Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FILSAFAT ILMU

Tentang
FILSAFAT ILMU
Konsep Science, Knowledge,
Scientific Knowledge, Logika dan Dogma

Disusun Oleh :
Kelompok 4 (TBI-A)

Rahadatul A’isy (2214050004)


Rusyda Hanifa (2214050019)

Dosen Pengampu :
Webrizal,S.Fil, M.A

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1444H/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Science,Knowledge Scientific Knowledge, Logika dan Dogma”dengan tepat
waktu.
Aadapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
dari Bapak Webrizal,S.Fil,M.A. pada Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Selain itu,
penulisan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca
tentang Filsafat Ilmu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Webrizal,S.Fil,M.A.
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Filsafat Ilmu yang telah memberikan tugas
ini dan memberikan arahan dalam penyusunan makalah ini. Sehingga kami dapat
memahami materi-materi pada Mata Kuliah ini dengan baik.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
meyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 17 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................... 3
A. Latar Belakang ....................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN...................................................................... 4
A. Knowledge ............................................................................. 4
B. Konsep Science ...................................................................... 4
C. Scientific Knowledge ............................................................. 8
D. Logika dan Dogma................................................................. 9
BAB III : PENUTUP............................................................................ 12
A. Kesimpulan .......................................................................... 12
B. Saran .................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dalam pikiran manusia.
Pengetahuan itu sifatnya menyeluruh atau mencakup segala sesuatu yang
tergambar dalam pikiran manusia. Apapun yang tergambar dalam pikiran manusia
adalah pengetahuan. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sistemastis,
menggunakan pemikiran, serta bersifat objektif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan atau sering juga disebut
dengan ilmu saja adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis dan
kebenaranya dapat dipertanggungjawabkan. Ilmu juga dapat dikatakan dengan
logika yang sedang kita pelajari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Konsep Science?
2. Apa Pengertian Konsep Knowledge?
3. Apa Pengertian Konsep Scientific Knowledege?
4. Apa Pengertian Logika dan Dogma?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Konsep Science
2. Mengetahui Pengertian Konsep Knowledge
3. Mengetahui Pengertian Konsep Scientific Knowledege
4. Mengetahui Pengertian Logika dan Dogma

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Science


1. Arti Pengetahuan (Knowledege)
Dalam tinjauan etimologi knowledge berasal dari bahasa inggris
yang berarti pengetahuan. Merupakan pengembangan kata dari know yang
berarti tahu yang kemudian dalam bahasa Indonesia mendapatkan
imbuhan pe- dan –an menjadi pengetahuan.
Setiap manusia memiliki rasa atau naluri ingin tahu. Naluri ingin
tahu yaitu dorongan yang dibawa manusia sejak lahir untuk terus berupaya
mengetahui segala sesuatu, termasuk ikhwal diri sendiri. Dengan naluri
ingin tahu, ditunjang akal budi, kebudayaan manusia tumbuh
berkembang.1
Naluri ingin tahu ini itu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang
mengelilingi manusia. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu
manusia berusaha untuk mencari tahu. Agar keingintahuan itu terpenuhi
dan manusia untuk sementara akan merasa puas. Rasa ingin tahu itu timbul
dari indra manusia yang yang menghasilkn rangsangan terhadap pikiran
manusia. Manusia untuk memenuhi rasa keingintahuanya terkadang
menanyakan pada manusia lain dan terkadang menanyakan sesuatu
tersebut terhadap dirinya sendiri dengan melakukan penyelidikan sendiri.
Ada dua kemungkinan yang akan didapat manusia ketika ingin
tahu. Yang pertama tahu yang benar atau tahu yang keliru. Dengan
kemungkinan itulah manusia membutuhkan dan mencari kebenaran,
karena kebenaran sangat berarti bagi kehidupan manusia.
Objek tahu adalah segala sesuatu yang mengelilingi manusia.
Segala sesuatu yang mengelilingi manusia itu dapat dilihat dan dapat
dirasakan. Sesuatu yang dirasakan itu baik ada maupun mungkin ada.
Segala sesuatu yang mengelillingi manusia inilah yang menimbulkan

