Oleh :
Nur Azlindah (NIM: 14610005)
Farah Aunil Haq (NIM: 14610006)
Sholihatin Hanifah (NIM: 14610004)
Izzatul Laili (NIM: 14610026)
Nurul Anggraeni (NIM: 14610002)
Laila Azizah (NIM: 13610052)
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat serta
Karunia Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah logika dan pembuktian.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang
maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan, pengalaman dan kemampuan
yang penyusun miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
1. Terselesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Bapak Dr.H.Imam Sujarwo,M.Pd selaku dosen pembimbing dan pengajar yang telah
memberi pengetahuan kepada kami
2. Teman-teman kelompok kami yang telah banyak membantu dalam terselesainya
makalah ini
3. Literatur yang ada di perpustakaan dan internet yang menambah wawasan kami
Selanjutnya penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Apabila banyak kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan dan keterbatasan materi penulis mohon maaf yang sebesar- besarnya. Semoga
makalah ini bermanfaat dan berguna bagi yang membacanya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu karya Aristoteles adalah logika yang banyak berisi pengertian, keputusan,
pembuktian silogisme, dan lain-lain. Inti ajaran Aristoteles mengenai logika adalah
Syllogismus, yaitu keputusan kedua yang tersusun sedemikian hingga melahirkan keputusan
yang ketiga. Logika yang dikemukakan oleh Aristoteles dikenal sebagai logika tradisional,
yang menjadi tonggak pemikiran logika.
Pada abad ke-18 Masehi, G.W. Leibniz, seorang ahli matematika berkebangsaan
Jerman, pertama kali mempelajari logika simbolik. Ahli matematika lainnya yang berjasa
dalam pengembangan logika simbolik adalah George Boole, Leonard Euler, John Venn, dan
Bertrand Russel.
Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani logos yang berarti kata, ucapan,
pikiran secara utuh, atau bisa juga berarti ilmu pengetahuan (Kusumah, 1986). Dalam arti luas,
logika adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji penurunan-penurunan kesimpulan yang sahih
(tidak valid). Proses berpikir yang terjadi di saat menurunkan atau menarik kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan yang diketahui benar atau dianggap benar itu biasanya disebut dengan
penalaran.
Melalui logika kita dapat mengetahui kebenaran suatu pernyataan dari suatu kalimat
dan mengetahui apakah pernyataan pertama sama maknanya dengan pernyataan kedua.
Misalkan, apakah pernyataan Jika sekarang adalah hari Minggu maka sekolah libur. sama
artinya dengan Jika sekolah libur maka sekarang adalah hari Minggu.? Untuk menjawab
pertanyaan ini tentu kita perlu mengetahui aturan-aturan dalam logika. Contoh lain, misalkan
ada dua pernyataan Jika anak pandai maka ia berprestasi di kelas. Jika ia berprestasi di kelas
maka ia disayangi guru-gurunya. Lalu, apakah dari dua pernyataan ini kita dapat
menyimpulkan Jika ia anak pandai maka ia disayangi guru-gurunya.?
Banyak hal yang perlu kita ketahui mengenai logika. Dengan logika, kita juga dapat
mengetahui apakah suatu pernyataan bernilai benar atau salah. Hal terpenting yang akan
didapatkan setelah mempelajari logika matematika adalah kemampuan atau keahlian
mengambil kesimpulan dengan benar atau sah. Logika matematika memberikan dasar bagi
sebuah pengambilan kesimpulan dan dapat digunakan dalam banyak aspek kehidupan.
4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana peran ilmu logika dalam kehidupan?
2. Apa yang dimaksud dengan Proposisi?
3. Apa Perbedaan antara tautology dengan kontradiksi?
4. Bagaimana Ekuivalensi dari suatu kalimat?
5. Apa yang dimaksud Kaidah Inferensial?
6. Apa yang dimaksud pernyataan berkuantor?
7. Bagaimana cara menarik kesimpulan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang akan di bahas dalam makalah ini adalah :
1. Mengetahui peran ilmu logika dalam kehidupan
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Proposisi
3. Mengetahui Perbedaan antara tautology dengan kontradiksi
4. Mengetahui Ekuivalensi dari suatu kalimat
5. Mengetahui pengertian Kaidah Inferensial
6. Mengetahui pengertian pernyataan berkuantor
7. Mengetahui bagaimana cara menarik kesimpulan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Logika
2.1.1 Pengertian Logika
Otak dianugerahi Tuhan kepada manusia, salah satu fungsinya sebagai alat untuk
berpikir. Kalau otak merupakan alatnya, akal adalah daya pikir manusia. Akal ini merupakan
pembeda antara manusia dan binatang. Meskipun dengan akalnya manusia mampu berpikir,
tetapi proses berpikirnya itu tidak selalu menghasilkan kesimpulan yang sahih (valid). Ilmu
logika salah satunya berfungsi untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan yang sahih.
Kata logika berasal dari bahasa Yunani kuno (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika
adalah sebuah ilmu tentang proses berfikir. Seorang ahli logika mempelajari kegiatan-kegiatan
proses berfikir yang ada di kepala setiap manusia dan mencoba merumuskan hukum-hukum,
bentuk-bentuk dan inter-relasi semua proses mentalnya. Logika sebagai istilah berarti suatu
metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Logika merupakan
dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi
atau pernyataan (statements).
lmu logika adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum
yang digunakan untuk berpikir secara sahih: membedakan penalaran yang benar dan penalaran
yang salah. Penalaran adalah suatu bentuk pemikiran. Bentuk pemikiran yang paling sederhana
yaitu: pengertian atau konsep, proposisi atau pernyataan, dan penalaran. Tidak ada proposisi
tanpa pengertian dan tidak ada penalaran tanpa proposisi. Maka untuk memahami penalaran,
ketiga bentuk pemikiran harus dipahami bersam-sama.
Dalam logika, objek yang harus diselidiki adalah:
a. Pemikiran sebagai objek material.
b. Patokan, azas-azas, dan hukum-hukum berpikir yang benar adalah sebagai suatu objek
formal.
Berdasarkan cara memperolehnya, logika dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
diantaranya:
- Logika alamiah, adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus
sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan
yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia sudah ada sejak lahir.
6
- Logika ilmiah, memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah
menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap
pemikiran.
Belajar ilmu logika dapat mendatangkan berbagai manfaat. Diantaranya sebagai berikut :
- Membuat seorang mahasiswa mampu berpikir jernih, tepat, teratur, rasional, tidak
memihak, sesuai aturan dan tepat.
- Meningkatkan kemampuan kita untuk berpikir secara abstrak, cermat, objektif.
- Menambah kecerdasan dan akan membimbing kita berpikir secara mandiri.
- Memacu kita untuk mencintai kebenaran.
Hukum dasar logika idealisme digunakan agar logika tersebut tepat atau idealis. Berikut
hukum-hukum tersebut:
a. Tesis (pengiyaan)
b. Anti Thesis (pengingkaran)
c. Sintesis (kesatuan kontradiksi)
Disebut sistem logika lipat tiga dengan siklus tesis (pernyataan), anti tesis (negasi), dan
sintesis (negasi atas negasi).
Logika Dialektik
Ciri khas dari logika dialektik yaitu mendudukkan prinsip utamanya pada hukum
kontradiksi. Sistem penalarannya, setiap pernyataan selalu berhadapan dengan lawan
negasinya yang tersimpulkan dalam suatu sintesis. Dalam menggunkan logika dialektik,
terdapat beberapa hukum dasar sebagai berikut:
8
Susunan pikiran itu dianggap kenyataan, sehingga logika dianggap seperti metafisika.
Tugas pokok logika adalah menafsirkan pikgiran sebagai suatu tahap dari struktur kenyataan.
