nabi-nabi yang diutusnya) Sumber: Suriasumantri (2007)

2
Suriasumantri.
vi
2.1.3. Sumber Pengetahuan
Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan 3, diantaranya:
1. Empirisme , menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan
melalui pengalaman (empereikos = pengalaman). Dalam hal ini harus
ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan
cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal: John Locke (1632
– 1704), George Barkeley(1685 -1753) dan David Hume.
2. Rasionalisme, Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan
dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung
oleh fakta empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes (1596 – 1650,
Baruch Spinoza (1632 –1677) dan Gottried Leibniz (1646 –1716).
3. Intuisi, dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-
tiba tanpa melalui proses penalaran tertentu. Henry Bergson
menganggap intuisi merupakan hasil dari evolusi pemikiran yang
tertinggi, tetapi bersifat personal. Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia
intuisi merupakan kemampuan untuk mengetahui atau memahami
sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati.
4. Wahyu, pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hamba-Nya
yang terpilih untuk menyampaikannya( Nabi dan Rosul). Melalui wahyu
atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang
terjangkau ataupun tidak terjangkau olehmanusia.  Menurut KBBI
wahyu merupakan petunjuk dari Allah yg diturunkan hanya kepada para
nabi dan rasul melalui mimpi dsb.

2.1.4 Proses Memperoleh Pengetahuan


Proses terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam
epistemologi karena jawaban terhadap terjadinya pengetahuan akan
membuat seseorang paham filsafatnya. Terjadinya pengetahuan dapat
bersifat:
1. Priori yang berarti pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui
pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalaman batin.
2. Posteriori pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman.
Dengan demikian pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan objektif. Ada
enam hal yang merupakan alat untuk mengetahui proses terjadinya
pengetahuan menurut John Hospes, yaitu:
1. Pengalaman Indera (Sense Experience)
Dalam filsafat, paham yang menekankan pada kenyataan disebut
realisme, yaitu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat
diketahui adalah hanya kenyataan. Jadi ilmu berawal mula dari
kenyataan yang dalam diserap oleh indera. Aristoteles adalah tokoh yang
pertama mengemukakan pandangan ini, yang berpendapat bahwa ilmu
terjadi bila subjek diubah dibawah pengaruh objek. Objek masuk dalam
diri subjek melalui persepsi indera (sensasi)
2. Nalar (Reason)
3
Achadah and Fadil, ‘Filsafat Ilmu’.
vii
Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua
pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan
baru.
3. Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan
diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber ilmu
karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang
memiliki kewibawaan dalam pengetahuannya. Jadi ilmu pengetahuan
yang terjadi karena adanya otoritas adalah ilmu yang terjadi melalui
wibawa seseorang hingga orang lain mempunyai pengetahuan.
4. Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa
proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus yang mampu
membuat pernyataan yang berupa ilmu. Karena ilmu yang diperoleh
melalui intuisi muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu, maka
tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan.
5. Wahyu (Revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada nabi-Nya
untuk kepentingan umatnya. Seseorang yang mempunyai pengetahuan
melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik. Wahyu
dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena
manusia mengenal sesuatu melalui kepercayaannya.
6. Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang
diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara wahyu dan
keyakinan hampir tidak dapat dibedakan karena keduanya menggunakan
kepercayaan, perbedaannya adalah bahwa keyakinan terhadap wahyu
yang secara dogmatic diikutinya adalah peraturan berupa agama, sedang
keyakinan adalah kemampuan jiwa manusia yang merupakan
pematangan (maturation) dari kepercayaan

2.1.5 Jenis-jenis Pengetahuan


Menurut Burhanuddin Salam (1983), pengetahuan dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Pengetahuan biasa (common sense), yaitu pengetahuan yang diperoleh
dari pengalaman sehari-hari melalui inderawi. Pengetahuan biasa
merupakan pengetahuan yang digunakan terutama untuk kehidupan
sehari-hari, tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam- dalamnya dan
seluas-luasnya. Seorang yang dulunya belum tahu tentang cara belajar
melalui e-learning pendidikan, dan setelah melalui suatu proses
seseorang tahu tentang e-learning pendidikan, maka orang tersebut
disebut memiliki pengetahuan biasa. Dalam bahasa lain disebut sebagai
pengetahuan yang dimiliki dengan kadar sekedar tahu. Memenuhi faktor
ketidak tahuannya.
2. Pengetahuan ilmu atau ilmu, merupakan usaha untuk
mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu

