Anda di halaman 1dari 46

Makalah Humaniora

DEFINISI FILSAFAT DAN FILSAFAT BARAT

Dosen Pembimbing: Siti Fatimah, M.Hum

Oleh:
Kelompok 1 Kelas Reguler A
1. Nenik Fauzah
2. Pradita Novianastasia
3. Sekar Wati
4. Tuniroh

POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI PERTIWI HUSADA


CIREBON
2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT, yang telah


melimpahkah rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga atas izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Definisi Filsafat dan Filsafat Barat”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas pada semester ganjil.
Penyusun makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan dan
arahan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Hj. Endang Setyaningsih SKM.,S.ST.,MM.Kes selaku direktur Politeknik
Kesehatan Bhakti Pertiwi Husada.
2. Siti Fatimah, M.Hum selaku dosen pengampu, yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan serta motivasi kepada kami.
3. Orang tua yang telah memberikan dorongan moral dan materi.
4. Rekan-rekan mahasiswi D4 Politeknik Kesehatan Bhakti Pertiwi Husada
angkatan 2016.
5. Semua pihak yang telah membantu, memberi dukungan dan do’a.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi peningkatan kualitas makalah
ini.

Cirebon, 28 Oktober 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 4
A. Definisi Filsafat .................................................................................................. 4
B. Filsafat Barat (Mazhab-Mazhab dan Aliran-Aliran Terpenting) dari Masa
Yuani Sampai Modern ............................................................................................ 13
BAB III STUDI KASUS ............................................................................................. 37
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................... 39
BAB V KESIMPULAN .............................................................................................. 42
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 42
B. Saran .................................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophia” dari kata “philos”
artinya cinta dan “Sophia” artinya pengetahuan yang bijaksana. Kemunculan
filsafat pada abad ke 5 SM merupakan pendobrakan terhadap jaman mitos pada
masa itu. Pada masa tersebut terjadi revolusi pemikiran terhadap dominasi
jaman mitos atas klaim kebenaran. Masa ini merupakan masa penting dimana
akal mulai digunakan dalam upaya mencari kebenaran yaitu akal sebagai sarana
mencari kebenaran dan akal sebagai sumber kebenaran. Sejarah pemikiran
memasuki jaman baru yaitu jamam Logos atau ilmu. Filsafat dikatakan sebagai
mother of science. Filsafat membuat cabang-cabang ilmu yang berkembang
menjadi ranting-ranting ilmu dan sub-ranting ilmu. Ilmu menjadi semakin
spesifik dan teknis. Sehingga sampai sekarang ini banyak sekali permasalahan
mendasar yang muncul menyebabkan ilmu semakin jauh dari hakikatnya
(Kaelan dalam Wilujeng: 2012).
Pengetahuan tentang filsafat ilmu semakin dirasakan manfaatnya
mengingat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada awalnya,
filsafat mengkaji ilmu dengan tujuan untuk mensejahterakan umat manusia
namun sekarang ini ilmu semakin menyimpang jauh dari filsafat. Menurut
Nessa, dkk tahun 2014 manfaat filsafat ilmu akan semakin terasa pada saat akan
melakukan penelitian. Aspek penyadaran akan penyimpangan ilmu sangat
dibutuhkan bagi mahasiswa, sehingga mereka tidak mengulangi hal yang sama
dimasa mendatang. Pengetahuan yang memadai sangat diperlukan, supaya
penelitian yang akan dilakukan dapat direncanakan dengan baik, sistematis,
efisien dan menghasilkan sesuatu sesuai dengan rencana. Banyak kasus dimana
peneliti tidak memahami dengan baik rencana penelitian yang telah dibuat,
sehingga pada waktu melakukan penelitian di lapangan, melakukan penelitian

1
2

yang sesungguhnya tidak sesuai dengan rancangan penelitian yang


direncanakan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membuat
makalah dengan judul Definisi Filsafat dan Filsafat Barat.

B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut maka makalah ini memiliki tujuan
yaitu:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui definisi filsafat dan filsafat barat.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi filsafat
b. Untuk mengetahui filsafat barat
c. Untuk mengetahui peranan ilmu filsafat

C. Manfaat

Berdasarkan tujuan, makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat:


1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan
pengetahuan mengenai definisi filsafat dan filsafat barat serta
meningkatkan perkembangan dan kemajuan ilmu yang sesuai dengan
filsafat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
definisi filsafat dan filsafat barat.
3

b. Bagi Politeknik Kesehatan Bhakti Pertiwi Husada


Makalah ini diharapkan dapat menjadi landasan pelaksanaan
program kegiatan bimbingan, pembinaan dan konseling dalam upaya
peningkatan pengetahuan dengan filsafat ilmu.
c. Bagi Penulis
Maklah ini diharapkkan dapat meningkatkan pengetahuan
tentang definisi filsafat dan filsafat barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Filsafat
1. Pengertian Filsafat
a. Filsafat dalam arti Cinta Kebijaksanaan (Hikmah)
Ini adalah arti derivatif dari kata filsafat. Seorang filsuf Yunani
klasik yaitu Phytagoras mengambil kata “Filsafat” dari dua kata Yunani
yaitu Philo dan Shopia. Philo yang berarti cinta sedangkan Shopia berarti
bijaksana. Jadi, kata philoshopia berarti cinta kepada kebijaksanaan.
Sebelum Phitagoras orang Yunani mengartikan kata Shopia adalah
sebagai kemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, seperti
perdagangan dan pelayaran. Kemudian berkembang dan makna tersebut
digunakan untuk menyebut jenis pengetahuan tertinggi yang bisa
mengantarkan kita untuk mengetahui kebenaran murni. Kata “filsafat”
kemudian masuk ke dalam bahasa Arab menjadi “filsafah”, dan masuk
kedalam bahasa inggris “philosophy”. Filsafat sangat terkait erat dengan
pengamatan dan pemikiran rasional.
b. Filsafat dalam Arti Umum
Dalam arti ini, filsafat digunakan untuk menyebut berbagai
pernyataan yang muncul dalam pemikiran manusia tentang berbagai
kesulitan yang dihadapinya. Beginilah Aristoteles memahami filsafat,
ketika ia menyebutnya sebagai sebuah nama dari ilmu dalam arti yang
paling umum. Pemahaman filsafah seperti ini selanjutnya berkembang
dalam pemikiran Islam.
c. Filsafat dalam Arti Khusus
Filsafat dalam arti ini sinonim dengan kata sistem dari sebuah
mazhab tertentu. Maka sejarah filsafat pada dasarnya hanyalah sejarah

4
5

membangun berbagai mazhab menolaknya dan kemudian membangun


mazhab-mazhab baru.
d. Filsafat dalam Ari Universal
Dalam arti ini filsafat berarti pengetahuan terhadap wujud (Being)
dalam universalitasnya dan bukan partikularitasnya. Berkaitan dengan arti
filsafat sebagai ilmu yang bersifat universal, Herbert Spencer (filsuf
Inggris, 1820-1903 M) mengatakan bahwa Ilmu adalah pengetahuan yang
menyatukan hal-hal yang ada (Being) secara parsial (partikular),
sedangkan filsafat adalah pengetahuan yang menyatukan secara sempurna
(universal).
e. Filsafat dakam Arti Hikmah Kehidupan
Dalam arti ini, filsafat dipahami sebagai orientasi yang
mencerahkan kehidupan sesui dengan tuntutan akan. Bahkan filsuf adalah
pribadi yang hidup menyatu dengan masyarakat dan berbagai
persoalannya.
2. Filsafat dan Agama
a. Arti Agama
Disebutkan dari salah satu kamus bahasa Arab bahwa “ Agama
adalah satu bentuk ketetapan Ilahi yang mengarahkan mereka yang
berakal dengan pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan Ilahi tersebut
kepada kebaikan hidup dunia dan kebaikan hidup di akhirat”. Ada
beberapa kriteria yang kita dapati dalam sebuah agama, yaitu:
1) Agama adalah sebuah sistem yang datang dari langit (Tuhan)
2) Tujuan agama adlah mengarahkan dan membimbing akal manusia
3) Dasar beragama adalah kebebasan pilihan
4) Agama wahyu membawa kebaikan hidup di dunia dan akhirat
6

Pendefinisian agama tersebut tidak akan sempurna tanpa melihat


pokok-pokok akidah keagamaan yang benar, yang dapat dirangkum
sebagai berikut:
1) Kepercayaan terhadap satu Tuhan Yang Maha Kuasa dan Bijaksana,
terbebas dari kemiripan dengan makhluk, serta tak berawal ataupun
berakhir dalam wujudNya.
2) Kepercayaan terhadap wujud alam lain, dimana didalamnya terdapat
makhluk-makhluk dari jenis lain, seperti malaikat dan jin.
3) Kepercayaan terhadap pengutusan para rasul Tuhan untuk
mengajarkan manusia bagaimana cara menjalani hidup.
4) Kepercayaan terhadap adanya kehidupan lain setelah kehidupan
dunia ini, dimana kita akan dimintai perhitungan dan diberi balasan
sesuai dengan amal perbuatan kita. Jika baik dibalas baik, dan jika
buruk dibalas buruk.
b. Hubungan Filsafat dan Agama
Pada abad-abad pertengahan, bangsa Eropa menjadikan filsafat
sebagai sarana untuk mengharmoniskan antara akal dengan apa yang
dibawa oleh agama. Bahkan para ahli teologi di Barat dan ahli kalam di
dunia Islam telah menjadikan filsafah sebagai “tameng” pertahankan
akidah dengan segala hal argumentasi rasionalnya.
c. Hubungan Filsafat dan Islam
Islam senantiasa mendorong kita untuk menggunakan pikiran
(akal). Islam juga mendorong kita untuk memanfaatkan potensi akal dan
pikiran. Oleh karena itulah, para filsuf muslim menyerukan untuk
menyelaraskan antara filsafat dengan agama, karena sesungguhnya antara
keduanya memang sama sekali tidak ada pertentangan. Ibnu Rusyd
berpendapat bahwa berfilsafat merupakan sebuah kewajiban agama bagi
umat islam beliau mengatakan bahwa “Hikmah (filsafat) adalah kawan
akrab sekaligus saudara sesusuan syari’ah (agama)”.
7

