Anda di halaman 1dari 42

Makalah Humaniora

FILSAFAT BARAT 1
RASIONALISME, EMPIRISME, KRITISISME

Dosen Pembimbing: Siti Fatimah, M.Hum

Oleh:
Kelompok 1 Kelas Reguler A
1. Ade Irma
2. Anggi Nur R
3. Aniv Fauziyah Putri Wibowo
4. Weni Febrianti

POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI PERTIWI HUSADA


CIREBON
2016
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya penyusun
dapat menyelesaikan tugas ini, yang berjudul “FILSAFAT BARAT 1
RASIONALISME, EMPIRISME, KRITISISME”
Penyusun makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan dan
arahan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Hj. Endang Setyaningsih SKM.,S.ST.,MM.Kes selaku direktur Politeknik
Kesehatan Bhakti Pertiwi Husada.
2. Siti Fatimah, M.Hum selaku dosen pengampu, yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan serta motivasi kepada kami.
3. Orang tua yang telah memberikan dorongan moral dan materi.
4. Rekan-rekan mahasiswi D4 Politeknik Kesehatan Bhakti Pertiwi Husada
angkatan 2017.
5. Semua pihak yang telah membantu, memberi dukungan dan do’a.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, hal ini di karenakan keterbatasan
waktu, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu
penyusun sangat sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya sangat
membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Cirebon, 24 November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................................. 1
C. Manfaat ............................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 3
A. Definisi Filsafat .................................................................................................. 3
B. Filsafat Barat (Madzhab Rasionalisme, Madzhab Empirisme, Madzhab
Kritisisme) ................................................................................................................ 10
BAB III STUDI KASUS ............................................................................................. 32
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................... 34
BAB V KESIMPULAN .............................................................................................. 37
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 37
B. Saran .................................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafah di ambil dari bahasa Arab. Filsafah berasal dari bahasa Yunani
philosophia, kata majemuk yang terdiri dari dua kata philos artinya cinta atau
suka, dan kata shopia yang artinya bijak. Dengan demikian jelas bahwa
kebijaksanaan itu belum di raih. Seorang filsuf adalah orang yang sedang
mencari kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah usaha manusia dengan
akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang memuaskan
hati. (Harun,1980:7-8)
Mempelajari filsafat Yunani berarti menyaksikan kelahiran filsafat.
Filsafat dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng yang memberitakan
tentang asal mula segala sesuatu baik dunian maupun manusia.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut maka makalah ini memiliki tujuan
yaitu:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui definisi filsafat barat 1.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi filsafat
b. Untuk mengetahui rasionalisme
c. Untuk mengetahui empirisme
d. Untuk mengetahui kritisisme

1
2

C. Manfaat

Berdasarkan tujuan, makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat:


1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan
pengetahuan mengenai definisi filsafat barat khususnya tetang
Rasionalisme, Empirisme, Kritisisme meningkatkan perkembangan dan
kemajuan ilmu yang sesuai dengan filsafat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
definisi filsafat barat khususnya tetang Rasionalisme, Empirisme,
Kritisisme
b. Bagi Politeknik Kesehatan Bhakti Pertiwi Husada
Makalah ini diharapkan dapat menjadi landasan pelaksanaan
program kegiatan bimbingan, pembinaan dan konseling dalam upaya
peningkatan pengetahuan dengan filsafat ilmu.
c. Bagi Penulis
Maklah ini diharapkkan dapat meningkatkan pengetahuan
tentang definisi filsafat barat khususnya tetang Rasionalisme,
Empirisme, Kritisisme
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Filsafat
1. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat tidak dapat dipahami secara utuh sebelum kita
mengetahui ruang lingkup kajian dan persoalan-persoalan yang
ditanganinya. Di samping itu, para filsuf sendiri mempunyai pandangan yang
berbeda mengenai arti, objek, metode, tujuan dan nilai filsafat. Pendefinisian
filsafat secara tegas tidak akan mudah dilakukan sekarang. Akan tetapi
dengan segala keterbatasan, kami akan kemukakan arti-arti terpenting dari
kata filsafat itu sebagai berikut :
a. Filsafat dalam arti Cinta Kebijaksanaan (Hikmah)
Ini adalah arti deri fatif dari kata filsafat. Konon phytagoras,
seorang filsuf yunani klasik, mengambil kata “filsafat” dari dua kata
berbahasa yunani, yaitu philo dan shopia. Philo berarti cinta, sedangkan
shopia berarti bijaksana. Jadi, kata philoshopia cinta kepada
kebijaksanaan.
Orang-orang yunani sebelum phytagoras mengartikan kata shopia
sebagai kemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, seperti
perdagangan dan pelayaran. Kemudian, maknanya berkembang dan
digunakan sebagai istilah untuk kecakapan dibidang syair dan musik, juga
dapat berarti mereka yang memiliki ketajaman pikiran dan prilaku yang
baik. Pada akhirnya, makna ini berkembang lagi dan digunakan untuk
menyebut jenis pengetahuan tertinggi, yakni pengetahuan yang bisa
mengantarkan kita untuk mengetahui kebenaran murni.

3
4

b. Filsafat dalam Arti Umum


Dalam arti ini, filsafat digunakan untuk menyebut berbagai
pertanyaan yang muncul dalam fikiran manusia tentang berbagai
kesulitan yang dihadapinya, serta berusaha untuk menemukan solusi yang
tepat. Misalnya ketika kita menanyakan: “ siapakan kita?”, “dari manakan
kita berasal?”, “mengapa kita ada disini?”, “kemana kita akan berlalu?”,
“apakah kebenaran dan kebatilan itu?”, “bagaimanakah karakter alam?”,
“apakah ia memeiliki tujuan?”, “bagaimana kedudukan manusia dialam
ini?”, dan seterusnya.
Beginilah aristoteles memahami filsafat, ketika ia menyebutnya
sebagai sebuah nama sebagai ilmu dalam arti yang paling umum.
Pemahaman filsafat seperti ini selanjutnya berkembang dalam pemikiran
islam. Sejalan dengan ini, abu nashr al-farabi mengatakan : “tidak ada
sesuatupun dialam ini yang tidak bisa dimasuki oleh filsafat”.
c. Filsafat dalam Arti Khusus
Filsafat dalam arti ini, sinonim dengan kata sistem dari sebuah
mazhab tertentu. Arti seperti ini akan langsung terbentuk dalam fikiran
kita, ketika kata filsafat dirangkaikan dengan nama salah seorang filsuf,
misalnya filsafat aristoteles atau filsafat flato. Perangkaian kata filsafat
dengan nama seorang filsuf tertentu mengindikasikan bahwa setiap filsuf
dengan aktifitas filsafat yang dilakukannya bermaksud membangun suatu
bentuk penafsiran yang lengkap dan menyeluruh terhadap segala sesuatu.
d. Filsafat dalam Ari Universal
Dalam arti ini, filsafat berarti pengetahuan terhadap wujud (being)
dalam universalitasnya dan bukan partikularitasnya. Arti seperti ini akan
terlintas dalam benak kita, ketika kita melakukan komparasi
(perbandingan) antara filsafat dengan ilmu-ilmu partikular (juz’iyah) yang
mengkaji alam ini dalam berbagai aspeknya. Terkait dengan arti universal
filsafat tersebut, Plato juga pernah mendeskripsikan filsuf sebgai orang
5

yang mampu melihat alam kosmik secara menyeluruh sekaligus


menguasai zaman secara menyeluruh pula.
e. Filsafat dakam Arti Hikmah Kehidupan
Dalam arti ini, filsafat dipahami sebagai oreintasi yang
mencerahkan kehidupan sesuai dengan tuntutan akal. Filsuf bukanlah
seseorang yang hidup dalam menara gading dan mengasingkan diri dari
kehidupan masyarakat, seperti yang selama ini digambarkan oleh banyak
orang. Bahkan, filsuf adalah pribadi yang hidup menyatu dengan
masyarakat dan berbagai persoalannya.

