Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR

“Dampak Industrialisasi terhadap kehidupan Manusia”

DISUSUN OLEH:

Fachmy Said Abad

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

KUSUMA NEGARA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas karuniah dan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak
Industrialisai terhadap kehidupan Manusia” dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Manusia selalu memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu, begitupun terhadap alam
semesta ini. Dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan tentang alam semesta
termasuk tata surya yang didalamnya juga membahas tentang susunan dan bagian-
bagianya.

Semoga makalah ini mampu menambah pengetahuan, khususnya bagi kami sebagai
penyusun dan umumnya bagi pembaca. Kami juga mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca itupun demi kesempurnaan dan kemajuan makalah kami.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bekasi, 17 April 2019

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Akar intelektual kebijakan industrialisasi yang dikendalikan negara dimulai
pada abad ke-19. Antusiasme terhadap usulan–usulan untuk industrialisasi
selanjutnya melanda Jepang dan dunia Barat, yang mendorong seorang ahli
ekonomi mengatakan bahwa apa yang semula tidak lebih dari tujuan kebijakan telah
berubah menjadi “ideologi independensi ekonomi”, yang menghendaki
“peningkatan posisi negara serta titik berat pada industrialisasi sebagai wahana bagi
integrasi nasional”. Indonesia, sebagai mata rantai negara berkembang, juga tidak
luput terkena demam industrialisasi tersebut. Semenjak pembangunan ekonomi
dimulai secara terencana sejak tahun 1969, sesungguhnya pendekatan yang
digunakan Indonesia adalah strategi industrialisasi.
Makna praktis industrialisasi adalah memajukan tenaga produktif menjadi
lebih modern, dapat diakses secara massal, dan tinggi kualitas. Tanpa kemajuan
tenaga produktif, negeri ini tidak akan punya ketahanan ekonomi menghadapi
gempuran neo-liberalisme. Tanpa ketahanan ekonomi, kedaulatan negeri ini -
terutama kedaulatan rakyatnya - berhenti sebatas cita-cita.

B. Ruang lingkup pembahasan


Ruang lingkup pembahasan makalah ini adalah berkaitan dengan masalah
industrialisasi..
C. Tujuan pembuatan makalah
Tujuan Pembuatan makalah ini adalah untuk membahas, memahami dan
mengetahui konsep, unsur, dampak, dan permasalahan di dunia industri bagi
Manusia (sosial, psikologis, hukum, ekonomi, demografi).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP INDUSTRIALISASI
Industrialisasi adalah sistem produksi yang muncul dari pengembangan yang
mantap penelitian dan penggunaan pengetahuan ilmiah. Ia dilandasi oleh
pembagian tenaga kerja dan spesialisasi, menggunakan alat-alat bantu mekanik,
kimiawi, mesin, dan organisasi serta intelektual dalam produksi.
Industrialisasi dalam arti sempit menggambarkan penggunaan secara luas
sumber-sumber tenaga non-hayati, dalam rangka produksi barang atau jasa.
Meskipun definisi ini terasa sangat membatasi industrialisasi tidak hanya terdapat
pada pabrik atau manufaktur, tapi juga bisa meliputi pertanian karena pertanian
tidak bisa lepas dari mekanisasi (pemakaian sumber tenaga non-hayati) demikian
pula halnya dengan transportasi dan komunikasi.
Industrialisasi merupakan proses peralihan dari satu bentuk masyarakat
tertentu, menuju masyarakat industrial modern. Wield (1983:80) mengemukakan
tiga jenis definisi untuk memahami industrialisasi antara lain:
1. Residual, industri berarti semua hal yang bukan pertanian.
2. Sektoral, yang mengatakan bahwa industri adalah energi, pertambangan, dan
usaha manufaktur.
3. Bersifat mikro dan makro, yaitu sebagai proses produksi, dan yang lebih luas
lagi sebagai proses sosial industrialisasi

Proses industrialisasi bisa dipahami melalui konsep pembangunan, karena arti


pembangunan dan industrialisasi seringkali dianggap sama. Konsep pembangunan
bersifat dinamik, karena konsep itu bisa berubah menurut lingkupnya. Apabila
pembangunan itu dihubungkan pada setiap usaha pembangunan dunia, maka
pembangunan akan merupakan usaha pembangunan dunia. Industrialisasi sebagai
proses dan pembangunan industri berada pada satu jalur kegiatan, yaitu pada
hakekatnya berfungsi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat.