d. Harmonisasi antara Filsafat dengan Agama di Kalangan Filsuf Muslim


Ciri paling khusus dari filsafat Islam adalah bahwa secara
keseluruhan ia merupakan usaha yang diarahkan untuk
mengkompromikan antara filsafat dan agama. Berikut ini adalah empat
persoalan yang mencerminkan sebagian usaha para filsuf yaitu:
1) Ketuhanan
Para filsuf muslim telah membentuk ide (konsep) ketuhanan
yang sangat jelas dan sesuai dengan Akidah Islam. Allah adalah
“Wujud Pertama” (the first being) sekaligus “sebab mutlak” (prima
causa) bagi wujud-wujud lain. Allah tidak mempunyai sekutu,
bandingkan ataupun lawan. Dia adalah Tuhan Yang Maha Hidup,
Mendengar, Melihat dan Mengetahui.
2) Pencipta Alam
Menurut Aristoteles materi ada dengan sendirinya dan tidak
butuh kepada entitas lain untuk mewujudkannya. Namun para filsuf
muslim menyatakan bahwa terjadinya alam bukan berasal dari
“sesuatu” adalah al-Kindi.
3) Kekekalan Ruh
Kepercayaan terhadap kekekalan ruh merupakan bagian
penting ajaran agama. Hal ini merupakan dasar dari tanggung jawab
masa depan yang tanpanya, maka konsep balasan kebaikan dan
kejahatan tak mungkin mempunyai makna.
4) Teori Kenabian
Islam dan agama-agama sanawi lainnya menerima dan
mempercayai adanya wahyu. Para filsuf membentuk teori baru
tentang wahyu dan ilham yang dianggap sebagai usaha yang paling
penting yang dilakukan oleh para filsuf muslim dalam
mengharminisasikan antara agama dan filsafat. Intisari dari teori
mereka adalah bahwa pengalaman membuktikan bahwa jiwa dapat
8

mengetahui sesuatu yang misterius pada saat tidur dan tidak menutup
kemungkinan untuk mengetahuinya pada saat terjaga. Dengan
demikian, maka wahyu merupakan termaenasi Ilahi yang ditaerima
oleh akal para nabi melalui daya imajinasinya.
3. Filsafat dan Ilmu
a. Yang Dimaksud dengan Kata “Ilmu”
Ilmu merupakan ilmu-ilmu eksakta (ilmu alam, kimia dan cabang-
cabangnya), yakni ilmu-ilmu yang pembahasan dan bentuknya
berdasarkan aspek keantitas, sehingga kadang-kadang ilmu-ilmu tersebut
dinamakan dengan ilmu-ilmu eksakta kuantitatif.
b. Hubungan Ilmu dan Filsafat Dalam Sejarah
1) Filsafat Mencakup Pengertian Ilmu
Filsafat dipahami sebagai setiap usaha yang dilakukan oleh
akal untuk sampai kepada pengetahuan. Trend ini secara umum dapat
dilihat pada filsuf-filsuf Yunani dan Muslim.
2) Independensi Ilmu Pengetahuan dari Filsafat
Para filsuf menegaskan bahwa fenomena-fenomena yang ada
merupakan sesuatu yang tunduk kepad ahukum-hukum, sama halnya
dengan fenomena-fenomena alam lainnya. Filsuf yang mulai
melakukan kajian filsafat terhadap objek-objek ilmiah, dimana
mereka telah membangun mahzab-mahzab filsafatnya atas dasar teori-
teori ilmiah dan kejelasan metode-metode yang dibuat oleh para
ilmuwan.
3) Kerjasama antara Ilmu dan Filsafat Dewasa Ini
Perhatian ini mencakup ilmu pengetahuan dalam pengertiannya
secara umum seperti yang telah didefinisikan dan bukan dalam
pengertian yang sempit dan terbatas pada ilmu eksakta saja.
a) Yang disajikan filsafat untuk ilmu
9

(1) Pertama, filsafat mengkaji sebagian objek ilmiah secara


rasional-teoritis. Dalam hal ini filsafat mengkhususkannya apa
yang disebut dengan kajian filsafat ilmiah atau filsafat ilmu.
(2) Kedua, filsafat ilmu oleh sebagian filsuf kontemporer
diangggap sebagai pengantar kajian metafisika, yang juga
merupakan wujud lain dari kerja sama antara filsafat dan ilmu.
(3) Ketiga, banyak ilmuan yang menggunakan cara dan metode
tertentu dalamkajiannya, namun kadang-kadang mereka tidak
memahami cara dan metode tersebut.
b) Yang diterima filsafat dari ilmu
(1) Pertama, filsuf kontemporer menjadikan sebagian hakikat
ilmiah sebagai dasar filsafatnya.
(2) Kedua, dependensi terhadap konklusi-konklusi ilmiah ini
bukanlah hal baru di dunia filsafat.
(3) Ketiga, dalam orientasinya untuk mengkaji realitas, filsafat
kontemporer terpengaruh oleh ilmu-ilmu alam.
(4) Keempat, para filsuf empirisisme juga terpengaruh oleh
metode ilmiah.
(5) Kelima, kajian ilmiah menuntut kerjasama seorang ilmuan
dengan kolega-koleganya untuk sampai pada suatu hakikat
(kebenaran murni). Hal ini juga dilakukan oleh para filsuf
dewasa ini.
c. Perbuatan Antara Ilmu dan Filsafat
Ada beberapa segio-segi perbedaan antara ilmu dan filsafat antara
lain:
1) Dari segi objek
Ilmu mengkaji hal-hal yang dapat diindera untuk meletakkan
teori-teori umum yang menafsirkannya. Sebagian pembahasan filsafat
ada yang secara khusus mengkaji persoalan nilai (value) yang
10

melampaui realitas dan berusaha untuk meletakkan ide-ide yang


mengekspresikan apa yang seharusnya.
2) Dari segi metode
Ilmu menciptakan metode sensitivistik-empiris dengan tujuan
untuk menemukan sebab-sebab langsung dari fenomena-fenomena
alam yang dikajinya. Sedangkan metode filsafat adalah metode
rasional-deduktif. Untuk memahami dan merasinalisasikannya.
3) Pengaruh ilmu dan filsafat dalam kehidupan manusia
Filsafatlah yang mampu memahami kebutuhan-kebutuhan ini.
Filsafat dapat memenuhi kebutuhan alami dalam jiwa manusia.
Kajian-kajian filsafat seperti ini menjadikan kita dapat hidup dalam
dunia yang terang dan penuh warna-warni kehidupan pengetahuan
tertinggi.
4. Kajian-Kajian Filsafat
Dalam hal ini ada dua kelompok filsuf, yaitu:
a. Kelompok pertama, mereka mengingkari filsafat metafisika. Mereka
inilah para penganut positivisme yang berpandangan bahwa ilmu
pengetahuan dengan segala cabangnya telah mencakup seluruh objek,
sehingga tidak menyisakan ruang sedikitpun bagi filsafat untuk mengkaji
objek tertentu. Filsafat adalah metode atau cara untuk menganalisa kata-
kata dengan suatu analisa logika.
b. Krlompok kedua, mereka memperluas wilayah filsafat sampai mencakup
semua objek pengetahuan manusia, sehingga setiap lapangan
pengetahuan mempunyai wilayah filsafatnya sendiri. Adapun untuk
klasifikasi kajian-kajian filsafatnya antara lain:
1) Filsafat teoritis (tujuannya untuk mengetahui kebenaran, serta
mencakup matematika, ilmu-ilmu alam dan teologi)
2) Filsafat praktis (tujuannya untuk aplikasi praktis khususnya pada
bidang etika, politik keluarga dan politik negara)
11

Adapula yang membaginya menjadi filsafat ketuhanan, filsafat alam


dan filsafat manusia. Pada kajian ini untuk objek-objek yang dibahas ada
pembatasannya antara lain:
a) Studi tentang Being (ontologi)
b) Studi tentang pengetahuan (epistemologi)
c) Studi tentang nilai (aksiologi)
Sebelum mempelajari kajian-kajian secara terperinci, ada dua
catatan penting yaitu:
1) Seringkali dalam buku-buki filsafat kita menemukan kata metafisika
yang berarti “sesuatu diluar alam (fisik)”. Sebagian ahli filsafat
membatasi arti kata tersebut dalam persoalan ontologi, sedangkan
sebagian lain membatasinya dalam persoalan epistemologi. Karena
filsafat moderen memasukkan persoalan being (ontologi) dalam
persoalan pengetahuan (epistemologi).
2) Ada satu kelompok yang memperluas lapangan filsafat. Kelompok ini
tidak hanya membatasi filsafat pada tiga lapangan, namun lebih dari
itu mereka menyertakan ilmu-ilmu lain didalamnya yakni:
a) Filsafat Hukum, yang mengkaji prinsip-prinsip umum dari hukum
positif, termasuk mengkaji konsep-konsep, perbuatan, niat,
kehendak, kebebasan dan keadilan. Ia berusaha untuk membuat
teori umum tentang karakteristik hukum.
b) Filsafat Agama, yang mengkaji secara kritis konsep-konsep
agama seperti konsep Allah, wahyu, maksiat, ibadah dan lain-lain.
c) Filsafat Sejarah, yang menafsirkan perjalanan dan mengklarifikasi
metode para sejarawan serta menganalisa sumber-sumber sejarah.
d) Filsafat Politik, yang mengkaji karakter suatu pemerintahan,
hubungan antara individu dengan negara, asal-usul masyarakat,
sumber-sumber hak-hak dan lain-lain
12

Akan tetapi, ilmu-ilmu filsafat ini bisa dimasukkan ke dalam


ilmu-ilmu yang menjadi derivasinya yaitu kajian-kajian yang secara
khusus membahas persoalan-persoalan utama pada masing-masing
bidang hukum, agama, sejarah, politik dan lainnya.
Kajian-kajian yang membahas persoalan yaitu:
a. Studi Tentang Wujud (Ontologi)
Filsafat bertanggung jawab pada kajian “wujud” ini dan berusaha
untuk mengetahui berbagai seginya, agar dapat memenuhi kebutuhan
manusia yang tak bisa dipenuhi oleh ilmu-ilmu partikular. Sedangkan
untuk ilmu pengetahuan hanya membahas peristiwa dan fenomena yang
dapat diindra dan masih tersisa banyak hal yang lebih dalam dari pada
itu yang tidak bisa dikajinya.
b. Studi Tentang Pengetahuan (Epistemologi)
Ontologi dan ilmu-ilmu lain didasarkan pada asumsi bahwa
dengan kemampuannya, manusia dapat mengetahui hakikat segala
sesuatu dan mengetahui berbagai karakter hal-hal yang eksistensial. Dari
sinilah timbul pertanyaan-pertanyaan yang merubakan objek kajian
epidemologi (teori pengetahuan). Pembahasan tentang ilmu-ilmu
pengetahuan dimulai sejak masa-masa para filsuf Yunani. Kajian
tentang ilmu pengetahuan (epidemologi) telah menjadi kajian yang
berdiri sendiri (independen). Kant juga telah mempelajari hubungan
antara hal-hal yang bersifat inderawi dan hal-hal yang bersifat rasional,
serta telah mempelajari batas-batas pengetahuan manusia melalui
kritiknya terhadap akal.
c. Studi tentang Nilai (Aksiologi)
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang secara khusus
mengkaji cita-cita, sistem nilai atau nilai-nilai mutlak (tertinggi), yaitu
nilai-nilai yang dianggap sebagai “tujuan utama”. Nilai-nilai ini dalam
13

filsafat adalah al-haq (kebenaran), kebaikan dan keindahan.


