Anda di halaman 1dari 17

PROSES INOVASI PENDIDIKAN DAN KEPUTUSAN INOVASI

KELOMPOK 2 :

MIRANTI MUTIARATMI : 18.24.020358


RELITA :18.24.020371
ROY APRIHARYADI :18.24.020348

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S-1 PTI
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan segala kuasa-Nyalah penulis akhirnya bisa menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“PROSES INOVASI PENDIDIKAN DAN KEPUTUSAN INOVASI” ini sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.

Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada DEDY SETYAWAN,M.Pd selaku pembimbing yang
telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat bermanfaat dalam proses
penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasi kepada semua pihak
yang telah turut serta membantu menyumbangkan pikirannya yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-per satu.

Penulis sangat berharap agar karya tulis ilmiah ini memberi banyak manfaat bagi para pembaca.
Penulis juga sangat mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar karya
tulis ini bisa menjadi lebih sempurna.

2
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................. ................................................................. 1
KATA PENGANTAR ........................................................ ................................................................. 2
DAFTAR ISI....................................................................... ................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................. ................................................................. 4


A. LATAR BELAKANG ......................................................... ................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH .................................................... ................................................................. 5
C. TUJUAN ............................................................................. ................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................... ................................................................. 6


A. KEUTAMAAN KONTAK PERSONAL DALAM INOVASI PENDIDIKAN .................................. 6
B. PENYEBARAN INOVASI PERSONAL .......................... ................................................................. 8
C. CONTOH INOVASI PENDIDIKAN ................................. ................................................................. 10
D. PROSES KEPUTUSAN INOVASI .................................... ................................................................. 11

BAB III PENUTUP ............................................................ ................................................................. 16


A. KESIMPULAN .................................................................... ................................................................. 16

DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan pendidikan secara teknis berlangsung secara sederhana walaupun dalam
konteks social sangat kompleks.Ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi inovasi.
Pertama karakteristik dari perubahan, perlu dilihat masalah
kebutuhan danrelevansi dari perubahan, kejelasan, kompleksitas, dan kualitas
serta kepraktisan dari program. Kemajuan dan perubahan kehidupan sosial yang serba
cepat, merupakan tantangan atau masalah baru dalam duania pendidikan. Bagaimana kita harus
menyiapkan anak didik kita agar mereka mampu menghadapai kehidupan modern ini serta
bagaimana agar mereka mampu mengembangkannya. Oleh karena itu hendaknya kurikulum
dibuat dan dirancang relevan dengan tantangan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Guru
sebagai fasilitator harus bisa mendayagunakan fasilitas peralatan elektronik untuk
mengefektifkan proses belajar, kemudian guru juga harus bisa memilih metode, strategi dan
model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mengajar, dan masih banyak lagi
permasalahan dalam pendidikan yang tidak akan pernah habis karena tantangan kehidupan juga
akan selalu berubah dan berkembang. Untuk menjawab semua tantangan atau
permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu inovasi pendidikan.
Inovasi pendidikan di sini mengandung makna suatu perubahan yang bersifat pembaharu dan
kualitatif yang berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diselenggarakan untuk
menibngkatkan kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan Pendidikan Nasional. Dengan kata
lain, suatu perubahan yang baru yang menunjukkan ke arah perbaikan atau berbeda dari yang
telah ada sebelumnya.
Dengan demikian akan selalu terjadi perubahan yang bersifat dinamis, yang disebabkan
adanya hubungan interaktif antara lembaga pendidikan dan masyarakat sebagai kontak
personal dalam inovasi pendidikan. Yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan
kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga professional.
Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) oleh individu (unit
pengambilan keputusan yang lain), mulai dari pertama kali tahu adanya inovasi, kemudian
dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau
menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah
diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi
merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga
individu atau organisasi dapat menilai gagasan ysng baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk
selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi dan menerapkannya.
Proses inovasi dilakukan melalui beberapa tahap/ serangkaian kegiatan yang berlangsung
dalam waktu tertentu. Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan,
meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam

4
melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya
meningkatkan efektivitas pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kontak Personal Inovasi Pendidikan ?

2.Apa saja Pengembangan dari Kontak Personal ?

3. Berikan Contoh dari Inovasi Pendidikan ?

4. Pengertian Keputusan Inovasi ?

5. Tahapan-tahapan Proses Keputusan Inovasi ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Keutamaan Kontak Personal dalam Inovasi
2. Untuk Memahami Penyebaran dari Inovasi Personal.
3. Untuk Mengetahui Contoh Inovasi Pendidikan.
4. Untuk Mengetahui Pengertian Inovasi
5. Untuk Mengetahui Tahapan-tahapan Proses Keputusan Inovasi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keutamaan Kontak Personal Dalam Inovasi Pendidikan


