Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji dan sykur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat tuntunan dan kasihnya semata
semata sehingga makalah yang berjudul “ Definisi dan Ruang Lingkup Logika” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam makalah ini dibahas mengenai Definisi Logika, Ruang lingkup logika yang
mencakup asas-asas logika, pembagian (penggolongan) dan definisi serta induktif dan deduktif-
silogisme . Kami kelompok mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah dasar-
dasar logika Yang sudah memberikan tugas ini kepada kami dan sudah membimbing kami dalam
penulisan makalah ini, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu kami.

Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, karna itu kami dari kelompok
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari teman-teman sekalian, untuk
perbaikan selanjutnya. Harapan kami, makalah ini dapat berguna sebagai sumber informasi untuk
teman-teman sekalian.

Manado, Februari 2018

penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................................................... 3
BAB II .......................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 4
A. DEFINISI LOGIKA ....................................................................................................................... 4
B. RUANG LINGKUP LOGIKA ..................................................................................................... 11
a. Asas-asas Logika ....................................................................................................................... 11
c. Pembagian (Penggolongan) dan Definisi ................................................................................ 17
d. Induktif, Deduktif -Silogisme ................................................................................................... 19
BAB III....................................................................................................................................................... 21
PENUTUP.................................................................................................................................................. 21
Kesimpulan ............................................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 22

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Berpikir adalah aktivitas yang dilakukan oleh seluruh manusia. suatu aktivitas
yang berhubungan erat dengan kerja akal. Akal manusialah yang men"adi salah satu alat
menyerap pengetahuan. menemukan dan membedakan mana yang !enar atau
keliru. Namun, manusia yang memiliki pengetahuan terbatas ataupun belum
memaksimalkan fungsi akalnya terkadang terjebak kepada kekeliruan atau keranguan
dalam berpikir. Hal ini wajar, karena akal bekerja berdasarkan hukum-hukum universal
tertentu. Ketidaktaatan terhadap hukum-hukum universal dalam
b e r p i k i r , m e n j a d i k a n s e s e o r a n g melakukan kekeliruan atau kesalahan. Dalam
ungkapan yang le!ih ekstrem, seseorang yang t i d a k m e n a a t i h u k u m b e r p i k i r
d a p a t l a h d i k a t a k a n s e b a g a i s e s e o r a n g ya n g t i d a k r a s i o n a l (irrasional).
orang kemudian mengenal hukum-hukum berpikir rasional ya n g
u n i v e r s a l i t u dengan istilah Logika. Suatu istilah yang diperkenalkan oleh Aristoteles,
filsuf yunani kuno. Di dunia Arab (Islam), Logika kemudian populer dengan
istilah mantik. Dan kekeliruan berpikir adalah salah satu bagian penting yang dibahas
dalam studi tentang logika. Bagi setiap orang, apalagi kaum cendekiawan,
menghindari melakukan kekeliruan dalam berpikir ini menjadi suatu keharusan. sebab
dari proses berpikirlah kehidupan, budaya, tradisi, bahkan sebuah peradaban dibangun.
Bukankah peradaban yang berakar dan dibangun dari cara berpikir yang salah akan
menyengsarakan manusia. Jalaludin Rahmat, cendekiawan mu s l i m I n d o n e s i a i t u
bahkan menempatkan kekeliruan berpikir sebagai salah
s a t u penghambat pertama dan utama dalam proses rekayasa sosial dalam masyarakat.

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. DEFINISI LOGIKA
Logika dari Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran
yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Arti logika adalah hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Logika merupakan suatu Ilmu tentang dasar dan metode untuk berfikir secara benar.
Dalam bahasa Arab dikenal dengan kata ‘Mantiq’ yang artinya berucap atau berkata.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau
ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus,
tepat, dan teratur. Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya
adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah
berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Ilmu disini mengacu pada
kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal
budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan
tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Ilmu harus dibedakan dari pengetahuan.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas mengetahui
yaitu tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan
terhadapnya, sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh dari itu. Poespoprojo merumuskan
dengan sederhana bahwa ilmu adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu bidang
tertentu yang merupakan satu kesatuan yang tersusun secara sistematis, serta memberikan
penjelasan yang dipertanggung jawabkan dengan menunjukkan sebab-sebabnya.

Terdapat beberapa batasan pengertian tentang logika dari beberapa ahli.

1. Alex Lanur

Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Ilmu
pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan tentang pokok yang tertentu. Kumpulan ini
merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan penjelasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Penjelasan seperti ini terjadi dengan menunjukkan sebab
musababnya.