Pembahasan tentang nilai dibagi kedalam tiga cabang yaitu:
1) Logika, yang membahas tentang nilai kebenaran yang membantu
kita untuk berkomitmen pada kebenaran dan menjauhi kesalahan,
serta menerangkan bagaimana seharusnya berfikir secara benar itu.
2) Etika, yang membahas nilai kebaikan dan berusaha membantu kita
dalam mengarahkan kita kepada apa yang seharusnya dilakukan,
membatasi makna kebaikan, keburukan, kewajiban, perasaan serta
tanggung jawab moral.
3) Ilmu Estetika, yang membahas nilai keindahan dan berusaha
membantu kita dalam meningkatkan rasa keindahan dengan
membatasi tingkatan-tingkatan yang menjadi standar dari sesuatu
yang indah.

B. Filsafat Barat (Mazhab-Mazhab dan Aliran-Aliran Terpenting) dari Masa


Yuani Sampai Modern
Pada saat mempelajari ilmu filsafat, akan ditemukan berbagai macam
aliran atau mazhab dalam filsafat. Pengetahuan mazhab dalam filsafat
mencangkup wacana filsafat dari masa ke masa yang diwarnai pergulatan
maupun perbedaan pemikiran khususnya diantara para filosof-filosof yang
merumuskan bangunan filsafatnya. Mazhab yang dimaksut adalah orientasi dan
kecenderungan utama yang dijadikan oleh para filsuf sebagai landasan
penafsiran tentang wujud (Being) dan pengetahuan (Ismail: 2012).
1. Mazhab Rasionalisme
Filosof yang menganut mazhab ini berpandangan bahwa pertama, akal
dalam diri manusia merupakan sumber dari semua ilmu yang hakiki. Jadi
sumber pengetahuan manusia itu bagi mereka adalah rasio/ akal. Kedua,
terkait alam (kosmik), mereka menerima adanya wujud spiritual atau rasio
yang merupakan asal usul dari segala entitas. Mazhab rasionalisme ini
14

terdapat tokoh-tokoh yang terkenal diantaranya: Plato(427-347 SM), Rene


Descartes dan Leibniz untuk masa modern (Ismail:2012).
a. PLATO (427-347 SM)
Dia adalah seorang Filsuf Yunani dan dilahirkan di Athena. Ketika
mengetahui kemasyhuruan Sokratas (419-399SM), segeralah ia
bergurau kepadanya. Pada saat itu, usianya sudah mencapai 20 tahun.
Plato tetap belajar pada Sokratas sampai gurunya itu dihukum mati.
Kemudian, Plato meninggalkan Athena dan berkelana ke berbagai
wilayah Eropa, Afrika dan Asia pada saat usianya 28 tahun. Di antara
wilayah-wilayah yang pernah disinggahinya adalah Mesir, Persia dan
India petualangan tersebut menambah pengalaman keilmuannya ketika
ia kembali ke Athena pada usia 40 tahun, ia segera membangun sekolah
Akademia yang terkenal. Itulah universitas pertama dalam sejarah
Klasik. Di sana, Platomulai mengajar dan menulis selama 40 tahun.
Buku-buku Plato banyak berisi dialog-dialog yang meliputi
berbagai persoala yang dianalisa dan didiskusikannya, diantaranya
tentang kekekalan, cinta, agama, demokrasi, diktatorisme, komunisme,
persamaan pria dan wanita, keluarga berencana, perbaikan keturunan,
pendidikan, etika, seni music,analisa jiwa dan sebagainya.
Berkaitan dengan pandangan tentang wujud (Being) yaitu teori
Plato tentang wujud bergerak naik dari wilayah inderawi kepada
wilayah rasional sembari menunjukan wilayah inderawi di bawah
wilayah rasional. Wujud hakiki menurut Plato adalah idea. Teori idea
Plato mengemukakan bahwa idea adalah suatu makna rasional yang
tetap dan satu, serta bertentangan dengan hal-hal indwrawi atau hal-hal
particular yang banyak dan berubah. Hal-hal inderawi tersebut
berasosiasi, berasimlasi atau mendekati yang idea itu. Ada beberapa
jenis idea, yaitu:
1) Idea Matematika :seperti keserupaan, singularitas dan pluralitas
15

2) Idea Nilai :seperti keadilan, keindahan an kebaikan


3) Idea Alamiah :seperti manusia dan makhluk hidup linnya, api dan air
Untuk membutikan adanya hubungan antara idea dengan obyek
inderawi, mari kita pelajari “idea maskulinitas”, yang termasuk idea
alamiah. Plato menggambarkan idea maskulinitas sebagai cahaya
berkilau yang dikelilingi oleh ribuan cermin. Ada yang cekung,
cembung, berkarat, bersih, retak dan mulus. Setiap cermin mencerminka
gambaran-gambaran maskulinitas yang ada di tengah-tengah setia
cermin. Meski demikian, kita tidak mendapatkan adanyarefleksi
(pantulan) gambaran yang betul-betul mirip antara yang satu dengan
yang lain, karna setiap gambaran dalam pembentukannya tergantung
pada karakter permukaan cermin yang memantulkannya. Dari sinilah,
timbul perbedaan di antara banyak laki-laki, atau munul gambaran-
gambaran maskulinitas yang berbeda. Ada laki-laki yang baik dan ada
yang jahat, ada yang kuat dan ada yang lemah, ada yang konsisten dan
ada yang plin plan, ada yang cerdik dan ada yang idiot, ada yang
serampangan dan ada yang lmbn. Atas dasar semua ini, sesungguhnya
gambaran-gambaran yang tercermin itu bukanlah sesuatu yg hakiki,
tetapi hanya fenomena dari gambaran-gambaran sinar yang berkilau itu.
Ia merupakan bayangan-bayangan dari satu hakikat sempurna yang ada
di tengah cermin-cermin tadi.
Plato mendeskripsikan Allah sebagai “Yang Berakal”,
“Pnggerak”, “Pengatur”, “Indah”, “Baik”, “Adil”, “Sempurna tak
beraneka”, “Tetap tak berubah”, “Jujur tak berdusta”, Selalu hadir”,
“(Omnipresent). Plato melihat bahwa “kita tidak wajib menjadikan
Tuhan Yang Maha Tinggi sebagai objek kajian, karena hal itu termasuk
kesesatan dan dosa”. Di antara bukti eksistensi Allah menurut Plato
adalah keteraturan Kosmik dan adanya gerakan. Keteraturan kosmik
tampak nyata sekali bahwa ala mini mempunyai sifat keteraturan,
16

khususnya alam langit. Tentu saja keteraturan ini harus ada sebabnya.
Allah adalah sebab dari keteraturan ala mini, karena Dialah yang
mengatur alam ini. Adanya Gerakan. Jiwa menggerakan makhluk hidup,
sehingga jiwa merupkan sebab dari gerakan yang ada di dalamnya.
Namun kita melihat bahwa alam semesta –khususnya benda-benda
langit seharusnya bergerak, sehingga meski ada wujud Tuhan yang
menggerakan alam.
Berkaitan dengan jiwa, Plato berpendapat bahwa jiwa bersifat
abadi, karena pengetahuan kita terhadap berbagai hakikat dalam jiwa
merupakan bukti dari eksistensi jiwa di masa lalu dalam dunia ide serta
bukti dari sifat tahu dan sifat lupa akan sebagai hakikat, ketika ia bersatu
dengan badan Manusia dapat saja secara tiba-tiba mengingat apa yang
pernah diketahuinya pada mas lalu. Plato membagi jiwa ke dalam tiga
daya, yakni: (1) daya pikir yang berpusat di kepala, (2) daya marah,
yang berpusat di dada dan (3) daya nafsu, yang berpusat di perut dan
yang ada di bawah perut.plato membuat perumamaan jiwa dengan tiga
daya tersebut serupa dengan gerobak yang dikendalikan oleh seorang
sais berupa akal (daya pikir). Gerobak tersebut ditrik oleh dua ekor kuda
yang masing-masing mencerminkan marah dan nafsu. Dengan begitu
terciptalah keseimbangan antara daya-daya jiwa, dimana kekuatan akal
(daya pikir) mampu mengusai daya nafsu dengan memanfaatkan daya
marah. Berkaitan dengan pandanagnnya tentang pengetahuan, Plato
adalah filsuf pertama yang mengkaji persoalan pengetahuan secara
intensif dan mendeskripsikannya dari berbagai seginya. Plato dengan
seolah-olah Sokrates yang berucap bertanya-tanya dalam salah satu
dialognya, “Apa itu pengetahuan?”. Kemudian ia jawab sendiri bahwa
pengetahuan ittu bukan persepsi sensoris, karena pengetahuan dalam
pandangannya bersumber dari akal. Plato berpendapat bahwa
pengetahuan pada dasarnya bersifat natural. Artinya bahwa manusia
17