Sebab itu untuk mengetahui kenyataan, oran harus belajar logika lebih dahulu.
Logika simbolik adalah ilmu tentang penyimpulan yang sah (absah), khususnya yang
dikembangkan dengan penggunaan metode-metode matematika dan dengan bantuan simbol-
simbol khusus sehingga memungkinkan seseorang menghindarkan makna ganda dari bahasa
sehari-hari (Frederick B. Fitch dalam bukunya Symbolic Logic).
9
Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep tersebut menyatakan bahwa
kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh
isinya.
Logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan
dan bukti-bukti yang diberikan (premis).
10
Berikut perbandingan antara penalaran deduktif dengan penalaran induktif lebih
jelasnya
PENALARAN DEDUKTIF PENALARAN INDUKTIF
Jika semua premis benar maka kesimpulan Jika premis benar, kesimpulan mungkin
pasti benar benar, tapi tak pasti benar.
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan Kesimpulan memuat informasi yang tak
sudah ada, sekurangnya secara implisit, ada, bahkan secara implisit, dalam premis.
dalam premis.
Logika masuk kedalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika
yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang
menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika
tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus
Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Contoh:
- Penalaran
1. Semua puteri Sala itu wanita yang luwes.
R.S. Ani itu puteri Sala.
R.S. Ani itu wanita yang luwes.
2. Semua bintang film memakai sabun Lux.
Sebagian pemakai sabun Lux adalah bintang film.
11
2. Berikan satu contoh tentang penalaran induktif!
Pembahasan :
Air hujan dimasak dan mendidih
Air sungai dimasak dan mendidih
Air susu dimasak dan mendidih
Air selokan dimasak dan mendidih
dst...
Jadi: Semua air yang dimasak pasti mendidih
3. Berikan 2 contoh tentang penalaran langsung!
Pembahasan :
Penalaran langsung
- Semua bintang film memakai sabun Lux
Jadi: Sebagian pemakai sabun Lux adalah bintang film
- Semua pegawai negeri adalah penerima gaji
Jadi: Sebagian penerima gaji adalah pegawai negeri
4. Ubahlah penalaran induktif pada no.2 menjadi penalaran dalam bentuk formal (logika
formal)!
Pembahasan :
Logika formal dari no.2
Semua air yang dimasak pasti mendidih
Air sumur dimasak
Jadi: Air sumur mendidih
KALIMAT
KALIMAT KALIMAT
KALIMAT BERNILAI BENAR
BERARTI TERTUTUP/DEKL
BERARTI DEKLARATI
ARATIF
KALI
KALIMAT
KALIMAT
BERNILAI SALAH
TERBUKA/BUKAN
MAT DEKLARATIF
KALIMAT TAK
BERARTI
Dalam suatu kalimat, dikenal variabel dan konstanta. Variabel adalah simbol yang
menunjukkan suatu anggota yang belum spesifik dalam semesta pembicaraan. Sedangkan
konstanta adalah simbol yang menunjukkan anggota tertentu (yang sudah spesifik) dalam
semesta pembicaraan. Variabel dan konstanta ini pulalah yang mengidentifikasikan suatu
kalimat layak disebut proposisi atau tidak.
Contoh:
Perhatikan kalimat berikut ini :
1. Manusia Indonesia makan nasi.
2. . . . memakai sepatu
3. 4 + x = 7
4. 4 + . . . = 7
5. p < 5
Yang dimaksud variabel salah satunya adalah x dan tanda titik-titik di atas.
Yang dimaksud konstata salah satunya adalah angka 4, 7, dan sepatu.
1. Kalimat Tertutup
Suatu pernyataan (statement) adalah suatu kalimat deklaratif yang bernilai benar saja,
atau salah saja, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. Istilah lain dari pernyataan adalah
proposisi (propositions) atau kalimat tertutup. Jika sebuah pernyataan benar, maka
pernyataan tersebut dikatakan mempunyai nilai kebenaran benar; jika sebuah pernyataan
salah, maka nilai kebenarannya adalah salah. Umumnya dalam proposisi digunakan huruf
kecil seperti: p, q, r, s, t
Contoh pernyataan/kalimat tertutup
13
4 kurang dari 5
Indonesia terdiri atas 33 provinsi
2 adalah bilangan prima yang genap
3 adalah bilangan genap
2. Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang mengandung variabel, dan jika variabel tersebut
diganti konstanta dari semesta yang sesuai maka kalimat itu akan menjadi kalimat yang bernilai
benar saja atau bernilai salah saja (pernyataan). Jika variabel dalam kalimat terbuka sudah
diganti dengan konstanta yang sesuai, maka kalimat yang terjadi dapat disebut kalimat tertutup.
Kalimat ini tidak mempunyai nilai kebenaran yang pasti sehingga bukan termasuk
pernyataan. Kalimat kalimat ini tidak dapat ditentukan benar atau salahnya sebelum dijawab,
sedangkan kalimat yang dapat dilogika adalah kalimat yang sudah jelas benar atau salahnya,
jadi kalimat terbuka tidak dapat masuk dalam pembahasan logika. Berikut contoh-contoh
dari kalimat terbuka/kalimat bukan proposisi.
Kalimat Pertanyaan, Hari apa sekarang?, Siapa namamu? dll
- Kalimat pertanyaan ini bisa benar jika dijawab benar, dan bisa salah kalau dijawab
salah.
Kalimat harapan, Semoga saya cepat kaya
Kalimat perintah, Tutup Pintunya!
Dalam contoh matematis misalnya:
- 4x+2=5
- x 2 5x + 4 > 0
- 2x + 5 < 18
- Cape deh
-
3. Term
Term ialah kata (bagian dari suatu kalimat yang berfungsi sebagai subyek dan predikat
). Proposisi adalah perangkaian dari term-term (tidak pernah ada term yang berdiri sendiri di
dalam pikiran)/ kalimat/ pernyataan. Proses pembentukan proposisi terjadi begitu rupa,
sehingga ada pengertian yang menerangkan tentang pengertian lain.
Term dapat dikategorikan sebagai subjek dan sebagai predikat. Pernyataan yang terdiri
atas dua term sebagai subjek dan predikat serta dapat dinilai benar atau salah disebut sebagai
proposisi kategorik. Dalam proposisi kategorik dibagi menjadi dua macam, yaitu
14
a. Kualitas Proposisi
Berkaitan dengan ada tidaknya hubungan antara subjek dan predikat.
- Predikat Afirmatif : S=P. Menunjukkan bahwa ada hubungan antara subjek dan
predikat. P
Contoh: Susilo adalah mahasiswa UIN
SP
- Predikat Negatif: SP. Menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara subjek dan
predikat.
Contoh: Timo bukan mahasiswa UIN
S P
b. Kuantitas Proposisi
2.2.2 Penalaran
Proses berpikir dengan model pengambilan keputusan berdasarkan proposisi-proposisi
yang mendahuluinya. Dalam penalaran, proposisi-proposisi yang menjadi dasar penyimpulan
disebut premis, sedang kessimpulannya disebut konklusi. Di antara premis dan konklusi
terdapat hubungan tertentu. Hubungan itu disebut konsekuensi. Silogisme dan Entimen
merupakan salah satu dari contoh bentuk penalaran.
1. Silogisme
Silogisme merupakan penyimpulan tidak langsung (mediate inference), karena dalam
silogisme kita menyimpulkan pengetahuan baru yang kebenaranya diambil secara sintetis dari
dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu . Silogisme disusun dari dua
proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Berikutb beberapa aturan yang harus
diperhatikan dalam silogisme, yaitu
15
a. Silogisme harus terdiri dari 3 proposisi
Premis mayor: Semua mahasiswi UIN itu adalah berkerudung
Premis minor: Halimah adalah mahasiswi UIN
Konklusi: Jadi, Halimah adalah berkerudung
b. Harus terdapat 3 term
Term mayor: term predikat pada konklusi = berkerudung
Term minor: term subjek pada konklusi = Halimah
Term tengah: term yang menghubungkan premis mayor dan premis minor = mahasiswi
UIN
c. Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus tersebar atau sudah disebut dalam
premis-premisnya
Semua mahasiswi UIN itu adalah berkerudung
Halimah adalah mahasiswi UIN
Jadi, Halimah adalah berkerudung.
