FILSAFAT BARAT 1
RASIONALISME, EMPIRISME, KRITISISME
Oleh:
Kelompok 1 Kelas Reguler A
1. Ade Irma
2. Anggi Nur R
3. Aniv Fauziyah Putri Wibowo
4. Weni Febrianti
Dengan mengucap puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya penyusun
dapat menyelesaikan tugas ini, yang berjudul “FILSAFAT BARAT 1
RASIONALISME, EMPIRISME, KRITISISME”
Penyusun makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan dan
arahan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Hj. Endang Setyaningsih SKM.,S.ST.,MM.Kes selaku direktur Politeknik
Kesehatan Bhakti Pertiwi Husada.
2. Siti Fatimah, M.Hum selaku dosen pengampu, yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan serta motivasi kepada kami.
3. Orang tua yang telah memberikan dorongan moral dan materi.
4. Rekan-rekan mahasiswi D4 Politeknik Kesehatan Bhakti Pertiwi Husada
angkatan 2017.
5. Semua pihak yang telah membantu, memberi dukungan dan do’a.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, hal ini di karenakan keterbatasan
waktu, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu
penyusun sangat sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya sangat
membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................................. 1
C. Manfaat ............................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 3
A. Definisi Filsafat .................................................................................................. 3
B. Filsafat Barat (Madzhab Rasionalisme, Madzhab Empirisme, Madzhab
Kritisisme) ................................................................................................................ 10
BAB III STUDI KASUS ............................................................................................. 32
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................... 34
BAB V KESIMPULAN .............................................................................................. 37
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 37
B. Saran .................................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafah di ambil dari bahasa Arab. Filsafah berasal dari bahasa Yunani
philosophia, kata majemuk yang terdiri dari dua kata philos artinya cinta atau
suka, dan kata shopia yang artinya bijak. Dengan demikian jelas bahwa
kebijaksanaan itu belum di raih. Seorang filsuf adalah orang yang sedang
mencari kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah usaha manusia dengan
akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang memuaskan
hati. (Harun,1980:7-8)
Mempelajari filsafat Yunani berarti menyaksikan kelahiran filsafat.
Filsafat dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng yang memberitakan
tentang asal mula segala sesuatu baik dunian maupun manusia.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut maka makalah ini memiliki tujuan
yaitu:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui definisi filsafat barat 1.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi filsafat
b. Untuk mengetahui rasionalisme
c. Untuk mengetahui empirisme
d. Untuk mengetahui kritisisme
1
2
C. Manfaat
A. Definisi Filsafat
1. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat tidak dapat dipahami secara utuh sebelum kita
mengetahui ruang lingkup kajian dan persoalan-persoalan yang
ditanganinya. Di samping itu, para filsuf sendiri mempunyai pandangan yang
berbeda mengenai arti, objek, metode, tujuan dan nilai filsafat. Pendefinisian
filsafat secara tegas tidak akan mudah dilakukan sekarang. Akan tetapi
dengan segala keterbatasan, kami akan kemukakan arti-arti terpenting dari
kata filsafat itu sebagai berikut :
a. Filsafat dalam arti Cinta Kebijaksanaan (Hikmah)
Ini adalah arti deri fatif dari kata filsafat. Konon phytagoras,
seorang filsuf yunani klasik, mengambil kata “filsafat” dari dua kata
berbahasa yunani, yaitu philo dan shopia. Philo berarti cinta, sedangkan
shopia berarti bijaksana. Jadi, kata philoshopia cinta kepada
kebijaksanaan.
Orang-orang yunani sebelum phytagoras mengartikan kata shopia
sebagai kemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, seperti
perdagangan dan pelayaran. Kemudian, maknanya berkembang dan
digunakan sebagai istilah untuk kecakapan dibidang syair dan musik, juga
dapat berarti mereka yang memiliki ketajaman pikiran dan prilaku yang
baik. Pada akhirnya, makna ini berkembang lagi dan digunakan untuk
menyebut jenis pengetahuan tertinggi, yakni pengetahuan yang bisa
mengantarkan kita untuk mengetahui kebenaran murni.
3
4
4. Kajian-Kajian Filsafat
Dalam hal ini ada dua kelompok filsuf, yaitu:
a. Kelompok pertama, mereka mengingkari filsafat metafisika.
b. Krlompok kedua, mereka memperluas wilayah filsafat sampai mencakup
semua objek pengetahuan manusia, sehingga setiap lapangan
pengetahuan mempunyai wilayah filsafatnya sendiri.