Dalam proses inovasi pendidikan banyak sekali hambatan- hambatan yang ada dalam
pelaksanaannya, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, baik hambatan yang dilihat dari
karakteristik perubahan, karakteristik lokal dan faktor eksternal lainnya.
Berbicara tentang kontak personal, apa yang dimaksud dengan kontak personal itu?.
Kontak personal adalah orang atau kelompok orang yang melakukan proses komunikasi yang
menetapkan titik-titik tertentu dalam penyebaran informasi melalui ruang dan waktu dari suatu
agen ke agen lainnya.[1]
Begitu juga apabila terjadi suatu inovasi dalam bidang pendidikan maka semua elemen
sosial akan terlibat. Jadi, ada dua macam kontak personal dalam inovasi pendidikan, yaitu :
1) Kontak personal internal dalam inovasi pendidikan;
a. Guru
Guru sebagai agen pembaharu dalam bidang penididikan, mengapa demikian? Karena
menurut Rogers et. al (1983 : 312), menjelaskan pengertian agen pembaharuansebagai berikut :
“Seorang agen pembaharuan adalah seseorang yang mempengaruhi keputusan inovasi para klien
(sasaran) ke arah yang diharapkan oleh lembaga pembaharuan. Dengan demikian, seorang agen
pembaharu (guru) berperan sebagai penghubung antara lembaga pembaharu dengan sasarannya”.
Guru harus menjadi agen perubahan yang paling siap dalam implementasi inovasi
pendidikan. Guru harus mengambil langkah dan inisiatif untuk mendesain prosespembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Peserta didik pun memilki kesempatan untuk lebih banyak diskusi, berinteraksi dan
berdialog sehingga mereka mampu mengkonstruksi konsep dan kaidah-kaidah keilmuan
sendiri. Mereka menjadi terbiasa untuk berbeda pendapat dan menghargai perbedaan sehingga
mereka menjadi sosok manusia yang cerdas dan kritis serta selalusiap dengan segala bentuk
perubahan. Dengan demikian masyarakat maju yang dinamis dan terbuka dengan perubahan
akan terbentuk dalam konteks kepribadian bangsa.[2]
b. Peserta Didik,
Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan sistem inovasi pendidikan adalah
peserta didik. Peserta didik sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian inovasi pendidikan.
Hal ini menjadi sangat penting karena tujuan pendidikan adalah pencapaian perubahan
intelektual, spiritual dan tingkah laku peserta didik, dimana peserta didik mempunyai peranan
sebagai subjek dan objek dari proses inovasi itu sendiri. Proses perubahan dalam
inovasi pendidikan, pada umunya ditujukan untuk meningkatkan prestasi peserta didik. Tetapi
seringkali, inovator jarang memikirkan peserta didik sebagai partisipan dalam suatu proses
perubahan dan kehidupan organisasi. Mereka dianggap sebagai objek perubahan bukan sebagai
subjek .
c. Kepala sekolah,
Kepala Sekolah merupakan tempat ujung tombak untuk terjadinya perubahan dalam
pendidikan. Dan kepala sekolah sebagai manajer sekolah memiliki peran yang sangat
penting sebagai agen perubahan. Kepala sekolah berada ditengah-tengah hubungan antara guru

6
dengan ide dari masyarakat luar harus berperan aktif sebagai inisiator atau fasilitator
dari perubahan program. Kepala sekolah harus terlibat secara langsung dalam perubahan.
Kepala sekolah merupakan pimpinan tertinggi di tingkat sekloah, yang mana tugas dan fungsi
utama dari kepala sekolah itu adalah memimpin, mengawasi, dan pengambil kebijakan yang
dianggap perlu bagi kemajuan sekolah yang beliau pimpin. Begitu juga terhadap proses inovasi
pendidikan, peranan kepala sekolahdalam inovasi pendidikan sangatlah penting.

2) Kontak personal eksternal dalam inovasi pendidikan


a. Lembaga Pendidikan
Lembaga Pendidikan (baik formal, non formal atau informal) adalah tempat transfer ilmu
pengetahuan dan budaya (peradaban). Melalui praktik pendidikan, peserta didik diajak untuk
memahami bagaimana sejarah atau pengalaman budaya dapat ditransformasi dalam zaman
kehidupan yang akan mereka alami serta mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan
dan tuntutan yang ada di dalamnya.[5]
Dengan demikian, makna pengetahuan dan kebudayaan sering kali dipaksakan untuk
dikombinasikan karena adanya pengaruh zaman terhadap pengetahuan jikaditransformasikan.
Dalam proses sebuah inovasi pendidikan ada beberapa lembaga informal yang sangat
besar pengaruhnya dalam pelaksanaan proses pembelajaran dansosialisasi inovasi pendidikan,
diantaranya :
 KEMENDIKBUD (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
 KEMENAG (Kementerian Agama)
 BPSDMPPMP (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjamin Mutu
Pendidikan)
 LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan)
 BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan)
 Dewan Pendidikan
Tugas Dinas Pendidikan setempat adalah untuk mengarahkan pengembangan dan
pelaksanaan suatu rencana, menunjukkan dan memasukan seluruh perubahan pada tingka t
wilayah, sekolah, dan kelas.
b. Masyarakat Umum
Peran masyarakat umum dalam proses inovasi pendidikan sangatlah penting karena
masyarakat merupakan kelompok sosial terbesar yang di dalamnya banyak terdapat perbedaan,
khususnya dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu peran masyarakat umum dalam pendidikan
adalah Masyarakat/orang tua bisa menyampaikan keganjalan yang dirasakan mengenai
pendidikan kepada pihak sekolah untuk menjadi evalusai tersendiri bagi sekolah itu, bahkan
akan menjadi sebuah solusi atau inovasi dalam proses pendidikan yang akan datang.
c. Orang tua.
Orang tua peserta didik mempunyai peranan yangpenting dalam menunjang keberhasilan
proses inovasi pendidikan, karena ia telah menjadi pejuang moral yang memberi dukungan
kepada peserta didik yang dalam hal ini adalah anaknya sendiri, agar merka menjadi orang yang
berguna bagi bangsa dan akhirat kelak. Kebanyakan orangtua memperhatikan dan tertarik dalam
program dan perubahan yang bersangkutan dengan siswa. Namun dalam pelaksanaanya sering
terdapat beberapa rintangan yangdihadapi keterlibatan orang tua.