Tidak mungkin konklusinya Jenni adalah berkerudung
d. Bila salah satu presmisnya universal, dan lainnya partikular, maka konklusi harus
bersifat particular.
Semua mahasiswi UIN itu adalah berkerudung
Halimah adalah mahasiswi UIN
Jadi, Halimah adalah berkerudung
Keterangan: Semua mahasiswi adalah universal, sedangkan Halimah adalah
partikular. Sehingga, konklusi menggunakan Halimah.
e. Dari dua premis universal, konklusinya harus bersifat universal
f. Jika sebuah silogisme mengandung premis yang positif dan negatif, maka konklusinya
harus negatif.
g. Dari dua premis yang negatif tidak dapat ditarik kesimpulan
h. Dari dua premis yang bersifat partikular, tidak dapat ditarik konklusi yang sahih
2. Entimen
Entimen adalah penalaran deduktif secara langsung.
Contoh:
Premis mayor: Semua umat muslim diwajibkan atas berpuasa Ramadhan
Premis minor: Aminah adalah umat muslim
16
Konklusi: Aminah diwajibkan atas berpuasa
Tidak/Not/Negasi Tidak.
Dan/And/Konjungsi ..dan..
Atau/Or/Disjungsi atau.
Implikasi Jika.maka.
Perangkai Prioritas
Negasi (Not) 5
Konjungsi (And) 4
Disnjungsi (Or) 3
Implikasi 2
Biimplikasi 1
17
1. Konjungsi (conjunction): p dan q
Notasi p q
2. Disjungsi (disjunction): p atau q
Notasi: p q
3. Ingkaran (negation) dari p: tidak p
Notasi: p
p dan q disebut proposisi atomik
Kombinasi p dengan q menghasilkan proposisi majemuk (compound proposition).
Contoh: Misal: p = harga bbm naik, q = pendapatan meningkat
1. Konjungsi
Harga bbm naik dan pendapatan meningkat (p q)
2. Disjungsi
Harga bbm naik atau pendapatan meningkat (p v q)
3. Ingkaran dari p
Harga bbm tidak naik (p)
18
2. Tentukan apakah kalimat di bawah ini termasuk proposisi atau bukan proposisi! Jika
termasuk proposisi, tentukan pula nilai kebenarannya!
a. Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah Semarang.
b. 12 > 19.
c. 2+3=5
d. x> 3
Pembahasan :
nilai kebenaran dari proposisi
a. Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah Semarang. (proposisi), bernilai salah
b. 12 > 19. (proposisi), bernilai salah
c. 2+3=5. (proposisi), bernilai benar.
d. x > 3. (bukan proposisi)
19
Jadi, seorang guru adalah seorang ibu
Jawab: penalaran dari pernyataan di atas tidak sahih, karena premis mayor dan
premis minor adalah partikular. Sehingga, tidak dapat disimpulkan.
20
Taotologi itu amat penting untuk logika,sebab semua penalaran yang sahih tentu
suatu taotologi,dan setiap taotologi pasti sahih (B).Justru yang disebut penalaran yang sahih
adalah penalaran yang kalo premis-premisnya tersusun menurut pola tertentu,konklusinya
tidak boleh tidak pasti benar.Dan setiap penalaran itu dapat diberi bentuk dalam proposisi
kondisional,yang antesedennya terdiri atas konyungsi dari proposisi-proposisi
premisnya,sedang konklusinya menjadi konsekuens yang dihubungkan dengan antesedennya
oleh prakit kondisional atau implikasi.Misalnya penalaran berikut :
Menurut empirisme logikal :
Kalau suatu pernyataan itu bermakna,maka pernyataan itu tentu berdasarkan observasi
empirik : pq
PernyataanArjuna adalah pahlawan besar itu bukan pernyataan yang empirik :~.
Jadi : PernyataanArjuna adalah pahlawan besar itu bukan pernyataan yang bermakna
:~.
Silogisme di atas dapat dijadikan sebuah kalimat kondisional dari bentuknya sebagai
berikut : [ ( p q) ~] .
Silogisme ini sahih,dan bahwa ini suatu taotologi dapat dibuktikan dari table berikut :
p
q p q pq (p q) q (p q) q p
B B S S B S B
S B B S B S B
B S S B S S B
S S B B B B B
P (p p)
P (p p)
(p p) = Prinsip Kontradiksi
21
P p = Azas tiada jalan tengah
(p q) p = Simplifikasi
(p q) p
[(p q) (q r) (p r) = Prinsip silogisme (hipotonik)
2.3.2 Kontradiksi
Kontradiksi adalah suatu proposisi majemuk yang selalu bernilai salah (S) untuk
semua kemungkinan kombinasi nilai kebenaran dari proporsi-proporsi pembentukannya.Suatu
kontradiksi adalah p p,kalau yang satu benar,yang lain salah dan sebaliknya.Tidak mungkin
kedua-duanya bersama-sama benar atau salah.Apabila premis-premis suatu penalaran itu di
antaranya ada yang mengandung kontradiksi,maka secara sahih dapat diturunkan konklusi
yang benar apa saja.Jadi dari premis p dapat disimpulkan,misalnya,konklusi p atau p,q,r,s,
dan seterusnya.ini dapat dibuktikan dengan metode deduksi sebagai berikut.
A. 1. p p p
2. p 1.Simpl.
B. 1. p
2. p q
3. p q 1.Addisi disy.
C. 1. p
2. p rt
3. p (r t) 1. Addisi kony.
4. r t 1. Simpl.
D. 1. P
2. p rt
3. r t Tautologi
Dari contoh-contoh diatas terbukti bahwa premis-premis yang kontradiktif, dapat
diturunkan konklusi apa saja.Adalah suatu penghinaan terhadap logika dan akal yang sehat
bahwa dari suatu kontradiksi dapat di tarik konklusi sekehendak orang, yang berarti bahwa
setiap proposisi dapat dibenarkan berdasarkan premis-premis yang kontradiktif. Biang
keledainya di sini ialah bahwa penalaran yang berdasarkan premis-premis yang berupa suatu
kontradiksi sebenarnya bukan penalaran, karena tidak memenuhi syarat penalaraan, yaitu
bahwa premis-premisnya harus benar agar konklusinya juga benar. Suatu kontradiksi
mengandung inkonsistensi, p dan p adalah inkonsisten, tidak mungkin keduanya benar, salah
22
satu pasti salah. Di sini diperingatkan bahwa proposisi yang salah itu tidak sama dengan
proposisi negatif. Suatu proposisi yang negative dapat benar dan salah.
Kalau orang tidak melihat atau tidak dapat menemukan inkonsistensi ini dan ia
mengadakan penalaran atas premis-premis yang inkonsisten itu, maka penalarannya akan
berdasarkan suatu kontradiksi dan kesimpulan apa saja dapat dicapainya secara sahih.
Kontradiksi itu tidak selalu mempunyai bentuk formal. Contoh yang sering digunakan adalah:
Apa akibatnya kalau kekuatan yang tak mungkin ditahan itu menimpa sesuatu yang
tidak mungkin bergerak ??
