Anda di halaman 1dari 15

Perkembangan Pengetahuan Menjadi Ilmu

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Berfikir Kritis

Disusun Oleh :
1. Davilla Pingkan A.Y
2. Dymas Putri Pratiwi
3. Faisa Salsabila
4. Nanda Puspita Sari
5. Nisyasita Valinda
6. Novi Wahyuni
7. Retno Kurniawati
8. Riska Septiani
9. Septi Eka Novela
10.Shella Maret S
11.Veny Puspita
12.Wardah Fajriah

Dosen Pembimbing :
Sri Mulyati, SST., M.Keb

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


Politeknik Kesehatan Bandung Jurusan Kebidanan
Program Studi Profesi Bidan
Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, Kami panjatkan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Perkembangan
pengetahuan Menjadi Ilmu”.  Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini.

Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada ibu Sri Mulyati, SST.,
M.Keb selaku dosen pembimbing dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.  Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Perkembangan


pengetahuan Menjadi Ilmu” dapat memberikan manfaat maupun inpirasi bagi
pembaca.

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan Pembahasan..............................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Perkembangan Pengetahuan Menjadi Ilmu
A. Konsep Logika.................................................................................3
B. Konsep Penalaran...........................................................................5
C. Argumen.......................................................................................... 7
D. Contoh Kasus Penerapan Perkembangan Pengetahuan Menjadi
Ilmu................................................................................................. 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 11
3.2 Saran..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berpikir kritis adalah salah satu keterampilan yang seharusnya dimiliki
agar bisa berkomunikasi dan bertahan hidup di era global dewasa ini. Salah
satu manfaat dari berpikir kritis adalah membuat seseorang lebih mandiri,
percaya diri dan mampu memecahkan persoalan dengan lebih bijak. Berpikir
kritis memiliki dua konsep dasar yaitu delapan elemen pemikiran kritis dan
Sembilan standar intelektual. Dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Hasil studi Bank Dunia sebagaimana dikutip oleh Rahmanto menyatakan
Indonesia memiliki kemampuan berpikir kritis lebih rendah dibanding dari
Jepang, Korea, Australia, Hong Kong, dan Thailand. Hal ini mengindikasikan
bahwa kemampuan berpikir kritis di Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Beberapa pakar berpikir kritis telah memasukan aspek menganalisi argumen
sebagai indikator untuk menilai kemampuan berpikir kritis. Facione (2013).
Logika dapat membantu untuk berpikir secara kritis, rasional, lurus, tepat,
tertib, metodis, serta berpikir koheren. Dan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir secara abstrak, cermat, serta objektif. Menambah kecerdasan dan
meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam serta meningkatkan rasa
ingin menggapai kebenaran guna menghindari kekeliruan.
Beberapa peneliti Indonesia juga menyimpulkan pentingnya kemampuan
menganalisis argumen dalam berpikir kritis. Sumaryati (2013) berpendapat
keterampilan menganalisis argumen merupakan salah satu keterampilan yang
harus dimiliki oleh pemikir kritis. Orang yang memiliki kemampuan berpikir
kritis ideal memiliki rasa ingin tahu tinggi, berpengalaman luas, penuh percaya
diri, berpikiran terbuka, fleksibel, tekun dalam mencari informasi yang relevan,
dan masuk akal dalam pemilihan kriteria.
Manfaat rasa ingin tahu seperti yang diungkapkan oleh Kash dan et al,
bahwa rasa ingin mencari tahu sesuatu yang menarik dan bermakna, serta
memotivasi secara interistik. Rasa ingin tahu menjadi jembatan untuk
memperoleh pengetahuan. Rasa ingin tahu sangat mempengaruhi seseorang
dalam meningkatkan cara berpikir dalam berbagai hal (Chonstantika, 2013)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kita diharuskan mampu untuk
memahami, menjelaskan dan menerapkan tentang “Perkembangan
Pengetahuan menjadi Ilmu” yang akan membantu kita sebagai bidan dalam
proses berpikir kritis sehingga dapat memecahkan permasalahan yang ada
dengan teliti dan tepat di era global ini.

1
1.2 Tujuan Pembahasan
Diharapkan mampu menjelaskan tentang konsep berpikir kritis dalam
kontruksi ilmu pengetahuan (filsafat ilmu).

