Anda di halaman 1dari 15

Logika dan Penalaran

Disusun Oleh :

Kelompok: 5

Nama kelompok : 1. Muhammad Salman Alfajri( 2220104115 )


2. Maulidia Erfina ( 2220104038 )
3. Melvi Arviona ( 2220104110 )
4. Muhammad AlHafiz Wijaya( 2220104149 )

Dosen Pengampuh: Mirtra Erchandra, M.Pd

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala yang senantiasa memberikan


anugrah, hidayah serta taufiq-nya kepada kita. Solawat beriring salam tak
lupa kita sanjungkan kepada nabi yang mulia.khataman nabi yaitu nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam serta para sahabat dan
pengikutnya, dan semoga kita yang berada disini tetap menjadi
pengikutnya hingga akhir zaman Aamiin ya rabbal alamin. Alhamdulillah
atas izinnya kami sebagai penulis bisa menyusun sebuah makalah untuk
memenuhi tugas Bahasa Indonesia ini. Makalah ini kami susun bertujuan
untuk memberikan argumen tentang ketatabahasaan dalam menerapkan
prioritas diri dalam berbahasa. Selain itu kami sebagai penulis juga sadar
bahwa pada makalah ini dapat ditemukan banyak sekali kekurangan serta
jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik
dan saran untuk kemudian dapat penulis revisi dan penulis tulis di masa
yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi penulis menyadari bahwa tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.

Dengan ini semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari isi makalah
yang kami susun ini. Mohon maaf atas makalah yang kami susun ini masih
banyak kekurangan.

Palembang, 8 September 2022

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN

I.I Latar belakang ................................................................... 1


I.2 Rumusan masalah ............................................................... 1
I.3 Tujuan pembahasan ............................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.I Pengertian logika ................................................................ 4


2.2 Fungsi logika ..................................................................... 5
2.3 Manfaat logika ................................................................... 6
2.4 Pengertian penalaran .......................................................... 7

BAB III PENUTUP

3.I Kesimpulan ........................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 9


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai manusia tentunya kita memerlukan sebuah pengetahuan.
Dengan pengetahuan tentunya kita bisa menguasai aspek-aspek dalam
kehidupan. Salah satu dari pengetahuan itu kita harus bisa menguasai
penalaran dan logika. Dengan penalaran dan logika ini kita bisa paham akan
pengetahuan yang kita pelajari.

Penalaran dan logika merupakan suatu konsep umum yang menunjuk


pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan
sebagai pernyataan baru. Oleh karena itu, mempelajari dan memahami
penalaran dan logika akan membantu kita dalam memperoleh pengetahuan
mengenai definisi, kalimat efektif, paragraf, dan pengembangan karangan.
Melalui proses penalaran dan logika, kita dapat sampai pada kesimpulan
yang mungkin berupa asumsi, hipotesis, teori atau keputusan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari logika ?
2. Apakah fungsi dari logika untuk kehidupan sehari-hari ?
3. Apa pengertian dari penalaran ?
4. Apa pengertian term dan proposisi ?
5. Bagaimana syarat kebenaran dari penalaran ?
6. Apa saja unsur penalaran dalam karangan ilmiah ?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Mengerti dan mengetahui yang dimaksud dengan penalaran dan
logika.
2. Mengetahui fungsi logika dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengetahui definisi Term dan Proposisi.
4. Mengetahui syarat kebenaran dari penalaran.
5. Mengetahui unsur penalaran dalam karangan ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Menurut Cecep Sumarna dalam Susanto logika adalah cara
penarikan kesimpulan atau pengkajian untuk berpikir secara shahih. 1
Jan Hendrik Rapar menjelaskan istilah logika diambil dari bahasa
Yunani logikos, yang berarti mengenai sesuatu yang diutarakan, suatu
pertimbangan akal (pikiran), mengenai kata, mengenai percakapan atau
berkenaan dengan bahasa. Menurut Poedjawijatna logika adalah kajian
filsafat yang mengkaji manusia yang biasanya dikenal dengan filsafat budi,
dimana pengertian budi disini adalah akal sebagai alat penyelidikan dalam
mengambil suatu tindakan atau keputusan.2