Adapun untuk klasifikasi kajian-kajian filsafatnya antara lain:
1) Filsafat teoritis (tujuannya untuk mengetahui kebenaran, serta
mencakup matematika, ilmu-ilmu alam dan teologi)
2) Filsafat praktis (tujuannya untuk aplikasi praktis khususnya pada
bidang etika, politik keluarga dan politik negara)
Adapula yang membaginya menjadi filsafat ketuhanan, filsafat alam dan
filsafat manusia. Pada kajian ini untuk objek-objek yang dibahas ada
pembatasannya antara lain:
a) Studi tentang Being (ontologi)
b) Studi tentang pengetahuan (epistemologi)
c) Studi tentang nilai (aksiologi)
Sebelum mempelajari kajian-kajian secara terperinci, ada dua catatan
penting yaitu:
1) Seringkali dalam buku-buki filsafat kita menemukan kata metafisika
yang berarti “sesuatu diluar alam (fisik)”.
2) Ada satu kelompok yang memperluas lapangan filsafat.
Namun lebih dari itu mereka menyertakan ilmu-ilmu lain didalamnya
yakni:
a) Filsafat Hukum
b) Filsafat Agama
c) Filsafat Sejarah
d) Filsafat Politik
9
3) Wujud jiwa
Sesungguhnya keraguan terhadap segala sesuatu dalam
pengetahuan kita dapat menyampaikan kita kepada sebuah
kebenaran yang tidak diragukan. Maka, manakala akan
meragukan bahwa aku sedang melakukan kerja berfikir dan
kerja berfikir ini mesti ada pelaku yang mempunyai
pemikiran, aku mesti ada supaya aku bisa berfikir. Begitulah
descartes mengucapkan ungkapan terkenalnya cogito ergo
sum (aku berfikir maka aku ada). Disini kita melihat bahwa
descartes menetapkan wujud jiwa dan bukan badan, karena
descartes berbicara tentang zat yang berfikir, bukan badan
yang dapat di indera.
4) Bukti adanya Allah
Setelah discartes membuktikan eksistensi jiwa, ia mulai
melangkah untuk membuktikan eksistensi Allah.
Bukti pertama : disini Discartes meminjam metode keraguan,
dengan urutan berikut:
a) Keraguan adalah bukti bahwa manusia menyadari bahwa
dirinya bersifat kurang dan terbatas
b) Akan tetapi manusia tidak akan menyadari kekurangan
yang ada pada dirinya kecuali jika ia memiliki (konsep)
tentang “eksistensi yang betul-betul sempurna”
c) Tak mungkin konsep tentang “kesempurnaan” mampu
diwujudkan oleh manusia dalam dirinya, karena dirinya
adalah eksistensi yang bersifat kurang tidak bisamenjadi
sumber dari sesuatu yang sempurna.
d) Jadi, ide (konsep) tentang kesempurnaan diletakan dalam
jiwa kita oleh suatu eksistensi yang sungguh sempurna,
yaitu Allah.
16
3. Madzhab Kritisisme
Dua aliran berbeda dalam kajiannya tentang wujud (being) dan
pemahamannya tentang pengetahuan manusia. Aliran pertama adalah
aliran Rasionalisme yang bertolak dari akal (rasio). Para filsuf aliran ini
berpendapat bahwa wujud hakiki adalah wujud yang kita rasionalisasikan.
Aliran kedua adalah aliran Empirisme yang bertolak dari persepsi dan
pengalaman inderawi, baik mereka yang memperluas kawasan
pengetahuan manusia sehingga menjadikan pengalaman inderawi dan
29
keaktifan jiwa sebagai sumbernya. Kedua aliran ini berbeda tolak pijakan.
Perbedaan ini semakin menajam pada abad ke-17 dan ke-18 M. Filsafat
ini tidak murni rasional dan juga tidak murni empiric, namun
menggabungkan antara unsure-unsur dari kedua aliran.