1
Dani vardiansyah,. H.36

4
rangsangan. Hasil pengetahuan alam dengan panca indra disebut
pengalaman. Tapi, pengalaman hanya memungkinkan manusia menjadi
tahu. Hasil dari tahu itulah disebut dengan pengetahuan. Pengetahuan akan
ada jika manusia memberikan pernyataan atau cetusan atas objeknya.
Ada 4 tipe manusia berdasarkan tahu yang dimilikinya :
a. Manusia yang tahu bahwa ia tahu
b. Manusia yang tahu bahwa ia tidak tahu
c. Manusia yang tidak tahu bahwa ia tahu
d. Manusia yang tidak tahu bahwa ia tidak tahu
2. Arti ilmu (science)
Ilmu dalam bahasa inggris disebut science. Dalam menggunakan kata
pengetahuan dan ilmu kita juga perlu berhati-hati. Karna jika pengetahuan hanya
sekedar untuk megetahui maka ilmu menghendaki penjelasan lebih lanjut dariapa
yang telah diputuskan.
Ada manusia yang ingin tahu hanya semata untuk memuaskan
keingintahuan secara mendalam. Ia tidak hanya sekedar tahu bahwa air yang
dipanasi mendidih, tapi lebih jauh mencoba menyelidikinya. Ia menyelidiki air
seutuhnya, sepenuhnnya, dalam keseluruhan. Pengetahuan seperti inilah yang
disebut dengan pengetahuan ilmu atau ilmu pengetahuan atau lazim dikatakan
dengan ilmu.
Secara umum ilmu itu tidak menghiraukan kegunaan, hanya hendak tahu
semata karena, tujuan pertamanya adalah tahu secara mendalam. Ada beberapa
persyaratan agar pengetahuan layak disebut ilmu. seperti yang sudah kita ketahui,
ilmu dalam artian luas adalah pengetahuan ilmiah yang mempunyai ciri obyektif,
methodis, sistematis dan universal.2

2
Widia Fithri,Wacana Filsafat Ilmu,Azka,Padang,2004.Hal 83

5
Pengetahuan tersebut harus memenuh sifat ilmiah sebagai syarat ilmu.
Syarat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan
subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian
b. Metodis
yaitu upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada
cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa
Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode
tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
c. Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu,
dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat
merupakan syarat ilmu yang ketiga.
d. Universal
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat
umum (tidak bersifat tertentu).
Ilmu dan pengetahuan keberadaannya sangat penting bagi hidup dan
kehidupan manusia. Tidak boleh dipisahkan. Ilmu membentuk daya intelegasi
yang melahirkan keterampilan (skill). Sedangkan pengetahuan membentuk daya

6
moralitas keilmuan yang melahirkan tingkah laku kehidupan manusia. Ilmu
mendasarkan pada akal pikir lewat pengalaman dan indra.3
Dari contoh tersebut kita akan dapat membedakan ilmu (science) dan
pengetahuan (knowledge) atau kesimpulan yang dapat ditarik bahwa pengetahuan
yang telah disusun atau disistemasi lebih lanjut dan telah dibuktikan dan diakui
kebenaranya disebut ilmu.
Dengan pendapat lain mengatakan pengetahuan adalah hasil aktivitas
mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan kedalam jiwa hingga tidak ada
keraguan terhadapnya.4
Dimensi-dimensi yang menjadi pembahasan ilmu, paling tidak ada tiga,
yaitu ontologi, Epistemologi, dan aksiologi.5
Pertama, Ontologi membicarakan tentang apa yang ada dan apa yang
penting tentang metafisik, studi yang menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata
secara fundamental juba membicarakan tentang studi atau pemikiran tentang sifat
yang terdalam (ultimate nature) dari kenyataan atau keberadaan.
Kedua. Epistemologi membicarakan tentang sumber, sarana misalnya, ada
empirisme, rasionalisme, positivisme atapun intuitisme. Persoalan selanjutnya
adalah metode apakah itu metode induktif, deduktif kontemplatif, positivism,
ataupun dialektis,.Pada sub dimensi lain epistemologi menuntut adanya sarana,
apakah itu akal, pancaindra dan lain-lain. Dan pada tahapan akhir mengantarkan
pada adanya syarat pembenaran ataupun sistem, yang antara satu dengan yang
lainnya memiliki keterkaitan pengaruh.
Ketiga, Aksiologi berbicara tentang nilai atau kegunaan dari sebuah ilmu.