4
2. Muhammad Zainuddin

Logika merupakan suatu Ilmu tentang dasar dan metode untuk berfikir secara benar.

3. Mundiri

Logika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.

4. Poespoprojo

menuliskannya sebagai ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat ( the science
and art of correct thinking ).

Keempat pendapat mengenai batasan logika itu pada hakekatnya saling


melengkapi. Menurut Muhammad Zainuddin, bahwa Logika merupakan suatu Ilmu
tentang dasar dan metode untuk berfikir secara benar . Penekanan batasan logika pada
berfikir secara benar. Berfikir secara “benar” selanjutnya dijelaskan oleh Mundiri
bahwa Logika sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Kriteria
benar, penalaran yang betul atau salah, pada dasarnya merupakan suatu penjelasan yang
dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini disampaikan oleh Alex Lanur. Untuk jelasnya
dapat digambarkan sebagai berikut :

Logika merupakan suatu ilmu tentang dasar dan metode

Untuk berpikir secara benar

Digunakan untuk membedakan penalaran yang benar dan yang salah

Yang dapat dipertanggungjawabkan

Skema 1 : Batasan definisi Logika

5
Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah
berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah
berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika bersifat a priori.
Kebenaran logika tidak dapat ditemukan dan diuji secara empiris tetapi kebenaran diuji
secara akal.

Objek materiil atau material logika adalah penalaran / cara berpikir. Menurut Alex Lanur,

Yang dimaksudkan dengan berpikir disini ialah kegiatan pikiran, akal budi manusia.
Dengan berpikir manusia ‘mengolah’, ‘mengerjakan’ pengetahuan yang telah
diperolehnya. Dengan ‘mengolah’ dan ‘mengerjakannya’ ini terjadi dengan
mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian
yang satu dengan pengertian lainnya.

Menurut Poedjawijatna, obyek forma logika ialah mencari jawab : bagaimana manusia
dapat berpikir dengan semestinya. Mencari jawaban atas sesuatu pada dasarnya
merupakan suatu proses. Berpikir pada dasarnya merupakan suatu proses dari adanya
suatu input melalui proses akan melahirkan output.

Mundiri menjelaskan bahwa pikiran merupakan perkataan dan logika merupakan patokan,
hukum atau rumus berpikir. Logika bertujuan untuk menilai dan menyaring pemikiran
dengan cara serius dan terpelajar serta mendapatkan kebenaran terlepas dari segala
kepentingan dan keinginan seseorang. Poespoprojo menjelaskan bahwa pengetahuan
merupakan hasil dari aktivitas berpikir yang menyelidiki pengetahuan yang berasal dari
pengalaman-pengalaman konkret, pengalaman sesitivo-rasional, fakta, objek-objek,
kejadian-kejadian atau peristiwa yang dilihat atau dialami. Logika bertujuan untuk
menganalisis jalan pikiran dari suatu penalaran/pemikiran/penyimpulan tentang suatu hal.

Selanjutnya obyek formal logika adalah hukum, prinsip dan asas. Pada pokoknya asas
logika ada tiga yaitu asas identitas, asas pengingkaran dan asas menolak kemungkinan
ketiga. Dalam perkembangannya ketiga asas ini mengalami perkembangan.

6
Selanjutnya produk berfikir dapat berupa konsep, proposisi yang diekspresikan dalam
bentuk ungkapan lisan / tulisan / isyarat.

Materiil Penalaran/cara berpikir

Formal Hukum,Prinsip, Asas


Objek Logika

Produk Konsep,Proposisi

Skema 2: Objek Logika

Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini berarti logika dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya
filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-
pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain
dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.

Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk


inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang
filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. Logika secara umum ada
dua macam, yaitu logika alamiah dan logika ilmiah. Dalam perkembangan logika apabila
diterapkan pada bidang ilmu tertentu mengalami perkembangan diataranya adalah logika
hukum. Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan
lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan
yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ilmiah
memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus
yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat
pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti,
7
lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan
atau, paling tidak, dikurangi. Seseorang yang menguasai logika akan dapat berfikir efisien,
tepat, teratur dan terhindar dari kekeliruan dalam berfikir. Berfikir obyektif dan tegas.
Logika mempunyai batasan sebagai berikut :

a. Ilmu tentang dasar dan metode untuk berfikir secara benar


b. Ilmu tentang prinsip berfikir guna menghindarkan kesalahan dalam berfikir
c. Ilmu tentang cara menggerakkan pikiran kepada jalan yg benar
Tugas logika menurut Poedjawijatna ialah memberikan penerangan bagaimana orang
seharusnya berpikir. Ada yang menyebut, bahwa logika itu mengutarakan teknik berpikir,
yaitu cara yang sebenarnya untuk berpikir. Kegunaan logika adalah :

1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas
sistematis.
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir,
kekeliruan serta kesesatan.

