FILSAFAT ILMU
(PENGETAHUAN DAN STRUKTUR METODE ILMIAH )
KELOMPOK 4 :
SHARLI YUNITA ASTARI (20226013010)
ERINDA JHANARTI (20226013011)
HERISA AJI HIKDAWATI (20226013012)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat Ilmu yang
berjudul “Pengetahuan dan Struktur Metode Ilmiah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah manajemen sumber daya manusia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang manajemen sumber daya manusia bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok ini yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan berguna bagi kami sendiri
maupun semua orang yang membacanya.
Palembang, 2022
Penyusun
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
2.1. Pengetahuan Ilmiah.......................................................................... 2
2.2. Struktur Metode Ilmiah ..................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengetahuan, dasar-dasar dan jenis pengetahuan
ilmiah
2. Untuk mengetahui tentang struktur metode ilmiah dan langkah-langkah struktur
metode ilmiah
1
Suriasumantri, ‘Filsafat Ilmu’.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
1. Pengalaman, segala sesuatu yang terjadi kepada manusia sebagai hasil
interaksinya dengan alam nyata dan alam gaib(tak terlihat) atau dalam
istilah agama disebut juga pengalaman spiritual.
2. Memori, merupakan kelanjutan dari pengetahuan, sebab ingatan
merupakan hasil dari pengalaman.
3. Kesaksian, berfungsi untuk menguatkan atau meneguhkan suatu
informasi dari para ahli yang memiliki otaritas dibidangnya untuk
menentukan salah atau benar informasi yang dimaksud.
4. Rasa Ingin Tahu, pengalaman yang menjadi pengetahuan seringkali
berawal dari rasa ingi tahu seseorang terhadap sesuatu sehingga ia akan
menyelidiki pengalamannya baik dengan bertanya atau cara lain untuk
memberi jawaban atas rasa ingin tahunya.
5. Logika, pertimbangan akal pikiran agar dapat berpikir secara lurus, tepat,
dan sistematis, kemudian disampaikan dalam bahasa lisan atau tertulis.
6. Bahasa, penalaran tanpa kemampuan berbahasa adalah penalaran yang
antiklimaks, karena bahasa merupakan alat untuk menerjemahkan
penalaran.
7. Kebutuhan Hidup, semakin manusia membutuhkan sesuatu semakin
kreatif manusia tersebut untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
2
Suriasumantri.
vi
2.1.3. Sumber Pengetahuan
Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan 3, diantaranya:
1. Empirisme , menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan
melalui pengalaman (empereikos = pengalaman). Dalam hal ini harus
ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan
cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal: John Locke (1632
– 1704), George Barkeley(1685 -1753) dan David Hume.
2. Rasionalisme, Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan
dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung
oleh fakta empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes (1596 – 1650,
Baruch Spinoza (1632 –1677) dan Gottried Leibniz (1646 –1716).
3. Intuisi, dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-
tiba tanpa melalui proses penalaran tertentu. Henry Bergson
menganggap intuisi merupakan hasil dari evolusi pemikiran yang
tertinggi, tetapi bersifat personal. Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia
intuisi merupakan kemampuan untuk mengetahui atau memahami
sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati.
4. Wahyu, pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hamba-Nya
yang terpilih untuk menyampaikannya( Nabi dan Rosul). Melalui wahyu
atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang
terjangkau ataupun tidak terjangkau olehmanusia. Menurut KBBI
wahyu merupakan petunjuk dari Allah yg diturunkan hanya kepada para
nabi dan rasul melalui mimpi dsb.
viii
pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran
cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode.
Pengetahuan ilmiah atau Ilmu, diperoleh dengan cara khusus, bukan
hanya untuk digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam dan
luas mengetahui kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman.
Pengetahuan Ilmiah atau Ilmu (Science) pada dasarnya merupakan
usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common
sense, suatu pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan dengan suatu
pemikiran cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode.
3. Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara
kontemplatif dan spekulatif yang menekankan pada universalitas dan
kedalaman kajian tentang sesuatu. Pengetahuan filsafat, pengetahuan
yang tidak mengenal batas, sehingga yang dicari adalah sebab-sebab
yang paling dalam dan hakiki sampai diluar dan diatas pengalaman
biasa. Pengetahuan Filsafat biasanya berkenaan dengan hakikat
sesuatu (transenden) sehingga kadang perbincangannya seputar hal-hal
yang abstrak terhadap bangunan sebuah pengetahuan. Objek
pembahasannya selalu mengedepanan aspek ontologi, epistimologi dan
aksiologi.
4. Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan
lewat rasul-Nya dan diyakini kebenarannya.
ix
dalam bidang ilmu tersebut melalui pengujian secara terbuka yang
dilakukan dari pengamatan dan penalaran fenomena.
c. Akumulatif, Ilmu dibentuk dengan dasar teori lama yang disempurnakan,
ditambah, dan diperbaiki sehingga semakin sempurna. Ilmu yang dikenal
sekarang merupakan kelanjutan dari ilmu yang dikembangkan
sebelumnya. Oleh karenanya, ilmu pengetahuan bersifat relatif dan
temporal, tidak pernah mutlak dan final. Dengan demikian, ilmu
pengetahuan bersifat dinamis dan terbuka.
d. Empiris Kesimpulan yang diambil harus dapat dibuktikan melalui
pemeriksaan dan pembuktian pancaindra, serta dapat diuji kebenarannya
dengan fakta. Hal ini yang membedakan antara ilmu pengetahuan dengan
agama.
e. Andal dan Dirancang, Ilmu pengetahuan dapat diuji kembali secara
terbuka menurut persyaratan dengan hasil yang dapat diandalkan. Selain
itu, ilmu pengetahuan dikembangkan menurut suatu rancangan yang
menerapkan metode ilmiah.
x
Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah,
dan pikiran-pikiran. Ada dua teori yang digunakan untuk mengetahui
hakekat pengetahuan:
1. Realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam.
Pengetahuan adalah gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada
dalam alam nyata.
2. Idealisme, teori ini menerangkan bahwa pengetahuan adalah proses-
proses mental/psikologis yang bersifat subjektif. Pengetahuan
merupakan gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam
menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan
mengetahuinya.
xi
intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan
pengalaman empiris. Artinya, teori ilmu merupakan suatu penjelasan
rasional yang berkesesuaian dengan obyek yang dijelaskannya. Suatu
penjelasan biar bagaimanapun meyakinkannya, harus didukung oleh fakta
empiris untuk dinyatakan benar. Di sinilah pendekatan rasional
digabungkan denga pendekatan empiris dalam langkah-langkah yang
disebut metode ilmiah. Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya
secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu
memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak.
Masri Singarimbun dan Soffian Effendi menyederhanakan
penahapan dalam proses penelitian ke dalam tujuh langkah: 1.
merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan 2. menentukan
konsep dan hipotesis, serta menggali kepustakaan 3. prngambilan sampel
4. pembuatan kuesioner 5. pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan
melatih pewawancara 6. mengedit dan mengkode dan 7. analisis dan
pelaporan.
Sementara, Sukardi (2011;6) membuat sistematika proposal
penelitian ke dalam; 1. judul penelitian 2. pendahuluan 3. kajian pustaka 4.
metode penelitian 5. jadwal penelitian dan personalia; dan 6. anggaran
penelitian dan lampiran-lampiran yang relevan.