2. Filsafat dan Agama


a. Arti Agama
Disebutkan dari salah satu kamus bahasa Arab bahwa “ Agama
adalah satu bentuk ketetapan Ilahi yang mengarahkan mereka yang
berakal dengan pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan Ilahi tersebut
kepada kebaikan hidup dunia dan kebaikan hidup di akhirat”.
b. Hubungan Filsafat dan Agama
Filsafat Yunani muncul terpisah dari agama Yunani yang penuh
dengan khurafatdan mitos. Hal ini berbanding terbalik dengan bangsa
Yahudi yang sangat mengagumi filsafat Yunani dan menganggapnya
sebagai medan berfikir untuk akal, sambil tetap berpegang pada kitab suci
mereka berserta ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya. Karena itu
mereka berusaha untuk membungkus keyakinan agama mereka dengan
pola filsafat. Menurut mereka tujuan filsafat adalah untuk berbakti kepada
hidup beragama.
c. Hubungan Filsafat dan Islam
Namun sesungguhnya, ajaran-ajaran islam yang luhur
menganjurkan kita untuk membangun basis keimanan kita diatas dasar
rasionalitas. Islam senantiasa mendorong kita untuk menggunakan fikiran
6

(akal). Al-Qur’an mengingatkan sekaligus memerintahkan manusia untuk


menggunakan panca indra dan akal yang diberikan Allah kepadanya (QS.
al-Nahl: 78, al-A-rᾰf: 185, al-Dzᾰriyᾰt:21).
Oleh karena itu, para filsuf muslim menyerukan untuk
menyelaraskan antara filsafat dengan agama, karena sesungguhnya antara
keduanya memang sama sekali tidak ada pertentangan.
d. Harmonisasi antara Filsafat dengan Agama di Kalangan Filsuf Muslim
Ciri paling khusus dari filsafat Islam adalah bahwa secara
keseluruhan ia merupakan usaha yang diarahkan untuk
mengkompromikan antara filsafat dan agama. Berikut ini adalah empat
persoalan yang mencerminkan sebagian usaha para filsuf yaitu:
1) Ketuhanan
2) Pencipta Alam
3) Kekekalan Ruh
4) Teori Kenabian
3. Filsafat dan Ilmu
a. Yang Dimaksud dengan Kata “Ilmu”
Ilmu merupakan ilmu-ilmu eksakta (ilmu alam, kimia dan cabang-
cabangnya), yakni ilmu-ilmu yang pembahasan dan bentuknya
berdasarkan aspek keantitas, sehingga kadang-kadang ilmu-ilmu tersebut
dinamakan dengan ilmu-ilmu eksakta kuantitatif.
b. Hubungan Ilmu dan Filsafat Dalam Sejarah
1) Filsafat Mencakup Pengertian Ilmu
2) Independensi Ilmu Pengetahuan dari Filsafat
3) Kerjasama antara Ilmu dan Filsafat Dewasa Ini
a) Yang disajikan filsafat untuk ilmu
(1) Pertama, filsafat mengkaji sebagian objek ilmiah secara
rasional-teoritis.
7

(2) Kedua, filsafat ilmu oleh sebagian filsuf kontemporer


diangggap sebagai pengantar kajian metafisika, yang juga
merupakan wujud lain dari kerja sama antara filsafat dan ilmu.
(3) Ketiga, banyak ilmuan yang menggunakan cara dan metode
tertentu dalamkajiannya, namun kadang-kadang mereka tidak
memahami cara dan metode tersebut.
b) Yang diterima filsafat dari ilmu
(1) Pertama, filsuf kontemporer menjadikan sebagian hakikat
ilmiah sebagai dasar filsafatnya.
(2) Kedua, dependensi terhadap konklusi-konklusi ilmiah ini
bukanlah hal baru di dunia filsafat.
(3) Ketiga, dalam orientasinya untuk mengkaji realitas, filsafat
kontemporer terpengaruh oleh ilmu-ilmu alam.
(4) Keempat, para filsuf empirisisme juga terpengaruh oleh
metode ilmiah.
(5) Kelima, kajian ilmiah menuntut kerjasama seorang ilmuan
dengan kolega-koleganya untuk sampai pada suatu hakikat
(kebenaran murni). Hal ini juga dilakukan oleh para filsuf
dewasa ini.
c. Perbuatan Antara Ilmu dan Filsafat
Ada beberapa segio-segi perbedaan antara ilmu dan filsafat antara lain:
1) Dari segi objek
2) Dari segi metode
3) Pengaruh ilmu dan filsafat dalam kehidupan manusia
8

4. Kajian-Kajian Filsafat
Dalam hal ini ada dua kelompok filsuf, yaitu:
a. Kelompok pertama, mereka mengingkari filsafat metafisika.
b. Krlompok kedua, mereka memperluas wilayah filsafat sampai mencakup
semua objek pengetahuan manusia, sehingga setiap lapangan
pengetahuan mempunyai wilayah filsafatnya sendiri.
Adapun untuk klasifikasi kajian-kajian filsafatnya antara lain:
1) Filsafat teoritis (tujuannya untuk mengetahui kebenaran, serta
mencakup matematika, ilmu-ilmu alam dan teologi)
2) Filsafat praktis (tujuannya untuk aplikasi praktis khususnya pada
bidang etika, politik keluarga dan politik negara)
Adapula yang membaginya menjadi filsafat ketuhanan, filsafat alam dan
filsafat manusia. Pada kajian ini untuk objek-objek yang dibahas ada
pembatasannya antara lain:
a) Studi tentang Being (ontologi)
b) Studi tentang pengetahuan (epistemologi)
c) Studi tentang nilai (aksiologi)
Sebelum mempelajari kajian-kajian secara terperinci, ada dua catatan
penting yaitu:
1) Seringkali dalam buku-buki filsafat kita menemukan kata metafisika
yang berarti “sesuatu diluar alam (fisik)”.
2) Ada satu kelompok yang memperluas lapangan filsafat.
Namun lebih dari itu mereka menyertakan ilmu-ilmu lain didalamnya
yakni:
a) Filsafat Hukum
b) Filsafat Agama
c) Filsafat Sejarah
d) Filsafat Politik
9

Kajian-kajian yang membahas persoalan yaitu:


a. Studi Tentang Wujud (Ontologi)
Filsafat bertanggung jawab pada kajian “wujud” ini dan berusaha
untuk mengetahui berbagai seginya, agar dapat memenuhi kebutuhan
manusia yang tak bisa dipenuhi oleh ilmu-ilmu partikular.
b. Studi Tentang Pengetahuan (Epistemologi)
Ontologi dan ilmu-ilmu lain didasarkan pada asumsi bahwa
dengan kemampuannya, manusia dapat mengetahui hakikat segala
sesuatu dan mengetahui berbagai karakter hal-hal yang eksistensial.
Dari sinilah timbul pertanyaan-pertanyaan yang merubakan objek
kajian epidemologi (teori pengetahuan). Pembahasan tentang ilmu-
ilmu pengetahuan dimulai sejak masa-masa para filsuf Yunani.
Kajian tentang ilmu pengetahuan (epidemologi) telah menjadi kajian
yang berdiri sendiri (independen).
c. Studi tentang Nilai (Aksiologi)
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang secara khusus
mengkaji cita-cita, sistem nilai atau nilai-nilai mutlak (tertinggi),
yaitu nilai-nilai yang dianggap sebagai “tujuan utama”. Nilai-nilai ini
dalam filsafat adalah al-haq (kebenaran), kebaikan dan keindahan.
Pembahasan tentang nilai dibagi kedalam tiga cabang yaitu:
1) Logika, yang membahas tentang nilai kebenaran yang membantu
kita untuk berkomitmen pada kebenaran dan menjauhi
kesalahan, serta menerangkan bagaimana seharusnya berfikir
secara benar itu.
2) Etika, yang membahas nilai kebaikan dan berusaha membantu
kita dalam mengarahkan kita kepada apa yang seharusnya
dilakukan, membatasi makna kebaikan, keburukan, kewajiban,
perasaan serta tanggung jawab moral.
10