Kadangkala, orang membuat suatu argument yang salah, meskipun sudah


melakukan proses pemikiran. Menurut Alex Lanur, orang salah dalam berpikir itu, bukan
pengetahuannya yang salah, melainkan jalan pikirannya yang tidak lurus, tidak menurut
aturan. Memang proses berpikir tidak dapat dilihat karena bekerjanya berada di dalam alam
pikir manusia. Kegiatan berpikir selalu berhubungan dengan rasio akal budi manusia atau
kegiatan akal budi. Kegiatan akal budi itu meliputi ialah :

1.Menangkap sesuatu sebagaimana adanya. Artinya, menangkap sesuatu tanpa mengakui


atau memungkirinya
2.Memberikan keputusan. Artinya, menghubungkan pengertian yang satu dengan
pengertian lainnya atau memungkiri hubungan itu.
3.Merundingkannya. Artinya, menghubungkan keputusan-keputusan sedemikian rupa,
sehingga dari satu keputusan atau lebih, orang sampai pada suatu kesimpulan.

8
Kegiatan akal budi hakekatnya merupakan sutu proses berpikir. Pemikiran manusia
sebenarnya terdiri atas unsur-unsur yang berikut. Unsur yang pertama ialah pengertian-
pengertian. Kemudian pengertian-pengertian disusun sedemikian rupa sehingga menjadi
keputusan-keputusan. Akhirnya, keputusan-keputusan itu disusun sedemikian rupa
sehingga menjadi penyimpulan-penyimpulan.
Berpikir akan dapat dilihat hasilnya oleh orang lain apabila sudah dalam bentuk
hasil jadi. Hasil jadi itu dapat dalam bentuk tulisan, ucapan, gambaran atau bentuk tertentu.

Input proses Output

Skema 3 : Kegiatan Berpikir

Selama proses pemikiran berlangsung, logika mempunyai kedudukan yang sangat


penting.

Objek kebenaran

Menangkap sesuatu
bahasa

Memberikan keputusan

Rasio akal
budi
merundingkan

Logika

Skema 4: Kedudukan Logika

9
Pengungkapan hasil olah pikir atau rasio akal budi untuk mencapai kebenaran
diwujudkan dalam bentuk bahasa. Bahasa pada dasarnya ada tiga macam, yaitu bahasa
lisan, bahasa tulisan atau bahasa isyarat. Menurut Poedjawijatna, bagaimanapun coraknya,
bahasa selalu merupakan bentuk berpikir, karena dari bahasa kita tahu maksud orang yang
berbahasa itu. Tidak hanya bentuk berpikir saja bahasa itu, melainkan juga merupakan alat
berpikir. Selanjutnya diterangkan lebih lanjut oleh Poedjawijatna , bahwa :

Pendapat (melalui bahasa) atas berapa dasar, yang merupakan syarat supaya orang
dapat berpikir itu. Dasar itu boleh juga disebut aksioma berpikir. Adapun tiap-tiap pendapat
itu berdasarkan atas sikap mental subyek yang tahu itu, bahwa demikianlah halnya,
pendapat lain tak mungkin. Itu disebut keyakinan. Keyakinan merupakan sikap subyek,
jadi selalu bersifat subyektif juga. Menurut subyek yang tahu ketika itu, tak adalah alasan
apapun untuk berpendapat lain.

