Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FILSAFAT

KELOMPOK 6

KEKELIRUAN DALAM BERPIKIR

Disusun oleh :

1. Muhammad Tamami (2110010234)


2. Wajarman (2110010541)
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI BANJARMASIN

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KEKELIRUAN DALAM BERPIKIR” . Makalah ini berisi tentang hal yang meliputi
kekeliruan manusia dalam berpikir

Secara garis besar lingkup makalah ini memberikan tujuan dalam perumusan
masalah di kekeliruan dalam berpikir, seperti Siapa Pelaku-Nya, Faktor – Faktor yang
memengaruhi, dan juga Cara Menghindari Kekeliruan dalam Berpikir.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah


mendukung penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi kemajuan selanjutnya.

Banjarmasin, 22 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................

BAB I.........................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................

1.3 Tujuan..........................................................................................................................

BAB II........................................................................................................................................

1.1. Kesalahan dalam berpikir (Logical Fallacy)...............................................................

1.2 Pelaku Kesalahan dalam Berpikir...............................................................................

1.3 Faktor – Faktor Penyebab Kesalahan dalam Berpikir.................................................

1.4 Cara Menghindari Kesalahan / Sesat dalam Berpikir..................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berpikir adalah aktivitas yang dilakukan oleh seluruh manusia yang
berhubungan erat dengan kerja akal. Akal manusialah yang menjadi salah satu
alat menyerap pengetahuan, menemukan dan membedakan mana yang benar
atau keliru.

Namun manusia yang memiliki pengetahuan terbatas ataupun belum


memaksimalkan fungsi akalnya terkadang terjebak kepada kekeliruan atau
kerancuan dalam berpikir. Hal ini wajar, karena akal bekerja berdasarkan
hukum-hukum universal tertentu. Ketidaktaatan terhadap hukum-hukum
universal dalam berpikir, menjadikan seseorang melakukan kekeliruan atau
kesalahan. Dalam ungkapan yang lebih ekstrem, Seseorang yang tidak menaati
hukum berpikir dapatlah dikatakan sebagai seseorang yang tidak rasional
(irrasional).

Orang kemudian mengenal hukum-hukum berpikir rasional yang


universal itu dengan istilah logika. Suatu istilah yang diperkenalkan Aristoteles,
filsuf Yunani kuno. Di Dunia Arab, Logika kemudian populer dengan istilah
Mantiq. Dan kekeliruan dalam berpikir adalah salah satu bagian penting yang
dibahas dalam studi tentang logika. Bagi setiap orang, apalagi kaum
cendekiawan, menghindari melakukan kekeliruan dalam berpikir ini menjadi
suatu keharusan. Sebab dari proses berpikirlah kehidupan, budaya, tradisi,
bahkan sebuah peradaban dibangun.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kesalahan dalam berpikir (logical


fallacy) ?
2. Siapa pelaku kesalahan dalam berpikir ?
3. Faktor apa saja yang menjadi penyebab Kesalahan dalam berpikir ?
4. Bagaimana menghindari kesalahan/sesat berpikir ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kesalahan dalam berpikir (logical fallacy)
2. Untuk mengetahui siapa pelaku kesalahan dalam berpikir
3. Untuk mengetahui Faktor Penyebab Kesalahan
4. Untuk mengetahui cara menghindari kesalahan/sesat berpikir
BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Kesalahan dalam berpikir (Logical Fallacy)


Logika adalah bahasa latin berasal dari kata Logos yang berarti perkataan
atau sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah Mantiq, kata
Arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap.

Dalam bahasa sehari–hari kita sering mendengar ungkapan serupa:


alasannya tidak logis. Logis yang di maksud dengan logis adalah masuk akal dan
tidak logis adalah sebaliknya. Dalam buku Logic and Language of education
mantiq disebut sebagai “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode
berpikir benar”, sedangkan dalam kamus munjid disebut sebagai “hukum yang
memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir” Prof Tahrir A. Mui’in
membatasi dengan “Ilmu untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus
dalam memperoleh suatu kebenaran”. Sedangkan Irving M Copi menyatakan:
“Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hokum-hukum yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah”.

