Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

Dosen Pengampu Sobrul Laeli, M.Pd.I.


Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok

Disusun Oleh :

1. Neng Siti Farhatul Azizah ( H.2010755)


2. Fikhi Rahmatillah ( H.2010764)
3. Raudhatul Wildan Awaludin ( H.2011048)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
TAHUN 2021/2022
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1. LATAR BELAKANG....................................................................................................................4
1.2. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................4
1.3. TUJUAN..........................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1. SUMBER PENGETAHUAN.........................................................................................................5
2.1.1. Definisi Sumber Pengetahuan.................................................................................................5
2.1.2. Jenis Pengetahuan....................................................................................................................5
2.1.3. Hakikat Pengetahuan..............................................................................................................6
2.2. SUMBER-SUMBER PENGETAHUAN.......................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................................11
A. Kesimpulan......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................12
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.wb

Puji syukur yang dalam penyusun sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaiakan makalah ini sesuai
yang diharapkan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulallah SAW, yang
telah membawa kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Filsafat Pendidikan
Pembuatan makalah ini diperlukan supaya penyusun dan pembaca dapat memahami dan
mengkaji tentang materi tersebut. Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami
mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi, dan saran. Untuk itu kami ucapkan terima kasih
kepada bapak Sobrul Laeli, M.Pd.I yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Filsafat
Pendidikan, dan rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan untuk makalah ini.
Mohon maaf jika terjadinya banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penyusun
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi pengembangn makalah ini
selanjutnya. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Wassalamualaikum Wr.wb

Bogor, 4 Oktober 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pengetahuan merupakan objek utama karena jika terdapat pengetahuan, akan di pertanyakan
secara epistemologis, dari mana asalnya pengetahuan tersebut, dan bagaimana memperolehnya.

Oleh karena itu ilmu pengetahuan merupakan objek kajian epistemologi. Pengetahuan yang
ada pada kita di peroleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber
pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan.

Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karna
manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang mengembangkan pengetahuan secara
sungguh-sungguh. Pengetahuan di peroleh dari seluruh bentuk upaya kemanusiaan, pikiran,
wahyu, dan intuisi, untuk mengetahui suatu tanpa memperhatikan objek, cara, dan kegunannya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu sumber pengetahuan ?

2. Ada berapa Macam-macam sumber pengetahuan ?

1.3. TUJUAN

1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah filsafat pendidikan

2. Agar mampu mengetahui apa itu pengetahuan dan macam-macam sumber pengetahuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. SUMBER PENGETAHUAN


2.1.1. Definisi Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan dalam kamus bahasa indonesia di artikan sebagai asal. Sebagai contoh
sumber mata air, berarti asal dari air yang berada di mata air itu. Dengan demikian bahwa
sumber pengetahuan itu adalah asal dari ilmu pengetahuan yang di peroleh manusia. Menurut
amsal bakhtir, menurutnya sumber pengetahuan merupakan alat untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.

Adapun pengertian pengetahuan dari berbagai ahli:

1) Pengetahuan didefinisikan sebagai kepercayaan yang benar (knowlwdge is justified as


true belief (Encylopedia of philosophy).
2) Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan mengetahui. Mengetahui itu
hasil kenal, sadar, insaf, mengerti, benar dan pandai (Sidi Gazalba).
3) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi
pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang melalui panca
indera ((Notoatmodjo dalam Yuliana (2017).
4) Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris, terutama
pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang
penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017).

2.1.2. Jenis Pengetahuan


1) Pengetahuan Biasa ( Common Sense), yang digunakan terutama untuk kehidupan sehari-
hari, tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.
2) Pengetahuan Ilmiah atau ilmu, Pengetahuan yang diperoleh dengan cara khusus, bukan
hanya untuk digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam dan luas mengetahui
kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman.
3) Pengetahuan Filsafat, pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga yang dicari
adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai diluar dan di atas pengalaman
biasa.
4) Pengetahuan Agama, suatu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para
Nabi dan Rasul-Nya. Pengetahuan ini bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para
pemeluk agama.