10
B. RUANG LINGKUP LOGIKA

Ruang lingkup logika secara umum meliputi definisi Logika, asas-asas logika, konsep
dan term, pembagian, penggolongan & definisi konsep, proposisi, deduktif – silogisme dan
induktif.
a. Asas-asas Logika
Pikiran adalah benda kodrat, maka berlaku juga hukum-hukum yang menikat
semua benda kodrat, semua ada khusus (semua beings). Hukum-hukum tadi adalah
pangkalan yang tidak boleh dan tidak dapat diabaikan. Apabila orang mengabaikannya,
hanya kekacauanlah yang akan didapat. Prinsip-prinsip ini juga disebut asas-asas formal
karena merupakan prinsip-prinsip yang menjamin terlaksananya proses pemikiran dengan
benar.
Asas sebagaimana kita ketahui adalah pangkal atau asal darimana sesuatu itu
muncul dan dimenger initi. Maka “asas pemikiran” adalah pengetahuan dimana
pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Kapasitas asas ini bagi kelurusan berpikir
adalah mutlak, dan salah benarnya suatu pemikiran tergantung terlaksana tidaknya asas-
asas ini. Ia adalah dasar daripada pengetahuan dan ilmu. Asas pemikiran ini dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Asas identitas (principium identitatis = qanun zatiyah)
Ia adalah dasar dari semua pemikiran dan bahkan asas pemikiran yang lain.
Kita tidak mungkin dapat berpikir tanpa asa ini. Prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu
itu adalah dia sendiri bukan lainnya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu Z maka ia
adalah Z bukan A, B atau C. bila kita beri perumusan akan berbunyi: “bila proposi itu
benar maka benarlah ia”. Prinsip ini langsung, analitis, dan jelas dengan sendirinya.
Artinya prinsip ini tidak membutuhkan pembuktian. Inti prinsip ini sama dengan
prinsip pembatalan (pprincipium conkraditionis) yang masih akan kita bicarakan,
hanya berbeda dalam penggunaanya. Prinsip ini banyak menunjuk pada segi positif
dari kenyataan yang sama, yang juga di tunjuk oleh prinsip pembatalan.
2. Asas Kontradiksi (principium contradictoris = qanun tanaqud)
Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama
dengan pengakuannya. Jika mengakui bahwa sesuatu itu bukan A maka tidak mungkin
pada saat itu ia adalah A, sebab realitas ini hanya satu sebagaimana disebut oleh asas

11
identitas. Dengan kata lain: dua kenyataan yang kontradiktoris tidak mungkin
bersama-sama secara simultan. Jika hendak kita rumuskan, akan berbunyi: “Tidak
proposisi yang sekaligus benar dan salah”.
Prinsip ini rumusan negative dari prinsip identitas. Prinsif pembatalan juga langsung
analitis, dan jelas dengan sendirinya sifatnya. Kita tidak membutuhkan term
hegpembandingan (terminus medius, term penengah) untuk membuktikannya. Cukup
hanya mengerti akan arti ada dan tidak ada yang sebenarnya dan kemudian
membandingkannya.
Hegel menolak prinsip pembatalan. Tetapi sebenarnya hal itu terjadi kerena
ia salah mengerti term-termnya. Menurut hegel setiap perbedaan adalah kontradiksi.
Suatu hal yang sama dapat mempunyai predikat (sebutan) yang berbeda, tidak saja
secara berturut-turut, tetapi dapat juga secara simultan (bersamaan). Misalnya: gula
putih dan manis, mahasiswi cantik dan tolol. Tetapi sebenarnya orang yang waras
tidak akan mengatakan bahwa kalimat-kalimat diatas itu mengandung kontradiksi,
atau predikat yang satu membatalkan predikat yang lain. Tentu saja orang bisa
mengatakan: cantik adalah tidak tolol; jadi mahasiswi tidak tolol dan tolol. Tetapi jelas
sekali bahwa itu adalah bentuk kesesatan pikiran (fallacy). Cantik dan tolol
menunjukkan dua aspek yang berlainan.
Dalam logika prinsip ini berarti: taatilah prinsip identitas dengan jauhilah
kontradiksi, yakni jauhilah hal-hal yang berlawanan asas. Sesuatu yang diakui tidak
boleh dibatalkan begitu saja. Janganlah orang membatalkan pernyataannya sendiri.
Apabila orang mengakui sesuatu, jangan kemudian menyimpulkan sesuatu yang
berlawanan asas dengan apa yang diakui tadi.
3. Asas penolakan kemungkinan ketiga (principium exclusi tertii = qanun imtina’)
Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran
merupakan pertentangan mutlak. Bila pernyataan dalam bentuk positifnya salah
berarti ia memungkiri realitasnya, atau dengan kata lain realitas ini bertentangan
dengan pernyataannya. Dengan begitu maka pernyataan berbentuk ingkarlah yang
benar, karena ia sesuai dengan realitasnya. Pernyataan kontradiktoris kebenarannya
terdapat pada salah satunya (tidak memerlukan kemungkinan ketiga). Jika kita
rumuskan, akan berbunyi “Suatu proposisi selalu dalam keadaan benar atau salah”.