viii
pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran
cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode.
Pengetahuan ilmiah atau Ilmu, diperoleh dengan cara khusus, bukan
hanya untuk digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam dan
luas mengetahui kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman.
Pengetahuan Ilmiah atau Ilmu (Science) pada dasarnya merupakan
usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common
sense, suatu pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan dengan suatu
pemikiran cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode.
3. Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara
kontemplatif dan spekulatif yang menekankan pada universalitas dan
kedalaman kajian tentang sesuatu. Pengetahuan filsafat, pengetahuan
yang tidak mengenal batas, sehingga yang dicari adalah sebab-sebab
yang paling dalam dan hakiki sampai diluar dan diatas pengalaman
biasa. Pengetahuan Filsafat biasanya berkenaan dengan hakikat
sesuatu (transenden) sehingga kadang perbincangannya seputar hal-hal
yang abstrak terhadap bangunan sebuah pengetahuan. Objek
pembahasannya selalu mengedepanan aspek ontologi, epistimologi dan
aksiologi.
4. Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan
lewat rasul-Nya dan diyakini kebenarannya.

Menurut Soemargono (1983), pengetahuan dibagi menjadi:


Pengetahuan non ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh
dengan cara-cara yang tidak termasuk ilmiah. Biasanya berupa
pengetahuan yang diperoleh dari alat panca indra, atau
pengembangan dari pemikiran, atau dari intuisi. Pengetahuan
ilmiah, biasanya disebut ilmu yang merupakan hasil pemahaman
manusia dengan menggunakan metode ilmiah. Sedangkan
Aristoteles membagi pengetahuan menjadi 3 yaitu: Pengetahuan
produksi (seni), Pengetahuan praktis (etika, ekonomi, politik),
Pengetahuan teoritis (fisika, matematika dan metafisika)

2.1.6 Karakteristik Pengetahuan


Seperti pada pembahasan sebelumnya bahwa ilmu pengetahuan
berasal dari rasa ingin tahu yang kemudian dibuktikan dan diuji oleh orang
lain. Namun, tidak semua pengetahuan dinamakan ilmu. Pengetahuan yang
diangkat sebagai ilmu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Rasional, Ilmu pengetahuan didasarkan atas kegiatan berpikir secara
logis dengan menggunakan rasa (nalar) dan hasilnya dapat diterima oleh
nalar manusia.
b. Objektif, Kebenaran yang dihasilkan suatu ilmu merupakan kebenaran
pengetahuan yang jujur, apa adanya sesuai dengan kenyataan objeknya,
serta tidak tergantung pada suasana hati, prasangka, atau pertimbangan
nilai pribadi. Objek dan metode ilmu tersebut dapat dipelajari dan diikuti
secara umum. Kebenaran itu dapat diselidiki dan dibenarkan oleh ahli lain

ix
dalam bidang ilmu tersebut melalui pengujian secara terbuka yang
dilakukan dari pengamatan dan penalaran fenomena.
c. Akumulatif, Ilmu dibentuk dengan dasar teori lama yang disempurnakan,
ditambah, dan diperbaiki sehingga semakin sempurna. Ilmu yang dikenal
sekarang merupakan kelanjutan dari ilmu yang dikembangkan
sebelumnya. Oleh karenanya, ilmu pengetahuan bersifat relatif dan
temporal, tidak pernah mutlak dan final. Dengan demikian, ilmu
pengetahuan bersifat dinamis dan terbuka.
d. Empiris Kesimpulan yang diambil harus dapat dibuktikan melalui
pemeriksaan dan pembuktian pancaindra, serta dapat diuji kebenarannya
dengan fakta. Hal ini yang membedakan antara ilmu pengetahuan dengan
agama.
e. Andal dan Dirancang, Ilmu pengetahuan dapat diuji kembali secara
terbuka menurut persyaratan dengan hasil yang dapat diandalkan. Selain
itu, ilmu pengetahuan dikembangkan menurut suatu rancangan yang
menerapkan metode ilmiah.