Kekuatan yang tidak dapat ditahan itu inkonsisten dengan suatu yang tidak mungkin
bergerak,jadi proposisi-proposdei isi itu adalah suatu kontradiksi. Maka konklusinnya atau
jawabannya dapat apa saja :
Adam sedang sakit atau Mangga itu lenzat. Dengan melalui deduksi seperti diatas
dapat terbukti bahawa konklusi-konklusi itu benar. Kalau kekuatan yang tidak mungkin
ditahan disingkat menjadi K, maka suatu yang tidak mungkin bergerak itu harus dilambangkan
K, Maka premisnya menjadi K K. Dan konklusinya dapat saja A (Adam sedang sakit)
atau M ( Mangga itu lezat).Sebuah contoh lain (di dalam kurung,lambing yang digunakan) :
Kalau penduduk desa diberi motivasi (M), mereka ber KB (K).
Kalau mereka tidak diberi motivasi, mereka tetep bercocok tanam (T).
Tidak benar bahwa penduduk desa ber KB atau mereka tetap bercocok tanam.
Jadi : Penduduk desa berternak (B).
Penalaran ini ada yang sahih, yang jelas kalu disusun deduksinya.
1. M K
2. M T
3. (K T) B
4. K T 3. Hukum De Morgan
5. K 4. Simpl
6. M 1,5. Modus Tollens
7. T 2,6. Modus Ponnens
8. T K 4. Komutasi
9. T 8. Simpl.
10. T B 7. Addisi disy.
11. B 10,9. Sil. Disy.
23
Dari deduksi di atas terbukti bahwa premis-premis penalaranyang bersangkutan
mengandung suatu kontradiksi.Kontradiksi itu terdapat diantara T (baris ke-7) dan ~T (baris
ke-9). Jadi sebenarnya penalaran di atas bukan penalaran, karena premis-premisnya tidak
semuanya benar.
Contoh-contoh di atas membuktikan dengan jelas bahwa dari premis-premis
yang salah dapat diturunkan konklusi apa saja secarah sahih.Atau sepeti dikatakan sejak abad
pertengahan: ex falsis sequitur quodlibet. Jadi,kalo di dalam premis-premis suatu penalaran
terdapat kontradiksi maka antara premis dan konklusi tidak ada hubungan logis,tidak
adahubungan relevansi.
p Q pq (p q) p [(p q) p] (q)
B B B B B
S B B S B
B S S S B
S S B S B
24
p q p (p q) p (p q) p q
B B S B B
B S S S B
S B B B B
S S B B B
p q q p pq (p q) q (p q) q) p
B B S S B S B
B S B S S S B
S B S B B S B
S S B S B B B
P q pq pqp [(pq) p] q
B B B B B
B S S B B
S B B S B
S S B S B
P q (pq) q(pq)
B B B B
B S B B
S B B B
S S S B
Kontradiksi
25
Pembahasan :
P Q ~p ~q (p q ) (p q) (p q) (p q)
B B S S S S S
B S S B S S S
S B B S B S S
S S B B S B S
P q p p
B S S
S B S
S S B B S S S
S B B S B B S
B S S B B S S
B B S S B S S
26
P q q (pq) ( p q ) ( p q ) ( p q )
B B S B S S
B S B S B S
S B S S B S
S S B S B S
2.4 Ekuivalensi
2.4.1 Materi
Ekuivalensi adalah suatu proposisi atau pernyataan yang mempunyai nilai kebenaran
yang sama. Berikut ini adalah ekuivalensi yang paling sederhana :
pp
Diantara suatu pernyataan dengan negasinya ada hubungan kontradiktorik : kalau yang
satu benar, yang lain salah dan sebaliknya. Maka jelaslah bahwa suatu negasi mengandung
ekuivalensi.
p ~(~p)
p q ~q p ~q pq ~(p ~q)
B B S S B B
B S B B S S
S B S S B B
S S B S B B
p q ~(p ~q)
Yang dimaksud dengan ekuivalensi di sini adalah ekuivalensi logika. Di antara dua
proposisi ada ekuivalensi logika kalau kedua-duanya mempunyai nilai kebenaran yang sama.
27
Misalnya, kedua-duanya sama-sama benar atau sama-sama salah. Syarat ekuivalensi logika ini
persis sama dengan syarat bi-implikasi adalah dua proposisi yang ekuivalen.
2.4.2 Contoh
Agar jelas apa yang dimaksud ekuivalensi logika itu. Kita ambil contoh berikut :
jika dan hanya kalau orang lulus ujian saringan, maka ia dapat diterima di universitas.
Proporsisi majemuk tersebut dapat ditulis demikian :
orang yang lulus ujian saringan adalah orang yang dapat diterima di universitas.
Jadi kedua anggota proposisi majemuk di atas adalah ekuivalen. Tapi terlihat jelas bahwa
proposisi orang lulus ujian tidak sama maknanya dengan proposisi Orang yang dapat
diterima di universitas. Jadi menurut maknanya kedua proposisi ini tidak ekuivalen. Meskipun
demikian kedua proposisi itu tetap ekuivalen karena mempunyai nilai kebenaran yang sama,
kedua-duanya benar atau kedua-duanya salah. Inilah yang disebut ekuivalensi logika, sudah
tentu apabila dua proposisi itu semakna dengan sendirinya tentu juga ekuivalen.
Menurut azas identitas, sesuatu itu identik dengan dirinya sendiri. Yang identik dengan
dirinya sendiri tentu juga ekuivalen dengan dirinya sendiri.
Dalam bab kontraposisi juga dikatakan bahwa proposisi kontrapositif itu ekuivalen
dengan proposisi aslinya. Maka kontraposisi dapat ditulis ekuivalensi demikian :
p q ~q ~p
p q ~q ~p pq ~q ~p
B B S S B B
B S B S S S
S B S B B B
S S B B B B
Komutasi Asosiasi
pqqp p (q r) (p q) r
pqqp p (q r) (p q) r
Distribusi Eksportasi
p (q r) ( p q ) ( p r ) (p q) r) [p (q r)]
p (q r) (p q) ( p r )
28
Semua ekuivalensi di atas dapat dengan mudah diteliti dengan menggunakan tabel
kebenaran.
Seorang ahli matematika dan logika, Augustus De Morgan telah menyusun sebuah teori
yang sekarang terkenal sebagai hokum De Morgan, yang merumuskan hubungan antara negasi,
konyungsi, dan disnyungsi. Hukum De morgan
~(p q) ~p ~q
~(p q) ~p ~q
Berikut ini adalah contoh pergantian perakit lain yang menggunakan hokum de morgan :
p q ~p q p q ~(p ~q) p q ~p q
Bila kebenaran ekuivalensi itu diragukan, selalu dapat digunakan table kebenaran untuk
menelitinya
29
b) p (qr) dengan (p q) (p r)
Pembahasan :
a) p (~p q) dengan p q
p Q ~p pq ~p q p (~p q)
B B S B B B
B S S S S S
S B B S B S
S S B S B S
Dari tabel di atas, tampak bahwa nilai kebenaran p q sama dengan nilai
kebenaran
p (~p q). Jadi, dapat di simpulkan bahwa p (~p q) p q.
b) p (qr) dengan (p q) (p r)
p q r pq pr qr p (q r ) (pq)(pr)
B B B B B B B B
B B S B S S S S
B S B S B B B B
B S S S S B B B
S B B S S B S B
S B S S S S S B
S S B S S B S B
S S S S S B S B
Pada tabel di atas, tampak bahwa nilai kebenaran p ( q r ) tidak sama dengan
nilai kebenaran ( p q ) ( p r ). Jadi , dapat di simpulkan bahwa
p ( q r ) tidak ekuivalen dengan ( p q ) ( p r ).
3. Pernyataan majemuk, jika hari ini hujan, sungai meluap. Ekuivalen dengan
pernyataan.