3. Arti pengetahuan ilmiah ( scientific knowledge )


Mohammad Hatta membedakan ilmu dan pengetahuan melalui
pernyataannya “pengetahuan adalah pengetahuan yang di dapat daripada
pengalaman, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang didapat dengan jalan

3
Asmoro Achmadi,filsafat Ilmu,PT. Rajagrafindo persada,Jakarta,2007.Hal 18.
4
Mundiri,logika,PT,Raja grafindo persada,Jakarta,1996.Hal 4.
5
Daud,dasar dasar ilmu,knowledge, science, pseudoscience,makalah,minggu,27 maret 2016.

7
keterangan”. 6 Jadi dalam penggunaan sehari-hari orang cukup hanya menyebut
ilmu saja. Untuk maksud ilmu pengetahuan. Karena ilmu artinya pengetahuan
ilmiah.
ilmu pengetahuan melalui metode ilmiahnya berupaya untuk mencari
kebenaran. Metode ilmiah yang digunakan dengan cara melakukan riset atau
penyelidikan untuk membuktikan atau mencari kebenaran tersebut.
kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai saat
ini). Jika seseorang melihat sesuatu kemudian mengatakan sesuatu tersebut, ia
dikatakan telah memiliki ilmu pengetahuan mengenai sesuatu. Karena
pengetahuan adalah segala sesuatu yang tergambar dalam pikiran manusia.
Misalnya, ia melihat manusia, kemudian ia mengatakan itu adalah manusia. Itu
berarti ia telah memiliki pengetahuan mengenai manusia. Jika ia melajutkan
bertanya misalnya apa susunan tubuh manusia itu. Maka akan diperoleh ilmu
antropologi fisik.

4. Logika
Logika berasal dari bahasa latin berasal dari kata logos yang berarti
perkataan atau sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah mantiq.
Kata arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap.7
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata logis. Misalnya
‘alasannya tidak logis’ atau ‘argumennya logis’. dalam kalimat tersebut arti logis
adalah masuk akal.
Logika menurut irving m. Copi menyatakan bahwa logika adalah ilmu
yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
Jika disimpulkan logika adalah suatu alat yang digunakan manusia untuk
menyaring putusan akal agar hanya memperoleh segala sesuatu yang benar dan
tidak bertentangan dengan akal.

6
Susanto,Filsafat Ilmu:Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis,Epistimologis Dan Aksiologi, PT
Bumi Aksara, Jakarta,2013,Cet 3. Hal 122.
7
Ibid. Hal 2

8
5. Dogma
Dogma (dari bahasa Yunani, bentuk jamak dalam bahasa Yunani dan
Inggris kadangkala dogmata) adalah kepercayaan atau doktrin yang dipegang oleh
sebuah agama atau organisasi yang sejenis untuk bisa lebih otoritatif. Bukti,
analisis, atau fakta mungkin digunakan, mungkin tidak, tergantung penggunaan.
Dogma juga bersifat sangat mendasar (misalkan, dogma bahwa 'Tuhan itu
ada') namun juga mencakup himpunan yang lebih besar dari kesimpulan yang
membentuk bidang pikiran (keagamaan) (misalkan, 'Tuhan menciptakan alam
semesta'). ada artian berbeda Dogma dalam agama dan diluar agama.
a. Dogma dalam agama
Dogma banyak ditemukan dalam agama seperti Kristen, di mana
mereka dianggap sebagai prinsip utama yang harus dijunjung oleh semua umat
agama tersebut. Sebagai unsur dasar dari agama, istilah dogma diberikan kepada
ajaran-ajaran teologi yang dianggap telah terbukti baik, sedemikian rupa hingga
usul bantahan atau revisinya berarti bahwa orang itu tidak lagi menerima agama
tersebut sebagai agamanya sendiri, atau ia mengalami keragu-raguan pribadi.
Dogma dibedakan dari pandangan teologis mengenai hal-hal yang kurang dikenal.
Dogmata dapat dijelaskan dan diuraikan tetapi tidak dibantah dalam ajaran-ajaran
baru. (mis. Galatia 1:8-9). Penolakan terhadap dogma dianggap ajaran sesat dan
dapat menyebabkan seseorang dikeluarkan dari kelompok agamanya, meskipun di
dalam Injil Kristen hal ini tidak dilakukan dengan keras Mt 18:15-17).
Bagi sebagian besar anggota Gereja Ortodoks, dogmata sudah
dikandung di dalam Doa Syahadat Nicea dan di dalam dua, tiga, atau tujuh konsili
ekumenis yang pertama (tergantung apakah orang itu seorang Nestorian,
Monofisit, ataukah seorang Kristen Ortodoks Timur. Orang Katolik Roma juga
mengakui dogma yang dihasilkan oleh 14 konsili ekumenis yang belakangan dan
sejumlah keputusan yang dirumuskan oleh paus yang menjalankan infalibilitas
kepausan (lih. mis. Maria ibunda Yesus. Kaum Protestan, pada tingkat yang
berbeda-beda mengakui bagian-bagian dari dogmata ini, dan seringkali berpegang
pada 'Pernyataan Iman' yang khas bagi alirannya, yang menyimpulkan dogma-
dogma pilihan mereka..