2.1.3. Hakikat Pengetahuan


Ada dua teori yang digunakan untuk mengetahui hakikat pengetahuan:

1) Realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan adalah
gambaran gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata.
2) Idealisme, teori ini menerangkan bahwa pengetahuan adalah proses-proses
mental/psikologis yang bersifat subjektif. Pengetahuan merupakan gambaran subjektif
atau penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya.

2.2. SUMBER-SUMBER PENGETAHUAN

1) Rasionalisme

Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan
pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula.
Dicari dengan akal itulah dicari dengan berfikir logis. Diukur dengan akal artinya diuji
apakah temuan itu logis atau tidak. Bila logis benar; bila tidak salah. Dengan akal inilah
aturan untuk manusia dan alam itu dibuat. Ini juga berarti bahwa kebenaran itu bersumber
pada akal (A. Tafsir,2004).

Rasionalisme merupakan faham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat
terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan [ahmad tafsir,
2005”127]. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber pengetahuan yang paling ideal adalah
akal, yang dapat digolongkan pada jenis-jenis dibawah ini :

a. Akal awwam yaitu akal yang dimiliki oleh orang-orang pada umumnya yang
lebih mengandalkan pengertian pada kebiasaan, pengalaman, dan pentaklidan.
b. Akal khawasah, yaitu akal yang dimiliki orang,yang memiliki pengetahuan
disebabkan oleh semakin bertambahnya pengetahuan.
c. Akal potensial, adalah akal yang diberikan kepada semua manusia untuk
memiliki kemampuan menangkap materi dengan rangsangan panca indera.
d. Akal aktual, adalah akal yang lebih tinggi daripada akal potensial, artinya
mampu menangkap isi dan bentuk konseptual dari materi tanpa dibantu oleh
Panca indera.
e. Akal mustafad, sebagai akal tertinggi yang mampu menghubungkan potensi
berfikirnya hingga mencapai objek yang bersifat immaterial. akal ini dapat
mencapai atau berhubungan langsung dengan akal aktif.

Teori rasionalis adalah teori para filosof Eropa seperti Descartes (1596–1650) dan
Immanuel Kant ( 1724 – 1804 ) dan lain-lain. Teori-teori tersebut terangkum dalam
kepercayaan adanya dua sumber bagi konsepsi. Pertama, penginderaan (sensasi). Kita
mengkonsepsikan panas, cahaya, rasa, dan suara karena penginderaan kita terhadap semua
itu. Dalam menyusun pengetahuannya, kaum rasionalis menggunakan metode deduktif.
Premis yang dipakai dalam penalarannya, didapatkan dari ide-ide yang menurut anggapannya
jelas dan dapat diterima. Ide-ide ini menurut mereka bukanlah ciptaan pemikiran manusia.
Prinsip itu sendiri jauh sudah ada sebelum manusia memikirkannya. Akhirnya paham
semacam ini kita kenal sebagai paham Idealisme.

Selanjutnya Muhammad Baqir Ash-Shadr (1994) mengatakan dalam pandangan kaum


rasionalis, pengetahuan manusia terbagi menjadi dua, pertama, pengetahuan yang mesti,
yaitu bahwa akal mesti mengakui suatuproporsi tertentu tanpa mencari dalil atau bukti
kebenarannya. Akal, secara alami mesti mencarinya, tanpa bukti dan penetapan apapun,
kedua, informasidari pengetahuan teoritis, akal tidak akan mempercayainya kebenaran
beberapaproporsi, kecuali dengan pengetahuan-pengetahuan pendahulu. Kaum rasionalis
memakai faham rasionalisme.

Kaum ini menggunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang
dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat
diterima (idealisme).
Fungsi pikirannya hanyalah mengenali prinsip tersebut yang lalu menjadi
pengetahuannya, sementara pengalaman tidak memiliki prinsip. Masalah utama yang
dihadapi kaum rasionalis adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang dipakainya
dalam penalaran deduktif. Adapun asas pemikiran yang sebagai mana di ketahui pangkal atau
asal dari mana sesuatu itu muncul dan dimengerti. Maka asas pemikiran adalah pengetahuan
di mana pengetahuan muncul dan dimengerti. Asas ini dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Asas Identitas ( Prinsipium Identitatis )

Asas identitas adalah dasar dari semua pemikiran prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu itu
adalah dia sendiri bukan lainnya.

b. Asas Kontradiksi ( Prinsipium Contradictoris ) Prinsip ini mengatakan bahwa


pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya. Jika di akui bahwa sesuatu
itu bukan A maka tidak mungkin pada saat itu ia adalah A.

c. Asas Penolakan Kemungkinan Ketiga ( Principium Exclusi Tartii Qanun Imtina)

Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran terletak pada salah satunya.
Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertantangan mutlak.