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Perkembangan Pengetahuan menjadi Ilmu


A. Konsep Logika
Kata logika berasal dari kata logos dalam Bahasa Yunani yang
artinya kata atau pikiran. Secara sederhana logika, dapat dikatakan
sebagai sebuah pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat
kata dan dinyatkan dalam bahasa. logika adalah; ilmu dalam lingkungan
filsafat yang membahas prinsip-prinsip dan hukum-hukum penalatran
dengan tepat, ada juga yang menandaskan bahwa logika adalah ilmu
pengetahuan (scinece) tetapi sekaligus juga merupakan kecakapan
atau keterampilan (art) untuk berpikir lurus tepat dan teratur.akhirnya,
logika adalah teknik atau metode untuk meneliti ketepatan berpikir.
Berpikir berarti mengamati dengan sadar, maka setiap pengamatan
dengan sadar selalu akan bergerak kepada arah penilaian, dan berpikir
berakhir pada sebuah keputusan. Konsep berpikir dalam logika biasanya
dirumuskan sebagai berikut: Jika A=B, dan B=C, maka A=C; hal ini
memperlihatkan adanya suatu proses berpikir, yakni meliputi
pengamatan; pengolahan dan terakhir pemutusan dan kesemuanya
disebut dengan pemikiran.
William S. Sahakian mengatakan bahwa logika adalah pengkajian
untuk berpikir secara sahih, hakikat dari pengertian ini adalah untuk
menegaskan bahwa logika harus dipahami lewat sebuah penalaran,
karena sebuah penlaran akan dikatakan logis jika menggunkan konsep
berpikir dalam logika. maka dengan demikian, dalam memahami logika
terlebih dahulu harus dipahami apa itu penalaran.
Dari dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa logika
merupakan sebuah ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk berpikir
lurus," dikatkan demikian, karena sesungguhnya logika berhubungan
dengan kegiatan pikir,"" namun kegitan pikir yang dimaksudkan adalah
bukan berpikir yang asal-asalan, tetapi berpikir menurut hukum-hukum
logika. Misalnya, untuk mengatakan kata cinta kepada seorang gadis,
tidak usah untuk menggunakan konsep-konsep logika, tapi cukup
dikatakan saja, kenapa? karena logika tidak akan bisa menjawab apa
yang akan dikatakan oleh gadis tersebut. Jadi jelas, di sini yang menjadi
tugas pekerjaan logika adalah menentukan peraturan berpikir yang

3
benar, sehingga dapat saya katakan bahwa logika adalah cara dan seni
berpikir yang mengikuti konsep-konsep metode ilmiah.
Jan Hendrik Rapar, mengungkapkan bahwa dengan logika, kita akan
dapat:
1. Dapat membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk
berpikir secara rasional; kritis; lurus; tepat; tertib; metodis; serta
berpikir koheren.
2. Dapat meningkatkankemampuan berpikir secara abstrak, cermat,
serta objektif.
3. Menambah kecerdasandan meningkatkan kemampuan berpikir
secara tajam.
4. Meningkatkan rasa ingin menggapai kebenaran guna menghindari
kekeliruan dan kesesatan.
Menurut Himsworth, manusia adalah makhluk yang berpikir. Setiap
saat dari hidupnya, sejak dia lahir sampai masuk liang lahat, dia tak
pernah berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut
dengan kehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari soal
paling remeh sampai soal paling asasi.
Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dan sebagainya.
Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia pastilah menuntut metode
tertentu. Seperti halnya dalam memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu,
mungkin membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan
menurut berbagai metode. Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa
sesuatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai
metode. Untuk memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah metode
berfikir ilmiah.

1) Macam-macam logika
Logika dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
a) Logika Kodratiah
Manusia adalah makhluk yang berakal budi. Dengan akal
budinya manusia melakukan kegiatan berfikir dalam rangka
mencari kebenaran. Dalam hal ini, akal budinya dapat bekerja
menurut hukum-hukum logika yang bersifat spontan. Akan tetapi
mengandalkan logika kodratiah saja tidaklah cukup, terutama
Ketika kita menghadapi masalah-masalah yang sulit untuk
dipecahkan, kita cenderung dipengaruhi oleh perasaan-perasaan
subjektif yang membuat kita jatuh dalam kesalahan.

4
Selain itu perkembangan dan pengetahuan manusia juga
bersifat sangat terbatas jika hanya mengandalkan logika kodratiah.
Padahal keinginan untuk mengetahui tidak pernah padam dalam
dirinya. Manusia adalah makhluk yang ingin tahu kata Aristoteles.
b) Logika Ilmiah
Untuk menghindari kesesatan dan kesalahan untuk
memperoleh kebeneran dengan cara yang dapat
dipertanggungjawabkan diperlukan logika ilmiah. Logika ilmiah
membantu logika kodratiah. Logika ilmiah memperhalus dan
mempertajam pikiran. Dengan demikian pikiran atau akal budi kita
dapat bekerja secara lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih
aman. Logika ilmiah inilah yang perlu kita pelajari secara
sistematis dan teratur.