tidak memperolehnya lewat indera, karena jiwa seperti yang telah kami
sebutkan sebelum turun kea lam ini telah berada di dunia ide. Hal itu
karena jiwa telah mengenal berbagai hal tersebut sebagai pengetahuan
dasar.
Plato menggunakan istilah al-jadal dalam arti diskusi. Diskusi
disini bukan diskusi palsu, namun diskusi murni yang di lahirkan ilmu,
yaitu diskusi antara dua orang atau lebih, atau diskusi antara seseorang
dengan jiwanya. Dalam pandangan Plato, al-jadal terjadi dalam dua
tingkat, yaitu menanjak dan menurun. Debat menanjak terjadi ketika
akan menanjak dari entitas inderawi kepada entitas rasional. Urutannya
berjalan dari sensasi, dugaan, lalu ilmu deduktif dan berakhir ke ilmu
murni. Sensasi menyadarkan kekuatan jiwa. Problem penting dalam dari
pemikiran ini adalah bahwa dugaan merupakan kegelisahan dalam jiwa
yang mendorongnya untuk mencari ilmu Jiwa menarik ke tingkat
berikutnya dengan mempelajari ilmu hitung, mekanisme, astronomi dan
music. Jadi pengetahuan-pengetahuan ini adalah jenis pengetahuan
pertengahan natara dugaan dan ilmu hakiki. Setelah itu, manusia
mendorong pikirannya untuk terus berjalan menu pemahaman murni
untuk sampai kepada ilmu yang sempurna, guna mencapai gambaran-
gambaran universal dan tetap, yaitu idea.
Debat menurun, pikiran turun dari alam rasional ke berbagai imu
untuk menghubungkan ilmu-ilmu itu dengan prinsip-prinsipnya dan
terus turun menuju persoalan-persoalan inderawi untuk menafsirkannya.
Sarana debat menurun ini adalah devisi logika, karena genre tersebut
membagi jenis ke dalam macam-macamnya.
b. Rene Descartes (1596-1650 M)
Descartes adalah filsuf Prancis yang dilahirkan pada tanggal 31
Maret 1596 M di wilayah Touine, Prancis. Ia mempelajari bahasa-
bahasa kuno, sastra (prosa dan syair), geografi, sejarah, astronomi
18

filsafat dan teologi. Rene Descartes berhasil menemukan ilmu


Mekanika-Analitik, dimana ia dapat mengungkapkan bentuk-bentuk
mekanis dengan kode-kode ilmu aljabar. Descartes memegang bendera
reformasi dan inivasi kajian filsafat adab XVII M. Ia melandaskan
filsafatnya atas asas spontanisasi dan keyakinan positif dalam
matematika. Ia ingin menerapkan hal itu di semua cabang ilmu
pengetahuan, agar terbukti adanya kecermatan dan keyakinan ilmu-imu
matematis pada ilmu-ilmu tersebut.
Berkaitan dengan keraguan sebelum keyakinan,
Descartes menciptakan metode keraguan yang ia gunakan untuk
menguji pengetahuan-pengetahuannya yang lampau, dimana ia bias
memilih yang benar dan menghindari yang salah. Ia mengatan bahwa
indera menipu kita dan kebenaran-kebenaran umum yang kita klaim
sesungguhnya mempunyai efek (kesan) fantasi dan keraguan.
Dibalik metode keraguan yang diciptakan Descartes, ada tujuan untuk
sampai kepada keyakinan. Descartes menjaikannya sebagai sebuah
metode atau cara untuk membebaskn akal dari segala kesalahannya.
Berkaitan dengan wujud jiwa, sesungguhnya, keraguan terhadap
segala sesuatu dalam pengetahuan kita dapat menyampaikan kita kepada
sebuah kebenaran yang tidak di ragukan. Di sini kita melihat bahwa
Descartes menetapkan wujud jiwa dan bukan badan, karena Descartes
berbicara tentang zat yang berpikir, bukan badan yang dapat diindera.
Sedangkan untuk bukti adanya Allah, setelah Descartes
membuktikan eksistensi jiwa, ia mulai melngkah untuk memuktikan
eksistensi Allah. Bukti pertama disini Descartes meminjam metode
keraguan, dengan urutan berikut keraguan adalah bukti bahwa manusia
menyadari bahwa didirinya bersifat kurang dan terbatas.
Akan tetapi, manusia tidak akan menyadari kekurangan yang ada pada
dirinya kecuali jika ia memiliki ide (konsep) tentang “eksistensi yang
19

betul-betul sempurna”. Tidak mungkin konsep tentang “kesempurnaan”


mampu mewujudkan oleh manusia oleh dirinya, karena dirinya adalah
eksistensi yang bersifat kurang dan sesuatu yang kurang tidak bias
menjadi sumber dari sesuatu yang sempurna. Jadi, ide (konsep) tentang
kesmpurnaah diletakkan dalam jiwa kita oleh suatu eksistensi yang
sungguh sempurna, yaitu Allah. Bukti Kedua, dinamakannya dengan
bukti ontologis-eksistensialis. Sesuai dengan apa yang diperolehnya dari
ide tersebut, maka dengan mudah pikirannya akan memutuskan bahwa
Allah adalah wujud yang sempurna itu. Adapun pada konsep tentang
Eksistensi Yang Sempurna ini, pikiran bukan hanya melihat adanya
kemungkinan eksistensi, seperti halnya konsep-konsep pikiran tentang
suatu yang lain. Bhkan ia melihat adanya eksistensi azali-abadi yang
meski ada.
Bukti Ketiga, disisni ia berpegang pada pembuktian yang lalu
tentang adanya jiwa. Jika jiwa ada maka buakan aku yang
menciptakannya.. kareena seandainya aku yang menciptakan jiwaku,
aku pasti akan memberikan kesempurnaan yang aku inginkan.
Seandainya aku mengembalikan wujudku kepada eksistensi selain
Allah, maka terpaksa aku akan membetuk rangkaian sebab-sebab hingga
sampai kepada sebab pertama. Komentar Terhadap
Pembuktian adanya wujud Allah oleh Descartes adalah sebuah
pembuktian rasional. Pembuktian eksistensi Allah menurut Descartes
adalah tujuan dan sarana yaitu Ia terbentuk tujuan, karena akidah
(keyakinan) yang benar tak akan terwujud tanpanya.
Ia berbentuk sarana, karena tak ada keyakinan apapun, kecuali dibangun
atas dasar eksistensi Allah, karena eksistensiNya menghilangkan batas
keraguan.
Wujud Alam Luar (eksternal) menurut beliau, kita menemukan
banyak objek melalui indera, dimana Descartes meragukan apa yang
20

disaksikan oleh (indera). Akan tetapi, menurut Descartes, akal kita


memiliki kesiapan untuk menerima objek-objek itu. Dalam penetapan
ini, kita melihat Descartes menjadikan akal sebagai penentu, bahwa
sampai pada apa yang disaksikan oleh indera. Descartes juga merubah
pola pemikiran menanjak dari wilayah inderawi ke wilayah rasional
menjadi turun dari wilayah rasinal ke wilayah inderawi. Pantaslah
kiranya Descartes menyandag gelar Pemimpin Madzhab Rasional
dalam sejarah filsafat modern.
Ketika kita mempertemukan antara zat yang berpikir yang telah
kita bahas dengan alam materil luar, kita dapati bahwa wujud (being)
menurut Descartes terbagi dua yaitu substansi berpikir non-material,
yaitu spirit (ruh) yang berbeda hakikat dan fungsinya dari bentuk-bentuk
material. Selain itu juga ada substansi yang terbentang dalam ruang,
yaitu bentuk-bentuk material yang merupakan bahan susunan alam
materiil-inderawi yang diatur oleh suatu system mekanis, dimana
seandainya suatu bentuk materiil tertentu bergerak, maka gerakannya
akan beralih kepada gerakan selanjutnya dan terus sampai tak terhingga.
Berkaitan dengan pengetahuan, menurut Descartes pengetahuan
berjalan dari wilayahrasional kepada wilayah inderawi. Pertama,
Descartes menegaskn danya zat yang berpikir, kemudian menegaskan
secara rasional adanya Allah dan setelah itu akan mudah baginya untuk
mmengetahui adanya berbagai entitas, seperti pikiran dalam rasio
sebagai substansi-substansi yang tertentang dalam ruang. Pengetahuan
ini terjadi dengan sarana akal dan jaminan Allah.
Descartes membagi ide (pikiran), menjadi tiga yaitu Ide-ide natural
(innees), ide-ide aksidental (advantices) dan ide-ide buatan (factities)
yang kita buat lewat imajinasi dengan menggunakan kehendak.
Descartes melihat bahwa dasar pengetahuan yang meyakinkan adalah
ide-ide ntural yang dianggapnya sebagai instink dalam arti bahwa ia
21

tidak berasal dari indera dan tidak terususun dengan perantaraan


kehendak, namun berasal dari daya pikir yang ada pada kita. Makna
natural ide-ide ini bukan berarti bahwa eksistensi itu tercipta atau
tercetak dalam otak, seperti bait-bait syair, namun eksistensi berada
dalam otak karena daya pikir tadi, sehingga ia tidak muncul kecuali
dengan mempekerjakan pikiran itu.
Ide-ide natural merupakan hal general pada manusia, disamping
merupakan sesuatu yang tetap dan pasti. Generalitas ini bersumber dari
keberadaan akal sehat (Common Sense) yang merupakan hal paling
sederhana pada semua orang. Agar pengetahuan tentang hal-hal
inderawi dapat terwujud, maka ia harus menjadi obyek engetahuann
sensasi. Pada bagian akhir bukunya, Discourse On medbod, dia meminta
kepada pemerintah dan orang-orang kaya untuk menyediakan dana yang
cukup bagi penelitian dan eksperimen yang mendukung kemajuan ilmu
pengetahuan.
c. Leibniz (1646 – 1716 M)
Gottfried Wilhelm Leibniz adalah Filsuf Jerman yang dilahirkan
di kota Leipzig di Jerman. Selanjutnya, ia mendalami filsafat dan
matematika di bawah bimbingan guru-guru besar masa itu. Ia juga
meneliti pemikiran filsafat Yunani da Kristiani. Setelah itu, ia belajar
filsafat kepada guru-guru besar filsafat modern sampai ia berhasil
meraih gelar doctor dalam bidang hukum. Leibniz pun mempelajari
karangan –karangan Pascal, filsafat Descartes dan Spinoze. Ia
menciptakan alat hitung yang ditiru dari Pascal, serta melakukan
improvisasi, karena di situ ia menambahkan: penambahan,
penguranagan pembagian serta sebagian akar bilangan. Jumlah karya-
karyanya tidak bias ditentukan tetapi selalu makalah-makalah yang
pernah ditulis jumlah karya-karyanya mencapai lebih dari seratus.
22