2) Wahyu

Wahyu dalam arti bahasanya adalah isyarat yang cepat. Wahyu adalah sumber
pengetahuan yang bersandar pada otoritas Tuhan sebagai sang Maha Ilmu. Wahyu Allah
dikodifikasikan dalam tiga buah kitab suci yaitu: Taurat, Injil, Alquran.

Sumber pengetahuan yang disebut “wahyu” identik dengan agama atau kepercayaan
yang sifatnya mistis. Ia merupakan pengetahuan yang bersumber dari tuhan melalui
hambanya yang terpilih untuk menyampaikan nabi dan rasul. Melalui wahyu atau agama,
manusia diajarkan tentang sejumlah penegetahuan. Baik yang terjangkau ataupun tidak
terjangkau oleh manusia.

Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia lewat
perantara para nabi. para nabi memperoleh pengetahuan dari tuhan tanpa upaya, tanpa
bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan mereka
terjadi atas kehendak tuhannya. wahyu berisikan pengetahuan agama, baik mengenai
kehidupan mencakup masalah transcendental seperti latar belakang dan tujuan penciptaan
manusia, dunia, dan segenap isinya serta kehidupan di akhirat nanti.

Dalam konteks lain kebenaran wahyu seluruhnya diakui oleh akal, bahkan
pengalaman manusia secara historis tergambarkan dengan jelas dalam wahyu. Dibawah
ini adalah beberapa makna wahyu yang diperkuat oleh ayat-ayat al-quran sebagaimana
dikemukakan oleh Mana’al kathan dalam mabahits fii ‘ulum al-quran:

a. Wahyu diartikan pula dengan ilham yang diberikan kepada manusia,


sebagaimana ilham yang diberikan kepada nabi Musa A.S yang terdapat
dalam surat al-qashas ayat 7
b. Wahyu dimaknakan sebagai ilmu yang diberikan kepada hewan atau
binatang sebagaimana allah memberi ilham kepada lebah, yang dijelaskan
dalam surat An-nahl ayat 68
c. Wahyu diartikan dengan isyarat yang cepat,sebagaimana terdapat dalam
surat Maryam ayat 1
d. Wahyu diartikan sebagai bisikan syetan didalam jiwa manusia dan
perundngan. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-anam ayat 112 dan
121.

Kepercayaan adalah titik tolak dalam agama. Suatu pernyataan harus dipercaya dahulu
utuk dapat diterima, pernyataan ini bisa saja selanjutnya dikaji dengan metode lain.
Secara rasional bisa dikaji umpamanya apakah pernyataan-pernyataaan yang terkandung
didalamnya bersifat konsisten atau tidak. Di pihak lain secara empiris bisa dikumpulkan
fakta-fakta yang mendukung pernyataan tersebut atau tidak. Singkatnya agama dimulai
dengan rasa percaya, dan lewat pengajian selanjutnya kepercayaan itu bisa meningkat
atau menurun. Pengetahuan lain seperti ilmu perumpamaannya. Ilmu dimulai dengan rasa
tidak percaya, dan setelah melalui proses pengkajian ilmiah, kita bisa diyakinkan atau
tetap pada pendirian semula.

3) Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran
tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak dapat diramalkan. Sebagian dasar untuk
menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi ini tidak dapat diandalkan. Seseorang
yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan
jawaban atas permasalahan tersebut. Jawaban atas permasalahan yang sedang
dipikirkannya muncul dibenaknya bagaikan kebenaran yang membukakan pintu. Suatu
masalah yang kita pikirkan, yang kemudian kita tunda karena menemui jalan buntu, tiba-
tiba muncul dibenak kita yang lengkap dengan jawabannya (Jujun, 2005).

