Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HAKIKAT, DEFINISI, JENIS, DAN SUMBER PENGETAHUAN

Dosen Pengampu : Niken Vioreza, M.Pd

Disusun oleh :

1. Muhammad Akmal Kahar 20188100058


2. Fachmy Said Abad 20188110093
3. Lastri Astuti 20198110011

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP KUSUMANEGARA

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini menjelaskan tentang Hakikat, Definisi, Jenis dan Sumber


Pengetahuan

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan guna memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang
berperan dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................. 1

Kata Pengantar ................................................................................................. 2

Daftar Isi ............................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4

C. Tujuan .................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

1. Hakikat Ilmu Pengetahuan ....................................................................... 6


2. Hakikat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran ............................................. 6
2.1 Definisi Ilmu Pengetahuan ................................................................. 6
3. Hakikat dan Sumber Pengetahuan .......................................................... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 13

Daftar Pustaka .................................................................................................. 14

3
BAB. 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah


Ilmu pengetahuan merupakan produk kegiatan berfikir manusia untuk meningkatkan
kualitas kehidupannya dengan jalan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh. Karena
itulah ilmu pengetahuan akan melahirkan pendekatan baru dalam berbagai penyelidikan. Hal
ini menunjukkan studi tentang keilmuan tidak akan berhenti untuk dikaji bahkan berkembang
sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Harus pula diakui bahwa sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan, tidak terlepas dari sejarah perkembangan filsafat ilmu, sehingga muncullah
ilmuan yang digolongkan sebagai filosof dimana mereka meyakini adanya hubungan antara
ilmu pengetahuan dan filsafat ilmu.
Filsafat ilmu yang dimaksud disini adalah sistem kebenaran ilmu sebagai hasil dari berfikir
radikal, sistematis dan universal. Oleh karena itu, filsafat ilmu hadir sebagai upaya menata
kembali peran dan fungsi ilmu pengetahua dan teknologi sesuai dengan tujuannya, yakni
memfokuskan diri terhadap kebahagiaan umat manusia. Dengan demikian kemajuan ilmu
pengetahuan selama satu setengah abad terakhir ini, lebih banyak dari pada selama berabad-abad
sebelumnya. Hal ini dikarenakan semakin berkembanya zaman, semakin berkembang pula sains
dan teknologi.
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansi maupun historis
karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebailknya perkembangan ilmu
pengetahuan memperkuat keberadaan filsafat.
Pada hakikatnya upaya manusia dengan memperoleh pengetahuan hanya didasarkan pada
tiga masalah pokok, yakni : apa yang ingin diketahui? Bagaimana memperoleh ilmu
pengetahuan itu dan apakah nilai atau manfaat pengetahuan itu?. Ketiga persoalan ini akan
menjadi kajian dalam proses mengetahui ilmu pengetgahuan. Karena ketiga ilmu pengetahuan
diperoleh tanpa memperhatikan apa sebenarya apa yang akan diketahui, bagaimana barusaha
untuk mengetahuinya dan bagaimana ilmu pengetahuan itu bermanfaat baik pada diri sendiri
maupun kepada orang lain.

4
B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud pengetahuan ?

2. Ada berapa jenis pengetahuan ?

3. Ada berapa sumber pengetahuan ?

C. Tujuan

Agar kita dapat mengetahui hakikat pengetahuan, jenis pengetahuan, definisi pengetahuan, dan
sumber pengetahuan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT IlMU PENGETAHUAN


Apa itu hakikat? Hakikat ialah realitas; realitas adalah “real” artinya kenyataan yang
sebenarnya. jadi, hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan
keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang berubah. Jika kita berbicara
tentang teori hakikat, maka sangat luas sekali. Segala yang ada dan yang mungkin ada, yang boleh
juga mencakup pengetahuan dan nilai (hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Oleh karena itu,
kajian hakikat ini dalam kajian filosofis dinamakan ontologi. Dalam makalah ini akan kita bahas
tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, serta nilai kebaikan dan keindahan.

B. HAKIKAT PENGETAHUAN DAN KEBENARAN

Pengetahuan dan kebenaran adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Pengetahun
merupakan hasil dari pencarian sebuah kebenaran. Kebenaran adalah hasil dari rasa ingin tahu.
Jadi antara pengetahuan dan kebenaran selalu bersama-sama. Banyak pendapat tentang
pengetahuan maupun kebenaran yang mengatakan keduanya saling terkait. Akan tetapi banyak
orang masih bingung tentang apa itu pengetahuan ataupun kebenaran.

Berfikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Banyak
orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah mencari kebenaran, namun masalahnya tidak
sampai disitu saja. Problem kebenaran inilah yang memicu tumbuh dan berkembangnya
efestimologi.

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan dalam pandangan filsafat memiliki 3 teori, yakni teori pengetahuan yang
membicarakan cara memperoleh pengetahuan yang disebut epistemologi. Kedua teori hakikat
yang membicarakan pengetahuan itu sendiri yang disebut ontologi. Ketiga, teori nilai yang
membicarakan guna pengetahuan itu yang disebut aksiologi.