Berkaitan dengan madzhab Monadologi, Leibniz mengasumsikan


adanya substansi-subsansi yang tak terbatas jumlahnya yang dianggap
sebagai unsure-unsur utama dalam susunan alam. Ia menyebutnya
dengan monad, artinya bagian-bagian tak terpisahkan. Monad adalah
atom-atom spiritual, bukan material dan tidak menempati ruang.
Karakeristik terpenting dari monad atau atom spiritual adalah sebagai
berikut monad adalah suatu eksistensi hidup atau atom hidup yang
seharusnya merupakan kekuatan aktif yang selalu cenderung bekera da
bergerak. Ia tidak membentuk, tidak berskala dan tidak terbagi.
Ia tidak terbentuk dari apapun dan tidak musnah sendiri, tetapi mesti ada
yang mencipakannya. Dari monad, bentuk-bentuk material
terbangun. Sesuai dengan tingkat pengetahuannya, Monad terbagi empat
macam yaitu pertama monad-monad yang hanya mempunyai
pengetahuan dan kecenderungan dalam bentuk yang paling sederhana.
Yang kedua monad-monad hewani, disamping mempunyai pengetahuan
, juga mempunyai hafalan dan ingatan. Yang ketiga monad manusiawi,
yang mengetahuinya sangat tinggi hingga dapat beragumentasi,
memahami hakikat-hakikat universal serta meramalkan masa depan.
Yang keempat di antara manusia da Tuhan yang di anggap Leibniz
sebagai Monad dari segala monad terdapat lapisan-lapisan malaikat dan
alam ruhani yang memiliki pengetahuan lebih tingi dan leih sempurna
daripada manusia.
Berkaitan dengan teori pengetahuan, kita dapati pandangan-
pandangan Leibniz didasarkan pada rangkaian dan penyelarasan
pandangan-pandangan Descartes dan John Locke. Descartes meletakan
dasar-dasar madzhab rasionalisme modern yang mencetuskan konsep
pengetahuan alami (natural). Ia mengembalikan seluruh kebenaran pada
ilmu Ilahi. John Locke yang akan kami jelaskan beikutnya berpendapat
bahwa pengetahuan bersumber dari alam inderawi dan menurutnya
23

dalam akal tak ada apa-apa. Leibniz menyelaraskan kedua pandanagan


ini. Ia menggagas konsep fitrah (natural, alamiah), tapi ia menganggap
ide-ide dan prinsip-prinsip umum sebagai kesiapan-kesiapan
tersembunyi dalam jiwa yang tidak kita rasakan.
Hal ini seperti yang kita temukan pada Plato yang mengatakan
bahwa jika memiliki pengetahuan natural sebagai akibat dari
kehidupannya di dunia ide sebelum bersatu dengan badan yang kemudin
ia lupakan karna proses persatuannya itu. Ketika pengetahuan-
pengetahuannya inderawi dating, ia mengingatnya seperti yang telah
diketahuinya.
d. Ringkasan umum tentang madzhab rasionalisme
Pertama, berkenaan dengan wujud (being). Kita mendapati Plato
memaarkan tentang alam inderawi dan berpendapt bahwa wujud hakiki
adalah alam idea, atau alam rasinal. Descartes membagi wujud (being)
kepada dua macam, yaitu substansi berpikir, yaitu spirit-sprit dan
substansi yang terdapat di dunia ruang, yaitu tubuh. Adapun Leibniz
menggagas konsep substansi-substansi spiritual yang dianggap sebagai
unsure-unsur utamadalam susunan alam. Kedua, berkenaan dengan
pengetahuan. Plato berpendapat bahwa pengetahuan tentang hakikat-
hakikat rasional (idea) hanya terwujud lewat akal. Ia juga menemukan
bahwa sensasi dapat membangun kekuatan jiwa, meskipun pengetahuan
indera bersifat dugaan murni.
2. Madzhab Empirisme
Para penganut madzhab ini menolak teori ide – ide natural yang
dikemukakan oleh para penganut madzhab rasionalisme. Penganut
madzhab empirisme mengembalikan pengetahuan dengan semua
bentuknya kepada pengalaman inderawi. Orientasi ini mendorong mereka
untuk secara serius memperhatikan peristiwa – peristiwa nyata. Kami akan
memaparkan perkembangan madzhab dengan kelima tokohnya. Salah
24

satunya adalah Aris Toteles yang mewakili aliran klasik, dan empat yang
lainnya Roger Bacon, John Locke, David Hume dan John Stuart Mills
mewakili masa modern.
a. Aristoteles ( 384 – 322 Sm )
Ia adalah seorang filsuf Yunani yang dilahirkan di satu kota
perbatasan Macedonia. Ketika berumur 18 tahun, ia pergi ke Atena untuk
belajar kepada Plato. Dalam waktu yang tidak begitu lama, ia
menampakan kecerdasannya, sehingga Plato mengaguminya dan
menamakannya si akal, karena kecerdasannya yang luar biasa dan si kutu
buku karena kerajinannya membaca. Di antara peristiwa – peristiwa
penting dalam kehidupannya adalah kesibukannya mengajar Alexander
The Great selama beberapa waktu dan pembangunan sekolahnya yang
diberi nama Liceum (dihubungkan dengan arena olahraga tempat sekolah
itu didirikan).
Aristoteles menyampaikan pelajaran kepada murid – muridnya
sambil berjalan di antara pepohonan dan bunga – bunga yang rimbun di
halaman sekolah. Karena itu Aristoteles dan murid – muridnya di gelari
al-massyain (orang – orang yang suka berjalan). Ia pun membanguan
perpustakaan untuk sekolahnya, yang kemudian dianggap merupakan
perpustakaan pertama di zaman klasik, Ia juga membangun sebuah
laboratorium sejarah alam dan mewariskan sejumlah buku karangan
mengenai berbagai disiplin ilmu kemanusiaan, diantaranya adalah logika,
fisika, serta metafisika, etika, politik dan seni secara khusus. Aristoteles
mengajarkan kepada kita batasan – batasan dan definisi – definisi yang tak
terhitung dalam berbagai cabang pengetahuan dan banyak menunjukan
esensi dari berbagai hal, serta mengarang buku – buku sehingga ia berhak
mendapatkan gelar Guru Pertama (al-Ustadz al-Awwal). Buku – bukunya
senantiasa menjadi sumber dan referensi yang sangat pentingbagi para
pemikir sampai saat ini.
25

Sedangkan Plato melihat bahwa wujud – wujud alam hanyalah


bayang – bayang, sedangkan wujud yang hakiki adalah ide yang kita
ketahui melalui akal. Akan tetapi Aristoteles berbeda pandangan dengan
gurunya. Ia berpendapat bahwa bentuk – bentuk alami merupakan sebuah
hakikat nyata yang bersifat materiil dan indrawi, seperti manusia
misalnya. Ia tidak akan di dapati kecuali dari darah dan daging. Juga
pohon yang terdiri dari materi tertentu. Pernyataan adalah apakah bentuk –
bentuk materiil inderawi ini kembali kepada satu sumber (materi yang
satu) atau kembali kepada sumber yang berbilang? Para filsuf klasik
berbeda pendapat dalam menjawab pertanyaan ini, karena mereka tidak
memiliki sarana – sarana ilmiyah modern untuk menguraikan bentuk –
bentuk alami kepada unsur – unsur utama yang menjadi bahan
susunannya. Pengembalian bentuk – bentuk alami kepada satu sumber
oleh Aristoteles dianggap menyalahi apa yang disaksikan oleh sebuah
observasi. Seperti yang kita amati, bentuk – bentuk alami berbeda secara
substantif satu sama lain. Maka pengembalian bentuk – bentuk alami
kepada sumber yang terbilang menurut Aristoteles, tidak menafsirkan
kesatuan masing – masing bentuk. Mahluk hidup misalnya adalah satu
dalam semua bagian – bagiannya meskipun bagian – bagian ini berbeda
jenis dan fungsinya.
Untuk menafsirkan berbagai wujud alami bersama dengan kesatuan
masing – masing Aristoteles menggambarkan adanya materi pertama yang
tidak terbatas. Materi inibergerak dan gerakannya menjadikannya berputar
di hadapan kita, berupa bentuk – bentuk alami yang terindera. Bentuk –
bentuk alami adalah istilah tentang berbagai gambaran yang membentuk
materi sebagai akibat gerakan materi utama tadi. Namun gambaran –
gambaran ini bukanlah gambaran rasional seperti yang dikatan oleh Plato
melainkan gambaran riil. Karena itu beberapa orang menyatakan bahwa
Aristoteles telah menurunkan Idea Plato dari langit ke bumi.
26

Jika perbedaan gambar bentuk – bentuk inderawi disebabkan oleh


gerakan materi tersebut, kita bertanya – tanya tentang sebab gerakan.
Aristoteles menjawabnya dengan mengembalikan gerakan pada alam
kepada sebab pertama (First Cause) yang merupakan penggerak pertama
(First Mover) yaitu Allah yang digambarkannya sebagai akal murni
dimana alam dengan penuh kerinduan bergerak ke arahnya seperti gerakan
anai – anai di sekeliling cahaya.
Organisme yang hidup (mahluk hidup) adalah bagian dari bentuk –
bentuk alami, namun ia mempunyai ciri khusus yakni adanya jiwa yang
menjadi sumber perbuatan dalam berbagai spesiesnya, berupa
pertumbuhan, perasaan dan pikiran. Oleh karena itu jiwa merupakan
gambaran mahluk hidup. Jiwa terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
1) Jiwa pertumbuhan terdapat pada tumbuh – tumbuhan.
2) Jiwa perasa terdapat pada binatang. Jiwa ini menghimpun fungsi –
fungsi jiwa yang tumbuh
3) Jiwa berpikir yaitu jiwa manusia, dimana ia menghimpun funsi jiwa
pertumbuhan dan jiwa perasa ke dalam dua fungsi khususnya (jiw
berpikir) yaitu akal dan kehendak.
Sedangkan untuk pengethuan Madzhab Aristoteles mengemukakan
bahwa pengetahuan berhubungan dengan madzhabnya tentang wujud
(being). Selama hal – hal yang inderawi ada secara hakiki, maka sensasi
adalah pengetahuan tentang sesuatu yang hakiki, bukan pengetahuan
tentang bayang – bayang seperti yang dikatakan Plato. Akan tetapi
sensasi bukanlah resepsivutas negatif jiwa yang melakukan proses
pengetahuan kemudian menaik ke tahapan berikutnya dengan
mengosongkan makna – makna universal ataumelepaskan sifat – sifat
dasar dari entitas yang diketahuinya kemudian, ia merasionalisasikan sifat
– sifat dan makna – makna universal ini.
b. Prancis Bacon
27

