Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU MANTIQ

“Pemikiran Ilmu dan Kebenaran”

Dosen Pengampu: Cik Din, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Shella Silvana 21531143

Sugyarti 21531155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI CURUP

TAHUN AJARAN 2022


Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PEMIKIRAN ILMU
DAN KEBENARAN” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Mantiq dengan Dosen Pengampu Bapak Cik Din, M.Pd.I . Selain itu, makalah ini juga
berguna untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran
yang akan membangun kami nantinya.

Curup, 10 Oktober 2022

Penulis

ii
Daftar Isi

Halaman Judul
Kata Pengantar......................................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pemikiran Ilmu..........................................................................................................................2
B. Kelebihan dan Kekurangan Ilmu...............................................................................................4
C. Pengertian Kebenaran................................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................7
KESIMPULAN.....................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................8

BAB I

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Melalui ilmu pengetahuan manusia dapat menjalani hidup dengan layak dan
bahagia. Manusia akan dipandang mulia jika manusia tersebut berilmu dan dapat
mengimplementasikan ilmunya. Manusia yang cerdas tentunya pasti akan selalu
berupaya agar bisa selalu memproduktifitaskan dirinya dalam kehidupan dan berusaha
mendedikasikan dirinya dalam beragama dan bermasyarakat, mengamalkan ilmunya dan
selalu berkecimpung dalam dunia pendidikan, baik itu sebagai pengajar maupun pelajar,
dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan adalah suatu keterikatan yang harus ada
pada manusia.1
Ilmu mempelajari berbagai gejala dan peristiwa yang menurut anggapannya
mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Berdasarkan obyek yang ditelaah, maka
ilmu dapat disebut sebagai suatu pengetahuan empiris, di mana obyek obyek yang
berbeda di luar jangkauan manusia tidak termasuk ke dalam bidang penelaahan keilmuan
tersebut.
Manusia adalah makhluk yang berpikir. Berpikir merupakan proses untuk
menemukan kebenaran. Apa yang dianggap benar oleh seseorang, belum tentu orang lain
beranggapan sama. Problematika mengenai kebenaran, seperti halnya problematika
tentang pengetahuan, merupakan masalah-masalah yang mengacu pada tumbuh dan
berkembangnya dalam filsafat ilmu. Apabila orang memberikan prioritas kepada peranan
pengetahuan, dan apabila orang percaya bahwa dengan pengetahuan itu manusia akan
menemukan kebenaran dan kepastian, maka mau tidak mau orang harus berani
menghadapi pertanyaan tersebut, sebagai hal yang mendasar dan hal yang mendasari
sikap dan wawasannya.2
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pemikiran ilmu?


2. Apa kelebihan dan kekurangan pemikiran ilmu?
3. Apa yang dimaksud kebenaran?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui maksud pemikiran ilmu


2. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan pemikiran ilmu
3. Untuk mengetahui apa itu kebenara
BAB II

1
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam : Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2003, cetakan ke-1.
2
Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