4
Industrialisasi tidaklah terlepas dari upaya peningkatan mutu sumber daya manusia,
dan pemanfaatan sumber daya alam.
Secara umum kaitan antara pembangunan dengan industrialisasi dijelaskan
oleh Garna (1997:17-18), yakni:
1. Bahan untuk proses industrialisasi dan pembangunan industri merupakan satu
jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Pembangunan industri merupakan upaya meningkatkan mutu sumber daya
manusia dan kemampuan memanfaatkan sumber daya alam.
3. Pembangunan industri akan memacu dan menyangkut pembangunan sektor
lainnya, yang dapat memperluas lapangan kerja yang diharapkan akan
meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat.
4. Dalam pembangunan industri akan terjadi ketimpangan yang merugikan,
yang bersifat ekonomi ataupun non ekonomi.

Pembangunan itu senantiasa harus melalui lima tahapan yang berkaitan satu
sama lainnya yakni;
1. Masyarakat tradisional.
2. Prakondisi lepas landas.
3. Lepas landas.
4. Bergerak ke kedewasaan.
5. Zaman konsumsi masal yang tinggi.

Prasyarat untuk bisa menuju perkembangan ekonomi adalah tahapan kedua,


yang ciri-ciri masyarakat tradisional sudah mulai berganti. Dalam tahap kedua
produktivitas pertanian meningkat pesat, munculnya mentalitas baru dan juga kelas
sosial baru – wiraswasta (Hagen, 1966). Tahap ketiga adalah tahap yang kritis atau
penting sekali guna pembangunan lebih lanjut. Di sinilah munculnya industrialisasi,
di mana beberapa sektor tertentu akan berperan dalam menumbuhkan
perekonomian. Tumin (dalam Lavner, 1989:430-431) melukiskan jenis-jenis
perubahan sistem stratifikasi sosial ketika masyarakat menuju industrialisasi antara
lain:
1. Pembagian kerja semakin rumit sejalan dengan meningkatnya spesialisasi;

5
2. Status cenderung berdasarkan atas prestasi sebagai pengganti status
berdasarkan atas asal usul (ascription);
3. Alat yang memadai untuk mengukur pelaksanaan pekerjaan orang yang terlibat
dalam produksi menjadi perhatian umum;
4. Pekerjaan bergeser dari kegiatan yang memberikan kepuasan hakiki, keperanan
sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan artinya, mendapat ganjaran itu
sendiri;
5. Ganjaran yang tersedia untuk didistribusikan meningkat;
6. Ganjaran didistribusikan atas dasar yang agak lebih kecil;
7. Terjadi pergeseran dalam peluang hidup di berbagai status sosial;
8. Terjadinya pergeseran dalam distribusi gengsi sosial meskipun keuntungan
masyarakat modern dibanding masyarakat tradisional dan;

Pergeseran dan masalah serupa terdapat juga dalam distribusi kekuasaan.


Huntington (1986:37),menjelaskan mengenai perubahan masyarakat tradisional ke
masyarakat industri.
Ciri masyarakat tradisional antara lain:
1. Tidak menjaga waktu
2. Orientasi pada masa lalu
3. Status terikat pada tempat asal
4. Fanatik
5. Tertutup
6. Orientasi status otomatis (ascriptive)
7. Loyalitas primordial seperti agama, golongan, suku, keluarga, organisasi
keluarga atau ikatan bersifat pribadi
8. Bergantung pada nasib
9. Hubungan dengan alam penyesuaian
10. Kebudayaan ekspresif

Ciri masyarakat modern antara lain


1. Menjaga waktu
2. Orientasi pada masa depan

6
3. Dinamik, mobilitas
4. Toleran
5. Terbuka
6. Orientasi status berdasarkan prestasi (achievement)
7. Loyalitas pelingkup (negara, kedinasan dan profesi)
8. Organisasi non pribadi (ikatan kepentingan, atau berorientasi tujuan),
9. Organisasi besar atau efisiensi
10. Hubungan non pribadi atas dasar masalah (lugas)
11. Persoalan ditimbulkan manusia dapat diatasi oleh manusia
12. Hubungan dengan alam menguasai atau setidak-tidaknya mengatur