B. Konsep Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran ini mempunyai
dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan cara
tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid (sahih) kalau
proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu
tersebut.
Cara penarikan kesimpulan dimaksud adalah logika, dimana logika
secara luas dapat didefinisikan sebagai ”cara pengkajian untuk berpikir
secara sahih”. Terdapat banyak cara penarikan kesimpulan, namun untuk
sesuai dengan maksud tulisan ini yang memusatkan kepada berpikir ilmiah
maka terdapat dua jenis penarikan kesimpulan yaitu:
1. Logika Induktif
Merupakan cara berpikir menarik suatu kesimpulan yang bersifat
umum dari berbagai kasus yang bersifat individual (seperti kesimpulan
peneliti humoris). Misalnya, kita punya fakta bahwa kambing punya
mata, kucing punya mata, demikian juga anjing dan berbagai binatang
lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini dapat kita tarik kesimpulan
umum bahwa semua binatang mempunyai mata. Dua keuntungan dari
logika induktif :
a) Ekonomis
Melalui penalaran deduktif kehidupan yang beraneka ragam
dengan berbagai corak dan segi dapat direduksi/dikurangi menjadi
beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia
bukan merupakan koleksi/ kumpulan dari berbagai fakta melainkan

5
esensi dari fakta-fakta tersebut. Demikian juga pengetahuan tidak
bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu, melainkan
menekankan pada struktur dasar yang mendasari ujud fakta
tersebut. Pernyataan yang bagaimanapun lengkap dan cermatnya
tidak dapat mereproduksi betapa manisnya secangkir kopi atau
betapa pahitnya pil kina. Jadi pengetahuan cukup puas dengan
pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa kopi itu
manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup
bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis
dan berpikir teoritis.
b) Penalaran lanjut baik secara induktif maupun deduktif
Secara induktif dari berbagai pernyataan yang bersifat umum
dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi.
Melanjutkan contoh tentang kesimpulan bahwa semua binatang
mempunyai mata (induksi binatang), dan semua manusia
mempunyai mata (induksi manusia) maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa semua makluk mempunyai mata. Penalaran seperti ini
memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang
mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin
bersifat fundamental.
2. Logika Deduktif
Merupakan kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran
induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan bersifat
umum ditarik kesimpulan bersifat khusus. Penarikan kesimpulan
secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir silogismus.
Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang
kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor.
Pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif adalah hasil
kesimpulan berdasarkan kedua premis tersebut. Melanjutkan contoh
penalaran induktif di atas dapat dibuat silogismus sebagai berikut :
a) Semua makluk mempunyai mata (premis mayor) Landasan (1)
b) Si Polan adalah seorang makluk (premis minor) Landasan (2)
c) Jadi si Polan mempunyai mata (kesimpulan) Pengetahuan

Kesimpulan yang diambil bahwa si Polan punya mata adalah


pengetahuan yang sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan
ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya. Jika
kebenaran dari kesimpulan/pengetahuan dipertanyakan maka harus

6
dikembalikan kepada kebenaran premis yang mendahuluinya.
Sekiranya kedua premis yang mendukungnya adalah benar maka
dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga benar.
Mungkin saja kesimpulan itu salah, meskipun kedua premisnya benar,
karena cara penarikan kesimpulannya tidak sah. Contoh :
a) Semua makluk mempunyai mata (premis mayor) Landasan (1)
b) Si Polan adalah bukan makluk (premis minor) Landasan (2]
c) Jadi si Polan mempunyai mata (kesimpulan) Pengetahuan
d) Semua makluk mempunyai rumah (premis mayor) Landasan (1)
e) Si Polan adalah seorang makluk (premis minor) Landasan (2)
f) Jadi si Polan mempunyai rumah (kesimpulan) Pengetahuan
g) Semua makluk mempunyai mata (premis mayor) Landasan (1)
h) Si Polan adalah seorang makluk (premis minor) Landasan (2)
i) Jadi si Polan mempunyai kaki (kesimpulan) Pengetahuan
Jadi ketepatan penarikan kesimpulan dalam penalaran deduktif
bergantung dari tiga hal, yakni kebenaran premis mayor, kebenaran
premis minor, dan keabsahan pengambilan kesimpulan. Jika salah
satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak terpenuhi maka
kesimpulan yang ditariknya akan salah. Matematika adalah
pengetahuan yang disusun secara deduktif. Misalnya, A = B dan bila B
= C maka A = C. Kesimpulan A sama dengan C pada hakekatnya
bukan merupakan pengetahuan baru dalam arti yang sebenarnya,
melainkan sekedar konsekuensi dari dua pengetahuan yang telah kita
ketahui sebelumnya.