Menurut Poespoprojo logika adalah ilmu kecakapan menalar atau


berfikir dengan tepat (The Science and art of correct thingking). Pengertian
diatas mengindikasikan bahwa berfikir atau menalar adalah kegiatan akal
budi manusia untuk mengolah pengetahuan yang kita terima melalui panca
indra dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Berfikir menunjukkan
suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan terarah. Dalam katagori ini hasil
lamunan dan hayalan tidak termasuk kegiatan berfikir. Suatu pemikiran
dikatakan tepat dan jitu bila dilakukan dengan penganalisaan, pembuktian
dengan alasan-alasan tertentu dan adanya kaitan antara yang satu dengan
lainnya. Pemikiran yang demikian disebut dengan logis.

Jalan pemikiran yang mengesampingkan hal-hal tersebut diatas


dikatagorikan pemikiran yang tidak logis. Logika merupakan ilmu yang
fundamental yang secara sistematis menyelidiki, merumuskan dan
menerangkan asas-asas yang harus ditaati agar orang dapat berfikir dengan
tepat, lurus dan teratur. Maksud dan tujuan logika adalah kecakapan

1
Susanto, Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis dan
Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara, 2013, 144-145.
2
Ibid., 144.
menerapkan aturan-aturan pemikiran yang tepat terhadap persoalan-
persoalan yang kongkrit yang kita hadapi, serta pembiasaan sikap ilmiah,
kritis dan objektif.

Menurut Amsal Bakhtiar logika adalah sarana untuk berpikir dengan


sistematis, tertaur, terarah, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena
itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir,
seperti setengah tidak boleh lebih dari satu.3 Dari pendapat di atas maka
dapat disimpulkan logika merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu
pengetahuan dengan menggunakan akal pikiran, kata dan bahasa yang
dilakukan secara sistematis. Namun apabila diselidiki lebih lanjut, terutama
bila dipraktekkan sungguh-sungguh, ternyata bahwa berpikir dengan teliti,
tepat, dan teratur merupakan kegiatan yang cukup sukar. Manakala kita
meneliti dengan saksama dan sistematis berbagai penalaran, mungkin saja
akan kita temui banyak kejanggalan, kekeliruan, dan penalaran yang tidak
“nyambung”.
Hal itu disebabkan antara lain karena dalam berpikir orang mudah
tertangkap dalam perasaan-perasaannya, menganggap benar apa yang
disukainya, terpengaruh prasangka, kebiasaan, dan pendapat umum. Dalam
keadaan yang demikian, kita sulit mengajukan alasan yang tepat atau
menunjukkan mengapa suatu pendapat tidak dapat diterima. Karena itu
dalam kegiatan berpikir, kita dituntut untuk sungguh-sungguh melakukan
pengamatan yang kuat dan cermat supaya sanggup melihat hubungan-
hubungan, kejanggalan-kejanggalan, dan kesalahan-kesalahan yang
terselubung. Logika muncul bersama dengan filsafat. Itu tidak berarti logika
berdiri sendiri sebagai satu disiplin di samping filsafat melainkan bahwa
dalam filsafat Barat – sudah nyata pemikiran yang logis.

3
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, 212.
Logika sendiri terbagi menjadi dua yaitu logika naturalis ( logika
alamiah) dan logika artifisialis (logika ilmiah) yakni : 4

1. Logika Naturalis (alamiah)

Logika naturalis adalah kecakapan berlogika berdasarkan akal


bawaan manusia. Akal manusia yang normal dapat bekerja secara spontan
sesuai hukum-hukum logika dasar. Kemampuan logika naturalis antara
manusia yang satu dengan yang lainnya adalah berbeda-beda. Tergantung
dari tingkat intelegensi dan pengetahuannya. Maka kinerja akal budi
manusia yang berpikir secara tepat dan lurus secara natural tanpa
dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan
yang subjektif dari pemikir atau manusia. Kemampuan logika alamiah
manusia ada sejak lahir.

2. Logika Artifisialis (Logika ilmiah).

Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi.


Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asasasas yang harus
ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal
budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih
aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau
paling tidak, mengurangi kesesatan. Di Barat yang pertama sekali
merumuskan kaidah-kaidah tentang logika artificialis adalah Aristoteles
yang tertera di dalam bukunya organon yang berarti instrumen (alat) yakni
alat untuk berfikir benar.

2.2 Fungsi logika

Ada tiga fungsi logika :

1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berfikir


secara rasional, kritis, lurus, tepat, tertib, metodis, dan koheren
2. Meningkatkan kemampuan berfikir secara abstrak,cermat,dan
objektif. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan
berfikir secara tajam dan mandiri

4
Mundiri. 15
3. Menigkatkan cinta akan keberanian dan menghindari kekeliruan
sesaat

2.3 Manfaat logika


 Melatih jiwa manuasia agar dapat memperhalus jiwa pikirannya
 Mendidik kekuatan akal pikiran dan mengembangkannya yang
sebaik baiknya dengan melatih dan membiasakan mengadakan
penelitian-penelitian tentang cara berfikir
 Studi logika mendidik kita berfikir jernih dan kritis
 Logika memungkinkan kita melaksanakan displin intelektual
yang diperlukan dalam menyimpulkan atau menarik kesimpulan
 Logika membantu kita mendeteksi penalaran-penalaran yang
keliru dan jelas
 Logika memamncing pemikiran-pemikiran ilmiah dan reflektif
 Daya khayal semakin tinggi sehingga menjadi reflektif
 Dengan membiasakan latihan berfikir, ,manusia akan mudah
dan cepat mengetahui dimana letak kesalahan yang
mengelincirkannya dalam usaha menuju hukum-hukum yang
diperoleh pikiran itu

2.4 Pengertian Penalaran

Kata nalar berasal dari bahasa arab nazara yang artinya ‘melihat’.
Berlainan dengan kata ra yang artinya ‘melihat’ juga, kata ini
mengisyaratkan bahwa menalar tidak sekadar melihat dengan mata, tetapi
memandang sesuatu dari sudut logikanya 5.

Penalaran adalah kegiatan berpikir. Kegiatan berpikir tidak mungkin


dapat berlangsung tanpa bahasa. Jadi penalaran senantiasa bersangkut paut
dengan bahasa. Setiap orang yang menalar selalu menggunakan bahasa, baik
bahasa yang digunakan dalam pikiran, bahasa yang diucapkan dengan

5Ahmad Syaeful Rahman dan Hendri P., Mudah Menguasai Bahasa Indonesia (Bandung: Yrama
Widya, 2015), h. 71.
mulut, maupun bahasa tertulis. Dengan demikian, jelas bahwa bahasa adalah
alat berpikir. Bahasa adalah alat bernalar 6.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut


dengan premis (anteseden) dan hasil kesimpulannya disebut konklusi
(conclusion). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi
(consequence).

A. Term dan Proposisi


Term adalah kata atau kelompok kata yang dapat dijadikan subjek dan
predikat dalam sebuah kalimat proposisi7.

Term juga dapat diartikan sebagai suatu kata atau suatu kumpulan kata
yang merupakan pernyataan dari sebuah ide atau konsep 8. Tidak semua kata
atau kumpulan kata adalah term, meskipun setiap term itu adalah kata atau
kumpulan kata. Alasannya: tidak semua kata atau kumpulan kata pada
dirinya sendiri merupakan pernyataan dari sebuah pengertian, dan bahwa
tidak semua kata pada dirinya sendiri berfungsi sebagai subyek atau predikat
dalam suatu proposisi.

Term adalah kata atau sejumlah kata yang dapat berdiri sendiri. Jenis
kata seperti itu disebut kata kategorimatis. Mis. : bunga, burung, pohon
(term tunggal), orang tua asuh, pencinta lingkungan hidup (term
majemuk/kompleks).
Jenis-Jenis Term9 :
Dalam kaitan dengan pengertian (arti yang dikandungnya):
a. Term Univok (satu kata, satu pengertian) : karyawan, pelanggan,
guru, manager.
b. Term Ekuivok (satu kata, lebih dari satu pengertian): genting,
bulan, bait, pasar.