9
b. Dogma di luar agama
Banyak keyakinan non-agama seringkali digambarkan sebagai dogma,
misalnya di bidang politik atau Filsafat, maupun di dalam masyarakat sendiri.
Istilah dogmatisme mengandung arti bahwa orang berpegang pada keyakinan-
keyakinan mereka tanpa berpikir dan hanya ikut-ikutan saja. Dogmata dianggap
anatema bagi ilmu pengetahuan dan analisis ilmiah meskipun orang bisa berdebat
bahwa metode ilmiah itu sendiri pun merupakan dogma bagi banyak ilmuwan.
Dalam cara yang sama dalam filsafat, seperti misalnya rasionalisme dan
skeptisisme, meskipun pertimbangan-pertimbangan metafisika biasanya tidak
tampak jelas dalam bidang-bidang itu, dogma-dogma keagamaan yang tradisional
cenderung ditolak sementara praduga-praduga yang tidak teruji diterima. Dalam
Wikipedia sendiri, konsep NPOV dapat dianggap telah mencapai status dogma,
Ilmu lebih cenderung kepada dogma karena sering kali sebuah produk ilmu akan
dibantah pada masa depan dengan instrument yang lebih modern.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas akan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
(knowledge), ilmu (science), pengetahuan ilmiah (sciencetific knowledge), logika
serta dogma merupakan hal yang tidak asing bagi manusia. Karena pada
hakikatnya manusia memiliki naluri ingin tahu akibat rangsangan alam sekitar
manusia.
Manusia akan mencari tahu hingga keingintahuannya telah ia dapat. tahu
adalah segala sesuatu yang mengelilingi manusia. Segala sesuatu yang
mengelilingi manusia itu dapat dilihat dan dapat dirasakan. Sesuatu yang
dirasakan itu baik ada maupun mungkin ada. Namun secara mendalam manusia
akan terus mencari kejelasan atau menyelidiki secara keseluruhan dari apa yang ia
tahu. Semua itu dilakukan dengan hasil kerja akal. Manusia akan menerima
kebenaran sesuatu yang diselidikinya jika akal tidak menolak.

B. Saran
Dalam setiap penulisan makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan dan
memiliki banyak keterbatasan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan saran yang
dapat membangun untuk lebih baik, karena hasil dari setiap pemikiran saran dari
banyak pihak akan berkembang sesuai zaman dan realitas yang ada.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dani Vardiansyah. 2005. Filsafat Ilmu Komunikasi suatu Pengantar. Jakarta:


PT.Indeks.

Widia Fithri. 2004. Wacana Filsafat Ilmu. Padang: Pustaka Setia

Asmoro Achmadi. 2007. Filsafat Ilmu . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Susanto . 2013 . Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,


Epistemilogis dan Aksiologis. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet 3 Hal 122

Daud . 2016. Dasar-dasar Ilmu, Knowledge, Science. Jakarta: PT. bumi Aksara

12

Anda mungkin juga menyukai