C. Argumen
Argumen adalah alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau
menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan. Menurut Vincent dalam
bukunya yang berjudul “Becoming a Critical Thinker :a Mater Student
Texts Argument” diartikan sebagai suatu pernyataan yang didukung oleh
bukti bukti yang dapat mengubah atau mempengaruhi pikiran orang lain.
Argumen juga dapat diartikan sebagai proses untuk memperkuat suatu
klaim melalui analisis berfikir kritis berdasarkan dukungan dengan bukti-
bukti dan alasan yang logis. Bukti-bukti ini dapat mengandung fakta atau
kondisi objektif yang dapat diterima sebagai suatu kebenaran (inch &
warnick,2006).
Argumentasi adalah suatu pernyataan (klaim) yang bukan semata-
mata diucap dengan tanpa dasar.Argumentasi harus selalu berorientasi
pada data,fakta,atau bukti-bukti yang objektif sehingga dapat diterima

7
kebenarannya. Oleh karena itu untuk beragumentasi seseorang akan
melakukan kegiatan analisis dan berfikir kritis. Dalam hal ini argumentasi
adalah suatu kegiatan yang terkait dengan rasionalisasi ungkapan dan
tentunya terkait dengan pengembangan penalaran atau logika serta
intelektualitas.bentuk argumentasi imi dapat berupa lisan dan tulisan.
1. Struktur Argumentasi
Struktur dasar argumentasi adalah berbagai macam bentuk,format
dari sebuah proses berfikir secara logis. Struktur dan bentuk argumen
terdiri dari :
a) Generalisasi, ialah sebuah pertanyaan yang subjek isi yang
dibahas memiliki cakupan yang sangat luas. Generalisasi terdiri
dari dua bentuk yakni deduktif (bergerak dari universal menuju
partikular) dan induktif (bergerak dari partikular menuju universal).
b) Analogi, ialah membandingkan dua hal yang memiliki ciri dan
karakteristik yang sama.
c) Silogisme, ialah argukentasi umum yang menunjukan bagaimana
otak kita bekerja yaitu menghubungkan ide-ide dan menarik
kesimpulan dari relasi antara ide yang satu dengan ide yang lain.
2. Macam-Macam Argumen
Terdapat beberapa macam argument diantaranya yaitu:
a) Demonstrasi dan argument probable
Demonstrasi adalah suatu argument yang bertolak dari
premis-premis yang pasti dan eviden. Sedangkan argument
probable adalah suatu argument yang benar dari premis-premis
yang probable.
b) Argumentasi langsung dan tidak langsung
Argumentasi langsung membuktikan suatu preposisi tanpa
menggunakan cara yang berputar. Argumentasi tidak langsung
membuktikan suatu proposisi dengan menunjukan bahwa
kontradiksinya proposisi tersebut salah dan tidak masuk akal.
c) Argumentasi priori dan argumentasi posteriori
Hal-hal yang ditunjuk oleh premis dalam kenyataanya dapat
mendahului atau mengikuti, pemikiran disebut apriori sedangkan
poesteriori yaitu apabila mengikuti pemikiran.
Selain beberapa macam argument diatas, ada juga yang
disebut dengan argument marker. Ada dua macam argument
marker yaitu :

8
a) Conclusion marker (penanda simpulan)
Yang termasuknya adalah so, therefore, accordingly. Kalimat
yang terletak langsung sesudah conclusion marker (so,as,dll)
merupakan simpulan dalam suatu argument
b) Reasion maker (penanda alas an
Yang termasuk diantaranya adalah because, since, for, as, dll
kalimat yang merupakan premis yang dimaksud sebagai alasan
bagi simpulan dalam argument diletakan langsung sesudah
reason marker yang sering disebut premis marker.

