KRITERIA KEBENARAN
Disusun oleh :
KELAS A 2021
PASCASARJANA
2021
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat- nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah- nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “PERBEDAAN BERBAGAI CARA MENDAPATKAN
PENGETAHUAN KRITERIA KEBENARAN”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2i
Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Bab 1 Pendahuluan
3
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk istimewa yang dibekali akal, pikiran dan perasaan.
Dengan akal yang diberikan kepada manusia, manusia dapat mencari tahu apa yang
menjadi pertanyaan dalam dirinya dan hasil dari pertanyaan tersebut dapat mereka
kembangkan. Berbeda dengan binatang, pengetahuan yang dimiliki oleh binatang hanya
untuk kelangsungan hidup saja, contohnya: seekor kera tahu mana buah jambu yang
enak, seekor anak tikus tahu bahwa kucing adalah musuh baginya.
Manusia mencoba mengenal,mempelajari, dan memahami alam sekelilingnya
melalui proses keingintahuan. Semakin besar hasrat ingin tahu manusia maka semakin
besar pula pengetahuan yang didapatnya. Lalu hasil yang didapat dari pengetahuan
tersebutlah yang bisa dijadikan ilmu. Pengetahuan itu sendiri diperoleh dari pengalaman
manusia terhadap diri dan lingkungan hidupnya. Pengetahuan yang d i p e r o l e h
melalui pengalaman ini berbeda dengan ilmu penget ahuan.
I l m u pengetahuan merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah
dan melalui proses yang sistematis.
Menurut Scorates akal merupakan segalanya, dan merupakan pokok serta satu-
satunya jalan yang dapat menuntun manusia dalam mencari kebenaran. pengetahuan
berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuain antara pengetahuan yang dimiliki
manusia dengan realitas yang ada pada objek. Terkadang kebenaran dalam pengetahuan
tersebut belum tertata dengan rapi dan belum teruji secara metodologis. Oleh karena itu
penulis membuat makalah ini utnuk membahas bagaiman cara memperoleh
pengetahuan dan kriteria kebenaran lalu apa perbedaan diantaranya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pengetahuan dan kriteria kebenaran?
2. Bagimana cara mendapatkan pengetahuan dan kriteria kebenaran?
3. Apa perbedaan cara mendapatkan pengetahuan dan kriteria kebenaran?
4
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu pengetahuan dan kriteria kebenaran
2. Untuk mengetahui cara mendapatkan pengetahuan dan kriteria kebenaran
3. Untuk mengetahui apa perbedaan cara mendapatkan pengetahuan dan kriteria
kebenaran.
D. Manfaat penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui sekaligus
memahami bagaimana “Perbedaan Cara Mendapatkan Pengetahuan Dan Kriteria
Kebenaran”.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pengetahuan
Menurut Sirajuddin Zar (dalam Mukhtar Latif, 2014: 167) ada beberapa
pengertian pengetahuan yaitu:
a. Apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu
tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Jadi
semua pengetahuan itu adalah milik dari isi pikiran. Jadi pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
b. Proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari
kesadarannya.
c. Segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk
didalamnya ilmu, seni dan agama.
6
adalah tepat kalau mengatakan pengetahuan hanya merupakan pengalaman “sadar”.
Sedangkan orang pragmatis yang direpresentasikan oleh Jhon dewey, mereka tidak
membedakan pengetahuan dengan kebenaran. jadi kebenaran harus benar, kalau tidak
benar maka itu kontradiksi.
a. Pengetahuan biasa (common sense) yaitu pengetahuan biasa, atau dapat kita
pahami bahwa pengetahuan ini adalah pengetahuan yang karena seseorang
memiliki sesuatu karena menerima secara baik.
Contohnya: anak-anak menyebut gula itu manis, malam itu gelap, air es itu
dingin dan seterusnya.
b. Pengetahuan Ilmu (science) yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat kuantitatif
dan objektif, seperti ilmu alam dan sebagainya.
Contohnya: Seorang anak mengamati Gurunya yang minum dengan gelas.
Anak memperoleh pengetahuan agar air minumnya tidak tumpah maka ia
akan minum dengan gelas.
7
c. Pengetahuan Filsafat, yakni ilmu pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat
lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.
contohnya: Pengetahuan bagaimana manusia tercipta dan berasal, dan siapa
diri manusia itu.
d. Pengetahuan Agama, yaitu pengetahuan yang hanya didapat dari Tuhan
lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib
diyakini oleh para pemeluk agama. Contohnya pada anak usia dini: Anak-
anak mengetahui bahwa dalam manusia adalah ciptaan Tuhan YME,
sebagai makhluk ciptaan Tuhan dia harus melakukan kewajiban ibadah
seperti sholat dan jika berbuat kebaikan akan mendapat pahala.
B. Penalaran
Menurut Depdiknas, penalaran adalah “cara( perihal) menggunakan nalar;
pemikiran atau cara berpikir logis, proses mental dalam mengembangkan pikiran dari
beberapa fakta atau prinsip”. Kemampuan menalar manusia membuatnya mampu
mengembangkan pengetahuan yang merupakan kekuasaan-kekuasaannya.