6
Ada sebagian ahli yang berpandangan bahwa pengetahuan dengan ilmu tidaklah
berbeda. Pengetahuan bagi mereka tidak ubahnya sebagai ilmu, sehingga ilmu dengan
pengetahuan tidak berbeda. Sebagian lagi memahami bahwa pengetahuan berbeda dengan ilmu
atau ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah. Sebagaimana dinyatakan M. Thoyibi (1994:
35), pengetahuan ilmiah tidak lain adalah ‘a higner level’ dalam perangkat pengetahuan
manusia dalam arti umum sebagaimana kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
menurut Amsal Bakhtiar (2005), pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu.1

Menurut Jujun S. Suriasumantri (1990: 105) pengetahuan pada hakikatnya


merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah
ilmu. Dengan demikian, ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh
manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya, seperti seni dan agama.2

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam Encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah
keparcayaan yang benar (knowledgw is justified true belief).3 Sedangkan Maufur (2008:30),
menjelaskan bahwa ilmu adalah sebagian dari pengetahuan yang memiliki dan memenuhi
persyaratan tertentu, artinya ilmu tentu saja merupakan pengetahuan, tetapi pengetahuan
belum tentu ilmu. Karena pengetahuan untuk dapat dikategorikan sebagai ilmu harus
memenuhi beberapa persyaratan, yakni sistematis, general, rasional, objektif, menggunakan
metode tertentu , dan dapat dipertanggung jawabkan.

Menurut Drs. Sidi Gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan
tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai.
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan
hasil proses usaha dari manusia untuk tahu.4

1
Drs. A. Susanto, M. P.d, Filsafat Ilmu, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 46--47
2
Ibid h. 47
3
Paul Edward , The Encyclopedia of Philosopy, (New York: Macmillan Publishing, 1972), vol. 3
4
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, cet. I, h. 4

7
Menurut kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam
peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) didalam dirinya
sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya
sendiri dalam kesatuan aktif. Orang pragmatis, tertuma John Dewey tidak membedakan
pengetahuan dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi pengetahuan itu harus
benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi. 5

Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka
didalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran.
Burhanuddin salam, menjelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat yaitu:

Pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah
common sense, dan yang diartikan dengan good sense, karena sesorang memiliki sesuatu
dimana ia menerima secara baik. Bola itu dikatakan bulat

1. karena memang berbentuk bulat, air jika dipanaskan akan mendidih dan sebagainya.
Pengetahuan ini diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
2. Pengetahuan ilmu (secience), yaitu ilmu dalam pengertian yang sempit diartikan untuk
menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyektif.
3. Pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat
kontemplatif dan spekulatif. Filsafat membahas segala hal dengan kritis sehingga dapat
diketahui secara mendalam tetntang apa yang sedang dikaji.
4. Pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat utusan-
Nya, sehingga pengetahuan ini bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk
agama. 6

Adapun Scheler membedakan jenis pengetahuan menurut wujudnya dan menurut


ketertiban abadi dari pada realita dalam skala sebagai berikut:

5
Burhabnuddin Salam, Logika Materiil, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, cet. I, h. 28
6
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajawali pres, 2012. Cet. 11, h. 87-88

8
 Pengetahuan theologis
 Pengetahuan filosofis
 Pegetahuan tentang yang lain, baik kolektif maupun individual
 Pengetahuan tentang dunia lahir
 Pengertahuan teknis, dan
 Pengetahuan ilmiah. 7

Abd. Aziz, M.Pd.I membedakan pengetahuan manusia menjadi tiga jenis pengetahuan
yaitu:
1. Pengetahuan Ilmiah: yaitu pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggung jawabkan
kebenarannya secara ilmiah atau dengan menggunakan cara kerja atau metode ilmiah.
2. Pengetahuan Moral: dalam hal moral tidak ada klaim kebenaran yang absah. Penilaian dan
putusan moral adalah soal perasaan pribadi atau produk budaya tempat orang lahir dan
dibesarkan.
3. Pengetahuan Religius: yakni pengetahuan kita tentang Tuhan yang sesungguhnya berada
diluar lingkup pengetahuan manusia. 8

C. Hakikat dan sumber pengetahuan

Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena
manusia adalah makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Manusia
mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini.
Dia memikirkan hal-hal baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun
lebih dari itu manusia mmpunyai tujuan tertentu dalam hidupnya yang lebih tinggi dari sekedar
kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya,
dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di
muka bumi.