2.1.7 Kebenaran Pengetahuan


Pengetahuan selama ini diperoleh dari proses bertanya dan selalu di
tujukan untuk menemukan kebenaran. Didalam filsafat ilmu, pengetahuan
itu disebut pengetahuan yang benar jika telah memenuhi beberapa kriteria
kebenaran. Kriteria kebenaran tersebut didasarkan pada beberapa teori
antara lain :
1. Teori Koherensi (Theory of Coherence), Berdasarkan teori ini, suatu
pengetahuan dianggap benar apabila pengetahuan tersebut kohoren
dengan pengetahuan yang ada sebelumnya dan sudah dibuktikan
kebenarannya. Didalam pembelajaran matematika hal ini biasanya
disebut dengan sifat deduktif.
2. Teori Korespondensi (Theory of Corespondence), Berdasarkan teori ini,
suatu pengetahuan dianggap benar jika pengetahuan tersebut
mempunyai hubungan dengan suatu kenyataan yang memang benar.
Teori ini didasarkan pada fakta empiris sehingga pengetahuan tersebut
benar apabila ada fakta-fakta yang mendukung bahwa pengetahuan
tersebut benar. Dengan demikian kebenaran disini didasarkan pada
kesimpulan induktif.
3. Teori Pragmatis (Theory of Pragmatism), Menurut teori ini, pengetahuan
dikatakan benar apabila pengetahuan tersebut terlihat secara praktis
benar atau memiliki sifat kepraktisan yang benar. Pengikut teori ini
berpendapat bahwa pengetahuan itu benar apabila mempunyai
kegunaan yang prakti

2.1.8 Hakekat Pengetahuan


Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir
dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi,
persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya.

x
Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah,
dan pikiran-pikiran. Ada dua teori yang digunakan untuk mengetahui
hakekat pengetahuan:
1. Realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam.
Pengetahuan adalah gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada
dalam alam nyata.
2. Idealisme, teori ini menerangkan bahwa pengetahuan adalah proses-
proses mental/psikologis yang bersifat subjektif. Pengetahuan
merupakan gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam
menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan
mengetahuinya.

2.2. Struktur Metode Ilmiah


2.2.1 Pengertian Metode Ilmiah
Kata “Metode” berasal bahasa Yunani yaitu kata “methos” yang
terdiri dari unsur kata berarti cara, perjalanan sesudah, dan kata “kovos”
berarti cara perjalanan, arah. Metode merupakan kajian atau telaah dan
penyusunan secara sistematik dari beberapa proses dan asas-asas logis
dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian
ilmiah.
Kata “ilmu” berasal dari bahasa ‘Arab “alima” yang sama dengan
kata dalam bahasa Inggris “Science” yang berasal dari bahasa latin “Scio”
atau “Scire” yang kemudian di-Indonesia-kan menjadi Sains. Ilmu adalah
pelukisan fakta-fakta pengalaman secara lengkap dan konsisten dalam
istilah-istilah yang sesederhana mungkin, pelukisan secara lengkap dan
konsisten itu melalui tahap pembentukan definisi, melakukan analisa,
pengklasifikasian dan pengujian.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang
didapatkan lewat metode ilmiah. Metode, menurut Senn, merupakan
prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang memiliki langkah-langkah
yang sistematis. Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi
ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam
metode ilmiah.
Proses kegiatan ilmiah, menurut Riychia Calder, dimulai ketika
manusia mengamati sesuatu. Secara ontologis ilmu membatasi masalah
yang diamati dan dikaji hanya pada masalah yang terdapat dalam ruang
lingkup jangkauan pengetahuan manusia. Jadi ilmu tidak
mempermasalahkan tentang hal-hal di luar jangkauan manusia. Karena
yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawabannya pada dunia
yang nyata pula. Eintein menegaskan bahwa ilmu dimulai dengan fakta dan
diakhiri dengan fakta, apapun juga teori-teori yang menjembatani antara
keduanya. Teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai yang
terdapat dalam dunia fisik tersebut, tetapi merupakan suatu abstraksi