Kebudayaan progresif Secara rinci disebutkan bahwa ciri-ciri orang modern


menurut Inkeles (1973:342) antara lain:
1. Terbuka pada pengalaman baru;
2. Peningkatan kemandirian dan otoritas figur tradisional.
3. Kepercayaan terhadap kualitas ilmu pengetahuan dan pengobatan.
4. Memiliki ambisi untuk dirinya sendiri maupun anak-anaknya untuk mencapai
pekerjaan dan pendidikan yang tinggi.
5. Menyukai kecepatan waktu dan perencanaan dan hati-hati.
6. Menunjukkan minat yang kuat dalam kegiatan komunitas dan politik lokal, serta
berperan aktif.
7. Selalu mengikuti berita-berita hangat.

7
B. UNSUR-UNSUR INDUSTRIALISASI
(1) Masyarakat yang melakukan proses produksi dengan menggunakan mesin;
(2) Berskala besar;
(3) Pembagian kerja teknis yang relatif kompleks; dan
(4) Menggunakan tenaga kerja yang keterampilannya bermacam-macam.

Industrialisasi pada suatu masyarakat berarti pergantian teknik produksi dari


cara yang masih tradisional ke cara modern, yang terkandung dalam revolusi
industri. Dalam hal ini terjadi proses transformasi, yaitu suatu perubahan
masyarakat dalam segala segi kehidupannya (Dharmawan).

C. DAMPAK PERMASALAHAN DI DUNIA INDUSTRI


a. Sosial
 Kelas, Gender, dan Konsumsi
Posisi sosial telah membuat perbedaan yang besar mengenai bagaimana
individu dapat termasuk kedalam budaya konsumerisme, oleh karenanya
menjadi penting untuk memahami signifikansi dari kelas dan gender.
Produsen amat bergantung kepada daya beli konsemen demi kelangsungan
usaha mereka. Daniel Bell menyatakan bahwa konsumsi masyarakat
bangkit pada awal 1920-an, selanjutnya pengembangan ini diatribusikan
pada revolusi teknologi dan pada tiga penemuan sosial, yakni produksi lini
gabungan, pengembangan pasar, dan penyebaran pembelian. Berikutnya
adalah terjadinya pergeseran nilai moral, yakni bagaimana angsuran yang
semula identik dengan kaum miskin dan hutang kemudian bertransformasi
menjadi kredit yang dapat diterima masyarakat.
Selanjutnya Victoria de Grazia dalam The Sex of Thing (1996)
mengungkapkan bagaimana konsumsi difilterisasi oleh rumah tangga. Ia
melihat bahwa pengalaman-pengalaman dalam rumah tangga membawa
dampak yang kompleks ketika kelas dan gender mendorong terjadinya
konsumsi. Selain itu de Grazia melihat bagaimana posisi status digabungkan
dengan kelas dan gender terkadang merupakan konfigurasi ulang dibawah

8
rezim baru budaya konsumsi. Semenjak revolusi industri, para wanita dalam
perannya di keluarga menjadi lebih condong kepada aktifitas konsumsi, de
Grazia menyatakan bahwa konsumsi secara fundamental digenderkan pada
wanita.
 Konsumsi dan Globalisasi
Revolusi konsumsi yang semula terjadi di dunia Barat akhirnya menyebar
ke penjuru dunia yang lain. Hal ini dikarenakan antara lain oleh pemahaman
masyarakat terhadap budaya konsumen dominan yang meningkat, selain itu
mereka menjadi ajang kepentingan transisi barat akan kapitalisme
konsumen massa.
Negara-negara di Asia Timur dan Asia Tenggara mengalami pertumbuahan
ekonomi yang pesat dan bermula pada awal 1960-an. Dalam kasus Korea
Selatan, dapat dilihat adanya perbedaan pandangan antar generasi terhadap
konsumerisme. Sedangkan Indonesia, dikarenakan tingkat perkembangan
yang lambat, membuang sisi simbolis dari konsumsi kedalam bentuk yang
lebih jelas. Solvay Gerke melihat bagaimana keterbatasan kemampuan pada
kelas menengah untuk melakukan konsumsi dalam bentuk yang dapat
dilihat dari status yang ditunjukkan. Gerke melihat bagaimana gaya hidup
dan simbol-simbol mempengaruhi aktifitas mereka. Dengan gaya hidup
tersebut, mereka menafikan asumsi sosial dan ekonomi mereka.