Adapun langkah-langkah dimaksud menurut Jujun S. Suriasumantri
(2000; 309-343) yaitu Pengajuan masalah, mencakup; latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalahan, perumusan
masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian
Penelitian ilmiah yang secara logis dan kronologis mencerminkan
kerangka penalaran ilmiah. Kerangka penalaran ilmiah ini untuk membantu
mempermudah penguasaan hal-hal yang bersifat teknis. Penyusunan
kerangka teoretis meliputi; pengkajian teori-teori ilmiah yang akan
digunakan dalam analisis, pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain
yang relevan, penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis,
dan perumusan hipotesis
xii
bersama dan dibentuk dengan ilmu. Secara sedehana teori ilmiah harus
memenuhi 2 syarat utama, yaitu harus konsisten dengan teori-teori
sebelumnya dan harus cocok dengan fakta-fakta empiris. Jadi logika ilmiah
merupakan gabungan antara logika deduktif dan induktif dimana
rasionalisme dan empirisme berdampingan dalam sebuah sistem dengan
mekanisme korektif. Metode ilmiah diawali dengan fakta-fakta yang diamati
secara inderawi. Untuk memperoleh pengetahuan dengan metode ilmiah
diajukan semua penjelasan rasional yang statusnya hanyalah bersifat
sementara yang disebut hipotesis sebelum teruji kebenaranya secara
empiris. Hipotesis, yaitu dugaan atau jawaban sementara terhadap
permasalahan yang sedang kita hadapi. Untuk memperkuat hipotesis
dibutuhkan dua bahan-bahan bukti yaitu bahan-bahan keterangan yang
diketahui harus cocok dengan hipotesis tersebut dan hipotesis itu harus
meramalkan bahan-bahan yang dapat diamati yang memang demikian
keadaanya. Dengan adanya jembatan berupa penyusunan hipotesis ini
maka metode ilmiah sering dikenal sebagai proses logica-hypothetico-
verifikasi: atau menururt tyndall sebagai “perkawinan yang
berkesinambungan antara dedukasi dan induksi.
xiii
4. Replikatif suatu penelitian yang pernah dilakukan harus di uji kembali
oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan
dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama.agar bersifat replikatif,
penyusunan definisi operasional variable menjadi langkah penting bagi
seorang peneliti.
xiv
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan merupakan Hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu
ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses
pendidikan maupun melalui pengalaman. Pengetahuan ilmiah merupakan suatu
ilmu yang mengungkapkan suatu kebenaran yang berhubungan satu sama
lainnya.
2. Dasar -dasar pengetahuan meliputi:Pengalaman, Memori, Kesaksian, Rasa Ingin
Tahu, Logika, Bahasa, dan Kebutuhan Hidup.
3. sumber pengetahuan, diantaranya: Empirisme , Rasionalisme, Intuisi, dan
Wahyu.
4. proses terjadinya pengetahuan menurut John Hospes, yaitu: Pengalaman Indera
(Sense Experience), Nalar (Reason), Otoritas (Authority), Intuisi (Intuition),
Wahyu (Revelation), dan Keyakinan (Faith).
5. Jenis-jenis pengetahuan :Menurut Burhanuddin Salam (1983): Pengetahuan
biasa (common sense), Pengetahuan ilmu, Pengetahuan filsafat, Pengetahuan
agama. Menurut Soemargono (1983), pengetahuan dibagi menjadi:Pengetahuan
non ilmiah, Pengetahuan ilmiah. Sedangkan Aristoteles membagi pengetahuan
menjadi 3 yaitu: Pengetahuan produksi (seni), Pengetahuan praktis (etika,
ekonomi, politik), Pengetahuan teoritis (fisika, matematika dan metafisika)
6. Karakteristik Pengetahuan: Rasional, Objektif, Akumulatif, Empiris Andal dan
Dirancang.
7. Kebenaran Pengetahuan : Teori Koherensi (Theory of Coherence), Teori
Korespondensi (Theory of Corespondence), Teori Pragmatis (Theory of
Pragmatism).
8. Hakekat Pengetahuan: Realisme, Idealisme.
9. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah.
10. Syarat utama metode ilmiah yakni : Harus konsisten dengan teori-teori
sebelumnya, Harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori .
11. Karakteristik penelitian ilmiah, yaitu: Sistematik ,Logis , Replikatif.
12. Langkah-langkah Metode ilmiah sebagai berikut : Perumusan masalah ,
Penyusunan kerangka berfikir , Perumusan hipotesis , Pengujian hipotesis,
Penarikan kesimpulan.
xv
DAFTAR PUSTAKA
Achadah, Alif, and Mohammad Fadil. ‘Filsafat Ilmu: Pertautan Aktivitas Ilmiah, Metode
Ilmiah Dan Pengetahuan Sistematis’. Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 1 (2020):
130–41.
xvi