12
Pikiran manusia diciptakan untuk kebenaran. Pikiran kita diciptakan
sedemikian rupa sehingga dengan mudah dan cepat dapat melihat kebenaran prinsip-
prinsip tersebut, terutama prinsip pembatalan. Seorang anak kecilpun akan tercengan
dan memandan anda apabila Anda mengucapkan dua pendapat berturu-turut, dan
pendapat-pendapat ini berlawanan asas. Anak tersebut belum pernah mendengar
prinsip pembatalan, tetapi pikirannya sudah dikrodatkan sanggup menangkap
kontradiksi tersebut.
Orang-orang dewasa menganggap sebagai hal yang memalukan apabila
seseorang terperosok dalam kontradiksi. Seseorang yang berturut-turut mengucap dua
hal yang berlawanan, akan dicap sebagai orang berpenyakit jiwa. Banyak orang yang
perlu diselidiki dan dirawat para ahli ilmu jiwa karna ucapan-ucapannya saling
bertentangan! Mungkin ucapan sekarang yang bertentangan dengan ucapan-
ucapannya terdahulu merupakan usaha penyelamatan muka atau penyelamatan diri,
tetapi sama saja karena hal itu sebenarnya merupakan petunjuk adanya jiwa yang
kurang waras! Para wartawan, misalnya mungkin dapat dimaafkan karena mereka
harus menulis cepat sehingga tidak tahu atau tidak ingat lagi apa yang dikatakan
kemarin. Tetapi hal ini tetap merupakan cacat yang harus dihindari. Akan tetapi,
banyak juga tulisan yang menyatakan diri sebagai tulisan serius, juga mengerjakan hal
yang sama. Suatu pertanda munculnya zaman yang baru yaitu zaman skeptisisme
(tidak ada kebenaran formal).

b. Konsep dan Term


1. Konsep
Konsep adalah gagasan tentang sesuatu. Dalam istilah semiologi Ferdinand D.
Saussure, konsep adalah signifiant (petanda). Ia adalah suatu yang ditandai.
Sesuatu yang diwakili tanda. Ia hadir dalam pikiran meski kadang belum mewujud
dalam ujaran dan tulisan. Maritain, pakar logika dari Prancis, mendefinisikan
konsep dengan “that which the mind produces or expresses within it self”. Konsep
merupakan hasil produksi, ekspresi dan pemahaman akal tentang sesuatu.
Kondisi Konseptual Prabahasa : Kondisi dimana konsep yang ada belum bisa
diungkapkan , hal ini dipengaruhi oleh dua hal :

13
1. Kekuatan mental yang memungkinkan menghasilkan konsep ( Metal concept :
akal yang berpikir)
2. Objek yang dituju oleh kekuatan mental itu ( Objective concept : Sesuatu yang
dipikirkan akal yang berpikir)
Menurut Maritain, akal pada dasarnya menangkap hal yang sederhana (Simple
apprehension). Pemahaman ini memunculkan dua jenis konsep :
1. Konsep nonkompleks (simple) : konsep yang dapat dicerna begitu saja
2. Konsep Kompleks : Konsep yang sulit dicerna
Jenis Jenis Konsep Berdasarkan Pemahaman Sederhana:

Simpel pada Simple Kompleks pada Kompleks


dirinya dipahami dirinya dipahami
Incomplex re et v V
voce
Incomplex re V v
non voce
Complex re v V
non voce
Complex re et v v
voce
Contoh :
1. Incomplex re et voce = Kata “manusia”, bisa langsung dimengerti maksudnya
2. Incomplex re non voce = “Hewan rasional “ , simpel katanya tapi sulit dipahami
3. Complex re non voce = “filsuf” , rumit katanya tapi mudah dipahami
4. Complex re et voce = “pakar filsafat” keduanya sulit dipahami

Konsep mempunyai isi dan luas . Maritain menyebut isi dengan comprehension dan
luas dengan extension. Komprehensi adalah semua unsure makna yang terkandung di
dalam konsep. Ekstensi berhubungan dengan semua objek/benda/realitas yang dapat
dikenai atau dituncuk oleh konsep tertentu. Contoh : “filsuf berisi komprehensi , orang
yang mendalami filsafat. Berisi ekstensi , orang-orang seperti Aristoteles, Socrates, dll.
Ekstensi >< Komprehensi. Semakin besar komprehensi suatu konsep, semakin sempit
ekstensinya dan semakin abstrak acuannya , begitu juga sebaliknya. Komprehensi
konsep menderivasikan dua konsep yaitu :

14
1. Konsep konkret, suatu konsep disebut konkret jika konsep itu berada pada
subjek yang ditentukan.
2. Konsep abstrak, tidak berada pada subjek yang ditentukan.
Ekstensi konsep menderivikasikan lima konsep yaitu :
1. Konsep kolektif : mengacu pada kelompok . Contoh : Kelas D, Kesebelasan, Anggota
TNI (Mencakup semua individu yang ada di kelompok tersebut )
2. Konsep divisive : Penamaannya dapat dibagikan ke tiap entinitas yang layak disemati
.Mencakup individu-individunya Contoh : “Kabinet Kerja “.Susi Pudjiastuti ,
Khofifah
3. Konsep singular : Konsep yang mengarah pada satu hal tertentu . Contoh : Kelas itu ,
kesebelasan ini, Ibu Susi.
4. Konsep partikular : Konsep yang merujuk pada hal yang tak tentu minimal satu.
Contoh : sebagian atlet, beberapa kesebelasan.
5. Konsep universal : Melingkupi suatu hal secara menyeluruh . Contoh : semua atlet,
semua kelas.