7
B. Penyebaran Inovasi Personal

1. Elemen Dasar Dalam Proses Penyebaran


Dalam proses penyebaran inovasi timbul masalah yakni bagaimana caranya untuk
mempercepat diterimanya suatu inovasi o;eh masyarakat (sasaran penyebaran inovasi). Untuk
mengatasi hal tersebut maka para ahli mengumusulkan suatu proses yang disebut difusi (difusi
inovasi). Difusi ialah proses komunikasi inovasi antar warga masyarakat dengan menggunakan
saluran tertentu dan dalam waktu tertentu. Jadi, difusi dapat dikatakan salah satu tipe dari
komunikasi yang memiliki ciri pokok yaitu pesan yang dikomunikasikan adalah hal yang baru
(inovatif). Untuk lebih mempercepat proses penyebaran inovasi diperlukan suatu diseminasi.
Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola.
2. Pengaplikasian Definisi Dari Inovasi
Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan
mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru
untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses
produksi.
3. Lima Karakteristik Yang Dihubungkan Dengan Produk Baru
a. Kesadaran (awareness), yaitu konsumen mengetahui tentang adanya produk baru, tetapi tidak
mempunyai informasi mengenai produk tersebut.
b. Perhatian (interest), yaitu konsumen terdorong untuk mencari informasi mengenai produk baru
tersebut.
c. Penilaian (evaluation), yaitu konsumen mempertimbangk an dan menilai untung ruginya mencoba
produk baru tersebut.
d.Pencobaan (trial), yaitu konsumen mencoba produk baru secara kecil-kecilan, untuk
memperkirakan kegunaannya.
e. Adopsi, yaitu konsumen memutuskan untuk menggunakan produk baru tersebut secara teratur.
4. Pentingnya Arti Sebuah Proses Penyebaran
Proses penyebaran sangat penting karena dengan penyebaran suatu informasi akan dapat
diterima oleh masyarakat yang membutuhkan dengan cepat.
5. Adopsi Dan Saluran Komunikasi Dalam Proses Difusi
Teori adopsi kemudian memberikan pengertian yang lebih jauh tentang PLC dengan
penjelasannya tentang proses difusi, yaitu penyebaran ide baru sejak pengenalannya sampai
penerimaan secara umum. Rogers mengklasifikasikan pengadopsi inovasi menjadi lima kategori
yaitu Innovator, Early Adopter, Early Majority, Late Majority, dan Laggard. Teori Adopsi ini
memberikan implikasi yang jelas pada konsep PLC. Bila produk baru mulai diluncurkan,
perusahaan harus berusaha mempengaruhi konsumen agar berminat, tertarik, mencoba, dan
akhirnya membeli. Proses ini memerlukan waktu yang panjang. Pada tahap perkenalan biasanya
hanya beberapa orang saja yang membeli. Bila ternyata produk tersebut memuaskan kebutuhan,
sejumlah pembeli lainnya akan membeli juga (Early adopter). Masuknya pesaing semakin
mempercepat proses adopsi Pada tahap berikutnya, lebih banyak pembeli lagi masuk ke pasar
(Early majority). Kemudian laju pertumbuhan mulai menurun pada saat jumlah pembeli baru
yang potensial menyusut. Penjualan menjadi mantap disebabkan oleh stabilnya tingkat
pembelian ulang. Namun akhirnya akan tiba waktunya penjualan menjadi menurun karena

8
munculnya kelompok produk baru, bentuk produk baru, atau merek baru yang mulai menyita
perhatian konsumen dari produk yang sedang beredar. Dengan penjelasan ini kiranya jelas
pengertian daur hidup produk bila dihubungkan dengan proses normal dari proses difusi dan
adopsi produk baru.[6]
 Difusi Inovasi
Salah satu aplikasi komunikasi massa terpenting adalah berkaitan dengan proses adopsi
inovasi. Hal ini relevan untuk masyarakat yang sedang berkembang maupun masyarakat maju,
Karena terdapat kebutuhan terus menerus dalam perubahan social dan teknologi untuk
mengganti cara-cara lama dengan teknik-teknik baru. Teori ini berkaitan dengan komunikasi
massa karen adalam berbagai situasi di mana efektivitas potensi perubahan yang berawal dari
penelitian ilmiah dan kebijakan publik, harus diterapkan oleh masyarakat yang pada dasarnya
berada di luar jangkauan langsung pusat-pusat inovasi atau kebijakan publik. Teori ini pada
prinsipnya adalah komunikasi dua tahap. Jadi di dalamnya juga dikenal pula adanya pemuka
pendapat atau yang disebut juga dengan instilah agen perubahan (agent of change). Oleh karena
itu teori ini sangat menekankan pada sumber-sumber non media (sumber personal, misalnya
tetangga, teman, ahli dsb) mengenai gagasan-gagasan baru yang dikampanyekan untuk
mengubah perilaku melalui penyebaran informasi dan upaya mempengaruhi motivai dan sikap.
 Unsur-unsur Difusi Inovasi :
Dari definisi yang diberikan oleh Everett M. Rogers tersebut, ada empat unsur utama yang
terjadi dalam proses difusi inovasi sebagai berikut:
1. Inovasi
Inovasi merupakan sebuah ide, praktek, atau objek yang dianggap sebagai suatu yang baru
oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Semua inovasi memiliki komponen ide tetapi tak
banyak yang memiliki wujud fisik, ideologi misalnya. Inovasi yang tidak memliliki wujud fisik
diadopsi berupakeputusan simbolis. Sedangkan yang memiliki wujud fisik pengadopsiannya
diikuti dengan keputusan tindakan.
1. Saluran komunikasi
Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama atau yang biasa
disebut mutual understanding antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan
(dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dengan demikian
diadopsinya suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi oleh partisipan komunikasi dan saluran
komunikasi. Saluran komunikasi dapatr dikatakan memegang peranan penting dalam proses
penyebaran inovasi, karena melalui itulah inovasi dapat tersebar kepada anggota sistem sosial.
Hasil penelitian berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai
berikut:
 Saluran komunikasi masa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar
pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi. Hal ini disebabkan saluran
komunikasi massa dapat membentuk awareness secara serempak dalam waktu yang
dikatakan cukup singkat dibandingkan dengen efek komunikasi antarpribadi.
 Saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih
penting pada tahap persuasi.
 Saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi
adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter). Sesuai