b. Psikologis
Industri secara langsung maupun tidak langsung akan membentuk suatu
peranan yang dimainkan oleh para pelaku industrialisasi, baik fisik maupun
psikisnya. Dengan adanya industrialisasi kehidupan di masyarakat berkembang
dalam segala aspek kehidupan baik ekonomi maupun sosialnya, karena
terciptanya berbagai kemudahan-kemudahan yang di peroleh menuju
perubahan hidup yang cenderung ke arah modernisasi, maka tidak heran jika
banyak terjadi perubahan pola kehidupan antara jaman dulu dan sekarang.
Dengan adanya fenomena itu juga akan berpengaruh terhadap kondisi
psikologis. Apalagi dalam peristiwa industrialisasi ini, semakin banyak
perusahaan perindustrian yang didirikan, yang memperkerjakan tenaga kerja

9
yang tidak sedikit jumlahnya, dan intensitas waktu kerja yang lama, seolah tidak
pernah tidur.
Hal ini bila dikaitkan dengan dampak psikologis akan sangat berhubungan,
dilihat dari banyaknya karyawan yang ada dalam suatu perindustrian, seolah-
olah waktu hanya dihabiskan di dalam pabrik. dampak yang akan terjadi adalah
pada keadaan psikologis keluarga, terutama pada anak, yang seharusnya
mendapatkan perhatian yang lebih tetapi karena waktu yang sangat sedikit
untuk berkumpul di rumah, sedikit banyak akan mempengaruhi kepribadian
keluarga terutama anak.
Dalam jaman perindustrian sekarang ini sadar atau tidak akan berpengaruh
pada pergeseran nilai-nilai dan membuat masyarakat sekarang kurang peduli
dengan itu, karena tersitanya waktu untuk bekerja untuk menyempatkan
berkegiatan pemupukan nilai-nilai yang ada, akibatnya masyarakat lupa dan
bersikap acuh tak acuh dalam kalangan masyarakat perindustrian.

c. Hukum
Keengganan pemerintah melakukan intervensi langsung ke dalam
kegiatan industri mirip dengan keengganan yudikatif untuk melibatkan diri
secara langsung ke dalam lapangan industri. Wedderborn (1966, hal 13)
menyatakan bahwa pihak hukum baru mau melibatkan diri jika pihak
perusahaan berbuat suatu tindakan, dimana pihak lain di luar perusahaan merasa
dirugikan oleh tindakan tersebut. Alasan lain yang menyebabkan keengganan
pihak hukum melibatkan diri adalah telah terbentuknya suatu perjanjian
bersama antara perusahaan industri dengan serikat-serikat buruh sehingga kalau
ada permasalahan diantara mereka hal itu akan diselesaikan dengan cara-cara
yang tercantum dalam perjanjian tersebut.

d. Ekonomi
Perkembangan dalam sektor industri telah berkembang pesat dan telah
mengubah sebagian besar kehidupan kita, telah terjadi banyak perubahan dalam
kehidupan kota, sistem komunikasi dan transportasi dan munculnya berbagai
barang konsumsi yang menambah kenyamanan hidup,