2. Term
Term merupakan manifestasi sosial dari konsep (penyebutan sesuatu)
Konvensi (kesepakatan). Penyebutan sesuatu tidak akan dikomunikasikan dengan
baik dengan pihak lain tanpa kesepakatan, walau pada awalnya bersifat suka-suka
(arbiter). Term muncul dari konsep personal yang diutarakan secara arbiter lalu
dikonvensikan. Pembentukan term didahului konvensi namun pada momen
tertentu konvenci muncul terlebih dahulu.
Term tunggal : Term terdiri dari satu kata. Term majemuk : Term dari
gabungan beberapa kata. Aristoteles menyebut term majemuk dengan term
kompleks (gabungan dari term-term simpel) dan term tunggal dengan term simpel
( term yang menandai substansi, kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu, posisi,
kepemilikan, tindakan dan objek penderita). Term merupakan penanda bagi
petanda, dimana penanda adalah suatu yang menandai (signifier) dan petanda
adalah suatu yang ditandai (signified).

15
Term sinonim : Term yang mengacu pada berbagai benda dengan satu sebutan . Contoh
: “bunga” menandai mawar, kamboja, anggrek
Term homonim : Term yang memiliki satu sebutan untuk berbagai etinitas dengan
makna yang berbeda. Contoh : Bisa , berarti dapat atau berarti racun ular .Bisa dilihat
dalam penggunaan kalimat .
Term paronim : Term yang berkembang sedemikian rupa sebutannya dan maknanya
meski dasarnya satu karena diacukan pada hal yang berbeda. Contoh : kata dasar tulis
bisa menjadi penulis, menulis , tulisan , dan masing-masing itu memiliki arti yang
berbeda.
Logikawan lain menambahkan term analog pada bagian ini. Term analog
menunjuk pada dua realitas atau lebih dalam arti sama sekaligus berbeda.
Komentator Organon seperti Owen menyinonimkan term sinonin=term univok,
term homonym=term equivok, term paronim=term derivative. Menurut Joyce,
Professor logika Universitas Oxford , term analog dan term equivok tidak berguna
karena logika membutuhkan kepastian demi kebenaran , sedangkan kedua term
tersebut mengalami percabangan arti.
Dalam proposisi, term membentuk dua :
1. Term subjek : Term yang mengacu pada siapa atau apanya sebuah pernyataan .
Contoh : Jokowi adalah presiden Indonesia, kata Jokowi disini merupakan term
subjek
2. Term predikat : Gabungan kata yang memiliki satu arti . Seperti dalam contoh
kalimat diatas, “Presiden Indonesia “ adalah term predikat.
Term singular : Term yang mengacu pada satu hal tertentu . Contoh : “presiden
Indonesia” pada kalimat diatas
Term partikular : term yang mengacu pada suatu hal yang tak menentu minimal satu.
Contoh : Sebagian pendiri Indonesia , dalam proposisi Sebagian pendiri Indonesia
adalah orang Minangkabau.
Term universal : Term yang mengacu pada suatu hal dalam jumlah banyak dan tanpa
terkecuali. Contoh : Semua presiden Indonesia adalah WNI.
Ditinjau dari segi isi ada 2 jenis term yaitu Kategorimatis (term yang memiliki arti
tanpa ada penambahan kata-kata lain ). Contoh : guru, buku, merah, dan term
sinkategorimatis (term yang jika berdiri sendiri tidak memiliki arti, untuk dapat memiliki
arti harus ada penambahan-penambahan kata-kata lain. Contoh :dari, kepada, dan .