3) Ilmu Estetika, yang membahas nilai keindahan dan berusaha


membantu kita dalam meningkatkan rasa keindahan dengan
membatasi tingkatan-tingkatan yang menjadi standar dari sesuatu
yang indah.
B. Filsafat Barat (Mazhab-Mazhab dan Aliran-Aliran Terpenting) dari Masa
Yuani Sampai Modern
Mazhab yang dimaksut adalah orientasi dan kecenderungan utama yang
dijadikan oleh para filsuf sebagai landasan penafsiran tentang wujud (Being)
dan pengetahuan (Ismail: 2012).
Menurut (Ismail, 2012) ada tiga Mazhab dari masa Yunani sampai
Modern atau Barat satu yaitu: Rasionalisme, Empirisme, Kritisisme.
1. Mazhab Rasionalisme
Para filsuf rasionalisme adalah mereka yang: pertama mengatakan
bahwa kekuatan akal pada diri manusia –yang dalam padangan mereka
merupakan suatu kekuatan instinktif- adalah sumber dari semua ilmu
yang hakiki, atau merupakan sumber dari dua sifat dari ciri ilmu hakiki
secara khusus, yaitu urgensitas (dharurah) dan kebenaran mutlak (al-
ahidq al-mutlhaq).
a. PLATO (427-347 SM)
1) Riwayat Hidupnya
Dia adalah seorang filsuf Yunani dan dilahirkan di
Athena. Ketika mengetahui kemasyhuran Sokrates (419-399
SM), segeralah ia berguru kepadanya. Pada saat itu usianya
sudah mencapai 20 tahun. Plato tetap belajar pada Sokrates
sampai gurunya itu dihukum mati. Kemudian, Plato
meninggalkan Athena dan berkelana keberbagai wilayah
Eropa, Afrika, dan Asia pada saat usianya 28 tahun. Di antara
wilayah-wilayah yang pernah disinggahinya adalah Mesir,
Persia, dan India. Petualangan tersebut menambah
11

pengalaman keilmuannya. Ketika ia kembali ke Athena pada


usia 40 tahun, ia segera membangun sekolah akademia yang
terkenal. Itulah universitas pertama dalam sejarah klasik.
Disana, Plato mulai mengajar dan menulis selama 40 tahun.
Buku-buku Plato banyak berisi dialog-dialog yang
meliputi berbagai persoala yang dianalisa dan
didiskusikannya, diantaranya tentang kekekalan, cinta, agama,
demokrasi, diktatorisme, komunisme, persamaan pria dan
wanita, keluarga berencana, perbaikan keturunan, pendidikan,
etika, seni music,analisa jiwa dan sebagainya. (Ismail: 2012).
2) Pandangan Tentang Wujud (Being)
Teori Plato tentang wujud bergerak naik dari wilayah
inderawi kepada wilayah rasional sembari menundukan
wilayah inderawi di bawah wlayah rasional. Wujud hakiki
menurut Plato adalah idea.
Idea adalah suatu makna rasional yang tetap dan satu,
serta bertentangan dengan hal-hal inerawi atau hal-hal
partikular yang banyak dan berubah. Hal-hal inderawi
tersebut berasosiasi, berasimilasi, atau mendekati yang idea
itu.
a) Idea Matematika :seperti keserupaan, singularitas dan
pluralitas
b) Idea Nilai :seperti keadilan, keindahan dan kebaikan
c) Idea Alamiah :seperti manusia dan makhluk hidup lainnya,
api dan air
Plato menggambarkan idea maskulinitas sebagai cahaya
berkilau yang dikelilingi oleh ribuan cermin. Ada yang
cekung, cembung, berkarat, bersih, retak dan mulus. Setiap
cermin mencerminkan gambaran-gambaran maskulinitas yang
12

ada di tengah-tengah setiap cermin. Meski demikian, kita


tidak mendapatkan adanya refleksi (pantulan) gambaran yang
betul-betul mirip antara yang satu dengan yang lain, karena
setiap gambaran dalam pembentukannya bergantung pada
karakter permukaan cermin yang memantulkannya. Dari
sinilah timbul perbedaan di antara banyak laki-laki, atau
muncul gambaran-gambaran maskulinitas yang berbeda.
3) Allah
Plato mendeskripsikan Allah sebagai “Yang Berakal”,
“Penggerak”, “Pengatur”, “Indah”, “Baik”, “Adil”,
“Sempurna tak beraneka”, “Tetap tak berubah”, “Jujur”, “Tak
berdusta”, “Slalu hadir” (omnipresent). Plato melihat bahwa
“kita tidak wajib menjadikan Tuhan Yang Maha Tinggi
sebagai objek kajian, karena hal itu termasuk kesesatan dan
dosa”. Bukti eksistensi Allah menurut Plato adalah
Keteraturan Kosmik, dan Adanya Gerakan.
4) Jiwa
Plato berpendapat bahwa jiwa bersifat abadi, karena
pengetahuan kita terhadap berbagai hakikat dalam jiwa
merupakan bukti dari eksistensi jiwa dimasa lalu dalam dunia
ide serta bukti dari sifat tahu dan sifat lupa akan berbagai
hakikat, ketika ia bersatu dengan badan. Manusia dapat saja
secara tiba-tiba mengingat apa yang pernah diketahuinya pada
masa lalu. Plato membagi jiwa kedalam tiga daya, yakni :
a) Daya fikir yang berpusat dikepala
b) Daya marah yang berpusat di dada
c) Daya nafsu yang berpusat di perut dan di bawah perut
13

5) Pandangannya Tentang Pengetahuan


Plato adalah filsuf pertama yang mengkaji persoalan
pengetahuan secara intensif dan mendeskripsikannya dari
berbagai seginya. Plato dengan seolah-olah sokrates yang
berucap bertanya-tanya dalam salah satu dialognya, “apa itu
pengetahuan?”, kemudian ia jawab sendiri bahwa
pengetahuan itu bukan persepsi, sensoris karena pengetahuan
dalam pandangannya bersumber dari akal.
Plato berpendapat bahwa pengetahuan pada dasarnya
bersifat natural. Artinya banhwa manusia tidak
memperolehnya lewat indera, karena jiwa seperti yang telah
kami sebutkan sebelum turun ke alam ini telah berada di
dunia ide. Ketika ia turun ke alam, maka ia terbelenggu ke
dalam tubuh yang membuatnya terhalang dari pengetahuan
masa lalunya.
Debat menurun, pikiran turun dari alam rasional ke
berbagai imu untuk menghubungkan ilmu-ilmu itu dengan
prinsip-prinsipnya dan terus turun menuju persoalan-
persoalan inderawi untuk menafsirkannya. Sarana debat
menurun ini adalah devisi logika, karena genre tersebut
membagi jenis ke dalam macam-macamnya.
b. Rene Descartes (1596-1650 M)
1) Riwayat hidupnya
Descartes adalah filsuf prancis yang dilahirkan pada
tanggal 31 Maret 1596 M diwilayah Tourine Prancis. Ia
mempelajari bahasa-bahasa kuno, sastra (prosa dan syair),
geografi, sejarah, astronomi, filsafat dan teologi. Setelah
mendapat gelar sarjana strata satu di bidang hukum, ia
mengabdikan dirinya di dunia militer. Setelah itu, ia keluar
14

dan mulai berkelana di Eropa selama sembilan tahun. Ia


memikirkan bagaimana menyelesaikan persoalan-persoalan
ilmu alam dengan cara matematis. Rena Descrates berhasil
menemukan ilmu Mekanika Analitik, dimana ia dapat
mengungkapkan bentuk-bentuk mekanis dengan kode-kode
ilmu aljabar.
Descartes memegang bendera informasi dan inovasi
kajian filsafat abad XVII M. Ia melandaskan filsafatnya atas
asas spontanitas dan keyakinan positif dalam matematika. Ia
memanfaatkan metode matematis yang kaidah-kaidahnya
dibatasi sendiri olehnya. Ia ingin menerapkan hal itu disemua
cabang ilmu pengetahuan, agar terbukti adanya kecermatan
dan keyakinan ilmu-ilmu matematis pada ilmu-ilmu lain
tersebut.
2) Keraguuan sebelum keyakinan
Descrates menciptakan metode keraguan yang ia
gunakan untuk menguji pengetahuan-pengetahuannya yang
lampau, dimana ia bisa memilih yang benar dan menghindari
yang salah. Karena itulah anda menemukannya meragukan
pengetahuan kita terhadap segala hal. Ia mengatakan bahwa
indera menipu kita dan kebenaran-kebenaran umumyang kita
klaim sesungguhnya mempunyai efek (kesan) fantasi dan
keraguan.
Dibalik metode keraguan yang di ciptakan descartes ada
tujuan untuk sampai kepada keyakinan. Ia menamakannya
dengan keraguan metodologis. Descartes menjadikan nya
sebagai sebuah metode atau cara untuk membebaskan akal
dari segala kesalahnnya.
15