10
Tetapi tidak selamanya, industrialisasi menyebabkan banyak
kenyamanan dan kesejahteraan hidup, seperti dinyatakan oleh Ine Minara
mengingatkan bahwa industrialisasi yang berjalan dengan baik dapat memberi
stimulasi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Kalau kita lihat kondisi
sekarang, meningkatnya peran sektor industri dan sektor lain dalam P D B
(Product Distribution Bruto) diikuti dengan menurunnya peran, kualitas
maupun produktivitas sektor pertanian. Maka industrialisasi tidak dapat
dikatakan berhasil ketika kegagalan justru tergantung akan menyebabkan
pasokan pangan bagi penduduk kota terjadi karena hal tersebut. Jika
produktivitas pangan rendah dan kebutuhan pangan sendiri tidak dapat
terpenuhi, dan bergantung pada impor, jelas hal ini menyebabkan tingkat
pertumbuhan rendah atau pertumbuhan tidak berkualitas. Apabila suatu negara
mengimpor kebutuhan pangannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat,
maka pendapatan perkapita yang meningkat di negara tersebut akibat dari
industrialisasi, maka akan terjadi multiplier efect di luar, bukan di wilayah
perekonomian negara tersebut, sehingga peningkatan pendapatan dan
produktivitas justru digunakan untuk membiayai impor pertanian.
Industrialisasi yang berhasil mensyaratkan adanya kenaikan yang
signifikan dari produktivitas pertanian. Satu kesalahan besar dari proses
industrialisasi di Indonesia adalah bahwa sektor pertanian ditinggalkan yang
menyebabkan produktivitas sektor pertanian rendah. Secara konsep memang
disebutkan bahwa pembangunan industri ditopang oleh pembangunan
pertanian. Meskipun pernah mencapai swasembada beras akan tetapi akses dari
kebijakan dalam rangka mencapai swasembada beras tersebut mengorbankan
banyak hal dan sektor pertanian tumbuh tidak kokoh dan produksi pertanian
tidak cukup untuk memasok kebutuhan pangan. Selain itu, hasil pertanian lain
di luar beras yang dibutuhkan oleh sektor industri masih diimpor seperti kedelai,
jagung dan lain sebagainya. Di sisi lain hasil pertanian Indonesia dalam bentuk
komoditas seperti CPO, kakau, masih diekspor dalam bentuk yang mentah atau
tidak diolah. Dalam sisi industrialisasi hal tersebut adalah kemunduran, sebab
industrialisasi yang maju mensyaratkan ekspor pangan olahan.

11
Jadi perkembangan industrialisasi dalam bidang ekonomi sering kali
tidak diimbangi dengan perkembangan produksi pangan Negara, sehingga hasil
keuntungan dari kegiatan industri sering kali digunakan untuk membiayai impor
bahan pangan Negara, karena hasil pertanian pangan menjadi rendah.

e. Demografi
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika
kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi
penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat
kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat
merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang
didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas
tertentu. (wikipedia).
Munculnya kawasan industri dalam suatu wilayah dianggap membawa
faktor positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat di wilayah itu.
Dampak positifnya antara lain :
1. Kehadiran industri dapat membuka lapangan kerja bagi penduduk setempat;
2. Membuka lapangan kerja di bidang sektor informal;
3. Menambah pendapatan asli daerah bagi daerah tersebut.

Adapun dampak negatifnya ialah:


1. Menimbulkan kebisingan, polusi, dan limbah industri yang berbahaya bagi
lingkungan;
2. Persentuhan budaya yang bisa menimbulkan berbagai masalah sosial.

12
D. Perubahan Sosial Terhadap masyarakat pinggiran kota akibat
industrilisasi di pinggiran kota
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi
adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga
dalam bentuk jasa. Untuk berlangsungnya kegiatan industri di butuh kan lokasi
stratetgis agar industri dapat memperoleh keuntungan melimpah. Peletakkan Lokasi
industri di suatu wilayah, akan mengakibatkan perubahan sosial pada wilayah
tersebut. Pada awalnya, “… suatu industri ditempatkan di luar kota serta dekat
kepada sumber tenaga dan bahan mentah”. Akan tetapi pada perkembangan
setanjutnya, pendirian industri tidak lagi harus dekat dengan sumber bahan mentah.
“Lokasi pabrik akan ditentukan mengingat pengeluaran biaya minimal. Faktor
faktor yang diperhatikan adalah: bahan mentah, minyak, air, modal, tenaga listrik,
tanah untuk mendirikan pabrik dan fasilitas lainnya, serta masalah pengangkutan.
Loksi pabrik dapat dijumpai di tiga daerah, yaitu: (1) Di daerah-daerah pada tepian
kota (periphery of the city), (2) Di dekat daerah-daereh perdagangan (trade district),
(3) Di sepanjang jalan dengan lalu-lintas untuk angkutan berat (heavy freight
mtreffic).” (Bintarto, 1980: 68-69) Untuk penentuan lokasi industri Ginsburg
(dalam Weiner, 1981:81) mengemukakan bahwa: “… dalam hal pengangkutan
maupun pembangkit serta penyaluran tenaga sangat memperluas kemungkinan
pilihan tempat Industri sehingga tidak lagi terikat pada tempat-tempat dimana
terdapat sumber alam tertentu…. Bersaman dengan itu, luasnya kemungkinan untuk
memilih tempat di atau dekat daerah-daerah metropolitan semakin bertambah
karena perbaikan-perbaikan teknologi pengangkutan, sedangkan industri-industri
yang makan tempat cenderung untuk diletakkan di daereh-daerah yang kurang
padat penduduknya, yang terletak di pinggiran kota besar atau malah lebih jauh lagi
dari pada itu. Hal ini pada gilirannya mengakibatkan makin cepatnya suburbanisasi
daerah-daerah pedesaan yang letaknya di dekat kota-kota besar.”
Tampak bahwa faktor sarana transportasi dan tanah/lahan cukup dominan
dalam penentuan lokasi Industri. Harga tanah di pinggiran kota yang relatif lebih
murah dari tanah di dalam kota, dan kemudahan transportasi yang dapat