Dalam logika dikenal istilah fallacies; yakni kesalahan argumentasi


karena kerancuan menggunakan bahasa atau kekeliruan berpikir. Bila logika
mengajarkan kepada kita tehknik berpikir kritis, strategems adalah teknik
berpikir tidak kritis. 1 Falasi berasal dari fallacia atau fallacy alam bahasa
Yunani dan Latin yang berarti ‘sesat pikir’. Fallacy dalam bahasa Inggris berarti
gagasan atau keyakinan yang salah (palsu), dalam arti teknis bisa disebut
“Kerancuan berfikir” atau “Berfikir rancu” yang semuanya menunjuk pada jalan
pikiran yang tidak tepat atau keliru. Jadi, kekeliruan berfikir adalah bentuk-
bentuk atau jenis-jenis argument yang tidak tepat atau yang salah.

Falasi sangat efektif untuk melakukan sejumlah aksi amoral, seperti


mengubah opini publik, memutar balik fakta, pembodohan publik, provokasi
sektarian, pembunuhan karakter, memecah belah, menghindari jerat hukum, dan
meraih kekuasaan dengan janji palsu. Yang dimaksud Fallacy (Kesalahan)
adalah pemikiran yang menyesatkan. Pengertian kesalahan juga dapat diterapkan
pada setiap aksi akal budi yang tidak sah karena sebenarnya kesalahan itu
disebabkan tidak mematuhi hukum–hukum atau aturan pemikiran.

Kesalahan dalam berfikir ialah kekeliruan penalaran yang disebabkan


pengambilan kesimpulan yang tidak sahih dengan melanggar ketentuan-
ketentuan logika atau susunan dan pengunaan bahasa serta penekanan kata–kata
yang secara sengaja atau tidak pertautan atau asosiasi gagasan yang tidak tepat.
Falasi didefinisikan secara akademis sebagai kerancuan pikir yang diakibatkan
oleh ketidak disiplinan pelaku nalar dalam menyusun data dan konsep, secara
sengaja maupun tidak sengaja. Ia juga bisa diterjemahkan dalam bahasa
sederhana dengan ‘ngawur’.

Menurut Sumaryono (1999:9), sesat pikir adalah proses penalaran atau


argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah, menyesatkan, suatu gejala
berpikir yang salah yang disebabkan pemaksaan prinsip–prinsip logika tanpa
memperhatikan relevansinya Kesesatan penalaran terdapat pada siapa saja bukan
kesesatan dalam fakta–fakta, tetapi dari bentuk penarikan kesimpulan yang salah
karena tidak dari premis–premis yang menjadi acuan.

Kesalahan berfikir (Fallacy) adalah proses penalaran atau argumentasi


yang sebenarnya tidak logis, salah arah, menyesatkan, suatu gejala berpikir yang
disebabkan pemaksaan prinsip–prinsip logika tanpa memperhatikan
relevansinya. Kesesatan penalaran terdapat pada siapa saja bukan dalam fakta–
fakta, akan tetapi dari

bentuk penarikan kesimpulan salah karena tidak dari premis–premis yang


menjadi acuan (Surajiyo, 2009:105).

Banyak pengelompokan yang dilakukan oleh berbagai pemikir terhadap


aspek-aspek yang termasuk kedalam kekeliruan berpikir, baik secara umum
maupun secara detail. Tapi dari berbagai pembagian aspek yang berhubungan
dengan kekeliruan itu, pembagian oleh Mundiri (Logika, 1994), sepertinya
merupakan salah satu pembagian yang cukup akurat dan sederhana. Mundiri
membagi jenis-jeniskekeliruan itu kedalam 3 kelompok besar ; kekeliruan
formal yang berhubungan dengan bentuk dari premis-premis dalam
silogisme, kekeliruan informal yang berhubungan dengan aspek materi dari
suatu kesimpulan logis, dan kekeliruan penggunaan bahasa yang berhubungan
dengan pelak-pelik ungkapan dan tata bahasa yang kemudian menyebabkan
kesalahan penafsiran.
1. Definisi
Dalam membuat definisi yang tidak memperjelas (kata-katanya
sulit, abstrak, negatif, dan mengulang). Misalnya, hokum warisan adalah hokum
untuk mengatur warisan. Definisi ini salah karena mengulang apa yang
didefinisikan.

2. Penggolongan
a. Dasar penggolongan tidak jelas.
b. Tidak konsisten.
c. Tidak lengkap karena tidak bisa menampung seluruh fenomena yang ada.

3. Perlawanan

Kontraris, dikira hukumnya: jika salah satu proposisi salah maka yang
lain tentu benar. Misalnya: jika semua karyawan korupsi dinilai salah
berarti semua karyawan tidak korupsi pasti benar. Dalam contoh ini karena
termasuk kontrarismaka pernyataan semua karyawan tidak korupsi
seharusnya bisa benar atau bisa salah.