xi
intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan
pengalaman empiris. Artinya, teori ilmu merupakan suatu penjelasan
rasional yang berkesesuaian dengan obyek yang dijelaskannya. Suatu
penjelasan biar bagaimanapun meyakinkannya, harus didukung oleh fakta
empiris untuk dinyatakan benar. Di sinilah pendekatan rasional
digabungkan denga pendekatan empiris dalam langkah-langkah yang
disebut metode ilmiah. Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya
secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu
memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak.
Masri Singarimbun dan Soffian Effendi menyederhanakan
penahapan dalam proses penelitian ke dalam tujuh langkah: 1.
merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan 2. menentukan
konsep dan hipotesis, serta menggali kepustakaan 3. prngambilan sampel
4. pembuatan kuesioner 5. pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan
melatih pewawancara 6. mengedit dan mengkode dan 7. analisis dan
pelaporan.
Sementara, Sukardi (2011;6) membuat sistematika proposal
penelitian ke dalam; 1. judul penelitian 2. pendahuluan 3. kajian pustaka 4.
metode penelitian 5. jadwal penelitian dan personalia; dan 6. anggaran
penelitian dan lampiran-lampiran yang relevan.
Adapun langkah-langkah dimaksud menurut Jujun S. Suriasumantri
(2000; 309-343) yaitu Pengajuan masalah, mencakup; latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalahan, perumusan
masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian
Penelitian ilmiah yang secara logis dan kronologis mencerminkan
kerangka penalaran ilmiah. Kerangka penalaran ilmiah ini untuk membantu
mempermudah penguasaan hal-hal yang bersifat teknis. Penyusunan
kerangka teoretis meliputi; pengkajian teori-teori ilmiah yang akan
digunakan dalam analisis, pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain
yang relevan, penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis,
dan perumusan hipotesis

2.2.2.Syarat-Syarat Metode Ilmiah


Secara sederhana maka hal ini berati bahwa semua Metode ilmiah
harus memenuhi 2 syarat utama yakni :
1. Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan
tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
2. Harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori yang
bagaimanapun konsistennya sekiranya tidak didukung oleh pengujian
empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
Kebenaran adalah kesesuaian arti dengan fakta yang ada putusan-
putusan lain yang telah kita akui kebenarannya dan tergantung kepada
berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia. Pada metode
ilmiah, untuk memperoleh pengetahuan dilakukan dengan cara
menggabungkan pengalaman dan akal pikiran sebagai pendekatan

xii
bersama dan dibentuk dengan ilmu. Secara sedehana teori ilmiah harus
memenuhi 2 syarat utama, yaitu harus konsisten dengan teori-teori
sebelumnya dan harus cocok dengan fakta-fakta empiris. Jadi logika ilmiah
merupakan gabungan antara logika deduktif dan induktif dimana
rasionalisme dan empirisme berdampingan dalam sebuah sistem dengan
mekanisme korektif. Metode ilmiah diawali dengan fakta-fakta yang diamati
secara inderawi. Untuk memperoleh pengetahuan dengan metode ilmiah
diajukan semua penjelasan rasional yang statusnya hanyalah bersifat
sementara yang disebut hipotesis sebelum teruji kebenaranya secara
empiris. Hipotesis, yaitu dugaan atau jawaban sementara terhadap
permasalahan yang sedang kita hadapi. Untuk memperkuat hipotesis
dibutuhkan dua bahan-bahan bukti yaitu bahan-bahan keterangan yang
diketahui harus cocok dengan hipotesis tersebut dan hipotesis itu harus
meramalkan bahan-bahan yang dapat diamati yang memang demikian
keadaanya. Dengan adanya jembatan berupa penyusunan hipotesis ini
maka metode ilmiah sering dikenal sebagai proses logica-hypothetico-
verifikasi: atau menururt tyndall sebagai “perkawinan yang
berkesinambungan antara dedukasi dan induksi.

2.2.3. Karakterisasi Metode Ilmiah


Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas
subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi
sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain
itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan
pengamatan-pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan
pengukuran dan perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat
dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi
seperti bintang atau populasi manusia.
Umumnya terhadap empat karakteristik penelitian ilmiah, yaitu:
1. Sistematik Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan
secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah
dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan
berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung
menurut produser atau kaidah bekerjanya akal yaitu cara berpikir untuk
menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus), atau
prosedur dedukatif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang
bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari,
yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat
sebagai hasil penelitian. Landasan empirik ada tiga yaitu : a) Hal-hal
empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan
atau perbandingan satu sama lain). b) Hal-hal empirik selalu berubah-
ubah sesuai dengan waktu. C) Hal-hal empirik tidak bisa secara
kebetulan melainkan ada penyebabnya.

xiii
4. Replikatif suatu penelitian yang pernah dilakukan harus di uji kembali
oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan
dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama.agar bersifat replikatif,
penyusunan definisi operasional variable menjadi langkah penting bagi
seorang peneliti.