Pembahasan :
Jika sungai tidak meluap, hari tidak hujan
Bukti : pq ~q ~p
p Q ~q ~p pq ~q ~p
B B S B B B
B S S S S S
S B B S B S
S S B S B S
p Q (p q) p (p q)
B B B B
B S S B
S B S S
S S S S
31
tersebut dikatakan tidak valid (invalid). Untuk menunjukkan apakah suatu argumen valid atau
tidak, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menuliskan argumen tersebut dalam
bentuk symbol symbol. Sebagaimana contoh argumen berikut:
Hani ada di Surakarta atau Cilacap
Hani tidak ada di Surakarta
Jadi, Hani ada di Tasikmalaya
Misal :
P : Hani ada di Surakarta
Q : Hani ada di Cilacap
Maka argumen diatas mempunyai symbol seperti berikut:
pq
~
~
Selanjutnya kita ubah argumen diatas menjadi prnyataan kondisional yang
berkoresponden dengan argumen tersebut, yaitu dengan cara meng-konjungsi-kan premis
premis, kemudian hasilnya di-implikasi-kan dengan konklusi. Jadi, argumen contoh diatas
mempunyai pernyataan kondisional yang berkoresponden, yaitu:
[( ) )]
p q ( ) [( ) ]
B B S B S B
B S S B S B
TAUTOLOGI
S B B B B B
S S B S S B
Karena table kebenaran yang dihasilkan berupa tautologi, maka argumen diatas valid
2.5.2 Cara - cara penarikan kesimpulan
32
Suatu proses penarikan kesimpulan terdiri atas beberapa pernyataan yang diketahui
(disebut premis), Kemudian dengan memakai prinsip logika dapat diturunkan suatu pernyataan
baru yang ditarik dari premis-premis semula (disebut kesimpulan / konklusi). Penarikan seperti
itu disebut argumenasi. Argumen adalah serangkaian pernyataan-pernyataan yang mempunyai
ungkapan-ungkapan pernyataan penarikan kesimpulan. Argumen terdiri dari dua kelompok
pernyatan, yaitu premis (pernyataan-pernyataan sebelum kesimpulan) dan
sebuah konklusi (kesimpulan).
Di dalam penarikan kesimpulan terdapat beberapa peraturan. Dengan aturan ini kita tidak
saja menarik kesimpulan dari premis-premisnya secara langsung, tapi juga mampu membentuk
argumen-argumen yang diperoleh dari langkah pembuktian yang relatif sederhana. Konklusi
lanjutan disimpulkan. Konklusi ini (yang terdiri dari bagian-bagian) masing-masing
merupakan konklusi yang dapat di tarik lagi untuk membentuk konklusi berikutnya, dan
demikian seterusnya hingga mendapatkan hasil akhir. Adapun aturan-aturan yang dipakai dalm
penarikan kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Modus Ponens
Pernyataan majemuk implikasi dengan diikuti pernyataan tunggal benar sebagai
prasyarat implikasi.
p q (suatu pernyataan yang benar) Premis 1
p (suatu pernyataan bernilai benar) Premis
q (suatu pernyataan yang bernilai benar) Kesimpulan/konklusi
Argumentasinya ialah:
Tabel Kebenaran :
33
P q pq (p q) ^ p [(p q) p] q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
Tautologi
Tampak pada langkah terakhir terlihat nilai kebenarannya adalah semuanya benar
(tautologi) sehingga modus ponens termasuk kesimpulan yang valid, absah, atau valid.
2. Modus Tollens
pq (B) Premis 1
~q (B) Premis 2
~p (B) Konklusi
Modus Tollens merupakan penarikan kesimpulan yang sah sebab pernyataan
( p q) ~ q ~ p merupakan tautology
Tabel Kebenaran:
p Q ~p ~ p q (p q) [(p q)]^ ~ ~
^~ p
B B S S B S B
B S B S S S B
S B S B B S B Tautologi
ologi
S S B B B S B
Tampak pada langkah terakhir terlihat nilai kebenarannya adalah semuanya benar
(tautologi) sehingga modus tollens termasuk kesimpulan yang valid, absah, atau valid.
3. Silogisme
34
Silogisme ialah setiap penyimpulan, dimana dari dua keputusan (premis premis)
disimpulkan suatu keputusan yang baru (kesimpulan). Keputusan yang baru itu berhubungan
erat sekali dengan preis premisnya. Keeratannya terletak dalam hal ini : Jika premis
premisnya benar, dengan sendirinya atau tidak dapat tidak kesimpulannya juga benar.
Silogisme hipotetis
Kaidah ini didasarkan pada tautologi [( ) ( )] ( ) . Kaidah
silogisme ditulis dengan cara :
(B).premis 1
(B).premis 2
(B).konklusi
Tabel Kebenaran:
p Q r pq qr (pq) pr [(pq) (qr)]
(qr) ( r)
B B B B B B B B
B B S B S S S B
B S B S B S B B
B S S S B S S B
S B B B B B B B
S B S B S S B B Tautologi
S S B B B B B B
S S S B B B B B
Tampak pada langkah terakhir terlihat nilai kebenarannya adalah semuanya benar
(tautologi) sehingga silogisme konjungtif termasuk kesimpulan yang valid, absah, atau valid.
Silogisme Disjungtif
Kaidah ini didasarkan pada tautologi [( ) ] . Kaidah silogisme
35
Tabel Kebenaran :
p q ~ ( ) ~ [( ) ~] q
B B S B S B
B S S B S B
S B B B B B Tautologi
S S B S S B
Tampak pada langkah terakhir terlihat nilai kebenarannya adalah semuanya benar
(tautologi) sehingga silogisme disjungtif termasuk kesimpulan yang valid, absah, atau valid.
4. Simplifikasi/Penyederhanaan Konjungtif
Kaidah ini didasarkan pada tautologi ( ) , yang dalam hal ini, p dan q adalah
Tabel Kebenaran:
p Q pq (p q) p
B B B B
B S S B
S B S B Tautologi
S S S B
5. Addition/Penguatan Disjungtif
Kaidah ini didasarkan pada tautologi ( ). Kaidah penjumlahan ditulis dengan cara
p
Tabel Kebenaran :
P Q pq p (p q)
B B B B
B S B B Tautologi
S B B B
S S S B
36
Tampak pada langkah terakhir terlihat nilai kebenarannya adalah semuanya benar (tautologi)
sehingga penguatan disjungtif termasuk kesimpulan yang valid, absah, atau valid.
6. Konjungsi
Kaidah ini didasarkan pada tautologi [() ()] ( ) . Kaidah konjungsi ditulis
dengan cara :
p premis 1
q premis 2
q konklusi
Tabel Kebenaran
p Q pq (p q) (p q)
B B B B
B S S B
S B S B Tautologi
S S S B
Tampak pada langkah terakhir terlihat nilai kebenarannya adalah semuanya benar
(tautologi) sehingga konjungsi termasuk kesimpulan yang valid, absah, atau valid.
7. Dilema Konstruktif
Kaidah Dilemma Kontruktif didasarkan pada implikasi logis sebagai berikut:
[( ) ( ) ( )] ( )
Kaidah Dilema Konstruktif ditulis dengan cara :
( ) premis 1
( ) premis 2
( ) premis 3
( ) . Konklusi
37
Tabel Kebenaran
Tautologi
Tampak pada langkah terakhir terlihat nilai kebenarannya adalah semuanya benar
(tautologi) sehingga dilemma konstruktif termasuk kesimpulan yang valid, absah, atau valid.
8. Dilema Destruktif
Kaidah Dilemma Destruktif didasarkan pada implikasi logis sebagai berikut:
[( ) ( ) ( )] ( )
Kaidah Dilema Distruktif ditulis dengan cara:
p q . Premis 1
r s .. premis 2
p s premis 3
konklusi
38
Tabel Kebenaran
Tautologi
Tampak pada langkah terakhir terlihat nilai kebenarannya adalah semuanya benar
(tautologi) sehingga dilemma destruktif termasuk kesimpulan yang valid, absah, atau valid.