16
Term Kategorimatis dibedakan menjadi tiga :
1. Term kategorimatis univocal : term yang dikenakan kepada beberapa hal atau benda
dalam arti yang sama. Contoh : Kelici adalah hewan, kuda adalah hewan. Term hewan
disini digunakan dalam arti yang sama
2. Term kategorimatis equivocal : Term yang dikenakan kepada beberapa hal atau
benda dalam arti yang berbeda-beda. Contoh : kambing itu adalah kambing hitam .
Ahmad adalah orang yang sering dijadikan kambing hitam . Arti kambing hitam dalam
dua kalimat tersebut memiliki arti yang berbeda.
3. Term kategorimatis analogis : Term yang dikenakan kepada beberapa hal atau benda
dalam arti yang berlainan namun dari segi tertentu memiliki kesamaan. Contoh kata
sakit pada “orang sakit” dan “rumah sakit”. Term kategorimatis analogis dibagi 2 yaitu
:
1. Attributif : Term yang terutama digunakan dalam arti sesungguhnya, namun digunakan
pula untuk hal-hal lain itu memiliki hubungan tertentu dengan arti yang sesungguhnya
.
Contoh : kata sakit seungguhnya adalah untuk orang atau binatang, namun jika
digunakan dalam kata rumah sakit maka akan berarti beda tetapi masih ada hubungan.
2. Proporsional : term yang digunakan untuk hal yang berbeda namun memiliki
persamaan yang sebanding . Contoh : Daun tumbuh-tumbuhan, daun telinga , daun
pintu.

c. Pembagian (Penggolongan) dan Definisi


1. Pembagian (Penggolongan)
Yang dimaksudkan dengan pembagian (penggolongan) ialah suatu kegiatan akal
budi yang tertentu. Kegiatan itu menguraikan,’membagi’,’menggolongkan’ dan
menyusun pengertian-pengertian dan barang barang tertentu.

Pembagian (penggolongan) ini memegang peranan yang sangat penting. Sebab


tidak mudah mengupas suatu masalah tanpa dapat menangkap bagian-bagiannya.
Demikian juga dalam setiap ilmu pengetahuan. Karena itu perlulah orang menguasai
keterampilan untuk menemumakn pembagian penggolongan itu. Kalau tidak, hampir
mustahilah ia mempelajari serta menguasainya secara berhasil dan memuaskan.
a. Ada bermacam-macam cara untuk mengadakan pembagian itu. Bagaimanapun juga
setiap cara mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Aturan yang perlu ditepati
sehubungan dengan pembagian itu.
1. Pembagian (penggolongan) itu harus lengkap
2. Pembagian (penggolongan) itu harus sungguh-sungguh memisahkan
3. Pembagian (penggolongan) itu harus menggunakan dasar prinsip yang sama
4. Pembagian (penggolongan) itu harus sesuai dengan tujuan yang mau dicapai

b. Semua yang dikatakan tentang pembagian (penggolongan) ini bukanlah tanpa


kesulitan. Kesulitan-kesulitan itu dapat mengambil bentuk-bentuk yang berikut.
1. Apa yang benar untuk keseluruhan, juga benar untuk bagian-bagiannya. Tetapi apa
yang benar untuk bagian-bagian, belum pasti juga benar untuk keseluruhannya.

17
2. Adanya keragu-raguan tentang apa atau siapa yang sebenarnya masuk kedalam
kelompok yang tertentu.
3. Karena tidak berpikir panjang, orang cenderung mengambil jalan pintas,
penggolongan seperti ini sering kali melupakan ‘bentuk-bentuk antara’, ‘bentuk-
bentuk peralihan’, yang terdapat diantara kedua ekstrem yang diajukan.
2. Definisi
Definisi yang berarti ‘pembatasan’. Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa definisi
memiliki suatu tugas yang tertentu. Ialah menentukan batas suatu pengertian yang
tepat.
a. Ada dua macam definisi. Yang pertama disebut definisi nominal atau definisi
menurut katanya. Definisi ini bukanlah definisi menurut arti yang sebenarnya.
Dengan bantuan definisi ini salah paham dan salah pengertian dalam suatu
pembicaraan atau perdebatan dapat dihindarkan
b. Definisi ini dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu
1. Dengan menguraikan asal usul kata atau istilah tertentu.
2. Namun arti kata tersebut sering kali masih belum jelas juga. Karena itu
perlulah orang melihat arti manakah yang lazim dikenakan orang banyak pada
kata atau istilah yang tertentu.
3. Dengan menggunakan sinonim.
Dari yang dikatakan ini dapat disimpulkan: Definisi nominal memang sudah
memberikan sedikit pertolongan.
c. Definisi lain itu disebut definisi real, Definisi ini memperlihatkan hal (Benda
yang dibatasinya)
d. Definisi real ini dapat dibedakan menjadi
1. Definisi hakiki (Essensial): Definisi ini sungguh-sungguh menyatakan
hakekat sesuatu. Definisi ini merupakan definisi yang paling penting dalam
bidang ilmu pengetahuan dan filsafat.
2. Definisi gambaran (Lukisan): Definisi ini menggunakan ciri-ciri khas sesuatu
yang akan didefinisikan. Misalnya, semua burung gagak itu hitam.
3. Definisi yang menunjukan maksud tujuannya sesuatu.
4. Definisi diadakan hanya dengan menunjukan sebab musabab sesuatu.
e. Ada beberapa peraturan yang harus ditepati dalam suatu definisi. Aturan-aturan
itu adalah:
1. Definisi harus dapat dibolak-balikan dengan hal yang didefinisikannya.
Artinya, luas keduanya haruslah sama.
2. Definisi tidak boleh negatif, kalau dapat dirumuskan secara positif.
3. Apa yang didefinisikan tidak boleh masuk kedalam definisi.
4. Definisi tidak boleh dinyatakan dalam bahasa yang kabur, kiasan atau mendua
arti. Kalau hal itu terjadi, definisi itu tidak mencapai tujuannya.