9
dengan karakteristiknya masing-masing, golongan adopter awal menyukai ide-ide baru tanpa
perlu persuasi yang berlebihan sehingga media massa saja sudah cukup membuat mereka
mau mengadopsi sebuah inovasi berbeda dengan orang-orang dari golongan adopter akhir,
karakteristik mereka yang kurang menyukai risiko menyebabkan komunikasi antarpribadi
yang paling bekerja dengan baik. Mereka cenderung melihat atau berkaca pada orang-orang
disekitar mereka yang sudah menggunakan inovasi tersebut dan apabila berhasil mereka
baru mau mengikutinya.
 Saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan denan saluran lokal bagi bagi adopter
awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).[7]
3. Metode komunikasi
Media massa seperti penggunaan iklan memang dapat menyebarkan informasi tentang
inovasi baru dengan cepat tetapi hal tersebut tidak lantas dapat begitu saja membuat inovasi baru
tersebut diadopsi oleh khalayak. Hal itu dikarenakan diadopsi tidaknya inovasi baru terkait
dengan masalah resiko dan ketidakpastian. Disinilah letak pentingnya komunikasi antarpribadi.
Orang akan lebih percaya kepada orang yang sudah dikenalnya dan dipercayai lebih awal atau
orang yang mungkin sudah berhasil mengadopsi inovasi baru itu sendiri, dan juga orang yang
memiliki kredibilitas untuk memberi saran mengenai inovasi tersebut. Hal tersebut digambarkan
oleh ilustrasi kurva dibawah ini yang menggambarkan bahwa komunikasi interpersonal menjadi
begitu sangat berpengaruh dari waktu ke waktu dibandingkan dengan komunikasi massa.

4. Membangun Profit Konsumen Yang Menyukai Produk Baru


 Jangan memilih barang yang tidak layak jual.
 Jangan mudah tergoda dengan produk yang lagi tren.
 Hindari Produk yang memberikan sedikit keuntungan.
 Hindari produk yang Anda sendiri tidak paham.
 Hindari produk yang produksinya butuh waktu lama.
 Hindari produk yang belum dikenal masyarakat.
 Jangan menjual produk ilegal.
C. Contoh Inovasi Pendidikan
Berikut ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan atau
komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh B. Miles. Dengan perubahan isi
disesuaikan dengan perkembangan pendidikan dewasa ini.
1) Pembinaan personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial tentu menentukan
personal (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen personal misalnya:
peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa, dan sebagainya.
2) Banyaknya personal dan wilayah kerja. Sistem sosial tentu menjelaskan tentang berapa jumlah
personalia yang terikat dalam sistem serta dimana wilayah kerjanya. Inovasi pendidikan yang relevan
dengan aspek ini misalnya: berapa rasio guru siswa pada satu sekolah dalam sistem PAMONG pernah
diperkenalkan ini dengan rasio 1 : 200 artinya satu guru dengan 200 siswa. Sekolah Dasar di Amerika
satu guru dengan 27 siswa, perubahan besar wilayah kepemilikan, dan sebagainya.
3) Fasilitas fisik. Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan mendayagunakan berbagai sarana dan
hasil teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang sesuai dengan komponen ini misalnya:
perubahan bentuk tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu meja), perubahan pengaturan dinding

10
ruangan (dinding batas antar ruang dibuat yang mudah dibuka, sehingga pada diperlukan dua ruangan
dapat disatukan), perlengkapan perabot laboratorium bahasa, penggunaan CCTV (TVCT- Televisi
Stasiun Terbatas), dan sebagainya.
4) Penggunaan waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan penggunaan waktu. Inovasi
yang relevan dengan komponen ini misalnya: pengaturan waktu belajar (semester, catur wulan,
pembuatan jadwal pelajaran yang dapat memberi kesempatan siswa/mahasiswa untuk memilih waktu
sesuai dengan keperluannya, dan sebagainya).
5) Perumusan tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas. Inovasi yang relevan
dengan komponen ini, misalnya: perubahan tujuan tiap jenis sekolah (rumusan tujuan TK, SD, SMP,
SMU, SMK disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan tantangan kehidupan), perubahan
rumusan tujuan pendidikan nasional dan sebagainya.
6) Prosedur. Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang
relevan dengan komponen ini misalnya: penggunaan kurikulum baru, cara membuat persiapan mengajar,
pengajaran individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya.
7) Peran yang diperlukan. Dalam sistem sosial termasuk sistem pendidikan diperlukan kejelasan peran
yang diperlukan untuk melancarkan jalannya pencapaian tujuan. Inovasi yang relevan dengan komponen
ini, misalnya: peran guru sebagai pengguna media (maka diperlukan keterampilan menggunakan
berbagai macam media), peran guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, guru sebagai anggota team
teaching, dan sebagainya.