3) Wujud jiwa
Sesungguhnya keraguan terhadap segala sesuatu dalam
pengetahuan kita dapat menyampaikan kita kepada sebuah
kebenaran yang tidak diragukan. Maka, manakala akan
meragukan bahwa aku sedang melakukan kerja berfikir dan
kerja berfikir ini mesti ada pelaku yang mempunyai
pemikiran, aku mesti ada supaya aku bisa berfikir. Begitulah
descartes mengucapkan ungkapan terkenalnya cogito ergo
sum (aku berfikir maka aku ada). Disini kita melihat bahwa
descartes menetapkan wujud jiwa dan bukan badan, karena
descartes berbicara tentang zat yang berfikir, bukan badan
yang dapat di indera.
4) Bukti adanya Allah
Setelah discartes membuktikan eksistensi jiwa, ia mulai
melangkah untuk membuktikan eksistensi Allah.
Bukti pertama : disini Discartes meminjam metode keraguan,
dengan urutan berikut:
a) Keraguan adalah bukti bahwa manusia menyadari bahwa
dirinya bersifat kurang dan terbatas
b) Akan tetapi manusia tidak akan menyadari kekurangan
yang ada pada dirinya kecuali jika ia memiliki (konsep)
tentang “eksistensi yang betul-betul sempurna”
c) Tak mungkin konsep tentang “kesempurnaan” mampu
diwujudkan oleh manusia dalam dirinya, karena dirinya
adalah eksistensi yang bersifat kurang tidak bisamenjadi
sumber dari sesuatu yang sempurna.
d) Jadi, ide (konsep) tentang kesempurnaan diletakan dalam
jiwa kita oleh suatu eksistensi yang sungguh sempurna,
yaitu Allah.
16

Bukti kedua : dinamakannya dengan bukti ontologis –


eksistensialis. Descartes memaparkannya sebagai berikut,
“ketika pikiran memilah-milah berbagai konsep dan gambaran
yang ada padanya, maka diantara berbagai konsep dan
gambaran itu, ia akan menemukan konsep tentang “
Eksistensi Yang Maha Tahu dan Maha Kuasa di atas segala
sesuatu”.
5) Komentar terhadap pembuktian descrates tentang wujud Allah
a) Pembuktian adanya wujud Allah oleh Descartes adalah
sebuah pembuktian rasional.
b) Pembuktian eksistensi Allah menurut Descartes adalah
tujuan dan sarana yaitu:
(1)Ia terbentuk tujuan, karena akidah (keyakinan) yang
benar tak akan terwujud tanpanya.
(2)Ia berbentuk sarana, karena tak ada keyakinan apapun,
kecuali dibangun atas dasar eksistensi Allah, karena
eksistensiNya menghilangkan batas keraguan.
6) Wujud Alam Luar (eksternal)
Kita menemukan banyak objek melalui indera, dimana
Descartes meragukan apa yang disaksikan oleh (indera).
Descartes juga merubah pola pemikiran menanjak dari
wilayah inderawi ke wilayah rasional menjadi turun dari
wilayah rasional ke wilayah inderawi.
Ketika kita mempertemukan antara zat yang berpikir
yang telah kita bahas dengan alam materil luar, kita dapati
bahwa wujud (being) menurut Descartes terbagi dua yaitu
a) substansi berpikir non-material, yaitu spirit (ruh) yang
berbeda hakikat dan fungsinya dari bentuk-bentuk
material.
17

b) substansi yang terbentang dalam ruang, yaitu bentuk-


bentuk material yang merupakan bahan susunan alam
materiil-inderawi yang diatur oleh suatu system mekanis,
dimana seandainya suatu bentuk materiil tertentu bergerak,
maka gerakannya akan beralih kepada gerakan selanjutnya
dan terus sampai tak terhingga. Allah yang menjadikan
matri dan membuatnya bergerak
7) Pengetahuan
Menurut Descartes pengetahuan berjalan dari
wilayahrasional kepada wilayah inderawi. Pertama, Descartes
menegaskn danya zat yang berpikir, kemudian menegaskan
secara rasional adanya Allah dan setelah itu akan mudah
baginya untuk mmengetahui adanya berbagai entitas, seperti
pikiran dalam rasio sebagai substansi-substansi yang
tertentang dalam ruang. Descartes membagi ide (pikiran),
menjadi tiga yaitu :
a) Ide-ide natural (innees)
b) Ide-ide aksidental (advantices)
c) Ide-ide buatan (factities) yang kita buat lewat imajinasi
dengan menggunakan kehendak.
Descartes melihat bahwa dasar pengetahuan yang
meyakinkan adalah ide-ide ntural yang dianggapnya sebagai
instink dalam arti bahwa ia tidak berasal dari indera dan tidak
terususun dengan perantaraan kehendak, namun berasal dari
daya pikir yang ada pada kita. Makna natural ide-ide ini
bukan berarti bahwa eksistensi itu tercipta atau tercetak dalam
otak, seperti bait-bait syair, namun eksistensi berada dalam
otak karena daya pikir tadi, sehingga ia tidak muncul kecuali
dengan mempekerjakan pikiran itu.
18

c. Leibniz (1646 – 1716 M)


1) Riwayat Hidupnya
Gottfried Wilhelm Leibniz adalah Filsuf Jerman yang
dilahirkan di Kota Leipzig di Jerman. Selanjutnya, ia
mendalami filsafat dan matematika di bawah bimbingan guru-
guru besar masa itu. Ia juga meneliti pemikiran filsafat
Yunani dan Kristiani. Setelah itu, ia belajar filsafat kepada
guru-guru besar filsafat modern sampai ia berhasil meraih
gelar doctor dalam bidang hukum.
Leibniz pun mempelajari karangan –karangan Pascal,
filsafat Descartes dan Spinoze. Ia menciptakan alat hitung
yang ditiru dari Pascal, serta melakukan improvisasi, karena
di situ ia menambahkan: penambahan, penguranagan
pembagian serta sebagian akar bilangan. Jumlah karya-
karyanya tidak bias ditentukan tetapi selalu makalah-makalah
yang pernah ditulis jumlah karya-karyanya mencapai lebih
dari seratus.
2) Madzhab Monadologi
Leibniz mengasumsikan adanya substansi-subsansi yang tak
terbatas jumlahnya yang dianggap sebagai unsure-unsur
utama dalam susunan alam. Ia menyebutnya dengan monad,
artinya bagian-bagian tak terpisahkan. Monad adalah atom-
atom spiritual, bukan material dan tidak menempati ruang.
Sesuai dengan tingkat pengetahuannya, Monad terbagi empat
macam yaitu:
a) Monad-monad yang hanya mempunyai pengetahuan dan
kecenderungan dalam bentuk yang paling sederhana.
b) Monad-monad hewani, disamping mempunyai
pengetahuan , juga mempunyai hafalan dan ingatan.
19