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia karena dua hal, yakni:
pertama, karena manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua,
kemampuan berfikir menurut alur kerangka berpikir tertentu (penalaran). Dua kelebihan
inilah yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan
cepat dan mantap yakni, bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu
menalar. tentu saja tidak semua pengetahuan berasal dari penalaran, sebab proses
berpikir pun tidak semuanya berdasarkan penalaran.
Manusia bukan semata-mata makhluk berpikir atau sekedar homo sapiens yang
steril. Manusia juga adalah makhluk yang berpikir, merasa, mengindera, dan totalitas
pengetahuannya berasal dari ketiga sumber tersebut, disamping dari wahyu yang
merupakan komunikasi sang Pencipta dengan makhluk-Nya.
C. Hakikat Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan
8
kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka
penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas / logika. Dapat disimpulkan
bahwa kegiatan penalaran mempunyai logika sendiri, kegiatan berpikir
melalui suatu pola tertentu. Suatu kegiatan berpikir bisa disebut logis
ditinjau dari suatu logika tertentu, dan tidak logis bila ditinjau dari sudut
logika yang lain.
2. Sifat analitik dari proses berpikirnya. penalaran merupakan suatu kegiatan
berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka
berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran
yang bersangkutan.
1. Metode Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut
aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila
dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah
9
pengalaman inderawi. Dengan inderanya, manusia dapat mengatasi taraf
hubungan yang semata-mata fisik dan masuk ke dalam medan intensional,
walaupun masih sangat sederhana. Indera menghubungkan manusia dengan hal-
hal konkret-material.
Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan
antara indra yang satu dengan indra yang lainnya, berhubungan dengan sifat
khas fisiologis indera dan dengan objek yang dapat ditangkap sesuai dengannya.
Masing-masing indra menangkap aspek yang berbeda mengenai barang atau
makhluk yang menjadi objeknya. Jadi pengetahuan inderawi berada menurut
perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas organ-organ tertentu.
2. Metode Rasionalisme
Rasionalisme yaitu suatu cara atau metode dalam memperoleh sumber ilmu
pengetahuan yang berlandaskan dengan akal. bukan berarti metode ini
mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman merupakan perangsang
bagi pikiran.
Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide
universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata yang bersifat
universal. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip universal adalah abstraksi dari
benda-benda kongkret, seperti hukum kausalitas atau gambaran umum tentang
benda tertentu. Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran hanya dapat ada di
dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
3. Metode Intuisionisme
Intuisionisme yaitu satu cara dalam memperoleh sumber pengetahuan dengan
menggunakan sara intuisi utnuk mengetahui secara langsung dan seketika.
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran
tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah dan
tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Tanpa melalui
proses berfikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai disitu. Jawaban
atas permasalahan yang sedang dipikirkannya muncul dibenaknya bagaikan
kebenaran yang membukakan pintu. Atau bisa juga, intuisi ini bekerja dalam
keadaan yang tidak sepenuhnya sadar, artinya jawaban atas suatu permasalahan
ditemukan tidak tergantung waktu orang tersebut secara sadar sedang
menggelutnya. Namun intuisi ini bersifat personal dan tidak bisa diramalkan.
10
Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi ini tidak
bisa diandalkan.
4. Metode Fenomenalisme
Fenomenalisme yaitu satu cara atau metode dalam memperoleh sumber
pengetahuan dengan menggali pengalaman dari dalam dirinya sendiri. Seorang
tokoh yang terkenal dalam metode ini adalah Immanuel Kant, ia membuat uraian
tentang pengalaman sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya dengan
merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk
pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.
4. Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.
Pengetahuan ini disalurkan oleh nabi-nabi yang diutusnya sepanjang zaman.
Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang
terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat
transedental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di
akhirat nanti. Pengetahuan ini didasarkan kepada kepercayaan akan hal-hal yang
ghaib ( supernatural ). Keparcayaan kepada tuhan yang merupakan sumber
pengetahuan, kepercayaan kepada nabi sebagai perantara dan kepercayaan
terhadap wahyu sebagai cara penyampaian, merupakan dasar dari penyusunan
pengetahuan ini. Kepercayaan merupakan titik tolak dalam agama. Suatu
pernyataan harus dipercaya dulu untuk dapat diterima: pernyataan ini bisa saja
selanjutnya dikaji dengan metode lain.
E. Kriteria Kebenaran
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan manusia. Sebagai nilai-nilai
yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusia atau martabat manusia selalu
berusaha memeluk suatu kebenaran. Berfikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang
lain. Karena itu, kegiatan berfikir adalah usaha untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu
atau kriteria kebenaran. Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena
sifat dan watak pengetahuan itu berbeda.
Kebenaran epistemologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan
manusia, kebenaran dalam arti ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat
11
pada hakikat segala sesuau yang ada atau diadakan. Kebenaran dalam arti semantis adalah
kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa.
Teori kebenaran selalu paralel dengan teori pengetahuan yang dibangunnya. Berikut ini
beberapa contoh teori kebenaran, yang nampak sekali menekankan salah satu langkah proses
manusia mengusahakan pengetahuan.