Kritik adalah salah satu cara untuk memverifikasi berbagai
pendapat dan membebaskan berbagai pemikiran dari keyakinan sebagai
pemikiran-pemikiran yang ajeg (mantap tak berubah-ubah). Ini menurut
observasi cermat serta kesadaran sempurna yang memungkinkan untuk
mengetahui sesuatu yang terselubung dan menjelaskan yang samar. Kritik
juga merupakan satu jenis analisa, dimana seorang pengkritik akan
menganalisa satu konsep (ide) atau ungkapan untuk menjelaskan
kebenaran dan kesalahan yang ada padanya.
a. Immanuel Kant ( 1723-1804 M )
1) Riwayat Hidup
Immanuel Kant melakukan terobosan orientasi baru
dalam pemikiran yang kemudian mendominasi pemikiran
pada abad ke-19 M. Kant mampu menciptakan suatu pola
(model) filsafat yang dianggap paling mengagumkan dalam
filsafat modern. Ada tiga buku besarnya yang menjadi
penopang kesuksesannya ini, yaitu : Kritik Akal Murni
(Critique of Pure Reason), Kritik Akal Praktis (Critique of
Practical Reason), dan Kritik Hukum (Critique of Judgment)
Kant mengakui adanya wujud alam inderawi dan
dianggapnya sebagai fenomena bagi entitas hakiki di
baliknya. Karena itu, ia membedakan dua jenis wujud.
1. Segala sesuatu yang tampak terlihat di hadapan kita
(penampakan luar) atau fenomena
2. Segala sesuatu pada zatnya atau hakikat intinya (The thing
in its self) atau noumena
30
32
33
“Memotong tali pusat bayi menggunakan parang, pisau dapur, sampai pecahan
kaca itu bisa dilakukan masyarakat di pedalaman,” kata Bidan Agnes
Peralatan seadanya memunculkan faktor risiko infeksi yang dapat
mengakibatkan kematian bayi atau si ibu. Oerdarahan dan infeksi menjadi penyebab
langsung utama kematian ibu melahirkan. Masyarakat di pedalaman juga masih
memegang tradisi melahirkan harus di luar rumah utama. Jika sampai setetes darah
itu mengenai rumah utama dipercaya kesialan atau musibah akan terjadi. Keluarga itu
misalnya, akan susah mendapat buruan rusa di hutan atau ikan di rawa. Karena itu,
adat setempat menekankan perempuan hamil harus bersalin di luar rumah. Biasanya
si ibu dibuatkan pondok dari ranting kayu seadanya di halaman belakang rumah atau
di hutan.
Ibu dan bayinya baru boleh kembali ke rumah setelah benar-benar bersih.
Persalinan itu biasanya di bantu dukun beranak atau orang tua. “biasanya setelah
seminggu melahirkan, baru ibu dan bayinya diperbolehkan masuk rumah.” Ungkap
Agnes
Ketika hendak mencegah praktik itu dan menolong persalinan dengan keahlian
kebidanannya demi keselamatan bayi dan si ibu, ia justru dilarang dengan alasan adat
dan tradisi. Namun, Agnes berkeras tetap mendampingi persalinan dan bersiap-siap
jika terjadi kemungkinan teburuk.
“mereka jarang memanggil bidan, kalaupun ada warga yang memanggil bidan
tetap tidak mau dibantu” ujar Agnes
Ia pernah diminta membantu persalinan, tetapi baru di panggil setelah kepala si
bayi mulai keluar. Ia bersyukur persalinan berjalan baik sehingga ibu dan bayinya
selamat.
Pendekatan dan penyuluhan kesehatan pun ia lakukan. Seiring berjalannya
waktu, upaya itu berhasil. Masyarakat di tempatnya bertugas mulai percaya
kepadanya untuk menolong setiap persalinan.
BAB IV
PEMBAHASAN
34
35
meneruskan budaya panggang api. Hal tersebut sesuai teori Immanuel Kant tentang
mazhab kritisme dalam Ismail (2012) bahwa salah satu cara memverifikasi berbagai
pendapat dan membebaskan berbagai pemikiran dari keyakinan sebagai pemikiran-
pemikiran yang ajeg (mantap tak berubah) yaitu dengan kritik.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di
universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka.
Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun
pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami
pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge,
Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi
bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah
menyebarkan ajaran yang dilarang oleh Negara.
2. Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Réne Descartes, Leibniz,
Aristoteles, Francis Bacon, John Locke, David Hume, John Stusrt Mills,
Immanuel Kant.
3. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini bisa menambah wawasan bagi mahasiswa
mengenai definisi filsafat dan filsafat barat.
2. Bagi Poltekes Bhakti Pertiwi Husada
Diharapkan untuk menambah referensi buku tentang ilmu filsafat
agar dapat membantu melancarkan kegiatan pembelajaran.
3. Bagi Penulis
Diharapkan penulis mampu menguasai materi yang telah ditugaskan
dan juga paham mengenai definisi filsafat dan filsafat barat.
37
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, F.F. 2012. Cara Mudah Belajar Filsafat. Yogyakarta: Diva Press.