D. Contoh Kasus Penerapan Perkembangan Pengetahuan Menjadi Ilmu


1. Contoh Penerapan Argumentasi dalam Kebidanan
ASI Eksklusif sangat baik untuk kesehatan bayi. ASI berperan
untuk menunjang pertumbuhan kesehatan dan kelangsungan hidup
bayi karena ASI kaya akan zat gizi dan antibodi. Air susu yang
diproduksi secara alami oleh tubuh ini memiliki komposisi yang lebih
mudah dicerna ketimbang susu formula. Oleh karena itu sangat
penting memberikan bayi hanya dengan ASI saja tanpa memberikan
makanan tambahan sampai bayi berusia 6 bulan.
2. Contoh Penalaran Deduktif Dalam Kasus Kebidanan
Pada tanggal 10 November 2021 Ny.R umur 26 tahun, G1P0A0
hamil 12 minggu, datang ke PMB A diantar suaminya, dengan keluhan
nyeri perut bagian bawah. Hasil anamnesis: keluar darah sedang,
bercampur sedikit gumpalan dari kemaluan sejak 2 jam yang lalu.
Hasil pemeriksaan: KU baik, TD 120/80 mmHg, N 88 x/menit, ada
kontraksi uterus, nyeri tekan abdomen bagian bawah. Hasil inspekulo
tampak serviks membuka dan terlihat jaringan pada serviks.
a) Kesimpulan : Ny.R usia 24 tahun G1P0A0 uk 12 minggu dengan
abortus inkomplit.
Data fokus yang mengarah kepada abortus inkomplit pada kasus
tersebut adalah serviks membuka dan terlihat jaringan pada serviks.
Artinya inkomplit berarti sedang berlangsung, dimana buah kehamilan
masih dalam proses ekspulsi atau pengeluaran buah kehamilan,
belum semua hasil konsepsi yang dilahirkan sebelumnya sehingga
mengarah ke abortus inkomplit
a) Umum :
Ny. R memiliki keluhan umum yaitu nyeri perut bagian bawah,
keluar darah sedang, bercampur sedikit gumpalan dari kemaluan

9
adanya kontraksi uterus, nyeri abdomen bagian bawah, serviks
membuka dan terlihat jaringan pada serviks.
b) Khusus:
Maka dapat disimpulkan Ny.R berada dalam kondisi abortus dan
harus segera di rujuk ke RS
3. Contoh Penalaran Induktif dalam Kasus Kebidanan
Pada hari jum’at tanggal 11 November 2021 Ny.D usia 42 tahun
G4P3A0 usia kehamilan 39 minggu datang bersama keluarganya ke
PMB B mengeluh mules-mules kuat ,sudah keluar lendir bercampur
darah dan sudah kerasa ingin mengedan. Hasil anamnesa :
Pemeriksaan ANC hanya 2x, tablet Fe tidak terpenuhi standar, tidak
suka makan sayur-sayuran. Hasil pemeriksaan diperoleh KU baik, TD
120/80 mmHg, TFU 30 cm, penurunan kepala 2/5 ,DJJ 146x/m His
5x10x45. Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam vulva vagina tidak
ada kelainan portio tidak teraba pembukaan 10 cm molase 0 tidak ada
bagian kecil yang menyertai. Bidan menolong persalinan dengan
langkah APN. Pada saat kala III terjadi perdarahan primer dan ibu
lemas. Dilihat dari pengkajian ibu mengalami retensio placenta
disebabkan karena multipara, usia ibu 42 thn dan pemeriksaan ANC
tidak rutin .

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berpikir kritis adalah salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat
digunakan dalam pembentukan sistem konseptual seseorang. Berpikir kritis tidak
bisa lepas dari konsep logika, konsep penalaran danargumen yaitu bahwa logika
merupakan sebuah ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk berpikir lurus karena
sesungguhnya logika berhubungan dengan kegiatan berpikir. Sedangkan
penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan dan
argumen merupakan alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak
suatu pendapat, pendirian atau gagasan.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan dan efektif dalam semua aspek kehidupan. Berpikir secara
kritis menantang individu untuk menelaah asumsi tentang informasi terbaru dan
untuk menginterpretasikan serta mengevaluasi uraian dengan tujuan mencapai
simpulan suatu perspektif baru.

3.2 Saran
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberi masukan dalam materi
perkuliahan sebagai pengembangan ilmu dan memberikan gambaran dan
informasi bagi penulis selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ebook: (H.Muhamat Rahmat, Pengantar Logika Dasar, Bandung:2013)

Ebook ( Rafael Raga Maran, Pengantar Logika, Jakarta Grasindo, 2007)

Ebook (Rahkmat, M. (2013). Pengantar logika dasar..LoGoz Publishing

Inch, E. S., Warnick, B., & Endres, D. (2006). critical thinking and communication:
The use of reason in argument. USA: Pearson Education, Inc.

Jujun S. Sariasumatri, 1985, Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Penerbit


Sinar Harapan, Jakarta)

Anda mungkin juga menyukai