2.2.4. Langkah Metode Ilmiah


Alur berfikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan
dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam
kegiatan ilmiah. Kerangka yang berintikan proses logico-hypothetico-
vertifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
1. Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai obyek
empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat di indentifikasikan
faktor-faktor yang terkait didalamnya.
2. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang
merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin
terdapat antara berbagai faktor yang saling mengaitkan dan
membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berfikir ini disusun
secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji
kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang
relevan dengan permasalahan.
3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau
dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya
merupakan kesimpulan dari kerangka berfikir yang dikembangkan.
4. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang
relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan
apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau
tidak.
5. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah
hiptesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam
proses pengujian terdapat fakta yang cukup yang mendukung
hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya sekiranya dalam
proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung
hipotesis maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian
dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah
memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangka
penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya
serta telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran di sini harus
ditafsirkan secara pragmatis artinya sampai saat ini belum terdapat
fakta yang menyatakan sebaliknya.

xiv
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan merupakan Hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu
ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses
pendidikan maupun melalui pengalaman. Pengetahuan ilmiah merupakan suatu
ilmu yang mengungkapkan suatu kebenaran yang berhubungan satu sama
lainnya.
2. Dasar -dasar pengetahuan meliputi:Pengalaman, Memori, Kesaksian, Rasa Ingin
Tahu, Logika, Bahasa, dan Kebutuhan Hidup.
3. sumber pengetahuan, diantaranya: Empirisme , Rasionalisme, Intuisi, dan
Wahyu.
4. proses terjadinya pengetahuan menurut John Hospes, yaitu: Pengalaman Indera
(Sense Experience), Nalar (Reason), Otoritas (Authority), Intuisi (Intuition),
Wahyu (Revelation), dan Keyakinan (Faith).
5. Jenis-jenis pengetahuan :Menurut Burhanuddin Salam (1983): Pengetahuan
biasa (common sense), Pengetahuan ilmu, Pengetahuan filsafat, Pengetahuan
agama. Menurut Soemargono (1983), pengetahuan dibagi menjadi:Pengetahuan
non ilmiah, Pengetahuan ilmiah. Sedangkan Aristoteles membagi pengetahuan
menjadi 3 yaitu: Pengetahuan produksi (seni), Pengetahuan praktis (etika,
ekonomi, politik), Pengetahuan teoritis (fisika, matematika dan metafisika)
6. Karakteristik Pengetahuan: Rasional, Objektif, Akumulatif, Empiris Andal dan
Dirancang.
7. Kebenaran Pengetahuan : Teori Koherensi (Theory of Coherence), Teori
Korespondensi (Theory of Corespondence), Teori Pragmatis (Theory of
Pragmatism).
8. Hakekat Pengetahuan: Realisme, Idealisme.
9. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah.
10. Syarat utama metode ilmiah yakni : Harus konsisten dengan teori-teori
sebelumnya, Harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori .
11. Karakteristik penelitian ilmiah, yaitu: Sistematik ,Logis , Replikatif.
12. Langkah-langkah Metode ilmiah sebagai berikut : Perumusan masalah ,
Penyusunan kerangka berfikir , Perumusan hipotesis , Pengujian hipotesis,
Penarikan kesimpulan.

xv
DAFTAR PUSTAKA

Achadah, Alif, and Mohammad Fadil. ‘Filsafat Ilmu: Pertautan Aktivitas Ilmiah, Metode
Ilmiah Dan Pengetahuan Sistematis’. Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 1 (2020):
130–41.

Suriasumantri, Jujun S. ‘Filsafat Ilmu’. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007.

Karyadi, Pengetahuan_Metode_Ilmiah_Struktur_Pengetahuan_Ilmiah_ DIAKSES


PADA TANGGAL 19/09/2022 (https://www.academia.edu/27022261)

Metode_dan_Struktur_Ilmiah DI AKSES PADA TANGGAL 19/09/2022


(https://www.academia.edu/11877425/)

xvi

Anda mungkin juga menyukai