4. Dalam mengolah proposisi majemuk.

Menyamakan antara proposisi hipotesis kondisional dan proposisi


hipotesis bikondisional. Misalnya, jika mencuri maka dihukum, berarti jika
dihukum bisa karena mencuri atau yang lainnya.

1.2 Pelaku Kesalahan dalam Berpikir


1. Sofisme
Sofisme Sofisme adalah sesat pikir yang sengaja dilakukan untuk
menyesatkan orang lain, padahal si pemuka pendapat sendiri tidak sesat,
disebut demikian karena yang pertama-tama mempraktekan adalah kaum
sofis, nama suatu kelompok cendekiawan yang mahir berpidato pada zaman
Yunoni kuno. Mereka selalu berusaha mempengaruhi khalayak ramai dengan
argumentasi-argumentasi yang menyesatkan yang disampaikan melalui
pidato-pidato agar terkesan kehebatan mereka sebagai orator-orator ulung.

Paralogisme

Paralogisme adalah pelaku sesat pikir yang tidak menyadari akan


sesat pikir yang dilakukannya. Fallacy sangat efektif dan manjur untuk
melakukan sejumlah aksi amoral, seperti mengubah opini public, memutar
balik fakta, pembodohan publik, provokasi sektarian, pembunuhan, karakter,
memech belah, menghindari jerat hukum, dan meraih kekuasaan, janji palsu
dan meraih kekuasaan. Begitu banyak manusia yang terjebak dalam lumpur
fallacy, sehingga diperlukan sebuah aturan baku yang dapat memandunya
agar tidak terperosok dalam sesat pikiran yang berakibat buruk terhadap
pandangan duniannya. Seorang yang berfikir tapi tidak mengikuti aturannya,
terlihat seperti berfikr benar, dan bahkan bisa mempengaruhi orang lain
yang juga tidak mengikuti aturan berpikir yang benar karena itu, al Quran
seringkali mencela bahwa, “sebagian besar manusia tidak berakal, tidak
berfikir dan sejenisnya”.

1.3 Faktor – Faktor Penyebab Kesalahan dalam Berpikir


Ada 3 penyebab yang dapat membuat seseorang sesat dalam
mengambil kesimpulan ketika berlogika, yaitu:

a. Sesat karena melanggar hukum-hukum logika.


b. Sesat karena ambiguitas dalam bahasa yang digunakan.
c. Sesat karena suatu argument ternyata memuat premis-premis yang tidak
berhubungan / relevan dengan kesimpulan yang akan dicari. Dengan
kata lain, kesimpulan tidak dapat dibentuk dari premis-premis yang ada.
1.4 Cara Menghindari Kesalahan / Sesat dalam Berpikir
Sesat pikir pada hakikatnya merupakan jebakan bagi proses penalaran
kita. Seperti rambu-rambu lalu lintas dipasang sebagai peringatan bagi para pemakai
jalan di bagian-bagian yang rawan kecelakaan. Maka rambu-rambu sesat pikir
ditawarkan kepada kita agar jeli dan cermat terhadap berbagai kesalahan dalam
menalar, juga supaya kita mampu mengidentifisi dan menganalisis kesalahan
tersebut sehingga mungkin kita akan selamat dari penalaran palsu.
Oleh karena itu, untuk menghindari kekeliruan relevansi, misalnya kita harus
tetap bersikap kritis terhadap setiap argumen. Dalam hal ini, penelitian terhadap
peranan bahasa dan penggunaanya merupakan hal yang sangat menolong dan penting.
Realisasi keluwesan dan kenekaragaman pengguanaan bahasa dapat kita manfaatkan
untuk memperoleh kesimpulan yang benar dari sebuah argumen. Sesat pikir karena
ambiguitas kata atau kalimat terjadi sangat “halus” banyak kata yang menyebabkan
kita mudah tergelincir karena banyak kata yang memilii rasa dan makna yang berbeda-
beda. Untuk menghindari terjadinya sesat pikir tersebut, kita harus dapat
mengupayakan agar setiap kata atau kalimat memiliki makna yang tegas dan jelas.
Untuk itu kita harus dapat mendefinisikan setiap kata atau term yang
dipergunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Helena, M. A. (2016, September 8). KEKELIRUAN BERPIKIR. Retrieved from Scribd:


https://www.scribd.com/document/323316481/KEKELIRUAN-BERPIKIR#

Isnani Farichatul Chikmah, N. D. (2021). Kesalahan Berpikir. Retrieved from Studocu:


https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-kudus/
logika/kesalahan-berpikir/43354112

Anda mungkin juga menyukai