13
memperlancar arus barang-barang produksi menyebabkan pinggiran kota cukup
tepat untuk dijadikan daerah industri. Menurut Parker (1990:93): bahwa
“Munculnya industri-industri baru dalam suatu wilayah akan memberikan pengaruh
besar terhadap jumlah tenaga kerja.” Schneider (1993:430) berpendapat: “Salah
satu akibat yang terpenting dari timbulnya industrialisme adalah terbentuknya
komunitas-komunitas baru, atau perubahan serta pertumbuhan yang cepat dan
komunitas yang sudah ada.” Peningkatan jumlah tenaga kerja dan pertumbuhan
komunitas di sekitar industri yang cepat disebabkan oleh masuknya para pekerja
pendatang dalam jumlah yang banyak dan menetap di daerah tersebut. Pertumbuhan
komunitas ini dikarenakan “Industri membutuhkan tenaga kerja yang dapat
diandalkan dan dapat masuk kerja setiap hari dan pada waktu yang tepat”
(Schneider, 1993:430), sehingga para pekerja pendatang memilih bermukim di
sekitar industri. “Seringkali orang-orang ini berasal dari daerah, ras, suku, atau
agama yang berbeda-beda” (Schneider, 1993:437) yang mempunyai nilai-nilai yang
berbeda dengan masyarakat setempat. Komunitas masyarakat setempat yang
dimaksud adalah komunitas masyarakat pinggiran kota yang mempunyai sifat dan
karakter tertentu. Masyarakat pinggiran kota, menurut Cholil Mansyur (tanpa
tahun:134), mempunyai ciri-ciri yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat desa,
di antaranya: “Hubungan persaudaraan erat, saling mengenal satu sama lain,
hidupnya sederhana, mereka sangat menjaga tingkah laku sehari-hari dan
mempunyai rasa hormat-menghormati terhadap masyarakat lain.” Ciri lainya. yang
membedakan masyarakat pinggiran kota dari masyarakat desa.
“…yang paling menonjol dari masyarakat pinggiran adalah kehidupannya cepat
berubah dan mudah terpengaruh, karena lokasinya yang berada di dekat kota,
sehingga arus informasi dan pengaruh-pengaruh dari kota cepat sampai kepada
masyarakat pinggiran. Masyarakat pinggiran juga mempunyai perhatian yang
sangat besar terhadap segi paedagogis daripada saling mempengaruhi dan saling
mempererat hubungan untuk menuju kesejateraan dan kemajuan dalam masalah apa
pun, terutama untuk mempengaruhi dalam pendidikan sebagai hal yang pokok
untuk memupuk perasaan sosial dan kecakapan untuk menyesuaikan diri dalam
masyarakat.” (Mansyur, tanpa tahun:137-139).

14
Jadi, Perubahan sosial masyarakat pinggiran kota (transisi) yang dipicu oleh
pembangunan industri di daerah tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan, yang
salah satunya adalah aspek ketenagakerjaan. Masyarakat pinggiran kota memiliki
karakter yang cepat berubah dan mudah terpengaruh, sehingga perubahan yang
terjadi dalam lingkungan cepat diadaptasi. Namun dalam hal perubahan mental
bekerja, ternyata belum dapat mengikuti perubahan yang terjdai dalam
teknologinya.Pertumbuhan masyarakat pinggiran diwarnai pula dengan tumbuhnya
berbagai alternatif lapangan usaha, selain industri itu sendiri, yang dapat
dimanfaatkan oleh warga masyarakat. Diferensiasi dan segmentasi dalam
masyarakat didorong ke arah homogenitas, yang membuat diferensiasi dalam
masyarakat tetap fungsional.