Dia adalah seorang filsuf Inggris yang dilahirkan di London dan


belajar di Universitas Cambridge untuk mendalami ilmu pengetahuan,
antara lain madzhab Aristoteles dan filsafat abad pertengahan. Namun ia
segera meninggalkan dunia akademis dan menyibukan diri di dunia politik
sampai pada tingkat yang cukup serius. Meskipun berkecimpung di dunia
politik ia tetap mencurahkan perhatiannya pada kajian dan metode ilmiah,
sampai – sampai kematiannya di sebabkan oleh eksperimentasi
ilmiyahnya itu.
Buku – buku yang dikarangnya meliputi banyak persoalan dan sangat
bermutu, diantaranya tentang politik, sastra dan sejarah yang mencapai
jumlah dua puluhan. Yang menjadi perhatian kita di sini adalah buku –
buku yang menjelaskan teori eksperimentasi. Yang pertama adalah
risalahnya yang berjudul The Advancement of Learning dan Novum
Organon yang merupakan penolakan terhadap buku logika Aristoteles
yang berjudul Organon. Sejak umur 25 tahun Becon sudah bergelut
dengan usaha reformasi dan revitalisasi ilmu pengetahuan dengan cara
menggalinya atas dasar metode induktif sebagai ganti metode analogis
yang sangat di gandrungi Aristoteles dan diulangi oleh para filsuf abad
pertengahan.
Sedangkan untuk orientasi eksperimental tentang pengetahuan Bacon
mengorientasikan bahwa pengetahuan pada realitas dengan maksud untuk
menguasai alam. Ia berpandangan bahwa tidak mungkin kita mengetahui
berbagai hakikat tanpa perantara indera. Cara yang asbah di mulai dari
realitas – realitas partikular inderawati. Akal akan mampu memperoleh
pengetahuan yang benar tanpa kesalahan (Fallasi).
Ilusi – ilusi ini ada empat macam :
1) Ilusi kabilah (idols of the tribe) yaitu kesalahan – kesalahan yang
umum terjadi pada semua orang. Misalnya kecenderungan manusia
28

untuk tergesa – gesa dalam mengeluarkan hukum (keputusan) yang


menyenangkan nafsunya.
2) Ilusi goa (Idols of the cave) yaitu kesalahan – kesalahan pribadi yang
kembali kepada pendidikan dan pembentukan pemikiran setiap orang
3) Ilusi pasar (Idols of the market) yaitu kesalahan – kesalahan yang
muncul dari buruknya penggunaan bahasa yang merupakan sarana
pergaulan antar manusia.
4) Ilusi drama (idols of the theatre) yaitu kesalahan – kesalahan yang
muncul dari keberpihakan kita pada suatu madzhab filsuf tertentu,
seolah – olah madzhab ini merupakan sebuah cerita drama hasil
sebuah kreasi yang menyegarkan dan dalam cerita ini pikiran
memainkan perannya.
Tingkatan – tinggkatan metode Eksperimental Bacon mempunyai
empat tingkatan :
1) Tahapan pengumpulan kebenaran
Di sisni kita mengumpulkan sebanyak mungkin hakikat dari
fenomena yang ingin kita kaji. Caranya adalah dengan mencatat semua
yang dilihat oleh mata kita, dirasa oleh indera – indera kita serta
melakukan percobaan agar kita dapat menyingkap karateristik –
karateristik alam. Kita harus cermat dalam pengamatan kita,
memperbanyak dan mengulang percobaan – percobaan itu serta
menerapkan pada sebanyak mungkin bidang.
2) Tahapan Sistematisasi dan Klasifikasi
Dalam tahapan ini, kita menyusun fenomena yang sudah kita
kumpulkan kedalam 3 kelompok atau daftar khusus. Daftar pertama
terdiri atas contoh – contoh dengan penomena yang tampak jelas di
depan mata kita, sehingga karenanya disebut daftar kehadiran. Dalam
daftar kedua, kita menghimpun contoh – contoh dari penomena tidak
terlihat yang dinamakan daftar absen. Dalam daftar ketiga, kita
29

menetapkan contoh – contoh dengan bermacam – macam


penomenayang terjadi dalam tingkatan – tingkatan yang berbeda,
sehingga disebut daftar perbedaan tingkat. Ketiga daftar ini adalah hal
pertama yang terlintas dalam pikiran para peneliti yang disebut metode
Bacon.
3) Tahapan Induksi Hakiki
Dalam tahapan ini, kita melakukan perbandingan daftar – daftar
diatas untuk dapat mengetahui karakter – karakter subyektif dari
fenomena yaitu karakter – karakter yang menyertai fenomena, baik
ketika penomena itu ada ataupun tidak ada. Karakter – karakter ini
bertambah dan berkurang dengan pertambahan dan pengurangan
fenomena. Bacon menghendaki agar dengan induksi ini kita dapat
menghitung karakter – karakter subjektif utama dari penomena
alamiyah.
4) Tahapan Keterwujudan dan Penetapan
Tingkatan ini diperkenalkan Bacon pada pendahuluan kajiannya,
namun ia tidak punya cukup waktu untuk mengkajinya secara
sempurna. Apa yang kita temukan berkaitan dengan tingkatan ini
hanyalah catatan – catatan partikular yang sangat terbatas dan
menunjukan pernyataannya bahwa kesimpulan yang kita peroleh pada
tahapan sebelumnya adalah kesimpulan tentaif dan tak lebih dari
sebuah asumsi ilmiyah yang bisa benar dan bisa salah.
Berkaitan nilai metode eksperimental Bacon, orang barat
menganggap Francis Bacon sebagai penemu metode Eksperimental yang
sebenarnya. Bacon memberikan penjelasan dan menerangkan tahapan –
tahapan dan proses metode eksperimentalnya kepada kita serta mengajak
untuk mempertimbangkan observasi, berhati – hati dalam bereksperimen
dan jangan terburu – buru dalam menggeneralisir. Ia juga memasukan
konsep perbandingan dan analogi disamping observasi dan eksperimen
30

yang harus dikerjakandengan cermat dan teliti. Kajian ilmiah telah


berlangsung di Eropa pada abad tujuh belas dan delapan belasdi bawah
bimbingan prinsif – prinsif yang telah digariskan Bacon dalam metode
eksperimentalnya. Namun karena kaijian – kajian para ilmuwan dalam
berbagai cabang ilmu telah meletakan metode itu pada wilayah aplikatif,
maka menjadi jelas bagi mereka segi – segi kekuatan dan
kelemahanmetode ini, sehingga dibuatkan syarat – syarat baru dalam
observasi dan eksperimen yang benar, sebagaimana asumsi ilmiyah yang
menjadi jelas. Kemudian datanglah John Stuart Mills pada abad 19 yang
mengambil manfaat dari semua itu dan berusaha untuk membuat metode
eksperimen dalam sebuah wadah yang lebih luas dan lebih umum.
Dengan begitu sempurnalah konstruksi bangunan yang fondasinya telah
dibuat oleh bacon.
c. John locke (1632 – 1704 M)
1) Riwayat hidupnya
Ia adalah seorang filsuf Inggris. Ia mampu menguasai metode
eksperimentalnya Francis Bacon, yg kemudian ia terapkan semuanya
pada filsafat eksperimentalisme. Locke telah menulis banyak buku, di
antaranya tentang agama, politik, ekonomi, dan filsafat. Akan tetapi
bukunya yang paling penting adalah Essay Concering Human
Understanding.
2) Metode Eksperimentalnya
Dalam pandangan Locke, pengetahuan manusia kembali pada
pengalaman inderawi. Sikap jiwa terhadap pengetahuan inderawi
bukanlah sikap negative. Akan tetapi dalam hal ini, ia berpegang pada
unsur-unsur yg diperoleh dari pengalaman inderawi. Locke
menemukan bahwa pengalaman mencakup dua makna, yaitu :
31

1) Pengalaman fenomenal yang berpegang pada sensasi dan di


dasarkan pada penerimaan kesan-kesan inderawi yg “terukir” di
atas “lembaran” akal, yang pada asalnya putih bersih.
2) Pengalaman ba iniah, yang berpegang pada pemikiran dan di
dasarkan pada pengamatan jiwa terhadap berbagai gambaran dan
konsep yang terjaga dalam jiwa dari pengalaman fenomenal.
3) Analisa konsep
Locke membagi konsep (ide) berdasarkan perannya menjadi dua
macam, yaitu :
1) Konsep-konsep sederhana (simple ideas)
2) Konsep-konsep kompleks (complex ideas)
4) Hubungan Pikiran dengan Realitas
Sifat-sifat entitas inderawi di bagi dalam dua hal, yaitu :
1) Kualitas primer (primary qualities), yaitu sifat yang tetap.
2) Kualitas sekunder (secondary qualities), yaitu sifat-sifat tidak
mendasar.

d. David Hume ( 1711-1776 M )


1) Riwayat Hidupnya
David di lahirkan di kota Edinburg, Skotlandia. Hume menulis
beberapa buku tentang filsafat, agama, dan sejarah. Namun yang
menjadi perhatian kita adalah bukunya yang berjudul Philosohical
Essays Human Understanding tahun 1748 M.
2) Analisa pengetahuan menurut Hume
Pertama, setiap idea tau konsep yang kita miliki tak lain
merupakan suatu bentuk dari kesan-kesan (impresi) kita. Kedua,
kesan-kesan ini menjadi ide-ide, setelah hilangnya factor pengaruh
sensasi yang memunculkan kesan-kesan itu. Ketiga, ide-ide itu
adakalanya sederhana dan ada kalanya kompleks.
32