D.PROSES KEPUTUSAN INOVASI


1.Pengertian Proses Keputusan Inovasi
Proses keputusan-inovasi adalah proses yang dilalui atau dialami oleh seseorang atau kelompok
pengambil keputusan, mulai dari yang pertama kali tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan
keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan apakah ia menerima atau menolak untuk
berinovasi, implementasi atau perwujudan dari inovasi, serta konfirmasi terhadap keputusan inovasi
yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi
merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau
organisasi dapat menilai gagsan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan
menolak atau menerima inovasi dan menerapkannya.
Tujuan bab ini adalah menggambarkan model proses keputusan-inovasi, mengajukan lima tahap dalam
prosesini,dan meringkas bukti bahwa tahap-tahap ini ada atau tetap eksis
2.Model-model Proses Keputusan Inovasi
Model proses keputusan-inovasi secara konseptual digambarkan terdiri dari lima tahap:
1.Pengetahuan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan) dihadapkan pada keberadaan
inovasi dan memperoleh sejumlah pemahaman mengenai bagaimana berfungsinya.
2. Persuasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) membentuk sikap yang
mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi.
3. Keputusan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan) terlibat dalam aktifitas-aktifitas
yang menuntun pada pilihan untuk mengambil atau menolak inovasi.
4. Implementasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) menggunakan
inovasi.
5. Konfirmasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) mencari pemantapan

11
dari suatu keputusan inovasi yang telah dibuat, tetapi dia dapat membalikan keputusan sebelumnya jika
dihadapkan pada pesan-pesan yang bertentangan mengenai inovasi.
Secara rinci, berikut ini akan diuraikan model-model proses keputusan inovasi :
A. Tahap Pengetahuan
Kita menganggap proses keputusan-inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yang diawali
ketika individu (atau unit pembuatan keputusan lainnya) dihadapkan pada keberadaan inovasi dan
memperoleh sejumlah pemahaman mengenai bagaimana inovasi itu berfungsi.
Manakah yang Datang Pertamakali, Kebutuhan atau Kesadaran Inovasi,Beberapa pengamat
mengklaim bahwa individu memainkan peran pasif ketika dihadapkan pada pengetahuan-kesadaran
mengenai inovasi. Dianggap bahwa seseorang menyadari suatu inovasi dengan kebetulan, dimana
secara aktif dia mencari inovasi hingga dia mengetahui bahwa inovasi itu muncul. Sebagai contoh,
Coleman dkk (1966) menyimpulkan bahwa pengetahuan awal mengenal obat-obatan medis baru
terutama terjadi melalui saluran-saluran komunikasi dan pesan.
Para ahli lainnya menganggap bahwa individu memperoleh kesadaran-pengetahuan hanya
melalui prilaku yang harus dimulai, dan bahwa kesadaran itu bukanlah aktifitas pasif. Orang-orang
umumnya cenderung menghadapkan diri mereka pada gagasan-gagasan yang sesuai dengan
ketertarikan, kebutuhan atau sikap-sikap yang ada. Kita dengan sadar atau tidak sadar menghindari
pesan-pesan yang bertentangan dengan kecenderungan kita. Kecenderungan ini disebut penghadapan
selektif. Hassinger (1959) berpendapat bahwa individu-individu jarang menghadapkan mereka sendiri
pada pesan-pesan mengenai inovasi kecuali jika merasakan kebutuhan untuk inovasi. Tetapi bagaimana
kebutuhan itu dibuat? Kebutuhan adalah keadaan tidak puas atau frustasi yang terjadi ketika keinginan
seseorang melebihi aktualitasnya. Individu mungkin mengembangkan kebutuhan ketika dia mempelajari
bahwa inovasi itu muncul. Oleh karena itu, inovasi dapat menuntun pada kebutuhan dan juga
sebaliknya. Beberapa agen perubahan menciptakan kebutuhan diantara klien-klien mereka dengan
menunjukan keberadaan gagasan-gagasan baru yang diinginkan. Pengetahuan keberadaan inovasi ini
dapat menciptakan motivasi untuk pengambilannya.

Jenis-Jenis Pengetahuan mengenai Inovasi


Inovasi terdiri dari jenis-jenis pengetahuan yang berbeda. Inovasi secara khusus mengandung
informasi software, yang berada dalam inovasi dan berfungsi untuk mengurangi ketidakpastian
mengenai hubungan sebab-akibat yang terlibat dalam mencapai hasil yang diinginkan. Pengetahuan
how-to mengandung informasi yang penting untuk menggunakan inovasi secara tepat. Pengetahuan
prinsip mengandung informasi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip pemungsian yang mendasari
bagaimana inovasi itu bekerja.
Apakah peran agen perubahan dalam membawa ketiga jenis pengetahuan ini? Kebanyakan agen
perubahan tampaknya memusatkan usaha-usaha mereka pada penciptaan kesadaran-pengetahuan,
walaupun tujuan ini seringkali dapat dicapai secara lebih efisien dalam banyak sistem klien dengan
saluran-saluran media massa. Agen-agen perubahan juga kemungkinan memainkan peran yang penting
dalam proses pembuatan-inovasi jika mereka memusatkan pada pengetahuan how-to.