6 Jan Hendrik Rapar, Pengantar Logika Asas-asas Penalaran Sistematis (Bekasi: Kanisius, 1996), h. 16.
7 Ahmad Syaeful Rahman dan Hendri P., loc. cit.
8 W. Poespoprodjo, Logika Sientifika (Bandung: Remadja Karya, 1985), h. 77.
9 Dzuriyatun Thoyibah, “Pengertian Proposisi, Term, Penalaran, dan Premis”, diakses dari

http://dzuriyatunthoyibh.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-proposisi-term-penalaran-dan.html,
(diakses 6 September 2022)
c. Term Analog (satu kata, pengertian bisa sama bisa berbeda): ada,
suap, sehat.
Dalam kaitan dengan jumlah kata:

a. Term Tunggal : gunung, manusia, kejahatan.


b. Term Majemuk : Kereta api, lapangan sepak bola, CEO, TQM,
BKIA, KPKPN.

Term ditinjau dari luasnya:

a. Term Singular: mengatakan tentang satu hal tertentu


b. Term Partikular: mengatakan tentang sebagian
c. Term Universal: mengatakan tentang seluruh luasnya.

Berdasarkan sifatnya :

a. Term Distributif: berlaku untuk setiap anggota


b. Term Kolektif: berlaku pada sesuatu sebagai satu kesatu

Berdasarkan fungsinya dalam proposisi dan silogisme :

a. Term subyek
b. Term predikat
c. Term menengah / terminus medius

Contoh term : Semua tebu manis, Semua tebu adalah term, Manis adalah
term.

Proposisi adalah suatu pernyataan/penuturan (assertion) yang utuh,


serta mempunyai nilai benar atau salah, dan tidak boleh kedua-duanya10.
Maksud dari kedua-duanya ini adalah dalam suatu kalimat proposisi standar
tidak boleh mengandung dua pernyataan benar dan salah sekaligus. Suatu
proposisi mempunyai subjek dan predikat. Dengan demikian, proposisi pasti
berbentuk kalimat, tetapi setiap kalimat dapat disebut proposisi. Hanya
kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Kalimat tanya,

10 W. Poespoprodjo, op. cit., h. 165


kalimat perintah, kalimat harapan, dan kalimat inversi tidak dapat disebut
proposisi. Kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah
bentuknya menjadi kalimat yang netral.

Kalimat berikut ini bukan proposisi.

1. Bangsa burungkah ayam?


2. Mudah-mudahan Indonesia menjadi negara makmur.
3. Berdirilah kamu di pinggir pantai.
Kalimat-kalimat tersebut dapat diubah menjadi proposisi sebagai
berikut.
1. Ayam adalah burung.
2. Indonesia menjadi negara makmur.
3. Kamu berdiri di pinggir pantai.

1. Ragam Proposisi
1. Bentuk: Tunggal dan jamak.
Contoh:
Dewi Persik bernyanyi.
Kakak memancing dan memakan ikan.

2. Sifat: Kategorial Dan Kondisional


Proposisi kategorial adalah proposisi dimana hubungan
antara subjek dan predikatnya tidak mempunyai syarat apapun.
Contoh:
Semua bayi menangis di malam hari.

Proposisi kondisional dibagi menjadi 2 yaitu:


1) Proposisi hipotesis adalah proposisi dimana hubungan antara
subjek dan predikat membutuhkan syarat tertentu.
Contoh:
Jika lampu menyala, ruangan terlihat terang.
Jika air dimasukkan ke kulkas maka akan terasa dingin.
2) Proposisi disjungtif adalah proposisi dimana hubungan antara
subjek dan predikat tidak membutuhkan syarat tertentu.
Contoh:
Meja itu berwarna coklat atau hitam.
Kakak membaca buku pelajaran atau komik

3. Kualitas: Afirmatif/positif dan negative.


Proposisi afirmatif adalah proposisi dimana predikatnya
mendukung atau membenarkan subjeknya.
Contoh:
Semua helm dipakai di kepala. Semua ayam betina berkotek.Pro
posisi negative adalah proposisi dimanan predikatnya menolak
atau tidak mendukung subjeknya

4. Kuantitas: Universal dan spesifik/khusus.


Proposisi universal adalah proposisi dimana predikatnya
mendukung atau mengingkari semua.
Contoh:
Tidak ada satupun kipas angin yang tidak mengeluarkan angin.
Tidak ada satupun hewan herbivora yang memakan daging.