18
d. Induktif, Deduktif -Silogisme

1. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan
berupaprinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang
bersifatkhusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif tekait dengan
empirisme.Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang
sesuai faktadan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang
diajukanhanyalah bersifat sementara. Penalaran induktif ini berpangkal pada
empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku
umum.
2. Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan
berupaprinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang
bersifatumum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk
dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-
halyang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan
kesimpulandeduktif terebut dapat dimulai dai suatu dalil atau hukum menuju kepada
hal-hal yang kongkrit.
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulanyang
kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebutpremis mayor,
sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulandisebut premis
minor.Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:Premis umum : Premis
Mayor (My)Premis khusus remis Minor (Mn)Premis simpulan : Premis Kesimpulan
(K)Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut
termmayor, dan predikat simpulan disebut term minor.Contoh:Contoh silogisme
Kategorial:My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA Mn : Saya adalah
mahasiswaK : Saya lulusan SLTA
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi
konditionalhipotesis.Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan
anteseden,simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak
anteseden,simpulannya juga menolak konsekuen.Contoh :My : Jika tidak ada

19
makanan, manusia akan kelaparan.Mn : Makanan tidak ada.K : Jadi, Manusia akan
Kelaparan.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satualternatifnya.
Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.ContohMy : Kakak saya berada di
Bandung atau Jakarta.Mn : Kakak saya berada di Bandung.K : Jadi, Kakak saya tidak
berada di Jakarta.
4. Silogisme Disjungtive

Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakankeputusan disyungtif


sedangkan premis minornya bersifat kategorik yangmengakui atau mengingkari salah satu alternatif
yang disebut oleh premismayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis
minoradalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macamyaitu:

Silogisme disyungtif dalam arti sempitSilogisme disjungtif dalam arti sempit berarti
mayornya mempunyaialternatif kontradiktif.Contoh:Heri jujur atau
berbohong.(premis1)Ternyata Heri berbohong.(premis2) Ia tidak jujur (konklusi).

Silogisme disjungtif dalam arti luasSilogisme disyungtif dalam arti luas berarti premis
mayornya mempunyaialternatif bukan kontradiktif.Contoh:Hasan di rumah atau
di pasar.(premis1) Ternyata tidak di rumah.(premis2) Hasan di pasar (konklusi).

20
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Logika dari Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran
yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Arti logika adalah hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika
merupakan suatu Ilmu tentang dasar dan metode untuk berfikir secara benar. Obyek Logika,
terdiri dari :

Obyek materiil : penalaran / cara berpikir

Obyek formal : hukum, prinsip, asas

Produk : produk berfikir

Ruang lingkup logika secara umum meliputi definisi Logika, asas-asas logika, konsep
dan term, pembagian, penggolongan & definisi konsep, proposisi, deduktif – silogisme dan
induktif.

21
DAFTAR PUSTAKA
http://banghaidar.blogspot.co.id/2015/06/makalah-logika-arti-pikiran-macam.html

http://ddl-d2.blogspot.co.id/2015/10/bab-2-konsep-dan-term.html

http://phytagorasbinus.blogspot.co.id/2016/10/bab-iii-pembagian-penggolongan-dan.html
Alex Lanur OFM Logika Selayang Pandang, Kanisius, 1983.

Muhammad Zainuddin, Hand out mata kuliah Logika dan Metoda Sains 2006.

Mundiri, Logika, Rajawali Press bekerjasama dengan Badan Penerbitan IAIN


Walisongo Press, Cetakan keempat, 2000.

Poedjawijatna, Logika Filsafat Berpikir, Rineka Cipta, Jakarta, 2004..

22

Anda mungkin juga menyukai