A. Tahap Persuasi
Pada tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi, individu membentuk sikap yang mendukung atau
tidak mendukung terhadap inovasi. Pada tahap persuasi individu menjadi secara lebih psikologi terlibat

12
dengan inovasi; dia secara aktif mencari informasi mengenai gagasan baru. Persepsi selektif penting
untuk menentukan prilaku individu pada tahap persuasi, dimana persepsi umum inovasi pada tahap ini
dikembangkan. Sifat-sifat yang ditanggapi dari suatu inovasi sebagai manfaat relatifnya,
kekompakannya, dan kekomplekannya terutama penting pada tahap ini (Gbr.5-1).
Pada tahap persuasi, individu secara khusus termotivasi untuk mencari informasi inovasi-evaluasi, yang
merupakan pengurangan dalam ketidakpastian mengenai konsekuensi-konsekuensi yang diharapkan
dari inovasi. Hasil utama dari tahap persuasi dalam proses keputusan adalah sikap yang mendukung
atau tidak mendukung terhadap inovasi. Dianggap bahwa persuasi akan menuntun pada perubahan
selanjutnya dalam prilaku terbuka (yaitu adopsi/pengambilan atau penolakan) yang konsisten dengan
sikap yang dianut.
B. Tahap Keputusan
Tahap keputusan dalam proses keputusan-inovasi terjadi ketika individu (atau unit pembuatan
keputusan lainnya) terlibat dalam aktifitas-aktifitas yang menuntun pada pilihan untuk mengambil atau
menolak inovasi. Adopsi/pengambilan adalah keputusan untuk menggunakan penuh inovasi sebagai
rangkaian terbaik tindakan. Penolakan adalah keputusan untuk tidak mengambil inovasi.
Penting untuk diingat bahwa proses keputusan-inovasi dapat secara logis menuntun pada keputusan
penolakan seperti juga keputusan untuk mengambil. Kenyataannya, setiap tahap dalam proses adalah
titik penolakan potensial. Dua jenis penolakan yang berbeda dapat dibedakan (Eveland, 1979):
1. Penolakan aktif, yaitu mempertimbangkan pengambilan inovasi (termasuk percobaannya) kemudian
memutuskan untuk tidak mengambilnya.
2. Penolakan pasif (juga disebut non-adopsi), yaitu benar-benar tidak pernah mempertimbangkan
penggunaan inovasi.
C. Tahap Implementasi
Implementasi terjadi ketika individu (atau unit pembuatan keputusan lainnya) menggunakan inovasi.
Hingga tahap implementasi, proses keputusan-inovasi adalah latihan mental. Tetapi implementasi
melihatkan perubahan prilaku terbuka, ketika gagasan baru benar-benar dipraktekan. Masalah-masalah
mengenai bagaimana secara pasti menggunakan inovasi mungkin muncul pada tahap implementasi.
Implementasi biasanya mengikuti tahap keputusan secara langsung.
Masalah implementasi kemungkinan menjadi lebih serius ketika pengambil inovasi adalah suatu
organisasi dan bukan individu. Dalam latar organisasi, sejumlah orang biasanya terlibat dalam proses
keputusan-inovasi, dan para pelaksana seringkali adalah orang-orang yang berbeda dari pembuat
keputusan.
Kapan tahap implementasi berakhir? Tahap ini mungkin berlanjut selama periode waktu yang panjang,
tergantung pada sifat inovasi. Tetapi poin dicapai ketika gagasan baru menjadi terlembagakan. Inovasi
pada akhirnya kehilangan kualitas khususnya ketika identitas terpisah dari gagasan baru itu hilang. Poin
ini biasanya dianggap sebagai akhir dari tahap implementasi, dan disebut sebagai rutinisasi atau
pelembagaan.

Mendefinisikan Re-Invention
Kebanyakan para ahli di masa lalu telah membuat perbedaan antara invensi dan inovasi. Invensi adalah
proses dimana gagasan baru ditemukan atau dibuat, sementara adopsi adalah keputusan untuk
menggunakan penuh suatu inovasi sebagai rangkaian tindakan terbaik. Oleh karena itu, adopsi adalah
proses untuk mengadopsi gagasan yang ada. Perbedaan antara invensi dan adopsi ini tidaklah begitu