iv
PEMBAHASAN

A. Pemikiran Ilmu
1. Pengertian Pemikiran Ilmu
Pemikiran keilmuan bukanlah suatu pemikiran yang biasa. Pemikiran
keilmuan adalah pemikiran yang sungguh-sungguh. Artinya, suatu cara berpikir yang
berdisiplin, di mana seseorang yang berpikir sungguh sungguh takkan membiarkan
idea dan konsep yang sedang dipikirkannya berkelana tanpa arah, namun kesemuanya
itu akan diarahkannya pada suatu tujuan tertentu. Tujuan tertentu itu, dalam hal ini,
adalah penge. tahuan. Berpikir keilmuan, atau berpikir sungguh-sungguh, adalah cara
berpikir yang didisiplinkan dan diarahkan kepada pengetahuan.
Akan tetapi bagaimana pemikiran seperti itu akan membuahkan penge tahuan
bagi kita? Seseorang mungkin berpikir bahwa obyek yang ingin kita ketahui
sebenarnya sudah ada, sudah tertentu (given), jadi di sini tak diperlukan adanya
pemikiran, yang harus dilakukan hanyalah sekedar membuka mata kita atau
memusatkan perhatian kita terhadap obyek ter sebut. Kalau ternyata obyek yang ingin
kita ketahui itu belum tertentu (non-given) maka kelihatannya berpikir tidak akan
pernah mendekatkan kita kepadanya. Namun semuanya itu ternyata tidak benar.3
Adapun menurut Drs.Mundiri dalam bukunya berjudul “Logika”
mengemukakan bahwa arti pemikiran dan arti ilmu yaitu sebagai berikut:4
a. Arti Pemikiran
Logika mempelajari hukum hukum, patokan-patokan dan rumus-rumus
berpikir. Psikologi mempelajari pikiran dan kerjanya tanpa menyinggung sama sekali
urusan benar salah. Sebaliknya urusan benar dan salah menjadi masalah pokok dalam
logika. Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran
dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan
menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan
kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Ia
merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati
agar manusia dapat berpikir benar, efisien dan teratur. Dengan demikian ada dua
obyek penyelidikan logika, pertama, pemikiran sebagai obyek material dan, kedua
patokan patokan atau hukum-hukum berpikir benar sebagai obyek formal nya.
b. Arti Ilmu
Dalam Bahasa Indonesia "Ilmu" seimbang artinya dengan "science" dan
dibeda kan pemakaiannya secara jelas dengan kata "pengetahuan". Dengan kata lain
ilmu dan pengetahuan mempunyai pengertian yang berbeda secara mendasar.
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari aktivitas mengetahui, yakni menyingkap
suatu kenyataan ke dalam jiwa hingga tidak ada keraguan
terhadapnya."Ketidakraguan" merupakan syarat mutlak bagi jiwa untuk dapat
dikatakan "mengetahui". Kita mengetahui bilangan tiga bahwa ia lebih besar dari dua

3
Jujun S.Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, Jakarta, PT Gramedia 1992, hlm 52-53.
4
Drs. Mundir, “Logika”, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2002, hlm 5-7

v
dan lebih kecil dari lima manakala kita yakin akan kenyataan itu, meskipun guru kita
atau orang yang kita anggap pandai mengatakan sebaliknya, toh kita tetap pada
pendirian kita. Jika pendapat yang berlawanan itu menyebabkan kita ragu, berarti kita
tidak mengetahui bilangan tiga. Serupa itulah kriteria bagi suasana "mengetahui" bagi
segala yang kita tangkap dalam jiwa baik mengenai benda, seperti buku, kursi, gelas,
mengenai peristiwa yang menyertai benda seperti melayang, mendidih, pasang,
meledak, maupun mengenai sifat dan keadaan benda seperti wangi, mahal, panas,
gelap dan sebagainya.

Adapun beberapa ciri-ciri utama ilmu menurut terminologi,antara lain adalah:

1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat


diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas
keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi.

2. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah meng artikan kepingan


pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan
ide yang mengacu ke objek (atau alam objek) yang sama dan saling berkaitan
secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalah hakikat ilmu. Prinsip-prinsip
objek dan hubungan hubungannya yang tercermin dalam kaitan-kaitan logis yang
dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis objek menyingkapkan
dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada
sifat khusus intelek kita yang tidak dapat dicirikan oleh visi ruhani terhadap
realitas tetapi oleh berpikir.

3. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing


penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri
hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.

4. Di pihak lain, yang seringkali berkaitan dengan konsep ilmu (pengetahuan ilmiah)
adalah ide bahwa metode-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada
dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu. Kendati demikian, rupanya
baik untuk tidak memasukkan persyaratan ini dalam definisi ilmu, karena
objektivitas ilmu dan kesamaan hakiki daya persyaratan ini pada umumnya
terjamin.

5. Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu
tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak
pengamatan dan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan
dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat bantu metodologis yang penting adalah
terminologi ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.

6. Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya. Teori skolastik


mengenai ilmu membuat pembedaan antara objek material dan objek formal. Yang
terdahulu adalah objek konkret yang disimak ilmu. Sedangkan yang belakangan
adalah aspek khusus atau sudut pandang terhadap objek material. Yang mencirikan

vi
setiap ilmu adalah objek formalnya. Sementara objek material yang sama dapat
dikaji oleh banyak ilmu lain. Pembagian objek studi mengantar ke spesialisasi ilmu
yang terus bertambah. Gerakan ini diiringi bahaya pandangan sempit atas bidang
penelitian yang terbatas. Sementara penangkapan yang luas terhadap saling
keterkaitan seluruh realitas lenyap dari pandangan.