2. Bentuk-bentuk Proposisi
Dari ragam proposisi, ditemukan empat macam proposisi, yaitu
sebagai berikut.
a. Proposisi umum-positif adalah proposisi yang predikatnya
membenarkan keseluruhan subjek.
Contoh :
Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
Semua karya ilmiah mempunyai daftar pustaka.
b. Proposisi umum-negatif adalah proposisi yang predikatnya
mengingkari keseluruhan subjek.
B. Syarat Kebenaran Penalaran

Menalar pada dasarnya mencari kebenaran. Kebenaran dapat dicapai


jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi. Dalam penalaran,
pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi, semua
premis harus benar. Benar meliputi sesuatu yang benar secara formal
maupun material. Benar secara formal berarti penalaran memiliki bentuk
yang tepat dan diturunkan dari aturan-aturan berpikir yang tepat, sedangkan
benar menurut material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis
tepat. Penalaran memiliki dua metode, yaitu metode penalaran induktif dan
metode penalaran deduktif.

1. Metode Penalaran Induktif

Metode penalaran induktif adalah proses pemikiran di dalam akal


kita dari pengetahuan tentang peristiwa atau kejadian yang lebih khusus
untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih umum11. Dengan kata lain,
penalaran induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan
bertolak dari hal-hal khusus ke umum.

2. Metode Penalaran Deduktif


Metode penalaran deduktif adalah proses pemikiran didalam akal
kita dari pengetahuan yang lebih umum untuk menyimpulkan
pengetahuan

11 W. Poespoprodjo, Logika Ilmu Menalar (Bandung: Pustaka Grafika, 2011), h. 22


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan logika ialah. logika membantu orang untuk
dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, karena dengan berpikir demikian ia
dapat memperoleh kebenaran dan menghindari kesesatan

penalaran adalah proses berpikir yang melibatkan logika. Term adalah suatu
kata atau sekelompok kata yang bisa dijadikan subjek dan predikat,
sedangkan proposisi adalah suatu pernyataan yang utuh, yang mempunyai
nilai salah/benar. Syarat kebenaran penalaran adalah bahwa semua premis
harus benar, baik secara formal maupun material. Unsur-unsur penalaran
dalam karangan meliputi: topik, dasar pemikiran yang harus dirumuskan,
proposisi, proses berpikir ilmiah, logika, sistematika, permasalahan,
variabel, analisis, pembuktian (argumentasi), hasil dan kesimpulan.

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat kita simpulkan bahwa penalaran


adalah suatu proses berfikir menggunakan dasar logika sebagai sebuah alat
penarik kesimpulan pada suatu fakta yang ada sedangkan logika merupakan
suatu proses berfikir untuk mencapai sebuah kebenaran rasional
DAFTAR PUSTAKA

Susanto. 2013. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,


Epistemologis dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.

Amsal Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mundiri. 2008. Logika, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Ahmad Syaeful Rahman dan Hendri P. 2015. Mudah Menguasai


Bahasa Indonesia (Bandung: Yrama Widya, 2015)

Jan Hendrik Rapar. 1996. Pengantar Logika Asas-asas Penalaran


Sistematis (Bekasi: Kanisius).

W. Poespoprodjo. 1985. Logika Sientifika (Bandung: Remadja


Karya).
Dzuriyatun Thoyibah, “Pengertian Proposisi, Term, Penalaran, dan
Premis”, diakses dari

http://dzuriyatunthoyibh.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-
proposisi-term-penalaran-dan.html, (diakses 6 September 2022)

W. Poespoprodjo. 2011. Logika Ilmu Menalar. Bandung: Pustaka


Grafika

Anda mungkin juga menyukai