13
jelas ketika kita mengakui bahwa inovasi bukanlah sifat yang tetap ketika melebur dalam sistem sosial.
Untuk alasan inilah, “re-invensi”tampaknya merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan sejauh
mana suatu inovasi itu berubah atau dimodifikasi oleh pengguna dalam proses adopsi dan
implementasinya. Jadi, Re-invensi adalah sejauh mana suatu inovasi itu berubah atau dimodifikasi oleh
pengguna dalam proses pengambilan dan implementasinya. Re-invensi terjadi pada tahap implementasi
untuk inovasi tertentu dan pengadopsi tertentu (Generalisasi5-8).
D. Tahap Konfirmasi
Pada tahap konfirmasi, individu (atau unit pembuatan keputusan) mencari pemantapan untuk
keputusan inovasi yang telah dibuat, tetapi dia dapat membalikan keputusan ini jika dihadapkan pada
pesan-pesan yang bertentangan mengenai inovasi. Tahap konfirmasi berlanjut setelah keputusan untuk
mengambil atau menolak selama periode waktu yang tidak pasti (Gbr.5-1). Sepanjang tahap konfirmasi
individu berusaha menghindari tahap disonansi atau menguranginya jika hal itu terjadi.
Perubahan prilaku manusia termotivasi sebagian oleh keadaan ketidakseimbangan internal atau
disonansi, suatu keadaan pikiran tidak nyaman yang berusaha dikurangi atau ditiadakannya. Ketika
seseorang merasakan disonansi, dia akan termotivasi untuk mengurangi kondisi ini dengan merubah
pengetahuan, sikap atau tindakannya. Pada tahap konfirmasi dalam proses keputusan inovasi, agen
perubahan memiliki peran khusus. Di masa lalu, agen-agen perubahan terutama tertarik dalam
mencapai keputusan-keputusan adopsi, tetapi pada tahap konfirmasi, mereka memiliki tanggung jawab
tambahan untuk memberikan pesan-pesan yang mendukung kepada orang-orang.
Diskontinyuansi adalah keputusan untuk menolak suatu inovasi setelah sebelumnya inovasi itu diadopsi.
Menurut Leuthold (1967), sedikitnya ada dua jenis diskontinyuansi: (1) penggantian dan (2) kekecewaan.
Diskontinyuansi penggantian adalah keputusan untuk menolak suatu gagasan untuk dapat mengadopsi
gagasan yang lebih baik. Sedang diskontinyuitas kekecewaan adalah keputusan untuk menolak suatu
gagasan sebagai akibat dari ketidakpuasan dengan kinerjanya.
3. Saluran-Saluran Komunikasi berdasarkan Tahapan-Tahapan dalam Proses Keputusan-Inovasi
Salah satu kepentingan dari lima tahap dalam proses keputusan-inovasi adalah membantu kita untuk
memahami peran saluran-saluran komunikasi yang berbeda.
Mengategorisasikan Saluran-Saluran Komunikasi
Seringkali sulit bagi kita untuk membedakan antara sumber pesan dan saluran yang membawa pesan
tersebut. Sumber adalah individu atau institusi yang memberikan pesan. Sedang saluran adalah alat
dimana pesan bergerak dari sumber ke si penerima. Para peneliti mengategorikan saluran-saluran
komunikasi sebagai (1) bersifat interpersonal atau mass media, atau (2) berasal dari sumber lokal atau
kosmopolit. Studi penelitian di masa lalu memperlihatkan bahwa saluran-saluran ini memainkan peran-
peran berbeda dalam menciptakan pengetahuan atau membujuk orang-orang untuk merubah sikap
mereka terhadap inovasi. Saluran media massa adalah alat-alat untuk menyampaikan pesan yang
melibatkan media massa, seperti radio, televisi, surat kabar, dst yang memungkinkan sumber dari satu
atau beberapa individu untuk menjangkau banyak audiens. Saluran interpersonal melibatkan pertukaran
saling berhadapan antara dua individu atau lebih. Saluran-saluran ini memiliki efektifitas yang lebih
besar ketika menghadapi resistansi atau apati.

Media Massa Versus Saluran-Saluran Interpersonal

14
Generalisasi 5-12 menyatakan: Saluran media massa secara relatih lebih penting pada tahap
pengetahuan dan saluran-saluran interpersonal secara relatif lebih penting pada tahap persuasi dalam
proses keputusan-inovasi.

Saluran-Saluran Kosmopolit versus Lokalit

Generalisasi 5-13: Saluran kosmopolit secara relatif lebih penting pada tahap pengetahuan, dan saluran
lokalit secara relatif lebih penting pada tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi.
Saluran komunikasi kosmopolit adalah saluran dari luar sistem sosial yang sedang diselidiki; saluran-
saluran lainnya mengenai gagasan-gagasan baru menjangkau individu dari sumber-sumbre didalam
sistem sosial mereka.
Saluran-Saluran Komunikasi Berdasarkan Kategori Pengadopsi
Generalisasi 5-14: Saluran-saluran media massa secara relatif lebih penting dibanding saluran-saluran
interpersonal untuk pengadopsi-pengadopsi lebih awal dibanding untuk pengadopsi-pengadopsi lebih
lambat. Generalisasi 5-15: Saluran-saluran kosmopolit secara relatif lebih penting dibanding saluran-
saluran lokalit untuk pengadopsi-pengadopsi lebih awal dibanding pengadopsi-pengadopsi lebih lambat.