B. Kelebihan dan Kekurangan Ilmu


Seperti telah terungkap dalam pembahasan terdahulu, kelebihan ilmu terletak pada
pengetahuan yang tersusun secara logis dan sistematis serta telah teruji kebenarannya.
Faktor pengujian ini memberikan karakteristik yang unik kepada proses kegiatan
keilmuan, karena dengan demikian maka khazanah teoritis ilmu harus selalu dinilai
berdasarkan pengujian empiris. Proses penilaian yang terus-menerus ini mengembangkan
suatu mekanisme yang bersifat memperbaiki diri. Suatu kesalahan teoretis cepat atau
lambat akan diperbaiki dengan adanya loloh-balik dari pengujian se cara empiris.
Mekanisme ini dimungkinkan dengan adanya karakteristik ilmu yang lain, yakni bersifat
terbuka dan tersurat (eksplisit).
Kegiatan keilmuan tidaklah dilakukan secara misterius, melainkan semuanya ber
sifat terbuka. Segenap unsur dan langkah yang terlibat di dalamnya di ungkapkan dengan
jelas sehingga memungkinkan semua pihak menge tahui keseluruhan proses yang telah
dilakukan. Pengungkapan ini dilaku kan secara tersurat dengan mempergunakan berbagai
media yang tersedia dalam komunikasi keilmuan. Kedua sifat ini, yakni terbuka dan
tersurat, yang kemudian dikomunikasikan kepada semua pihak menyebabkan ilmu
mengalami penilaian yang dalam dan luas. Setiap orang bisa mengajukan sanggahan
terhadap teori yang dikemukakan, atau memperlihatkan bukti bukti baru yang mendukung
atau menggugurkan suatu teori tertentu. Ilmuwan yang kreatif mungkin menyarankan cara
dan langkah yang lain.5

5
Ibid.,hlm 13

vii
C. Pengertian Kebenaran
Kebenaran adalah suatu sifat dari kepercayaan, dan diturunkan dari kalimat yang
menyatakan kepercayaan tersebut. Kebenaran merupakan suatu hubungan tertentu antara
suatu kepercayaan dengan suatu fakta atau lebih di luar kepercayaan. Bila hubungan ini
tidak ada, maka kepercayaan itu adalah salah. Suatu kalimat dapat disebut "benar" atau
"salah", meskipun tak seorang pun mempercayainya, asalkan jika kalimat itu dipercaya,
benar atau salahnya kepercayaan itu terletak pada masalahnya.
Terdapat 2 cara berpikir yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan pengetahuan
baru yang benar, yaitu melalui metode induksi dan metode deduksi. Metode Induksi
adalah cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang
bersifat individual. Penalaran ini dimulai dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus
dan terbatas diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan Metode Deduksi
adalah cara berpikir dari pernyataan yang bersifat umum menuju kesimpulan yang bersifat
khusus.6

Ada 3 macam kebenaran yaitu kebenaran agama, kebenaran filsafat dan kebenaran ilmu. 7
1. Kebenaran Agama
Kebenaran religius (Agama), dibangun berdasarkan kaidah agama atau
keyakinan tertentu disebut juga sebagai kebenaran absolut yang tidak terbantahkan.
Kebenaran filosofis, kebenaran dari hasil perenungan kontemplatif terhadap akikat
dari sesuatu meskipun pemikiran tersebut bersifat subjektif dan relatif.
2. Kebenaran Filsafat
Menurut teori ini, kebenaran adalah kesesuaian antra pernyataan tentan
sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu sendiri.Kebenaran yang diperoleh dengan cara
merenungkan atau memikirkan sesuatu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, baik
sesuatu itu ada atau mungkin ada. Kebenaran filsafat ini memiliki proses penemuan
dan pengujian kebenaran yang unik dan dibagi dalam beberapa kelompok (madzab).
3. Kebenaran Ilmu
Kebenaran ilmu pengetahuan dapat diterima selama tidak ada fakta yang
menolak kebenarannya. Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat pragmatis. Ilmu
pengetahuan dipandang benar dan dianggap sebagai pengetahuan yang sahih
sepanjang tidak ditolak kebenarannya dan bermanfaat bagi manusia.