E. Perubahan sosial pada masyarakat pedesaan akibat adanya industrilisasi di


Pedesaan
Pembangunan industri yang pada awalnya ditujukan untuk mendorong
kemajuan perekonomian, berpengaruh pula secara sosial terhadap perkembangan
masyarakat. Hadirnya industri di pedesaan dengan cepat membangun komunitas di
sekitarnya. Tumbuhnya industri di daerah pedesaan akan memunculkan perubahan
bagi masyarakat lokal setempat. Perubahan Sosial sebagaimana dikemukakan oleh
Gillin & Gillin (Soemardjan dan Soemardi, 1964) “Suatu variasi dari cara-cara
hidup yang telah diterima baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis
kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi
atau penemuan penemuan baru dalam masyarakat tersebut”. Perubahan sosial itu
sendiri terjadi dalam masyarakat, maupun terjadi karena faktor-faktor yang datang
dari luar. Kalau dilihat saat ini, terjadinya suatu perubahan dalam masyarakat desa,
kebanyakan datang dari luar masyarakat.
Komunitas yang ada disekitar industri, baik yang pada awalnya adalah
komunitas pedesaan maupun komunitas diciptakan setelah adanya industri,
mengembangkan karakteristik tertentu yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Industri memiliki pengaruh yang besar terhadap komunitas untuk menimbulkan
terjadinya perubahan di dalam masyarakat. Dampak industri terhadap masyarakat
sangat banyak, misalnya dampak positifnya: terbukanya kesempatan kerja yang

15
besar yang menyerap penganguran, munculnya prasarana dan sarana ekonomi
seperti jalan dan transportasi, pasar, toko-toko, telekomunikasi, bank, perkreditan,
perdagangan pergudangan, penginapan, rumah makan. Sedangkan dampak negatif
dapat pula terasa seperti polusi air bersih, dan udara, pemukiman semakin sesak,
meningginya temperature, kenaikan harga barang-barang, dan perbedaan yang
menyolok dalam kehidupan dalam kawasan industri tersebut. Industri memiliki
pengaruh yang menimbulkan akibat fisik di dalam masyarakat. Akibat yang
dirasakan oleh masyarakat bisa dalam bentuk yang berbeda. Bila suatu wilayah
sangat tergantung sangat tergantung hanya kepada satu jenis industri atau
perusahaan, perkembangan industri atau perusahaan tersebut akan menentukan
apakah wilayah tersebut akan berkembang atau hancur.
Munculnya industri-industri baru dalam suatu wilayah akan memberi
pengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja. Menurut Glaeser (Miguel, et al. 2002)
hadirnya Industri akan menjadikan suatu daerah menjadi tujuan daerah urbanisasi
karena dengan hadirnya industri membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga
banyak orang memutuskan untuk bertransmigrasi ke daerah yang
memiliki lapangan pekerjaan seperti industri. Pertambahan penduduk dan
pengurangan penduduk ini pada gilirannya memperlemah gotong royong dalam
masyarakat di daerah yang dekat dengan industri dan berubahnya pola pemukiman
dan juga bangunan rumah masyarakat.
Industri tidak melulu pada sektor barang saja, yang produksinya
membutuhkan lokasi strategis dan bangunan untuk berlangsungnya proses produksi
yang biasa kita kenal dengan istilah pabrik.
Industri juga bisa langsung mengambil potensi dari keindahan alam, seperti
industri pariwisata. Industri pariwisata kebanyakan di letakkan pada daerah
pedesaan yang potensi alamnya sangat bagus untuk di jadikan obyek wisata, dalam
industri pariwisata, juga memberikan pengaruh terhadap perubahan sosial dalam
masyarakat.
Adanya pariwisata di tengah-tengah masyarakat secara langsung pastinya
membawa pengaruh terhadap kehidupan.pariwisata selalu mempertemukan dua atu
lebih kebudayaan yang berbeda. Pertemuan manusia atau masyarakat dengan latar
belakang sbudaya yang akan menghasilkan berbagai proses perubahan seperti