Selanjutnya menurut Jujun (2005: 53), Intuisi bersifat personal dan tidak bisa
diramalkan. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis
selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan
intuisi dan analisis bisa saling membantu dalam menentukan kebenaran.

Bagi Maslow intuisi merupakan pengalaman puncak (peak experience) sedangkan


bagi Nietzchen intuisi merupakan inteligensi yang paling tinggi.

Menurut Henry Bergson, intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi.
Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan dan kebebasannya.
Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Kemampuan inilah
yang dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap, yang unique. Instuisi ini
menangkap objek secara langsung tanpa melalui pemikiran. Jadi, akal dan indera hanya
mampu menghasilkan pengetahuan yang tidak utuh (spatial), sedangkan instuisi dapat
menghasilkan pengetahuan yang utuh, tetap.

Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya


dalam menentukan kebenaran. Pengalaman intuitif seringa hanya dianggap sebagai
sebuah halusinasi atau bahkan sebuah ilusi belaka. Sementara itu oleh kaum beragama
intuisi (hati) dipandang sebagai sumber pengetahuan yang mulia. Dari riwayat hidup
matinya Sokrates, pengetahuan intuitif disebutnya sebagai “theoria” dimana cara untuk
sampai pada pengetahuan itu adalah refleksi terhadap diri sendiri.

Perpaduan antara rasa, naluri, dan pengalaman yang mendalam terhadap


permasalahan. Sehingga menimbulkan tingkat pemahaman yang melampaui batas-batas
logika. Kemampuan intutif bagi seorang seniman dianggap penting, Terutama untuk
memutuskan berbagai pekerjaan kompleks tanpa harus melampaui perhitungan dan
pembuktian lapangan.

Jadi, Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui
penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datang
dari dunia lain dan diluar kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong
untuk membaca sebuah buku. Ternyata, di dalam buku tersebut ditemukan keterangan
yang dicari-carinya selama bertahun-tahun. Atau misalnya, merasa bahwa ia harus pergi
ke sebuah tempat, ternyata disana ia menemukan penemuan besar yang mengubah
hidupnya. Namun tidak semua intuisi berasal dari kekuatan psikologi, tetapi sebagian
intuisi bisa dijelaskan sebab musebnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya disebabkan oleh bahasa untuk
berkomunikasi dan kemampuan berpikir manusia. Ada banyak sumber pengetahuan yang
membuat manusia mengetahui berbagai hal. Mulai dari pikirannya, pengalamannya, intuisi, dan
lain sebagainya.
Dengan rasa ingin tahunya, manusia berusaha mencari pengetahuan dari berbagai sumber
untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya. Penalaran merupakan salah satu proses
dalam berpikir yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah
kesimpulan untuk medapatkan pengetahuan baru. Logika merupakan suatu cara untuk
mendapatkan suatu pengetahuan dengan menggunakan akal pikiran, kata dan bahasa yang
dilakukan secara sistematis. Sumber pengetahuan merupakan aspek-aspek yang mendasari
lahirnya ilmu pengetahuan yang berkembang dan muncul dalam kehidupan manusia.
Kaum rasionalis memakai fahamnya rasionalisme. Rasionalisme mempergunakan metode
deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan
dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima (idealisme).
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu.
Intuisi bersifat personal dan tidak dapat diramalkan. Intuisi adalah istilah untuk kemampuan
memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman
itu tiba-tiba saja datang dari dunia lain dan diluar kesadaran.
Wahyu adalah sumber pengetahuan yang bersandar pada otoritas Tuhan sebagai sang Maha
Ilmu. Wahyu Allah dikodifikasikan dalam tiga buah kitab suci yaitu: Taurat , Injil , Alquran.
DAFTAR PUSTAKA

http://khairunnascs.blogspot.com/2014/12/sumber-sumber-pengetahuan-filsafat-ilmu.html
https://www.slideshare.net/sayidbukhari/makalah-sumber-pengetahuan
https://www.slideshare.net/bambangpurnama/sumber-pengetahuan
file:///C:/Users/User/Downloads/Sumber%20Pengetahuan%20SILVANA%20LIZ
%20HANDAYANI.pdf

Anda mungkin juga menyukai