4. Periode Keputusan-Inovasi

Periode keputusan-inovasi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melalui proses keputusan-
inovasi. Waktu yang berlangsung dari pengetahuan-kesadaran inovasi hingga keputusan untuk individu
diukur dengan hari, bulan atau tahun.
Tingkat Kesadaran-Pengetahuan dan Tingkat Adopsi
Kebanyakan agen perubahan ingin mempercepat proses pengambilan inovasi. Salah satu metode untuk
melakukan hal tersebut adalah dengan mengkomunikasikan informasi mengenai gagasan baru secara
lebih cepat sehingga pengetahuan dibuat pada waktu yang lebih awal. Metode lain adalah dengan
memperpendek banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk keputusan-inovasi setelah individu menyadari
gagasan baru. Banyak pengadopsi potensial seringkali menyadari inovasi tetapi tidak termotivasi untuk
mencobakannya. Gbr.5-5 mengilustrasikan interelasi antara tingkat kesadaran-pengetahuan, tingkat
adopsi, dan periode keputusan-inovasi untuk penyemprotan benih baru. Data ini bersama dengan buktu
dari studi yang mendukung, memperlihatkan Generalisasi 5-16: Tingkat kesadaran-pengetahuan untuk
suatu inovasi lebih cepat dibanding tingkat adopsinya. Lamanya Periode Kategori Pengadopsi Salah satu
perbedaan penting individu dalam lamanya periode keputusan-inovasi adalah berdasarkan pada
kategori pengadopsi. Data pada Gbr.5-5 memperlihatkan periode yang lebih lama untuk pengadopsi-
pengadopsi yang terlambat. Data dan studi lainnya mendukung Generalisasi 5-17: Pengadopsi-
pengadopsi yang lebih awal memiliki periode keputusan-inovasi yang lebih pendek dibanding
pengadopsi yang terlambat. Mengapa inovator membutuhkan periode yang lebih pendek? Studi-studi
penelitian memperlihatkan bahwa inovator memiliki sikap yang lebih mendukung terhadap gagasan-
gagasan baru maka resistansi terhadap perubahan harus diatasi dengan pesan-pesan komunikasi
mengenai gagasan-gagasan baru. Inovator juga memiliki periode keputusan-inovasi yang lebih pendek
karena (1) mereka menggunakan sumber yang secara teknis lebih akurat dan saluran mengenai inovasi,
seperti kontak langsung dengan para ahli, dan (2) mereka meletakan kredibilitas yang tinggi dalam
sumber-sumbertersebut dibanding individu rata-rata

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam proses inovasi pendidikan banyak sekali hambatan- hambatan yang ada dalam
pelaksanaannya, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, baik hambatan yang dilihat dari
karakteristik perubahan, karakteristik lokal dan faktor eksternal lainnya.
Berbicara tentang kontak personal, apa yang dimaksud dengan kontak personal itu?.
Kontak personal adalah orang atau kelompok orang yang melakukan proses komunikasi yang
menetapkan titik-titik tertentu dalam penyebaran informasi melalui ruang dan waktu dari suatu
agen ke agen lainnya.
Dalam proses penyebaran inovasi timbul masalah yakni bagaimana caranya untuk
mempercepat diterimanya suatu inovasi o;eh masyarakat (sasaran penyebaran inovasi). Untuk
mengatasi hal tersebut maka para ahli mengumusulkan suatu proses yang disebut difusi (difusi
inovasi). Proses keputusan inovasi adalah proses yang dilalui atau dialami oleh seseorang atau
kelompok pengambil keputusan, mulai dari yang pertama kali tahu adanya inovasi, kemudian
dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan apakah ia menerima atau
menolak untuk berinovasi, implementasi atau perwujudan dari inovasi, serta konfirmasi terhadap
keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat
berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu
tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagsan yang baru itu sebagai bahan
pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi dan menerapkannya.
Model proses keputusan-inovasi secara konseptual dapat dibagi kedalam lima tahap diantaranya :
1.Pengetahuan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan) dihadapkan pada keberadaan
inovasi dan memperoleh sejumlah pemahaman mengenai bagaimana berfungsinya.
2.Persuasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) membentuk sikap yang
mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi.
3.Keputusan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan) terlibat dalam aktifitas-aktifitas
yang menuntun pada pilihan untuk mengambil atau menolak inovasi.
4.Implementasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) menggunakan
inovasi.
5.Konfirmasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) mencari pemantapan
dari suatu keputusan inovasi yang telah dibuat, tetapi dia dapat membalikan keputusan sebelumnya jika
dihadapkan pada pesan-pesan yang bertentangan mengenai inovasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. (1993). Model-Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PPs Universitas


Pendidikan Indonesia.
Ibrahim, R. & Kayadi, B. (1994). Pengembangan Inovasi dalam Kurikulum. Jakarta : UT, Depdikbud.
Nasution. (1993). Pengembangan Kurikulum. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Sa’ud, U.S. (2008). Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Susilana, R. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI.
Tim Pengembang, (2002), Kurikulum dan Pembelajaran, Jurusan Kurtek FIP Universitas
Pendidikan Indonesia. 2. Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan: Pengantar untuk Memahami Apa dan
Bagaimana Difusi dan Implementasi Inovasi Pendidikan.Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pe rguruan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Rogers, E.M. 1983. Diffusion Of Innovations. London : Collier Macmillan Publisher.
Tersedia [Online] dihttp://enewsletterdisdik.wordpress.com/2009/05/30/ fungsi-dewan-
pendidikan/. Download 28 Maret 2017
Tersedia [Online] di http://ariswahyu.blogspot.com/2011/07/ peranan-kelompok-kerja-kkg-mgmp-
kkks.html. Download 28 Maret 2017
Danim,Sudarwan, Inovasi Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 2002
Depdikbud, Inovasi Pendidikan,Jakarta : LPTK Depdikbud, 1998
Rogers,me dan Shomeker,Difusion of Inovation, Newyork : 1971
Syaefudin,Udin dan Suherman,Ayi, Inovasi Pendidikan,Bandung : UPI Press, 2006

17

Anda mungkin juga menyukai