16
akulturasi, dominasi, asimilasi, adopsi, adaptasi dan sebagainya. Berkembangya
pariwisata sebagai suatu industri ternyata menimbulkan masalah sebagai akibat dari
pemanfaatan seni dan budaya yang dijadikan sebagai daya tarik untuk konsumsi
wisatawan. Perubahan Sosial masyarakat dalam nilai, sikap, dan pola perilaku
disebabkan karena proses adaptasi terhadap tuntutan kondisi lingkungan yang ada.
Maksudnya disini wisatawan mancanegara yang berkunjung pasti secara langsung
membawa pengaruh terhadap masayarakat lokal didaerah sekitar objek wisata.
Sehingga mudah sekali terjadi perubahan-perubahan dan hal-hal baru muncul pada
tatanan kehidupan masyarakat sekitarnya.
Perubahan Sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga
dan struktur sosial pada waktu tertentu. Local Community atau masyarakat lokal
adalah sekelompok orang yang berada di suatu wilayah geografis yang sama dan
memanfaatkan sumber daya alam lokal yang ada di sekitarnya. Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara
orang perorangan dan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi
sosial dimulai saat itu. Wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau
sedang berlibur, dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan
sesuatu yang lain.
Industri Pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang
secara bersama-sama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and
service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya,
selama dalam perjalannnya. Adapun bentuk-bentuk perubahan sosial masyarakat
akibat interaksi antar wisatawan yaitu, Perubahan struktur sosial masyarakat lokal
yaitu beralihnya pekerjaan masyarakat dari agraris ke sektor industri pariwisata dan
berkurangnya tingkat pendidikan masyarakat yang tidak bersekolah. Perubahan
pola budaya masyarakat lokal yaitu terjadinya perkawinan dua unsur kebudayaan
yang berbeda, perubahan pada penggunaan bahasa, perubahan cara berpakaian dan
perubahan pola konsumsi. Perubahan gaya hidup komersil masyarakat lokal dan
perubahan perilaku dalam keluarga. Serta perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat ada faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu pola pikir masyarakat lokal

17
yang sudah maju, sikap masyarakat lokal yang terbuka dan adanya kontak dengan
kebudayaan lain.

18
BAB III
KESIMPULAN

Industrialisasi bertujuan menjadikan sektor industri yang mantap, kuat dan


stabil melalui usaha terpadu yang melibatkan seluruh rakyat dengan berlandaskan
azas demokrasi ekonomi, pemerataan dan kesempatan berusaha, meningkatkan
ekspor dan tetap memelihara kelestarian lingkungan hidup.
Industri yang maju di dalamnya terkandung struktur sosial yang kokoh,
masyarakatnya memiliki nilai budaya yang mampu menjadi acuan dalam
mengembangkan dan meningkatkan produksi, dan terkait erat dengan kegiatan
ekonomi umumnya, dan didukung oleh penguasaan teknologi (pendidikan dan
pengetahuan) serta mempunyai daya saing yang kuat dalam memasuki pangsa pasar
global, baik AFTA 2003, maupun pasar bebas 2010 bagi negara maju dan 2020 bagi
negara berkembang.
Adapun dimensi budaya tampak pada tumbuh dan berkembangnya nilai
budaya baru dalam lingkungan keluarga yang sangat bermanfaat bagi kebutuhan
masyarakat industri, seperti disiplin yang tinggi, taat beribadah dan memiliki
motivasi yang tinggi. Fenomena selanjutnya, perubahan dari sikap dan tingkah laku
dogmatik dengan adat istiadat irasional yang kuat, konsumtif, dan kekerabatan yang
tinggi akibat banyaknya waktu luang pada masyarakat agraris kemudian menjadi
sikap dan tingkah laku yang rasional, etos kerja yang tinggi, disiplin waktu, hemat,
kompetisi, berprestasi, orientasi ke masa depan.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://studentresearch.umm.ac.id/index.php/department_of_sociology/article/view/75
96

Sumber: http://www.beli-buku.com/perubahan-sosial-dan-pembangunan-p-3080.html

http://blogs.unpad.ac.id/rsdarwis/?p=3

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23078/4/Chapter%20II.pd

20

Anda mungkin juga menyukai