9. Kontradiksi
Kaidah Kontradiksi didasarkan pada implikasi logis jika tidak p maka salah, maka
p
(p So)
Bentuk skemanya
~p So (B)
p (B)
(B)
39
p ~p S ~pS (~ p S) p
B S S B B
S B S S B
Tabel Kebenaran :
Bukti Bersyarat
Kaidah Bukti Bersyarat didasarkan pada implikasi logis sebagai berikut:
[( p q ) [ ( )]]
Bentuk skemanya
pq (B)
p (q r) (B)
(B)
Tabel Kebenaran :
p q r pq qr p (q r) (p q) [(pq) [ p
(p (q r)) (q r)]] r
B B B B B B B B
B B S B S S S B
B S B S B B S B
B S S S B B S B
S B B S B B S B
S B S S S B S B
S S B S B B S B
S S S S B B S B
40
Bentuk skemanya
pr (B)
qr (B)
( ) (B)
Tabel Kebenaran :
p q r p r q r [(p r) ( ) ( ) [(p r)
(q r) (q r)]
[( ) ]
B B B B B B B B B
B B S S S S B S B
B S B B B B B B B
B S S S B S B S B
S B B B B B B B B
S B S B S S B B B
S S B B B B B B B
S S S B B B S B B
Contoh :
Pada suatu hari, Ulvia hendak pergi ke kampus dan baru sadar bahwa Ulvia tidak memakai
kacamata. Setelah mengingat mengingat, ada beberapa fakta yang Ulvia pastikan
kebenarannya:
1. Jika kacamatanya ada di meja dapur,maka Ulvia pasti sudah melihatnya ketika
sarapan pagi
2. Ulvia membaca koran di ruang tamu atau Ulvia membacanya di dapur
3. Jika Ulvia membaca koran di ruang tamu, maka pastilah kacamata dia letakkan di
meja tamu.
4. Ulvia tidak melihat kacamatanya pada waktu sarapan pagi
5. Jika Ulvia membaca koran di dapur, maka kacamatanya ada di meja dapur.
Berdasarkan fakta fakta tersebut, tentukan dimana letak kacamata tersebut!
Penyelesaian:
Misalkan: p : kacamata ada di meja dapur
41
q : Ulvia melihat kacamatanya ketika sarapan pagi
r : Ulvia membaca koran di ruang tamu
s : Ulvia membaca koran di dapur
t : Kacamata dia letakkan di meja tamu
Argumentasi :
1.
2.
3.
4.
5.
No Langkah Alasan
langkah
1 Premis 1
2 Premis 4
3 Modus Tollens 1 dan 2
4 Premis 5
42
2.5.3 Soal dan Pembahasan
1. Buktikan jika ( t), , maka t.
Pembahasan :
( t) premis 1
premis 2
premis 3
konklusi
No Langkah - langkah Alasan
1 ( t) Premis 1
2 Premis 2
3 t Modus Ponens 1 dan 2
4 Premis 3
5 Modus Ponens 3 dan 4
43
Proses pembuktian validitas argument diatas adalah sebagai berikut:
No Langkah - langkah Alasan
1 pq Premis 1
2 qr Premis 2
3 p r Silogisme Hipotetis 1 dan 2
4 Premis 3
44
4. Susunlah bukti formal validitas argument berikut:
(p q) r
ps
qt
r
Pembahasan :
Proses pembuktian validitas argument diatas adalah sebagai berikut:
No Langkah - langkah Alasan
1 (p q) r Premis 1
2 ps Premis 2
3 qt Premis 3
4 Penyederhanaan Konjungtif 2
5 Penyederhanaan Konjungtif 3
6 pq Konjungtif 4 dan 5
7 r Modus Ponens 1 dan 6
45
Proses pembuktian validitas argument diatas adalah sebagai berikut:
No Langkah - langkah Alasan
1 pq Premis 1
2 pr Premis 2
3 P Simplifikasi 2
4 Q Modus Ponens 1 dan 3
46
2.6.2 Kuantor Eksistensial
Pernyataan yang menggunakan kata beberapa atau ada disebut pernyataan berkuantor
eksistensial. Notasi atau lambang kuantor eksistensial adalah (dibaca ada , beberapa atau
sebagian). Sehingga pernyataan berkuantor eksistensial dapat dilambangkan dengan (x) P(x).
Dibaca beberapa x berlaku P(x) atau ada x berlaku P(x).Berikut beberapa contoh
pernyataan yang menggunakan kuantor eksistensial :
a. Apabila n Z, n+4 < 7, dengan Z = himpunan bilangan asli adalah pernyataan benar,
karena : {n | n + 4 < 7} = {1, 2}.
b. Apabila n Z, n+6 < 4, dengan Z = himpunan bilangan asli adalah pernyataan salah,
karena: {n | n + 4 < 7} = { }
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa:
Apabila {x | p(x)} { } maka x, p(x) adalah benar.
Apabila {x | p(x)} = { } maka x, p(x) adalah salah.
47
Berdasarkan contoh diatas tampak bahwa ingkaran dari pernyataan berkuantor
eksistensial adalah sebuah pernyataan berkuantor universal. Secara umum, ingkaran dari
pernyataan berkuantor eksistensial dapat ditentukan sebagai berikut.
~[ x, p(x)] x, ~p(x)
dibaca: ingkaran dari ada x berlakulah p(x) ekuivalen dengan untuk semua x bukan
p(x)
2.6.4 Kuantor Ganda
Domain atau semesta pembicaraan penafsiran kuantor sangat penting untuk
menentukan jenis kuantor yang akan digunakan serta mempengaruhi penulisan simbolnya.
Lihat contoh berikut : Setiap orang mencintai Jogjakarta. Selanjutnya, dapat ditulis
simbolnya dengan logika predikat (x)C(x,j) Simbol tersebut dapat dibaca Untuk semua y, y
mencintai Jogjakarta. Persoalan yang terjadi adalah domain penafsiran seseorang untuk y bisa
berbeda-beda. Ada orang yang menganggap y adalah manusia, tetapi mungkin orang lain
menganggap y bisa mahluk hidup apa saja, missal ayam, bebek, bahkan mungkin y bisa menjadi
benda apa saja.
Tentu saja domain penafsiran semacam ini kacau karena yang dimaksudkan pasti hanya
orang atau manusia. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa domain penafsiran hanya orang,
penulisan simbol harus diperbaiki seperti berikut (y)(O(y)C(y,j) ). Sekarang simbol tersebut
dapat dibaca Untuk semua y jika y adalah orang, maka y mencintai Jogjakarta. Untuk
menulis simbol yang tepat, memang harus menempatkan terlebih dahulu domain penafsiran
karena domain penafsiran sangat mempengaruhi penulisan dan sekaligus menghindari
terjadinya ambiguitas. Contoh domain penafsiran yang bersifat umum antara lain manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, bilangan prima, bilangan asli, dan sebagainya, yang nantinya
akan menggunakan kuantor universal. Akan tetapi jika tertentu saja atau tidak semuanya,
misalnya beberapa manusia, atau satu manusia saja, akan memakai kuantor yang berbeda yaitu
kuantor eksisitensial.
Persoalan selanjutnya adalah bagaimana jika memakai dua kuntor yang berbeda pada
satu penulisan simbol yang berasal dari satu pernyataan. Apakah domain penafsiran juga akan
berbeda atau sama? Perhatikan contoh berikut ini :
H(x) x hidup
M(x) x mati
(x)(H(x) M(x)) dibaca Untuk semua x, x hidup atau x mati Akan tetapi jika
ditulisnya (x)(H(x)) M(x) maka dibaca Untuk semua x hidup, atau x mati. Pada x mati,
48
x tidak terhubung dengan kuantor universal, yang terhubung hanyax hidup. Sekali lagi,
perhatikan penulisan serta peletakan tanda kurungnya. Secara umum, hubungan antara
penempatan kuantor ganda adalah sebagai berikut :
(x)(y) P(x,y) (y)(x) P(x,y)
(x)(y) P(x,y) (y)(x) P(x,y)
(x)(y) P(x,y) (y)(x) P(x,y)
Ingkaran kalimat berkuantor ganda dilakukan dengan cara yang sama seperti ingkaran
pada kalimat berkuantor tunggal.