Secara umum, ada tiga macam kebenaran, yaitu sebagai berikut:

a. Kebenaran Pribadi (Subyektif)


Yaitu kebenaran menurut sudut pandang orang tertentu, yang cenderung bersifat
subyektif. Dia akan menilai benar atau tidaknya sesuatu hanya berdasarkan atas
anggapan, persepsi, kesimpulan, atau keyakinannya sendiri. Bahkan, tak jarang
penilainnya disertai oleh prasangka, stereotipe, labeling, dan muatan suudzhan.
Penilaiannya pun dipengaruhi oleh kondisi psikologis saat itu, seperti rasa senang
6
Ibid., hlm 9-10
7
Trimanto, B. Ngaderi, “Tiga Macam Kebenaran”, 2017
https://www.kompasiana.com/m.trimanto/59b77c552d622c4f311734f2/tiga-macam-kebenaran (Diakses
pada 11 Oktober 2022)

viii
atau tidak senang, kedekatan emosional, dan pengalaman masa lalu. Kebenaran
subyektif juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti latar belakang pendidikan,
keluarga, sosial-budaya, dan status ekonomi. Ciri-ciri kebenaran ini adalah ia
merasa benar sendiri, sedangkan orang lain salah. Ia tak pernah merasa salah.
Seringnya menyalahkan orang lain.
b. Kebenaran Kolektif (Obyektif)
Yaitu kebenaran menurut sudut pandang bersama. Kolektif di sini bisa berupa
kelompok, lembaga, bangsa, agama, atau lainnya. Sebuah kebenaran diakui dan
diyakini bersama. Kebenaran yang telah menjadi konsensus bersama. Kebenaran
yang bersifat umum dan ditaati bersama. Sekalipun obyektif, kebenaran ini
tidaklah berlaku secara universal, karena hanya milik kelompok, lembaga, atau
bangsa tersebut. Sedangkan bagi kelompok, lembaga, atau bangsa lain bisa saja
dianggap salah. Karena tak jarang juga mereka masih bersifat subyektif, merasa
kelompoknya yang paling benar, sementara kelompok lain adalah keliru.
c. Kebenaran Sejati (Tunggal)
Yaitu kebenaran yang sebenar-benarnya kebenaran. Karena kebenaran ini
dimiliki oleh si pemilik kebenaran itu sendiri, yaitu Allah Yang Mahabenar. Dari
Dia-lah asal-muasal kebenaran. Tiada yang dapat membantah kebenaran dari-Nya.
Kebenaran sejati berlaku bagi semua orang, di mana pun dan kapan pun, dalam
kondisi dan situasi apapun; kecuali bagi orang yang tidak mengimaninya.

BAB III

ix
KESIMPULAN

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa suatu cara berpikir yang berdisiplin, di
mana seseorang yang berpikir sungguh sungguh takkan membiarkan ide dan konsep yang
sedang dipikirkannya berkelana tanpa arah, namun semuanya itu akan diarahkannya pada
suatu tujuan tertentu. Seseorang mungkin berpikir bahwa obyek yang ingin kita ketahui
sebenarnya sudah ada, sudah tertentu (given), jadi di sini tak diperlukan adanya pemikiran,
yang harus dilakukan hanyalah sekedar membuka mata kita atau memusatkan perhatian kita
terhadap obyek tersebut.
Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam
bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran
dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala
kepentingan dan keinginan perorangan. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah
meng artikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan
seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek (atau alam objek) yang sama dan saling
berkaitan secara logis.

DAFTAR PUSTAKA

x
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam : Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, cetakan ke-1.

Drs. Mundir, “Logika”, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2002.

Jujun S.Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, Jakarta, PT Gramedia 1992.

Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010.

Trimanto, B. Ngaderi, “Tiga Macam Kebenaran”, 2017


https://www.kompasiana.com/m.trimanto/59b77c552d622c4f311734f2/tiga-
macam-kebenaran (Diakses pada 11 Oktober 2022)

xi

Anda mungkin juga menyukai