7
H. Endang Saifuddin Anshari, MA, Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982, cet III, h. 45
8
Abd. Aziz,M.Pd.I, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: 2009, cet I, h. 95-96

9
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia yang disebabkan oleh dua hal utama,
yakni pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomonikasikan informasi
tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya
dengan cepat dan mantap adalah kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir
tertentu. 9

Ada dua teori untuk dapat mengetahui hakikat dari sebuah pengetahuan. Yaitu teori
Realisme dan idealisme.

a. Teori realisme mengatakan bahwa pengetahuan adalah kebenaran yang sesuai dengan fakta.
Apa yang ada dalam fakta itu dapat dikatakan benar. Dengan teori ini dapat diketahui bahwa
kebenaran obyektif juga di butuhkan bukan hanya mengakui kebenaran subyektif. Contoh
kita mengetahui bahwa pohon itu memang tertancap ditanah karena kenyataannya memang
begitu dan obyeknya terlihat sangat nyata. Jadi teori ini mengakui adanya apa yang
mengetahui dan apa yang diketahui.
b. Teori idealisme memiliki perbedaan pendapat dengan realisme. Pada teori ini dijelaskan
bahwa pengetahuan itu bersifat subyaktif. Oleh karena itu pengetahuan menurut teori ini
tidak menggambarkan hakikat kebenaran, yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran
menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengatahui (subjek).10
Kalau realisme mempertajam perbedaan antara yang mengatahui dan yang diketahui,
idealisme adalah sebaliknya. Bagi idealisme dunia dan bagian-bagiannya harus dipandang
sebagai hal-hal yang mempunyai hubungan seperti organ tubuh dengan bagian-bagiannya.
Sebenarnya realisme dan idealisme memiliki kelemahan-kelamahan tertentu. Realisme ekstrim
bisa sampai pada materialistik atau dualisme.

Dengan adanya kedua teori tersebut dapat dikatakan semua orang memiliki
pengetahuhan walaupun dasar yang mereka pakai berbeda-beda. Selain itu pengetahuan
diperoleh pula dari sumber yang lebih dari satu. Yaitu sumber empirisme, rasionalisme, intuisi
dan wahyu.

9
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1998,
Cet. Ke_ II, h. 40
10
Prof. Dr. Amsal Bahtiar, M.A, Filsafat Ilmu, Opcit. H. 94-96

10
1. Empirisme
menyatakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan pengalaman yang
dialaminya. Teori ini bersifat inderawi jadi antara satu dengan yang lain memiliki perbedaan.
Akal dalam teori ini hanyalahmengelola konsep gagasan inderawi saja dan tidak
dikedepankan. Jhon locke (1632-1704) mengemukakan teori tabula rasa. Maksudnya
manusia pada awalnya kosong kemudian pengalaman mengisi kekosongan tersebut sehingga
menjadi pengetahuan. Pengalaman di dapat dari indera yang awalnya sederhana menjadi
sangat komplek jadi sekomplek apapun pengetahuan akan dapat kembali pada sumbernya
yaitu indera. Jadi pengetahuan yang tidak dapat di indera bukan pengetahuan yang benar
karena indera adalah sumber pengetahuan. Teori ini menjadi lemah karena indera manusia
memiliki keterbatasan.

2. Rasionalisme
Menjelaskan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar
diukur dan diperoleh dari akal. Teori ini membenarkan pemakaian indera untuk memperoleh
pengetahuan akan tetapi harus di olah dengan akal. Jadi sumber kebenarannya adalah akal.
Di sini juga dapat mengetahui tentang konsep-konsep pengetahuan yang abstrak. Namun
toeri ini memiliki kelemahan karena data-data tidak selalu sempurna sehingga akal tidak
dapat menmukan pengetahuan yang benar-benar sempurna.

3. Intuisi
Menerangkan bahwa pengetahuan diperoleh dari pemikiran tingkat tinggi. Kegiatan intuisi
dan analisis bisa saling membantu untuk menemukan kebenaran. Mereka yang
menggunakan intuisi biasanya memperoleh pengetahuan dengan perantara hati bukan indera
maupun akal. Sehingga teori ini menggunakan metode perenungan yang mendalam untuk
mencari kebenaran.

4. Wahyu
Mmenjelaskan bahwa pengetahuan di peroleh langsung dari Tuhan melalui perantara Nabi.
Pengetahuan yang seperti ini tidak memerlukan waktu untuk berfikir ataupun merenung.
Pengetahuan didapatkan kemudian dikaji lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan

11
keyakinan tentang kebenarannya. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang melakukan
penelitian terlebih dahulu baru kemudian mendapat pengetahuan dan di ketahui
kebenarannya.Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan
seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transedental,
seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia, dan segenap isinya serta
kehidupan di akhirat nanti.11

11
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, opcit, hal. 94-110

12
BAB III
KESIMPULAN

Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek

tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Dengan demikian, ilmu merupakan bagian dari

pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya, seperti seni

dan agama. Hakikat pengetahuan dapat diketahui melalui dua teori yaitu realisme dan idealisme.

Sedangkan sumber pengetahuan dapat diketahui melalui teori emperisme, rasionalisme, intuisi dan

wahyu. Pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yakni pengetahuan biasa, penegetahuan

ilmu (secience), pengetahuan filsafat, dan pengetahuan agama.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adib, muhammad, Filsafat Ilmu, Yogjakarta:Pustaka Pelajar, 2011.

Ahmad Khudori Saleh, M.Ag. Wacana Baru Filsafat Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012

Abd. Aziz, M.PdI, Filasafat Pendidikan Islam.Yogyakarta: Teras, 2009

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010.

Drs. A. Susanto, M. P.d, Filsafat Ilmu, Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan,1998

14

Anda mungkin juga menyukai