[(x)(y) P(x,y)] (x)(y) P(x,y)
[(x)(y) P(x,y)] (x)(y) P(x,y)
Contoh : Tentukan negasi dari logika predikat berikut ini : (x)(y) x=2y dengan
domainnya adalah bilangan bulat.
Jawaban
(x)(y) x=2y dibaca Untuk semua bilangan bulat x, terdapat bilangan bulat y yang
memenuhi x=2y. Maka negasinya : [(x)(y) x=2y] (x)(y) x2y
49
2.6.7 Soal dan Pembahasan
1. Tentukan negasi dari pernyataan ada toko buah yang menjual semua jenis buah
Pembahasan:
Ada toko buah yang menjual segala jenis buah dapat ditulis (x)(y)x
menjual y
[(x)(y)x menjual y] = (x)(y)x tidak menjual y
Dibaca : semua toko buah menjual paling sedikit satu jenis buah
3. jika diketahui persamaan x+3 = 10, dengan x adalah himpunan bilangan bulat positif A
< 5, tentukan nilai kebenaran ("" xA) x+3 < 10
Pembahasan :
Untuk menentukan nilai kebenarannya, maka harus dicek satu persatu dimana
A={1,2,3,4}. maka untuk semua nilai A yangdimasukkan harus memenuhi persamaan
yaitu x + 3 < 10. Untuk
A = 1, maka 1 + 3 < 10 4 < 10 memenuhi
A = 2, maka 2 + 3 < 10 5 < 10 memenuhi
A = 3, maka 3 + 3 < 10 6 < 10 memenuhi
A = 4, maka 4 + 3 < 10 7 < 10 memenuhi
Karena semua himpunan A memenuhi, maka ( x) x + 3 < 10 bernilai benar.
Tapi jika ada satu saja nilai A yang tidak memenuhi, misalnya dimasukkan A = 8,
sehingga 8 + 3 < 10 11 < 10, dimana hasilnya salah. maka ( x) x + 3 < 10 bernilai
salah. Nilai x yang menyebabkan suatu kuantor bernilai salah disebut dengan contoh
penyangkal atau counter example.
50
4. Tentukan negasi dari logika predikat berikut ini : Ada toko buah yang menjual segala
jenis buah.
Pembahasan :
Dapat ditulis (x)(y) x menjual y. Maka negasinya [(x)(y) x menjual y]
(x)(y) x tidak menjual y. Dibaca Semua toko buah tidak menjual paling sedikit satu
jenis buah.
51
To establish a fact with certainty merupakan motivasi paling dasar mengapa orang perlu
membuktikan suatu pernyataan matematika, yaitu untuk meyakinkan bahwa apa yang selama
ini dianggap benar adalah memang benar.
Terkadang, beberapa orang mempunyai pendirian sangat kuat bahwa suatu konjektur
adalah benar. Keyakinan ini mungkin berasal dari penjelasan informal atau dari beberapa kasus
yang ditemuinya. Bagi mereka tidak ada keraguan terhadap keyakinan itu, tapi belum tentu
berlaku untuk orang dari kelompok lain. Disinilah bukti dapat dijadikan sarana untuk
meyakinkan orang lain akan kebenaran suatu idea.
Tidak dapat dipungkiri selama ini banyak kebenaran fakta di dalam matematika hanya
dipercaya begitu saja tanpa adanya kecurigaan terhadap kebenaran tersebut, tidak berusaha
membuktikan sendiri, termasuk fakta-fakta yang sangat sederhana. Kita hanya menggunakan
fakta tersebut karena sudah ada dalam buku (it was in the text) Banyak pembuktian yang tidak
hanya membuktikan suatu fakta tetapi juga memberikan penjelasan tentang fakta tersebut.
Disinilah, pembuktian teorema berfungsi untuk mendapatkan pemahaman (to gain
understanding).
Ada Beberapa metode dalam Pembuktian:
Diketahui x ganjil, jadi dapat ditulis sebagai x = 2n-1 atau x=2n+1 untuk suatu
bilangan bulat n. Selanjutnya, x2 = (2n - 1)2 = 4n2 + 4n + 1 = 2 (2n2 + 2)+1= 2m + 1
Keterangan : 2n2+2 diibaratkan sebagai m, karena adanya sifat ketertutupan
operasi penjumlahan pada himpunan semua bilangan bulat. Penjumlahan dua bilangan
bulat adalah bilangan bulat.
52
Pembahasan:
Misalkan N adalah titik perpotongan BM dan sisi AC.
Maka diperoleh AB + AC = AB + AN + NC = BM + MN + NC > BM + MC
53
= (3k + 2)(3k + 3)(3k + 4)
= (3k + 2)(9k2 + 21k + 12)
= 27k3 + 81k2 + 78k + 24
= 3(9k3 + 27k2 + 26k + 8)
m adalah bilangan kelipatan 3 dari (i), (ii), dan (iii) terlihat bahwa m merupakan
bilangan kelipatan 3 berakibat m habis dibagi 3.
5. Buktikan bahwa a + b bilangan ganjil jika dan hanya jika a atau b bilangan ganjil dengan
a dan b bilangan bulat.
Pembahasan :
Pernyataan diatas ekuivalen dengan
(i) jika a + b bilangan ganjil maka a atau b bilangan ganjil
(ii) jika a atau b bilangan ganjil maka a + b bilangan ganjil
Jadi pada pembuktian ini kita akan membuktiaan (i) dan (ii).
Bukti bagian (i)
misalkan a dan b bilangan bulat sebarang dan a + b bilangan ganjil.
akan dibuktikan a atau b bilangan ganjil.
tanpa mengurangi perumuman akan dibuktikan a ganjil
klaim : b bilangan genap (b := 2m untuk suatu m )
a + b bilangan ganjil
a + b = 2k + 1 untuk suatu k
substitusi b = 2m sehingga diperoleh
a + 2m = 2k + 1
a = 2k 2m + 1 = 2(k m) + 1
karena tertutup terhadap operasi pengurangan, maka ambil l := k m, sehingga
diperoleh
a = 2l + 1
jadi a bilangan ganjil
selanjutnya akan dibuktikan b bilangan ganjil
klaim : a bilangan genap (a := 2p untuk suatu p )
a + b bilangan ganjil
a + b = 2q + 1 untuk suatu k
substitusi a = 2p sehingga diperoleh
2p + b = 2q + 1
54
b = 2q 2p + 1 = 2(p q) + 1
karena tertutup terhadap operasi pengurangan, maka ambil r := p q, sehingga diperoleh
b = 2r + 1
jadi b bilangan ganjil
Bukti bagian (ii)
misal a dan b bilangan bulat sebarang dan a bilangan ganjil (a := 2m+ 1 untuk suatu m
) dan b bilangan genap (b := 2n untuk suatu n ). Sehingga
a + b = 2m + 1 + 2n = 2(m + n) + 1
karena tertutup terhadap operasi penjumlahan bilangan bulat, ambil p := m + n, sehingga
a + b = 2p + 1 untuk suatu p
jadi a + b bilangan ganjil
Contoh
Misal p(x), q(x) dan r(x) adalah kalimat-kalimat terbuka yang didefinisikan pada
semesta yang diberikan.
x[p(x) q(x)]
x[(p(x) q(x)) r(x)]
-------------------------------
x[ r(x) p(x)]
Pembahasan :
55
Langkah Alasan
i. x[p(x) q(x)] Premis
ii. p(c) q(c) Aturan Spesifikasi Universal dr. i.
iii. x[(p(x) q(x)) r(x)] Premis
iv. (p(c) q(c)) r(c) Aturan Spesifikasi Universal dr. iii.
v. r(c) (p(c) q(c)) Kotraposisi dr. iv.
vi. r(c) (p(c) q(c)) Hk. Demorgan dan negasi ganda
vii. r(c) Premis (diasumsikan)
viii. p(c) q(c) Modus ponens dr. vi & vii.
ix. [p(c)q(c)] [p(c) q(c)] Kaidah konjungsi dr. ii. & viii.
x. p(c) [q(c) q(c)] Hukum distributif ix.
xi. p(c) Invers dr. x.
xii. x[ r(x) p(x)] Aturan General Universal dr.xi & vii.