c) Monad manusiawi, yang mengetahuinya sangat tinggi


hingga dapat beragumentasi, memahami hakikat-hakikat
universal serta meramalkan masa depan.
d) Di antara manusia da Tuhan yang di anggap Leibniz
sebagai Monad dari segala monad terdapat lapisan-lapisan
malaikat dan alam ruhani yang memiliki pengetahuan lebih
tingi dan leih sempurna daripada manusia.
3) Pengetahuan
a) Kita dapati pandangan-pandangan Leibniz didasarkan pada
rangkaian dan penyelarasan pandangan-pandangan
Descartes dan John Locke. Descartes meletakan dasar-
dasar madzhab rasionalisme modern yang mencetuskan
konsep pengetahuan alami (natural). Ia mengembalikan
seluruh kebenaran pada ilmu Ilahi.
b) John Locke yang akan kami jelaskan beikutnya
berpendapat bahwa pengetahuan bersumber dari alam
inderawi dan menurutnya dalam akal tak ada apa-apa.
d. Ringkasan Umum Tentang Madzhab Rasionalisme
Pertama, berkenaan dengan wujud (being). Kita mendapati
Plato memaarkan tentang alam inderawi dan berpendapt bahwa
wujud hakiki adalah alam idea, atau alam rasinal. Descartes
membagi wujud (being) kepada dua macam, yaitu substansi
berpikir, yaitu spirit-sprit dan substansi yang terdapat di dunia
ruang, yaitu tubuh.
Adapun Leibniz menggagas konsep substansi-substansi
spiritual yang dianggap sebagai unsure-unsur utamadalam susunan
alam. Kedua, berkenaan dengan pengetahuan. Plato berpendapat
bahwa pengetahuan tentang hakikat-hakikat rasional (idea) hanya
terwujud lewat akal. Ia juga menemukan bahwa sensasi dapat
20

membangun kekuatan jiwa, meskipun pengetahuan indera bersifat


dugaan murni.
2. Madzhab Empirisme
Para penganut madzhab ini menolak teori ide – ide natural yang
dikemukakan oleh para penganut madzhab Rasionalisme. Penganut
madzhab Empirisme mengembalikan pengetahuan dengan semua
bentuknya kepada pengalaman inderawi. Orientasi ini mendorong mereka
untuk secara serius memperhatikan peristiwa – peristiwa nyata (Ismail:
2012).
a) Aristoteles ( 384 – 322 Sm )
1) Riwayat Hidupnya
Ia adalah seorang filsuf Yunani yang dilahirkan di satu
kota perbatasan Macedonia. Ketika berumur 18 tahun, ia pergi
ke Atena untuk belajar kepada Plato. Dalam waktu yang tidak
begitu lama, ia menampakan kecerdasannya, sehingga Plato
mengaguminya dan menamakannya si akal, karena
kecerdasannya yang luar biasa dan si kutu buku karena
kerajinannya membaca.
Di antara peristiwa – peristiwa penting dalam
kehidupannya adalah kesibukannya mengajar Alexander The
Great selama beberapa waktu dan pembangunan sekolahnya
yang diberi nama Liceum (dihubungkan dengan arena
olahraga tempat sekolah itu didirikan). Aristoteles
menyampaikan pelajaran kepada murid–muridnya sambil
berjalan di antara pepohonan dan bunga-bunga yang rimbun
di halaman sekolah. Karena itu Aristoteles dan murid–
muridnya di gelari al-massyain (orang – orang yang suka
berjalan).
21

Ia pun membanguan perpustakaan untuk sekolahnya,


yang kemudian dianggap merupakan perpustakaan pertama di
zaman klasik, Ia juga membangun sebuah laboratorium
sejarah alam dan mewariskan sejumlah buku karangan
mengenai berbagai disiplin ilmu kemanusiaan, diantaranya
adalah logika, fisika, serta metafisika, etika, politik dan seni
secara khusus.
Aristoteles mengajarkan kepada kita batasan – batasan
dan definisi – definisi yang tak terhitung dalam berbagai
cabang pengetahuan dan banyak menunjukan esensi dari
berbagai hal, serta mengarang buku – buku sehingga ia berhak
mendapatkan gelar Guru Pertama (al-Ustadz al-Awwal).
Buku – bukunya senantiasa menjadi sumber dan referensi
yang sangat pentingbagi para pemikir sampai saat ini.
2) Wujud (Being)
Plato melihat bahwa wujud – wujud alam hanyalah
bayang – bayang, sedangkan wujud yang hakiki adalah ide
yang kita ketahui melalui akal. Akan tetapi Aristoteles
berbeda pandangan dengan gurunya. Ia berpendapat bahwa
bentuk – bentuk alami merupakan sebuah hakikat nyata yang
bersifat materiil dan indrawi, seperti manusia misalnya. Ia
tidak akan di dapati kecuali dari darah dan daging. Juga
pohon yang terdiri dari materi tertentu.
Jika perbedaan gambar bentuk – bentuk inderawi
disebabkan oleh gerakan materi tersebut, kita bertanya – tanya
tentang sebab gerakan. Aristoteles menjawabnya dengan
mengembalikan gerakan pada alam kepada sebab pertama
(First Cause) yang merupakan penggerak pertama (First
Mover) yaitu Allah yang digambarkannya sebagai akal murni
22

dimana alam dengan penuh kerinduan bergerak ke arahnya


seperti gerakan anai – anai di sekeliling cahaya.
3) Pengetahuan
Madzhab Aristoteles mengemukakan bahwa
pengetahuan berhubungan dengan madzhabnya tentang wujud
(being). Selama hal – hal yang inderawi ada secara hakiki,
maka sensasi adalah pengetahuan tentang sesuatu yang hakiki,
bukan pengetahuan tentang bayang – bayang seperti yang
dikatakan Plato. Akan tetapi sensasi bukanlah resepsivutas
negatif jiwa yang melakukan proses pengetahuan kemudian
menaik ke tahapan berikutnya dengan mengosongkan makna
– makna universal ataumelepaskan sifat – sifat dasar dari
entitas yang diketahuinya kemudian, ia merasionalisasikan
sifat – sifat dan makna – makna universal ini.
b. Prancis Bacon (1561-1626 M)
1) Riwayat hidupnya
Dia adalah seorang filsuf Inggris yang dilahirkan di
London dan belajar di Universitas Cambridge untuk
mendalami ilmu pengetahuan, antara lain madzhab Aristoteles
dan filsafat abad pertengahan. Namun ia segera meninggalkan
dunia akademis dan menyibukan diri di dunia politik sampai
pada tingkat yang cukup serius. Meskipun berkecimpung di
dunia politik ia tetap mencurahkan perhatiannya pada kajian
dan metode ilmiah, sampai – sampai kematiannya di sebabkan
oleh eksperimentasi ilmiyahnya itu.
2) Orientasi Eksperimental Bacon Tentang Pengetahuan
Bacon mengorientasikan bahwa pengetahuan pada
realitas dengan maksud untuk menguasai alam. Ia
berpandangan bahwa tidak mungkin kita mengetahui berbagai
23

hakikat tanpa perantara indera. Cara yang asbah di mulai dari


realitas – realitas partikular inderawati. Akal akan mampu
memperoleh pengetahuan yang benar tanpa kesalahan
(Fallasi).
3) Tingkatan – tinggkatan metode Eksperimental Bacon
a) Tahapan pengumpulan kebenaran
Di sisni kita mengumpulkan sebanyak mungkin
hakikat dari fenomena yang ingin kita kaji. Caranya adalah
dengan mencatat semua yang dilihat oleh mata kita, dirasa
oleh indera – indera kita serta melakukan percobaan agar
kita dapat menyingkap karateristik – karateristik alam. Kita
harus cermat dalam pengamatan kita, memperbanyak dan
mengulang percobaan – percobaan itu serta menerapkan
pada sebanyak mungkin bidang.
b) Tahapan Sistematisasi dan Klasifikasi
Dalam tahapan ini, kita menyusun fenomena yang
sudah kita kumpulkan kedalam 3 kelompok atau daftar
khusus. Daftar pertama terdiri atas contoh – contoh dengan
penomena yang tampak jelas di depan mata kita, sehingga
karenanya disebut daftar kehadiran. Dalam daftar kedua,
kita menghimpun contoh – contoh dari penomena tidak
terlihat yang dinamakan daftar absen. Dalam daftar ketiga,
kita menetapkan contoh – contoh dengan bermacam –
macam penomenayang terjadi dalam tingkatan – tingkatan
yang berbeda, sehingga disebut daftar perbedaan tingkat.
Ketiga daftar ini adalah hal pertama yang terlintas dalam
pikiran para peneliti yang disebut metode Bacon.
24