1. Korespondensi
Menurut Aristoteles (dalam Mukhtar Latif: 130), mengatakan hal yang ada sebagai
tidak ada, atau yang tidak ada sebagai ada, adalah salah. Sedangkan mengatakan hal
yang ada sebagai ada, atau yang tidak ada sebagai tidak ada, adalah benar. Dengan ini
Aristoteles sudah meletakkan dasar bagi teori kebenaran korespondensi, yaitu bahwa
kebenaran adalah persesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan.
Dengan demikian, kebenaran dapat didefinisikan sebagai kesetiaan pada realitas
objektif . yaitu, suatu pernyataan yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang
selaras dengan situasi. Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan
mengenai fakta dengan fakta aktual: atau antara putusan dengan situasi seputar
yang diberi interpretasi. Yaitu, suatu pernyataan yang sesuai dengan fakta atau
sesuatu yang selaras dengan situasi. Kebenaran ialah kesesuaian (agreement)
antara pernyataan (statement) mengenai fakta dengan fakta aktual; atau antara
putusan (judgement) dengan situasi seputar (environmental situation) yang
diberi interpretasi.
Misalnya jika seseorang mengatakan bahwa “Ibu Kota Propinsi Sumatera Barat
adalah Padang” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan itu dengan
objek yang bersifat faktual yakni Padang yang memang menjadi Ibu Kota
Propinsi Sumatera Barat. Sekiranya orang lain yang menyatakan bahwa “Ibu
Kota Propinsi Sumatera Barat adalah Binjai” maka pernyataan itu adalah tidak
benar sebab tidak terdapat obyek yang dengan pernyataan tersebut. Dalam hal
ini maka faktual “Ibu Kota Propinsi Sumatera Barat adalah Bukan Binjai
melainkan Padang”.
Dari contoh di atas kita mengenal dua hal, yaitu pertama, pernyataan dan kedua,
kenyataan. Dengan demikian ukuran kebenaran menurut teori ini adalah
kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu
sendiri.
Kepastian mengenai kebenaran sekurang-kurangnya memiliki empat pengertian,
dimana satu keyakinan tidak dapat diragukan kebenarannya, sehingga disebut
12
pengetahuan. Pertama, pengertian yang bersifat psikologis. Kedua, pengertian
yang bersifat logis. Ketiga, menyamakan kepastian dengan keyakinan yang tidak
dapat dikoreksi. Keempat, pengertian akan kepastian yang digunakan dalam
pembicaraan umum, dimana hal itu diartikan sebagai kepastian yang yang
didasarkan pada nalar yang tidak dapat diragukan atau dianggap salah.
2. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari bahasa yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang
dilakukan, perbuatan, tindakan, sebutan bagi filsafat yang dikembangkan oleh
Wiliam James di Amerika Serikat. Menurut filsafat ini benar tidaknya suatu
ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu
dianggap benar jika mendatangkan manfaat.
Menurut teori pragmatisme, suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur
dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan
manusia. Teori, hipotesa atau ide adalah benar apabila ia membawa kepada
akibat yang memuaskan, apabila ia berlaku dalam praktik, apabila ia mempunyai
nilai praktis. Kebenaran terbukti oleh kegunaannya, oleh hasilnya, dan oleh
akibat-akibat praktisnya. Jadi kebenaran ialah apa saja yang berlaku.
3. Agama
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Salah satu cara untuk menemukan
suatu kebenaran adalah melalui agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri
memberikan jawaban atas segala persoalaan asasi yang dipertanyakan manusia;
baik tentang alam, manusia, maupun tentang tuhan. Dalam agama yang
dikedepankan dalam kebenaran adalah wahyu yang bersumber dari Tuhan.
Agama, kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala
persoalan manusia, termasuk kebenaran.
4. Teori Koherensi atau konsistensi
Berdasarkan teori Koherensi, pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu
bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap
benar. Artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat
konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu
menurut logika.
Misalnya, bila kita menganggap bahwa “maksiat perbuatan yang dilarang oleh
Allah” adalah suatu pernyataan yang benar. Maka pernyataan bahwa “mencuri
13
perbuatan maksiat, maka mencuri dilarang oleh Allah” adalah benar pula, sebab
pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan yang pertama
14
Bab III
Kesimpulan
Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini
mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun
melalui pengalaman. Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia karena dua hal,
yakni: pertama, karena manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua,
kemampuan berfikir menurut alur kerangka berpikir tertentu (penalaran). Ciri utama
penalaran yaitu Adanya suatu pola berpikir yang secara luas / logika dan adanya Sifat
analitik dari proses berpikirnya.
15
Daftar Rujukan
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, cet. I, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006
Depdiknas, 2008. “Kamus Besar Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV”. Jakarta: Gramedia
Utama
Salam, Burhanuddin. 1997. “ Logika Materil; Filsafat Ilmu Pengetahuan, cet. I”. Jakarta
: Rinika Cipta.
Suriasumantri, Jujun S. 2003 . “Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Cet. XVI”.
Jakarta : Sinar Harapan.
Tafsir, Ahmad. 2002. “Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra”.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
16