3) Bagaimana Ide-ide Kompleks Terangkai


Ide-ide terangkai sebagai akibat dari adanya makna-makna
yang saling berkelindan. Jadi, kita tidak perlu untuk mengasumsikan
sesuatu yg lain di luar ide-ide ini untuk saling menghubungkannya.
4) Hubungan Ide-ide Dengan Dunia Luar
Indera-indera kita memindahkan berbagai kesan inderawi dari
dunia luar. Kita semua cenderung untuk menerima apa yang di
sampaikan oleh indera kepada kita.
5) Pengingkaran Wujud Jiwa
Hume mengingkari adanya jiwa, karena ide kita tentang jiwa
tidak bersumber dari satu atau beberapa kesan inderawi. Kita
sesungguhnya tidak merasakan jiwa secara langsung dengan indera
fisik ataupun indera non-fisik.
6) Analisa Hume Tentang Prinsip Kualitas
Hume mengingkari prinsip kualitas sebagai sebuah keniscayaan
yang kita percayai sambil berkeyakinan bahwa berbagai peristiwa di
ala mini terjadi berurutan secara pasti.
e. John Stuart Mills ( 1806-1873 M)
1) Riwayat Hidupnya
Ia adalah putrs James Mills, seorang filsuf Skotlandia yang
turut serta membangun dan mengarahkan pemikiran bangsanya .
Bukunya yang paling penting bagi kita adalah System of Logic,
yang di publikasikan tahun 1883 M. Akan tetapi, Mills berpendapat
bahwa perbuatan-perbuatan kemanusiaan kita dalam semua
bentuknya kembali kepada sebab-sebab yang memaksa terjadinya
perbuatan itu terhadap entitas tertentu.
2) Filsafat Persepsi Mills
Mills menjelaskan bahwa fungsi induksi ilmiah adalah untuk
menyingkap hubungan-hubungan niscaya antara berbagai fenomena.
33

Karena fenomena tersebut seperti yang kita lihat terjadi secara


teratur, maka Mills berpendapat bahwa sebab adalah sejumlah syarat
atau kondisi dimana jika ia terpenuhi, maka terjadilah akibat secara
umum.
3) Kaidah-kaidah Kajian Ilmiah
Mills membuat kaidah-kaidah yang sangat membantu dalam
memberikan batasan sebab melalui keniscayaan dan keurutan waktu.
Kaidah-kaidah tersebut adalah :
a) Kaidah keserasian, atau keniscayaan dalam kejadian
b) Kaidah perbedaan, atau keniscayaan dalam perbedaan
c) Kaidah kompromistik antara keserasian dan perbedaan
f. Ringkasan umum madzhab empirisme
Berkenaan dengan madzhab empirisme, kita memahami bahwa
Aristoteles menjelaskan metode induksi dan ia cenderung mengkaji
analogi. Kekurangan ini di sempurnakan Bacon, di mana ia memaparkan
induksi ilmiah secara terperinci, namun penerapan metodenya
menampakkan beberapa kekurangan, maka kemudian hal itu
disempurnakan oleh John Stuart Mills.
3. Madzhab Kritisisme
Dua aliran berbeda dalam kajiannya tentang wujud (being) dan
pemahamannya tentang pengetahuan manusia. Aliran pertama adalah aliran
Rasionalisme yang bertolak dari akal (rasio). Para filsuf aliran ini berpendapat
bahwa wujud hakiki adalah wujud yang kita rasionalisasikan. Aliran kedua
adalah aliran Empirisme yang bertolak dari persepsi dan pengalaman
inderawi, baik mereka yang memperluas kawasan pengetahuan manusia
sehingga menjadikan pengalaman inderawi dan keaktifan jiwa sebagai
sumbernya. Kedua aliran ini berbeda tolak pijakan. Perbedaan ini semakin
menajam pada abad ke-17 dan ke-18 M. Filsafat ini tidak murni rasional dan
34

juga tidak murni empiric, namun menggabungkan antara unsure-unsur dari


kedua aliran.
Kritik adalah salah satu cara untuk memverifikasi berbagai pendapat dan
membebaskan berbagai pemikiran dari keyakinan sebagai pemikiran-
pemikiran yang ajeg (mantap tak berubah-ubah). Ini menurut observasi cermat
serta kesadaran sempurna yang memungkinkan untuk mengetahui sesuatu
yang terselubung dan menjelaskan yang samar. Kritik juga merupakan satu
jenis analisa, dimana seorang pengkritik akan menganalisa satu konsep (ide)
atau ungkapan untuk menjelaskan kebenaran dan kesalahan yang ada
padanya.
a. Immanuel Kant ( 1723-1804 M )
Immanuel Kant melakukan terobosan orientasi baru dalam pemikiran
yang kemudian mendominasi pemikiran pada abad ke-19 M. Kant mampu
menciptakan suatu pola (model) filsafat yang dianggap paling
mengagumkan dalam filsafat modern. Ada tiga buku besarnya yang
menjadi penopang kesuksesannya ini, yaitu : Kritik Akal Murni (Critique of
Pure Reason), Kritik Akal Praktis (Critique of Practical Reason), dan
Kritik Hukum (Critique of Judgment)
Kant mengakui adanya wujud alam inderawi dan dianggapnya
sebagai fenomena bagi entitas hakiki di baliknya. Karena itu, ia
membedakan dua jenis wujud.
1. Segala sesuatu yang tampak terlihat di hadapan kita (penampakan luar)
atau fenomena
2. Segala sesuatu pada zatnya atau hakikat intinya (The thing in its self)
atau noumena
Materi pengetahuan adalah sensasi-sensasi yang dipindahkan oleh
indera kepada kita dari alam fenomena dari setiap entitas. Bentuk
pengetahuan adalah ikatan-ikatan pemikiran yang memberikan otoritas
bagi pembentukan sensasi-sensasi sekaligus membuat penilaian (hukum).
35

Menyusun sensasi dengan menjadikannya terbentuk dalam ruang,


berurutan atau terpisah dalam masa melaluin dua bentuk, yaitu ruang dan
waktu yang pada dasarnya memang ada dalam akal. Selama dua prinsip ini
( ruang dan waktu) bersifat apriori dalam akal, maka persoalan-persoalan
matematis, bersifat apriori, karena ia bergantung pada keduanya. Mekanika
adalah kumpulan konsepsi-konsepsi spasial (ruang), sedangkan ilmu hitung
adalah skala satuan-satuan temporal (waktu).
Yang dimaksud dengan pemahaman formal adalah bingkai-bingkai,
atau wadah-wadah atau bentuk-bentuk rasional yang membantu kita dalam
memahami dan mengetahui berbagai sensasi yang berbeda. Kant
menamakan bingkai-bingkai rasional ini dengan kategori-kategori
persepsi.
Kant telah meneguhkan tegaknya ilmu-ilmu alam, setelah ia
meneguhkan matematika melalui dua bentuk ruang dan waktu. Ilmu-ilmu
alam sangat memperhatikan pengetahuan tentang sistem alam dan tidak
mudah kecuali atas dasar-dasar kategori-kategori pengrtahuan. Dengan
begitu sistem alam tak lain adalah gambaran dari system akal yang
mengetahuinya.
Pertama, batas-batas pengetahuan manusia menurut Kant adalah
oengalaman inderawi, seperti yang di lakukan oleh para penganut madzhab
Empirisme, sehingga kita tidsk dapat mengetahui apa yg ada di balik
pengalaman inderawi itu.
Kedua, ia berpendapat bahwa kita memasukkan dua bentuk ruang
dan waktu terhadap berbagai persepsi, sehingga menjadikan keduanya
sebagai fenomena-fenomena inderawi. Kita juga memasukkan prinsip-
prinsip rasional atau kategori-kategori pengetahuan terhadap fenomena-
fenomena ini, dimana kemudian ia menjadi persoalan-persoalan ilmiah atau
standar-standar universal yang urgen.
36

Ketiga, disamping makna-makna universal yang telah diterangkan,


ada juga standar-standar rasional yang terpisah dari berbagai inderawi.
Namun, standar-standar ini secara empiris tidak memiliki objek yang bias
diterapkan. Diantara makna-makna inin adalah : jiwa, alam, dan noumena
dalam sebuah entitas.
BAB III
STUDI KASUS
FILSAFAT PANCASILA DALAM TUGAS BIDAN
BIDAN ROSALINDA MENENTANG TRADISI PANGGANG BAYI DI NTT

Bidan menjadi mitra masyarakat dalam mendapatkan penanganan medis ketika


terbatasnya tenaga dokter. Berjuang di tengah lingkaran budaya yang mengakar tentu
butuh upaya pendekatan maksimal, seperti dilakukan Bidan Rosalinda Delin.
Rosalinda Delin adalah bidan Desa Jenilu, Kecamatan Kakuluk Atapupu, Kabupaten
Belu, Nusa Tenggara Timur. Di desa yang hanya berjarak 12 kilometer dari
perbatasan Timor Leste ini, terdapat budaya panggang api pascapersalinan. Setelah
melahirkan, ibu dan bayi di Jenilu diwajibkan menjalani ritual panggang api.
“Panggang api 42 hari setelah ibu melahirkan. Ibu bisa sampai berkeringat,
dehidrasi, akhirnya pucat, bisa terjadi juga sakit mata. Bayi menjadi susah bernapas
hingga pneumonia. Kemudian gangguan kenyamanan karena efek asap, juga karena
tidak ada ventilasi,” tuturnya usai konferensi pers “Srikandi Award 2011” di Balai
Kartini, Jakarta, Senin (19/12/2011).
Ketika ditugaskan pada Agustus 1999, Rosalinda menemukan lima ibu
melahirkan yang masih memanggang bayi mereka. Bayi-bayi ini dipanggang setelah
mandi selama 2-3 jam setiap hari. Tujuannya adalah menghangatkan tubuh dengan
ibu, ayah, ataupun kakek-neneknya menunggui di samping. Bila bayi batuk selama
diasapi, gantian sang ibu yang berada dekat api sambil kadang menyusui bayinya.
Kondisi inilah yang menggerakkan Bidan Rosalinda untuk menghapuskan
budaya panggang api di wilayahnya. Ia giat memberikan sosialiasi ke rumah warga
dengan memeragakan tubuh manusia bak seekor ikan ketika dibakar. Warga yang
datang diminta membawa ikan sedangkan pemanggang besi sudah dipersiapkan
Rosalinda.
“Yang pertama saya lakukan adalah bekerja sama dengan kader Posyandu dan
kemitraan dengan dukun. Kemudian, di setiap Posyandu ada lima kader yang