c) Tahapan Induksi Hakiki


Dalam tahapan ini, kita melakukan perbandingan
daftar – daftar diatas untuk dapat mengetahui karakter –
karakter subyektif dari fenomena yaitu karakter – karakter
yang menyertai fenomena, baik ketika penomena itu ada
ataupun tidak ada. Karakter – karakter ini bertambah dan
berkurang dengan pertambahan dan pengurangan
fenomena. Bacon menghendaki agar dengan induksi ini
kita dapat menghitung karakter – karakter subjektif utama
dari penomena alamiyah.
d) Tahapan Keterwujudan dan Penetapan
Tingkatan ini diperkenalkan Bacon pada
pendahuluan kajiannya, namun ia tidak punya cukup waktu
untuk mengkajinya secara sempurna. Apa yang kita
temukan berkaitan dengan tingkatan ini hanyalah catatan –
catatan partikular yang sangat terbatas dan menunjukan
pernyataannya bahwa kesimpulan yang kita peroleh pada
tahapan sebelumnya adalah kesimpulan tentaif dan tak
lebih dari sebuah asumsi ilmiyah yang bisa benar dan bisa
salah.
4) Nilai Metode Eksperimental Bacon
Orang barat menganggap Francis Bacon sebagai
penemu metode Eksperimental yang sebenarnya. Bacon
memberikan penjelasan dan menerangkan tahapan – tahapan
dan proses metode eksperimentalnya kepada kita serta
mengajak untuk mempertimbangkan observasi, berhati – hati
dalam bereksperimen dan jangan terburu – buru dalam
menggeneralisir. Ia juga memasukan konsep perbandingan
25

dan analogi disamping observasi dan eksperimen yang harus


dikerjakandengan cermat dan teliti.
Kajian ilmiah telah berlangsung di Eropa pada abad
tujuh belas dan delapan belasdi bawah bimbingan prinsif –
prinsif yang telah digariskan Bacon dalam metode
eksperimentalnya. Namun karena kaijian – kajian para
ilmuwan dalam berbagai cabang ilmu telah meletakan metode
itu pada wilayah aplikatif, maka menjadi jelas bagi mereka
segi – segi kekuatan dan kelemahanmetode ini, sehingga
dibuatkan syarat – syarat baru dalam observasi dan
eksperimen yang benar, sebagaimana asumsi ilmiyah yang
menjadi jelas. Kemudian datanglah John Stuart Mills pada
abad 19 yang mengambil manfaat dari semua itu dan berusaha
untuk membuat metode eksperimen dalam sebuah wadah
yang lebih luas dan lebih umum. Dengan begitu sempurnalah
konstruksi bangunan yang fondasinya telah dibuat oleh bacon.
c. John locke (1632 – 1704 M)
1) Riwayat hidupnya
Ia adalah seorang filsuf Inggris. Ia mampu menguasai
metode eksperimentalnya Francis Bacon, yg kemudian ia
terapkan semuanya pada filsafat eksperimentalisme. Locke
telah menulis banyak buku, di antaranya tentang agama,
politik, ekonomi, dan filsafat. Akan tetapi bukunya yang
paling penting adalah Essay Concering Human
Understanding.
2) Metode Eksperimentalnya
Dalam pandangan Locke, pengetahuan manusia kembali
pada pengalaman inderawi. Sikap jiwa terhadap pengetahuan
inderawi bukanlah sikap negative. Akan tetapi dalam hal ini,
26

ia berpegang pada unsur-unsur yg diperoleh dari pengalaman


inderawi.
3) Hubungan Pikiran dengan Realitas
Sifat-sifat entitas inderawi di bagi dalam dua hal, yaitu :
1) Kualitas primer (primary qualities), yaitu sifat yang tetap.
2) Kualitas sekunder (secondary qualities), yaitu sifat-sifat
tidak mendasar.

d. David Hume ( 1711-1776 M )


1) Riwayat Hidupnya
David di lahirkan di kota Edinburg, Skotlandia. Hume
menulis beberapa buku tentang filsafat, agama, dan sejarah.
Namun yang menjadi perhatian kita adalah bukunya yang
berjudul Philosohical Essays Human Understanding tahun
1748 M.
2) Analisa pengetahuan menurut Hume
Pertama, setiap idea tau konsep yang kita miliki tak lain
merupakan suatu bentuk dari kesan-kesan (impresi) kita.
Kedua, kesan-kesan ini menjadi ide-ide, setelah hilangnya
factor pengaruh sensasi yang memunculkan kesan-kesan itu.
Ketiga, ide-ide itu adakalanya sederhana dan ada kalanya
kompleks.
3) Bagaimana Ide-ide Kompleks Terangkai
Ide-ide terangkai sebagai akibat dari adanya makna-
makna yang saling berkelindan. Jadi, kita tidak perlu untuk
mengasumsikan sesuatu yg lain di luar ide-ide ini untuk saling
menghubungkannya.
27

4) Hubungan Ide-ide Dengan Dunia Luar


Indera-indera kita memindahkan berbagai kesan
inderawi dari dunia luar. Kita semua cenderung untuk
menerima apa yang di sampaikan oleh indera kepada kita.
5) Pengingkaran Wujud Jiwa
Hume mengingkari adanya jiwa, karena ide kita tentang
jiwa tidak bersumber dari satu atau beberapa kesan inderawi.
Kita sesungguhnya tidak merasakan jiwa secara langsung
dengan indera fisik ataupun indera non-fisik.
6) Analisa Hume Tentang Prinsip Kualitas
Hume mengingkari prinsip kualitas sebagai sebuah
keniscayaan yang kita percayai sambil berkeyakinan bahwa
berbagai peristiwa di ala mini terjadi berurutan secara pasti.

e. John Stuart Mills ( 1806-1873 M)


1) Riwayat Hidupnya
Ia adalah putrs James Mills, seorang filsuf Skotlandia
yang turut serta membangun dan mengarahkan pemikiran
bangsanya. Bukunya yang paling penting bagi kita adalah
System of Logic, yang di publikasikan tahun 1883 M. Akan
tetapi, Mills berpendapat bahwa perbuatan-perbuatan
kemanusiaan kita dalam semua bentuknya kembali kepada
sebab-sebab yang memaksa terjadinya perbuatan itu terhadap
entitas tertentu.
2) Filsafat Persepsi Mills
Mills menjelaskan bahwa fungsi induksi ilmiah adalah
untuk menyingkap hubungan-hubungan niscaya antara
berbagai fenomena. Karena fenomena tersebut seperti yang
kita lihat terjadi secara teratur, maka Mills berpendapat bahwa
28

sebab adalah sejumlah syarat atau kondisi dimana jika ia


terpenuhi, maka terjadilah akibat secara umum.
3) Kaidah-kaidah Kajian Ilmiah
Mills membuat kaidah-kaidah yang sangat membantu dalam
memberikan batasan sebab melalui keniscayaan dan keurutan
waktu. Kaidah-kaidah tersebut adalah :
a) Kaidah keserasian, atau keniscayaan dalam kejadian
b) Kaidah perbedaan, atau keniscayaan dalam perbedaan
c) Kaidah kompromistik antara keserasian dan perbedaan
f. Ringkasan umum madzhab empirisme
Seluruh penganut madzhab empirisme menolak ide-ide
instinktif. Pada dasarnya, mereka mengembalikan pengetahuan
pada sensasi atau persepsi. Tetapi, Aristoteles berpendapat bahwa
ilmu hakiki adalah ilmu pengetahuan tentang yang universal dan
esensi.ia diikuti Bacon dalam keinginan untuk pencapaian hukum-
hukum umum dalam penafsiran alam. Locke terpengaruh oleh
orientasi ini dan ia mengakui sebagian makna universal dan ide-ide
metafisik, seperti substansi dan jiwa. Adapun Hume dan Mills telah
mempersempit kerja jiwa dan akal, sehingga karenannya kedua
orang itu membatasi pengetahuan pada sensasi saja.