1. SP adalah semua mahasiswa yang mendapat beasiswa bidik misi. p(x): x mahasiswa
semester I, q(x): x mahasiswa semester III, dan r(x): mahasiswa yang menerima
beasiswa bidik misi. Diberikan argumen-argumen sbb:
-Semua mahasiswa semester I atau semester III tidak ada yang mendapat
beasiswa bidik misi
-Amir adalah mahasiswa yang menerima beasiswa bidik misi
Konklusi : Jadi, Amir bukan mahasiswa semester III
Jika Amir ditandai dengan a, buktikan argumentasi tersebut adalah valid.
Pembahasan :
Disimbolkan premis sebagai berikut :
56
Premis 1 : x[p(x) q(x)]
Premis 2 : p(a)
Langkah langkah Alasan
x[p(x) q(x)] Premis 1
P(a) Premis 2
P(a) q(a) Aturan Spesifikasi Universal
Konklusi : q(a)
Contoh :
1. Misalkan himpunan A didefinisikan sebagai interval setengah terbuka A := [0;1).
Buktikan maksimum A tidak ada.
Pembahasan :
Pernyataan ini dapat dinayatakan dalam bentuk implikasi berikut
"jika A = (0;1) maka maksimum A tidak ada."
Andaikan maksimum A ada , katakan p. Maka haruslah 0 < p < 1, dan akibatnya
1 1
p < 1 dan (p + 1) < 1.
2 2
57
Diperoleh
1 1 1 1
p =2 p +2 p < 2 p +2
1
=2 (p + 1) < 1
log
2. Jika m dan n saling relatif prima, buktikan bahwa bukan bilangan rasional.
log
Pembahasan:
log
Andaikan bahwa = bilangan rasional maka dengan x dan y adalah bilangan asli.
log y
Maka berlaku mx = ny
Karena m dan n relatif prima maka tidak ada x dan y bilangan asli yang memenuhi
(kontradiksi).
log
Terbukti, Jika m dan n saling relatif prima, bukan bilangan rasional.
log
Pembahasan :
Andaikan 2 adalah rasional, maka 2 dapat dinyatakan sebagai2 = dengan p,qZ
2
dan p dan q relative prima. Kuadratkan kedua ruas, didapat 2 = 2
2q2 = p2
Karena 2q2 adalah genap, maka p2 juga genap dan juga p genap. Akibatnya p=2r, rZ.
2q2 = (2r)2
2q2 = 4r2
q = 2r
Persamaan terakhir mengatakan bahwa q juga merupakan bilangan kelipatan 2. Berarti,
p dan q sama-sama mempunyai factor kelipatan selain 1. Akibatnya p dan q tidak
relative prima. Ini kontradiksi dengan pernyataan bahwa p dan q relative prima. Jadi,
haruslah 2 irrasional.
58
2.6.5 Bukti dengan Kontraposisi
Menurut aturan kontrapositif, menunjukkan kebenaran proposisi p q sama
dengan menunjukkan ~q ~p.
Contoh :
1. Buktikan bahwa jika n2 bilangan ganjil maka n juga bilangan ganjil.
Pembahasan:
Kita akan membuktikan soal ini dengan metode pembuktikan tidak langsung. Hal ini
berarti kita harus mengubah bentuk soal dalam kontraposisinya, yakni: Jika n bilangan
genap maka n2 merupakan bilangan genap. Berdasarkan solusi (A.1), maka kontraposisi
tersebut suatu pernyataan yang benar. Jadi, terbukti bahwa jika n2 bilangan ganjil maka
n juga bilangan ganjil.
Contoh :
1
1. Untuk setiap n N , berlaku 1 + 2 + 3 + ..+ n = 2 n(n+ 1). Diperoleh
1
P(1) : 1 = 2 (1)(1 + 1)
1
P(3) : 1 + 2 + 3 = 2 (3)(3 + 1)
1
P(6) : 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 = 2 (6)(6 + 1)
Pembahasan :
Misalkan S himpunan bagian dari N yang mempunyai sifat-sifat berikut
(i) 1 S
59
(ii) k 2S )k + 1 2S.
Maka S = N .
Bukti. Lihat (Bartle dan Sherbet, 1994).
Bila P(n) suatu pernyataan tentang n bilangan asli maka P(n) dapat bernilai benar pada
beberapa kasus atau salah pada kasus lainnya. Diperhatikan P(n) : bahwa n2 2n hanya
benar untuk P(2);P(3);P(4) tetapi salah untuk kasus lainnya. Prinsip induksi matematika
dapat diformulasikan sebagai berikut :
Misalkan untuk tiap n N menyatakan pernyataan tentang n. Jika
(i) P(1) benar,
(ii) jika P(k) benar maka P(k + 1) benar,
maka P(n) benar untuk setiap n N .
Kembali kita dituntut membuktikan kebenaran implikasi p q pada (ii). Di sini kita
perlu membuktikan kebenaran pernyataan P(k+ 1) dengan diketahui kebenaran P(k).
2. Buktikan bahwa jumlah n buah bilangan ganjil positif pertama adalah n2.
Pembahasan :
60
3 (x + k 2 + k + 1)
3
Kesimpulan : N + 2n adalah kelipatan 3 untuk setiap bilangan bulat
positif n (Berlaku kelipatan 3).
DAFTAR PUSTAKA
Bartle, Robert G and D.R. Sherbet, 1994. Introduction to real analysis, second
edition, John Willey & sons, New York.
Hernadi, Julan. 2008. Metoda Pembuktian dalam Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika.
Vol. 2, No.1
http://andriianty.blogspot.com/2013/08/logika-matematika.html diakses 28 November 2014
http://ellyiawidiyaningsih.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html
http://irosman99.blogspot.com/2012/12/logika-matematika.html diakses 28 November 2014
http://royatulkhalilah14.blogspot.com/2013/11/tautologi-kontradiksi-dan-ekuivalen.html
diakses 28 November 2014
61
http://sandimcs.blogspot.com/2014/05/kuantor.html
http://smartblogmathematic.wordpress.com/penarikan-kesimpulan/ diakses 28 November
2014
http://tatagyes.files.wordpress.com/2007/11/logika-simbolik.pdf diakses 28 November 2014
Lanur, Alex. 1983 . Logika Selayang Pandang. Yogyakarta : Kanisius
Machmud, Tedy. 2009. Bukti dan Pembuktian. Jurnal Inovasi. Vol. 6, No. 2
Setiadi, Rahmat. 2004. Pengantar Logika Matematika. Bandung : Penerbit Informatika
Soesianto, F ; Dwijono, Djoni. 2003. Logika Proposional. Yogyakarta : Andi
Sokadijo, R.G. 2001. Logika Dasar.Jakarta : Gramedia
Supomo. 2011. 100% Suka Matematika SMA Kelas X. Jakarta : Mata Elang Mediah
62