37
38

membantu pemantauan, mulai sejak ibu hamil, melahirkan, sampai masa nifas. Kita
melakukan pendekatan ke kader Posyandu karena masyarakat dekat dengan kader,
kemudian kasih penjelasan kepada mereka kalau panggang api terhadap ibu dan
bayinya bagaimana? Kita bukan hanya satu kali, jadi terus-menerus mendekatkan diri
ke masyarakat,” paparnya.
Kini, masyarakat Jenilu telah meninggalkan budaya panggang api. Tujuan
menghangatkan tubuh ibu dan bayi dilakukan lewat pemberian selimut dan minyak
telon. Tradisi bukan hanya hilang dari Desa Jenilu, juga di empat desa lainnya di
Kabupaten Belu yang 60 persen penduduknya tergolong buta huruf.
“Kondisi kesehatan kalau mereka sakit, harus berobat ke bidan terdekat karena
di desa semua sudah punya bidan. Untuk sekarang juga sudah tidak lagi ditangani
oleh dukun,” tutupnya.
Bidan Rosalinda merupakan salah seorang bidan inspirasional yang menjadi
nominator Srikandi Award 2011 dalam kategori Tantangan Budaya. Ia bersama
delapan bidan inspirasional lainnya akan berlaga di ajang tahunan Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) dan Sari Husada ini pada malam penobatan Selasa, 20 Desember
2011 di Balai Kartini, Jakarta (Okezone: 2011).
BAB IV
PEMBAHASAN

Bidan Rosalinda menjadi nominator Srikandi Award 2011 dalam kategori


tantangan budaya karena menghapuskan budaya panggang api pada Masyarakat
Jenelu tersebut. Pantas saja beliau dijuluki seorang bidan inspirasional. Bahwasannya
bidan merupakan profesi yang mulia dan tidak ringan namun dengan profesionalisme,
ketulusan dan pengabdian dapat mempermudah bidan dalam menjalankan profesinya.
Profesi bidan memang sudah harusnya mendapatkan penghargaan dan perhatian
untuk meningkatkan kerja bidan.
Bidan Rosalinda adalah seorang bidan PTT yang di tempatkan di Desa Jenilu,
Kecamatan Kakuluk Atapupu, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Dimana di
desa tersebut masih sangat kental sekali dengan adat istiadat salah satunya adalah
adat istiadat yang menyangkut tentang kesehatan. Di desa Jenilu ini mempercayai
bahwa ibu yang setelah melahirkan harus tidur di atas bara api atau biasanya disebut
dengan di panggang bersamaan dengan bayinya selama 42 hari. Hal ini dipercayai
supaya bayi, ibu, bapak dan keluarganya tetap hangat karena berada di dekat api saat
menunggui bayinya. Padahal sebenarnya tradisi tersebut sangat merugikan karena
akan mengakibatkan bayi menjadi batuk akibat asap yang mengepul yang nantinya
bisa menyebabkan penyakit pneumonia pada bayi, badan bayi dan ibu juga bisa
melepuh apabila terlalu panas dan ibu pun akan mengeluarkan keringat yang banyak
serta wajah menjadi pucat yang nantinya bisa menimbulkan anemia apa ibu.
Dari kasus diatas dapat kita hubungkan dengan teori filsafah pancasila dalam
ilmu kebidanan yaitu bahwa pada masa sekarang ini dengan masa yang dahulu
nantinya akan menimbulkan suatu perubahan di dalam suatu kegiatan, kebiasaan atau
adat istiadat, karena filsafah bekerja sama dengan ilmu pengetahuan dan sekaligus
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Melalui konstruksi filsafatnya itu akan
menafsirkan segala segi alam wujud berdasarkan keyakinan dan kepercayaan.

39
40

Sedangkan berdasarkan teori filsafat yang hubungannya dengan pengetahuan


menerangkan bahwa semua tindakan atau kegiatan harus didasarkan pada akal tidak
hanya pada inderawi saja. Selain itu filsafah juga dapat menjawab dari semua
kesulitan yang dihadapi masyarakat. Dalam salah satu sila menyebutkan bahwa dalam
menjalankan tugas yang menjadi kewajiban kita harus optimal bukan semata-mata
karena uang maupun eksistensi di dalam masyarakat. Ketulusan dalam melayani
masyarakat tanpa membeda-bedakan satu sama lain.
Budaya panggang api ini merupakan budaya adat setempat yang merugikan
baik dari pihak ibu maupun pihak bayi karena mempunyai dampak yang telah
dijelaskan pada kasus tersebut. Tindakan bidan dalam menanggulangi masalah ini
sudah sesuai dengan kaidah filsafat yang melekat pada setiap sila pancasila. Salah
satunya yaitu pada sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradap. Sila kedua
tersebut berkaitan dengan sikap Bidan Rosalinda yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan dengan tidak memberlakukan pasien dengan semena-mena. Pada kasus
di atas telah dijelaskan bahwa bidan Rosalinda giat memberikan sosialiasi ke rumah
warga dengan memeragakan tubuh manusia bak seekor ikan ketika dibakar. Hal
tersebut menandakan bahwa sikap bidan Rosainda sesuai dengan sila kedua
Pancasila, dimana bidan Rosalinda telah memberikan informasi dengan jujur dan
memberikan rasa empati. Sesuai dengan teori dari Ismail (2012) yang menyatakan
bahwa ilmu mengkaji hal-hal yang dapat diindera untuk meletakkan teori-teori umum
yang menafsirkannya. Sebagian pembahasan filsafat ada yang secara khusus
mengkaji persoalan nilai (value) yang melampaui realitas dan berusaha untuk
meletakkan ide-ide yang mengekspresikan apa yang seharusnya. Meskipun ada
perbedaan objek, dapat diketahui bahwa penggunaan temuan temuan ilmiah modern
menjadi dasar pemikiran filsafat modern.
Berdasarka kasus, Bidan Rosalinda bekerja sama dengan kader Posyandu dan
kemitraan dengan dukun. Hal ini sudah sesuai dengan Filsafat Pancasila sila ke 3
yaitu persatuan Indonesia. Bidan Rosalinda mengembangkan kerjasama sebagai tim
dalam mengembangkan pelayanan kesehatan. Selain itu, Beliau juga dengan sepenuh
41

hati mementingkan keselamatan dan hak pasien. Berkaitan dengan teori filsafah
pancasila dimana suatu kegiatan atau ritual akan berubah waktu demi waktu seiring
dengan adanya ilmu moderen. Pergerakan sosial yang terjadi dimasyarakat telah
tergariskan oleh hal –hal yang ideal bagi manusia, baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat dan mengarahkan manusia kearah kemajuan.
Sesungguhnya manusia perlu juga untuk memikirkan eksistensi, jiwa, membatasi
kedudukan, serta menentukan tujuan hidupnya. Sesuai dengan teori Ismail (2012)
yang menyatakan bahwa kajian ilmiah ataupun suatu pandangan baru menuntut
kerjasama antara satu dengan yang lain, antara ilmuan dengan kolega-koleganya. Hal
tersebut dimaksudkan untuk sampai pada suatu hakikat (kebenaran murni). Sehingga
munculah prinsip kolektif.
Metode yang digunakan Bidan Rosalinda tidak langsung memaksa masyarakat
Jenilu untuk langsung mau mengubah budaya panggang api akan tetapi beliau
memberikan penjelasan terlebih dahulu dengan media ikan bakar yang disamakan
dengan budaya panggang api tersebut. Sehingga masyarakat menjadi paham apa yang
emmang sebaiknya bagus untuk dirinya dan tanpa paksaan. Tindakan Beliau juga
sesuai dengan sila ke 4 Pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyarawatan perwakilan. Dimana dalam kasus tersebut
Beliau telah melakukan sebuah musyawarah baik kepada pasien maupun keluarga
pasien sehingga bisa benar-benar mencapai mufakat yaitu tidak meneruskan budaya
panggang api. Hal tersebut sesuai teori Immanuel Kant tentang mazhab kritisme
dalam Ismail (2012) bahwa salah satu cara memverifikasi berbagai pendapat dan
membebaskan berbagai pemikiran dari keyakinan sebagai pemikiran-pemikiran yang
ajeg (mantap tak berubah) yaitu dengan kritik.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Filsafat juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara
Republik Indonesia, maka masyarakat Indonesia menjadikan filsafat sebagai
perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan.
Filafat ini adalah Pancasila. Sila-sila yang tercantum dalam Pancasila
merupakan pedoman dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Khususnya bagi
seorang bidan harus bisa mengamalkan filsafat bangsa yaitu pancasila, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menolong pasien.
Suatu kewajiban bagi Bidan dalam menjalankan profesi dan memberikan
pelayanan yang terbaik untuk pasien. Bukan semata-mata hanya karena uang
namun ketulusan melayani tanpa membeda-bedakan satu sama lain merupakan
salah satu implementasi dari sila yang terkandung dalam pancasila.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini bisa menambah wawasan bagi mahasiswa
mengenai definisi filsafat dan filsafat barat.
2. Bagi Poltekes Bhakti Pertiwi Husada
Diharapkan untuk menambah referensi buku tentang ilmu filsafat
agar dapat membantu melancarkan kegiatan pembelajaran.
3. Bagi Penulis
Diharapkan penulis mampu menguasai materi yang telah ditugaskan
dan juga paham mengenai definisi filsafat dan filsafat barat.

42
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, F.F. 2012. Cara Mudah Belajar Filsafat. Yogyakarta: Diva Press.
Nessa, M.N, dkk. 2014. Buku Ajar Filsafat Ilmu.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11830/FILSAFAT%2
0IKAN.pdf?sequence. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2016 jam 08.15 WIB.
Wilujeng. 2012. Filsafat, Etika dan Ilmu.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika/article/download/5313/4774.
Diakses pada tanggal 25 Oktober 2016 jam 15.03 WIB.
Yulianti, F, ed. 2011. Bidan Rosalinda Menentang Tradisi Panggang Api di NTT.
http://lifestyle.okezone.com/read/2011/12/19/27/544584/bidan-rosalinda-
menentang-tradisi-panggang-bayi-di-ntt. Diakses pada tanggal 25 Oktober
2016 jam 14.19 WIB.

Anda mungkin juga menyukai