3. Madzhab Kritisisme
Dua aliran berbeda dalam kajiannya tentang wujud (being) dan
pemahamannya tentang pengetahuan manusia. Aliran pertama adalah
aliran Rasionalisme yang bertolak dari akal (rasio). Para filsuf aliran ini
berpendapat bahwa wujud hakiki adalah wujud yang kita rasionalisasikan.
Aliran kedua adalah aliran Empirisme yang bertolak dari persepsi dan
pengalaman inderawi, baik mereka yang memperluas kawasan
pengetahuan manusia sehingga menjadikan pengalaman inderawi dan
29

keaktifan jiwa sebagai sumbernya. Kedua aliran ini berbeda tolak pijakan.
Perbedaan ini semakin menajam pada abad ke-17 dan ke-18 M. Filsafat
ini tidak murni rasional dan juga tidak murni empiric, namun
menggabungkan antara unsure-unsur dari kedua aliran.
Kritik adalah salah satu cara untuk memverifikasi berbagai
pendapat dan membebaskan berbagai pemikiran dari keyakinan sebagai
pemikiran-pemikiran yang ajeg (mantap tak berubah-ubah). Ini menurut
observasi cermat serta kesadaran sempurna yang memungkinkan untuk
mengetahui sesuatu yang terselubung dan menjelaskan yang samar. Kritik
juga merupakan satu jenis analisa, dimana seorang pengkritik akan
menganalisa satu konsep (ide) atau ungkapan untuk menjelaskan
kebenaran dan kesalahan yang ada padanya.
a. Immanuel Kant ( 1723-1804 M )
1) Riwayat Hidup
Immanuel Kant melakukan terobosan orientasi baru
dalam pemikiran yang kemudian mendominasi pemikiran
pada abad ke-19 M. Kant mampu menciptakan suatu pola
(model) filsafat yang dianggap paling mengagumkan dalam
filsafat modern. Ada tiga buku besarnya yang menjadi
penopang kesuksesannya ini, yaitu : Kritik Akal Murni
(Critique of Pure Reason), Kritik Akal Praktis (Critique of
Practical Reason), dan Kritik Hukum (Critique of Judgment)
Kant mengakui adanya wujud alam inderawi dan
dianggapnya sebagai fenomena bagi entitas hakiki di
baliknya. Karena itu, ia membedakan dua jenis wujud.
1. Segala sesuatu yang tampak terlihat di hadapan kita
(penampakan luar) atau fenomena
2. Segala sesuatu pada zatnya atau hakikat intinya (The thing
in its self) atau noumena
30

Materi pengetahuan adalah sensasi-sensasi yang


dipindahkan oleh indera kepada kita dari alam fenomena dari
setiap entitas. Bentuk pengetahuan adalah ikatan-ikatan
pemikiran yang memberikan otoritas bagi pembentukan
sensasi-sensasi sekaligus membuat penilaian (hukum).
Menyusun sensasi dengan menjadikannya terbentuk
dalam ruang, berurutan atau terpisah dalam masa melaluin
dua bentuk, yaitu ruang dan waktu yang pada dasarnya
memang ada dalam akal. Selama dua prinsip ini ( ruang dan
waktu) bersifat apriori dalam akal, maka persoalan-persoalan
matematis, bersifat apriori, karena ia bergantung pada
keduanya. Mekanika adalah kumpulan konsepsi-konsepsi
spasial (ruang), sedangkan ilmu hitung adalah skala satuan-
satuan temporal (waktu).
Yang dimaksud dengan pemahaman formal adalah
bingkai-bingkai, atau wadah-wadah atau bentuk-bentuk
rasional yang membantu kita dalam memahami dan
mengetahui berbagai sensasi yang berbeda. Kant menamakan
bingkai-bingkai rasional ini dengan kategori-kategori
persepsi.
Kant telah meneguhkan tegaknya ilmu-ilmu alam,
setelah ia meneguhkan matematika melalui dua bentuk ruang
dan waktu. Ilmu-ilmu alam sangat memperhatikan
pengetahuan tentang sistem alam dan tidak mudah kecuali
atas dasar-dasar kategori-kategori pengrtahuan. Dengan
begitu sistem alam tak lain adalah gambaran dari system akal
yang mengetahuinya.
Pertama, batas-batas pengetahuan manusia menurut
Kant adalah oengalaman inderawi, seperti yang di lakukan
31

oleh para penganut madzhab Empirisme, sehingga kita tidsk


dapat mengetahui apa yg ada di balik pengalaman inderawi
itu.
Kedua, ia berpendapat bahwa kita memasukkan dua
bentuk ruang dan waktu terhadap berbagai persepsi, sehingga
menjadikan keduanya sebagai fenomena-fenomena inderawi.
Kita juga memasukkan prinsip-prinsip rasional atau kategori-
kategori pengetahuan terhadap fenomena-fenomena ini,
dimana kemudian ia menjadi persoalan-persoalan ilmiah atau
standar-standar universal yang urgen.
Ketiga, disamping makna-makna universal yang telah
diterangkan, ada juga standar-standar rasional yang terpisah
dari berbagai inderawi. Namun, standar-standar ini secara
empiris tidak memiliki objek yang bias diterapkan. Diantara
makna-makna inin adalah : jiwa, alam, dan noumena dalam
sebuah entitas.
BAB III
STUDI KASUS
FILSAFAT PANCASILA DALAM TUGAS BIDAN
KISAH BIDAN AGNES DI PEDALAMAN BOVEN DIGUL, PAPUA

Agnes bertugas di Puskesmas pembantu kampung Maryam, Distrik Mandobo,


mulai tahun 1996 hingga 2004. Bertugas di Puskesmas pembantu kampung
pedalaman itu ia jalani dengan sepenuh hati. Baginya menjadi bidan adalah panggilan
jiwa. Karena itu, dimanapun ditugaskan ia berusaha mengabdi sebaik mungkin.
Puskesmas pembantu Maryam berlokasi relatif jauh dari Tanah Merah, ibu Kota
Booven Digul.
Ia tidak tahu pasti berapa kilometer jaraknya. Yang ia tahu, perjalanan ke Tanah
Merah harus ditempuh melalui sungai dan mendayung perahu selama 4 hari. Hal itu
dijalaninnya bersama petugas Puskesmas pembantu yang lain setiap kali mereka
hendak mengambil stok obat-obatan, menyampaikan laporan kegiatan atau
mengambil gaji bulanan.
Kalau hari beranjak malam, ia menepi dan menginap di bivak-bivak di pinggir
sungai. Beban menjadi lebih ringan saat mereka mendapat bantuan operasional
perahu bermotor.
Tahun 2004-2011, Agnes di tugaskan di Tanah Merah dan mulai tahun lalu di
tugaskan di RSUD Boven Digul. Menjadi bidan adalah keinginan Agnes sejak duduk
di bangku SMP. Saat itu, ia dimintai tolong oleh ibunya, Dortea Warawam, yang
sedang membantu persalinan kakak perempuan Agnes. Sejak itulah tumbuh kuat
dalam dirinya cita-cita menjadi bidan karena ingin menolong persalinan.
Bertugas pada Puskesmas pembantu di pedalaman Boven Digul, Papua tidak
membuat bidan Agnes Barabara Kundimgo kesepian dan menyerah. Ia bahkan
menikmati dan tertantang menolong kebiasaan persalinan beresiko yang masih
dilakoni masyarakat pedalaman Papua.

32
33

“Memotong tali pusat bayi menggunakan parang, pisau dapur, sampai pecahan
kaca itu bisa dilakukan masyarakat di pedalaman,” kata Bidan Agnes
Peralatan seadanya memunculkan faktor risiko infeksi yang dapat
mengakibatkan kematian bayi atau si ibu. Oerdarahan dan infeksi menjadi penyebab
langsung utama kematian ibu melahirkan. Masyarakat di pedalaman juga masih
memegang tradisi melahirkan harus di luar rumah utama. Jika sampai setetes darah
itu mengenai rumah utama dipercaya kesialan atau musibah akan terjadi. Keluarga itu
misalnya, akan susah mendapat buruan rusa di hutan atau ikan di rawa. Karena itu,
adat setempat menekankan perempuan hamil harus bersalin di luar rumah. Biasanya
si ibu dibuatkan pondok dari ranting kayu seadanya di halaman belakang rumah atau
di hutan.
Ibu dan bayinya baru boleh kembali ke rumah setelah benar-benar bersih.
Persalinan itu biasanya di bantu dukun beranak atau orang tua. “biasanya setelah
seminggu melahirkan, baru ibu dan bayinya diperbolehkan masuk rumah.” Ungkap
Agnes
Ketika hendak mencegah praktik itu dan menolong persalinan dengan keahlian
kebidanannya demi keselamatan bayi dan si ibu, ia justru dilarang dengan alasan adat
dan tradisi. Namun, Agnes berkeras tetap mendampingi persalinan dan bersiap-siap
jika terjadi kemungkinan teburuk.
“mereka jarang memanggil bidan, kalaupun ada warga yang memanggil bidan
tetap tidak mau dibantu” ujar Agnes
Ia pernah diminta membantu persalinan, tetapi baru di panggil setelah kepala si
bayi mulai keluar. Ia bersyukur persalinan berjalan baik sehingga ibu dan bayinya
selamat.
Pendekatan dan penyuluhan kesehatan pun ia lakukan. Seiring berjalannya
waktu, upaya itu berhasil. Masyarakat di tempatnya bertugas mulai percaya
kepadanya untuk menolong setiap persalinan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Bidan Agnes adalah seorang bidan yang bertugas di Puskesmas pembantu


kampung Maryam, Distrik Mandobo, mulai tahun 1996 hingga 2004. Dimana di desa
tersebut masih sangat kental sekali dengan adat istiadat salah satunya adalah adat
istiadat yang menyangkut tentang kesehatan. Di kampung Maryam, Distrik Mandobo
ini mempercayai bahwa melahirkan harus di luar rumah utama. Darah dari persalinan
dianggap sebagai darah kotor yang tidak boleh mencemari rumah. Jika smpai setets
darah itu mengenai rumah utama, maka dipercaya kesialan atau musibah akan datang.
Keluarga itu, misalnya akan susah mendapat buruan rusa di hutan atau ikan dirawa.
Karena itu, adat setempat menekankan perempuan hamil harus bersalin di luar rumah.
Biasanya, si ibu dibuatkan pondok dari ranting kayu seadanya di halaman belakang
rumah atau di hutan. Peralatan untuk bersalin seadanya memunculkan faktor risiko
infeksi yang dapat mengakibatkan kematian bayi ataupun si ibu. Perdarahan dan
infeksi menjadi penyebab langsung utama kematian ibu melahirkan.
Dari kasus diatas dapat kita hubungkan dengan teori filsafah pancasila dalam
ilmu kebidanan yaitu bahwa pada masa sekarang ini dengan masa yang dahulu
nantinya akan menimbulkan suatu perubahan di dalam suatu kegiatan, kebiasaan atau
adat istiadat, karena filsafah bekerja sama dengan ilmu pengetahuan dan sekaligus
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Melalui konstruksi filsafatnya itu akan
menafsirkan segala segi alam wujud berdasarkan keyakinan dan kepercayaan.
Sedangkan berdasarkan teori filsafat yang hubungannya dengan pengetahuan
menerangkan bahwa semua tindakan atau kegiatan harus didasarkan pada akal tidak
hanya pada inderawi saja. Selain itu filsafah juga dapat menjawab dari semua
kesulitan yang dihadapi masyarakat. Dalam salah satu sila menyebutkan bahwa dalam
menjalankan tugas yang menjadi kewajiban kita harus optimal bukan semata-mata

34
35

karena uang maupun eksistensi di dalam masyarakat. Ketulusan dalam melayani


masyarakat tanpa membeda-bedakan satu sama lain.
Budaya haus melahirkan diluar rumah utama yaitu di hutan atau di gubuk
merupakan budaya adat setempat yang merugikan baik dari pihak ibu maupun pihak
bayi karena mempunyai dampak yang telah dijelaskan pada kasus tersebut. Tindakan
bidan dalam menanggulangi masalah ini sudah sesuai dengan kaidah filsafat yang
melekat pada setiap sila pancasila. Salah satunya yaitu pada sila kedua, kemanusiaan
yang adil dan beradap. Sila kedua tersebut berkaitan dengan sikap Bidan Agnes yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dengan tidak memberlakukan pasien
dengan semena-mena. Pada kasus di atas telah dijelaskan bahwa bidan Agnes giat
memberikan sosialiasi dengan cara pendekatan dan penyuluhan. Hal tersebut
menandakan bahwa sikap bidan Agnes sesuai dengan sila kedua Pancasila, dimana
bidan Agnes telah memberikan informasi dengan jujur dan memberikan rasa empati.
Sesuai dengan teori dari Ismail (2012) yang menyatakan bahwa ilmu mengkaji hal-
hal yang dapat diindera untuk meletakkan teori-teori umum yang menafsirkannya.
Sebagian pembahasan filsafat ada yang secara khusus mengkaji persoalan nilai
(value) yang melampaui realitas dan berusaha untuk meletakkan ide-ide yang
mengekspresikan apa yang seharusnya. Meskipun ada perbedaan objek, dapat
diketahui bahwa penggunaan temuan temuan ilmiah modern menjadi dasar pemikiran
filsafat modern.
Metode yang digunakan Bidan Agnes tidak langsung memaksa masyarakat
kampung Maryam, Distrik Mandobo untuk langsung mau mengubah budaya
melahirkan di luar rumah utama tetapi di hutan atau gubuk. Akan tetapi, beliau
memberikan pendekatan dan penyuluhan terlebih dahulu. Sehingga masyarakat
menjadi paham apa yang memang sebaiknya bagus untuk dirinya dan tanpa paksaan.
Tindakan Beliau juga sesuai dengan sila ke 4 Pancasila yaitu kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan perwakilan. Dimana
dalam kasus tersebut Beliau telah melakukan sebuah musyawarah baik kepada pasien
maupun keluarga pasien sehingga bisa benar-benar mencapai mufakat yaitu tidak
36

meneruskan budaya panggang api. Hal tersebut sesuai teori Immanuel Kant tentang
mazhab kritisme dalam Ismail (2012) bahwa salah satu cara memverifikasi berbagai
pendapat dan membebaskan berbagai pemikiran dari keyakinan sebagai pemikiran-
pemikiran yang ajeg (mantap tak berubah) yaitu dengan kritik.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di
universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka.
Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun
pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami
pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge,
Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi
bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah
menyebarkan ajaran yang dilarang oleh Negara.
2. Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Réne Descartes, Leibniz,
Aristoteles, Francis Bacon, John Locke, David Hume, John Stusrt Mills,
Immanuel Kant.

3. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini bisa menambah wawasan bagi mahasiswa
mengenai definisi filsafat dan filsafat barat.
2. Bagi Poltekes Bhakti Pertiwi Husada
Diharapkan untuk menambah referensi buku tentang ilmu filsafat
agar dapat membantu melancarkan kegiatan pembelajaran.
3. Bagi Penulis
Diharapkan penulis mampu menguasai materi yang telah ditugaskan
dan juga paham mengenai definisi filsafat dan filsafat barat.

37
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, F.F. 2012. Cara Mudah Belajar Filsafat. Yogyakarta: Diva Press.

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap (21 November 2017)


http://kaltim.tribunnews.com/2012/06/29/kisah-bidan-agnes-di-pedalaman-boven-
digul-papua?page=2 (21 November 2017)
Handiwijono Harun,1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai